JUKNIS DAK BKKBN merupakan kegiatan tahunan dari BKKBN, demikian juga pada tahun anggaran 2022 ini, sebagai program pengadaan alat kesehatan yang berhubungan dengan kegiatan utama BKKBN sebagai Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional.
Program BKKBN seperti kita ketahui bersama adalah badan pemerintah yang bergerak di bidang keluarga berencana. Pemerintah melalui BKKBN setiap tahun mengadakan alat kesehatan dan produk lainnya yang berhubungan dengan kegiatan utama BKKBN seperti alat peraga untuk penyuluhan Keluarga Berencana yang sesuai dengan standar yang telah ditentukan oleh pemerintah dalam hal ini BKKBN.
Alat kesehatan dan alat bantu pada Juknis DAK BKKBN ini ditujukan untuk kegiatan BKKBN dan memiliki spesifikasi tersendiri sesuai standar yang ditentukan oleh BKKBN. Dengan alat kesehatan dan alat bantu tersebut diharapkan program-program BKKBN dapat berjalan dengan baik dan memenuhi target sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat.
Barang-barang yang termasuk dalam Juknis DAK BKKBN 2022 merupakan salah satu penunjang suksesnya program keluarga berencana.
Untuk lebih jelasnya berikut adalah alat kesehatan dan alat peraga yang termasuk dalam paket Juknis DAK BKKBN 2022 (dari berbagai sumber, selama tidak ada perubahan) adalah sebagai berikut :
1. OBGYN BED plus Halogen Examination Lamp AC/DC
2. KIE KIT plus Family Kit (KKB)
3. KIE KIT Pendidikan dan Kependudukan
4. KIE KIT Lini Lapangan
5. IMPLAN REMOVAL KIT
6. IUD KIT
7. Media Advokasi KIE
8. GENRE KIT (Generasi Berencana)
9. SARANA PLKB
10. VTP KIT
11. Kit Siap Nikah Anti Stunting
12. BKB dan APE KIT
13. LANSIA / BKL KIT
14. PPKBD/Sub-PPKBD
15. Tempat Penyimpanan Alat dan Obat Kontrasepsi
Secara keseluruhan alat kesehatan dan barang-barang lainnya yang termasuk dalam Juknis DAK BKKBN merupakan alat pendukung kelancaran kegiatan BKKBN dalam mensukseskan program keluarga berencana. Barang-barang dan alat kesehatan tersebut akan didistribusikan ke seluruh wilayah Indonesia agar program keluarga berencana (KB) sukses di setiap wilayah Indonesia
Sebagai bagian dari kegiatan tahunan BKKBN maka Juknis DAK BKKBN tersebut memiliki standar-standar tertentu yang telah dibuat oleh pihak pemerintah dalam hal ini BKKBN agar seluruh barang Juknis DAK BKKBN yang didistribusikan memiliki standar kualitas yang sama. Dengan standarisasi ini diharapkan seluruh barang JUKNIS DAK BKKBN tersebut akan dapat memenuhi harapan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Untuk pemesanan brosur, spesifikasi barang, surat dukungan, daftar harga jual produk Juknis DAK BKKBN 2021 dapat menghubungi :
Kontak Person : Elfian Effendi
Mobile :
081315904286 / 082125526000,
Email :
dumedpower@gmail.com
Twitter :
http://twitter.com/penyaluralkes
Kantor : 0213912905
Website :
http://juknisdakbkkbnblog.wordpress.com/
http://penyaluralatkesehatan.co.id/
JUKNIS DAK BKKBN merupakan kegiatan tahunan dari BKKBN, demikian juga pada tahun anggaran 2022 ini, sebagai program pengadaan alat kesehatan yang berhubungan dengan kegiatan utama BKKBN sebagai Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional.
Program BKKBN seperti kita ketahui bersama adalah badan pemerintah yang bergerak di bidang keluarga berencana. Pemerintah melalui BKKBN setiap tahun mengadakan alat kesehatan dan produk lainnya yang berhubungan dengan kegiatan utama BKKBN seperti alat peraga untuk penyuluhan Keluarga Berencana yang sesuai dengan standar yang telah ditentukan oleh pemerintah dalam hal ini BKKBN.
Alat kesehatan dan alat bantu pada Juknis DAK BKKBN ini ditujukan untuk kegiatan BKKBN dan memiliki spesifikasi tersendiri sesuai standar yang ditentukan oleh BKKBN. Dengan alat kesehatan dan alat bantu tersebut diharapkan program-program BKKBN dapat berjalan dengan baik dan memenuhi target sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat.
Barang-barang yang termasuk dalam Juknis DAK BKKBN 2022 merupakan salah satu penunjang suksesnya program keluarga berencana.
Untuk lebih jelasnya berikut adalah alat kesehatan dan alat peraga yang termasuk dalam paket Juknis DAK BKKBN 2022 (dari berbagai sumber, selama tidak ada perubahan) adalah sebagai berikut :
1. OBGYN BED plus Halogen Examination Lamp AC/DC
2. KIE KIT plus Family Kit (KKB)
3. KIE KIT Pendidikan dan Kependudukan
4. KIE KIT Lini Lapangan
5. IMPLAN REMOVAL KIT
6. IUD KIT
7. Media Advokasi KIE
8. GENRE KIT (Generasi Berencana)
9. SARANA PLKB
10. VTP KIT
11. Kit Siap Nikah Anti Stunting
12. BKB dan APE KIT
13. LANSIA / BKL KIT
14. PPKBD/Sub-PPKBD
15. Tempat Penyimpanan Alat dan Obat Kontrasepsi
Secara keseluruhan alat kesehatan dan barang-barang lainnya yang termasuk dalam Juknis DAK BKKBN merupakan alat pendukung kelancaran kegiatan BKKBN dalam mensukseskan program keluarga berencana. Barang-barang dan alat kesehatan tersebut akan didistribusikan ke seluruh wilayah Indonesia agar program keluarga berencana (KB) sukses di setiap wilayah Indonesia
Sebagai bagian dari kegiatan tahunan BKKBN maka Juknis DAK BKKBN tersebut memiliki standar-standar tertentu yang telah dibuat oleh pihak pemerintah dalam hal ini BKKBN agar seluruh barang Juknis DAK BKKBN yang didistribusikan memiliki standar kualitas yang sama. Dengan standarisasi ini diharapkan seluruh barang JUKNIS DAK BKKBN tersebut akan dapat memenuhi harapan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Untuk pemesanan brosur, spesifikasi barang, surat dukungan, daftar harga jual produk Juknis DAK BKKBN 2021 dapat menghubungi :
Kontak Person : Elfian Effendi
Mobile :
081315904286 / 082125526000,
Email :
dumedpower@gmail.com
Twitter :
http://twitter.com/penyaluralkes
Kantor : 0213912905
Website :
http://juknisdakbkkbnblog.wordpress.com/
http://penyaluralatkesehatan.co.id/
Rencana Strategis Kementrian Pekerjaan Umum 2010-2014Joy Irman
Rencana Strategis Kementrian Pekerjaan Umum 2010-2014. Dokumen ini berisikan kondisi dan tantangan; visi, misi dan tujuan; arah kebijakan dan strategi, program dan kegiatan.
Rencana Strategis Kementrian Pekerjaan Umum 2010-2014Joy Irman
Rencana Strategis Kementrian Pekerjaan Umum 2010-2014. Dokumen ini berisikan kondisi dan tantangan; visi, misi dan tujuan; arah kebijakan dan strategi, program dan kegiatan.
Dealing with difficult people is only as stressful as you allow it to be. By discovering what makes them difficult we start understanding how to deal with them
Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 240/PMK.07/2020Arif Efendi
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 240/PMK.07/2020 Tahun 2020 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 205/ PMK.07/2019 Tentang Pengelolaan Dana Desa
JUKOPS DAK FISIK BKKBN 2022 adalah Juknis Operasional Dana Alokasi Khusus Fisik BKKBN yang terdiri dari pengadaan produk-produk seperti :
01. Obgyn Bed JUKOPS DAK Fisik BKKBN 2022
02. Tempat Penyimpanan Alat dan Obat Kontrasepsi JUKOPS DAK Fisik BKKBN 2022
03. Kie Kit JUKOPS DAK Fisik BKKBN 2022
04. Iud Kit JUKOPS DAK Fisik BKKBN 2022
05. Implant Removal Kit JUKOPS DAK Fisik BKKBN 2022
06. BKB Kit Stunting JUKOPS DAK Fisik BKKBN 2022
07. Genre Kit JUKOPS DAK Fisik BKKBN 2022
08. Lansia Kit JUKOPS DAK Fisik BKKBN 2022
09. Sarana PLKB JUKOPS DAK Fisik BKKBN 2021
10. PPKBD/ Sub-PPKBD JUKOPS DAK Fisik BKKBN 2021
11. UPPKS Kit JUKOPS DAK Fisik BKKBN 2021
12. Stunting Kit JUKOPS DAK Fisik BKKBN 2021
13. Kit Siap Nikah Anti Stunting Jukops DAK BKKBN 2022
Untuk pemesanan produk, brosur dan daftar harga produk-produk JUKOPS DAK Fisik BKKBN 2022 pengadaan di kabupaten, kota dan provinsi di daerah, silahkan menghubungi :
PT. DUMEDPOWER INDONESIA
Produsen & Distributor Resmi
Alamat :
HOTEL BOEGIS (1st Floor)
Jl. Kramat IV No.02, Kwitang, Senen
Jakarta Pusat 10420)
Marketing : Mr. Elfian Effendi
Mobile HP (WhatsApp) : 081315904286 - 082125526000
PP 23 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan layanan Umum ini merubah pola keuangan lembaga pemerintahan seperti rumah sakit, Universitas sehingga mereka boleh memakai langsung penghasilan operasionalnya. Dan juga PP ini mendorong transformasi lembaga kantor agar bertindak selaku "business entity" walaupun tidak berorientasi pada keuntungan semata
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023Muh Saleh
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 merupakan survei yang mengintegrasikan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dan Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGI). SKI 2023 dikerjakan untuk menilai capaian hasil pembangunan kesehatan yang dilakukan pada kurun waktu lima tahun terakhir di Indonesia, dan juga untuk mengukur tren status gizi balita setiap tahun (2019-2024). Data yang dihasilkan dapat merepresentasikan status kesehatan tingkat Nasional sampai dengan tingkat Kabupaten/Kota.
Ketersediaan data dan informasi terkait capaian hasil pembangunan kesehatan penting bagi Kementerian Kesehatan, Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota sebagai bahan penyusunan kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang lebih terarah dan tepat sasaran berbasis bukti termasuk pengembangan Rencana Pembangunan Kesehatan Jangka Menengah Nasional (RPJMN 2024-2029) oleh Kementerian PPN/Bappenas. Dalam upaya penyediaan data yang valid dan akurat tersebut, Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) dalam penyusunan metode dan kerangka sampel SKI 2023, serta bersama dengan Lintas Program di Kementerian Kesehatan, World Health Organization (WHO) dan World Bank dalam pengembangan instrumen, pedoman hingga pelaporan survei.
Disampaikan dalam Drum-up Laboratorium Inovasi Kabupaten Sorong, 27 Mei 2024
Dr. Tri Widodo W. Utomo, S.H., MA.
Deputi Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN-RI
Disampaikan pada PKN Tingkat II Angkatan IV-2024 BPSDM Provinsi Jawa Tengah dengan Tema “Transformasi Tata Kelola Pelayanan Publik untuk Mewujudkan Perekonomian Tangguh, Berdayasaing, dan Berkelanjutan”
Dr. Tri Widodo Wahyu Utomo, S.H., MA
Deputi Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN RI
PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
Kementerian Kesehatan menggulirkan transformasi sistem kesehatan.
Terdapat 6 pilar transformasi sistem kesehatan sebagai penopang kesehatan
Indonesia yaitu: 1) Transformasi pelayanan kesehatan primer; 2) Transformasi
pelayanan kesehatan rujukan; 3) Transformasi sistem ketahanan kesehatan;
4) Transformasi sistem pembiayaan kesehatan; 5) Transformasi SDM
kesehatan; dan 6) Transformasi teknologi kesehatan.
Transformasi pelayanan kesehatan primer dilaksanakan melalui edukasi
penduduk, pencegahan primer, pencegahan sekunder dan peningkatan
kapasitas serta kapabilitas pelayanan kesehatan primer. Pilar prioritas
pertama ini bertujuan menata kembali pelayanan kesehatan primer yang ada,
sehingga mampu melayani seluruh penduduk Indonesia dengan pelayanan
kesehatan yang lengkap dan berkualitas.
Penataan struktur layanan kesehatan primer tersebut membutuhkan
pendekatan baru yang berorientasi pada kebutuhan layanan di setiap
siklus kehidupan yang diberikan secara komprehensif dan terintegrasi
antar tingkatan fasilitas pelayanan kesehatan. Pendekatan baru ini disebut
sebagai Integrasi Pelayanan Kesehatan Primer, melibatkan Puskesmas, unit
pelayanan kesehatan di desa/kelurahan yang disebut juga sebagai Puskesmas
Pembantu dan Posyandu. Selanjutnya juga akan melibatkan seluruh fasilitas
pelayanan kesehatan primer.
PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
Permentan 68-10
1. PERATURAN MENTERI PERTANIAN
NOMOR : 68/Permentan/OT.140/12/2010
TENTANG
PENUGASAN KEPADA BUPATI/WALIKOTA DALAM PENGELOLAAN KEGIATAN DAN
TANGGUNG JAWAB DANA TUGAS PEMBANTUAN KABUPATEN/KOTA
TAHUN ANGGARAN 2011
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PERTANIAN,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan
pertanian di daerah dapat dilakukan melalui penugasan kepada Bupati/Walikota
berdasarkan asas tugas pembantuan;
1 b. bahwa sesuai dengan Pasal 16 ayat (5) Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun
2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan diamanatkan kepada Menteri
untuk menetapkan lingkup urusan pemerintah yang akan ditugaspembantuankan
kepada Bupati/Walikota;
2 c. bahwa atas dasar hal-hal tersebut diatas dan agar penyelenggaraan tugas
pembantuan dimaksud dapat berjalan lancar dan berhasil baik, dipandang perlu
menetapkan penugasan pelaksanaan kegiatan dan tanggung jawab pengelolaan
Dana Tugas Pembantuan Kementerian Pertanian Tahun Anggaran 2011;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
(Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286);
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran
Negara Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4355);
1 3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 66,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4400);
2 4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4421);
3 5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4437);
4 6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
2. 1 7. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2010 tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara Tahun Anggaran 2011 (Lembaran Negara Tahun 2010 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 5167);
2 8. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2004 tentang Tata Cara Penyampaian
Rencana dan Laporan Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran
Negara Tahun 2004 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4353);
3 9. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 49, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4505);
4 10. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan
Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4614);
5 11. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian
dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Tahun 2006
Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4663);
6 12. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintah antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737);
7 13. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas
pembantuan (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4816);
8 14. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor
73, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4212) juncto Keputusan Presiden Nomor
72 Tahun 2004 (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 92, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4418;
9 15. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 tentang Pembentukan Kabinet
Indonesia Bersatu II;
10 16. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan
Organisasi Kementerian Negara;
11 17. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan
Fungsi, serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian
Negara;
12 18. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2010 tentang Rencana Kerja Pemerintah
Tahun 2011;
13 19. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/OT.140/10/2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian;
14 20. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 91/PMK.05/2007 tentang Bagan Akun
Standar;
15 21. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.06/2007 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan, dan Pemindahtanganan
Barang Milik Negara;
1 22. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem
Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat;
2 23. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 156/PMK.07/2008 tentang Pedoman
Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERTANIAN TENTANG PENUGASAN KEPADA
3. BUPATI/WALIKOTA DALAM PENGELOLAAN KEGIATAN DAN TANGGUNG JAWAB DANA
TUGAS PEMBANTUAN KABUPATEN/KOTA TAHUN ANGGARAN 2011.
BAB I
KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:
1 1. Tugas Pembantuan adalah penugasan Pemerintah kepada daerah untuk
melaksanakan tugas tertentu dengan kewajiban melaporkan dan
mempertanggungjawabkan pelaksanaannya kepada yang menugaskan.
2 2. Dana Tugas Pembantuan adalah dana yang berasal dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN) yang dilaksanakan oleh daerah yang mencakup
semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan tugas
pembantuan.
3 3. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, yang selanjutnya disebut APBN,
adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh
Dewan Perwakilan Rakyat, dan ditetapkan dengan Undang- Undang.
4 4. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran yang selanjutnya disingkat DIPA atau
dokumen lain yang dipersamakan dengan DIPA, adalah suatu dokumen
pelaksanaan anggaran yang dibuat oleh Menteri/Pimpinan Lembaga serta disahkan
oleh Menteri Keuangan dan berfungsi sebagai dokumen pelaksanaan pendanaan
kegiatan serta dokumen pendukung kegiatan akuntansi pemerintah.
5 5. Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya disebut SKPD, adalah
organisasi/lembaga pada pemerintah daerah yang bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan tugas pemerintahan di bidang tertentu di daerah Kabupaten/Kota.
BAB II
KEGIATAN DAN PENGELOLAAN DANA TUGAS PEMBANTUAN Pasal 2
1 (1) Kegiatan dan pengelolaan Dana Tugas Pembantuan Tahun Anggaran 2011,
dilaksanakan dalam rangka Program Pembangunan Pertanian mencakup:
2 a. Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Tanaman Pangan untuk
mencapai Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan;
3 b. Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Produk Tanaman Hortikultura
Berkelanjutan;
4 c. Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Tanaman Perkebunan
Berkelanjutan;
1 d. Pencapaian Swasembada Daging Sapi dan Peningkatan Penyediaan Pangan
Hewani yang Aman, Sehat, Utuh, dan Halal;
2 e. Penyediaan dan Pengembangan Prasarana dan Sarana Pertanian;
3 f. Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing, Industri Hilir, Pemasaran dan Ekspor
Hasil Pertanian;
4 g. Peningkatan Diversivikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat;
5 h. Pengembangan SDM Pertanian dan Kelembagaan Petani.
1 (2) Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) lebih lanjut ditetapkan oleh
Sekretaris Jenderal/Direktur Jenderal/Kepala Badan lingkup Kementerian Pertanian
di dalam Pedoman Umum dan Pedoman Teknis Tahun 2011 sesuai tugas pokok
dan fungsinya.
1 (3) Pendanaan dalam rangka tugas pembantuan dialokasikan untuk kegiatan yang
bersifat fisik dan merupakan kegiatan yang menghasilkan keluaran yang
4. menambah aset tetap.
1 (4) Kegiatan yang bersifat fisik sebagaimana dimaksud pada ayat (3) antara lain
seperti pengadaan tanah, bangunan, peralatan dan mesin, jalan, irigasi dan
jaringan, serta dapat berupa kegiatan fisik lainnya antara lain pengadaan barang
habis pakai, seperti obat-obatan, vaksin, pengadaan bibit dan pupuk, atau
sejenisnya, termasuk barang bantuan sosial yang diserahkan kepada masyarakat,
serta pemberdayaan masyarakat.
1 (5) Dana Tugas Pembantuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dapat
dialokasikan sebagai dana penunjang untuk pelaksanaan tugas administratif,
pelaporan, dan/atau pengadaan input berupa barang habis pakai.
1 (6) Besarnya alokasi dana penunjang sebagaimana dimaksud pada ayat (5) harus
memperhatikan asas kepatutan, kewajaran, ekonomis, dan efisiensi, serta
disesuaikan dengan karakteristik kegiatan.
Pasal 3
Pelaksanaan kegiatan tugas pembantuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, dan
pengelolaan Dana Tugas Pembantuan sesuai dengan dokumen DIPA Pusat Tahun
Anggaran 2011, ditugaskan kepada Bupati/Walikota.
Pasal 4
Bupati/Walikota memberitahukan rencana kerja dan anggaran pelaksanaan kegiatan
yang dibiayai dari Dana Tugas Pembantuan Kementerian Pertanian sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 kepada DPRD.
Pasal 5
1 (1) Bupati/Walikota menetapkan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) pelaksana
tugas pembantuan Kementerian Pertanian.
1 (2) SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan Satuan Kerja
Perangkat Daerah Kabupaten/Kota yang mempunyai kompetensi, tugas pokok, dan
fungsi sesuai dengan kegiatan tugas pembantuan Kementerian Pertanian.
1 (3) Bupati/Walikota atau pejabat yang diberi wewenang, mengusulkan pejabat
pengelola keuangan tugas pembantuan kepada Menteri Pertanian, yang terdiri
atas:
1. a. Kuasa Pengguna Anggaran;
2. b. Pejabat Pembuat Komitmen;
1. c. Pejabat Penguji Tagihan dan Penandatanganan Surat Perintah Pembayaran;
dan
2. d. Bendahara Pengeluaran.
5. 1 (4) Menteri Pertanian menetapkan pejabat pengelola keuangan tugas pembantuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan menyampaikannya kepada Direktur
Jenderal Perbendaharaan.
1 (5) Jika ada penggantian pejabat pengelola keuangan, Bupati/Walikota segera
mengusulkan pejabat pengelola keuangan definitif.
Pasal 6
Pejabat pengelola keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3), dalam
mengelola keuangan untuk pelaksanaan kegiatan yang dibiayai dari Dana Tugas
Pembantuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dilaksanakan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 7
Dalam hal pelaksanaan kegiatan yang dibiayai dari Dana Tugas Pembantuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, menghasilkan penerimaan yang tergolong
penerimaan negara bukan pajak harus disetor ke rekening Kas Umum Negara sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 8
1 (1) Semua barang yang diperoleh dari pelaksanaan kegiatan yang dibiayai dari
Dana Tugas Pembantuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 menjadi barang
milik negara.
1 (2) SKPD melakukan penatausahaan barang milik negara sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 9
Penerimaan dan Pengeluaran yang berkenaan dengan pelaksanaan kegiatan yang
dibiayai dari Dana Tugas Pembantuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
diadministrasikan dalam anggaran tugas pembantuan.
Pasal 10
Apabila ada saldo kas pada akhir tahun anggaran atas pelaksanaan kegiatan yang
dibiayai dari Dana Tugas Pembantuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, saldo
tersebut harus disetor ke rekening Kas Umum Negara.
BAB III
PERTANGGUNGJAWABAN DAN PELAPORAN Pasal 11
1 (1) SKPD yang menjadi pelaksana kegiatan Dana Tugas Pembantuan wajib
menyusun Laporan Pertanggungjawaban yang meliputi:
2 a. laporan manajerial; dan
3 b. laporan akuntabilitas.
1 (2) Laporan manajerial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a mencakup:
2 a. perkembangan realisasi penyerapan dana;
6. 3 b. pencapaian target keluaran;
4 c. kendala yang dihadapi; dan
5 d. saran tindak lanjut.
1 (3) Laporan akuntabilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi
Laporan Keuangan dan Laporan Barang.
1 (4) Laporan Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) terdiri atas:
2 a. Neraca;
3 b. Laporan Realisasi Anggaran; dan
4 c. Catatan atas Laporan Keuangan.
Pasal 12
1 (1) Kepala SKPD Kabupaten/Kota menyusun serta menyampaikan laporan
manajerial setiap triwulan dan setiap triwulan dan setiap berakhirnya tahun
anggaran kepada Bupati/Walikota melalui Bappeda Kabupaten/Kota dan kepada
Menteri Pertanian c.q. Direktur Jenderal/Kepala Badan lingkup Kementerian
Pertanian yang membidangi kegiatan dimaksud setiap tanggal 5 bulan berikutnya
setelah triwulan berakhir.
1 (2) Direktur Jenderal/Kepala Badan lingkup Kementerian Pertanian merekapitulasi
laporan manajerial dan melaporkan ke Menteri Pertanian c.q. Sekretaris Jenderal
Kementerian Pertanian setiap tanggal 10 bulan berikutnya setelah triwulan berakhir.
1 (3) Bupati/Walikota menugaskan Bappeda menggabungkan laporan manajerial dan
menyampaikannya setiap triwulan dan setiap berakhirnya tahun anggaran kepada
Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan, dan Kepala Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional.
1 (4) Bentuk dan isi laporan manajerial berpedoman pada peraturan perundang-
undangan yang berkaitan dengan Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan.
Pasal 13
1 (1) Kepala SKPD Kabupaten/Kota yang melaksanakan tugas pembantuan wajib
menyelenggarakan akuntansi dan bertanggungjawab terhadap penyusunan dan
penyampaian laporan pertanggungjawaban keuangan dan barang (laporan
akuntabilitas).
1 (2) Tata cara penyusunan dan penyampaian laporan keuangan Dana Tugas
Pembantuan berpedoman pada Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur
mengenai sistem akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah pusat.
1 (3) Tata cara penyusunan dan penyampaian laporan Barang Milik Negara (BMN)
hasil pelaksanaan Dana Tugas Pembantuan berpedoman pada Peraturan Menteri
7. Keuangan yang mengatur mengenai penatausahaan Barang Milik Negara (BMN).
1 (4) Untuk membantu kelancaran penyusunan dan penyampaian laporan keuangan
yang bersumber dari anggaran Kementerian Pertanian sebagai dimaksud pada
ayat (2), Kementerian Pertanian membentuk Sekretariat Unit Akuntansi Pembantu
Pengguna Anggaran/Barang Wilayah (USPPS/B-W).
1 (5) Sekretariat Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran/Barang Wilayah
(USPPS/B-W) sebagaimana dimaksud pada ayat (4) berkedudukan di Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian di seluruh Indonesia.
1 (6) Organisasi dan tata kerja Sekretariat UAPPA/B-W ditetapkan lebih lanjut oleh
Menteri Pertanian.
BAB IV PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 14
1 (1) Koordinasi pembinaan administrasi dan keuangan dilaksanakan oleh Sekretariat
Jenderal Kementerian Pertanian, sedangkan pembinaan teknis atas pelaksanaan
kegiatan yang dibiayai dari Dana Tugas Pembantuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 dilakukan oleh Eselon I lingkup Kementerian Pertanian yang
bertanggungjawab sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
1 (2) Bupati/Walikota melakukan pembinaan dan pengawasan kegiatan tugas
pembantuan yang dilaksanakan oleh SKPD Kabupaten/Kota.
1 (3) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi pemberian pedoman,
standar, fasilitasi, bimbingan teknis, pemantauan, dan evaluasi atas
penyelenggaraan tugas pembantuan.
1 (4) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dalam rangka
peningkatan kinerja, transparansi, dan akuntabilitas.
1 (5) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan dalam rangka
pencapaian efisiensi pengelolaan Dana Tugas Pembantuan.
BAB V PEMERIKSAAN Pasal 15
1 (1) Pemeriksaan Dana Tugas Pembantuan meliputi pemeriksaan keuangan,
pemeriksaan kinerja dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu.
1 (2) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh unit
pemeriksa internal dan/atau unit pemeriksa eksternal pemerintah yang
dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
BAB VI SANKSI Pasal 16
1 (1) SKPD Kabupaten/Kota yang tidak menyampaikan laporan Dana Tugas
8. Pembantuan dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku berupa:
1. a. penundaan pencairan Dana Tugas Pembantuan untuk triwulan berikutnya;
2. b. penghentian pembayaran dalam tahun berjalan; atau
3. c. penghentian alokasi Dana Tugas Pembantuan untuk tahun anggaran
berikutnya.
1 (2) Pengenaan sanksi sebagaimana pada ayat (1) tidak membebaskan SKPD
Kabupaten/Kota dari kewajiban menyampaikan laporan Dana Tugas Pembantuan.
BAB VII PENUTUP Pasal 17 Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 29 Desember 2010
MENTERI PERTANIAN,
SUSWONO
Salinan Peraturan ini disampaikan Kepada Yth.:
1. 1. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan;
2. 2. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian;
3. 3. Menteri Keuangan;
4. 4. Menteri Dalam Negeri;
5. 5. Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala BAPPENAS;
6. 6. Pejabat Eselon I lingkup Kementerian Pertanian.