Rancangan Peraturan Bupati Bangka Tengah tentang Perizinan Air TanahDianora Didi
Dokumen tersebut merupakan rancangan peraturan bupati Bangka Tengah tentang perizinan air tanah. Dokumen tersebut mengatur tentang izin yang diperlukan untuk melakukan kegiatan pengeboran, penggalian, dan pemakaian air tanah di Kabupaten Bangka Tengah.
Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 1982 tentang Tata Pengaturan Airinfosanitasi
Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1982 mengatur tentang tata pengaturan air di Indonesia. Peraturan ini menetapkan asas-asas kemanfaatan umum, keseimbangan, dan kelestarian dalam pengelolaan sumber daya air. Peraturan ini juga mengatur tentang wewenang pengelolaan air antara pemerintah pusat dan daerah, serta prioritas penggunaan air untuk kebutuhan dasar seperti minum.
Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1991 tentang Rawainfosanitasi
Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang konservasi rawa sebagai sumber air yang meliputi perlindungan, pengawetan, dan pemanfaatan rawa. Rawa dikuasai negara dan pengelolaannya dilakukan oleh pemerintah pusat dan daerah. Kegiatan konservasi rawa mencakup inventarisasi, perencanaan, pelaksanaan, eksploitasi, pemeliharaan, dan pengendalian.
Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2011 tentang BendunganPenataan Ruang
Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang pembangunan dan pengelolaan bendungan di Indonesia. Bendungan dibangun untuk menampung air, limbah tambang, atau lumpur guna meningkatkan sumber daya air, pengendalian banjir, dan fungsi lainnya. Pembangunan bendungan meliputi persiapan, perencanaan, konstruksi, dan pengisian waduk. Diperlukan izin penggunaan sumber daya air dan persetujuan prinsip pembangunan
Rancangan Peraturan Bupati Bangka Tengah tentang Perizinan Air TanahDianora Didi
Dokumen tersebut merupakan rancangan peraturan bupati Bangka Tengah tentang perizinan air tanah. Dokumen tersebut mengatur tentang izin yang diperlukan untuk melakukan kegiatan pengeboran, penggalian, dan pemakaian air tanah di Kabupaten Bangka Tengah.
Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 1982 tentang Tata Pengaturan Airinfosanitasi
Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1982 mengatur tentang tata pengaturan air di Indonesia. Peraturan ini menetapkan asas-asas kemanfaatan umum, keseimbangan, dan kelestarian dalam pengelolaan sumber daya air. Peraturan ini juga mengatur tentang wewenang pengelolaan air antara pemerintah pusat dan daerah, serta prioritas penggunaan air untuk kebutuhan dasar seperti minum.
Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1991 tentang Rawainfosanitasi
Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang konservasi rawa sebagai sumber air yang meliputi perlindungan, pengawetan, dan pemanfaatan rawa. Rawa dikuasai negara dan pengelolaannya dilakukan oleh pemerintah pusat dan daerah. Kegiatan konservasi rawa mencakup inventarisasi, perencanaan, pelaksanaan, eksploitasi, pemeliharaan, dan pengendalian.
Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2011 tentang BendunganPenataan Ruang
Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang pembangunan dan pengelolaan bendungan di Indonesia. Bendungan dibangun untuk menampung air, limbah tambang, atau lumpur guna meningkatkan sumber daya air, pengendalian banjir, dan fungsi lainnya. Pembangunan bendungan meliputi persiapan, perencanaan, konstruksi, dan pengisian waduk. Diperlukan izin penggunaan sumber daya air dan persetujuan prinsip pembangunan
Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan...infosanitasi
Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang pengembangan sistem penyediaan air minum (SPAM) di Indonesia, termasuk pengaturan unit-unit SPAM seperti unit air baku, unit produksi, unit distribusi, dan unit pelayanan. Peraturan ini juga mengatur perlindungan sumber air baku melalui pengembangan prasarana dan sarana sanitasi seperti air limbah dan persampahan. Tujuannya adalah tercapainya pengelolaan dan pelayanan air minum berkualitas dengan harga ter
Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 1991 tentang Sungaiinfosanitasi
Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang sungai, yang mencakup penguasaan, fungsi, pembinaan, perencanaan, pembangunan bangunan, eksploitasi, pengusahaan, pembangunan, pengelolaan dan pengamanan waduk. Sungai dikuasai negara untuk dilindungi dan dikembangkan guna kesejahteraan masyarakat dalam kerangka pengairan dan lingkungan hidup.
Ocr permenkes 492 2010 persyaratan kualitas air minumMRFerguson
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 menetapkan persyaratan kualitas air minum yang meliputi parameter wajib dan tambahan serta kewajiban penyelenggara air minum untuk memastikan air minum yang dihasilkan aman bagi kesehatan dan menjamin kualitas melalui pengawasan eksternal dan internal.
Beberapa peraturan yang digunakan dalam pemantauan kualitas air di Indonesia meliputi Peraturan Menteri Kesehatan tentang syarat dan pengawasan kualitas air yang menguji parameter fisika, kimia, dan biologi, Peraturan Daerah Kalimantan Timur tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air yang mengatur tentang pemantauan kualitas air sumber air, serta Peraturan Pemerintah tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air yang
Permenkes ri no. 907 tahun 2002 syarat syarat dan pengawasan kualitas air minumArina Priyanka
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 menetapkan syarat-syarat dan pengawasan kualitas air minum. Dokumen ini mengatur tentang parameter kualitas air minum, tugas pemerintah daerah dalam pengawasan, dan sanksi bagi pelanggar.
Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Air MinumJoy Irman
Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang pengembangan sistem penyediaan air minum (SPAM) yang meliputi unit air baku, unit produksi, unit distribusi, unit pelayanan, dan unit pengelolaan. Peraturan ini juga mengatur perlindungan sumber air baku dengan mengatur prasarana dan sarana sanitasi air limbah dan persampahan agar air baku tidak tercemar.
Undang-undang No 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya AirJoy Irman
Undang-undang ini mengatur tentang pengelolaan sumber daya air di Indonesia. Sumber daya air merupakan hak milik negara yang dikelola untuk kemakmuran rakyat dengan memperhatikan kelestarian lingkungan, keadilan, dan partisipasi masyarakat. Undang-undang ini mengatur penentuan wilayah pengelolaan air permukaan dan tanah, hak guna air, serta wewenang dan tanggung jawab pemerintah pusat dan daerah dalam pengelolaan
Peraturan ini mengatur tentang kualitas air tanah yang berhubungan dengan kesehatan. Dokumen ini membagi wilayah menjadi beberapa zona berdasarkan kualitas air tanahnya, yaitu Zona A untuk air baku, Zona B untuk pemukiman, Zona C untuk pemandian dan pertanian, dan Zona D yang tidak layak untuk kesehatan. Dokumen ini juga mengatur standar kualitas air tanah di setiap zona serta larangan pembuangan limbah yang dapat m
1. Dokumen tersebut menetapkan baku mutu air di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan 4 kelas dan parameternya.
2. Kelas air ditetapkan untuk menentukan peruntukan air sesuai mutunya, yaitu air minum, rekreasi, budidaya ikan dan pertanian, serta irigasi.
3. Pemantauan dan pengawasan mutu air dilakukan instansi terkait minimal 2 kali setahun.
Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air yang dilakukan secara terpadu dengan pendekatan ekosistem pada tahap perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi. Upaya pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air dilakukan untuk menjamin kualitas air agar sesuai dengan fungsinya dan baku mutu yang telah ditetapkan.
SKB Menteri PU, Menhut dan Mendagri No. 19/1984, KH.059/KPTS-II/1984 dan PU 1...infosanitasi
Surat Keputusan Bersama ini mengatur penanganan konservasi tanah di Daerah Aliran Sungai (DAS) prioritas untuk mengendalikan erosi, banjir dan kekeringan serta meningkatkan produktivitas lahan. Kegiatannya meliputi pembangunan bangunan konservasi tanah, bantuan teknis dan dana kepada petani. Lokasi sasarannya adalah daerah hulu sungai dan sepanjang aliran sungai. Bantuan diberikan berupa bangunan, dana
Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan...infosanitasi
Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang pengembangan sistem penyediaan air minum (SPAM) di Indonesia, termasuk pengaturan unit-unit SPAM seperti unit air baku, unit produksi, unit distribusi, dan unit pelayanan. Peraturan ini juga mengatur perlindungan sumber air baku melalui pengembangan prasarana dan sarana sanitasi seperti air limbah dan persampahan. Tujuannya adalah tercapainya pengelolaan dan pelayanan air minum berkualitas dengan harga ter
Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 1991 tentang Sungaiinfosanitasi
Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang sungai, yang mencakup penguasaan, fungsi, pembinaan, perencanaan, pembangunan bangunan, eksploitasi, pengusahaan, pembangunan, pengelolaan dan pengamanan waduk. Sungai dikuasai negara untuk dilindungi dan dikembangkan guna kesejahteraan masyarakat dalam kerangka pengairan dan lingkungan hidup.
Ocr permenkes 492 2010 persyaratan kualitas air minumMRFerguson
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 menetapkan persyaratan kualitas air minum yang meliputi parameter wajib dan tambahan serta kewajiban penyelenggara air minum untuk memastikan air minum yang dihasilkan aman bagi kesehatan dan menjamin kualitas melalui pengawasan eksternal dan internal.
Beberapa peraturan yang digunakan dalam pemantauan kualitas air di Indonesia meliputi Peraturan Menteri Kesehatan tentang syarat dan pengawasan kualitas air yang menguji parameter fisika, kimia, dan biologi, Peraturan Daerah Kalimantan Timur tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air yang mengatur tentang pemantauan kualitas air sumber air, serta Peraturan Pemerintah tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air yang
Permenkes ri no. 907 tahun 2002 syarat syarat dan pengawasan kualitas air minumArina Priyanka
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 menetapkan syarat-syarat dan pengawasan kualitas air minum. Dokumen ini mengatur tentang parameter kualitas air minum, tugas pemerintah daerah dalam pengawasan, dan sanksi bagi pelanggar.
Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Air MinumJoy Irman
Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang pengembangan sistem penyediaan air minum (SPAM) yang meliputi unit air baku, unit produksi, unit distribusi, unit pelayanan, dan unit pengelolaan. Peraturan ini juga mengatur perlindungan sumber air baku dengan mengatur prasarana dan sarana sanitasi air limbah dan persampahan agar air baku tidak tercemar.
Undang-undang No 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya AirJoy Irman
Undang-undang ini mengatur tentang pengelolaan sumber daya air di Indonesia. Sumber daya air merupakan hak milik negara yang dikelola untuk kemakmuran rakyat dengan memperhatikan kelestarian lingkungan, keadilan, dan partisipasi masyarakat. Undang-undang ini mengatur penentuan wilayah pengelolaan air permukaan dan tanah, hak guna air, serta wewenang dan tanggung jawab pemerintah pusat dan daerah dalam pengelolaan
Peraturan ini mengatur tentang kualitas air tanah yang berhubungan dengan kesehatan. Dokumen ini membagi wilayah menjadi beberapa zona berdasarkan kualitas air tanahnya, yaitu Zona A untuk air baku, Zona B untuk pemukiman, Zona C untuk pemandian dan pertanian, dan Zona D yang tidak layak untuk kesehatan. Dokumen ini juga mengatur standar kualitas air tanah di setiap zona serta larangan pembuangan limbah yang dapat m
1. Dokumen tersebut menetapkan baku mutu air di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan 4 kelas dan parameternya.
2. Kelas air ditetapkan untuk menentukan peruntukan air sesuai mutunya, yaitu air minum, rekreasi, budidaya ikan dan pertanian, serta irigasi.
3. Pemantauan dan pengawasan mutu air dilakukan instansi terkait minimal 2 kali setahun.
Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air yang dilakukan secara terpadu dengan pendekatan ekosistem pada tahap perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi. Upaya pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air dilakukan untuk menjamin kualitas air agar sesuai dengan fungsinya dan baku mutu yang telah ditetapkan.
SKB Menteri PU, Menhut dan Mendagri No. 19/1984, KH.059/KPTS-II/1984 dan PU 1...infosanitasi
Surat Keputusan Bersama ini mengatur penanganan konservasi tanah di Daerah Aliran Sungai (DAS) prioritas untuk mengendalikan erosi, banjir dan kekeringan serta meningkatkan produktivitas lahan. Kegiatannya meliputi pembangunan bangunan konservasi tanah, bantuan teknis dan dana kepada petani. Lokasi sasarannya adalah daerah hulu sungai dan sepanjang aliran sungai. Bantuan diberikan berupa bangunan, dana
Monitoring dan Evaluasi Penyusunan Dokumen MPSSinfosanitasi
Dokumen ini membahas penilaian progres dan kualitas dokumen program sanitasi kota/kabupaten dalam rangka memantau pencapaian target dan mengidentifikasi kebutuhan intervensi. Pokja dan fasilitator melakukan penilaian terhadap kemajuan penyusunan dokumen dan kelengkapan isinya.
Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala BAPPENAS No....infosanitasi
Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala BAPPENAS No. 3 Tahun 2009 tentang Tata Cara Penyusunan Daftar Rencana Proyek Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur
Permen PU No. 45/PRT/1990 tentang Pengendalian Mutu Air pada Sumber Airinfosanitasi
Peraturan Menteri ini mengatur tentang pengendalian mutu air pada sumber-sumber air dengan tujuan menjaga agar air dapat dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan dan melindungi kelestarian sumber daya air. Ruang lingkupnya mencakup pelaksanaan dan pengawasan pengendalian mutu air melalui pengumpulan data, penelitian, pemantauan, pengaturan pembuangan limbah, serta pekerjaan penanggulangan dan pemulihan mutu air
Fasilitator PPSP dalam Pembangunan Sanitasiinfosanitasi
Fasilitator merupakan komponen penting pembangunan dan peningkatan layanan sanitasi karena (1) peran fasilitator adalah memfasilitasi pengetahuan dan gagasan masyarakat, (2) tujuan fasilitasi adalah memperkuat masyarakat, dan (3) tanggung jawab akhir proyek sanitasi ada pada masyarakat bukan pada fasilitator.
Inmendagri No.8 Tahun 1998 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penetapan Tarif Air M...infosanitasi
Instruksi Menteri Dalam Negeri menjelaskan pedoman penetapan tarif air minum oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Pedoman ini mencakup prinsip-prinsip dasar sistem tarif seperti pemulihan biaya, keterjangkauan tarif, subsidi silang, dan efisiensi pemakaian air. PDAM diwajibkan mengelompokkan pelanggan dan konsumsi air berdasarkan blok untuk menentukan tarif yang sesuai.
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.52 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi...infosanitasi
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 52 Tahun 1995 menetapkan baku mutu limbah cair untuk hotel berbintang 3, 4, dan 5. Hotel yang sudah beroperasi sebelum keputusan ini berlaku baku mutu lampiran A dan harus memenuhi baku mutu lampiran B paling lambat 2000, sedangkan hotel baru harus memenuhi baku mutu lampiran B. Gubernur dapat menetapkan parameter tambahan atau baku mutu lebih ketat setelah persetuju
Studi EHRA meneliti fasilitas sanitasi dan perilaku higienitas di beberapa desa. Fasilitas yang diteliti meliputi sumber air minum, pembuangan sampah, jamban, dan saluran air limbah. Perilaku yang dipelajari terkait dengan STBM seperti buang air besar, cuci tangan, pengelolaan air dan sampah rumah tangga. Hasil studi menunjukkan masalah seperti tangki septik yang tidak aman, pengelolaan sampah yang buruk, drainase lingkungan
Dasar-dasar Sanitasi Permukiman menjelaskan mengenai apa dan mengapa permasalahan sanitasi, dan bagaimana memperbaiki kualitas lingkungan permukiman khususnya melalui pengelolaan sistem air limbah, persampahan dan drainase lingkungan yang lebih baik.
Permenkes No. 889 Tahun 2011 Tentang Registrasi, Izin Praktek dan Izin Kerja ...Sainal Edi Kamal
Peraturan Menteri Kesehatan tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian mengatur tentang persyaratan dan tata cara registrasi, izin praktik, dan izin kerja bagi tenaga kefarmasian di Indonesia. Dokumen ini menjelaskan definisi istilah, ketentuan umum, persyaratan registrasi, sertifikat kompetensi profesi, dan tata cara memperoleh surat tanda registrasi bagi apoteker dan tenaga teknis kefarmasian.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERMOHONAN REKOMENDASI TEKNIS KEWENANGAN WILAYAH...ushfia
Dokumen tersebut membahas proses rekomendasi teknis terkait perijinan di bidang sumber daya air, mencakup tahapan pengajuan permohonan, persyaratan yang diperlukan, dan potensi permasalahan dalam proses penyusunan rekomendasi teknis."
Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2008 tentang Air TanahPenataan Ruang
Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang pengelolaan air tanah di Indonesia. Air tanah dikelola berdasarkan cekungan air tanah yang ditetapkan dengan mempertimbangkan batas hidrogeologis dan sistem akuifer. Cekungan air tanah ditetapkan untuk satu atau lebih wilayah administrasi berdasarkan usulan Menteri atau pemerintah daerah setelah dievaluasi. Pengelolaan air tanah dilakukan berdasarkan kebijakan dan strategi pengel
Dokumen tersebut membahas tentang kerangka hukum yang mengatur pengaturan irigasi di Indonesia, mulai dari Undang-Undang Dasar, ketetapan MPR, undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan presiden, hingga peraturan daerah. Dokumen ini juga membahas mengenai masalah keterbatasan saluran irigasi di Kabupaten Hulu Sungai Selatan dan pentingnya pembangunan irigasi untuk meningkatkan produksi pertanian di daerah
Perizinan Pengusahaan dan Penggunaan Sumber Daya Airushfia
Dokumen tersebut membahas tentang pengaturan pengelolaan sumber daya air di Indonesia, termasuk prinsip-prinsip penguasaan air oleh negara, dasar hukum, jenis izin dan prioritas pemberian izin, serta persyaratan permohonan izin."
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...infosanitasi
Prosedur operasional standar unit pengelolaan mencakup 32 prosedur terkait perencanaan, pengawasan, pemeliharaan, dan pengembangan sistem penyediaan air minum, termasuk perencanaan sambungan baru, pemetaan jaringan, pengawasan kualitas air, dan pengembangan sumber daya manusia.
Peraturan Menteri ini mengatur tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem Penyediaan Air Minum. Terdiri dari 5 jenis prosedur operasional standar untuk unit air baku, unit produksi, unit distribusi, unit pelayanan, dan unit pengelolaan. Tujuannya untuk mewujudkan pengelolaan dan pelayanan air minum yang memenuhi kualitas, kuantitas, kontinuitas dan keterjangkauan.
Aspek Kelembagaan dan Pendanaan Sanitasi dalam Program PPSP 2015-2019infosanitasi
Dokumen tersebut membahas peran penting penguatan kelembagaan pengelolaan sanitasi di daerah periode 2015-2019. Sanitasi buruk mengancam kualitas kehidupan secara nasional dan meningkatkan beban biaya kesehatan. Diperlukan percepatan penanganan sanitasi melalui reorientasi, re-posisi, dan revitalisasi kelembagaan serta peningkatan kapasitas provinsi dan kabupaten/kota dalam pengelolaan sanitasi. Program PPSP 2015
Usulan Program dan Kegiatan dalam Memorandum Program Sanitasiinfosanitasi
Dokumen ini membahas program dan kegiatan sanitasi yang diusulkan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya untuk periode 2015-2019. Termasuk di dalamnya adalah peningkatan akses air minum dan sanitasi bagi masyarakat, penanganan kawasan kumuh perkotaan, serta pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan sampah. Dokumen ini juga membahas target kinerja, kebijakan, sumber pendanaan, dan strategi yang akan dilaksanak
Target Pembangunan Sanitasi Nasional 2015-2019infosanitasi
Target Pembangunan Sanitasi Nasional 2015 2019. Air Limbah dan Persampahan, Penyehatan Lingkungan Permukiman, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Pengalokasian Pendanaan Sanitasi bidang Kesehataninfosanitasi
Dokumen tersebut membahas tentang pendanaan sanitasi di Indonesia berdasarkan UU No. 36 Tahun 2009 dan PP No. 66 Tahun 2014. Saat ini, pendanaan sanitasi berasal dari APBN dan APBD, namun UU Kesehatan menetapkan alokasi minimum 5% APBN dan 10% APBD untuk kesehatan, termasuk untuk sanitasi. UU dan PP tersebut juga menetapkan hak masyarakat untuk lingkungan hidup yang sehat dan tanggung jawab pemerintah
Dokumen tersebut merupakan ringkasan dari pelaksanaan Program Pengelolaan Sampah Perdesaan dan Perkotaan (PPSP) pada tahun 2015-2019 yang bertujuan mencapai akses universal sanitasi pada tahun 2019. Roadmap tersebut memfokuskan pada peningkatan perencanaan, implementasi, dan sistem insentif serta menargetkan jumlah kabupaten/kota yang mendapatkan dukungan program setiap tahunnya. Dokumen ini juga menj
Dokumen tersebut memberikan ringkasan tentang arahan kebijakan program sanitasi dan air minum Indonesia untuk periode 2015-2019. Target utamanya adalah tercapainya akses universal atau cakupan 100% untuk air minum dan sanitasi layak. Dokumen ini juga menjelaskan perhitungan target sanitasi per provinsi hingga tahun 2019 berdasarkan baseline tahun 2014 dan faktor-faktor seperti persentase penduduk perkotaan dan kapasitas fiskal provinsi. Dibut
Strategi, Kebijakan, Target dan Sasaran Pembangunan Sanitasi (Air Limbah dan ...infosanitasi
Platform Pembangunan Sanitasi 2015-2019 Strategi, Kebijakan, Tujuan, Sasaran dan Target Pembangunan Sanitasi (Air Limbah dan Persampahan). Selain pembangunan fisik infrastruktur sanitasi, juga aspek non-fisik seperti kelembagaan, pengaturan, PHBS, dll.
Daftar Kabupaten/Kota Peserta Program PPSP 2015infosanitasi
Daftar Kabupaten/Kota Peserta Program PPSP 2015 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 648-565/Kep/Bangda/2014 tentang Penetapan Kabupaten/Kota sebagai Pelaksana Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) Tahun 2015.
Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...infosanitasi
Dokumen tersebut membahas perhitungan pembiayaan untuk pencapaian Standar Pelayanan Minimal di bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang khususnya untuk sub bidang Sumber Daya Air. Terdapat rumus-rumus untuk menghitung biaya kegiatan penyediaan air baku dan air irigasi mulai dari perencanaan, pembangunan, pengoperasian hingga pemeliharaan.
Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...
Permen49 1990 tata cara dan persyaratan izin
1. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM
NOMOR : 49/PRT/1990
TENTANG
TATA CARA DAN PERSYARATAN IZIN
PENGGUNAAN AIR DAN ATAU SUMBER AIR
MENTERI PEKERJAAN UMUM
Menimbang :
a. Bahwa berhubung dengan semakin meningkatnya permintaan pelayanan air baik
secara kuantitas maupun kualitas sebagai akibat adanya perkembangan penduduk,
sedangkan kuantitas dan kualitas dari sumber air memiliki keterbatasan, maka
dipandang perlu menertibkan penggunaan air dan atau sumber air melalui usaha
perizinan agar terpenuhi kebutuhan akan air yang sesuai dengan waktu, ruang, jumlah
dan mutu.
b. Bahwa berhubung dengan hal tersebut sebagai tindak lanjut Peraturan Pemerintah
Nomor 22 Tahun 1982 tentang Tata Pengaturan Air, khususnya yang tercantum pada
pasal 23, diatur diatur dan ditetapkan ketentuan-ketentuan tentang Tata Cara dan
persyaratan izin penggunaan air dan/atau sumber air untuk berbagai keperluan.
c. Bahwa sesuai dengan ketentuan pasal 23 ayat (4), Peraturan Pemerintah R.I. Nomor
22 tahun 1982, Pengaturan mengenai tersebut huruf a diatas menjadi wewenang
Menteri Pekerjaan Umum.
d. Bahwa untuk maksud tersebut perlu diatur dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri.
Mengingat :
1. Undang-Undang R.I. Nomor 5 Tahun 1974, tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di
Daerah.
2. Undang-Undang R.I. Nomor 11 Tahun 1974, tentang Pengairan.
3. Undang-Undang R.I. Nomor 4 Tahun 1982, tentang Pokok-Pokok Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
4. Peraturan Pemerintah R.I. Nomor 22 Tahun 1982, tentang Tata Pengaturan Air.
5. Peraturan Pemerintah R.I. Nomor 23 Tahun 1982 tentang Irigasi.
2. 6. Peraturan Pemerintah R.I. Nomor 29 Tahun 1986 tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan.
7. Peraturan Pemerintah R.I. Nomor 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran
air.
8. Keputuan Pesiden R.I. Nomor 44 Tahun 1974 tentang Pokok-Poko Organisasi
Departemen.
9. Keputusan Presiden R.I. Nomor 15 Tahun 1984, tentang Susunan Organisasi
Departemen.
10. Keputusan Presidan R.I. Nomor 64/M/1988, tentang Kabinet Pembangunan V.
11. Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor
KEP.02/MEN.KLH/I/1988, tentang Pedoman Penerapan Baku Mutu Lingkungan.
12. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 39/PRT/1989 tentang Pembagian
Wilayah Sungai.
13. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 48/PRT/1990 tentang Pengelolaan Atas
Air dan atau Sumber Air pada Wilayah Sungai.
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMU TENTANG TATA CARA DAN
PERSYARATAN IZIN PENGGUNAAN AIR ATAU SUMBER AIR
BAB I
PENGERTIAN
Pasal 1
1. Menteri adalah Menteri Pekerjaan Umum.
2. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Pengairan, Departemen Pekerjaan Umum.
3. Gubernur adalah Gubernur Kepala Daerah Tingkat I/Daerah Khusus/Daerah
Istimewa.
4. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Daerah Tingkat I /Daerah Khusus/Daerah
Istimewa.
5. Pihak yang berwenang adalah Menteri atau Gubernur.
6. Badan Hukum Tertentu adalah Badan Hukum sebagaimana dimaksud pada Pasal 4
Undang-Undang R.I. Nomor 11 Tahun 1974 yang berstatus sebagai Badan Usaha
3. Milik Negara dibawah Pembinaan Menteri, dan mempunyai tugas pokok
mengembangkan dan mengusahakan air dan atau sumber air untuk digunakan bagi
kesejahteraan masyarakat dengan menjaga kelestarian kemampuan lingkungan hidup.
7. Air adalah semua air yang terdapat diatas permukaam tanah, termasuk dalam
pengertian ini air laut yang dimanfaatkan di darat.
8. Sumber air adalh tempat-tempat dan wadah-wadah air yang terdapat di atas
permukaan tanah, yang terdiri dari sumber air alamiah berupa sungai, danau, rawa,
mata air dan sumber air buatan berupa waduk dan bangunan pinggiran lainnya.
9. Bangunan Pengairan adalah bangunan prasarana pengairan baik yang berwujud
saluran ataupun bangunan liar.
10. Izin penggunaan air dan atau sumber air adalah izin yang diberikan baik bagi
pengambilan air, pemanfaatan sumber air maupun pemanfaatan air berikut
sumbernya.
11. Keperluan yang bersifat komersial adalah kegiatan usaha yang dilakukan dengan
menggunakan manfaat air dan atau sumber air, yang bertujuan atau bersifat mencari
keuntungan.
12. Ketenagaan adalah ketenagalistrikan sebagaimana dimaksud daalm Undang-Undang
Nomor 15 Tahun 1985 tentang Ketenagalistrikan.
13. Iuran adalah iuran jasa air dan atau sumber air.
BAB II
IZIN PENGGUNAAN AIR DAN ATAU SUMBER AIR
Bagian Pertama
Azas
Pasal 2
(1) Setiap penggunaan air dan atau sumber air untuk keperluan-keperluan tertentu
menurut ketentuan Pasal-Pasal dalam Peraturan ini wajib memperoleh izin terlebih
dahulu dari pihak yang berwenang.
(2) Pemberian izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini, terutama bagi
penggunaan air dan atau sumber air yang dapat mepengaruhi keseimbangan tata air,
harus didasarkan pada rencana perlindungan, pengembangan dan penggunaan air dan
atau sumner air pada tiap wilayah sungai yang bersangkutan yang telah ditetapkan
pihak yang berwenang, sesuai dengan ketentuan sebagaimana tercantum pada pasal 7
Peraturan Pemerintah R.I. Nomor 22 Tahun 1982.
4. (3) Dalam hal rencana sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Pasal ini belum ditetapkan,
maka pemberian izin tersebut didasarkan pada hasil kesepakatan antar instansi yang
terkait dengan penggunaan dimaksud, dengan dikoordinasikan oleh pihak yang
berwenang.
(4) Direktur Jenderal menetapkan pedoman umu mengenai persyaratan teknis yang
minimal harus diberikan pada setiap penerbitan surat izin penggunaan air dan atau
sumber air.
Bagian Kedua
Permohonan Izin
Pasal 3
Penggunaan air dan atau sumber air dengan izin sebagaimana dimaksud pada Pasal 2
Peraturan ini dapat dilakukan oleh Instansi Pemerintah. Badan Hukum, Badan Sosial atau
perorangan.
Bagian Ketiga
Penggunaan Air dan atau sumber air yang dikenakan Izin
Pasal 4
Izin sebagaimana dimaksud pada pasal 2 diwajibkan dalam hal penggunaan air dan atau
sumber air untuk :
a. Penyediaan air bersih/air minum
b. Usaha perkotaan dan kawasan pemukiman
c. Penyediaan air irigasi untuk pertanian
d. Peternakan
e. Perkebunan
f. Perikanan
g. Industri
h. Pertambangan
i. Ketenagaan
j. Pengapungan
k. Perendaman
l. Lalu lintas air
m. Rekreasi
n. Pembuangan air limbah
o. Pembangunan, perubahan atau pembongkaran segala bangunan yang dilakukan pada
di atas dan di bawah sumber air.
5. Pasal 6
(1) Wewenang Menteri dalam pemberian izin penggunaan air dan atau sumber air
dilaksanakan oleh Direktur Jenderal kecuali ditentukan lain oleh Menteri berdasarkan
peraturan paerundang-undangan yang berlaku.
(2) Direktur Jenderal mengatur lebih lanjut pelaksanaan pemberian izin sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) Pasal ini.
Pasal 7
Wewenang Gubernur dalam pemberian izin penggunaan air dan atau sumber air diatur
lebih lanjut dalam Peraturan Daerah.
BAB IV
TATA CARA DAN PERSYARATAN PERMOHONAN
DAN PEMBERIAN IZIN
Bagian Pertama
Tata cara dan Persyaratan Permohonan Izin
Pasal 8
(1) Permohonan izin penggunaan air dan atau sumber air diajukan secara tertulis kepada
pihak yang berwenang, dengan mengisi formulir permohonan serta melampirkan
persyaratan yang akan ditetapkan lebih lanjut oleh Direktur Jenderal.
(2) Bagian Kedua Permohonan izin penggunaan air dan atau sumber air harus diajukan
selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum tanggal dimulainya penggunaan air dan
atau sumber air.
Tata Cara dan Persyaratan Pemberian Izin
Pasal 9
6. (1) Dalaqm Waktu 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya permohonan izin penggunaan
air dan atau sumber air dengan persyaratan-persyaratan lengkap, pihak yang
berwenang memberikan persetujuan atau menolak permohonan.
(2) Izin penggunaan air dan atau sumber air dapat diberikan oleh yang berwenang apabila
memenuhi ketentuan sebagai berikut :
a. Permohonan tersebut tidak akan berakibat mengganggu dan atau merugikan
kepentingan umum dan kelestarian lingkungan.
b. Permohonan izin telah memenuhi persyaratan baik teknis maupun administrative
yang ditetapkan menurut peraturan ini.
Pasal 10
(1) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada Pasal 9 ayat (2) b Peraturan ini tercantum
dalam rekomendasi teknis yang merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan dengan
surat izin penggunaan air dan atau sumber air.
(2) Rekomendasi teknis bagi surat izin penggunaan air dan atau sumber air yang
dikeluarkan oleh menteri diatur sebagai berikut :
a. Bila izin tersebut menyangkut wilayah sungai yang pengelolaan air dan sumber
airnya tetap menjadi wewenang Menteri, maka rekomendasi teknis diatur lebih
lanjut oleh Direktur Jenderal.
b. Bila izin tersebut menyangkut wilayah sungai yang pengelolaan air dan sumber
airnya dilimpahkan kepada Badan Hukum Tertentu, maka rekomendasi teknis
diberikan oleh Badan Hukum Tertentu.
(3) Rekomendasi Teknis bagi surat izin penggunaan air dan atau sumber air yang
dikeluarkan Gubernur diberikan oleh Kepala Dinas Pekerjaan Umum Tingkat I
Bidang Pengairan/Kepala Sub. Dinas Pengairan Daerah Tingkat I.
Pasal 11
(1) Surat Izin penggunaan air dan atau sumber air diberikan untuk jangka waktu sesuai
dengan pertimbangan keperluannya, dan dapat dimintakan perpanjangannya oleh
pemegang izin.
(2) Permohonan perpanjangan surat izin penggunaan air dan atau sumber air harus
diajukan secara tertulis kepada pihak yang berwenang selambat-lambatnya 3 (tiga)
bulan sebelum jangka waktu surat izin tersebut berakhir.
Pasal 12
7. Segala biaya yang ditimbulakan sebagai akibat proses pemberian izin tersebut diatas
dibebankan kepada pemohon izin yang pengaturannya ditetapkan lebih lanjut oleh pihak
yang berwenang.
BAB V
HAK,KEWAJIBAN DAN LARANGAN
BAGI PEMEGANG IZIN
Bagian Pertama
Hak
Pasal 13
(1) Pemegang Izin berhak menggunakan air dan atau sumber air sesuai dengan izin yang
diberikan.
(2) Penggunaan air dan atau sumber air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disesuaikan
dengan kondisi sumber air dan tersedianya air.
Bagian Kedua
Kewajiban
Pasal 14
(1) Pemegang izin penggunaan air dan atau sumber air untuk keperluan yang bersifat
komersil sebagaimana dimaksud pada pasal 4 berkewajiban membayar iuran.
(2) Pada dasarnya penerimaan iuran oleh pihak yang berwenagng dimaksudkan untuk
membiayakan eksploitasi dan pemeliharaan bangunan pengairan serta menjaga
kelestarian fungsi sumber air yang penyetorannya dilaksanakan sebagai berikut :
a. Iuran yang diperoleh dan izin penggunaan air dan atau sumber air yang menjadi
wewenang Menteri, disetorkan ke Kas Negara, kecuali dalam hal wewenang
pengelolaan suatu wilayah sungai dilimpahkan kepada Badan Hukum Tertentu
maka iuran tersebut disetorkan ke Kas Badan hukum tertentu dimaksud.
b. Iuran yang diperoleh dari izin penggunaan air dan atau sumber air yang menjadi
wewenang Gubernur disetorkan ke Kas Daerah.
Pasal 15
8. (1) Besarnya iuran atas penggunaan air dan atau sumber air untuk keperluan ketenangan
selain pusat listrik tenaga mikrohydro yang menjadi wewenang Pemerintah Daerah,
ditetapkan oleh Menteri.
(2) Besarnya iuran untuk keperluan lain selian yang tercantum pada ayat (1) Pasal ini
untuk masing-masing Propinsi ditetapkan oleh Menteri dengan mempertimbangkan
usulan dan saran Pemerintah Daerah yang bersangkutan.
(3) Penetapan besarnya iuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) Pasal ini
dilakukan secara berkala 5 (lima) tahun, kecuali ada perubahan kebijaksanaan
moneter Pemerintah R.I.
Pasal 16
Pemerintah Daerah dan Badan Hukum tertentu diberikan wewenang untuk menetapkan
sendiri pengaturan lebih lanjut pelaksanaan pemungutan iuran dengan berdasarkan pada
ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam peraturan ini, dan disesuaikan denagn situasi
dan kondisi setempat.
Pasal 17
Pemegang izin penggunaan air dan atau sumber air wajib memberikan sebagian air yang
diperolehnya untuk kepentingan masyarakat/lingkungan sekitarnya apabila diperlukan
dengan izin yang diberikannya.
Bagian Ketiga
Larangan
Pasal 18
(1) Pemegang izn penggunaan air dan atau sumber air dilarang memindahtangankan izin
tersebut kepada pihak lain tanpa persetujuan pemberi izin
(2) Pemegang izin penggunaan air dan atau sumber air dilarang menjual izin kepada
pihak lain kecuali ditentukan dalam surat izin.
BAB VI
PERUBAHAN, PEMBEKUAN SEMENTARA, PENCABUTAN
9. DAN BATALNYA AZIN
Pasal 19
(1) Dalam hal tertentu pihak yang berwenang dapat mengadakan perubahan, pembekuan
sementara, pencabutan dan pembatalan izin penggunaan air dan atau sumber air yang
telah dikeluarkan.
(2) Tata cara perubahan, pembekuan sementara, pencabutan dan pembatalan izin
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini diatur lebih lanjut oleh Direktur
Jenderal.
BAB VII
PENGAWASAN
Pasal 20
(1) Pel;aksanaan pengawasan terhadap peraturan ini dilakukan oleh :
a. Kepala Kantor Wilayah Departemen Pekerjaan Umum sepanjang menyangkut
penggunaan air dan atau sumber air yang menjadi wewenang Menteri.
b. Kepala Dinas Pekerjaan Umum Daerah tingkat I Bidang Pengairan/Kepala Sub
Dinas Pengairan Daerah Tingkat I sepanjang menyangkut izin penggunaan air dan
atau sumber air yang menjadi wewenang Gubernur.
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini meliputi :
a. Pengawasan terhadap pemenuhan persyaratan-persyaratan yang tercantum dalam
surat izin penggunaan air dan atau sumber air.
b. Penerbitan penggunaan air dan atau sumber air yang belum memperoleh izin.
(3) Pelaporan hasil pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini diatur
sebagai berikut :
a. Kepala Kantor Wilayah Departemen Pekerjaan Umum melaporkan hasil
pengawasannya kepada Menteri dan kepada Direktur Jenderal dengan
tembusannya kepada Gubernur dan Kepala Dinas Pekerjaan Umum Daerah
Tingkat I Bidang Pengairan/Sub Dinas Pengairan Daerah Tingkat I.
b. Kepala dinas Pekerjaan Umum Tingkat I Bidang Pengairan/Sub Dinas Pengairan
Daerah Tingkat I melaporkan hasil pengawasannya ke[ada Menteri melalui
Gubernur dengan tembusan kepada Kantor Wilayah Departemen Pekerjaan
Umum.
(4) Apabila laporan hasil pengawasan terhadap hal-hal menyimpang dari persyaratan
yang tercantum dalam surat izin penggunaan air dan atau sumber air, maka pihak
yang berwenang dapat mengambil tindakan yang diperlukan sesuai dengan
kewenangan masing-masing.
10. BAB VIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 21
(1) Semua pihak yang tanpa izin telah melaksanakan penggunaan air dan atau sumber air
untuk keperluan sebagaimana dimaksud pada pasal 5 peraturan ini, selambat-
lambatnya 9 (sembilan) bulan sejak peraturan ini berlaku, harus mengajukan
permohonan izin kepada pihak yang berwenang.
(2) Para pemegang izin penggunaan air dan atau sumber air dalam waktu selambat-
lambatnya 9 (sembilan) bulan sejak peraturan ini berlaku harus mendaftarkan kembali
izinnya untuk memperbarui dan disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan yang
tercantum dalam peraturan ini.
(3) Peraturan Menteri dan Peraturan Daerah yang mengatur hal-hal yang berhubungan
dengan tata cara dan persyaratan pemberian izin penggunaan air dan atau sumber air,
tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan ini.
BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 22
(1) Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
(2) Hal-hal yang belum diatur dalam peraturan ini akan ditetapkan lebih lanjut oleh pihak
yang berwenang.
(3) Peraturan Menteri ini disebarluaskan kepada yang bersangkutan untuk diketahui dan
dilaksanakan.
DITETAPKAN DI : JAKARTA
PADA TANGGAL : 5 DESEMBER 1990
MENTERI PEKERJAAN UMUM
RADINAL MOCHTAR