SlideShare a Scribd company logo
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA 
NOMOR 37 TAHUN 2012 
TENTANG 
PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI 
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 
Menimbang : a. bahwa sesuai ketentuan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 41 
Tahun 1999 tentang Kehutanan, dengan terjadinya 
penurunan daya dukung Daerah Aliran Sungai yang 
dicirikan dengan terjadinya banjir, tanah longsor, erosi, 
sedimentasi dan kekeringan, yang dapat mengakibatkan 
terganggunya perekonomian dan tata kehidupan 
masyarakat, maka daya dukung Daerah Aliran Sungai harus 
ditingkatkan; 
b. bahwa sesuai ketentuan Pasal 18 Undang-Undang Nomor 7 
Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, sebagian kewenangan 
pemerintah dalam pengelolaan sumber daya air dapat 
diselenggarakan oleh pemerintah daerah, dalam rangka 
mendukung terselenggaranya pengelolaan Daerah Aliran 
Sungai; 
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud 
dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan 
Pemerintah tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai; 
Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik 
Indonesia Tahun 1945; 
2. Undang-Undang . . .
- 2 - 
2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan 
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 
167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 
3888) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang 
Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan 
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 
1999 tentang Kehutanan menjadi Undang-Undang 
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 
86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 
4412); 
3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya 
Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 
Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 
Nomor 4377); 
4. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan 
Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 
Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 
Nomor 4725); 
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang 
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia 
Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara 
Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah 
beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang 
Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia 
Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara 
Republik Indonesia Nomor 4844); 
6. Undang-Undang . . .
- 3 - 
6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang 
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran 
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, 
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 
5059); 
MEMUTUSKAN: 
Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENGELOLAAN 
DAERAH ALIRAN SUNGAI. 
BAB I 
KETENTUAN UMUM 
Pasal 1 
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 
1. Daerah Aliran Sungai yang selanjutnya disebut DAS 
adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu 
kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang 
berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air 
yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut 
secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah 
topografis dan batas di laut sampai dengan daerah 
perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan. 
2. Pengelolaan DAS adalah upaya manusia dalam mengatur 
hubungan timbal balik antara sumberdaya alam dengan 
manusia di dalam DAS dan segala aktivitasnya, agar 
terwujud kelestarian dan keserasian ekosistem serta 
meningkatnya kemanfaatan sumberdaya alam bagi 
manusia secara berkelanjutan. 
3. Klasifikasi . . .
- 4 - 
3. Klasifikasi DAS adalah pengkategorian DAS berdasarkan 
kondisi lahan serta kualitas, kuantitas dan kontinuitas 
air, sosial ekonomi, investasi bangunan air dan 
pemanfaatan ruang wilayah. 
4. DAS yang dipulihkan daya dukungnya adalah DAS yang 
kondisi lahan serta kualitas, kuantitas dan kontinuitas 
air, sosial ekonomi, investasi bangunan air dan 
pemanfaatan ruang wilayah tidak berfungsi sebagaimana 
mestinya. 
5. DAS yang dipertahankan daya dukungnya adalah DAS 
yang kondisi lahan, kualitas, kuantitas dan kontinuitas 
air, sosial ekonomi, investasi bangunan air, dan 
pemanfaatan ruang wilayah berfungsi sebagaimana 
mestinya. 
6. Daya Dukung DAS adalah kemampuan DAS untuk 
mewujudkan kelestarian dan keserasian ekosistem serta 
meningkatnya kemanfaatan sumberdaya alam bagi 
manusia dan makhluk hidup lainnya secara 
berkelanjutan. 
7. Instansi Terkait adalah kementerian/lembaga 
pemerintahan non kementerian, pemerintah provinsi, 
pemerintah kabupaten/kota yang berkepentingan dengan 
pengelolaan das. 
8. Forum koordinasi pengelolaan DAS adalah wahana 
koordinasi antar instansi penyelenggara pengelolaan DAS. 
9. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan 
pemerintahan di bidang kehutanan. 
10. Pemerintah . . .
- 5 - 
10. Pemerintah pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah 
adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang 
kekuasaan Pemerintah Negara Republik Indonesia 
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar 
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 
Pasal 2 
(1) Peraturan Pemerintah ini mengatur Pengelolaan DAS dari 
hulu ke hilir secara utuh. 
(2) Pengelolaan DAS secara utuh sebagaimana dimaksud 
pada ayat (1) diselenggarakan melalui tahapan: 
a. perencanaan; 
b. pelaksanaan; 
c. monitoring dan evaluasi; dan 
d. pembinaan dan pengawasan. 
(3) Pengelolaan DAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) 
dan ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan rencana tata 
ruang dan pola pengelolaan sumber daya air sesuai 
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di 
bidang penataan ruang dan sumber daya air. 
(4) Dalam Pengelolaan DAS sebagaimana dimaksud pada 
ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diselenggarakan secara 
terkoordinasi dengan melibatkan Instansi Terkait pada 
lintas wilayah administrasi serta peran serta masyarakat. 
Pasal 3 
Peraturan Pemerintah ini ditujukan untuk 
mengkoordinasikan, mengintegrasikan, mensinkronisasikan, 
dan mensinergikan Pengelolaan DAS dalam rangka 
meningkatkan Daya Dukung DAS. 
BAB II . . .
- 6 - 
BAB II 
PERENCANAAN 
Bagian Kesatu 
Umum 
Pasal 4 
Perencanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) 
huruf a, dilakukan dengan tahapan kegiatan: 
a. inventarisasi DAS; 
b. penyusunan Rencana Pengelolaan DAS; dan 
c. penetapan Rencana Pengelolaan DAS. 
Bagian Kedua 
Inventarisasi DAS 
Paragraf 1 
Umum 
Pasal 5 
Inventarisasi DAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat 
(1) huruf a meliputi: 
a. proses penetapan batas DAS; dan 
b. penyusunan klasifikasi DAS. 
Paragraf 2 
Proses Penetapan Batas DAS 
Pasal 6 
Proses penetapan batas DAS sebagaimana dimaksud dalam 
Pasal 5 huruf a, dilakukan melalui tahapan kegiatan: 
a. penyiapan bahan; 
b. penentuan batas DAS; 
c. verifikasi batas DAS; dan 
d. penetapan batas DAS. 
Pasal 7 . . .
- 7 - 
Pasal 7 
(1) Penyiapan bahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 
huruf a, merupakan pengadaan bahan-bahan paling 
sedikit: 
a. piranti keras; 
b. piranti lunak; 
c. citra satelit; 
d. citra radar; 
e. peta dasar; dan 
f. peta tematik. 
(2) Bahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disiapkan 
untuk setiap provinsi. 
(3) Bahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan 
untuk memperoleh data dan informasi mengenai DAS dan 
jaringan sungai. 
(4) Penyiapan bahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) 
dilaksanakan oleh Menteri. 
Pasal 8 
(1) Data dan informasi mengenai DAS dan jaringan sungai 
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) dijadikan 
dasar dalam penentuan batas DAS indikatif. 
(2) Penentuan batas DAS indikatif sebagaimana dimaksud 
pada ayat (1) dilakukan dengan cara delineasi DAS dan 
jaringan sungai. 
(3) Dalam penentuan batas DAS Menteri membentuk tim 
penentuan batas DAS yang melibatkan Instansi Terkait. 
Pasal 9 . . .
- 8 - 
Pasal 9 
(1) Berdasarkan hasil penentuan batas DAS sebagaimana 
dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3) dilakukan verifikasi 
batas DAS indikatif untuk mendapatkan batas DAS 
definitif. 
(2) Verifikasi batas DAS indikatif dilakukan bersama-sama 
dengan instansi yang menyelenggarakan urusan 
pemerintahan di bidang survei dan pemetaan nasional. 
(3) Verifikasi batas DAS sebagaimana dimaksud pada ayat (2) 
menghasilkan batas DAS definitif. 
Pasal 10 
(1) Batas DAS definitif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 
ayat (3) dilakukan penetapan batas DAS. 
(2) Penetapan batas DAS sebagaimana dimaksud pada ayat 
(1) dilakukan oleh Menteri. 
Pasal 11 
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penetapan batas 
DAS diatur dengan peraturan Menteri setelah berkoordinasi 
dengan menteri terkait. 
Paragraf 3 
Penyusunan Klasifikasi DAS 
Pasal 12 
(1) Berdasarkan hasil proses penetapan batas DAS yang 
telah ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, 
dilakukan penyusunan Klasifikasi DAS. 
(2) Penyusunan . . .
- 9 - 
(2) Penyusunan Klasifikasi DAS sebagaimana dimaksud pada 
ayat (1) dilakukan untuk menentukan: 
a. DAS yang dipulihkan; dan 
b. DAS yang dipertahankan, 
daya dukungnya. 
(3) Penentuan Klasifikasi DAS sebagaimana dimaksud pada 
ayat (2) dilakukan berdasarkan kriteria: 
a. kondisi lahan; 
b. kualitas, kuantitas dan kontinuitas air; 
c. sosial ekonomi; 
d. investasi bangunan air; dan 
e. pemanfaatan ruang wilayah. 
Pasal 13 
Kriteria kondisi lahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 
ayat (3) huruf a, paling sedikit memuat sub kriteria: 
a. persentase lahan kritis; 
b. persentase penutupan vegetasi; dan 
c. indeks erosi. 
Pasal 14 
Kriteria kualitas, kuantitas dan kontinuitas air, sebagaimana 
dimaksud dalam Pasal 12 ayat (3) huruf b, paling sedikit 
memuat sub kriteria: 
a. koefisien rezim aliran; 
b. koefisien aliran tahunan; 
c. muatan sedimen; 
d. banjir; dan 
e. indeks penggunaan air. 
Pasal 15 . . .
- 10 - 
Pasal 15 
Kriteria sosial ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 
12 ayat (3) huruf c, paling sedikit memuat sub kriteria : 
a. tekanan penduduk terhadap lahan; 
b. tingkat kesejahteraan penduduk; dan 
c. keberadaan dan penegakan peraturan. 
Pasal 16 
Kriteria investasi bangunan air sebagaimana dimaksud dalam 
Pasal 12 ayat (3) huruf d, paling sedikit memuat sub kriteria : 
a. klasifikasi kota; dan 
b. klasifikasi nilai bangunan air. 
Pasal 17 
Kriteria pemanfaatan ruang wilayah sebagaimana dimaksud 
dalam Pasal 12 ayat (3) huruf e, paling sedikit memuat sub 
kriteria: 
a. kawasan lindung; dan 
b. kawasan budidaya. 
Pasal 18 
(1) DAS yang diklasifikasikan untuk dipulihkan daya 
dukungnya memiliki kualifikasi indikator tinggi sampai 
sangat tinggi. 
(2) DAS yang diklasifikasikan untuk dipertahankan daya 
dukungnya memiliki kualifikasi indikator rendah sampai 
sangat rendah. 
Pasal 19 
Klasifikasi DAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 
ditetapkan oleh Presiden. 
Pasal 20 . . .
- 11 - 
Pasal 20 
(1) Klasifikasi DAS dievaluasi sekali dalam 5 (lima) tahun 
sejak ditetapkan. 
(2) Dalam hal tertentu yang berkaitan dengan bencana alam 
skala besar Klasifikasi DAS dapat ditinjau kembali 
kurang dari 5 (lima) tahun. 
Pasal 21 
Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria penetapan Klasifikasi 
DAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (3) diatur 
dengan Peraturan Menteri setelah berkoordinasi dengan 
menteri terkait. 
Bagian Ketiga 
Penyusunan Rencana Pengelolaan DAS 
Paragraf 1 
Umum 
Pasal 22 
(1) Berdasarkan penetapan Klasifikasi DAS sebagaimana 
dimaksud dalam Pasal 12, dilakukan penyusunan 
Rencana Pengelolaan DAS. 
(2) Penyusunan Rencana Pengelolaan DAS dilakukan oleh: 
a. Menteri untuk DAS lintas negara dan DAS lintas 
Provinsi; 
b. gubernur sesuai kewenangannya untuk DAS dalam 
provinsi dan/atau lintas kabupaten/kota; 
c. bupati/walikota sesuai kewenangannya untuk DAS 
dalam kabupaten/kota. 
(3) Dalam . . .
- 12 - 
(3) Dalam menyusun Rencana Pengelolaan DAS sebagaimana 
dimaksud pada ayat (2) Menteri, gubernur, 
bupati/walikota sesuai kewenangannya dapat 
membentuk tim dengan melibatkan Instansi Terkait. 
Pasal 23 
Penyusunan Rencana Pengelolaan DAS, meliputi: 
a. penyusunan Rencana Pengelolaan DAS yang dipulihkan 
daya dukungnya; dan 
b. penyusunan Rencana Pengelolaan DAS yang 
dipertahankan daya dukungnya. 
Paragraf 2 
Penyusunan Rencana Pengelolaan DAS yang Dipulihkan 
Daya Dukungnya 
Pasal 24 
Penyusunan Rencana Pengelolaan DAS yang dipulihkan daya 
dukungnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf a, 
dilakukan dengan perumusan: 
a. permasalahan DAS; 
b. tujuan pemulihan Daya Dukung DAS; 
c. strategi pemulihan Daya Dukung DAS; dan 
d. monitoring dan evaluasi DAS. 
Pasal 25 
Perumusan permasalahan DAS yang dipulihkan daya 
dukungnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf a, 
dilakukan melalui: 
a. identifikasi dan analisis masalah; dan 
b. rumusan masalah. 
Pasal 26 . . .
- 13 - 
Pasal 26 
(1) Perumusan tujuan pemulihan Daya Dukung DAS 
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf b, 
dilakukan dengan mengacu pada hasil perumusan 
masalah. 
(2) Perumusan tujuan pemulihan Daya Dukung DAS 
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan 
cara mengedepankan keterpaduan kepentingan antar dan 
di dalam sektor serta wilayah administrasi. 
Pasal 27 
(1) Hasil perumusan tujuan pemulihan Daya Dukung DAS 
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 dijadikan dasar 
dalam perumusan strategi Pengelolaan DAS yang 
dipulihkan daya dukungnya. 
(2) Perumusan strategi pemulihan Daya Dukung DAS 
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi perumusan 
kebijakan, program dan kegiatan. 
Pasal 28 
(1) Berdasarkan hasil perumusan strategi pemulihan Daya 
Dukung DAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27, 
dilakukan perumusan monitoring dan evaluasi 
pengelolaan DAS. 
(2) Monitoring dan evaluasi Pengelolaan DAS harus 
memperhatikan antara lain: 
a. sistem analisis; 
b. indikator kinerja; 
c. pelaksana; dan 
d. capaian hasil. 
Paragraf 3 . . .
- 14 - 
Paragraf 3 
Penyusunan Rencana Pengelolaan DAS yang Dipertahankan 
Daya Dukungnya 
Pasal 29 
Penyusunan Rencana Pengelolaan DAS yang dipertahankan 
daya dukungnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 
huruf b, dilakukan dengan perumusan: 
a. permasalahan DAS; 
b. tujuan mempertahankan Daya Dukung DAS; 
c. strategi mempertahankan Daya Dukung DAS; dan 
d. monitoring dan evaluasi DAS. 
Pasal 30 
Perumusan permasalahan DAS yang dipertahankan daya 
dukungnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 huruf a, 
dilakukan melalui: 
a. identifikasi dan analisis masalah; dan 
b. rumusan masalah. 
Pasal 31 
(1) Perumusan tujuan mempertahankan Daya Dukung DAS 
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 huruf b, 
dilakukan dengan mengacu pada hasil perumusan 
masalah. 
(2) Perumusan tujuan mempertahankan Daya Dukung DAS 
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan 
cara mengedepankan keterpaduan kepentingan berbagai 
sektor dan wilayah. 
Pasal 32 . . .
- 15 - 
Pasal 32 
(1) Hasil perumusan tujuan mempertahankan Daya Dukung 
DAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 dijadikan 
dasar dalam perumusan strategi Pengelolaan DAS yang 
dipertahankan daya dukungnya. 
(2) Perumusan strategi mempertahankan Daya Dukung DAS 
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi perumusan 
kebijakan, program dan kegiatan. 
Pasal 33 
Berdasarkan hasil perumusan strategi mempertahankan Daya 
Dukung DAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 huruf c, 
dilakukan perumusan monitoring dan evaluasi pengelolaan 
DAS. 
Pasal 34 
Monitoring dan evaluasi Pengelolaan DAS harus 
memperhatikan antara lain: 
a. sistem analisis; 
b. indikator kinerja; 
c. pelaksana; dan 
d. capaian hasil. 
Bagian Keempat 
Penetapan Rencana Pengelolaan DAS 
Pasal 35 
(1) Berdasarkan Rencana Pengelolaan DAS sebagaimana 
dimaksud dalam Pasal 29, dilakukan penetapan Rencana 
Pengelolaan DAS untuk yang dipulihkan daya dukungnya 
dan/atau DAS yang dipertahankan daya dukungnya. 
(2) Rencana . . .
- 16 - 
(3) Rencana Pengelolaan DAS sebagaimana dimaksud pada 
ayat (1) ditetapkan oleh: 
a. Menteri untuk DAS lintas negara dan/atau DAS lintas 
Provinsi; 
b. gubernur sesuai kewenangannya untuk das dalam 
provinsi dan/atau lintas kabupaten/kota; 
c. bupati/walikota sesuai kewenangannya untuk das 
dalam kabupaten/kota. 
(4) Rencana Pengelolaan DAS sebagaimana dimaksud pada 
ayat (2), menjadi salah satu dasar dalam penyusunan 
rencana pembangunan sektor dan wilayah di tiap-tiap 
Provinsi dan Kabupaten/Kota. 
Pasal 36 
(1) Rencana Pengelolaan DAS sebagaimana dimaksud dalam 
Pasal 35 ditetapkan untuk jangka waktu 15 (lima belas) 
tahun. 
(2) Rencana Pengelolaan DAS sebagaimana dimaksud pada 
ayat (1) dievaluasi dan ditinjau kembali setiap 5 (lima) 
tahun sekali. 
(3) Dalam hal tertentu yang berkaitan dengan bencana alam 
skala besar Rencana Pengelolaan DAS dapat ditinjau 
kembali kurang dari 5 (lima) tahun. 
Pasal 37 
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penetapan Rencana 
Pengelolaan DAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 dan 
Pasal 36 diatur dengan Peraturan Menteri setelah 
berkoordinasi dengan menteri terkait. 
BAB III . . .
- 17 - 
BAB III 
PELAKSANAAN 
Pasal 38 
Kegiatan Pengelolaan DAS dilaksanakan berdasarkan Rencana 
Pengelolaan DAS yang telah ditetapkan dan menjadi acuan 
rencana pembangunan sektor dan rencana pembangunan 
wilayah administrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 
ayat (3). 
Pasal 39 
Kegiatan Pengelolaan DAS sebagaimana dimaksud dalam 
Pasal 38 dilaksanakan pada: 
a. DAS yang akan dipulihkan daya dukungnya; dan 
b. DAS yang akan dipertahankan daya dukungnya. 
Pasal 40 
(1) Pelaksanaan kegiatan Pengelolaan DAS yang akan 
dipulihkan daya dukungnya sebagaimana dimaksud 
dalam Pasal 39 huruf a, meliputi: 
a. optimalisasi penggunaan lahan sesuai dengan fungsi 
dan Daya Dukung wilayah; 
b. penerapan teknik konservasi tanah dan air dilakukan 
dalam rangka pemeliharaan kelangsungan daerah 
tangkapan air, menjaga kualitas, kuantitas, 
kontinuitas dan distribusi air; 
c. pengelolaan vegetasi dilakukan dalam rangka 
pelestarian keanekaragaman hayati, peningkatan 
produktivitas lahan, restorasi ekosistem, rehabilitasi 
dan reklamasi lahan; 
d. peningkatan . . .
- 18 - 
d. peningkatan kepedulian dan peran serta Instansi 
Terkait dalam pengelolaan DAS; dan/atau 
e. pengembangan kelembagaan Pengelolaan DAS untuk 
meningkatkan koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan 
sinergi lintas sektor dan wilayah administrasi. 
(2) Pelaksanaan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat 
(1) dilakukan sesuai persyaratan teknis masing-masing 
kegiatan. 
Pasal 41 
(1) Pelaksanaan kegiatan Pengelolaan DAS yang 
dipertahankan daya dukungnya sebagaimana dimaksud 
dalam Pasal 39 huruf b, meliputi: 
a. menjaga dan memelihara produktivitas dan keutuhan 
ekosistem dalam DAS secara berkelanjutan; 
b. bimbingan teknis dan fasilitasi dalam rangka 
penerapan teknik konservasi tanah dan air demi 
kelangsungan daerah tangkapan air, untuk menjaga 
kualitas, kuantitas, kontinuitas dan distribusi air; 
c. peningkatan koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan 
sinergi antar sektor dan wilayah administrasi dalam 
rangka mempertahankan kelestarian vegetasi, 
keanekaragaman hayati dan produktivitas lahan; 
dan/atau 
d. peningkatan kapasitas kelembagaan Pengelolaan DAS 
untuk meningkatkan koordinasi, integrasi, 
sinkronisasi dan sinergi lintas sektor dan wilayah 
administrasi. 
(2) Pelaksanaan . . .
- 19 - 
(2) Pelaksanaan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat 
(1) dilakukan sesuai persyaratan teknis masing-masing 
kegiatan. 
Pasal 42 
Pelaksanaan Pengelolaan DAS sebagaimana dimaksud dalam 
Pasal 40 dan Pasal 41 menjadi wewenang dan tanggung 
jawab: 
a. Menteri dan menteri terkait sesuai kewenangannya untuk 
DAS lintas Negara dan lintas Provinsi; 
b. gubernur sesuai kewenangannya untuk DAS dalam 
provinsi dan/atau lintas kabupaten/kota; dan 
c. bupati/walikota sesuai kewenangannya untuk DAS dalam 
kabupaten/kota. 
Pasal 43 
Dalam hal pemerintah provinsi dan/atau kabupaten/kota 
melalaikan penyelenggaraan kewenangan dalam pengelolaan 
DAS, penyelenggaraannya dilaksanakan oleh Pemerintah 
dengan pembiayaan bersumber dari APBD daerah yang 
bersangkutan. 
Pasal 44 
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan 
Pengelolaan DAS yang dipulihkan dan DAS yang 
dipertahankan diatur dengan peraturan Menteri setelah 
berkoordinasi dengan menteri terkait. 
BAB IV . . .
- 20 - 
BAB IV 
MONITORING DAN EVALUASI 
Pasal 45 
Monitoring dan evaluasi wajib dilakukan dalam Pengelolaan 
DAS baik dalam pemulihan maupun mempertahankan Daya 
Dukung DAS. 
Pasal 46 
(1) Monitoring dilakukan untuk mendapatkan data indikator 
kinerja DAS. 
(2) Indikator kinerja DAS sebagaimana dimaksud pada ayat 
(1) ditentukan berdasarkan kriteria sebagaimana 
dimaksud dalam Pasal 12 sampai dengan Pasal 17. 
Pasal 47 
(1) Monitoring terhadap indikator kinerja DAS sebagaimana 
dimaksud dalam Pasal 46 dilakukan secara periodik 
paling sedikit setiap tahun sekali. 
(2) Hasil monitoring sebagaimana dimaksud pada ayat (1) 
menjadi dasar untuk melakukan evaluasi kinerja 
pengelolaan DAS. 
Pasal 48 
(1) Evaluasi kinerja Pengelolaan DAS sebagaimana dimaksud 
dalam Pasal 47 ayat (2) dilakukan untuk memperoleh 
gambaran perubahan Daya Dukung DAS. 
(2) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup 
evaluasi sebelum, selama dan setelah kegiatan berjalan. 
(3) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan 
paling sedikit 2 (dua) tahun. 
Pasal 49 . . .
- 21 - 
Pasal 49 
Hasil evaluasi digunakan dalam rangka: 
a. penyempurnaan perencanaan sebagaimana dimaksud 
dalam Pasal 36 ayat (2); dan/atau 
b. pelaksanaan Pengelolaan DAS sebagaimana dimaksud 
dalam Pasal 38. 
Pasal 50 
Menteri, gubernur atau bupati/walikota melaksanakan 
monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan Pengelolaan 
DAS sesuai dengan kewenangannya. 
Pasal 51 
Ketentuan lebih lanjut mengenai cara monitoring dan evaluasi 
Pengelolaan DAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 
sampai dengan Pasal 50 diatur dengan peraturan Menteri 
setelah berkoordinasi dengan menteri terkait. 
BAB V 
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN 
Bagian Kesatu 
Pembinaan 
Pasal 52 
(1) Pembinaan kegiatan Pengelolaan DAS dilakukan oleh 
Menteri dan menteri terkait sesuai kewenangannya, 
gubernur, dan bupati/walikota sesuai kewenangannya. 
(2) Pembinaan . . .
- 22 - 
(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) 
dilaksanakan pada kegiatan perencanaan, pelaksanaan 
maupun monitoring dan evaluasi. 
Pasal 53 
Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 dilakukan 
oleh institusi pemerintah secara berjenjang. 
Pasal 54 
Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 dilakukan 
dengan kegiatan: 
a. koordinasi; 
b. pemberian pedoman, petunjuk pelaksanaan dan petunjuk 
teknis; 
c. pemberian bimbingan, supervisi dan konsultasi; 
d. pendidikan, pelatihan dan penyuluhan; 
e. pemberian bantuan teknis; 
f. fasilitasi; 
g. sosialisasi dan diseminasi; dan/atau 
h. penyediaan sarana dan prasarana. 
Bagian Kedua 
Pengawasan 
Pasal 55 
(1) Pengawasan bertujuan untuk mewujudkan efektivitas 
dan kesesuaian pelaksanaan Pengelolaan DAS dengan 
peraturan perundang-undangan. 
(2) Menteri . . .
- 23 - 
(2) Menteri, gubernur dan bupati/walikota sesuai dengan 
kewenangannya melakukan pengawasan terhadap 
pelaksanaan kegiatan pengelolaan DAS. 
Pasal 56 
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembinaan dan 
pengawasan kegiatan Pengelolaan DAS diatur dengan 
peraturan Menteri setelah berkoordinasi dengan menteri 
terkait. 
BAB VI 
PERAN SERTA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT 
Bagian Kesatu 
Peran Serta 
Pasal 57 
(1) Masyarakat dapat berperan serta dalam pengelolaan DAS. 
(2) Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada 
ayat (1) dapat dilakukan baik perorangan maupun 
melalui forum koordinasi pengelolaan DAS. 
(3) Forum koordinasi pengelolaan DAS sebagaimana 
dimaksud pada ayat (2) membantu dalam mendukung 
keterpaduan penyelenggaraan pengelolaan DAS. 
Pasal 58 
Forum koordinasi pengelolaan DAS mempunyai fungsi untuk: 
a. menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat terkait 
pengelolaan DAS; 
b. memberikan sumbangan pemikiran dalam pengelolaan 
DAS; dan 
c. menumbuhkan . . .
- 24 - 
c. menumbuhkan dan mengembangkan peran pengawasan 
masyarakat dalam pengelolaan DAS. 
Pasal 59 
Peran serta masyarakat secara perorangan sebagaimana 
dimaksud dalam Pasal 57 ayat (2), dapat berupa: 
a. menjaga, memelihara dan menikmati kualitas lingkungan 
hidup yang dihasilkan ekosistem DAS; 
b. mendapatkan dan memberikan informasi, saran dan 
pertimbangan dalam pengelolaan DAS; dan 
c. mendapatkan pelatihan dan penyuluhan yang berkaitan 
dengan pengelolaan DAS. 
Pasal 60 
Ketentuan lebih lanjut mengenai forum koordinasi 
pengelolaan DAS diatur dengan peraturan Menteri setelah 
berkoordinasi dengan menteri terkait. 
Bagian Kedua 
Pemberdayaan Masyarakat 
Pasal 61 
Pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk meningkatkan 
kapasitas dan kapabilitas, kepedulian dan peran serta 
masyarakat dalam pengelolaan DAS. 
Pasal 62 
(1) Pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan Pengelolaan 
DAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 dilakukan 
oleh kementerian/lembaga pemerintahan non 
kementerian, pemerintah provinsi, pemerintah 
kabupaten/kota. 
(2) Pemberdayaan . . .
- 25 - 
(2) Pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan Pengelolaan 
DAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat 
dilakukan oleh BUMN, BUMD, BUMS, Koperasi, dan 
organisasi masyarakat. 
Pasal 63 
(1) Pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan Pengelolaan 
DAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 dilakukan 
paling sedikit melalui: 
a. pendidikan, pelatihan dan penyuluhan; 
b. pendampingan; 
c. pemberian bantuan modal; 
d. sosialisasi dan diseminasi; dan/atau 
e. penyediaan sarana dan prasarana. 
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberdayaan 
masyarakat dalam kegiatan Pengelolaan DAS diatur 
dengan peraturan Menteri setelah berkoordinasi dengan 
menteri terkait. 
BAB VII 
SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN DAS 
Pasal 64 
(1) Untuk mendukung penyelenggaraan Pengelolaan DAS 
dibangun Sistem Informasi Pengelolaan DAS di setiap 
provinsi. 
(2) Sistem . ..
- 26 - 
(2) Sistem informasi Pengelolaan DAS sebagaimana 
dimaksud pada ayat (1) dibangun dan dikelola oleh 
Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di 
bidang Pengelolaan DAS dengan mengikutsertakan 
Instansi Terkait. 
Pasal 65 
(1) Sistem informasi Pengelolaan DAS sebagaimana 
dimaksud dalam Pasal 64 harus dapat diakses oleh 
Instansi Terkait. 
(2) Sistem informasi Pengelolaan DAS sebagaimana 
dimaksud pada ayat (1) merupakan bagian Simpul Data 
Spasial Nasional. 
Pasal 66 
(1) Sistem informasi Pengelolaan DAS sebagaimana 
dimaksud dalam Pasal 65, paling sedikit memuat: 
a. data pokok DAS baik spasial maupun non spasial; dan 
b. sistem pendukung pengambilan keputusan dalam 
pengelolaan DAS. 
(2) Sistem informasi Pengelolaan DAS dijabarkan secara 
makro dalam Pola Umum Kriteria dan Standar 
Pengelolaan DAS. 
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembangunan dan 
pengelolaan sistem informasi Pengelolaan DAS diatur 
lebih lanjut dengan peraturan Menteri setelah 
berkoordinasi dengan menteri terkait. 
BAB VIII . . .
- 27 - 
BAB VIII 
PENDANAAN PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI 
Pasal 67 
(1) Sumber dana untuk penyelenggaraan Pengelolaan DAS 
dapat berasal APBN, APBD, hibah dan/atau sumber dana 
lainnya yang tidak mengikat sesuai peraturan perundang-undangan. 
(2) Penggunaan sumber dana lainnya sebagaimana 
dimaksud pada ayat (2) diatur sesuai peraturan 
perundang-undangan. 
BAB IX 
KETENTUAN PERALIHAN 
Pasal 68 
(1) Dengan berlakunya Peraturan Pemerintah ini, maka 
peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai 
Pengelolaan DAS yang telah ada sepanjang tidak 
bertentangan dan belum diganti dengan yang baru 
dengan Peraturan Pemerintah ini, dinyatakan tetap 
berlaku. 
(2) Pelaksanaan Pengelolaan DAS yang tidak sesuai dengan 
Peraturan Pemerintah ini dalam jangka waktu paling 
lama 1 (satu) tahun sejak Peraturan Pemerintah ini 
ditetapkan wajib menyesuaikan dengan Peraturan 
Pemerintah ini. 
BAB X 
KETENTUAN PENUTUP 
Pasal 69 
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal 
diundangkan. 
Agar . . .
- 28 - 
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan 
pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan 
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. 
Ditetapkan di Jakarta 
pada tanggal 1 Maret 2012 
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 
ttd. 
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO 
Diundangkan di Jakarta 
pada tanggal 1 Maret 2012 
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA 
REPUBLIK INDONESIA, 
ttd. 
AMIR SYAMSUDIN 
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 NOMOR 62
PENJELASAN 
ATAS 
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA 
NOMOR 37 TAHUN 2012 
TENTANG 
PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI 
I. UMUM 
Daerah Aliran Sungai yang selanjutnya disingkat DAS yang tersebar di 
seluruh wilayah Indonesia, merupakan kesatuan ekosistem alami yang utuh 
dari hulu hingga hilir beserta kekayaan sumber daya alam dan sumber daya 
buatan merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa 
Indonesia. Sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa yang perlu disyukuri, 
dilindungi dan diurus dengan sebaik-baiknya, DAS wajib dikembangkan 
dan didayagunakan secara optimal dan berkelanjutan melalui upaya 
Pengelolaan DAS bagi sebesar-besarnya kesejahteraan seluruh rakyat 
Indonesia. 
Tujuan Pengelolaan DAS untuk mewujudkan kesadaran, kemampuan dan 
partisipasi aktif Instansi Terkait dan masyarakat dalam Pengelolaan DAS 
yang lebih baik, mewujudkan kondisi lahan yang produktif sesuai dengan 
Daya Dukung dan daya tampung lingkungan DAS secara berkelanjutan, 
mewujudkan kuantitas, kualitas dan keberlanjutan ketersediaan air yang 
optimal menurut ruang dan waktu dan mewujudkan peningkatan 
kesejahteraan masyarakat. 
Peningkatan kesejahteraan masyarakat diharapkan tercapai seiring dengan 
terwujudnya kondisi lahan yang produktif serta kuantitas, kualitas dan 
kontinuitas air yang baik, kondisi sosial ekonomi yang kondusif dan 
pemanfaatan tata ruang wilayah yang optimal. Tujuan tersebut dapat 
dicapai . . .
- 2 - 
dicapai melalui koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan sinergi antar sektor 
dan antar wilayah administrasi, serta masyarakat dalam pengelolaan 
sumber daya alam dan lingkungan DAS. 
Guna mewujudkan daya guna dan hasil guna yang tinggi, konsepsi 
Pengelolaan DAS perlu dipahami meliputi beberapa dimensi yaitu 
pendekatan sistem yang terencana, proses manajemen dan keterkaitan 
aktivitas antar sektor, antar wilayah administrasi dan masyarakat secara 
terpadu serta penanganannya dilakukan secara utuh mulai dari hulu 
sampai hilir. 
Pengelolaan DAS merupakan upaya yang sangat penting sebagai akibat 
terjadinya penurunan kualitas lingkungan DAS-DAS di Indonesia yang 
disebabkan oleh pengelolaan sumber daya alam yang tidak ramah 
lingkungan dan meningkatnya potensi ego sektoral dan ego kewilayahan 
karena pemanfaatan dan penggunaan sumber daya alam pada DAS 
melibatkan kepentingan berbagai sektor, wilayah administrasi dan disiplin 
ilmu. Oleh karena itu Pengelolaan DAS diselenggarakan melalui 
perencanaan, pelaksanaan, peran serta dan pemberdayaan masyarakat, 
pendanaan, monitoring dan evaluasi, pembinaan dan pengawasan serta 
mendayagunakan sistem informasi pengelolaan DAS. 
Rencana Pengelolaan DAS disusun secara terpadu dan disepakati oleh para 
pihak sebagai dasar dalam penyusunan rencana pembangunan sektor dan 
rencana pembangunan wilayah pada setiap provinsi dan kabupaten/kota. 
Untuk membantu dalam mendukung keterpaduan penyelenggaraan 
Pengelolaan DAS diperlukan forum koordinasi Pengelolaan DAS pada 
berbagai tingkat wilayah administrasi dan/atau daerah aliran sungai. 
Untuk memberikan landasan hukum bagi pelaksanaan Pengelolaan DAS 
sesuai dengan tujuan yang diinginkan tersebut, maka perlu ditetapkan 
dengan Peraturan Pemerintah. 
II. PASAL . . .
- 3 - 
II. PASAL DEMI PASAL 
Pasal 1 
Cukup jelas. 
Pasal 2 
Ayat (1) 
Cukup jelas. 
Ayat (2) 
Cukup jelas. 
Ayat (3) 
Cukup jelas. 
Ayat (4) 
Yang dimaksud dengan “Instansi Terkait” antara lain 
kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di 
bidang sumber daya air, serta perlindungan dan pengelolaan 
lingkungan hidup. 
Pasal 3 
Cukup jelas. 
Pasal 4 
Perencanaan Pengelolaan DAS dimaksudkan untuk analisis masalah, 
merumuskan tujuan, sinkronisasi program dan sistem monitoring 
dan evaluasi program dalam DAS. 
Pasal 5 
Cukup jelas. 
Pasal 6 
Huruf a 
Penyiapan bahan terdiri dari hardware (komputer), software 
SIG dan data raster (citra Satelite Radar Topographic 
Missions/SRTM resolusi 90 meter dan Citra Landsat) serta 
data vektor skala 1:250.000 (Peta Dasar Tematik 
Kehutanan/PDTK, Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI). 
Huruf b . . .
- 4 - 
Huruf b 
Yang dimaksud dengan “penentuan batas DAS” adalah 
dengan cara membuat deliniasi secara otomatis dari citra 
SRTM (topografi) dengan bantuan software SIG. 
Huruf c 
Verifikasi Batas DAS dilakukan dengan bantuan Balai 
Pengelolaan DAS sekaligus pemberian nama DAS dan tidak 
dilakukan pada semua batas DAS. 
Huruf d 
Cukup jelas. 
Pasal 7 
Cukup jelas. 
Pasal 8 
Cukup jelas. 
Pasal 9 
Cukup jelas. 
Pasal 10 
Ayat (1) 
Cukup jelas. 
Ayat (2) 
Penetapan batas DAS meliputi pemberian kode nama DAS. 
DAS yang telah ditetapkan oleh Menteri menjadi batas definitif. 
Pasal 11 . . .
- 5 - 
Pasal 11 
Yang dimaksud dengan “menteri terkait” antara lain Menteri yang 
diserahi tugas dan tanggung jawab di bidang pekerjaan umum, 
dalam negeri, dan lingkungan hidup. 
Peraturan Menteri Kehutanan memuat antara lain: 
a. kerangka dasar dalam kegiatan pengelolaan DAS; 
b. kriteria adalah ukuran yang menjadi dasar penilaian dan 
penetapan sesuatu; dan 
c. standar adalah spesifikasi teknis atas sesuatu yang dibakukan 
sebagai patokan dalam melakukan kegiatan. 
Pasal 12 
Ayat (1) 
Yang dimaksud dengan “klasifikasi DAS” adalah 
pengkategorisasian DAS. 
Penyusunan Klasifikasi DAS dilakukan mengingat keterbatasan 
SDA dan sumber dana pembangunan serta keragaan derajat 
mendesaknya permasalahan pengelolaan DAS. 
Ayat (2) 
Cukup jelas. 
Ayat (3) 
Huruf a 
Kondisi lahan dimaksudkan untuk mengetahui tingkat 
kekritisan lahan, kesesuaian penggunaan lahan, indeks 
erosi, morfoerosi. 
Huruf b 
Yang dimaksud dengan “kualitas air” adalah kondisi 
perairan darat yang diukur dan/atau diuji berdasarkan 
parameter tertentu dan metode tertentu berdasarkan 
peraturan perundang-undangan. 
Huruf c . . .
- 6 - 
Huruf c 
Sosial ekonomi dan kelembagaan dimaksudkan untuk 
mengetahui tekanan penduduk terhadap lahan, 
kesejahteraan penduduk, keberadaan dan penegakan 
norma. 
Huruf d 
Cukup jelas. 
Huruf e 
Pemanfaatan ruang wilayah dilakukan untuk 
mengetahui prioritas pada kawasan lindung, dan 
kawasan tertentu. 
Pasal 13 
Huruf a 
Yang dimaksud dengan “lahan kritis” adalah lahan yang 
sudah tidak berfungsi lagi sebagai media pengatur tata air 
dan unsur produktivitas lahan sehingga menyebabkan 
terganggunya keseimbangan ekosistem DAS. 
Persentase luas lahan kritis adalah perbandingan antara 
lahan kritis yang ada dalam DAS dengan luas DAS tersebut. 
Huruf b 
Yang dimaksud dengan “penutupan vegetasi” adalah 
tanaman tahunan seperti vegetasi hutan, semak belukar 
dan/atau kebun yang dapat berfungsi lindung atau 
konservasi. 
Persentase penutupan vegetasi adalah perbandingan antara 
luas lahan berpenutupan vegetasi yang ada dalam DAS 
dengan luas DAS tersebut. 
Huruf c . . .
- 7 - 
Huruf c 
Yang dimaksud dengan “indeks erosi” adalah perbandingan 
antara besaran erosi aktual dengan erosi yang dapat 
ditoleransi didalam DAS. 
Pasal 14 
Huruf a 
Yang dimaksud dengan “koefisien rezim aliran” adalah 
bilangan yang menunjukkan perbandingan antara nilai debit 
maksimum dengan nilai debit minimum pada suatu DAS. 
Huruf b 
Yang dimaksud dengan “koefisien aliran tahunan” adalah 
bilangan yang menunjukkan perbandingan antara besarnya 
limpasan dengan curah hujan. 
Huruf c 
Muatan sedimen diukur dengan pendekatan nisbah 
hantaran sedimen yang merupakan bilangan yang 
menunjukkan perbandingan antara nilai total hasil sedimen 
yang masuk ke sungai dengan nilai total erosi pada daerah 
tangkapan air 
Huruf d 
Cukup jelas. 
Huruf e 
Yang dimaksud dengan “indeks penggunaan air” 
perbandingan antara total kebutuhan air dengan 
ketersediaan air di dalam DAS. 
Pasal 15 
Huruf a 
Tekanan penduduk terhadap lahan dihitung melalui 
pendekatan indeks ketersediaan lahan yang diketahui 
dengan menghitung perbandingan antara luas lahan di 
dalam DAS dengan jumlah kepala keluarga di dalam DAS. 
Huruf b . . .
- 8 - 
Huruf b 
Cukup jelas. 
Huruf c 
Cukup jelas. 
Pasal 16 
Huruf a 
Cukup jelas. 
Huruf b 
Yang dimaksud klasifikasi nilai bangunan air adalah 
klasifikasi besarnya investasi bangunan air antara lain 
waduk, bendungan, dam, saluran irigasi. 
Pasal 17 
Cukup jelas. 
Pasal 18 
Ayat (1) 
Termasuk DAS yang memiliki indikator tinggi sampai sangat 
tinggi dalam hal jumlah nilai lebih besar dari 100 yang 
dihitung berdasarkan pembobotan dan skoring. 
Ayat (2) 
Termasuk DAS yang memiliki indikator rendah sampai 
sangat rendah dalam hal jumlah nilai sama dengan 100 yang 
dihitung berdasarkan pembobotan dan skoring. 
Pasal 19 
Cukup jelas. 
Pasal 20 
Cukup jelas. 
Pasal 21 . . .
- 9 - 
Pasal 21 
Yang dimaksud dengan “menteri terkait” antara lain Menteri yang 
diserahi tugas dan tanggung jawab di bidang pekerjaan umum, 
dalam negeri, lingkungan hidup dan pertanian. 
Pasal 22 
Ayat (1) 
Cukup jelas. 
Ayat (2) 
Cukup jelas. 
Ayat (3) 
Tim terdiri dari unsur pemerintah dan non pemerintah 
termasuk di dalamnya forum koordinasi pengelolaan DAS, 
asosiasi, organisasi, lembaga atau perorangan yang 
berkaitan dengan pengelolaan sumber daya alam dan 
lingkungan hidup. 
Pasal 23 
Cukup jelas. 
Pasal 24 
Cukup jelas. 
Pasal 25 
Cukup jelas. 
Pasal 26 
Cukup jelas. 
Pasal 27 
Cukup jelas. 
Pasal 28 
Cukup jelas. 
Pasal 29 
Cukup jelas. 
Pasal 30 . . .
- 10 - 
Pasal 30 
Huruf a 
Identifikasi dan analisis masalah meliputi aspek biofisik, 
sosial ekonomi, kelembagaan, hubungan hulu hilir, dan 
hubungan antar sektor. 
Huruf b 
Cukup jelas. 
Pasal 31 
Cukup jelas. 
Pasal 32 
Cukup jelas. 
Pasal 33 
Cukup jelas. 
Pasal 34 
Cukup jelas. 
Pasal 35 
Ayat (1) 
Rencana Pengelolaan DAS yang telah ditetapkan paling sedikit 
memuat: 
a. inventarisasi karakteristik DAS yang meliputi antara lain, 
data biofisik, sosial ekonomi, dan kelembagaan; 
b. identifikasi masalah dan parapihak untuk mengetahui 
permasalahan, tugas, fungsi dan keterkaitan aktivitas 
parapihak; dan 
c. tujuan, program dan kebijakan, kelembagaan, sistem 
pemantauan dan evaluasi, dan sistem pendanaan, untuk 
menyepakati kondisi DAS yang ingin dicapai pada akhir 
periode Rencana Pengelolaan DAS serta menyusun 
kebutuhan, mekanisme dan alokasi pendanaan. 
Ayat (2) . . .
- 11 - 
Ayat (2) 
Rencana Pengelolaan DAS yang ditetapkan merupakan 
Rencana Pengelolaan DAS Terpadu. 
Ayat (3) 
Kegiatan pembangunan sektor yang disusun setiap instansi 
disinkronkan dengan kebijakan dan strategi masing-masing 
Rencana Pengelolaan DAS. 
Sasaran kegiatan pembangunan sektor ditetapkan sesuai 
dengan wilayah kerja di masing-masing Instansi Terkait. 
Kegiatan pembangunan wilayah disusun mengacu kepada hasil 
musyawarah perencanaan dan pengembangan (Musrenbang) di 
masing-masing daerah; 
Sasaran kegiatan pembangunan wilayah ditetapkan sesuai 
dengan Rencana Pengelolaan DAS yang mencakup wilayah 
administrasi daerah terkait; 
Kegiatan pembangunan wilayah tersebut sudah memasukan 
volume kegiatan dan mengindikasikan satuan kerja (satker) 
terkait. 
Pasal 36 
Ayat (1) 
Jangka waktu Rencana Pengelolaan DAS disesuaikan dengan 
jangka waktu rencana pembangunan jangka panjang Nasional 
dan Daerah (RPJP Nasional dan Daerah). 
Ayat (2) 
Cukup jelas. 
Ayat (3) 
Cukup jelas. 
Pasal 37 . . .
- 12 - 
Pasal 37 
Yang dimaksud dengan “menteri terkait” antara lain Menteri yang 
diserahi tugas dan tanggung jawab di bidang pekerjaan umum, 
dalam negeri, dan lingkungan hidup. 
Pasal 38 
Cukup jelas. 
Pasal 39 
Cukup jelas. 
Pasal 40 
Cukup jelas. 
Pasal 41 
Ayat (1) 
Huruf a 
Cukup jelas. 
Huruf b 
Pemeliharaan kelangsungan daerah tangkapan air 
ditujukan untuk menjaga kelangsungan keberadaan 
daya dukung, daya tampung, dan fungsi sumber daya 
air termasuk pengisian dengan cadangan air tanah. 
Huruf c 
Cukup jelas. 
Huruf d 
Cukup jelas. 
Ayat (2) 
Cukup jelas. 
Pasal 42 
Cukup jelas. 
Pasal 43 
Cukup jelas. 
Pasal 44 . . .
- 13 - 
Pasal 44 
Yang dimaksud dengan “menteri terkait” antara lain Menteri yang 
diserahi tugas dan tanggung jawab di bidang pekerjaan umum, 
dalam negeri, dan lingkungan hidup. 
Pasal 45 
Cukup jelas. 
Pasal 46 
Ayat (1) 
Monitoring dilakukan untuk mengetahui input dan kegiatan 
Pengelolaan DAS telah dilaksanakan sesuai yang direncanakan. 
Ayat (2) 
Cukup jelas. 
Pasal 47 
Cukup jelas. 
Pasal 48 
Ayat (1) 
Evaluasi dilakukan untuk menilai efektivitas dan keberhasilan 
kegiatan, keluaran dan dampak jangka pendek dan jangka 
panjang. 
Ayat (2) 
Cukup jelas. 
Ayat (3) 
Cukup jelas. 
Pasal 49 
Huruf a 
Cukup jelas. 
Huruf b . . .
- 14 - 
Huruf b 
Hasil evaluasi jika dipandang perlu dapat langsung digunakan 
sebagai bahan pengambilan keputusan melaksanakan kegiatan 
tertentu dan yang bersifat mendesak antara lain 
penanggulangan bencana alam. 
Pasal 50 
Cukup jelas. 
Pasal 51 
Yang dimaksud dengan “menteri terkait” antara lain Menteri yang 
diserahi tugas dan tanggung jawab di bidang pekerjaan umum, 
dalam negeri, dan lingkungan hidup. 
Pasal 52 
Cukup jelas. 
Pasal 53 
Cukup jelas. 
Pasal 54 
Cukup jelas. 
Pasal 55 
Cukup jelas. 
Pasal 56 
Yang dimaksud dengan “menteri terkait” antara lain Menteri yang 
diserahi tugas dan tanggung jawab di bidang pekerjaan umum, 
dalam negeri, dan lingkungan hidup. 
Pasal 57 
Cukup jelas. 
Pasal 58 
Cukup jelas. 
Pasal 59 
Cukup jelas. 
Pasal 60 . . .
- 15 - 
Pasal 60 
Yang dimaksud dengan “menteri terkait” antara lain Menteri yang 
diserahi tugas dan tanggung jawab di bidang pekerjaan umum, 
dalam negeri, dan lingkungan hidup. 
Pasal 61 
Cukup jelas. 
Pasal 62 
Cukup jelas. 
Pasal 63 
Ayat (1) 
Cukup jelas. 
Ayat (2) 
Yang dimaksud dengan “menteri terkait” antara lain Menteri 
yang diserahi tugas dan tanggung jawab di bidang pekerjaan 
umum, dalam negeri, lingkungan hidup dan pertanian. 
Pasal 64 
Ayat (1) 
Cukup jelas. 
Ayat (2) 
Yang dimaksud dengan “dibangun dan dikelola” yaitu 
menghimpun data dan informasi dari berbagai pihak untuk 
dirumuskan ke dalam sistem informasi Pengelolaan DAS dan 
untuk selanjutnya dikelola sebagai pusat informasi pengelolaan 
DAS. 
Pasal 65 
Cukup jelas. 
Pasal 66 
Ayat (1) 
Huruf a . . .
- 16 - 
Huruf a 
Yang dimaksud dengan “data pokok DAS” yaitu 
parameter karakteristik DAS baik spasial maupun non 
spasial antara lain: komponen biofisik, sosial, ekonomi 
dan budaya termasuk kebencanaan. 
Huruf b 
Yang dimaksud dengan “sistem pendukung” yaitu 
program-program standar pengolahan data, manual, 
kriteria dan standar, kerjasama antar daerah dan sektor 
untuk pengambilan keputusan. 
Ayat (2) 
Cukup jelas. 
Ayat (3) 
Yang dimaksud dengan “menteri terkait” antara lain Menteri 
yang diserahi tugas dan tanggung jawab di bidang pekerjaan 
umum, dalam negeri, dan lingkungan hidup. 
Pasal 67 
Ayat (1) 
Dana Pengelolaan DAS dibebankan pada anggaran instansi-instansi 
yang melaksanakan kegiatan yang menjadi bagian dari 
Pengelolaan DAS. 
Ayat (2) 
Sumber dana lainnya dapat berupa dana lingkungan antara 
lain global environmental facility (GEF), global mechanism (GM), 
trust fund, enviromental fund, pembayaran jasa lingkungan. 
Pasal 68 
Cukup jelas. 
Pasal 69 
Cukup jelas. 
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5292

More Related Content

What's hot

Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah
Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2008 tentang Air TanahPeraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah
Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah
infosanitasi
 
Permen PU No. 48/PRT/1990 tentang Pengelolaan Air dan atau Sumber Air pada Wi...
Permen PU No. 48/PRT/1990 tentang Pengelolaan Air dan atau Sumber Air pada Wi...Permen PU No. 48/PRT/1990 tentang Pengelolaan Air dan atau Sumber Air pada Wi...
Permen PU No. 48/PRT/1990 tentang Pengelolaan Air dan atau Sumber Air pada Wi...
infosanitasi
 
Peraturan Pemerintah No. 43 tahun_2008 tentang Air Tanah
Peraturan Pemerintah No. 43 tahun_2008 tentang Air TanahPeraturan Pemerintah No. 43 tahun_2008 tentang Air Tanah
Peraturan Pemerintah No. 43 tahun_2008 tentang Air Tanah
Penataan Ruang
 
Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air
Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya AirPeraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air
Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air
Penataan Ruang
 
Permen PU Nomor 6 Tahun 2011 tentang Pedoman Penggunaan Sumber Daya Air
Permen PU Nomor 6 Tahun 2011 tentang Pedoman Penggunaan Sumber Daya AirPermen PU Nomor 6 Tahun 2011 tentang Pedoman Penggunaan Sumber Daya Air
Permen PU Nomor 6 Tahun 2011 tentang Pedoman Penggunaan Sumber Daya Air
Penataan Ruang
 
Peraturan Menteri PU No. 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Ma...
Peraturan Menteri PU No. 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Ma...Peraturan Menteri PU No. 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Ma...
Peraturan Menteri PU No. 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Ma...
infosanitasi
 
2010 Irigasi setelah pansus print surat gub_5_item
2010 Irigasi setelah pansus print surat gub_5_item2010 Irigasi setelah pansus print surat gub_5_item
2010 Irigasi setelah pansus print surat gub_5_itemPA_Klaten
 
Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Rencana Perlindungan dan Pengelolaan L...
Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Rencana Perlindungan dan Pengelolaan L...Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Rencana Perlindungan dan Pengelolaan L...
Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Rencana Perlindungan dan Pengelolaan L...
LAKSMI WIJAYANTI
 
DRAFT RPP RENCANA PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LH
DRAFT RPP RENCANA PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LH DRAFT RPP RENCANA PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LH
DRAFT RPP RENCANA PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LH
LAKSMI WIJAYANTI
 
Kepdirjen Cipta Karya No. 61/KPTS/CK/1998 Petunjuk Teknis Perencanaan, Pelaks...
Kepdirjen Cipta Karya No. 61/KPTS/CK/1998 Petunjuk Teknis Perencanaan, Pelaks...Kepdirjen Cipta Karya No. 61/KPTS/CK/1998 Petunjuk Teknis Perencanaan, Pelaks...
Kepdirjen Cipta Karya No. 61/KPTS/CK/1998 Petunjuk Teknis Perencanaan, Pelaks...
infosanitasi
 
Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1991 tentang Rawa
Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1991 tentang RawaPeraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1991 tentang Rawa
Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1991 tentang Rawa
infosanitasi
 
UU 11 1974 pengairan
UU 11 1974 pengairanUU 11 1974 pengairan
UU 11 1974 pengairan
F Bari
 
Undang-Undang No 11 Tahun 1974
Undang-Undang No 11 Tahun 1974Undang-Undang No 11 Tahun 1974
Undang-Undang No 11 Tahun 1974
Ssdotnet
 
PP No 46/2017 Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup
PP No 46/2017 Instrumen Ekonomi Lingkungan HidupPP No 46/2017 Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup
PP No 46/2017 Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup
LAKSMI WIJAYANTI
 
Permen PU Nomor 20 Tahun 2006 Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Si...
Permen PU Nomor 20 Tahun 2006 Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Si...Permen PU Nomor 20 Tahun 2006 Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Si...
Permen PU Nomor 20 Tahun 2006 Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Si...
infosanitasi
 
Inmendagri No.8 Tahun 1998 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penetapan Tarif Air M...
Inmendagri No.8 Tahun 1998 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penetapan Tarif Air M...Inmendagri No.8 Tahun 1998 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penetapan Tarif Air M...
Inmendagri No.8 Tahun 1998 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penetapan Tarif Air M...
infosanitasi
 
Kepdirjen Cipta Karya No.62/KPTS/CK/1998 Petunjuk Teknis Perencanaan, Pelaks...
Kepdirjen Cipta Karya No.62/KPTS/CK/1998  Petunjuk Teknis Perencanaan, Pelaks...Kepdirjen Cipta Karya No.62/KPTS/CK/1998  Petunjuk Teknis Perencanaan, Pelaks...
Kepdirjen Cipta Karya No.62/KPTS/CK/1998 Petunjuk Teknis Perencanaan, Pelaks...
infosanitasi
 
Permen pu no. 13 2013 (kebijakan dan strategi nasional pengembangan sistem pe...
Permen pu no. 13 2013 (kebijakan dan strategi nasional pengembangan sistem pe...Permen pu no. 13 2013 (kebijakan dan strategi nasional pengembangan sistem pe...
Permen pu no. 13 2013 (kebijakan dan strategi nasional pengembangan sistem pe...
Febrina Zulya
 
Undang-undang No 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air
Undang-undang No 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya AirUndang-undang No 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air
Undang-undang No 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air
Joy Irman
 

What's hot (20)

Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah
Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2008 tentang Air TanahPeraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah
Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah
 
Permen PU No. 48/PRT/1990 tentang Pengelolaan Air dan atau Sumber Air pada Wi...
Permen PU No. 48/PRT/1990 tentang Pengelolaan Air dan atau Sumber Air pada Wi...Permen PU No. 48/PRT/1990 tentang Pengelolaan Air dan atau Sumber Air pada Wi...
Permen PU No. 48/PRT/1990 tentang Pengelolaan Air dan atau Sumber Air pada Wi...
 
Peraturan Pemerintah No. 43 tahun_2008 tentang Air Tanah
Peraturan Pemerintah No. 43 tahun_2008 tentang Air TanahPeraturan Pemerintah No. 43 tahun_2008 tentang Air Tanah
Peraturan Pemerintah No. 43 tahun_2008 tentang Air Tanah
 
Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air
Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya AirPeraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air
Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air
 
Permen PU Nomor 6 Tahun 2011 tentang Pedoman Penggunaan Sumber Daya Air
Permen PU Nomor 6 Tahun 2011 tentang Pedoman Penggunaan Sumber Daya AirPermen PU Nomor 6 Tahun 2011 tentang Pedoman Penggunaan Sumber Daya Air
Permen PU Nomor 6 Tahun 2011 tentang Pedoman Penggunaan Sumber Daya Air
 
Peraturan Menteri PU No. 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Ma...
Peraturan Menteri PU No. 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Ma...Peraturan Menteri PU No. 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Ma...
Peraturan Menteri PU No. 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Ma...
 
2010 Irigasi setelah pansus print surat gub_5_item
2010 Irigasi setelah pansus print surat gub_5_item2010 Irigasi setelah pansus print surat gub_5_item
2010 Irigasi setelah pansus print surat gub_5_item
 
Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Rencana Perlindungan dan Pengelolaan L...
Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Rencana Perlindungan dan Pengelolaan L...Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Rencana Perlindungan dan Pengelolaan L...
Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Rencana Perlindungan dan Pengelolaan L...
 
DRAFT RPP RENCANA PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LH
DRAFT RPP RENCANA PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LH DRAFT RPP RENCANA PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LH
DRAFT RPP RENCANA PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LH
 
Kepdirjen Cipta Karya No. 61/KPTS/CK/1998 Petunjuk Teknis Perencanaan, Pelaks...
Kepdirjen Cipta Karya No. 61/KPTS/CK/1998 Petunjuk Teknis Perencanaan, Pelaks...Kepdirjen Cipta Karya No. 61/KPTS/CK/1998 Petunjuk Teknis Perencanaan, Pelaks...
Kepdirjen Cipta Karya No. 61/KPTS/CK/1998 Petunjuk Teknis Perencanaan, Pelaks...
 
Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1991 tentang Rawa
Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1991 tentang RawaPeraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1991 tentang Rawa
Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1991 tentang Rawa
 
UU 11 1974 pengairan
UU 11 1974 pengairanUU 11 1974 pengairan
UU 11 1974 pengairan
 
Undang-Undang No 11 Tahun 1974
Undang-Undang No 11 Tahun 1974Undang-Undang No 11 Tahun 1974
Undang-Undang No 11 Tahun 1974
 
PP No 46/2017 Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup
PP No 46/2017 Instrumen Ekonomi Lingkungan HidupPP No 46/2017 Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup
PP No 46/2017 Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup
 
Permen PU Nomor 20 Tahun 2006 Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Si...
Permen PU Nomor 20 Tahun 2006 Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Si...Permen PU Nomor 20 Tahun 2006 Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Si...
Permen PU Nomor 20 Tahun 2006 Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Si...
 
Sni 6774 2008.air bersih
Sni 6774 2008.air bersihSni 6774 2008.air bersih
Sni 6774 2008.air bersih
 
Inmendagri No.8 Tahun 1998 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penetapan Tarif Air M...
Inmendagri No.8 Tahun 1998 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penetapan Tarif Air M...Inmendagri No.8 Tahun 1998 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penetapan Tarif Air M...
Inmendagri No.8 Tahun 1998 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penetapan Tarif Air M...
 
Kepdirjen Cipta Karya No.62/KPTS/CK/1998 Petunjuk Teknis Perencanaan, Pelaks...
Kepdirjen Cipta Karya No.62/KPTS/CK/1998  Petunjuk Teknis Perencanaan, Pelaks...Kepdirjen Cipta Karya No.62/KPTS/CK/1998  Petunjuk Teknis Perencanaan, Pelaks...
Kepdirjen Cipta Karya No.62/KPTS/CK/1998 Petunjuk Teknis Perencanaan, Pelaks...
 
Permen pu no. 13 2013 (kebijakan dan strategi nasional pengembangan sistem pe...
Permen pu no. 13 2013 (kebijakan dan strategi nasional pengembangan sistem pe...Permen pu no. 13 2013 (kebijakan dan strategi nasional pengembangan sistem pe...
Permen pu no. 13 2013 (kebijakan dan strategi nasional pengembangan sistem pe...
 
Undang-undang No 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air
Undang-undang No 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya AirUndang-undang No 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air
Undang-undang No 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air
 

Viewers also liked

Luis Antonio Lima no exterior
Luis Antonio Lima no exteriorLuis Antonio Lima no exterior
Luis Antonio Lima no exterior
Luis Antonio Lima
 
ChristmasTemps.com; The Launch, 2014
ChristmasTemps.com; The Launch, 2014ChristmasTemps.com; The Launch, 2014
ChristmasTemps.com; The Launch, 2014
James Smith
 
Suy nghi va_lam_giau pdf
Suy nghi va_lam_giau pdfSuy nghi va_lam_giau pdf
Suy nghi va_lam_giau pdf
saonam
 
Konsep Agenda ELLE Indonesia - MAZDA 2014
Konsep Agenda ELLE Indonesia - MAZDA 2014Konsep Agenda ELLE Indonesia - MAZDA 2014
Konsep Agenda ELLE Indonesia - MAZDA 2014
Christovel Ramot Aruan
 
Ieee transient stability improvement
Ieee transient stability improvementIeee transient stability improvement
Ieee transient stability improvementvinayraju03
 
Luis Antonio Lima Agenda
Luis Antonio Lima AgendaLuis Antonio Lima Agenda
Luis Antonio Lima Agenda
Luis Antonio Lima
 
Журналистика данных 101
Журналистика данных 101Журналистика данных 101
Журналистика данных 101
Krystsina Shveda
 
Журналистика данных в СМИ и обществе
Журналистика данных  в СМИ и обществеЖурналистика данных  в СМИ и обществе
Журналистика данных в СМИ и обществе
Krystsina Shveda
 

Viewers also liked (15)

Luis Antonio Lima no exterior
Luis Antonio Lima no exteriorLuis Antonio Lima no exterior
Luis Antonio Lima no exterior
 
Cil promotion 1
Cil promotion 1Cil promotion 1
Cil promotion 1
 
ChristmasTemps.com; The Launch, 2014
ChristmasTemps.com; The Launch, 2014ChristmasTemps.com; The Launch, 2014
ChristmasTemps.com; The Launch, 2014
 
Suy nghi va_lam_giau pdf
Suy nghi va_lam_giau pdfSuy nghi va_lam_giau pdf
Suy nghi va_lam_giau pdf
 
Ict pwp
Ict pwpIct pwp
Ict pwp
 
Google
GoogleGoogle
Google
 
Konsep Agenda ELLE Indonesia - MAZDA 2014
Konsep Agenda ELLE Indonesia - MAZDA 2014Konsep Agenda ELLE Indonesia - MAZDA 2014
Konsep Agenda ELLE Indonesia - MAZDA 2014
 
CV_KaloutsakisStylianos
CV_KaloutsakisStylianosCV_KaloutsakisStylianos
CV_KaloutsakisStylianos
 
Ieee transient stability improvement
Ieee transient stability improvementIeee transient stability improvement
Ieee transient stability improvement
 
Just4boys just4girls
Just4boys just4girlsJust4boys just4girls
Just4boys just4girls
 
Cambio consulting
Cambio consultingCambio consulting
Cambio consulting
 
Luis Antonio Lima Agenda
Luis Antonio Lima AgendaLuis Antonio Lima Agenda
Luis Antonio Lima Agenda
 
Журналистика данных 101
Журналистика данных 101Журналистика данных 101
Журналистика данных 101
 
Resume
ResumeResume
Resume
 
Журналистика данных в СМИ и обществе
Журналистика данных  в СМИ и обществеЖурналистика данных  в СМИ и обществе
Журналистика данных в СМИ и обществе
 

Similar to Pp.37 2012 pengelolaan_das_

Permen PU Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pengelolaan S...
Permen PU Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pengelolaan S...Permen PU Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pengelolaan S...
Permen PU Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pengelolaan S...
Penataan Ruang
 
Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah
Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2008 tentang Air TanahPeraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah
Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah
Penataan Ruang
 
Perpres No. 37 Tahun 2023 tentang Kebijakan Nasional Sumber Daya Air.pdf
Perpres No. 37 Tahun 2023 tentang Kebijakan Nasional Sumber Daya Air.pdfPerpres No. 37 Tahun 2023 tentang Kebijakan Nasional Sumber Daya Air.pdf
Perpres No. 37 Tahun 2023 tentang Kebijakan Nasional Sumber Daya Air.pdf
FurqanAbdulRaisZordi
 
Permen PU No. 45/PRT/1990 tentang Pengendalian Mutu Air pada Sumber Air
Permen PU No. 45/PRT/1990 tentang Pengendalian Mutu Air pada Sumber AirPermen PU No. 45/PRT/1990 tentang Pengendalian Mutu Air pada Sumber Air
Permen PU No. 45/PRT/1990 tentang Pengendalian Mutu Air pada Sumber Air
infosanitasi
 
Permen PU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Pedoman Teknis dan Tatacara Penyusunan ...
Permen PU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Pedoman Teknis dan Tatacara Penyusunan ...Permen PU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Pedoman Teknis dan Tatacara Penyusunan ...
Permen PU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Pedoman Teknis dan Tatacara Penyusunan ...
Penataan Ruang
 
Peraturan Presiden tentang Percepatan Pembangunan Air Minum dan Sanitasi
Peraturan Presiden tentang Percepatan Pembangunan Air Minum dan SanitasiPeraturan Presiden tentang Percepatan Pembangunan Air Minum dan Sanitasi
Peraturan Presiden tentang Percepatan Pembangunan Air Minum dan Sanitasi
infosanitasi
 
Peraturan Presiden tentang Percepatan Penyediaan Air Minum dan Sanitasi
Peraturan Presiden tentang Percepatan Penyediaan Air Minum dan SanitasiPeraturan Presiden tentang Percepatan Penyediaan Air Minum dan Sanitasi
Peraturan Presiden tentang Percepatan Penyediaan Air Minum dan Sanitasi
Joy Irman
 
No. 7 ttg pengelolaan irigasi
No. 7 ttg pengelolaan irigasiNo. 7 ttg pengelolaan irigasi
No. 7 ttg pengelolaan irigasi
ppbkab
 
Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan P...
Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan P...Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan P...
Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan P...
infosanitasi
 
PP NO 82 Tahun 2001 Tentang Kualitas air
PP NO 82 Tahun 2001 Tentang Kualitas airPP NO 82 Tahun 2001 Tentang Kualitas air
PP NO 82 Tahun 2001 Tentang Kualitas air
PT.Jasa Prima Perkasa
 
Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air
Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran AirPeraturan Pemerintah No. 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air
Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air
Penataan Ruang
 
Perda air tanah kalsel 2018
Perda air tanah kalsel 2018Perda air tanah kalsel 2018
Perda air tanah kalsel 2018
Fikri Azwari Hyt
 
Makalah pp (uu)
Makalah pp (uu)Makalah pp (uu)
Makalah pp (uu)
Johannes Panjaitan
 
Qanun 21 tahun 2002 ttg pengelolaan sda
Qanun 21 tahun 2002  ttg pengelolaan sdaQanun 21 tahun 2002  ttg pengelolaan sda
Qanun 21 tahun 2002 ttg pengelolaan sdawalhiaceh
 
Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2001
Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2001Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2001
Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2001
tifani putri
 
Lamp2 170306140903
Lamp2 170306140903Lamp2 170306140903
Lamp2 170306140903
Dello Asayr DC
 
Pp no.82 th 2001 kualitas pencemaran air.
Pp no.82 th 2001 kualitas pencemaran air.Pp no.82 th 2001 kualitas pencemaran air.
Pp no.82 th 2001 kualitas pencemaran air.
Ardi Yanson
 

Similar to Pp.37 2012 pengelolaan_das_ (20)

Permen PU Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pengelolaan S...
Permen PU Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pengelolaan S...Permen PU Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pengelolaan S...
Permen PU Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pengelolaan S...
 
Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah
Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2008 tentang Air TanahPeraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah
Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah
 
Perpres No. 37 Tahun 2023 tentang Kebijakan Nasional Sumber Daya Air.pdf
Perpres No. 37 Tahun 2023 tentang Kebijakan Nasional Sumber Daya Air.pdfPerpres No. 37 Tahun 2023 tentang Kebijakan Nasional Sumber Daya Air.pdf
Perpres No. 37 Tahun 2023 tentang Kebijakan Nasional Sumber Daya Air.pdf
 
Permen PU No. 45/PRT/1990 tentang Pengendalian Mutu Air pada Sumber Air
Permen PU No. 45/PRT/1990 tentang Pengendalian Mutu Air pada Sumber AirPermen PU No. 45/PRT/1990 tentang Pengendalian Mutu Air pada Sumber Air
Permen PU No. 45/PRT/1990 tentang Pengendalian Mutu Air pada Sumber Air
 
Perda 21 2011
Perda 21 2011Perda 21 2011
Perda 21 2011
 
Permen PU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Pedoman Teknis dan Tatacara Penyusunan ...
Permen PU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Pedoman Teknis dan Tatacara Penyusunan ...Permen PU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Pedoman Teknis dan Tatacara Penyusunan ...
Permen PU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Pedoman Teknis dan Tatacara Penyusunan ...
 
Peraturan Presiden tentang Percepatan Pembangunan Air Minum dan Sanitasi
Peraturan Presiden tentang Percepatan Pembangunan Air Minum dan SanitasiPeraturan Presiden tentang Percepatan Pembangunan Air Minum dan Sanitasi
Peraturan Presiden tentang Percepatan Pembangunan Air Minum dan Sanitasi
 
Peraturan Presiden tentang Percepatan Penyediaan Air Minum dan Sanitasi
Peraturan Presiden tentang Percepatan Penyediaan Air Minum dan SanitasiPeraturan Presiden tentang Percepatan Penyediaan Air Minum dan Sanitasi
Peraturan Presiden tentang Percepatan Penyediaan Air Minum dan Sanitasi
 
No. 7 ttg pengelolaan irigasi
No. 7 ttg pengelolaan irigasiNo. 7 ttg pengelolaan irigasi
No. 7 ttg pengelolaan irigasi
 
Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan P...
Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan P...Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan P...
Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan P...
 
PP NO 82 Tahun 2001 Tentang Kualitas air
PP NO 82 Tahun 2001 Tentang Kualitas airPP NO 82 Tahun 2001 Tentang Kualitas air
PP NO 82 Tahun 2001 Tentang Kualitas air
 
Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air
Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran AirPeraturan Pemerintah No. 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air
Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air
 
Perda air tanah kalsel 2018
Perda air tanah kalsel 2018Perda air tanah kalsel 2018
Perda air tanah kalsel 2018
 
Makalah pp (uu)
Makalah pp (uu)Makalah pp (uu)
Makalah pp (uu)
 
Pp82 air (revisi)
Pp82 air (revisi)Pp82 air (revisi)
Pp82 air (revisi)
 
Qanun 21 tahun 2002 ttg pengelolaan sda
Qanun 21 tahun 2002  ttg pengelolaan sdaQanun 21 tahun 2002  ttg pengelolaan sda
Qanun 21 tahun 2002 ttg pengelolaan sda
 
Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2001
Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2001Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2001
Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2001
 
Lamp2 170306140903
Lamp2 170306140903Lamp2 170306140903
Lamp2 170306140903
 
Lamp2
Lamp2Lamp2
Lamp2
 
Pp no.82 th 2001 kualitas pencemaran air.
Pp no.82 th 2001 kualitas pencemaran air.Pp no.82 th 2001 kualitas pencemaran air.
Pp no.82 th 2001 kualitas pencemaran air.
 

Recently uploaded

CONTOH MAKALAH JOINT VENTURE DAN ENTERPRISE DALAM HUKUM INVESTASI
CONTOH MAKALAH JOINT VENTURE DAN ENTERPRISE DALAM HUKUM INVESTASICONTOH MAKALAH JOINT VENTURE DAN ENTERPRISE DALAM HUKUM INVESTASI
CONTOH MAKALAH JOINT VENTURE DAN ENTERPRISE DALAM HUKUM INVESTASI
SharonPriscilla3
 
ARAH KEBIJAKAN DAK DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN ANALISA USULAN DAK 2025 KALT...
ARAH KEBIJAKAN DAK DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN ANALISA USULAN DAK 2025 KALT...ARAH KEBIJAKAN DAK DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN ANALISA USULAN DAK 2025 KALT...
ARAH KEBIJAKAN DAK DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN ANALISA USULAN DAK 2025 KALT...
adbangplk
 
SOSIALISASI TAHAPAN DAN PENCALONAN PERSEORANGAN DALAM PEMILIHAN SERENTAK 2024...
SOSIALISASI TAHAPAN DAN PENCALONAN PERSEORANGAN DALAM PEMILIHAN SERENTAK 2024...SOSIALISASI TAHAPAN DAN PENCALONAN PERSEORANGAN DALAM PEMILIHAN SERENTAK 2024...
SOSIALISASI TAHAPAN DAN PENCALONAN PERSEORANGAN DALAM PEMILIHAN SERENTAK 2024...
HansWijaya13
 
ppt.kls.xi. kd. ancaman ideologi.pptx.pdf
ppt.kls.xi. kd. ancaman ideologi.pptx.pdfppt.kls.xi. kd. ancaman ideologi.pptx.pdf
ppt.kls.xi. kd. ancaman ideologi.pptx.pdf
thegoddescorp
 
HUKUM ACARA PENGUJIAN UNDANG-UNDANG - HUKUM ACARA MK
HUKUM ACARA PENGUJIAN UNDANG-UNDANG - HUKUM ACARA MKHUKUM ACARA PENGUJIAN UNDANG-UNDANG - HUKUM ACARA MK
HUKUM ACARA PENGUJIAN UNDANG-UNDANG - HUKUM ACARA MK
HarrySusanto18
 
PerGub_No._49_Thn_2015_ttg_Pedoman_Remunerasi_BLUD jatim.pdf
PerGub_No._49_Thn_2015_ttg_Pedoman_Remunerasi_BLUD jatim.pdfPerGub_No._49_Thn_2015_ttg_Pedoman_Remunerasi_BLUD jatim.pdf
PerGub_No._49_Thn_2015_ttg_Pedoman_Remunerasi_BLUD jatim.pdf
asmazn0001
 
ppt. kls xi kd. 3.4. Hubungan Internasional.pptx.pdf
ppt. kls xi kd. 3.4. Hubungan Internasional.pptx.pdfppt. kls xi kd. 3.4. Hubungan Internasional.pptx.pdf
ppt. kls xi kd. 3.4. Hubungan Internasional.pptx.pdf
thegoddescorp
 
Gratifikasi_dan_Anti_Korupsi_(Tim_Penyuluh_31_Mei_2021).ppt
Gratifikasi_dan_Anti_Korupsi_(Tim_Penyuluh_31_Mei_2021).pptGratifikasi_dan_Anti_Korupsi_(Tim_Penyuluh_31_Mei_2021).ppt
Gratifikasi_dan_Anti_Korupsi_(Tim_Penyuluh_31_Mei_2021).ppt
SardiPasaribu
 
449048659-powerpoint-Peran-Kejaksaan-ppt.ppt
449048659-powerpoint-Peran-Kejaksaan-ppt.ppt449048659-powerpoint-Peran-Kejaksaan-ppt.ppt
449048659-powerpoint-Peran-Kejaksaan-ppt.ppt
intelkejarimimika07
 
Peran Kejaksaan Dalam Penanganan Tindak Pidana Pemilu.pdf
Peran Kejaksaan Dalam Penanganan Tindak Pidana Pemilu.pdfPeran Kejaksaan Dalam Penanganan Tindak Pidana Pemilu.pdf
Peran Kejaksaan Dalam Penanganan Tindak Pidana Pemilu.pdf
intelkejarimimika07
 
Salinan PP Nomor 25 Tahun 2024. kumparanNews, kumparan.com
Salinan PP Nomor 25 Tahun 2024. kumparanNews, kumparan.comSalinan PP Nomor 25 Tahun 2024. kumparanNews, kumparan.com
Salinan PP Nomor 25 Tahun 2024. kumparanNews, kumparan.com
CI kumparan
 
Hukum Penitensier serta Pengetahuan akan Hukum Pidana
Hukum Penitensier serta Pengetahuan akan Hukum PidanaHukum Penitensier serta Pengetahuan akan Hukum Pidana
Hukum Penitensier serta Pengetahuan akan Hukum Pidana
Pelita9
 
DOC-20240528-WA0150..pdf Revisi UU Polri Draf
DOC-20240528-WA0150..pdf Revisi UU Polri DrafDOC-20240528-WA0150..pdf Revisi UU Polri Draf
DOC-20240528-WA0150..pdf Revisi UU Polri Draf
CIkumparan
 
6. PPLi-BimTek Pemulihan dan Kedaruratan_PPLI.pdf
6. PPLi-BimTek Pemulihan dan Kedaruratan_PPLI.pdf6. PPLi-BimTek Pemulihan dan Kedaruratan_PPLI.pdf
6. PPLi-BimTek Pemulihan dan Kedaruratan_PPLI.pdf
Adhi Setyowibowo
 
PPT HUBUNGAN BISNIS BY NINA RAHAYU BELIA.pptx
PPT HUBUNGAN BISNIS BY NINA RAHAYU BELIA.pptxPPT HUBUNGAN BISNIS BY NINA RAHAYU BELIA.pptx
PPT HUBUNGAN BISNIS BY NINA RAHAYU BELIA.pptx
NinaRahayuBelia
 
RUU KIA pada Seribu HPK-Raker Tingkat I Komisi VIII DPR RI-25032024-FINAL.pdf
RUU KIA pada Seribu HPK-Raker Tingkat I Komisi VIII DPR RI-25032024-FINAL.pdfRUU KIA pada Seribu HPK-Raker Tingkat I Komisi VIII DPR RI-25032024-FINAL.pdf
RUU KIA pada Seribu HPK-Raker Tingkat I Komisi VIII DPR RI-25032024-FINAL.pdf
CI kumparan
 
Pengawasan Pemilu 2024 sebagai bentuk kecintaan kita terhadap NKRI
Pengawasan Pemilu 2024 sebagai bentuk kecintaan kita terhadap NKRIPengawasan Pemilu 2024 sebagai bentuk kecintaan kita terhadap NKRI
Pengawasan Pemilu 2024 sebagai bentuk kecintaan kita terhadap NKRI
JabalArfah
 

Recently uploaded (17)

CONTOH MAKALAH JOINT VENTURE DAN ENTERPRISE DALAM HUKUM INVESTASI
CONTOH MAKALAH JOINT VENTURE DAN ENTERPRISE DALAM HUKUM INVESTASICONTOH MAKALAH JOINT VENTURE DAN ENTERPRISE DALAM HUKUM INVESTASI
CONTOH MAKALAH JOINT VENTURE DAN ENTERPRISE DALAM HUKUM INVESTASI
 
ARAH KEBIJAKAN DAK DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN ANALISA USULAN DAK 2025 KALT...
ARAH KEBIJAKAN DAK DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN ANALISA USULAN DAK 2025 KALT...ARAH KEBIJAKAN DAK DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN ANALISA USULAN DAK 2025 KALT...
ARAH KEBIJAKAN DAK DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN ANALISA USULAN DAK 2025 KALT...
 
SOSIALISASI TAHAPAN DAN PENCALONAN PERSEORANGAN DALAM PEMILIHAN SERENTAK 2024...
SOSIALISASI TAHAPAN DAN PENCALONAN PERSEORANGAN DALAM PEMILIHAN SERENTAK 2024...SOSIALISASI TAHAPAN DAN PENCALONAN PERSEORANGAN DALAM PEMILIHAN SERENTAK 2024...
SOSIALISASI TAHAPAN DAN PENCALONAN PERSEORANGAN DALAM PEMILIHAN SERENTAK 2024...
 
ppt.kls.xi. kd. ancaman ideologi.pptx.pdf
ppt.kls.xi. kd. ancaman ideologi.pptx.pdfppt.kls.xi. kd. ancaman ideologi.pptx.pdf
ppt.kls.xi. kd. ancaman ideologi.pptx.pdf
 
HUKUM ACARA PENGUJIAN UNDANG-UNDANG - HUKUM ACARA MK
HUKUM ACARA PENGUJIAN UNDANG-UNDANG - HUKUM ACARA MKHUKUM ACARA PENGUJIAN UNDANG-UNDANG - HUKUM ACARA MK
HUKUM ACARA PENGUJIAN UNDANG-UNDANG - HUKUM ACARA MK
 
PerGub_No._49_Thn_2015_ttg_Pedoman_Remunerasi_BLUD jatim.pdf
PerGub_No._49_Thn_2015_ttg_Pedoman_Remunerasi_BLUD jatim.pdfPerGub_No._49_Thn_2015_ttg_Pedoman_Remunerasi_BLUD jatim.pdf
PerGub_No._49_Thn_2015_ttg_Pedoman_Remunerasi_BLUD jatim.pdf
 
ppt. kls xi kd. 3.4. Hubungan Internasional.pptx.pdf
ppt. kls xi kd. 3.4. Hubungan Internasional.pptx.pdfppt. kls xi kd. 3.4. Hubungan Internasional.pptx.pdf
ppt. kls xi kd. 3.4. Hubungan Internasional.pptx.pdf
 
Gratifikasi_dan_Anti_Korupsi_(Tim_Penyuluh_31_Mei_2021).ppt
Gratifikasi_dan_Anti_Korupsi_(Tim_Penyuluh_31_Mei_2021).pptGratifikasi_dan_Anti_Korupsi_(Tim_Penyuluh_31_Mei_2021).ppt
Gratifikasi_dan_Anti_Korupsi_(Tim_Penyuluh_31_Mei_2021).ppt
 
449048659-powerpoint-Peran-Kejaksaan-ppt.ppt
449048659-powerpoint-Peran-Kejaksaan-ppt.ppt449048659-powerpoint-Peran-Kejaksaan-ppt.ppt
449048659-powerpoint-Peran-Kejaksaan-ppt.ppt
 
Peran Kejaksaan Dalam Penanganan Tindak Pidana Pemilu.pdf
Peran Kejaksaan Dalam Penanganan Tindak Pidana Pemilu.pdfPeran Kejaksaan Dalam Penanganan Tindak Pidana Pemilu.pdf
Peran Kejaksaan Dalam Penanganan Tindak Pidana Pemilu.pdf
 
Salinan PP Nomor 25 Tahun 2024. kumparanNews, kumparan.com
Salinan PP Nomor 25 Tahun 2024. kumparanNews, kumparan.comSalinan PP Nomor 25 Tahun 2024. kumparanNews, kumparan.com
Salinan PP Nomor 25 Tahun 2024. kumparanNews, kumparan.com
 
Hukum Penitensier serta Pengetahuan akan Hukum Pidana
Hukum Penitensier serta Pengetahuan akan Hukum PidanaHukum Penitensier serta Pengetahuan akan Hukum Pidana
Hukum Penitensier serta Pengetahuan akan Hukum Pidana
 
DOC-20240528-WA0150..pdf Revisi UU Polri Draf
DOC-20240528-WA0150..pdf Revisi UU Polri DrafDOC-20240528-WA0150..pdf Revisi UU Polri Draf
DOC-20240528-WA0150..pdf Revisi UU Polri Draf
 
6. PPLi-BimTek Pemulihan dan Kedaruratan_PPLI.pdf
6. PPLi-BimTek Pemulihan dan Kedaruratan_PPLI.pdf6. PPLi-BimTek Pemulihan dan Kedaruratan_PPLI.pdf
6. PPLi-BimTek Pemulihan dan Kedaruratan_PPLI.pdf
 
PPT HUBUNGAN BISNIS BY NINA RAHAYU BELIA.pptx
PPT HUBUNGAN BISNIS BY NINA RAHAYU BELIA.pptxPPT HUBUNGAN BISNIS BY NINA RAHAYU BELIA.pptx
PPT HUBUNGAN BISNIS BY NINA RAHAYU BELIA.pptx
 
RUU KIA pada Seribu HPK-Raker Tingkat I Komisi VIII DPR RI-25032024-FINAL.pdf
RUU KIA pada Seribu HPK-Raker Tingkat I Komisi VIII DPR RI-25032024-FINAL.pdfRUU KIA pada Seribu HPK-Raker Tingkat I Komisi VIII DPR RI-25032024-FINAL.pdf
RUU KIA pada Seribu HPK-Raker Tingkat I Komisi VIII DPR RI-25032024-FINAL.pdf
 
Pengawasan Pemilu 2024 sebagai bentuk kecintaan kita terhadap NKRI
Pengawasan Pemilu 2024 sebagai bentuk kecintaan kita terhadap NKRIPengawasan Pemilu 2024 sebagai bentuk kecintaan kita terhadap NKRI
Pengawasan Pemilu 2024 sebagai bentuk kecintaan kita terhadap NKRI
 

Pp.37 2012 pengelolaan_das_

  • 1. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sesuai ketentuan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, dengan terjadinya penurunan daya dukung Daerah Aliran Sungai yang dicirikan dengan terjadinya banjir, tanah longsor, erosi, sedimentasi dan kekeringan, yang dapat mengakibatkan terganggunya perekonomian dan tata kehidupan masyarakat, maka daya dukung Daerah Aliran Sungai harus ditingkatkan; b. bahwa sesuai ketentuan Pasal 18 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, sebagian kewenangan pemerintah dalam pengelolaan sumber daya air dapat diselenggarakan oleh pemerintah daerah, dalam rangka mendukung terselenggaranya pengelolaan Daerah Aliran Sungai; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai; Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang . . .
  • 2. - 2 - 2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4412); 3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4377); 4. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); 5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 6. Undang-Undang . . .
  • 3. - 3 - 6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah Aliran Sungai yang selanjutnya disebut DAS adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan. 2. Pengelolaan DAS adalah upaya manusia dalam mengatur hubungan timbal balik antara sumberdaya alam dengan manusia di dalam DAS dan segala aktivitasnya, agar terwujud kelestarian dan keserasian ekosistem serta meningkatnya kemanfaatan sumberdaya alam bagi manusia secara berkelanjutan. 3. Klasifikasi . . .
  • 4. - 4 - 3. Klasifikasi DAS adalah pengkategorian DAS berdasarkan kondisi lahan serta kualitas, kuantitas dan kontinuitas air, sosial ekonomi, investasi bangunan air dan pemanfaatan ruang wilayah. 4. DAS yang dipulihkan daya dukungnya adalah DAS yang kondisi lahan serta kualitas, kuantitas dan kontinuitas air, sosial ekonomi, investasi bangunan air dan pemanfaatan ruang wilayah tidak berfungsi sebagaimana mestinya. 5. DAS yang dipertahankan daya dukungnya adalah DAS yang kondisi lahan, kualitas, kuantitas dan kontinuitas air, sosial ekonomi, investasi bangunan air, dan pemanfaatan ruang wilayah berfungsi sebagaimana mestinya. 6. Daya Dukung DAS adalah kemampuan DAS untuk mewujudkan kelestarian dan keserasian ekosistem serta meningkatnya kemanfaatan sumberdaya alam bagi manusia dan makhluk hidup lainnya secara berkelanjutan. 7. Instansi Terkait adalah kementerian/lembaga pemerintahan non kementerian, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota yang berkepentingan dengan pengelolaan das. 8. Forum koordinasi pengelolaan DAS adalah wahana koordinasi antar instansi penyelenggara pengelolaan DAS. 9. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kehutanan. 10. Pemerintah . . .
  • 5. - 5 - 10. Pemerintah pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan Pemerintah Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pasal 2 (1) Peraturan Pemerintah ini mengatur Pengelolaan DAS dari hulu ke hilir secara utuh. (2) Pengelolaan DAS secara utuh sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan melalui tahapan: a. perencanaan; b. pelaksanaan; c. monitoring dan evaluasi; dan d. pembinaan dan pengawasan. (3) Pengelolaan DAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan rencana tata ruang dan pola pengelolaan sumber daya air sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang penataan ruang dan sumber daya air. (4) Dalam Pengelolaan DAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diselenggarakan secara terkoordinasi dengan melibatkan Instansi Terkait pada lintas wilayah administrasi serta peran serta masyarakat. Pasal 3 Peraturan Pemerintah ini ditujukan untuk mengkoordinasikan, mengintegrasikan, mensinkronisasikan, dan mensinergikan Pengelolaan DAS dalam rangka meningkatkan Daya Dukung DAS. BAB II . . .
  • 6. - 6 - BAB II PERENCANAAN Bagian Kesatu Umum Pasal 4 Perencanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf a, dilakukan dengan tahapan kegiatan: a. inventarisasi DAS; b. penyusunan Rencana Pengelolaan DAS; dan c. penetapan Rencana Pengelolaan DAS. Bagian Kedua Inventarisasi DAS Paragraf 1 Umum Pasal 5 Inventarisasi DAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a meliputi: a. proses penetapan batas DAS; dan b. penyusunan klasifikasi DAS. Paragraf 2 Proses Penetapan Batas DAS Pasal 6 Proses penetapan batas DAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a, dilakukan melalui tahapan kegiatan: a. penyiapan bahan; b. penentuan batas DAS; c. verifikasi batas DAS; dan d. penetapan batas DAS. Pasal 7 . . .
  • 7. - 7 - Pasal 7 (1) Penyiapan bahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a, merupakan pengadaan bahan-bahan paling sedikit: a. piranti keras; b. piranti lunak; c. citra satelit; d. citra radar; e. peta dasar; dan f. peta tematik. (2) Bahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disiapkan untuk setiap provinsi. (3) Bahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan untuk memperoleh data dan informasi mengenai DAS dan jaringan sungai. (4) Penyiapan bahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Menteri. Pasal 8 (1) Data dan informasi mengenai DAS dan jaringan sungai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) dijadikan dasar dalam penentuan batas DAS indikatif. (2) Penentuan batas DAS indikatif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara delineasi DAS dan jaringan sungai. (3) Dalam penentuan batas DAS Menteri membentuk tim penentuan batas DAS yang melibatkan Instansi Terkait. Pasal 9 . . .
  • 8. - 8 - Pasal 9 (1) Berdasarkan hasil penentuan batas DAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3) dilakukan verifikasi batas DAS indikatif untuk mendapatkan batas DAS definitif. (2) Verifikasi batas DAS indikatif dilakukan bersama-sama dengan instansi yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang survei dan pemetaan nasional. (3) Verifikasi batas DAS sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menghasilkan batas DAS definitif. Pasal 10 (1) Batas DAS definitif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3) dilakukan penetapan batas DAS. (2) Penetapan batas DAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Menteri. Pasal 11 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penetapan batas DAS diatur dengan peraturan Menteri setelah berkoordinasi dengan menteri terkait. Paragraf 3 Penyusunan Klasifikasi DAS Pasal 12 (1) Berdasarkan hasil proses penetapan batas DAS yang telah ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, dilakukan penyusunan Klasifikasi DAS. (2) Penyusunan . . .
  • 9. - 9 - (2) Penyusunan Klasifikasi DAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk menentukan: a. DAS yang dipulihkan; dan b. DAS yang dipertahankan, daya dukungnya. (3) Penentuan Klasifikasi DAS sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan berdasarkan kriteria: a. kondisi lahan; b. kualitas, kuantitas dan kontinuitas air; c. sosial ekonomi; d. investasi bangunan air; dan e. pemanfaatan ruang wilayah. Pasal 13 Kriteria kondisi lahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (3) huruf a, paling sedikit memuat sub kriteria: a. persentase lahan kritis; b. persentase penutupan vegetasi; dan c. indeks erosi. Pasal 14 Kriteria kualitas, kuantitas dan kontinuitas air, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (3) huruf b, paling sedikit memuat sub kriteria: a. koefisien rezim aliran; b. koefisien aliran tahunan; c. muatan sedimen; d. banjir; dan e. indeks penggunaan air. Pasal 15 . . .
  • 10. - 10 - Pasal 15 Kriteria sosial ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (3) huruf c, paling sedikit memuat sub kriteria : a. tekanan penduduk terhadap lahan; b. tingkat kesejahteraan penduduk; dan c. keberadaan dan penegakan peraturan. Pasal 16 Kriteria investasi bangunan air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (3) huruf d, paling sedikit memuat sub kriteria : a. klasifikasi kota; dan b. klasifikasi nilai bangunan air. Pasal 17 Kriteria pemanfaatan ruang wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (3) huruf e, paling sedikit memuat sub kriteria: a. kawasan lindung; dan b. kawasan budidaya. Pasal 18 (1) DAS yang diklasifikasikan untuk dipulihkan daya dukungnya memiliki kualifikasi indikator tinggi sampai sangat tinggi. (2) DAS yang diklasifikasikan untuk dipertahankan daya dukungnya memiliki kualifikasi indikator rendah sampai sangat rendah. Pasal 19 Klasifikasi DAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ditetapkan oleh Presiden. Pasal 20 . . .
  • 11. - 11 - Pasal 20 (1) Klasifikasi DAS dievaluasi sekali dalam 5 (lima) tahun sejak ditetapkan. (2) Dalam hal tertentu yang berkaitan dengan bencana alam skala besar Klasifikasi DAS dapat ditinjau kembali kurang dari 5 (lima) tahun. Pasal 21 Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria penetapan Klasifikasi DAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (3) diatur dengan Peraturan Menteri setelah berkoordinasi dengan menteri terkait. Bagian Ketiga Penyusunan Rencana Pengelolaan DAS Paragraf 1 Umum Pasal 22 (1) Berdasarkan penetapan Klasifikasi DAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12, dilakukan penyusunan Rencana Pengelolaan DAS. (2) Penyusunan Rencana Pengelolaan DAS dilakukan oleh: a. Menteri untuk DAS lintas negara dan DAS lintas Provinsi; b. gubernur sesuai kewenangannya untuk DAS dalam provinsi dan/atau lintas kabupaten/kota; c. bupati/walikota sesuai kewenangannya untuk DAS dalam kabupaten/kota. (3) Dalam . . .
  • 12. - 12 - (3) Dalam menyusun Rencana Pengelolaan DAS sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Menteri, gubernur, bupati/walikota sesuai kewenangannya dapat membentuk tim dengan melibatkan Instansi Terkait. Pasal 23 Penyusunan Rencana Pengelolaan DAS, meliputi: a. penyusunan Rencana Pengelolaan DAS yang dipulihkan daya dukungnya; dan b. penyusunan Rencana Pengelolaan DAS yang dipertahankan daya dukungnya. Paragraf 2 Penyusunan Rencana Pengelolaan DAS yang Dipulihkan Daya Dukungnya Pasal 24 Penyusunan Rencana Pengelolaan DAS yang dipulihkan daya dukungnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf a, dilakukan dengan perumusan: a. permasalahan DAS; b. tujuan pemulihan Daya Dukung DAS; c. strategi pemulihan Daya Dukung DAS; dan d. monitoring dan evaluasi DAS. Pasal 25 Perumusan permasalahan DAS yang dipulihkan daya dukungnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf a, dilakukan melalui: a. identifikasi dan analisis masalah; dan b. rumusan masalah. Pasal 26 . . .
  • 13. - 13 - Pasal 26 (1) Perumusan tujuan pemulihan Daya Dukung DAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf b, dilakukan dengan mengacu pada hasil perumusan masalah. (2) Perumusan tujuan pemulihan Daya Dukung DAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara mengedepankan keterpaduan kepentingan antar dan di dalam sektor serta wilayah administrasi. Pasal 27 (1) Hasil perumusan tujuan pemulihan Daya Dukung DAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 dijadikan dasar dalam perumusan strategi Pengelolaan DAS yang dipulihkan daya dukungnya. (2) Perumusan strategi pemulihan Daya Dukung DAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi perumusan kebijakan, program dan kegiatan. Pasal 28 (1) Berdasarkan hasil perumusan strategi pemulihan Daya Dukung DAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27, dilakukan perumusan monitoring dan evaluasi pengelolaan DAS. (2) Monitoring dan evaluasi Pengelolaan DAS harus memperhatikan antara lain: a. sistem analisis; b. indikator kinerja; c. pelaksana; dan d. capaian hasil. Paragraf 3 . . .
  • 14. - 14 - Paragraf 3 Penyusunan Rencana Pengelolaan DAS yang Dipertahankan Daya Dukungnya Pasal 29 Penyusunan Rencana Pengelolaan DAS yang dipertahankan daya dukungnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf b, dilakukan dengan perumusan: a. permasalahan DAS; b. tujuan mempertahankan Daya Dukung DAS; c. strategi mempertahankan Daya Dukung DAS; dan d. monitoring dan evaluasi DAS. Pasal 30 Perumusan permasalahan DAS yang dipertahankan daya dukungnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 huruf a, dilakukan melalui: a. identifikasi dan analisis masalah; dan b. rumusan masalah. Pasal 31 (1) Perumusan tujuan mempertahankan Daya Dukung DAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 huruf b, dilakukan dengan mengacu pada hasil perumusan masalah. (2) Perumusan tujuan mempertahankan Daya Dukung DAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara mengedepankan keterpaduan kepentingan berbagai sektor dan wilayah. Pasal 32 . . .
  • 15. - 15 - Pasal 32 (1) Hasil perumusan tujuan mempertahankan Daya Dukung DAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 dijadikan dasar dalam perumusan strategi Pengelolaan DAS yang dipertahankan daya dukungnya. (2) Perumusan strategi mempertahankan Daya Dukung DAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi perumusan kebijakan, program dan kegiatan. Pasal 33 Berdasarkan hasil perumusan strategi mempertahankan Daya Dukung DAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 huruf c, dilakukan perumusan monitoring dan evaluasi pengelolaan DAS. Pasal 34 Monitoring dan evaluasi Pengelolaan DAS harus memperhatikan antara lain: a. sistem analisis; b. indikator kinerja; c. pelaksana; dan d. capaian hasil. Bagian Keempat Penetapan Rencana Pengelolaan DAS Pasal 35 (1) Berdasarkan Rencana Pengelolaan DAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29, dilakukan penetapan Rencana Pengelolaan DAS untuk yang dipulihkan daya dukungnya dan/atau DAS yang dipertahankan daya dukungnya. (2) Rencana . . .
  • 16. - 16 - (3) Rencana Pengelolaan DAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh: a. Menteri untuk DAS lintas negara dan/atau DAS lintas Provinsi; b. gubernur sesuai kewenangannya untuk das dalam provinsi dan/atau lintas kabupaten/kota; c. bupati/walikota sesuai kewenangannya untuk das dalam kabupaten/kota. (4) Rencana Pengelolaan DAS sebagaimana dimaksud pada ayat (2), menjadi salah satu dasar dalam penyusunan rencana pembangunan sektor dan wilayah di tiap-tiap Provinsi dan Kabupaten/Kota. Pasal 36 (1) Rencana Pengelolaan DAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ditetapkan untuk jangka waktu 15 (lima belas) tahun. (2) Rencana Pengelolaan DAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dievaluasi dan ditinjau kembali setiap 5 (lima) tahun sekali. (3) Dalam hal tertentu yang berkaitan dengan bencana alam skala besar Rencana Pengelolaan DAS dapat ditinjau kembali kurang dari 5 (lima) tahun. Pasal 37 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penetapan Rencana Pengelolaan DAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 dan Pasal 36 diatur dengan Peraturan Menteri setelah berkoordinasi dengan menteri terkait. BAB III . . .
  • 17. - 17 - BAB III PELAKSANAAN Pasal 38 Kegiatan Pengelolaan DAS dilaksanakan berdasarkan Rencana Pengelolaan DAS yang telah ditetapkan dan menjadi acuan rencana pembangunan sektor dan rencana pembangunan wilayah administrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (3). Pasal 39 Kegiatan Pengelolaan DAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 dilaksanakan pada: a. DAS yang akan dipulihkan daya dukungnya; dan b. DAS yang akan dipertahankan daya dukungnya. Pasal 40 (1) Pelaksanaan kegiatan Pengelolaan DAS yang akan dipulihkan daya dukungnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 huruf a, meliputi: a. optimalisasi penggunaan lahan sesuai dengan fungsi dan Daya Dukung wilayah; b. penerapan teknik konservasi tanah dan air dilakukan dalam rangka pemeliharaan kelangsungan daerah tangkapan air, menjaga kualitas, kuantitas, kontinuitas dan distribusi air; c. pengelolaan vegetasi dilakukan dalam rangka pelestarian keanekaragaman hayati, peningkatan produktivitas lahan, restorasi ekosistem, rehabilitasi dan reklamasi lahan; d. peningkatan . . .
  • 18. - 18 - d. peningkatan kepedulian dan peran serta Instansi Terkait dalam pengelolaan DAS; dan/atau e. pengembangan kelembagaan Pengelolaan DAS untuk meningkatkan koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan sinergi lintas sektor dan wilayah administrasi. (2) Pelaksanaan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai persyaratan teknis masing-masing kegiatan. Pasal 41 (1) Pelaksanaan kegiatan Pengelolaan DAS yang dipertahankan daya dukungnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 huruf b, meliputi: a. menjaga dan memelihara produktivitas dan keutuhan ekosistem dalam DAS secara berkelanjutan; b. bimbingan teknis dan fasilitasi dalam rangka penerapan teknik konservasi tanah dan air demi kelangsungan daerah tangkapan air, untuk menjaga kualitas, kuantitas, kontinuitas dan distribusi air; c. peningkatan koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan sinergi antar sektor dan wilayah administrasi dalam rangka mempertahankan kelestarian vegetasi, keanekaragaman hayati dan produktivitas lahan; dan/atau d. peningkatan kapasitas kelembagaan Pengelolaan DAS untuk meningkatkan koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan sinergi lintas sektor dan wilayah administrasi. (2) Pelaksanaan . . .
  • 19. - 19 - (2) Pelaksanaan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai persyaratan teknis masing-masing kegiatan. Pasal 42 Pelaksanaan Pengelolaan DAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 dan Pasal 41 menjadi wewenang dan tanggung jawab: a. Menteri dan menteri terkait sesuai kewenangannya untuk DAS lintas Negara dan lintas Provinsi; b. gubernur sesuai kewenangannya untuk DAS dalam provinsi dan/atau lintas kabupaten/kota; dan c. bupati/walikota sesuai kewenangannya untuk DAS dalam kabupaten/kota. Pasal 43 Dalam hal pemerintah provinsi dan/atau kabupaten/kota melalaikan penyelenggaraan kewenangan dalam pengelolaan DAS, penyelenggaraannya dilaksanakan oleh Pemerintah dengan pembiayaan bersumber dari APBD daerah yang bersangkutan. Pasal 44 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan Pengelolaan DAS yang dipulihkan dan DAS yang dipertahankan diatur dengan peraturan Menteri setelah berkoordinasi dengan menteri terkait. BAB IV . . .
  • 20. - 20 - BAB IV MONITORING DAN EVALUASI Pasal 45 Monitoring dan evaluasi wajib dilakukan dalam Pengelolaan DAS baik dalam pemulihan maupun mempertahankan Daya Dukung DAS. Pasal 46 (1) Monitoring dilakukan untuk mendapatkan data indikator kinerja DAS. (2) Indikator kinerja DAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan berdasarkan kriteria sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 sampai dengan Pasal 17. Pasal 47 (1) Monitoring terhadap indikator kinerja DAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 dilakukan secara periodik paling sedikit setiap tahun sekali. (2) Hasil monitoring sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi dasar untuk melakukan evaluasi kinerja pengelolaan DAS. Pasal 48 (1) Evaluasi kinerja Pengelolaan DAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat (2) dilakukan untuk memperoleh gambaran perubahan Daya Dukung DAS. (2) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup evaluasi sebelum, selama dan setelah kegiatan berjalan. (3) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan paling sedikit 2 (dua) tahun. Pasal 49 . . .
  • 21. - 21 - Pasal 49 Hasil evaluasi digunakan dalam rangka: a. penyempurnaan perencanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (2); dan/atau b. pelaksanaan Pengelolaan DAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38. Pasal 50 Menteri, gubernur atau bupati/walikota melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan Pengelolaan DAS sesuai dengan kewenangannya. Pasal 51 Ketentuan lebih lanjut mengenai cara monitoring dan evaluasi Pengelolaan DAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 sampai dengan Pasal 50 diatur dengan peraturan Menteri setelah berkoordinasi dengan menteri terkait. BAB V PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Bagian Kesatu Pembinaan Pasal 52 (1) Pembinaan kegiatan Pengelolaan DAS dilakukan oleh Menteri dan menteri terkait sesuai kewenangannya, gubernur, dan bupati/walikota sesuai kewenangannya. (2) Pembinaan . . .
  • 22. - 22 - (2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan pada kegiatan perencanaan, pelaksanaan maupun monitoring dan evaluasi. Pasal 53 Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 dilakukan oleh institusi pemerintah secara berjenjang. Pasal 54 Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 dilakukan dengan kegiatan: a. koordinasi; b. pemberian pedoman, petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis; c. pemberian bimbingan, supervisi dan konsultasi; d. pendidikan, pelatihan dan penyuluhan; e. pemberian bantuan teknis; f. fasilitasi; g. sosialisasi dan diseminasi; dan/atau h. penyediaan sarana dan prasarana. Bagian Kedua Pengawasan Pasal 55 (1) Pengawasan bertujuan untuk mewujudkan efektivitas dan kesesuaian pelaksanaan Pengelolaan DAS dengan peraturan perundang-undangan. (2) Menteri . . .
  • 23. - 23 - (2) Menteri, gubernur dan bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan pengelolaan DAS. Pasal 56 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembinaan dan pengawasan kegiatan Pengelolaan DAS diatur dengan peraturan Menteri setelah berkoordinasi dengan menteri terkait. BAB VI PERAN SERTA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT Bagian Kesatu Peran Serta Pasal 57 (1) Masyarakat dapat berperan serta dalam pengelolaan DAS. (2) Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan baik perorangan maupun melalui forum koordinasi pengelolaan DAS. (3) Forum koordinasi pengelolaan DAS sebagaimana dimaksud pada ayat (2) membantu dalam mendukung keterpaduan penyelenggaraan pengelolaan DAS. Pasal 58 Forum koordinasi pengelolaan DAS mempunyai fungsi untuk: a. menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat terkait pengelolaan DAS; b. memberikan sumbangan pemikiran dalam pengelolaan DAS; dan c. menumbuhkan . . .
  • 24. - 24 - c. menumbuhkan dan mengembangkan peran pengawasan masyarakat dalam pengelolaan DAS. Pasal 59 Peran serta masyarakat secara perorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 ayat (2), dapat berupa: a. menjaga, memelihara dan menikmati kualitas lingkungan hidup yang dihasilkan ekosistem DAS; b. mendapatkan dan memberikan informasi, saran dan pertimbangan dalam pengelolaan DAS; dan c. mendapatkan pelatihan dan penyuluhan yang berkaitan dengan pengelolaan DAS. Pasal 60 Ketentuan lebih lanjut mengenai forum koordinasi pengelolaan DAS diatur dengan peraturan Menteri setelah berkoordinasi dengan menteri terkait. Bagian Kedua Pemberdayaan Masyarakat Pasal 61 Pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas, kepedulian dan peran serta masyarakat dalam pengelolaan DAS. Pasal 62 (1) Pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan Pengelolaan DAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 dilakukan oleh kementerian/lembaga pemerintahan non kementerian, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota. (2) Pemberdayaan . . .
  • 25. - 25 - (2) Pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan Pengelolaan DAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan oleh BUMN, BUMD, BUMS, Koperasi, dan organisasi masyarakat. Pasal 63 (1) Pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan Pengelolaan DAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 dilakukan paling sedikit melalui: a. pendidikan, pelatihan dan penyuluhan; b. pendampingan; c. pemberian bantuan modal; d. sosialisasi dan diseminasi; dan/atau e. penyediaan sarana dan prasarana. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan Pengelolaan DAS diatur dengan peraturan Menteri setelah berkoordinasi dengan menteri terkait. BAB VII SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN DAS Pasal 64 (1) Untuk mendukung penyelenggaraan Pengelolaan DAS dibangun Sistem Informasi Pengelolaan DAS di setiap provinsi. (2) Sistem . ..
  • 26. - 26 - (2) Sistem informasi Pengelolaan DAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibangun dan dikelola oleh Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang Pengelolaan DAS dengan mengikutsertakan Instansi Terkait. Pasal 65 (1) Sistem informasi Pengelolaan DAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64 harus dapat diakses oleh Instansi Terkait. (2) Sistem informasi Pengelolaan DAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan bagian Simpul Data Spasial Nasional. Pasal 66 (1) Sistem informasi Pengelolaan DAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65, paling sedikit memuat: a. data pokok DAS baik spasial maupun non spasial; dan b. sistem pendukung pengambilan keputusan dalam pengelolaan DAS. (2) Sistem informasi Pengelolaan DAS dijabarkan secara makro dalam Pola Umum Kriteria dan Standar Pengelolaan DAS. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembangunan dan pengelolaan sistem informasi Pengelolaan DAS diatur lebih lanjut dengan peraturan Menteri setelah berkoordinasi dengan menteri terkait. BAB VIII . . .
  • 27. - 27 - BAB VIII PENDANAAN PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI Pasal 67 (1) Sumber dana untuk penyelenggaraan Pengelolaan DAS dapat berasal APBN, APBD, hibah dan/atau sumber dana lainnya yang tidak mengikat sesuai peraturan perundang-undangan. (2) Penggunaan sumber dana lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur sesuai peraturan perundang-undangan. BAB IX KETENTUAN PERALIHAN Pasal 68 (1) Dengan berlakunya Peraturan Pemerintah ini, maka peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai Pengelolaan DAS yang telah ada sepanjang tidak bertentangan dan belum diganti dengan yang baru dengan Peraturan Pemerintah ini, dinyatakan tetap berlaku. (2) Pelaksanaan Pengelolaan DAS yang tidak sesuai dengan Peraturan Pemerintah ini dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun sejak Peraturan Pemerintah ini ditetapkan wajib menyesuaikan dengan Peraturan Pemerintah ini. BAB X KETENTUAN PENUTUP Pasal 69 Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar . . .
  • 28. - 28 - Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 1 Maret 2012 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd. DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO Diundangkan di Jakarta pada tanggal 1 Maret 2012 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd. AMIR SYAMSUDIN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 NOMOR 62
  • 29. PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI I. UMUM Daerah Aliran Sungai yang selanjutnya disingkat DAS yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, merupakan kesatuan ekosistem alami yang utuh dari hulu hingga hilir beserta kekayaan sumber daya alam dan sumber daya buatan merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa Indonesia. Sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa yang perlu disyukuri, dilindungi dan diurus dengan sebaik-baiknya, DAS wajib dikembangkan dan didayagunakan secara optimal dan berkelanjutan melalui upaya Pengelolaan DAS bagi sebesar-besarnya kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Tujuan Pengelolaan DAS untuk mewujudkan kesadaran, kemampuan dan partisipasi aktif Instansi Terkait dan masyarakat dalam Pengelolaan DAS yang lebih baik, mewujudkan kondisi lahan yang produktif sesuai dengan Daya Dukung dan daya tampung lingkungan DAS secara berkelanjutan, mewujudkan kuantitas, kualitas dan keberlanjutan ketersediaan air yang optimal menurut ruang dan waktu dan mewujudkan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Peningkatan kesejahteraan masyarakat diharapkan tercapai seiring dengan terwujudnya kondisi lahan yang produktif serta kuantitas, kualitas dan kontinuitas air yang baik, kondisi sosial ekonomi yang kondusif dan pemanfaatan tata ruang wilayah yang optimal. Tujuan tersebut dapat dicapai . . .
  • 30. - 2 - dicapai melalui koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan sinergi antar sektor dan antar wilayah administrasi, serta masyarakat dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan DAS. Guna mewujudkan daya guna dan hasil guna yang tinggi, konsepsi Pengelolaan DAS perlu dipahami meliputi beberapa dimensi yaitu pendekatan sistem yang terencana, proses manajemen dan keterkaitan aktivitas antar sektor, antar wilayah administrasi dan masyarakat secara terpadu serta penanganannya dilakukan secara utuh mulai dari hulu sampai hilir. Pengelolaan DAS merupakan upaya yang sangat penting sebagai akibat terjadinya penurunan kualitas lingkungan DAS-DAS di Indonesia yang disebabkan oleh pengelolaan sumber daya alam yang tidak ramah lingkungan dan meningkatnya potensi ego sektoral dan ego kewilayahan karena pemanfaatan dan penggunaan sumber daya alam pada DAS melibatkan kepentingan berbagai sektor, wilayah administrasi dan disiplin ilmu. Oleh karena itu Pengelolaan DAS diselenggarakan melalui perencanaan, pelaksanaan, peran serta dan pemberdayaan masyarakat, pendanaan, monitoring dan evaluasi, pembinaan dan pengawasan serta mendayagunakan sistem informasi pengelolaan DAS. Rencana Pengelolaan DAS disusun secara terpadu dan disepakati oleh para pihak sebagai dasar dalam penyusunan rencana pembangunan sektor dan rencana pembangunan wilayah pada setiap provinsi dan kabupaten/kota. Untuk membantu dalam mendukung keterpaduan penyelenggaraan Pengelolaan DAS diperlukan forum koordinasi Pengelolaan DAS pada berbagai tingkat wilayah administrasi dan/atau daerah aliran sungai. Untuk memberikan landasan hukum bagi pelaksanaan Pengelolaan DAS sesuai dengan tujuan yang diinginkan tersebut, maka perlu ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. II. PASAL . . .
  • 31. - 3 - II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Cukup jelas. Pasal 2 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (4) Yang dimaksud dengan “Instansi Terkait” antara lain kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang sumber daya air, serta perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Pasal 3 Cukup jelas. Pasal 4 Perencanaan Pengelolaan DAS dimaksudkan untuk analisis masalah, merumuskan tujuan, sinkronisasi program dan sistem monitoring dan evaluasi program dalam DAS. Pasal 5 Cukup jelas. Pasal 6 Huruf a Penyiapan bahan terdiri dari hardware (komputer), software SIG dan data raster (citra Satelite Radar Topographic Missions/SRTM resolusi 90 meter dan Citra Landsat) serta data vektor skala 1:250.000 (Peta Dasar Tematik Kehutanan/PDTK, Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI). Huruf b . . .
  • 32. - 4 - Huruf b Yang dimaksud dengan “penentuan batas DAS” adalah dengan cara membuat deliniasi secara otomatis dari citra SRTM (topografi) dengan bantuan software SIG. Huruf c Verifikasi Batas DAS dilakukan dengan bantuan Balai Pengelolaan DAS sekaligus pemberian nama DAS dan tidak dilakukan pada semua batas DAS. Huruf d Cukup jelas. Pasal 7 Cukup jelas. Pasal 8 Cukup jelas. Pasal 9 Cukup jelas. Pasal 10 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Penetapan batas DAS meliputi pemberian kode nama DAS. DAS yang telah ditetapkan oleh Menteri menjadi batas definitif. Pasal 11 . . .
  • 33. - 5 - Pasal 11 Yang dimaksud dengan “menteri terkait” antara lain Menteri yang diserahi tugas dan tanggung jawab di bidang pekerjaan umum, dalam negeri, dan lingkungan hidup. Peraturan Menteri Kehutanan memuat antara lain: a. kerangka dasar dalam kegiatan pengelolaan DAS; b. kriteria adalah ukuran yang menjadi dasar penilaian dan penetapan sesuatu; dan c. standar adalah spesifikasi teknis atas sesuatu yang dibakukan sebagai patokan dalam melakukan kegiatan. Pasal 12 Ayat (1) Yang dimaksud dengan “klasifikasi DAS” adalah pengkategorisasian DAS. Penyusunan Klasifikasi DAS dilakukan mengingat keterbatasan SDA dan sumber dana pembangunan serta keragaan derajat mendesaknya permasalahan pengelolaan DAS. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Huruf a Kondisi lahan dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kekritisan lahan, kesesuaian penggunaan lahan, indeks erosi, morfoerosi. Huruf b Yang dimaksud dengan “kualitas air” adalah kondisi perairan darat yang diukur dan/atau diuji berdasarkan parameter tertentu dan metode tertentu berdasarkan peraturan perundang-undangan. Huruf c . . .
  • 34. - 6 - Huruf c Sosial ekonomi dan kelembagaan dimaksudkan untuk mengetahui tekanan penduduk terhadap lahan, kesejahteraan penduduk, keberadaan dan penegakan norma. Huruf d Cukup jelas. Huruf e Pemanfaatan ruang wilayah dilakukan untuk mengetahui prioritas pada kawasan lindung, dan kawasan tertentu. Pasal 13 Huruf a Yang dimaksud dengan “lahan kritis” adalah lahan yang sudah tidak berfungsi lagi sebagai media pengatur tata air dan unsur produktivitas lahan sehingga menyebabkan terganggunya keseimbangan ekosistem DAS. Persentase luas lahan kritis adalah perbandingan antara lahan kritis yang ada dalam DAS dengan luas DAS tersebut. Huruf b Yang dimaksud dengan “penutupan vegetasi” adalah tanaman tahunan seperti vegetasi hutan, semak belukar dan/atau kebun yang dapat berfungsi lindung atau konservasi. Persentase penutupan vegetasi adalah perbandingan antara luas lahan berpenutupan vegetasi yang ada dalam DAS dengan luas DAS tersebut. Huruf c . . .
  • 35. - 7 - Huruf c Yang dimaksud dengan “indeks erosi” adalah perbandingan antara besaran erosi aktual dengan erosi yang dapat ditoleransi didalam DAS. Pasal 14 Huruf a Yang dimaksud dengan “koefisien rezim aliran” adalah bilangan yang menunjukkan perbandingan antara nilai debit maksimum dengan nilai debit minimum pada suatu DAS. Huruf b Yang dimaksud dengan “koefisien aliran tahunan” adalah bilangan yang menunjukkan perbandingan antara besarnya limpasan dengan curah hujan. Huruf c Muatan sedimen diukur dengan pendekatan nisbah hantaran sedimen yang merupakan bilangan yang menunjukkan perbandingan antara nilai total hasil sedimen yang masuk ke sungai dengan nilai total erosi pada daerah tangkapan air Huruf d Cukup jelas. Huruf e Yang dimaksud dengan “indeks penggunaan air” perbandingan antara total kebutuhan air dengan ketersediaan air di dalam DAS. Pasal 15 Huruf a Tekanan penduduk terhadap lahan dihitung melalui pendekatan indeks ketersediaan lahan yang diketahui dengan menghitung perbandingan antara luas lahan di dalam DAS dengan jumlah kepala keluarga di dalam DAS. Huruf b . . .
  • 36. - 8 - Huruf b Cukup jelas. Huruf c Cukup jelas. Pasal 16 Huruf a Cukup jelas. Huruf b Yang dimaksud klasifikasi nilai bangunan air adalah klasifikasi besarnya investasi bangunan air antara lain waduk, bendungan, dam, saluran irigasi. Pasal 17 Cukup jelas. Pasal 18 Ayat (1) Termasuk DAS yang memiliki indikator tinggi sampai sangat tinggi dalam hal jumlah nilai lebih besar dari 100 yang dihitung berdasarkan pembobotan dan skoring. Ayat (2) Termasuk DAS yang memiliki indikator rendah sampai sangat rendah dalam hal jumlah nilai sama dengan 100 yang dihitung berdasarkan pembobotan dan skoring. Pasal 19 Cukup jelas. Pasal 20 Cukup jelas. Pasal 21 . . .
  • 37. - 9 - Pasal 21 Yang dimaksud dengan “menteri terkait” antara lain Menteri yang diserahi tugas dan tanggung jawab di bidang pekerjaan umum, dalam negeri, lingkungan hidup dan pertanian. Pasal 22 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Tim terdiri dari unsur pemerintah dan non pemerintah termasuk di dalamnya forum koordinasi pengelolaan DAS, asosiasi, organisasi, lembaga atau perorangan yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup. Pasal 23 Cukup jelas. Pasal 24 Cukup jelas. Pasal 25 Cukup jelas. Pasal 26 Cukup jelas. Pasal 27 Cukup jelas. Pasal 28 Cukup jelas. Pasal 29 Cukup jelas. Pasal 30 . . .
  • 38. - 10 - Pasal 30 Huruf a Identifikasi dan analisis masalah meliputi aspek biofisik, sosial ekonomi, kelembagaan, hubungan hulu hilir, dan hubungan antar sektor. Huruf b Cukup jelas. Pasal 31 Cukup jelas. Pasal 32 Cukup jelas. Pasal 33 Cukup jelas. Pasal 34 Cukup jelas. Pasal 35 Ayat (1) Rencana Pengelolaan DAS yang telah ditetapkan paling sedikit memuat: a. inventarisasi karakteristik DAS yang meliputi antara lain, data biofisik, sosial ekonomi, dan kelembagaan; b. identifikasi masalah dan parapihak untuk mengetahui permasalahan, tugas, fungsi dan keterkaitan aktivitas parapihak; dan c. tujuan, program dan kebijakan, kelembagaan, sistem pemantauan dan evaluasi, dan sistem pendanaan, untuk menyepakati kondisi DAS yang ingin dicapai pada akhir periode Rencana Pengelolaan DAS serta menyusun kebutuhan, mekanisme dan alokasi pendanaan. Ayat (2) . . .
  • 39. - 11 - Ayat (2) Rencana Pengelolaan DAS yang ditetapkan merupakan Rencana Pengelolaan DAS Terpadu. Ayat (3) Kegiatan pembangunan sektor yang disusun setiap instansi disinkronkan dengan kebijakan dan strategi masing-masing Rencana Pengelolaan DAS. Sasaran kegiatan pembangunan sektor ditetapkan sesuai dengan wilayah kerja di masing-masing Instansi Terkait. Kegiatan pembangunan wilayah disusun mengacu kepada hasil musyawarah perencanaan dan pengembangan (Musrenbang) di masing-masing daerah; Sasaran kegiatan pembangunan wilayah ditetapkan sesuai dengan Rencana Pengelolaan DAS yang mencakup wilayah administrasi daerah terkait; Kegiatan pembangunan wilayah tersebut sudah memasukan volume kegiatan dan mengindikasikan satuan kerja (satker) terkait. Pasal 36 Ayat (1) Jangka waktu Rencana Pengelolaan DAS disesuaikan dengan jangka waktu rencana pembangunan jangka panjang Nasional dan Daerah (RPJP Nasional dan Daerah). Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Pasal 37 . . .
  • 40. - 12 - Pasal 37 Yang dimaksud dengan “menteri terkait” antara lain Menteri yang diserahi tugas dan tanggung jawab di bidang pekerjaan umum, dalam negeri, dan lingkungan hidup. Pasal 38 Cukup jelas. Pasal 39 Cukup jelas. Pasal 40 Cukup jelas. Pasal 41 Ayat (1) Huruf a Cukup jelas. Huruf b Pemeliharaan kelangsungan daerah tangkapan air ditujukan untuk menjaga kelangsungan keberadaan daya dukung, daya tampung, dan fungsi sumber daya air termasuk pengisian dengan cadangan air tanah. Huruf c Cukup jelas. Huruf d Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 42 Cukup jelas. Pasal 43 Cukup jelas. Pasal 44 . . .
  • 41. - 13 - Pasal 44 Yang dimaksud dengan “menteri terkait” antara lain Menteri yang diserahi tugas dan tanggung jawab di bidang pekerjaan umum, dalam negeri, dan lingkungan hidup. Pasal 45 Cukup jelas. Pasal 46 Ayat (1) Monitoring dilakukan untuk mengetahui input dan kegiatan Pengelolaan DAS telah dilaksanakan sesuai yang direncanakan. Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 47 Cukup jelas. Pasal 48 Ayat (1) Evaluasi dilakukan untuk menilai efektivitas dan keberhasilan kegiatan, keluaran dan dampak jangka pendek dan jangka panjang. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Pasal 49 Huruf a Cukup jelas. Huruf b . . .
  • 42. - 14 - Huruf b Hasil evaluasi jika dipandang perlu dapat langsung digunakan sebagai bahan pengambilan keputusan melaksanakan kegiatan tertentu dan yang bersifat mendesak antara lain penanggulangan bencana alam. Pasal 50 Cukup jelas. Pasal 51 Yang dimaksud dengan “menteri terkait” antara lain Menteri yang diserahi tugas dan tanggung jawab di bidang pekerjaan umum, dalam negeri, dan lingkungan hidup. Pasal 52 Cukup jelas. Pasal 53 Cukup jelas. Pasal 54 Cukup jelas. Pasal 55 Cukup jelas. Pasal 56 Yang dimaksud dengan “menteri terkait” antara lain Menteri yang diserahi tugas dan tanggung jawab di bidang pekerjaan umum, dalam negeri, dan lingkungan hidup. Pasal 57 Cukup jelas. Pasal 58 Cukup jelas. Pasal 59 Cukup jelas. Pasal 60 . . .
  • 43. - 15 - Pasal 60 Yang dimaksud dengan “menteri terkait” antara lain Menteri yang diserahi tugas dan tanggung jawab di bidang pekerjaan umum, dalam negeri, dan lingkungan hidup. Pasal 61 Cukup jelas. Pasal 62 Cukup jelas. Pasal 63 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Yang dimaksud dengan “menteri terkait” antara lain Menteri yang diserahi tugas dan tanggung jawab di bidang pekerjaan umum, dalam negeri, lingkungan hidup dan pertanian. Pasal 64 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Yang dimaksud dengan “dibangun dan dikelola” yaitu menghimpun data dan informasi dari berbagai pihak untuk dirumuskan ke dalam sistem informasi Pengelolaan DAS dan untuk selanjutnya dikelola sebagai pusat informasi pengelolaan DAS. Pasal 65 Cukup jelas. Pasal 66 Ayat (1) Huruf a . . .
  • 44. - 16 - Huruf a Yang dimaksud dengan “data pokok DAS” yaitu parameter karakteristik DAS baik spasial maupun non spasial antara lain: komponen biofisik, sosial, ekonomi dan budaya termasuk kebencanaan. Huruf b Yang dimaksud dengan “sistem pendukung” yaitu program-program standar pengolahan data, manual, kriteria dan standar, kerjasama antar daerah dan sektor untuk pengambilan keputusan. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Yang dimaksud dengan “menteri terkait” antara lain Menteri yang diserahi tugas dan tanggung jawab di bidang pekerjaan umum, dalam negeri, dan lingkungan hidup. Pasal 67 Ayat (1) Dana Pengelolaan DAS dibebankan pada anggaran instansi-instansi yang melaksanakan kegiatan yang menjadi bagian dari Pengelolaan DAS. Ayat (2) Sumber dana lainnya dapat berupa dana lingkungan antara lain global environmental facility (GEF), global mechanism (GM), trust fund, enviromental fund, pembayaran jasa lingkungan. Pasal 68 Cukup jelas. Pasal 69 Cukup jelas. TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5292