Postmodernisme mengkritik ideologi modern seperti rasionalisme dan kapitalisme. Postmodernisme menolak gagasan universalitas dan kepastian pengetahuan modern. Postmodernisme juga menolak ideologi dan konsep permanen, serta menekankan perubahan berkelanjutan identitas.
1. Mengetahui definisi, latar belakang dan tokoh post-modernisme
2. Mengetahui perbedaan modernisme dan post-modernisme
3. Mengetahui kritik post-modernisme terhadap modernisme
1. Mengetahui definisi, latar belakang dan tokoh post-modernisme
2. Mengetahui perbedaan modernisme dan post-modernisme
3. Mengetahui kritik post-modernisme terhadap modernisme
Filsafat Barat Kontemporer dan Berbagai AlirannyaAinina Sa'id
Manusia yang ada pada zaman filsafat barat kontemporer memiliki kebebasan berfilsafat dengan seluas-luasnya. Kebebasan yang dimaksud bukan berarti kebebasan berfilsafat yang melampaui batas, tetapi tetap berada dalam kaidah berfilsafat yang dipertanggungjawabkan.
Sejarah dalam bahasa Yunani, historia, yang berarti “penyelidikan, pengetahuan yang diperoleh melalui penelitian” adalah studi tentang masa lalu, khususnya bagaimana kaitannya dengan manusia
Secara umum postmo mengatakan bahwa ilmu pengetahuan bukanlah sesuatu yang paling valid bahkan ilmu alam sekalipun, ilmu adalah hasil konstruksi para ilmuwan, dimana diri mereka sendiri tidak bebas dari kepentingan-kepentingan tertentu.
Filsafat Barat Kontemporer dan Berbagai AlirannyaAinina Sa'id
Manusia yang ada pada zaman filsafat barat kontemporer memiliki kebebasan berfilsafat dengan seluas-luasnya. Kebebasan yang dimaksud bukan berarti kebebasan berfilsafat yang melampaui batas, tetapi tetap berada dalam kaidah berfilsafat yang dipertanggungjawabkan.
Sejarah dalam bahasa Yunani, historia, yang berarti “penyelidikan, pengetahuan yang diperoleh melalui penelitian” adalah studi tentang masa lalu, khususnya bagaimana kaitannya dengan manusia
Secara umum postmo mengatakan bahwa ilmu pengetahuan bukanlah sesuatu yang paling valid bahkan ilmu alam sekalipun, ilmu adalah hasil konstruksi para ilmuwan, dimana diri mereka sendiri tidak bebas dari kepentingan-kepentingan tertentu.
Apakah program Sekolah Alkitab Liburan ada di gereja Anda? Perlukah diprogramkan? Jika sudah ada, apa-apa saja yang perlu dipertimbangkan lagi? Pak Igrea Siswanto dari organisasi Life Kids Indonesia membagikannya untuk kita semua.
Informasi lebih lanjut: 0821-3313-3315 (MLC)
#SABDAYLSA #SABDAEvent #ylsa #yayasanlembagasabda #SABDAAlkitab #Alkitab #SABDAMLC #ministrylearningcenter #digital #sekolahAlkitabliburan #gereja #SAL
2. HELLO!
I am KUSWOYO AJI
I am here because I love to give presentations.
You can find me at @kuswoyoaji
2
3. A.Latar Belakang Lahirnya Aliran Postmodernisme
▰ Latar belangkang timbulnya aliran Postmodernisme disebabkan adanya kritik atau ketidak
percayaan terhadap aliran Modernisme yang dianggap telah gagal mewujudkan cita-cita yang
mereka agung-agungkan yaitu ingin mensejahterakan seluruh umat manusia, tetapi malah
sebaliknya bahwa aliran modernisme dianggap telah gagal dan merusak tatanan kehidupan
masyarakat yaitu kehidupan masyarakat sudah terlalu individualisme, yang kaya semakin kaya,
yang miskin semakin miskin, yang pintar membodohi orang yang bodoh dan negara yang kuat
menjajah negara yang lemah.
▰ Dunia saat ini sedang bergejolak, khususnya dalam bidang filsafat, ilmu, seni dan kebudayaan.
Manusia merasa tidak puas dan tidak dapat bertahan dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi, kapitalisme, serta cara berpikir modern. Modernisme dianggap sudah usang dan
harus diganti dengan paradigma baru yaitu postmodernisme. Inilah hal-hal yang melatar
belakangi lahir atau timbulnya aliran / paham postmodernisme
3
4. B. Pengertian Aliran Postmodernisme.
▰ Kata postmodern berasal dari kata depan “post” (Latin klasik) dan kata akhiran
“modern” (Perancis, moderene). Secara etimologis, postmodern merujuk pada sebuah
kehidupan setelah modernisme. Secara filsafat, istilah postmodern merujuk pada dua
hal yaitu ketidakpercayaan tentang metanaratif dan akhir sejarah.
▰ Postmodernisme dibedakan dengan postmodernitas, jika postmodernisme lebih
menunjuk pada konsep berpikir. Sedangkan postmodernitas lebih menunjuk pada
situasi dan tata sosial sosial produk teknologi informasi, globalisasi, fragmentasi gaya
hidup, konsumerisme yang berlebihan, deregulasi pasar uang dan sarana publik,
usangnya negara dan bangsa serta penggalian kembali inspirasi-inspirasi tradisi. Hal
ini secara singkat sebenarnya ingin menghargai faktor lain (tradisi, spiritualitas) yang
dihilangkan oleh rasionalisme, strukturalisme dan sekularisme. 4
5. ▰ Istilah postmodernisme pertama kali diperkenalkan oleh filsuf
Jerman, Rudolf Pannwitz, pada tahun 1917, untuk
menggambarkan nihilisme budaya barat abad ke-20. Istilah ini
pertama kali muncul pada bidang seni dan kemudian juga
arsitektur, ketika perumahan Pruitt-Igoe di St. Louis dihancurkan
dengan dinamit dan dimulailah pengembangan karya-karya
arsitektur yang berwajah baru
5
6. Kvale (2006)
Postmodernisme adalah
pengistilahan yang jauh berbeda
dalam posmodern, hal ini
dikarenakan postmodernisme
memiliki karektristik yang luas,
kontroversial, dan ambigu. Akan
tetapi yang pasti Kvale berpendapat
bahwa postmodernisme tersusun
dari istilah postmodernitas dan
posmodernism
C. Pengertian PostMoDERNISME menurut tokoh
Anthony Giddens
Munculnya gerakan mengenai
agenda sosial dan agenda
politik dengan kosentrasi pada
lingkungan, hingga akhirnya
istilah ini menjadi
penggantidaripada sistem
kapitalisme dengan sosialisme
yang berkembang pada saat
ini..
6
7. ▰ Lyotard
munculnya rasa
ketidakpercayaan terhadap
permasalahan yang besar di
dalam melegitimasikan
perkembangan ilmu
pengetahuan
▰ Eagleton
Pengambilan mengenai ide dari
modernisme dengan mempertajam
terhadap kritik dan jarak, karena
postmodernisme dibentuk dengan tujuan
untuk memberikan pemecahan masalah
sosial yang terjadi dalam masyarakat,
termasuk di dalamnya adalah masalah
kebudayaan.
7
8. ..dengan demikian
▰ Postmodernisme adalah suatu pergerakan ide yang menggantikan ide-ide zaman
modern (yang mengutamakan rasio, objektivitas, dan kemajuan). Postmodern
memiliki cita-cita, ingin meningkatkan kondisi ekonomi dan sosial, kesadaran akan
peristiwa sejarah dan perkembangan dalam bidang penyiaran. Postmodern
mengkritik modernisme yang dianggap telah menyebabkan desentralisasi di bidang
ekonomi dan teknologi, apalagi hal ini ditambah dengan pengaruh globalisasi.
Selain itu, postmodern menganggap media yang ada saat ini hanya berkutat pada
masalah yang sama dan saling meniru satu sama lain.
8
9. “
Francois Lyotard mengatakan bahwa postmodernisme merupakan
intensifikasi yang dinamis, yang merupakan upaya terus menerus
untuk mencari kebaruan, eksperimentasi dan revolusi kehidupan,
yang menentang dan tidak percaya pada segala bentuk narasi
besar, berupa penolakannya terhadap filsafat metafisis, filsafat
sejarah, dan segala bentuk pemikiran totalitas, seperti Hegelian,
Liberalisme, Marxisme, dan lain-lain. Postmodern dalam bidang
filsafat dapat diartikan segala bentuk refleksi kritis atas
paradigma modern dan atas metafisika pada umumnya..
9
9
10. D. Postmodernisme kritik terhadap modernisme
▰ Postmodernis awal, Nietzsche, mengkritik Modernism (sains) sebagai kecurangan
yang mengklaim kebenaran yang tetap, netral dan objektif padahal sesuatu itu
adalah mustahil. Bagi Nietzsche, penjelasan ilmiah bukan penjelasan yang
sebenarnya; itu hanya menghasilakan deskripsi yang rumit.
▰ Sedangkan Foucault curiga bahwa sains bukan disiplin netral seperti diklaim kaum
Modernis, ada banyak teori bersaing dan berkompetisi disana
▰ Sedangkan Baudrillard curiga terhadap peran media massa sebagai wujud dari
modernisasi yang telah banyak melakukan kebohongan. “Apakah kita benar-benar
melihat apa yang terjadi? Siapa mengatakan hal itu?
10
11. ▰ Menurut Pauline Rosenau mengatakan bahwa, postmodernisme menganggap
modernisme telah gagal dalam beberapa hal penting antara lain:
Pertama, modernisme gagal mewujudkan perbaikan-perbaikan dramatis
sebagaimana diinginkan para pedukung fanatiknya.
Kedua, ilmu pengetahuan modern tidak mampu melepaskan diri dari kesewenang-
wenangan dan penyalahgunaan otoritas seperti tampak pada preferensi-preferensi
yang seringkali mendahului hasil penelitian.
Ketiga, ada semacam kontradiksi antara teori dan fakta dalam perkembangan ilmu-
ilmu modern.
11
12. Keempat, ada semacam keyakinan – yang sesungguhnya tidak berdasar– bahwa
ilmu pengetahuan modern mampu memecahkan segala persoalan yang dihadapi
manusia dan lingkungannya; dan ternyata keyakinan ini keliru manakala kita
menyaksikan bahwa kelaparan, kemiskinan, dan kerusakan lingkungan terus
terjadi menyertai perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi
Kelima, ilmu-ilmu modern kurang memperhatikan dimensi-dimensi mistis dan
metafisik eksistensi manusia karena terlalu menekankan pada atribut fisik
individu.
12
13. RASIONALISME
▰ Rasionalisme adalah paham filsafat yang mengatakan bahwa akal (reason) adalah alat terpenting
untuk memperoleh pengetahuan. Menurut aliran rasionalisme suatu pengetahuan diperoleh dengan
cara berpikir.
▰ Latar belakang munculnya rasionalisme adalah keinginan untuk membebaskan diri dari segala
pemikiran tradisional (scholastic), yang pernah diterima, tetapi ternyata tidak mampu mengenai
hasil-hasil ilmu pengetahuan yang dihadapi. Pada tokoh aliran Rasionalisme diantaranya adalah
Descartes (1596- 1650 M ).
▰ Akal adalah dasar kepastian pengetahuan, pengetahuan yang benar diperoleh dan di ukur dengan
akal manusia, menurut aliran ini, memperoleh pengetahuan melalui kegiatan akal menangkap objek.
Orang mengatakan (biasanya) bapak aliran ini ialah Rene Descartes (1596-1650); ini benar. Akan
tetapi, sesungguhnya paham seperti ini sudah ada jauh sebelum itu. Orang-orang yunani kuno telah
meyakini juga bahwa akal adalah alat dalam memperoleh pengetahuan yang benar, lebih-lebih pada
Aristoteles.
13
14. ….KRITIK POSTMODERNISM TERHADAP IDEOLOGI MODERN
▰ Pertama, penafian atas ke-universal-an suatu pemikiran (totalism).
Para penganut postmodernisme beranggapan, tidak ada realita yang bernama rasio universal. Yang ada
adalah relativitas dari eksistensi plural. Oleh karenanya, perlu dirubah dengan cara berpikir dari “totalizing”
menuju “pluralistic and open democracy” dalam segala aspek kehidupan. Dari sini dapat diketahui, betapa
postmodernisme sangat bertumpu pada pemikiran individualisme sehingga dari situlah muncul relativisme
dalam pemikiran seorang postmodernis. Ini jelas sangat berbeda dengan konsep metode ilmiah dan gejala
ilmu pengetahuan modern yang menitikberatkan pada konseptualisasi dan universalisasi teori. Misalnya
kita mengenal konsep induksi, deduksi, silogisme dan lain sebagainya yang menjadi acuan pokok untuk
menemukan ide universal akan sebuah pengetahuan modern. Disinilah postmodernisme berpendapat
semuanya itu hatus ditinggalkan dan ditinjau ulang.
14
15. ▰ Kedua, penekanan adanya pergolakan pada identitas personal maupun sosial secara terus-menerus
yang tiada henti.
Hal itu sebagai solusi dari konsep yang permanen dan mapan yang merupakan hasil dari kerja panjang
modernisme. Postmodernis memberikan kritik bahwa hanya melalui proses berpikirlah yang dapat
membedakan manusia dengan makhluk lain. Jika pemikiran manusia selalu terjadi perubahan, maka
perubahan tadi secara otomatis akan dapat menjadi penggerak untuk perubahan dalam disiplin lain.
Postmodernisme menolak segala bentuk konsep fundamental —bersifat universal—yang bernilai sakralitas
seolah menempati posisi sebagai tumpuan atas konsep-konsep lain. Manusia postmodernis diharuskan
selalu kritis dalam menghadapi semua permasalahan, termasuk dalam mengkritisi prinsip-prinsip dasar –
dasar pengetahuan modern yang dianggap baku dan mapan.
15
16. ▰ Ketiga, semua jenis ideologi harus dikritisi dan ditolak.
Selayaknya dalam konsep berideologi, ruang lingkup dan gerak manusia akan
selalu dibatasi dengan mata rantai keyakinan prinsip yang permanen. Sedang
setiap prinsip permanen dengan tegas ditolak oleh kalangan postmodernis. Oleh
karenanya, manusia postmodernis tidak boleh terikat pada ideologi permanen
apapun, termasuk ideologi agama sekalipun.
16
17. ▰ Keempat, setiap eksistensi obyektif dan permanen harus diingkari.
Atas dasar pemikiran relativisme, manusia postmodernis ingin membuktikan tidak adanya tolok ukur
sejati dalam penentuan obyektifitas dan hakekat kebenaran,kebenaran agama sekaligus. Ini tentu
sangat berbeda dengan paradigma modernisme pada ilmu pengetahuan modern yang sangat
menekakan obyektifitas dalam prosesdur ilmiah untuk mendapatkan kebenaran. Ungkapan
Nietzsche(1844-1900), “God is Dead”[20]. Atau ungkapan lain seperti “The Christian God has ceased
to be believable”, terus merebak dan semakin digemari oleh banyak kalangan di banyak negara Barat,
Sebagai bukti atas usaha propaganda mereka yang mengusung tema konsep nihilisme dalam filsafat
posmodernisme[21].
17
18. ▰ Kelima, semua jenis epistemologi harus dibongkar.
Kritik tajam secara terbuka merupakan asas pemikiran filsafat postmodernisme. Pemikiran
ataupun setiap postulat—yang bersifat prinsip—yang berkaitan dengan keuniversalan,
kausalitas, kepastian dam sejenisnya akan diingkari. Berbeda halnya pada zaman Modernis,
semua itu dapat diterima oleh manusia modernis. Ini mengandung arti bahwa rencana
postmodernisme adalah dalam rangka mengevaluasi kembali segala pemikiran yang pernah
diterima pada masa modernisme, dengan cara mengkritisi dan menguji ulang. Meskipun
pada prakteknya sulit sekali untuk menemukan kerangka epistemologi yang jelas dari gaya
pemikiran posmodernisme itu sendiri.
18
19. ▰ Keenam, postmodernisme memiliki ide besar melakukan pengingkaran penggunaan metode
permanen dan paten dalam menilai fakta dan realitas serta ilmu pengetahuan.
Jika dilihat secara spintas, postmodernist cenderung menerapkan metodologi berpikir “asal comot”
dengan mainstream pemikiran yang kurang jelas dan tidak beraturan. Postmodernisme seolah tampak
menghalalkan segala cara sehingga cenderung bebas nilai. Namun ini perlu disadari bahwa
postmodernisme hakekatnya Postmodernisme ingin membuka berbagai penafsiran baru atas kekakuan
yang diciptakan oleh paham modern. Era postmodernisme adalah era pemikiran dengan pola
penggabungan dari berbagai jenis pondasi pemikiran filosofis. Posmodernist tidak mau terkungkung dan
terjebak dalam satu bentuk pondasi pemikiran filsafat. Hal ini dilakukan untuk menentang kaum
tradisional yang tidak memiliki pemikiran maju karena mengacu pada satu asas pemikiran saja.
Postmodernisme mengakui bahwa apa yang ada sekarang ini adalah apa yang disebut dengan post
philosophy, puncak perbedaan dengan filsafat modernis. Dengan jenis filsafat inilah, mereka ingin
meyakinkan kaum intelektual bahwa dengan berpegangan prinsip tersebut dapat meraih berbagai hal
yang menjadi impian dalam kehidupan era kontemporer[22].
19
20. E. Postmodernisme kritik terhadap kapitalisme
▰ 1) kapitalisme modern
terlalu tergantung pada
otoritas pada teoretisi
sosialekonomi seperti Adam
Smith, J.S.Mill, Max Weber,
Keynes, Samuelson, dan
lain-lain yang menciptakan
postulasi teoritis untuk
secara sewenangwenang
merancang skenario bagi
berlangsungnya prinsip
kapitalisme;
▰ 2) Modernisme
memahami perkembangan
sejarah secara keliru ketika
menganggap sejarah
sebagai suatu gerakan linear
menuju suatu titik yang
sudah pasti. Postmodenisme
muncul dengan gagasan
bahwa sejarah merupakan
suatu genealogi, yakni
proses yang polivalen
▰ 3) Erat kaitannya dengan
kekeliruan dalam menginterpretasi
perkembangan sejarah, ekonomi
modern cenderung untuk hanya
memperhitungkan aspek-aspek noble
material dan mengesampingkan
vulgar material sehingga berbagai
upaya penyelesaian krisis seringkali
justru berubah menjadi pelecehan.
Inkonsistensi yang terjadi adalah
akibat rendahnya empati para
pembuat keputusan terhadap
persoalan-persoalan yang mereka
hadapi. 20
21. F. Ciri-Ciri Postmodernisme
1.
Timbulnya
pemberontakan secara
kritis terhadap proyek
modernitas; memudarnya
kepercayaan pada agama
yang bersifat transenden
(meta-narasi); dan
diterimanya pandangan
pluralisme relativisme
kebenaran.
2
Meledaknya industri media massa,
sehingga ia bagaikan perpanjangan
dari sistem indera, organ dan saraf
kita, yang pada urutannya menjadikan
dunia menjadi terasa kecil. Lebih dari
itu, kekuatan media massa telah
menjelma bagaikan “agama” atau
“tuhan” sekuler, dalam artian perilaku
orang tidak lagi ditentukan oleh
agama-agama tradisional, tetapi tanpa
disadari telah diatur oleh media
massa, semisal program televisi.
3
Munculnya radikalisme etnis
dan keagamaan. Fenomena ini
muncul diduga sebagai reaksi
atau alternatif ketika orang
semakin meragukan terhadap
kebenaran sains, teknologi dan
filsafat yang dinilai gagal
memenuhi janjinya untuk
membebaskan manusia, tetapi
sebaliknya, yang terjadi adalah
penindasan.
21
22. 4.
Munculnya
kecenderungan baru
untuk menemukan
identitas dan apresiasi
serta keterikatan
rasionalisme dengan
masa lalu.
5.
Semakin menguatnya
wilayah perkotaan (urban)
sebagai pusat kebudayaan,
dan wilayah pedesaan
sebagai daerah pinggiran.
Pola ini juga berlaku bagi
menguatnya dominasi negara
maju atas negara
berkembang. Ibarat negara
maju sebagai “titik pusat”
yang menentukan gerak pada
“lingkaran pinggir”.
6.
Semakin terbukanya peluang bagi
klas-klas sosial atau kelompok
untuk mengemukakan pendapat
secara lebih bebas. Dengan kata
lain, era Postmodernisme telah
ikut mendorong bagi proses
demokratisasi.
22
23. 7.
Era Postmodernisme juga ditandai
dengan munculnya kecenderungan
bagi tumbuhnya eklektisisme dan
pencampuradukan dari berbagai
wacana, potret serpihan-serpihan
realitas, sehingga seseorang sulit
untuk ditempatkan secara ketat pada
kelompok budaya secara eksklusif.
8.
Bahasa yang digunakan dalam waacana
Postmodernisme seringkali mengesankan
ketidakjelasan makna dan inkonsistensi
sehingga apa yang disebut “era
Postmodernisme” banyak mengandung
paradoks
23
24. G. Kritik terhadap Postmodernisme
24
Postmodernisme telah menarik para intelektual untuk memberikan kritiknya. Jika
diklasifikasikan, maka terdapat 4 (empat) kritik terhadap postmodern yaitu :
1. Kritik yang diberikan berdasarkan sudut pandang orang yang menolak konsep
modernism.
2. Kritik yang diberikan oleh mereka yang menjunjung tinggi modernism yang juga
percaya postmodernisme kurang memiliki karakteristik penting dari proyek
modern.
3. Kritik dalam masyarakat postmodern yang mencari perbaikan atau perubahan
berdasarkan pemahaman mereka tentang postmodernisme.
4. Kritik yang diberikan oleh mereka yang percaya bahwa postmodernisme
hanyalah sebuah proses yang lewat dan bukan merupakan pertumbuhan dalam
organisasi sosial.
25. H. Manfaat Mempelajari Teori Postmodern
▰ Mempelajari teori postmodern dapat memberikan berbagai manfaat,
diantaranya adalah kita dapat memahami pengertian postmodernisme
melalui perjalanan sejarah perkembangan istilah postmodernisme
dan kritik yang diberikan oleh para ahli. Selain itu, kita juga dapat
memahami secara singkat kaitan postmodernisme dengan
komunikasi.
25
26. I. PERKEMBANGAN LOGOSENTRISME
26
Tradisi filsafat Barat sepenuhnya
didasarkan pada apa yang disebut
sebagai logosentrisme atau ‘metafisika
kehadiran’ (metaphysics of presence).
Logosentrisme merupakan sistem
metafisik yang mengandaikan logos atau
kebenaran transendental di balik segala
hal yang tampak di permukaan atau
segala hal yang terjadi di dunia
fenomenal. Makna tidak pernah hadir
kecuali dalam intertekstualitas tanda.
▰ VISI PHENOMENOLOGIK
Dalam Visi phenomenologik, fase pemikiran
filsafat dibagi menjadi:
▰ 1. fase kosmosentrisme
▰ 2. fase teosentrisme
▰ 3. Antrophosenterisme
▰ 4. logosentrisme
1. Fisrt order of logic : matematika
2. Second Order of Logic : Bahasa
27. Fase pemikiran filsafat dalam visi phenomenologi
▰ Kosmosentrisme
Dimana pusat obyek
wacana/diskursus
keilmuan ada pada
alam semesta
▰ Teosentrisme
Pusat diskursus
keilmuan ada pada
Tuhan
▰ Antrophosentrism
Pusat diskursus
keilmuan ada pada
manusia
27
▰ Logosentrisme
Pusat diskursus
keilmuan ada pada
tanda/symbol:
termasuk Bahasa
didalamnya
28. Melacak Logosentrisme
28
Strukturalisme
positivistik De sausure
Strukturalisme
phenomenologik
Poststruktura
lisme
Melahirkan ilmu hermeunetika, ilmu tentang
penafsiran seputar logos atau seputar struktur dan
system bahasa
Ricour dan Gadamer hermeunetik tidak lagi bersifat
positivistic melainkan filosofik. Melahirkan kritik thdp
hermeunetika yang membatasi ekspresi manusia pada
ikatan struktur Bahasa makna kata dan aturan Bahasa
lain .Ricour berpendapat hermeunetika adalah ilmu
interpretasi terhadap interpretasi.
Logosentrisme menghilangkan peran manusia sebagai
subjek, strukturalisme de sausure menjadikan manusia
bukan subjek berfikir/tindakan melainkan yang dibicarakan
oleh struktur Bahasa, maka Derrida mendekonstruksi
pemikiran logosentrisme positivistic tsb
29. J. Mengingat kembali strukturalisme
29
Strukturalisme adalah pendekatan yang melihat berbagai gejala budaya
dan alamiah sebagai sebuah struktur yang terdiri atas unsur-unsur
yang saling berkaitan dalam satu kesatuan (Piaget). Bagi kaum
strukturalis, praktik sosial yang tampak tidak beraturan di permukaan ini
sebenarnya selalu didasari oleh struktur dalam atau fundamental yang
biasanya tak nampak yang beroperasi di bawah kesadaran manusia.
Oleh karena itu, strukturalisme juga mengandaikan individu atau subjek
pelaku yang tidak bebas karena ditentukan oleh struktur tersebut dalam
praktik sosialnya.
30. EPISTEM SEBAGAI STRUKTUR (FUCOULT)
▰ Dalam Les mots et les choses (1966) Foucault melahirkan istilah épistémè yang
secara sederhana dapat diartikan sebagai keseluruhan ruang bermakna, stratigrafi
yang mendasari kehidupan intelektual, serta kumpulan prapengandaian pemikiran
suatu jaman. Bambang Sugiharto menyebut épistémè sebagai struktur kognitif
fundamental yang mendasari keseluruhan pola berpikir masyarakat di suatu
jaman.2 Beberapa kritikus lain menyebutkan bahwa épistémè bisa disejajarkan
dengan paradigma menurut pandangan Thomas Kuhn.
30
31. EPISTEM…..
▰ Sebagai sebuah struktur, épistémè dapat dikenali dari salah satu sifat
struktur yang disepakati oleh para pemikir strukturalis, yaitu totalitas.
Dalam bukunya L’archeologie du savoir (1969) Foucault menjelaskan
épistémè sebagai sebuah totalitas yang menyatukan, dalam arti
mengendalikan cara kita memandang dan memahami realitas tanpa kita
sadari. Épistémè hanya berlaku pada suatu zaman. Ketika kita sadar akan
épistémè yang mempengaruhi kita, berarti kita telah berada dalam
épistémè yang berbeda, karena menurut Foucault épistémè tidak dapat
dilihat atau disadari ketika kita ada di dalamnya.3
31
32. EPISTEM…..
▰ Épistémè tidak bisa dilacak, tetapi dapat ditemukan dengan cara mengungkap “yang
tabu, yang gila, dan yang tidak benar” menurut pandangan suatu jaman. Pada saat
kita menemukan “yang tabu”, maka kita telah mengetahui sebelumnya “yang pantas”.
Saat kita tahu “yang gila”, maka kita sebelumnya telah tahun mana “yang normal”.
Demikian juga dengan “yang tidak benar”, saat kita temukan, berarti kita ada di dalam
“yang benar”. Klasifikasi-klasifikasi itulah yang sepenuhnya didasari oleh épistémè
suatu jaman. Oleh karena itulah Foucault sangat serius mendalami masalah kegilaan,
seksualitas, dan kejahatan, karena melalui ketiga hal itulah dia bisa mengidentifikasi
épistémè suatu jaman.
32
33. K. Poststrukturalisme
▰ Derrida mengajak untuk melampaui bahasa seperti yang dihasilkan oleh sistem
linguistik dan logika. Hubungan antara bahasa dan pikiran merupakan hubungan
yang timpang. Pikiran selalu diperlakukan lebih tinggi danpada kata-kata, Pikiran
menjadi sumber dari bahasa, sementara bahasa hanya kepanjangan tangan dari
pikiran. Bahasa bertugas menyampaikan sesuatu yang ingin diekspresikan oleh
pikiran. Derrida menolak supremasi pikiran sebagai fakultas tersendiri yang bebas
dari bahasa, dan sebaliknya menegaskan bahwa pikiran juga terkontaminasi oleh
bahasa dan diferensialitas tanda-tanda. Derrida mengoperasikan differance untuk
membedah kelemahan internal dari metafisika Barat.
33
34. ▰ Poststrukturalisme melayangkan sejumlah kritik metateoritis dan mempertanyakan
kebenaran atas segala hal. Poststrukturalisme, sesuai argumentasi Derrida, pada dasarnya
sangat menentang logosentrisme yang menyatakan bahwa manusia mampu menemukan
pengetahuan dan “kebenaran tunggal” yang absolut. Oleh karena itu, manusia tidak dapat
secara seenaknya menentukan mana langkah konkrit efektif yang harus dilakukan untuk
menghadapi suatu problematika tanpa adanya pertimbangan dan pemikiran yang matang.
Derrida menghendaki adanya keterbukaan dan kesadaran akan pentingnya pendekatan etika-
politis dalam setiap pengambilan kebijakan. Selain itu, serupa dengan pola pemikiran
Postmodernisme, Poststrukturalisme juga menekankan pada pentingnya upaya dekonstruksi.
Dekonstruksi pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk mencoba meruntuhkan
pemahaman lama manusia yang terkesan inevitable dan melekat kuat dalam pikiran mereka.
34
35. L.TEORI HERMENEUTIKA GADAMER
▰ Pertama, ” prasangka hermeneutik“.
bahwa dalam membaca dan memahami sebuah teks harus dilakukan secara
teliti dan kritis. Sebab sebuah teks yang tidak diteliti dan diintegrasi secara
kritis tidak menutup kemungkinan besar sebuah teks akan menjajah kesadaran
kognitif kita. Tetapi adalah hal yang tidak mudah bagi seseorang untuk
memperoleh data yang akurat mengenai asal usul sebuah teks dan cenderung
untuk menerima sumber otoritas tanpa argumentasi kritis.
35
36. TEORI HERMENEUTIKA GADAMER
▰ Kedua, ” Lingkaran Hermeneutika “ .
”Prasangka hermeneutik“ bagi Gadamer nampaknya baru merupakan tangga awal untuk dapat
memahami sebuah teks secara kritis. Ia sebetulnya hendak menekankan perlunya ” mengerti ”.
Bagi Gadamer mengerti merupakan suatu proses yang melingkar. Untuk mencapai pengertian,
maka seseorang harus bertolak dari pengertian. Misalnya untuk mengerti suatu teks maka
harus memiliki prapengertian tentang teks tersebut. Jika tidak, maka tidak mungkin akan
memperoleh pengertian tentang teks tersebut. Tetapi di lain pihak dengan membaca teks itu
prapengertian terwujud menjadi pengertian yang sungguh-sungguh. Proses ini oleh Gadamer
disebut dengan ”The hermeneutical circle” (lingkaran hermeneutika).
36
37. TEORI HERMENEUTIKA GADAMER
▰ Ketiga, ” Aku-Engkau “ menjadi ” Kami “ .
Menurut Gadamer sebuah dialog seperti dialog kita dengan teks akan dipandang
sebagai dialog yang produktif jika formulasi subjek-objek ”aku-engkau“ telah
hilang dan digantikan dengan “kami“.16
37
38. TEORI HERMENEUTIKA GADAMER
▰ Keempat, hermeneutika dialektis.
Gadamer menegaskan bahwa setiap pemahaman kita senantiasa merupakan suatu yang
bersifat historis, peristiwa dialektis dan peristiwa kebahasaan. Karena itu, terbuka
kemungkinan terciptanya hermeneutika yang lebih luas. Hermeneutika adalah ontologi dan
fenomenologi pemahaman. Kunci bagi pemahaman adalah partisipasi dan keterbukaan, bukan
manipulaisi dan pengendalian. Lebih lanjut menurut Gadamer hermeneutika berkaitan dengan
pengalaman, bukan hanya pengetahuan; berkaitan dengan dialetika bukan metodologi.
Metode dipandangnya bukan merupakan suatu jalan untuk mencapai suatu kebenaran.
Kebenaran akan mengelak kalau kita menggunakan metodologi. Gadamer memperlihatakan
bahwa dialetika sebagai suatu sarana untuk melampaui kecenderungan metode yang
memprastrukturkan kegiatan ilmiyah seorang peneliti. Metode menurut Gadamer tidak mampu
mengimplisitkan kebenaran yang sudah impilisit di dalam metode.
38
39. M. DEKONSTRUKSI JAQUES DERRIDA
▰ Dekonstruksi adalah sebuah metode sekaligus melampaui metode itu sendiri. Dekonstruksi
tidak hanya menggambarkan teks, baik teks literatur ataupun teks sebagai realitas, apa
adanya, melainkan juga mau mengungkap kontradiksi yang terletak di dalam detil teks,
sehingga pemaknaan dan arti baru yang sebelumnya tidak terungkapkan bisa tampil dan
justru menjadi dominan. Dalam bahasa Derrida dekonstruksi hendak menemukan
kontradiksi dan menggetarkan seluruh teks. Menurut Royle di dalam tulisannya tentang
Derrida, dekonstruksi adalah sebuah gempa yang menggetarkan seluruh teks, dan
mengubahnya ke arah yang sama sekali tidak terduga. Kemungkinan untuk melakukan
dekonstruksi sudah selalu terkandung di dalam teks itu sendiri. Kemungkinan yang tampak
seperti hantu, namun sama nyatanya seperti teks itu sendiri. Dekonstruksi itu sendiri adalah
teks.
39
40. N. ETIKA POSTMODERNISME
▰ Etika postmodern tidak didasarkan pada prinsip universal atau tidak berubah.
Orang Kristen, Yahudi, dan Muslim merangkul kode etik kemutlakan moral
yang didasarkan pada karakter Allah atau keputusan moral;Kaum Humanis
sekuler, Marxis, dan Postmodernis mendasarkan sistem etika mereka pada
ateisme, naturalisme, dan evolusi. Meskipun muncul dari akar yang sama,
etika postmodern berbeda secara signifikan dari etika sekuler humanis dan
marxis. (Richard Rorty)
40
41. 1. Tidak Ada Otoritas di Luar Diri
Dari perspektif pandangan dunia postmodern, etika
adalah hasil logis dari komitmen sebelumnya pada
teologi tertentu. Richard Rorty membuat hubungan ini
dalam karyanya Mencapai Negara Kita, di mana dia
merendahkan keberadaan Tuhan dan tempat Tuhan
dalam skema moral alam semesta. Untuk
mengilustrasikan perspektif ini, Rorty memanggil puisi
Walt Whitman, yang mengungkapkan pandangannya
tentang Tuhan dalam kalimat berikut: “Dan saya
memanggil umat manusia, Jangan penasaran tentang
Tuhan. Sebab aku yang penasaran masing-masing
tidak penasaran dengan Tuhan. ” Dengan menganut
gagasan Whitman, Rorty menyatakan: “Whitman
berpikir bahwa tidak perlu penasaran tentang Tuhan
karena tidak ada standar, bahkan tidak ada yang ilahi,
yang bertentangan dengan keputusan orang bebas
dapat diukur.Orang Amerika, [Whitman] berharap,
akan menghabiskan energi yang telah dihabiskan
masyarakat manusia untuk menemukan keinginan
Tuhan dalam menemukan hasrat satu sama lain. ”
Rorty bersikeras bahwa untuk Whitman dan John
Dewey, ada "tidak ada ruang untuk kepatuhan kepada
otoritas bukan manusia [yaitu, Tuhan]." Bahkan,
menciptakan konsepsi baru tentang apa artinya
menjadi manusia adalah "masalah melupakan tentang
keabadian." Rorty dan rekan-rekan postmodernisnya
membangun bagian etis dari pandangan dunia mereka
dari landasan ateisme ini.
41
42. 2. Relativisme Moral Budaya
▰ Setelah menyangkal keberadaan Tuhan, Rorty bergerak untuk menyangkal keberadaan
realitas moral universal "yang mungkin diharapkan oleh penilaian moral kita untuk
berkoresponden, sebagaimana ilmu pengetahuan fisik kita konon sesuai dengan realitas
fisik."
▰ Pada tahap ini, kita mungkin bertanya, Jika tidak ada realitas moral objektif, mengapa
harus peduli dengan masalah etika? Meskipun ini tampaknya langkah berikutnya yang
masuk akal, Postmodernis tidak merasa nyaman dengan meninggalkan etika
sepenuhnya dan malah didorong untuk mencari dalam pandangan dunia mereka untuk
standar benar dan salah.
42
43. 3. Moralitas yang Berkembang dengan Dorongan
▰ Dalam etika Postmodern, standar moral masyarakat ditentukan oleh koersi dan
konsensus. Moralitas tidak berhubungan dengan Tuhan atau didikte oleh jenis hukum
alam apa pun; sebaliknya, sistem etika dibangun di dalam masyarakat. Setiap budaya,
dengan demikian, memiliki standar moral sendiri yang timbul dari berbagai pengaruh
dalam setiap kelompok tertentu. Selain itu, moralitas tidak stagnan; itu berubah,
beradaptasi, dan terus berkembang sesuai dengan perintah kelompok.
▰ Untuk menunjukkan bahwa standar moral ditentukan oleh budaya dan berevolusi dengan
masyarakat, pertimbangkan contoh aborsi. Di masa lalu, masyarakat Barat yang paling
beradab, di bawah pengaruh persuasi Kristen, membenci praktik aborsi. Namun, dalam
masyarakat kita saat ini, pemerintah sekuler dan warganya lebih nyaman dengan praktik
ini.
43