Inisiasi pemahaman adaptasi dan mitigasi perubahan iklim pada generasi muda d...Zainal Suarja
Zainal Abidin Suarja
Lembaga Riset, Pelatihan dan Publikasi Publik
Inisiasi Pemahaman Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim pada Generasi Muda guna Meningkatkan Partisipasi, Kesadaran dan Keterlibatanya untuk Peningkatan Ketahanan Wilayah, Kehidupan dan Kesejahteraan di Kabupaten Aceh Besar
Inisiasi pemahaman adaptasi dan mitigasi perubahan iklim pada generasi muda d...Zainal Suarja
Zainal Abidin Suarja
Lembaga Riset, Pelatihan dan Publikasi Publik
Inisiasi Pemahaman Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim pada Generasi Muda guna Meningkatkan Partisipasi, Kesadaran dan Keterlibatanya untuk Peningkatan Ketahanan Wilayah, Kehidupan dan Kesejahteraan di Kabupaten Aceh Besar
Sidoarjo Sebagai Kota Minapolitan di IndonesiaPusat kawasan minapolitan di Kabupaten Sidoarjo berada di Kecamatan Candi, dengan sub pusat kawasan pada Kecamatan Sedati dan Kecamatan Sidoarjo, serta kawasan penyanggah minapolitan berada di kecamatan Waru, Kecamatan Buduran dan Kecamatan Jabon (Keputusan Bupati Sidoarjo No.188/34/404.1.3.2/2012)
Lingkungan memiliki peran yang penting dalam keberhasilan upaya pembagunan ekonomi. Oleh karena itu, banyak hal yang harus dipertimbangkan dari setiap kegiatan ekonomi terhadap kualitas atau kelestarian lingkungan hidup.
Kearifan lokal dalam pemanfaatan sumber daya alamdeviarsel
Kearifan Lokal dalam Pemanfaatan Sumber Daya Alam
A. Pemanfaatan Sumber Daya Alam
1. Pemanfaatan Sumber Daya Alam Berkelanjutan
Pertanian berkelanjutan
Pada dasarnya kegiatan pertanian berkelanjutan adalah pemanfaatan sumber daya terbarukan dan sumber daya tidak terbarukan untuk proses produksi pertanian dengan menekankan dampak negatif terhadap lingkungan yang serendah-rendahnya. Pertanian ini menitikberatkan pada pengolahan sumber daya alam yang memanfaatkan produk hayati ramah lingkungan
Manfaat pertanian berkelanjutan
Mampu meningkatkan produksi pertanian dan menjamin ketahanan pangan di dalam negeri.
Menghasilkan pangan yang terbeli dengan kualitas tinggi
Tidak mengurangi dan merusak kesuburan tanah
Mendukung dan menopang kehidupan masyarakat pedesaan
Tidak membahayakan kesehatan masyarakat
Melestarikan dan meningkatkan kualitas lingkungan hidup di lahan pertanian
Indikator
Budi daya berbagai jenis tanaman secara alami.
Memelihara keanekaragaman genetik sistem pertanian.
Meningkatkan siklus hidup biologis dalam ekosistem pertanian.
Menghasilkan produk pertanian yang bermutu dalam jumlah memadai.
Memelihara dan meningkatkan kesuburan tanah dalam jangka panjang.
Menghindarkan pencemaran yang di sebabkan penerapan teknik pertanian.
Tujuan pengembangan kegiatan pertanian berkelanjutan adalah meningkatkan kualitas alami lingkungan. Dampak pemakaian bahan kimia dalam kegiatan pertanian dapat ditekan melalui kegiatan pertanian organik yang berwawasan lingkungan.Akan tetapi,dalam kegiatan pertanian berkelanjutan sering mengalami hambatan seperti persediaan modal ataupun sumber daya manusianya.
Unsur-unsur konsep wawasan berkelanjutan :
1. Melakukan penyelidikan umum (prospecting)2. Eksplorasi terdiri atas eksplorasi pendahuluan dan eksplorasi terperinci3. studi kelayakan terdiri atas kelayakan teknik,ekonomi,dan lingkungan4. persiapan produksi (development dan construction)5. penambangan terdiri atas pembongkaran,pemuatan,pengangkutan,dan penimbunan6. rehabilitasi dan pengelolaan lingkungan7. pengolahan (mineral dressing)8. pemurnian9. pemasaran10. tanggung jawab sosial atau corporate social responsibility(CSR)11. pengakhiran tambang (mine closure)
c. Industri Berkelanjutan
Industri berkelanjutan di Indonesia harus memiliki daya saing yang dapat menopang perekonomian nasional. Kegiatan berkelanjutan dapat memadukan antara aspek lingkungan,ekonomi,dan sosial. Pola hidup masyarakat yang konsumtif dapat perkembangan sektor industri di Indonesia terutama industri yang memengaruhi memanfaatkan sumber daya alam tidak terbarukan.
Prinsip-prinsip industri berkelanjutan :
Menggunakan sumber daya alam secara berkelanjutan
Menjamin kualitas hidup masyarakat di sekitar lokasi penambangan
Menjaga kelangsungan hidup ekologi sistem alami (environmental system)
d. Pariwisata Berkelanjutan
Indonesia memiliki kekayaan hayati yang dapat dilihat dari berbagai jenis tanaman dan hewan yang dapat di budidayakan dan
Menjelaskan konsep Adaptasi Berbasis Ekosistem. Istilah Adaptasi berbasis ekosistem (EbA) secara resmi didefinisikan oleh Konvensi Keanekaragaman Hayati (CBD) sebagai: “penggunaan keanekaragaman hayati dan jasa ekosistem untuk membantu masyarakat beradaptasi dengan dampak buruk perubahan iklim yang mungkin mencakup pengelolaan berkelanjutan, konservasi dan restorasi ekosistem, sebagai bagian dari strategi adaptasi keseluruhan yang mempertimbangkan berbagai faktor sosial, ekonomi dan budaya. manfaat bagi masyarakat lokal”
Arah Strategi Nasional Pengelolaan Ekosistem MangroveCIFOR-ICRAF
Presented by Dr. Yonvitner, S.Pi, M.Si, Head of Centre for Coastal and Marine Resources Studies/Indonesian Mangrove Society at Webinar - Coastal Zone Rehabilitation for Low Carbon Development on 31 March 2022.
1. PARTNERS FOR RESILIENCE
PARTNERS FOR RESILIENCE | INDONESIA
KERANGKA KERJA KONVERGENSI
ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM & PENGURANGAN RESIKO
BENCANA (API – PRB)
Dalam Konsorsium
By: MUCHRIZAL HARRIS
CLIMATE WEEK
JAKARTA, 5 – 9 OKTOBER 2015
3. Partners for
Resilience (PfR)
atau kemitraan
untuk ketahanan
adalah sebuah upaya
memperkuat daya
tahan masyarakat
yang rentan dalam
menghadapi risiko
bencana yang kian
meningkat, dampak
perubahan iklim, dan
kemerosotan
lingkungan hidup
PARTNERS FOR RESILIENCE
5 organisasi Belanda:
NLRC, CARE, Cordaid,
Wetlands International,
RCCC
Kerangka Kerja:
• PRB
• API
• PER
Stretegi Intervensi:
• Penguatan ketahanan
masyarakat
• Penguatan masyarakat sipil
• Dialog kebijakan & advokasi
untuk memperkuat kebijakan
PRB/API & peningkatan
sumber daya di semua level
Kelompok Target:
• Masyarakat
desa
• Masyarakat
Miskin
yang hidup di area
rentan Risiko
Bencana &
terdegradasi
Ekosistem &
Perubahan Iklim
9 Negara:
Guatemala, Nikaragua,
Kenya, Mali, Uganda,
Etiopia, India,
Indonesia, Filipina
MoFA
“Climate proof-DRR”
2011 – 2015
MSF-II
Indonesia
Propinsi NTT
PfR Indonesia:
CI & CIS Timor
Wetlands International Indonesia
NLRC & PMI (Sikka & Lembata)
KARINA KWI/CKM-LPTP-BSK-YBTS-Jaringan
Insist
4. PARTNERS FOR RESILIENCE
VISI – MISI – KERANGKA KERJA
8 . PRINSIP KUNCI
Program di NTT:
• Kesiapsiagaan menghadapi bencana;
peringatan dini, tim siaga bencana,
rencana aksi pengurangan resiko,
rencana kontijensi desa dan regulasi
desa.
• Mitigasi bencana; mengurangi dampak
banjir, tsunami, longsor, abrasi, angin,
kekeringan/kesulitan akses air,
pengelolaan daerah aliran sungai.
• Membangun sistim ketahanan pangan
desa; kembali ke pangan lokal, sistim
lumbung desa, pertanian ramah
lingkungan, kalender pasar, peningkatan
upaya diversifikasi pertanian
• Membangun energi pedesaan ramah
lingkungan; tungku hemat energi,
rumah tahan angin dan biogas.
5. PARTNERS FOR RESILIENCE
Strategi yang diterapkan di Propinsi NTT
KEGIATAN
1. Menghubungkan masyarakat
untuk dapat mengakses
informasi cuaca terkini dan
juga implikasinya terhadap
ancaman bencana dan mata
pencaharian mereka.
2. Pengelolaan air untuk
memenuthi kebutuhan dasar
dan mata pencaharian
masyarakat dengan
menggunakan prinsip 3 R
(Water Reuse, Recharge,
Retention Penggunaan
kembali, Pengisian dan
Penyimpanan Air)
6. PARTNERS FOR RESILIENCE
KEGIATAN
3. Mata pencaharaian pertanian
dan non-pertanian yang
adaptif
4. Melindungi layanan ekosistem
(sebagai penyedia jasa untuk
kegiatan mata pencaharian dan
penahan/buffer ancaman
bencana
7. PARTNERS FOR RESILIENCE
KEGIATAN
5. Mengembangkan sistem
kesiapsiagaan dalam sistem dan
struktur masyarakat
6. Pelibatan berbagai pemangku
kepentingan untuk
mempengaruhi peraturan dan
kebijakan
8. PARTNERS FOR RESILIENCE
Sinergi PRB-API-MRE
Informasi
Iklim
Ancaman terkait air
dari wilayah hulu ke
hilir
(kekeringan, banjir yang
menyebabkan longsor,
abrasi karena gelombang
tinggi)
AKSI (contoh)
9. PARTNERS FOR RESILIENCE
Masyarakat 81 komunitas di Nusa Tengara Timur (NTT) :
Lembata, Timor dan Pulau Flores.
Pemerintahan Desa/Kabupaten/Kota/Provinsi Pemerintah desa dan Dewan Perwakilan Rakyat,
BAPPEDA, BPBD, BMKG, Bidang perluasan pertanian,
Ketahanan pangan, Kelautan dan Perikanan, Kantor
BPDAS, lembaga pendidikan dan kepemudaan.
Pemerintah Nasional Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB), Kementerian Lingkungan Hidup,
Badan Meteorolgy dan Geofisika.
Sektor Swasta Bank dan perusahaan asuransi di Indonesia, Lembaga
Pertanian dan Keuangan Mikro (BRI, AXA Indurance,
East West Seed Corporation)
Universitas/ Lembaga Penelitian/ Sumberdaya Yayasan RAIN , Institut Teknologi Bandung, Yayasan
Mitra Tani Mandiri (YMTM), UGM Jogjakarta,
UNDANA, CHARLES DARWIN AUSTRALIA, dan UNKRIS.
Forum/Jejaring IFRC dan PMI, Caritas, Forum PRB dan Forum DAS,
Perubahan Iklim, LPTP dan jaringan lembaga berbasis
agama.
STAKE HOLDER UTAMA
10. PARTNERS FOR RESILIENCE
TERIMA KASIH
Partners for Resilience
Indonesia:
Kartika Juwita (The Netherland
Red Cross, Palang Merah
Indonesia)
Ida Adu (CARE International
Indonesia, CIS Timor)
Anat Prag (KARINA, LPTP, INSIST,
Caritas Maumere, BSK, YBTS,
EWSI)
Yus Rusila Noor (Wetlands
International – Indonesia)
Contact Person:
PFR Coordinator Indonesia|NLRC
Kartika Juwita
(kjuwita@redcross.nl)
Muchrizal Harris
(mharris@redcross.nl)
Editor's Notes
Pada tahun 2011, NLRC, Care Netherlands, Cordaid, Wetland International dan Red Cross Red Crescent Climate Centre membentuk sebuat aliansi global untuk mengurangi dampak ancaman bencana terhadap masyarakat rentan; Partner for Resilience (PfR) secara global bertujuan untuk mengurangi dampak ancaman bencana alam terhadap masyarakat rentan. Visi aliansi ini adalah bahwa Pengurangan Risiko Bencana (PRB) dan Adaptasi Perubahan Iklim (API) dapat digabungkan dengan Restorasi dan Manajemen Ekosistem (EMR) untuk memacu tercapainya ketangguhan: kemampuan masyarakat untuk bertahan dalam menghadapi kejadian-kejadian yang tidak diharapkan yang terjadi dalam lingkungan mereka – dan merupakan hal yang penting untuk membantu mereka keluar dari kemiskinan.
VISI KAMI
Mengurangi dampak ancaman terhadap penghidupan masyarakat rentan.
MISI KAMI
Kami adalah aliansi global yang berjejaring dengan beragam mitra untuk memperkuat ketahanan masyarakat melalui pendekatan PRB-API-MRE terpadu yang berkontribusi pada kebijakan serta program-program di tingkatan yang berbeda untuk mengurangi dampak bencana alam pada kehidupan, harta benda dan penghidupan masyarakat rentan.
Visi PfR berdasarkan pada pembangunan blok (building blocks) yang mendorong masyarakat untuk melakukan antisipasi terhadap risiko yang mereka hadapi dengan cara membangun kapasitas yang telah mereka miliki, melakukan respon ketika bencana terjadi dengan mempertahankan struktur dan fungsi-fungsi dasar, lalu beradaptasi terhadap risiko-risiko yang berubah dan terhadap suatu perubahan situasi lokasi dan perubahan pilihan-pilihan mata pencaharian masyarakat dan akhirnya mentransformasi diri mereka untuk mengatasi akar penyebab dan faktor-faktor yang mendasari suatu risiko dan menjadi mitra aktif bagi pemerintah dalam mengimplementasikan PRB.
Fokus:
Rumah tangga; upaya meningkatkan ketahanan keluarga dalam menghadapi bencana, mencakup kesiapsiagaan keluarga, diversifikasi sumber penghidupan, ekonomi rumah tangga, gizi & kesehatan.
Komunitas; upaya mengelola sumberdaya alam yang ada di komunitas, mitigasi bencana & kesiapsiagaan komunitas menghadapi bencana, serta sistim-sistim dalam komunitas yang menunjang daya tahan masyarakat.
Kawasan; upaya melibatkan para pihak yang ada dalam kawasan tempat tinggal komunitas, untuk bersama-sama menangani risiko bencana dan sumber penyebabnya, termasuk pengelolaan ekosistim juga termasuk dalam lingkup kawasan dan DAS.
A. Forum Iklim yang beranggotakan berbagai pihak: BMKG, masyarakat, dinas-dinas pemerintah kabupaten, CSOs. B. Informasi terhadap prakiraan cuaca selama 5 tahun ke depan dan dampak yang mungkin terjadi pada tiap-tiap bulannya; hasil kerja sama antara universitas, BMKG, dinas pemerintah kabupaten dan masyarakat. C. Informasi mengenai kejadian-kejadian cuaca/iklim yang ekstrim dari Pusat Iklim (RCCC).
2. A. Penampungan air dan jebakan air untuk memastikan ketersediaan air dan meminimalisir banjir. B. Memperbaiki sistem saluran air dan terasering untuk meminimalisir longsor dan mendukung pemanfaatan lahan yang lebih baik. C. Merenovasi sumber mata air bersih dan sistem pemipaan
3. A. Sistem terasering, pupuk organik dan pengendalian hama, siklus penanaman dan pemilihan benih untuk mempebaiki kondisi kelembaban tanah, penyerapan dan struktur tanah. B. Memaksimalkan kegiatan pertanian di sepanjang kontur lahan untuk meminimalisir tanah longsor. C. Diversifikasi pilihan tanaman dan metode-metode untuk beradaptasi dengan lahan basah dan lahan kering, serta untuk mempromosikan tanaman lokal yang tahan terhadap kekeringan seperti sorgum sebagai bahan pangan. D. Mendukung bisnis tingkat rumah tangga: produksi madu yang berkelanjutan, usaha kios, tenun.
4. A. Menanam pohon-pohon untuk mempertahankan kelembaban di sepanjang aliran sungai dan daerah mata air. B. Penanaman kembali hutan dengan menggunakan benih-benih lokal di daerah mata air dan tanah-tanah yang tidak dimanfaatkan. C. Petani madu menanam pohon dan memastikan metode pengelolaan hutan dan produk hutan non kayu yang berkelanjutan. D. Perlindungan daerah pesisir melalui penanaman mangrove dan reklamasi tanah dengan menggunakan teknik pembangunan yang memanfaatkan sumber daya alam.
5. A. Sistem peringatan dini untuk desa-desa yang berada di daerah aliran sungai. B. Mengembangkan rencana kontingensi yang disahkan oleh pemerintah desa dan isinya sesuai dengan koordinasi pusat manajemen bencana pemerintah setempat. C. Mempersiapkan tim sukarelawan desa agar siap untuk melakukan respon dan mampu memberikan pertolongan dasar bagi masyarakat untuk bertahan hidup.
6. A. Menyusun database desa untuk mendukung pemerintah kabupaten dalam menyusun perencanaan pembangunan 5 tahun dan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan PRB, API dan EMR. B. Memberikan dukungan bagi dinas-dinas pemerintah kabupaten (Dinas Perencanaan dan Pembangunan, Dinas Pertanian, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Kehutanan dan BPBD) untuk mengembangkan rencana pengelolaan DAS (Daerah Aliran Sungai) yang mengikutsertakan aspek PRB, API dan EMR. C. Menghubungkan prioritas-prioritas masyarakat dalam hal PRB, CCA dan EMR dengan program pemerintah pusat yang berhubungan dengan ketangguhan masyarakat.