1. Mengetahui definisi, latar belakang dan tokoh post-modernisme
2. Mengetahui perbedaan modernisme dan post-modernisme
3. Mengetahui kritik post-modernisme terhadap modernisme
Postmodernisme mengkritik ideologi modern seperti rasionalisme dan kapitalisme. Postmodernisme menolak gagasan universalitas dan kepastian pengetahuan modern. Postmodernisme juga menolak ideologi dan konsep permanen, serta menekankan perubahan berkelanjutan identitas.
Postmodernisme muncul sebagai kritik terhadap kegagalan modernisme dalam mewujudkan keadilan sosial dan mengabaikan aspek spiritual. Ciri-ciri postmodernisme antara lain menolak klaim kebenaran mutlak, menghargai pluralisme, dan skeptis terhadap narasi besar. Gerakan ini menekankan dialog antara berbagai perspektif tanpa meniadakan yang lain.
Filsafat Barat Kontemporer dan Berbagai AlirannyaAinina Sa'id
Filsafat Barat Kontemporer dan Berbagai Alirannya
Ringkasan:
Makalah ini membahas sejarah munculnya filsafat barat kontemporer pada abad ke-20 yang ditandai dengan proses radikalisasi kritis rasionalitas. Terdapat berbagai aliran yang muncul seperti pragmatisme, fenomenologi, eksistensialisme, filsafat analitis, strukturalisme, dan postmodernisme dengan tokoh-tokohnya seperti William James dan John Dewey.
Postmodernisme mengkritik ideologi modern seperti rasionalisme dan kapitalisme. Postmodernisme menolak gagasan universalitas dan kepastian pengetahuan modern. Postmodernisme juga menolak ideologi dan konsep permanen, serta menekankan perubahan berkelanjutan identitas.
Postmodernisme muncul sebagai kritik terhadap kegagalan modernisme dalam mewujudkan keadilan sosial dan mengabaikan aspek spiritual. Ciri-ciri postmodernisme antara lain menolak klaim kebenaran mutlak, menghargai pluralisme, dan skeptis terhadap narasi besar. Gerakan ini menekankan dialog antara berbagai perspektif tanpa meniadakan yang lain.
Filsafat Barat Kontemporer dan Berbagai AlirannyaAinina Sa'id
Filsafat Barat Kontemporer dan Berbagai Alirannya
Ringkasan:
Makalah ini membahas sejarah munculnya filsafat barat kontemporer pada abad ke-20 yang ditandai dengan proses radikalisasi kritis rasionalitas. Terdapat berbagai aliran yang muncul seperti pragmatisme, fenomenologi, eksistensialisme, filsafat analitis, strukturalisme, dan postmodernisme dengan tokoh-tokohnya seperti William James dan John Dewey.
Dokumen tersebut membahas tentang filsafat postmodernisme dan implikasinya dalam pendidikan. Postmodernisme menolak pandangan ilmu pengetahuan yang bersifat universal dan objektif dari modernisme. Postmodernis beranggapan bahwa pengetahuan bersifat konstruksi sosial dan terus berubah berdasarkan pengalaman. Hal ini memiliki implikasi dalam pendidikan, di mana guru perlu mendekonstruksi kurikulum dan mewakili berbagai sudut pandang tanpa memberikan ke
Postmodernisme pertama kali muncul di Prancis pada tahun 1970-an sebagai kritik terhadap modernitas yang dianggap gagal merealisasikan proyek Pencerahan. Filsafat postmodern menolak narasi-narasi besar modern dan bersifat relativistik serta pluralistik. Tokoh-tokohnya meliputi Nietzsche, Pierce, Foucault, dan Derrida.
Pemikiran Tokoh Filsafat Pasca Moderen.docxZukét Printing
Makalah ini membahas tentang Pemikiran Tokoh Filsafat Pasca Moderen dengan mengulas tokoh-tokoh seperti Jean-Francois Lyotard, Michael Foucault, Jacques Derrida, Jean Baudrillard, dan Fedrick Jameson. Makalah ini juga menjelaskan ciri-ciri pemikiran postmodernisme seperti dekonstruktivisme, relativisme, dan pluralisme.
Pemikiran Tokoh Filsafat Pasca Moderen.pdfZukét Printing
Makalah ini membahas tentang Pemikiran Tokoh Filsafat Pasca Moderen dengan mengulas tokoh-tokoh seperti Jean-Francois Lyotard, Michael Foucault, Jacques Derrida, Jean Baudrillard, dan Fedrick Jameson. Makalah ini juga menjelaskan ciri-ciri pemikiran postmodernisme seperti dekonstruktivisme, relativisme, dan pluralisme.
Dokumen tersebut membahas tentang bab 1 filsafat sosiologi komunikasi dari buku sosiologi komunikasi karya Prof. Dr. H.M. Burhan Bungin. Bab ini membahas tentang perkembangan filsafat sosial, sosiologi modern, dan komunikasi dari masa sebelum Yunani Kuno hingga posmodernisme. Juga membahas tentang sosiologi modern dan lahirnya sosiologi komunikasi sebagai ilmu pengetahuan baru yang menjembatani filsafat dan ke
1. Teori modernitas kontemporer membahas pandangan para teoris klasik seperti Marx, Weber, dan Durkheim tentang modernitas. 2. Giddens menggambarkan modernitas sebagai "panser raksasa" yang bergerak tanpa kendali dengan perubahan mendalam. 3. Beck menyoroti munculnya "masyarakat berisiko" akibat modernitas yang memperkenalkan parameter risiko baru.
Makalah ini membahas tentang filsafat dan iman pasca modern. Pembahasan dimulai dengan latar belakang munculnya filsafat modern setelah zaman renesans dan reformasi gereja. Kemudian membahas mengenai aliran-aliran pemikiran utama pada zaman filsafat modern seperti rasionalisme, empirisme, kritisme, dan lainnya. Terakhir membahas tokoh-tokoh penting dari masing-masing aliran seperti Descartes, Locke, Kant
Filsafat Manusia membahas hakekat manusia dan merupakan cabang filsafat yang mempelajari manusia secara filosofis. Filsafat Manusia memiliki perkembangan melalui zaman Yunani Kuno, Modern, dan Kontemporer yang masing-masing memiliki ciri khas pemikirannya. Filsafat Manusia juga membahas tujuan hidup manusia dari berbagai perspektif seperti monoteisme, materialisme, spiritualisme, dan dualisme.
Secara umum postmo mengatakan bahwa ilmu pengetahuan bukanlah sesuatu yang paling valid bahkan ilmu alam sekalipun, ilmu adalah hasil konstruksi para ilmuwan, dimana diri mereka sendiri tidak bebas dari kepentingan-kepentingan tertentu.
Dokumen tersebut membahas tentang teori budaya Marxis, ideologi, dan konsep pascamodernisme. Teori budaya Marxis memperlakukan budaya sebagai wilayah ideologis yang melibatkan kesadaran dan wacana. Pascamodernisme menolak klaim kebenaran universal dan menempatkan berbagai kelompok yang sebelumnya dianggap marjinal pada posisi sentral.
Dokumen tersebut membahas tentang pentingnya tauhid (keesaan Tuhan) dalam membangun epistemologi Islam. Upaya reformasi yang dilakukan pemikir Muslim kontemporer belum mampu mengubah secara signifikan dominasi pemikiran Barat. Hal ini disebabkan karena pemikir Barat dikemas dalam epistemologi mereka tanpa mempertimbangkan ajaran agama. Tantangan terbesar bagi ilmuwan Islam saat ini adalah menemukan formulasi teori pengetahuan yang
Postmodernisme merupakan ide baru yang mengkritik modernisme dengan menolak klaim pengetahuan yang universal dan objektif serta mendukung relativisme dan pluralisme. Tokoh-tokohnya seperti Lyotard, Foucault, Derrida dan Baudrillard menolak pengetahuan yang terikat rezim dan mendukung dekonstruksi konsep pengetahuan yang kaku.
Teks tersebut membahas tentang dakwah melalui media cetak. Secara singkat, teks tersebut menjelaskan bahwa (1) media cetak memainkan peran penting dalam menyebarkan informasi dan ajarn Islam, (2) terdapat beberapa pendekatan teori yang relevan dalam memahami peran media cetak seperti teori pers bertanggung jawab sosial dan teori kritis media, (3) dakwah melalui media cetak perlu mengikuti kode etik jurnalistik
Filsafat ilmu adalah cabang filsafat yang mempelajari hakikat pengetahuan ilmu dan masalah-masalah filosofis yang terkait. Dokumen ini menjelaskan perkembangan ilmu dalam berbagai zaman mulai dari zaman pra-Yunani hingga kontemporer serta landasan ilmu pada zaman Islam."
Penelitian pustaka merupakan metode pengumpulan data secara kualitatif dengan menggunakan sumber-sumber tertulis seperti buku, jurnal, dan laporan penelitian terdahulu. Prosedur penelitian pustaka meliputi menentukan variabel penelitian, mencari sumber terkait, mengumpulkan data relevan, menganalisis dan menyimpulkan hasil penelitian.
Penulisan ini bertujuan untuk 1.
Mengetahui Definisi Evaluasi Model Stake (Countenance Model), 2. Mengetahui Prosedur Pelaksanaan Model Stake (Countenance Model), 3. Mengetahui Kelebihan dan Kelemahan Model Stake (Countenance Model)
Dokumen tersebut membahas tentang filsafat postmodernisme dan implikasinya dalam pendidikan. Postmodernisme menolak pandangan ilmu pengetahuan yang bersifat universal dan objektif dari modernisme. Postmodernis beranggapan bahwa pengetahuan bersifat konstruksi sosial dan terus berubah berdasarkan pengalaman. Hal ini memiliki implikasi dalam pendidikan, di mana guru perlu mendekonstruksi kurikulum dan mewakili berbagai sudut pandang tanpa memberikan ke
Postmodernisme pertama kali muncul di Prancis pada tahun 1970-an sebagai kritik terhadap modernitas yang dianggap gagal merealisasikan proyek Pencerahan. Filsafat postmodern menolak narasi-narasi besar modern dan bersifat relativistik serta pluralistik. Tokoh-tokohnya meliputi Nietzsche, Pierce, Foucault, dan Derrida.
Pemikiran Tokoh Filsafat Pasca Moderen.docxZukét Printing
Makalah ini membahas tentang Pemikiran Tokoh Filsafat Pasca Moderen dengan mengulas tokoh-tokoh seperti Jean-Francois Lyotard, Michael Foucault, Jacques Derrida, Jean Baudrillard, dan Fedrick Jameson. Makalah ini juga menjelaskan ciri-ciri pemikiran postmodernisme seperti dekonstruktivisme, relativisme, dan pluralisme.
Pemikiran Tokoh Filsafat Pasca Moderen.pdfZukét Printing
Makalah ini membahas tentang Pemikiran Tokoh Filsafat Pasca Moderen dengan mengulas tokoh-tokoh seperti Jean-Francois Lyotard, Michael Foucault, Jacques Derrida, Jean Baudrillard, dan Fedrick Jameson. Makalah ini juga menjelaskan ciri-ciri pemikiran postmodernisme seperti dekonstruktivisme, relativisme, dan pluralisme.
Dokumen tersebut membahas tentang bab 1 filsafat sosiologi komunikasi dari buku sosiologi komunikasi karya Prof. Dr. H.M. Burhan Bungin. Bab ini membahas tentang perkembangan filsafat sosial, sosiologi modern, dan komunikasi dari masa sebelum Yunani Kuno hingga posmodernisme. Juga membahas tentang sosiologi modern dan lahirnya sosiologi komunikasi sebagai ilmu pengetahuan baru yang menjembatani filsafat dan ke
1. Teori modernitas kontemporer membahas pandangan para teoris klasik seperti Marx, Weber, dan Durkheim tentang modernitas. 2. Giddens menggambarkan modernitas sebagai "panser raksasa" yang bergerak tanpa kendali dengan perubahan mendalam. 3. Beck menyoroti munculnya "masyarakat berisiko" akibat modernitas yang memperkenalkan parameter risiko baru.
Makalah ini membahas tentang filsafat dan iman pasca modern. Pembahasan dimulai dengan latar belakang munculnya filsafat modern setelah zaman renesans dan reformasi gereja. Kemudian membahas mengenai aliran-aliran pemikiran utama pada zaman filsafat modern seperti rasionalisme, empirisme, kritisme, dan lainnya. Terakhir membahas tokoh-tokoh penting dari masing-masing aliran seperti Descartes, Locke, Kant
Filsafat Manusia membahas hakekat manusia dan merupakan cabang filsafat yang mempelajari manusia secara filosofis. Filsafat Manusia memiliki perkembangan melalui zaman Yunani Kuno, Modern, dan Kontemporer yang masing-masing memiliki ciri khas pemikirannya. Filsafat Manusia juga membahas tujuan hidup manusia dari berbagai perspektif seperti monoteisme, materialisme, spiritualisme, dan dualisme.
Secara umum postmo mengatakan bahwa ilmu pengetahuan bukanlah sesuatu yang paling valid bahkan ilmu alam sekalipun, ilmu adalah hasil konstruksi para ilmuwan, dimana diri mereka sendiri tidak bebas dari kepentingan-kepentingan tertentu.
Dokumen tersebut membahas tentang teori budaya Marxis, ideologi, dan konsep pascamodernisme. Teori budaya Marxis memperlakukan budaya sebagai wilayah ideologis yang melibatkan kesadaran dan wacana. Pascamodernisme menolak klaim kebenaran universal dan menempatkan berbagai kelompok yang sebelumnya dianggap marjinal pada posisi sentral.
Dokumen tersebut membahas tentang pentingnya tauhid (keesaan Tuhan) dalam membangun epistemologi Islam. Upaya reformasi yang dilakukan pemikir Muslim kontemporer belum mampu mengubah secara signifikan dominasi pemikiran Barat. Hal ini disebabkan karena pemikir Barat dikemas dalam epistemologi mereka tanpa mempertimbangkan ajaran agama. Tantangan terbesar bagi ilmuwan Islam saat ini adalah menemukan formulasi teori pengetahuan yang
Postmodernisme merupakan ide baru yang mengkritik modernisme dengan menolak klaim pengetahuan yang universal dan objektif serta mendukung relativisme dan pluralisme. Tokoh-tokohnya seperti Lyotard, Foucault, Derrida dan Baudrillard menolak pengetahuan yang terikat rezim dan mendukung dekonstruksi konsep pengetahuan yang kaku.
Teks tersebut membahas tentang dakwah melalui media cetak. Secara singkat, teks tersebut menjelaskan bahwa (1) media cetak memainkan peran penting dalam menyebarkan informasi dan ajarn Islam, (2) terdapat beberapa pendekatan teori yang relevan dalam memahami peran media cetak seperti teori pers bertanggung jawab sosial dan teori kritis media, (3) dakwah melalui media cetak perlu mengikuti kode etik jurnalistik
Filsafat ilmu adalah cabang filsafat yang mempelajari hakikat pengetahuan ilmu dan masalah-masalah filosofis yang terkait. Dokumen ini menjelaskan perkembangan ilmu dalam berbagai zaman mulai dari zaman pra-Yunani hingga kontemporer serta landasan ilmu pada zaman Islam."
Penelitian pustaka merupakan metode pengumpulan data secara kualitatif dengan menggunakan sumber-sumber tertulis seperti buku, jurnal, dan laporan penelitian terdahulu. Prosedur penelitian pustaka meliputi menentukan variabel penelitian, mencari sumber terkait, mengumpulkan data relevan, menganalisis dan menyimpulkan hasil penelitian.
Penulisan ini bertujuan untuk 1.
Mengetahui Definisi Evaluasi Model Stake (Countenance Model), 2. Mengetahui Prosedur Pelaksanaan Model Stake (Countenance Model), 3. Mengetahui Kelebihan dan Kelemahan Model Stake (Countenance Model)
Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui 1. Mengetahui Definisi dan Karakteristik Media Audio, 2. Mengetahui Jenis-Jenis Media Audio, 3. Mengetahui Langkah-Langkah Pengembangan dan Produksi Media Audio
Prinsip dan Faktor Pengembangan Kurikulum Bahasa Arab.pdfFauzyOji1
Tujuan penulisan ini untuk menjawab rumusan masalah, Bagaimana prinsip pengembangan kurikulum bahasa Arab dan Bagaimana faktor pengembangan kurikulum bahasa Arab
Merancang dan Mendesai Instrumen Ranah Kognitif.pdfFauzyOji1
Makalah ini membahas tentang merancang dan mendesain instrumen ranah kognitif. Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan berpikir dan meliputi tingkat dari yang sederhana hingga kompleks. Terdapat enam tingkatan ranah kognitif menurut Bloom yaitu mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Makalah ini juga membahas teknik penyusunan instrumen untuk menguk
Tujuan Penulisan ini untuk menjawab rumusan masalah 1. Bagaimana Makna Nuzul al-Qur’an dan Asbab al-Nuzul?, 2. Bagaimana Proses Nuzul al-Qur’an dan Cara Mengetahui Asbab al-Nuzul?, 3. Bagaimana Hikmah Nuzul al-Qur’an dan Manfaat Asbab al-Nuzul?
Penulisan ini bertujuan 1. Untuk mengetahui metode dan metodologi penelitian pendidikan, 2. Untuk mengetahui jenis penelitian pendidikan, 3. Untuk mengetahui ruang lingkup penelitian pendidikan
Konsep Dasar, Kedudukan dan Fungsi Bahan Ajar Bahasa Arab.pdfFauzyOji1
Makalah ini membahas tentang konsep dasar, kedudukan, dan fungsi bahan ajar bahasa Arab. Konsep dasar bahan ajar dijelaskan sebagai sarana yang dirancang secara sistematis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Kedudukan bahan ajar penting dalam pembelajaran karena menjadi pedoman pelaksanaan pembelajaran. Fungsi bahan ajar antara lain sebagai panduan pembelajaran bagi pendidik dan peserta didik serta alat untuk menc
Tujuan penulisan makalah ini untuk mengetahui 1. Menegetahui Makna Kalam Khabar, 2. Menegetahui Tujuan Kalam Khabar, 3. Menegetahui Macam-Macam Kalam Khabar, 4. Menegetahui Kalam Khabar yang Keluar dari Ketentuan Lahiriahnya
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1Arumdwikinasih
Pembelajaran berdiferensiasi merupakan pembelajaran yang mengakomodasi dari semua perbedaan murid, terbuka untuk semua dan memberikan kebutuhan-kebutuhan yang dibutuhkan oleh setiap individu.kelas 1 ........
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka - abdiera.com, Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka.
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka.
1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia tidak akan pernah bisa dipisahkan dari perkembangan zaman.
Perubahan dan perkembangan manusia dapat dilihat pada kenyataan pengetahuan
manusia, khususnya dalam bidang filsafat yang telah menajdi rahasia umum
bahwa periode perkembangan manusia dibagi menjadi beberapa zaman yakni
sejak zaman kuno, pertengahan, modern dan post-modernisme, pada setiap
perubahan dari satu zaman kezaman selanjutnya memiliki corak pemikiran
masing-masing.
Perkembangan manusia seiring berjalannya zaman tidak lepas dari rasa
ingin tahu yang terus berubah-ubah dan mengalami perkembangan berdasarkan
kepentingan dan kebutuhan yang terus bertambah. Begitupula dalam
perkembangan ilmu pengetahuan yang mengalami perkembangan dari masa ke
masa, hal tersebut terjadi karena ketidak puasan manusia terhadap ilmuan yang
telah ada akan tetapi selalu mencari, menggali, menelaah bahkan menemukan
bidang keilmuan yang baru.
Pembagian era yang dilakukan oleh orang yang memiliki otoritas pada
bidang filsafat merupakan suatu bentuk ketidak puasan dari satu era sehingga
memunculkan sebuah era baru, demikian juga kemunculan post-modernisme yang
merupakan bentuk ketidak puasan terhadap era modernisme bahkan ada yang
menggap bahwa era modernisme sebagai era kegagalan dalam mengangkat
martabat manusia.
2. 2
Post-modernisme memandang janji-janji yang telah dilempar kepada
masyarakat tidak sesuai dengan apa yang diharapkan untuk membawa masyarakat
ke arah kehidupan yang lebih baik. Perkembangan teknologi dan informasi telah
memberikan dampak yang sangat buruk bagi manusia bahkan ke arah kehancuran
manusia, misalnya peperangan yang terus terjadi sehingga memberikan luka
penderitaan pada kehidupan manusia. Permasalahan tersebut terjadi karena
manusia era modern memberikan pengahragaan setinggi-tingginya terhadap akal
manusia bahkan ada beberapa filusuf mengatakan sebagai bentuk pendewaan dan
ilmu pengetahuan sebagai kebenaran objetif yang bebas dari nilai.
Berdasarkan keperihatinan para ilmuan terhadap kejadian-kejadian yang
terjadi maka diusunglah sebuah era yang disebut post-modernisme sebagai bentuk
perlawanan atau kelajutan terhadap modernisme. Pada penulisan ini kami
mencoba untuk memberikan sedikit pemaparan tentang post-modernisme, dengan
harapan memberikan gambaran apa saja poin-poin dari post-modernisme.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi, latar belakang dan tokoh post-modernisme ?
2. Bagaimana perbedaan modernisme dan post-modernisme ?
3. Bagaimana kritik post-modernisme terhadap modernisme ?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui definisi, latar belakang dan tokoh post-modernisme ?
2. Mengetahui perbedaan modernisme dan post-modernisme ?
3. Mengetahui kritik post-modernisme terhadap modernisme ?
3. 3
BAB II
PEMABAHASAN
A. Definisi, Latar Belakang dan Tokoh Post-Modernisme
1. Definisi
Secara etimologi post-modernisme memiliki dua asal kata yakni post dan
modern, post bermakna later dan after1
, sehingga dapat diartikan sebagai
perpanjangan dari yang pertama atau lanjutan dari yang kedua2
. Akan tetapi
menurut penganut post-modernisme bahwa kata post bermakna melampaui
kematian modernisme3
. Modern bermakna up to date atau sekarang, dengan
demikian dapat dikatakan bahwa post-modernisme adalah setelah sekarang,
sedang berlalu, selalu berubah seperti halnya kehidupan yang mengalir dan
melampaui yang sekarang4
.
Sedangakan secara terminologi post-modernisme bermakna sebagai krtik
terhadap masyarakat modern dengan segala kegagalan terhadap janjinya. Post-
modernisme adalah aliran yang memiliki paradigma baru sebagai antitesa terhadap
modernisme yang dianggap gagal serta tidak relevan dengan perkembangan
zaman5
. Post-modernisme dapat juga diartikan sebagai segala upaya untuk
merevisi pandangan dan paradigma modernisme 6
.
1
Muzairi, Filsafat Umum (Yogyakarta: Teras, 2009), h. 148.
2
Radhar Panca Dahana, Jejak Postmoderinsme: Pergulatan Kaum Intelektual Indonesia
(Cet. I; Yogyakarta: PT Bentang Pustaka, 2004), h. 26.
3
Muzairi, Filsafat Umum, h. 148.
4
Kevin O’Donnell, Postmodernism, terj. Kasinius: Postmodernisme (Cet. V; Yogyakarta:
Penerbit Kasnisius (Anggota IKAPI), 2013), h. 6.
5
Aceng Rahmat dkk. Filsafat Ilmu Lanjutan (Jakarta: Prenada Media Group. 2011), h.
104.
6
Emanuel Wora, Perenialisme: Kritik Atas Modernisem dan Postmodernisme (Cet.X;
Yogyakarta: Penerbit Kanisus (Anggota IKAPI), 2010), h. 93-94
4. 4
Pendefinisian post-modernisme secara umum memiliki perbedaan antara
satu dengan yang lain. Richard Appignanesi dan Chris Garatt mengartikan post-
modernisme adalah sebagai hasil dari modernisme, akibat modernisme, anak
modernisme, perkembangan dari modernisme, penyangkalan tentang modernisme
atau penolakan terhadap modernisme7
. Sementara Lyotard mendefinisikan post-
modernisme dengan meninggalkan seluruh teori dan budaya atau kultur modern
disebabkan kegagalan teori modernisme dalam memandang kenyataan serta
paradigma yang terjadi sekarang. Teori post-modernisme enggan membahas
tentang sesuatu yang bersifat baku dalam artian benar dan salah melainkan
semuanya dapat dibahas secara terbuka serta meluas8
.
Berdasarkan dari beberapa definisi post-modernisme yang telah disebutkan
menunjukan perbedaan antara satu pengertian dengan pengertian lain, hal tersebut
menunjukan bahwa pengertian post-modernisme tidak bisa diartikan secara
mandiri dan sebagai pembatasan9
. Terjadinya beberapa perbedaan pendapat
disebabkan post-modernisme lebih mengacuh pada kritik terhadap budaya
sehingga menjadikan pembahasan post-modernisme menjadi meluas, hal tersebut
sejalan dengan pendapat Bauman yang mengatakan bahwa budaya dalam
perkembangan post-modernisme sangat beragam, berdasarkan sudut pandang
masing-masing, dengan demikian Bauman menginginkan sebuah kejelasan pada
semua bidang dalam post-modernisme karena sampai sekarang belum ada
7
Akhyar Yusuf Lubis, Postmodernisme: Teori dan Praktik (Cet III; Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2016), h. 14.
8
Aris Puji Purwatiningsih dan Hendri Hermawan Adinugraha, “Hastori Filantropi:
Tinjauan Teori Postmodernisme”, ZISWAF 5, No. 1 (Juni 2018): h. 153.
9
Aris Puji Purnawatiningsih dan Hendri Hermawan Adinugraha, “Histor Filantropi:
Tinjauan Teori Postmodern”, h. 150.
5. 5
kejelasan. Sehingga dalam pandangan Bauman harus ada beberapa pihak yang
memiliki kewenangan pada bidang ini untuk memberikan kejelasan10
.
Pengikut post-modernisme pada dasarnya tidak suka dengan keseragaman
dan pembatasan, namun lebih terbuka untuk menerima perbedaan. Konsep
perbedaan, keberagaman, anti esensialitas sebagai cara pandang yang berbeda dan
cara berfikr universal menjadi konsep penting pada pola pemikiran post-
modernisme11
. Post-modernisme merupakan sebuah metode kritis terhadap
modernisme yang berusaha membongkar mitos, penyimpangan terhadap fakta,
paradoks sebagaimana tergambar pada kenyatan sosial pada masyarakat
kontemporer12
.
Pada perkembangan post-modernisme memunculkan dua golongan yaitu:
Pertama, golongan yang bersikap moderat dengan pandangannya bahwa post-
modernisme hanya lanjutan dari modern. Beberapa tokoh pemikirnya meliputi:
Daniel Bell, Anthony Giddens dan Jurgen Harbernas. Beberapa tokoh tersebut
memahami post-modernisme tidak serta merta terkait penghapusan atas segala hal
mengenai modern dan bukan pula gerakan yang mengarah kembali ke masa lalu
serta masih memanfaatkan hal-hal yang dianggap baik di era modern dan
tradisional dengan mendaur ulang dalam konteks yang baru. Kedua, golongan
yang bersifat ekstrim dengan pandangannya bahwa peralihan dari modern ke post-
modernisme bukan sekedar lanjutan melainkan perubahan paradigma yang
radikal. Salah satu tokoh pemikirnya adalah Francois Lyotard yang mengatakan
10
Aris Puji Purwatiningsih dan Hendri Hermawan Adinugraha, “Hastori Filantropi:
Tinjauan Teori Postmodernisme”, h. 153
11
Akhyar Yusuf Lubis, Postmodernisme: Teori dan Praktik h. 15
12
Medhy Anggita Hidayat, “Menimbang Teri-Teori Sosial Postmodernisme: Sejarah,
Pemikiran dan Masa Depan Postmodernisme”, Jurnal of Urban Sociology 2, No. 1 (April 2019): h.
50
6. 6
bahwa tidak terdapat kelanjutan (diskontinuitas) paradigma berpikir dari kedua
era13
.
2. Latar Belakang Munculnya Post-Modernisme
Kemunculan post-modernisme sampai saat ini masih menjadi perdebatan
karena disetiap disiplin akan melihat dari sudut pandang yang berbeda. Istilah
post-modernisme menurut Hassan dan Jencks istilah tersebut pertama kali
dikemukakan Federico de Onis dalam karyanya pada tahun 1930-an dengan judul
Antologia de la Poesia Espanola a Hispanoamericana, sebagai rekasi terhadap
modernisme14
.
Menurut Boivert istilah post-modernisme pertama kali dikemukakan oleh
Joseph Hudnut dengan penyebutan “arsitektur post-modernisme” pada tahun 1949
akan tetapi ia harus menunggu sampai tahun 1960-an untuk mengaplikasikan
istilah tersebut di lapangan. Sementara menurut Lyotard post-modernisme telah
ada sejak tahun 1950-an, ini dapat dilihat dalam karyanya dengan judul The
Postmodern Condition: A Report and Knowledge. Pada buku tersebut Lyotard
menolak ide-ide modenisme tentang cerita-cerita besar (grand narative) dengan
menyandarkan segalanya pada akal. Post-modernisme adalah hasil penolakan
terhadap modernisme yang gagal dalam mewujudkan cita-citanya yaitu: reason,
nature, happines, progress dan liberty15
.
Perubahan dari paham modernisme ke arah post-modernisme dijelaskan
oleh berbagai aliran pemikiran sebagai peralihan dari klaim yang bersifat
ketunggalan, keterpusatan, universalitas, homogenitas dan rasionalitas menuju ke
13
Aris Puji Purnawatiningsih dan Hendri Hermawan Adinugraha, “Histor Filantropi:
Tinjauan Teori Postmodern”, h. 150.
14
Zaprulkhan, Filsafat Ilmu: Sebuah Analisis Kontenporer (Cet. III; Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2016), h. 301-302.
15
Radhar Panca Dahana, Jejak Postmoderinsme: Pergulatan Kaum Intelektual Indonesia,
h. 23-24
7. 7
arah klaim yang bersifat kemajemukan, ketidak berpusatan, relativitas,
heterogenitas dan anti rasioanlitas. Aliran post-modernisme memberikan
penolakan keras terhadap narasi besar, disebabkan ini membuat pemisahan antara
kultural, rasional dan irasional, barat dan timur serta lain sebagainya. Post-
modernisme memandang sebaliknya dengan menyamakan fragmentasi budaya
dengan membangun kembali lokalitas dan etnisitas dengan tujuan menghargai
perbedaan16
.
Kelahiran post-modernisme tidak dapat dipisahkan dari modernisme,
modernisme diartikan serba maju, gemerlap dan progresif. Modernisme
menjanjikan perubahan ke arah pemikiran dunia yang lebih maju dan mapan serta
semua kebutuhan dapat terpenuhi. Salah satu ciri khas modernisme adalah
rasoinalitas yang akan memberikan kemampuan kepada manusia untuk
membendung mitos dan keyakinan yang bersifat tradisional17
. Modernisme
mengalami perkembangan ditandai dengan adanya rasionalisme, materialisme
serta kapitalisme yang dibarengi perkembangan teknologi dan sains sehingga
menjadikan distorsi moral keagamaan dan runtuhnya martabat kemanusiaan18
.
Modernisme memiliki sisi gelap yang menjadikan kehidupan manusia
kehilangan jati diri, sebagaimana yang dikatakan Max Horkheimer, Adorno dan
Herbert Marcuse bahwa modernisme (pencerahan) melahirkan sebuah penindasan
dan dominasi akan tetapi tidak bisa juga dipungkiri dalam modernisme
memberikan kemajuan dan perkembangan yang sangat pesat. Sementara menurut
Anthony Giddens modernisme sebagai pembawa bencana bagi manusia dengan
alasan, penggunaan kekerasan dalam menyelesaikan sengketa atau permasalahan,
16
Zaplrulkhan, Filsafat Ilmu: Sebuah Analisis Kontenporer, h. 302
17
Johan Setiawan dan Ajad Sudrajat, “Pemikiran Postmodernisme dan Pandangannya
Terhadap Ilmu Pengetahuan”, Jurnal Filsafat 28, No. 1 (Februari 2018), h. 28
18
Johan Setiawan dan Ajad Sudrajat, “Pemikiran Postmodernisme dan Pandangannya
Terhadap Ilmu Pengetahuan”, h. 29
8. 8
penindasan terhadap yang lemah, ketimpangan sosial dan kerusakan hidup yang
kian mengkhawatirkan19
. Berdasarkan hal tersebut era modernisme memberikan
dampak krisis pada manusia sebagaimana menurut Pauline M. Rosenau yaitu:
a. Modernisme gagal mewujudakan cita-cita perbaikan masa depan sebagaimana
janjinya pada pengikut modernisme.
b. Pengetahuan yang berkembang pada era modernisme tidak dapat mengontrol
kesewenangan serta penyalahgunaan ilmu pengetahuan.
c. Banyak teori dan fakta yang bertentangan pada perkembangan ilmu
pengetahuan.
d. Ada keyakinan terhadap ilmu pengetahuan mampu menyelesaikan segala
persoalan pada hidup manusia akan tetapi hal tersebut keliru .
e. Ilmu pengetahuan yang berkembang kurang memperhatikan metafisika karena
berfokus pada fisik20
.
Modernisme dengan ciri penggunaan rasio, menjadikan manusia sebagai
sentral (Humanisme) sehingga mereka menganggap dirinya ungul dikarenakan
penemuan sains dan teknologi sebagai hasil dari kerja rasio yang semakin
mendorong untuk menaklukkan alam seoptimal mungkin demi kepentingan
manusia. Barat merasa bangga dengan perekembangan sains dan teknolgi sebagai
hasil penemuan akan tetapi pemikiran dan pemahaman tentang agama sebagai
wahyu ditinggalkan. Konsekuensi dari gaya tersebut menimbulkan krisis
kemanusiaan secara universal yaitu:
19
Johan Setiawan dan Ajad Sudrajat, “Pemikiran Postmodernisme dan Pandangannya
Terhadap Ilmu Pengetahuan”, h. 28-29
20
Medhy Anggita Hidayat, “Menimbang Teri-Teori Sosial Postmodernisme: Sejarah,
Pemikiran dan Masa Depan Postmodernisme”, h. 48
9. 9
1) Krisis spiritual
Krisis ini terjadi disebabkan para filusuf barat bersifat dualisme dalam
memandang manusia, peradaban barat lebih condong kepada saintisme dan
mekanisme sehingga roh menjadi tersingkirkan. Dampaknya menjadikan manusia
sebagai makhluk yang bersifat robotik sehingga manusia sangat menjunjung
tinggi nilai-nilai materialsme dan meninggalkan nilai-nilai spiritual.
2) Krisis moral
Krisis moral yang terjadi merupakan konsekuensi logis serta kekeliruan
cara pandang ilmuan barat yang terjadi pada era modern dengan menjadikan
manusia sebagai pusat dari segalanya dan mengabaikan nilai religiositas. Pada era
ini hampir semua lini kehidupan manusia dilanda dengan krisis moral seperti
pendidikan, politik, ekonomi dan lain sebagainya
3) Krisis lingkungan
Krisis lingkungan yang terjadi pada saat ini adalah dampak dari kekeliruan
dan kesalahan manusia dalam memandang diri sendiri dan alam, kekeliruan
tersebut membuat pola pikir manusia agak melenceng dalam memandang alam
dan memanfaatkannya21
.
3. Tokoh
a. Jean Francois Lyotard
Jean Francois Lyotard lahir pada tahun 1924 di Versailes Prancis, karir
akademiknya dimulai pada tahun 1950 sebagai guru sekolah menegah di
Constantine Alegria, pada tahun 1959 ia menerima tawaran mengajar di
Universitas of Paris Sorbone, pada tahun 1966 meninggalkan Sorbone untuk
mengajar di Universitas of Nantere, selanjutnya Lyotard meninggalkan Nentere
21
Muhammad Sabri dkk., Filsafat Ilmu (Makassar: Alauddin Press, 2009), h. 69-70
10. 10
pada tahun 1970 untuk mengajar di Universitas of Paris VIII Vencennes, pada
tahun 1971 baru menyelesaikan doktoral dengan mempublikasi bukunya dengan
judul Discourse Figure. Lyotard menghembuskan nafas terakhir pada tahun 1998
di Paris saat beliau telah mengambil gelar professor Emeritus di Universitas of
Paris VIII dan Professor di Emory University, Atalanta, Amerika Serikat22
.
Lyotard merupakan filusuf post-modernisme yang terkenal dan tokoh
penting diantara filusuf postmodernisme lainnya. Karyanya yang paling terkenal
adalah The Postmodernisme Condition dan The Differend. Lyotard memandang
ilmu pengetahuan dalam pandangan modenisme sebagai narasi besar, saat ini
mengalami masalah yang sama dengan abad pertengahan dengan memunculkan
istilah religi, nasional kebangsaan serta kepercayaan terhadap unggulnya negara
Eropa yang saat ini kurang bisa diterima lagi kebenarannya. Postmodernisme
menjadikan suatu ilmu pengetahuan tidak serta merta harus diterima
kebenarannya akan tetapi harus diselidiki serta dibuktikan terlebih dahulu. Ilmu
pengetahuan dalam pandangan postmdernisme bukan hanya menjadi alat
penguasa, ilmu pengetahuan harus memperluas pandangan manusia yang berbeda-
beda sehingga memperkuat toleransi antara manusia23
.
b. Michel Foucault
Michel Foucault lahir di Poitiers Prancis tanggal 15 Oktober 1926 dengan
nama Paul Michel Foucault dari keluarga hedon, ayahnya merupakan seorang
dokter bedah terkenal di Prancis. Foucault dikenal sebagai seorang sejarawan,
sosiologis dan filusuf. Jejak pendidikan dasarnya ia selesaikan di sekolah Jesuit
College Saint Stanislas kemudian dilanjutkan ke Eclo Normale Superieure yang
22
Medhy Anggita Hidayat, “Menimbang Teri-Teori Sosial Postmodernisme: Sejarah,
Pemikiran dan Masa Depan Postmodernisme”, h. 51
23
Johan Setiawan dan Ajad Sudrajat, “Pemikiran Postmodernisme dan Pandangannya
Terhadap Ilmu Pengetahuan”, h. 30-31
11. 11
merupakan sekolah humaniora terkemuka di Prancis. Karir akademik Foucault
dimulai pada tahun 1951 sebagai guru di Ecole Normale, pada tahun 1953-1954 ia
mengajar di Universitas Lille Nord de France sebagai dosen psikologi, tahun 1954
menjadi duta besar budaya Prancis serta mengajar di Universitas Uppsala Swedia,
tahun 1958 ia meninggalkan Uppsala kemudian mengajar di Warsawa Univeristy
dan Universitas of Humberg Jerman, tahun 1960 beliau kembali ke Prancis untuk
mengajar filsafat di University of Clermont Ferrand dan jabatan terakhirnya
adalah rektor di College de france24
.
Michel Foucault salah satu tokoh post-modernisme yang menentang
keuniversalan pengetahuan yang diusung oleh tokoh modernisme, dibawah ini
beberapa pemikiran modernisme yang tidak diterima Foucault
1) Pengetahuan tidak bersifat metafisis, transendental atau universal akan
tetapi memiliki ciri khas untuk setiap waktu dan tempat.
2) Tidak ada pengetahuan yang dapat menjelaskan secara objektif akan tetapi
bersifat subjektif.
3) Pengetahuan bukan sebagai pemahaman yang netral akan tetapi
berdasarkan rezim penguasa25
.
c. Jacques Darrida
Jacques Darrida lahir pada tanggal 15 Juli 1930 di El Biar Algeria, pada
tahun 1949 sempat belajar di Ecole Normale Superieure yang merupakan sekolah
elit di Paris. Jejak akadmik Darrida dimulai pada tahun 1960 dengan mengajar
filsafat di Universitas Sorbone sampai tahun 1964, kemudian di Ecole Normale
Superieure dari tahun 1964-1984, kemudian lanjut mengajar di Ecole des Hautes
Etudes en Sciences Sociales dari tahun 1984-1999. Darrida sering memberikan
24
Medhy Anggita Hidayat, “Menimbang Teri-Teori Sosial Postmodernisme: Sejarah,
Pemikiran dan Masa Depan Postmodernisme”, h. 51
25
Johan Setiawan dan Ajad Sudrajat, “Pemikiran Postmodernisme dan Pandangannya
Terhadap Ilmu Pengetahuan”, h. 31
12. 12
kuliah di beberapa universitas terkenal di Amerika Serikat seperti Di Yale
University serta University of California, beliau meninggal dunia pada tanggal 18
Oktober 2004 di Paris Prancis26
.
Istilah yang paling identik dengan beliau adalah dekontruksi yang menjadi
kunci buah pemikirannya terhadap post-modernisme. Dekontruksi dalam artian
mengurai, melepaskan dan membuka. Teori dekontruksi Darrida mencoba
memberikan sumbangsi kritik terhadap teori modernisme yang diniai sangat kaku
dan tidak bisa dibantah kebenarannya27
.
d. Jean Baudrillard
Jean Baudrillard, lahir di kota Reims Prancis tahun 1929 pada tanggal 9
Januari. Baudrillard berasal dari keluarga petani urban yang sederhana, ia
merupakan satu-satuya keturunan dalam keluarganya yang berprofesi sebagai
seorang ilmuan. Pada tahun 1966 ia menyelesaikan tesis sosiologinya di
Universitas Nanterre di bawah bimbingan Henry Lefebre yang menganut anti
strukturalisme, satu tahun setelahnya ia mengajar di Universitas yang sama,
kemudian dipanggil untuk ikut bergabung di Ecole des Hautes Etudes28
.
Pola pemikirannya berfokus pada kultur yang dalam pandangannya
mengalami perubahan besar-besaran dan dianggap sebagai bencana besar.
Perubahan kultur menyebabkan manusia ke arah yang lebih pasif dari pada
memberontak sebagaimana yang dipikirkan oleh Marxis. Dengan demikian,
manusia menjadi menerima segala hal tanpa memikirkan makna, manusia
26
Medhy Anggita Hidayat, “Menimbang Teri-Teori Sosial Postmodernisme: Sejarah,
Pemikiran dan Masa Depan Postmodernisme”, h. 55
27
Johan Setiawan dan Ajad Sudrajat, “Pemikiran Postmodernisme dan Pandangannya
Terhadap Ilmu Pengetahuan”, h. 31
28
Medhy Anggita Hidayat, “Menimbang Teri-Teori Sosial Postmodernisme: Sejarah,
Pemikiran dan Masa Depan Postmodernisme”, h. 56-57
13. 13
memilih jalan sendiri tanpa mengindahkan sesuatu upaya yang bertujuan untuk
memanipulasi mereka29
.
e. Fredrick Jameson
Fredrick Jameson lahir di Cleveland Ohio Amerika Serikat, pada tahun
1954 setelah lulus dari Haverford College kemudian melanjutkan perjalannya ke
eropa untuk belajar di Aix en Provence Munich di Berlin, disinilah mendapatkan
pelajaran perkembangan terbaru filsafat, khususnya pada bidang strukturalisme,
setelah puas dengan hal tersebut ia kemudian kembali ke Amerika Serikat untuk
melanjutkan studi doktoral di Yale University, setelah selesai Fredrick Jameson
sempat mengajar di Harvard University kurang lebih lima tahun.30
.
Fredrick Jameson merupakan kritikus literatur bermazhab Marxisme,
beliau menganggap post-modernisme bukan sebagai peralihan dari kapitalisme
akan tetapi merupakan ekspansi dari modernisme, sehingga menurutnya historis
yang terjadi sekarang ini bukanlah suatu pemutusan paradigma dari modernisme
ke post-modernisme melainkan sebuah kelanjutan pola pemikiran31
.
B. Perbedaan Modernisme dan Post-Modernisme
Perbedaan aliran Modernisme dan Post-Modernisme dapat dilihat pada ciri
masing-masing dari aliran tersebut, di bawah ini akan dikemukakan ciri aliran
Post-Modernisme.
1. Dekonstruktif
Salah satu buku filsafat yang memberikan ciri pemikiran post-modernisme
yang bersifat dekonstruktif adalah buku karangan Amin Abdullah dengan judul
29
Johan Setiawan dan Ajad Sudrajat, “Pemikiran Postmodernisme dan Pandangannya
Terhadap Ilmu Pengetahuan”, h. 32
30
Medhy Anggita Hidayat, “Menimbang Teri-Teori Sosial Postmodernisme: Sejarah,
Pemikiran dan Masa Depan Postmodernisme”, h. 60
31
Johan Setiawan dan Ajad Sudrajat, “Pemikiran Postmodernisme dan Pandangannya
Terhadap Ilmu Pengetahuan”, h. 32
14. 14
Falsafah Kalam di Era Postmodernisme, lebih lanjut di dalam bukunya
menyatakan bahwa hampir keseluruhan ilmu pengetahuan dijadikan dasar yang
telah paten pada era modernisme dipertanyakan ulang oleh aliran post-
modernisme, ini disebabkan teori modernisme menutup kemunculan dan
perkembangan teori yang pada dasarnya bisa saja lebih baik dalam membantu
memahami kenyataan serta penyelesaian suatu masalah. Pemberian standar yang
dilakukan modernisme dianggap kaku serta terlalu sistematis dan tidak cocok
dengan kenyataan yang jauh lebih rumit sehingga cara tersebut harus dirubah,
diperbaiki dan disempurnakan oleh pengikut dan pemikir post-modernisme32
.
2. Relativisme
Relativisme dalam artian pemikirannya lebih ke arah hal yang bersifat
realitas budaya (nila-nilai dan kepercayaan) tergambar pada teori-teori yang
dikembangkan oleh antropologi, dimana dalam antropologi tidak ada budaya yang
memiliki satu bangunan yang sama, dengan demikian bahwa nila-nilai budaya
yang mencoba dimunculkan kembali dalam post-modernisme adalah budaya yang
bersifat relatif. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
pengetahuan dalam pandangan post-modernisme bersifat relatif dan tidak ada
pengetahuan yang bersifat pasti.33
3. Pluralisme
Hasil perkembangan pengetahuan modernisme dalam segala bidang
misalnya transportasi dan komunikasi memberikan dampak pada era pluralisme,
budaya dan agama semakin dapat dihayati dan dipahami oleh banyak masyarakat
dimanapun ia berada, dengan adanya ciri ini menjadikan budaya, agama, ras,
ekonomi sosial, suku, pendidikan, ilmu pengetahuan dan lain sebagainya adalah
32
Johan Setiawan dan Ajad Sudrajat, “Pemikiran Postmodernisme dan Pandangannya
Terhadap Ilmu Pengetahuan”, h. 33
33
Johan Setiawan dan Ajad Sudrajat, “Pemikiran Postmodernisme dan Pandangannya
Terhadap Ilmu Pengetahuan”, h. 34
15. 15
sebuah realitas yang tidak bisa dikesampingkan, dengan perbedaan-perbedaan
yang terjadi maka manusia akan memiliki toleransi dalam pola pemikiran
tergantung dari latar belakang masing-masing34
.
Menurut Akbar S. Ahmed dalam bukunya Postmodernism and Islam
mengemukakan ciri-ciri sosiologis postmodernisme diantaranya:
a. Penolakan terhadap proyek modernitas.
b. Perkembangan media massa yang memilki pengaruh kuat terhadap manusia
bahkan lebih jauh media massa menjelma menjadi tuhan dan agama baru
dalam menentukan kebenaran dan kesalahan perilaku manusia.
c. Lahirnya radikalisme etnis dan agama.
d. Timbulnya usaha manusia untuk menemukan identitas baru serta apresiasi dan
ketetrikatan dengan masa lampau.
e. Dominasi wilayah perkotaan sebagai pusat kebudayaan seperti dominasi
negara maju terhadap negara berkembang.
f. Peluang untuk menyampaikan pendapat lebih terbuka khususnya bagi
kalangan sosial minoritas.
g. Munculnya kecenderungan akletisisme dan pencampuradukan berbagai
diskursus nilai, keyakinan sehingga sekarang sulit untuk menempatkan suatu
objek budaya secara ketat pada kelompok budaya tertentu secara eksklusif.
h. Bahasa yang digunakan pada postmodernisme sering memiliki kesan yang
tidak jelas dan konsisten sehingga bersifat paradoks35
.
34
Johan Setiawan dan Ajad Sudrajat, “Pemikiran Postmodernisme dan Pandangannya
Terhadap Ilmu Pengetahuan”, h. 34
35
Medhy Anggita Hidayat, “Menimbang Teri-Teori Sosial Postmodernisme: Sejarah,
Pemikiran dan Masa Depan Postmodernisme”, h. 50
16. 16
C. Kritik Post-Modernisme terhadap Modernisme
1. Reduksi modernisme
Secara garis besar postmodernisme memberikan penolakan terhadap
penyederhanaan (reduksionistik) modernisme dimana kenyataan cenderung
direduksi untuk dapat dikuasai. Menurut Smith reduksi yang dilakukan oleh aliran
modernisme adalah suatu cara yang sangat kejam dalam menghilangkan unsur
transendensi di dalam prinsip-prinsipnya, atau dengan kata lain kenyataan dalam
modernisme direduksi hanya meliputi apa yang mampu ditangkap oleh akal
manusia saja yang tercermin pada sains modern. Segala sesuatu yang tidak dapat
dijangkau oleh akal manusia akan selalu ditolak sebagai sesuatu yang memiliki
keberadaan, karena tidak mampu dijelaskan oleh akal manusia dan ini dijadikan
standar dalam pengontrolan segala hal36
.
2. Dekonstruksi pemikiran modernisme
Kritik yang dilakukan oleh post-modernisme kepada aliran modernisme
dalam bidang filsafat sering disebut dengan dekonstruksi. Filsafat modern yang
memiliki corak pemikiran yang bersifat rasional didekonstruksi ulang oleh post-
modernisme. Pernyataan tersebut berangkat dari pendapat Nietsche pada tahun
1880-an yang berkata budaya barat telah berada dipinggir jurang kehancuran
disebabkan terlalu mendewakan rasio dan pada tahun 1990-an Capra juga
menyatakan bahwa budaya barat telah hancur kerena terlalu mendewakan akal37
.
Rasionalisme yang menjadi corak pemikiran modernisme harus
didekonstruksi ulang karena rasionalisme digunakan dengan keliru. Gara-gara
kekeliruan dan kesalahan dalam menggunakan rasio yang menjadi penyebab
terjadinya kehancuran budaya barat. Kelemahan manusia modern terletak pada
36
Emanuel Wora, Perenialisme: Kritik Atas Modernisem dan Postmodernisme, h. 102-
103
37
Ahmad Tafsir, Filsafat Umum: Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra (Cet XII;
Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), h. 257
17. 17
pendewaan terhadap akal yang berlebihan, dampak dari pendewaan tersebut
mengakibatkan pergeseran terhadap nilai dan norma. Manusia modern lebih
cenderung mewarisi sifat positivistik dengan menolak keterkaitan antara subtansi
jasmani dan rohani manusia dan lebih jauh apabila dihubungkan dengan agama
maka akan lebih parah akibat yang ditimbulkan38
.
3. Rasionalitas universal
Postmodernisme menolak adanya pengetahuan rasionalitas universal,
paradigma positivisme yang memilki dominan pada era modern. Positivisme
memberikan penekanan pada kesatuan metode ilmu pengetahuan serta
kepercayaan terhadap teori yang bersifat objektif. Post-modernisme lebih
menerima penjelasan narasi-narasi kecil, lokal, bersifat keberagaman dan
kontekstual39
. Modernisme menjadikan ilmu-ilmu positivis empiris sebagai
standar kebenaran yang paling akurat (objektif dan positivis) sehingga
memberikan perubahan moral dan sifat religius yang megakibatkan kehilangan
wibawa, maka dari itu terjadi distorsi moral-religius yang menjadi kaku dan keras.
Postmodernisme memberikan sebuah tawaran dalam pendekatan pada
ilmu pengetahuan yakni pendekatan metodologis dengan interpretasi anti objektif,
dekonstruksi, relativitas dari eksistensi plural. Post-modernisme memandang ilmu
pengetahuan harus bersifat subjektif sehingga pengaruhnya menjadikan ilmu
pengetahun tidak akan pernah bebas dari nilai yang merupakan kebalikan dari
modernisme dengan pandangan pengetahuan objektif dan bebas dari nilai Dengan
demikian pola pemikiran mesti dirubah secara keseluruhan menjadi plural dan
terbuka pada semua sisi kehidupan40
.
38
Ahmad Tafsir, Filsafat Umum: Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra, h. 257
39
Akhyar Yusuf Lubis, Postmodernisme: Teori dan Praktik, h. 19
40
Johan Setiawan dan Ajad Sudrajat, “Pemikiran Postmodernisme dan Pandangannya
Terhadap Ilmu Pengetahuan”, h. 38-39
18. 18
Sementara dalam pandangan lain menyatakan ada enam pola pemikiran
modernisme yang mencoba dibantah oleh post-modernisme. Pertama, pandangan
dualistik modernisme dengan membagi semua hal menjadi subjektif/objektif,
spritiual/material, manusia/dunia dan sebagainya. Paham ini telah melakukan
objektivasi alam secara berlebihan dan eksploitasi berlebih, kedua, pandang
modernisme yang bersifat objektif dan instrumentalis positivistik yang
menjatuhkan manusia dan masyarakat pada pembendaan, akibatnya modernisme
yang dahulunya bersifat emansipatif sekarang malah bersifat dehuman, ketiga,
dominasi ilmu-ilmu yang bersifat empiris positivistik menjadikan manusia
kehilangan moral serta religi, sehingga menjadikan manusia keras, keempat,
pandangan hidup yang materialistis, kelima, berkembangnya militerisme
disebabkan hilangnya moral dan agama, keenam, bangkitnya sifat rasisme dan
diskrimiansi dimana-mana41
.
41
Medhy Anggita Hidayat, “Menimbang Teri-Teori Sosial Postmodernisme: Sejarah,
Pemikiran dan Masa Depan Postmodernisme”, h. 445
19. 19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Post-modernisme adalah bentuk pemberontakan yang dilakukan terhadap
era modernisme yang gagal dalam memenuhi janjinya untuk mengangkat
martabat manusia, akan tetapi defenisi pasti tentang post-modernisme
sampai saat ini masih menjadi perdebatan karena cakupan post-
modernisme sangat luas disebabkan pembahasannya menyangkut tentang
budaya atau kultur. Begitupulah awal keumnculan post-modernisme
mengalami perbedaan pendapat ada yang mengatakan bahwa kumculannya
sekita tahun 1930, 1949, 1950 dan 1960 dengan argumentasi masing-
masing, akan tetapi yang jelas bahwa kumunculan post-modernisme
merupakan bentuk ketidak puasan terhadap modernisme. Dalam post-
modernisme ada beberapa tokoh yang terkenal yaitu: Jean Francois
Lyotard, Michel Foucault, Jacques Darrida, Jean Baudrillard dan Fredrick
Jameson.
2. Perbedaan post-modernisme dengan modernisme bisa dilihat pada masing-
masing ciri kedua aliran tersebut atau singkatnya ciri post-modernisme
merupakan kebalikan dari modernisme. Ada beberapa ciri pemikiran post-
modernisme yaitu: dekonstruktif, relativisme dan pluralisme.
3. Kritik post-modernisme sebagai bentuk ketidak puasan terhadap pola
pemikiran modernisme, diantara kritiknya yaitu: reduksi modernisme,
dekonstruksi pemikiran modernisme dan rasionalitas universal.
20. 20
20
B. Implikasi
Berdasarkan apa yang telah dipaparkan penulis berharap pembahasan post-
modernisme dapat memberikan sedikit wawasan untuk lebih memahami corak
pemikiran post-modernisme, latar belakng, tokoh, kritik, perbedaan antara post-
modernisme dan modernisme. Kami berharap pembahasan ini tidak hanya sampai
disini akan tetapi bisa dikembangkan lagi untuk menambah khazanah tentang
post-modernisme serta jika ada masukan dari pembaca baik itu dalam penulisan
maupun isi materi, akan kami terima dengan sangat baik untuk penulisan-
penulisan kedepannya.
21. 21
DAFTAR PUSTAKA
Dahana, Radhar Panca. Jejak Postmoderinsme: Pergulatan Kaum Intelektual
Indonesia. Cet. I; Yogyakarta: PT Bentang Pustaka, 2004.
O’Donnell, Kevin. Postmodernism, terj. Kasinius: Postmodernisme. Cet. V;
Yogyakarta: Penerbit Kasnisius, 2013.
Hidayat,Medhy Anggita. “Menimbang Teri-Teori Sosial Postmodernisme:
Sejarah, Pemikiran dan Masa Depan Postmodernisme”, Jurnal of Urban
Sociology 2, No. 1 (April 2019): h. 42-64
Lubis,Akhyar Yusuf. Postmodernisme: Teori dan Praktik. Cet III; Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2016.
Muzairi, Filsafat Umum. Yogyakarta: Teras, 2009.
Purwatiningsih, Aris Puji dan Hendri Hermawan Adinugraha, “Hastori Filantropi:
Tinjauan Teori Postmodernisme”, ZISWAF 5, No. 1 (Juni 2018): h. 150-
170
Rahmat, Aceng dkk. Filsafat Ilmu Lanjutan. Jakarta: Prenada Media Group.
2011.
Setiawan, Johan dan Ajad Sudrajat, “Pemikiran Postmodernisme dan
Pandangannya Terhadap Ilmu Pengetahuan”, Jurnal Filsafat 28, No. 1
(Februari 2018), h. 26-46
Tafsir,Ahmad. Filsafat Umum: Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra. Cet
XII; Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003.
Wora,Emanuel. Perenialisme: Kritik Atas Modernisem dan Postmodernisme.
Cet.X; Yogyakarta: Penerbit Kanisus (Anggota IKAPI), 2010.
Zaprulkhan, Filsafat Ilmu: Sebuah Analisis Kontenporer. Cet. III; Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2016.