Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) ProvinsiPenataan Ruang
Pedoman ini mengatur tentang penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRW Provinsi) sebagai acuan bagi pemerintah daerah provinsi dan pemangku kepentingan lainnya. Pedoman ini memuat ketentuan teknis muatan RTRW Provinsi yang mencakup tujuan, kebijakan, strategi, rencana struktur ruang, rencana pola ruang, penetapan kawasan strategis, arahan pemanfaatan ruang, dan arahan pengendalian pemanfaatan
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/KotaPenataan Ruang
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No : 20/PRT/M/2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota - Batang Tubuh RDTR
Tata Cara Rekomendasi BIG pada Lampiran Peta RDTRKhalid Adam
Peta Rencana Tata Ruang merupakan alat bantu perencanaan yang berisi informasi geospasial dasar dan tematik yang digunakan sebagai acuan dalam penyusunan rencana tata ruang. Proses konsultasi peta rencana tata ruang dilakukan oleh Badan Informasi Geospasial untuk memastikan kesesuaian data, kelengkapan, dan kaidah perpetaan."
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) ProvinsiPenataan Ruang
Pedoman ini mengatur tentang penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRW Provinsi) sebagai acuan bagi pemerintah daerah provinsi dan pemangku kepentingan lainnya. Pedoman ini memuat ketentuan teknis muatan RTRW Provinsi yang mencakup tujuan, kebijakan, strategi, rencana struktur ruang, rencana pola ruang, penetapan kawasan strategis, arahan pemanfaatan ruang, dan arahan pengendalian pemanfaatan
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/KotaPenataan Ruang
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No : 20/PRT/M/2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota - Batang Tubuh RDTR
Tata Cara Rekomendasi BIG pada Lampiran Peta RDTRKhalid Adam
Peta Rencana Tata Ruang merupakan alat bantu perencanaan yang berisi informasi geospasial dasar dan tematik yang digunakan sebagai acuan dalam penyusunan rencana tata ruang. Proses konsultasi peta rencana tata ruang dilakukan oleh Badan Informasi Geospasial untuk memastikan kesesuaian data, kelengkapan, dan kaidah perpetaan."
Arahan Implementasi Kebijakan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Provinsi Banten ...Andes Asmuni
Dokumen tersebut membahas arahan implementasi kebijakan pengendalian pemanfaatan ruang di Provinsi Banten untuk mewujudkan tertib tata ruang. Dibahas pula tantangan pengendalian pemanfaatan ruang, instrumen pengendalian seperti peraturan zonasi dan perizinan, serta pelaksanaan pengawasan oleh Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional.
Pedoman penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaanPenataan Ruang
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum ini mengatur tentang pedoman penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau (RTH) di kawasan perkotaan. RTH didefinisikan sebagai area terbuka yang fungsinya lebih bersifat terbuka dan tempat tumbuhnya tanaman baik alami maupun yang ditanam. Pedoman ini bertujuan untuk menjaga ketersediaan lahan resapan air, menciptakan keseimbangan lingkungan alam dan binaan,
Penyusunan Rencana Tata Ruang dan Dokumen Perencanaan Pembangunan DaerahDadang Solihin
Rangkuman dokumen tersebut adalah: (1) Dokumen tersebut membahas tentang penyusunan rencana tata ruang wilayah dan kebijakannya, (2) Materi yang dibahas antara lain kedudukan rencana tata ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota serta prosedur persetujuan rencana tata ruang, (3) Dokumen ini juga membahas tentang perspektif anggaran berbasis kinerja dan rencana pembang
Permen Perumahan Rakyat No 32 Tahun 2006 Petunjuk Teknis Kasiba dan Lisiba ya...Penataan Ruang
Peraturan ini mengatur tentang petunjuk teknis kawasan siap bangun dan lingkungan siap bangun yang berdiri sendiri. Dokumen ini menjelaskan definisi istilah-istilah terkait, ketentuan umum, persyaratan teknis, dan tata kelola kawasan tersebut.
Dokumen tersebut membahas tentang kebutuhan perumahan di kota. Secara singkat, dokumen menjelaskan bahwa kebutuhan perumahan kota dipengaruhi oleh jumlah dan kepadatan penduduk, jumlah rumah layak huni, luas kota, dan sosial ekonomi penduduk. Dokumen juga menjelaskan cara menghitung kebutuhan luas kota dan rumah baru untuk masa datang berdasarkan pertumbuhan penduduk.
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) KotaPenataan Ruang
Peraturan Menteri (Permen) Pekerjaan Umum No. 17/PRT/M/2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota. Berisikan ketentuan teknis muatan rencana tata ruang wilayah, proses dan prosedur penyusunan rencana tata ruang wilayah.
Dokumen tersebut membahas konsep-konsep manajemen lahan seperti konsolidasi lahan, land sharing, land acquisition, land pooling, land banking, dan transfer of development rights. Juga membahas tahapan pengadaan tanah untuk kepentingan umum dan studi kasus pengadaan tanah untuk pembangunan jalan tol di Kabupaten Semarang.
Permasalahan tata ruang dalam pembangunan (1)FithrohPutri
Dokumen tersebut membahas permasalahan tata ruang dalam pembangunan yang meliputi meningkatnya kebutuhan tanah, alih fungsi lahan, konflik antar-sektor dan wilayah, penggunaan ruang tidak sesuai peruntukan, serta belum berfungsinya penataan ruang secara optimal."
Kedudukan rtrw kabupaten kota dalam pembangunanEvant Manö
Dokumen tersebut membahas tentang pentingnya penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan memperhatikan aspek-aspek strategis seperti mitigasi bencana, keterkaitan dengan RTRW tingkat provinsi, penetapan kawasan hutan minimal 30% di setiap Daerah Aliran Sungai, serta pengendalian pemanfaatan ruang.
Konsep development from below mengusulkan pengembangan wilayah dari tingkat terendah dengan melibatkan masyarakat setempat untuk mengambil kendali lembaga mereka sendiri dan menciptakan gaya hidup yang diinginkan. Ada tiga pendekatan utama yaitu pengembangan teritorial, fungsional, dan agropolitan yang semuanya menekankan otonomi wilayah dan partisipasi masyarakat.
PEMBANGUNAN PERUMAHAN MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH TERJANGKAU MELALUI KEM...Latifah Tio
Dokumen tersebut membahas mengenai perencanaan pembangunan perumahan terjangkau bagi masyarakat berpenghasilan rendah di Kecamatan Mijen, Kota Semarang melalui kemitraan pemerintah, dunia usaha dan LSM. Strategi yang diusulkan adalah perencanaan inovatif dan partisipatif yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan dalam hal kemitraan untuk menyediakan perumahan yang layak dan terjangkau bagi MBR.
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) KabupatenPenataan Ruang
Pedoman ini mengatur tentang penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten dengan tujuan mewujudkan RTRW kabupaten yang sesuai dengan UU Penataan Ruang. Pedoman ini mencakup ketentuan teknis muatan RTRW kabupaten dan proses penyusunannya, serta menjadi acuan bagi pemerintah daerah dan pemangku kepentingan lainnya dalam penyusunan RTRW kabupaten.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten BoyolaliPenataan Ruang
Peraturan Daerah ini mengatur tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Boyolali tahun 2011-2031. Dokumen ini menjelaskan latar belakang, dasar hukum, dan ketentuan umum dari rencana tata ruang ini untuk mengarahkan pembangunan di Kabupaten Boyolali secara berkelanjutan dengan memanfaatkan ruang wilayah secara optimal.
Permen Perumahan Rakyat No 33 Tahun 2006 Pedoman Tata Cara Penunjukan Badan P...Penataan Ruang
Permen Perumahan Rakyat No 33 Tahun 2006 Pedoman Tata Cara Penunjukan Badan Pengelola Kawasan Siap Bangun (Kasiba) dan Lingkungan Siap Bangun (Lisiba) yang Berdiri Sendiri
Arahan Implementasi Kebijakan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Provinsi Banten ...Andes Asmuni
Dokumen tersebut membahas arahan implementasi kebijakan pengendalian pemanfaatan ruang di Provinsi Banten untuk mewujudkan tertib tata ruang. Dibahas pula tantangan pengendalian pemanfaatan ruang, instrumen pengendalian seperti peraturan zonasi dan perizinan, serta pelaksanaan pengawasan oleh Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional.
Pedoman penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaanPenataan Ruang
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum ini mengatur tentang pedoman penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau (RTH) di kawasan perkotaan. RTH didefinisikan sebagai area terbuka yang fungsinya lebih bersifat terbuka dan tempat tumbuhnya tanaman baik alami maupun yang ditanam. Pedoman ini bertujuan untuk menjaga ketersediaan lahan resapan air, menciptakan keseimbangan lingkungan alam dan binaan,
Penyusunan Rencana Tata Ruang dan Dokumen Perencanaan Pembangunan DaerahDadang Solihin
Rangkuman dokumen tersebut adalah: (1) Dokumen tersebut membahas tentang penyusunan rencana tata ruang wilayah dan kebijakannya, (2) Materi yang dibahas antara lain kedudukan rencana tata ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota serta prosedur persetujuan rencana tata ruang, (3) Dokumen ini juga membahas tentang perspektif anggaran berbasis kinerja dan rencana pembang
Permen Perumahan Rakyat No 32 Tahun 2006 Petunjuk Teknis Kasiba dan Lisiba ya...Penataan Ruang
Peraturan ini mengatur tentang petunjuk teknis kawasan siap bangun dan lingkungan siap bangun yang berdiri sendiri. Dokumen ini menjelaskan definisi istilah-istilah terkait, ketentuan umum, persyaratan teknis, dan tata kelola kawasan tersebut.
Dokumen tersebut membahas tentang kebutuhan perumahan di kota. Secara singkat, dokumen menjelaskan bahwa kebutuhan perumahan kota dipengaruhi oleh jumlah dan kepadatan penduduk, jumlah rumah layak huni, luas kota, dan sosial ekonomi penduduk. Dokumen juga menjelaskan cara menghitung kebutuhan luas kota dan rumah baru untuk masa datang berdasarkan pertumbuhan penduduk.
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) KotaPenataan Ruang
Peraturan Menteri (Permen) Pekerjaan Umum No. 17/PRT/M/2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota. Berisikan ketentuan teknis muatan rencana tata ruang wilayah, proses dan prosedur penyusunan rencana tata ruang wilayah.
Dokumen tersebut membahas konsep-konsep manajemen lahan seperti konsolidasi lahan, land sharing, land acquisition, land pooling, land banking, dan transfer of development rights. Juga membahas tahapan pengadaan tanah untuk kepentingan umum dan studi kasus pengadaan tanah untuk pembangunan jalan tol di Kabupaten Semarang.
Permasalahan tata ruang dalam pembangunan (1)FithrohPutri
Dokumen tersebut membahas permasalahan tata ruang dalam pembangunan yang meliputi meningkatnya kebutuhan tanah, alih fungsi lahan, konflik antar-sektor dan wilayah, penggunaan ruang tidak sesuai peruntukan, serta belum berfungsinya penataan ruang secara optimal."
Kedudukan rtrw kabupaten kota dalam pembangunanEvant Manö
Dokumen tersebut membahas tentang pentingnya penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan memperhatikan aspek-aspek strategis seperti mitigasi bencana, keterkaitan dengan RTRW tingkat provinsi, penetapan kawasan hutan minimal 30% di setiap Daerah Aliran Sungai, serta pengendalian pemanfaatan ruang.
Konsep development from below mengusulkan pengembangan wilayah dari tingkat terendah dengan melibatkan masyarakat setempat untuk mengambil kendali lembaga mereka sendiri dan menciptakan gaya hidup yang diinginkan. Ada tiga pendekatan utama yaitu pengembangan teritorial, fungsional, dan agropolitan yang semuanya menekankan otonomi wilayah dan partisipasi masyarakat.
PEMBANGUNAN PERUMAHAN MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH TERJANGKAU MELALUI KEM...Latifah Tio
Dokumen tersebut membahas mengenai perencanaan pembangunan perumahan terjangkau bagi masyarakat berpenghasilan rendah di Kecamatan Mijen, Kota Semarang melalui kemitraan pemerintah, dunia usaha dan LSM. Strategi yang diusulkan adalah perencanaan inovatif dan partisipatif yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan dalam hal kemitraan untuk menyediakan perumahan yang layak dan terjangkau bagi MBR.
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) KabupatenPenataan Ruang
Pedoman ini mengatur tentang penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten dengan tujuan mewujudkan RTRW kabupaten yang sesuai dengan UU Penataan Ruang. Pedoman ini mencakup ketentuan teknis muatan RTRW kabupaten dan proses penyusunannya, serta menjadi acuan bagi pemerintah daerah dan pemangku kepentingan lainnya dalam penyusunan RTRW kabupaten.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten BoyolaliPenataan Ruang
Peraturan Daerah ini mengatur tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Boyolali tahun 2011-2031. Dokumen ini menjelaskan latar belakang, dasar hukum, dan ketentuan umum dari rencana tata ruang ini untuk mengarahkan pembangunan di Kabupaten Boyolali secara berkelanjutan dengan memanfaatkan ruang wilayah secara optimal.
Permen Perumahan Rakyat No 33 Tahun 2006 Pedoman Tata Cara Penunjukan Badan P...Penataan Ruang
Permen Perumahan Rakyat No 33 Tahun 2006 Pedoman Tata Cara Penunjukan Badan Pengelola Kawasan Siap Bangun (Kasiba) dan Lingkungan Siap Bangun (Lisiba) yang Berdiri Sendiri
Peraturan Daerah ini mengatur tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta 2030, yang meliputi pengelolaan ruang wilayah secara bijak dan berkelanjutan serta pengaturan penggunaan ruang untuk mencapai kualitas ruang yang baik hingga tahun 2030.
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi SelatanPenataan Ruang
Peraturan Daerah ini mengatur tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Selatan untuk periode 2009-2029. Rencana ini dibuat untuk menyesuaikan dengan perubahan peraturan dan kondisi administratif di Sulawesi Selatan.
Ld perda no. 8-rencana umum tata ruang kota sumurMrj Iwan
Peraturan Daerah ini mengatur tentang Rencana Umum Tata Ruang Kota Sumur di Kabupaten Pandeglang. Rencana ini bertujuan untuk memberikan arah pengembangan kawasan budidaya dan non budidaya di Kota Sumur serta menjadi dasar bagi pemerintah Kabupaten Pandeglang dalam menetapkan lokasi dan rekomendasi pemanfaatan lahan.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Timor Tengah UtaraPenataan Ruang
Peraturan Daerah ini mengatur tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Timor Tengah Utara tahun 2008-2028 dengan mempertimbangkan berbagai undang-undang dan peraturan terkait penataan ruang guna mengarahkan pemanfaatan ruang di wilayah kabupaten secara berkelanjutan.
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)Penataan Ruang
[Ringkasan]
Peraturan Daerah ini mengatur tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2009-2029. Rencana ini menetapkan struktur dan pola ruang, kebijakan dan strategi pengembangan, serta pengelolaan ruang wilayah Provinsi DIY untuk mencapai pemanfaatan ruang yang bijaksana dan berkelanjutan dengan memperhatikan keterbatasan sumber daya alam.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lombok UtaraPenataan Ruang
Peraturan Daerah ini mengatur tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lombok Utara untuk periode 2011-2031. Tujuannya adalah mengarahkan pembangunan di Kabupaten Lombok Utara dengan memanfaatkan ruang secara berkelanjutan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Peraturan ini mengacu pada berbagai undang-undang dan peraturan pemerintah terkait penataan ruang.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten BandungPenataan Ruang
Peraturan Daerah ini mengatur tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung untuk periode 2007-2027. Dokumen ini menjelaskan latar belakang perlunya menyusun rencana tata ruang wilayah baru untuk mengarahkan pembangunan di Kabupaten Bandung dengan memanfaatkan ruang secara berkelanjutan serta menyesuaikan perubahan wilayah akibat pembentukan Kabupaten Bandung Barat.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten PasuruanPenataan Ruang
Peraturan Daerah ini mengatur tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pasuruan untuk periode 2009-2029, yang bertujuan mengarahkan pembangunan wilayah secara berkelanjutan dengan memanfaatkan ruang secara optimal dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Peraturan Daerah ini menetapkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batu untuk periode 2010-2030 dengan mempertimbangkan peraturan-peraturan nasional terkait penataan ruang dan pembangunan wilayah serta mengatur arahan pemanfaatan ruang wilayah Kota Batu secara berdaya guna dan berkelanjutan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten BogorPenataan Ruang
Peraturan Daerah ini mengatur tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bogor Tahun 2005-2025. Rencana ini merupakan penyesuaian dari rencana sebelumnya agar sesuai dengan perkembangan dan peraturan terbaru tentang penataan ruang. Tujuannya adalah mengarahkan pembangunan di Kabupaten Bogor dengan memanfaatkan ruang wilayah secara berdaya guna dan berkelanjutan untuk meningkatkan kesejahteraan masy
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB)Penataan Ruang
Dokumen tersebut merupakan peraturan daerah provinsi Nusa Tenggara Barat tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat tahun 2009-2029 yang bertujuan untuk mengatur pemanfaatan ruang di provinsi secara optimal, selaras, dan berkelanjutan guna mendukung pembangunan.
Peraturan Daerah ini mengatur tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah tahun 2009-2029. Rencana ini disusun berdasarkan Undang-Undang Penataan Ruang dan peraturan terkait lainnya untuk mengatur penggunaan ruang di Jawa Tengah selama 20 tahun ke depan.
Similar to Permen Perumahan Rakyat No 31 Tahun 2006 Petunjuk Pelaksanaan Kasiba dan Lisiba yang Berdiri Sendiri (20)
Pelimpahan Kewenangan Pemberian Persetujuan Substansi dalam Penetapan Rancang...Penataan Ruang
Peraturan Menteri ini mengatur tentang pelimpahan kewenangan Menteri Pekerjaan Umum kepada gubernur dalam pemberian persetujuan substansi rancangan perda tentang rencana rinci tata ruang kabupaten/kota. Pelimpahan kewenangan ini dilakukan setelah provinsi memenuhi kriteria seperti telah memiliki perda RTRW provinsi dan kabupaten/kota, memiliki unit organisasi penataan ruang, dan memiliki sumber daya manusia yang komp
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Penataan Ruang
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No : 20/PRT/M/2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota - Lampiran XII - Sistematika Penyajian Album Peta
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Penataan Ruang
Dokumen tersebut merangkum proses penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) kabupaten/kota yang meliputi persiapan, pengumpulan data, pengolahan data dan analisis, perumusan konsepsi, dan penyusunan naskah akademis serta peraturan daerah. Proses tersebut melibatkan berbagai pihak dan dilaksanakan selama kurang lebih 12 bulan.
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Penataan Ruang
Dokumen ini menjelaskan sistematika penyajian laporan akhir Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi (RDTR dan PZ). Untuk RDTR terdiri dari 8 bab yang membahas tujuan penataan, rencana pola ruang, jaringan prasarana, prioritas penanganan, ketentuan pemanfaatan ruang, dan peraturan zonasi. Sedangkan untuk PZ terdiri dari 5 bab yang membahas ketentuan umum, text zonasi, peta zonasi, dan perubahan peratur
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Penataan Ruang
Dokumen tersebut membahas tentang keterkaitan substansi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota dan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) yang mencakup tujuan, struktur ruang, dan jaringan prasarana seperti transportasi, energi, telekomunikasi, air minum, dan sumber daya air."
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Penataan Ruang
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No : 20/PRT/M/2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota - Lampiran VIII - Rincian Perumusan Substansi RDTR dan Peraturan Zonasi
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Penataan Ruang
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No : 20/PRT/M/2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota - Lampiran VII - Rincian Analisis dalam Penyusunan RDTR dan Peraturan Zonasi
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Penataan Ruang
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No : 20/PRT/M/2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota - Lampiran VI - Contoh Perhitungan Untuk Menentukan Tata Bangunan
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Penataan Ruang
Dokumen tersebut menjelaskan cara menghitung intensitas pemanfaatan ruang dengan menentukan Koefisien Dasar Bangunan (KDB) dan tinggi bangunan. KDB dihitung berdasarkan luas bangunan dan luas lahan, sedangkan tinggi bangunan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti jalur penerbangan, kebakaran, ekonomi, pencahayaan, dan gempa. Dokumen ini memberikan contoh perhitungan KDB dan menjelaskan berbagai pert
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Penataan Ruang
Dokumen tersebut berisi contoh teks zonasi untuk zona perumahan dengan subzona kepadatan sangat tinggi. Teks zonasi ini mengatur ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan, intensitas pemanfaatan ruang, tata bangunan, prasarana dan sarana minimum, pelaksanaan, perubahan peraturan zonasi, dan ketentuan khusus untuk wilayah rawan bencana gempa.
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Penataan Ruang
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No : 20/PRT/M/2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota - Lampiran IV-A - Contoh Matriks Penulisan Ketentuan Kegiatan dan Pemanfaatan Ruang Zonasi
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Penataan Ruang
Dokumen ini menampilkan ilustrasi peta rencana jaringan prasarana di BWP yang terdiri dari 6 lampiran yang menunjukkan skema jaringan prasarana dasar wilayah perkotaan.
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Penataan Ruang
Dokumen tersebut membahas kriteria pengklasifikasian zona dan subzona kawasan lindung serta kawasan budi daya. Terdapat empat kriteria utama pengklasifikasian yaitu definisi, tujuan penetapan, kriteria kinerja, dan kriteria perencanaan untuk masing-masing zona.
Permen PU Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruan...Penataan Ruang
Pedoman ini mengatur penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka non hijau (RTNH) di kawasan perkotaan. Dokumen ini menjelaskan definisi, fungsi, manfaat, tipologi, standar luas penyediaan, dan pengaturan material RTNH pada berbagai skala lingkungan perkotaan. Pedoman ini bertujuan menjamin ketersediaan dan keberlanjutan RTNH bagi kepentingan masyarakat perkotaan.
Permen PU Nomor 4 Tahun 2009 tentang Sistem Manajemen Mutu (SMM) Departemen P...Penataan Ruang
Peraturan ini mengatur tentang Sistem Manajemen Mutu (SMM) di Departemen Pekerjaan Umum. SMM bertujuan untuk menjamin kualitas pelaksanaan proyek infrastruktur dengan prinsip efisiensi dan efektivitas serta peningkatan kualitas berkelanjutan. Peraturan ini menjelaskan tentang ruang lingkup, pengelolaan, tugas dan tanggung jawab terkait penerapan SMM di seluruh unit kerja Departemen Pekerjaan Um
Permen PU Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pedoman Rekayasa Sosial Pembangunan Bend...Penataan Ruang
(1) Peraturan Menteri ini menetapkan pedoman rekayasa sosial pembangunan bendungan untuk mengakomodasi kebutuhan masyarakat dan mengurangi permasalahan sosial selama proses pembangunan bendungan.
(2) Pedoman ini memberikan panduan bagi pelaksana untuk memahami dan menangani masalah sosial yang muncul selama prakonstruksi, konstruksi, dan pasca konstruksi bendungan.
(3) Peraturan ini mulai berlaku se
Permen PU Nomor 5 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Pembangunan Pos Duga A...Penataan Ruang
Pedoman ini mengatur tata cara pembangunan pos duga air tipe konsol di sungai atau saluran terbuka dengan menetapkan ketentuan lokasi, persyaratan teknis, dan tahapan pembangunan. Tujuannya adalah untuk mendapatkan data muka air yang berkualitas guna perencanaan sumber daya air.
Permen PU Nomor 7 Tahun 2010 tentang Pemberlakuan Standar Kompetensi Kerja Na...Penataan Ruang
Peraturan Menteri ini menetapkan 29 Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) untuk tenaga terampil dan ahli di sektor konstruksi yang akan digunakan sebagai acuan pelatihan dan sertifikasi kompetensi. SKKNI ini meliputi berbagai jabatan seperti inspektur bendungan, teknisi geoteknik, mandor, ahli geodesi, mekanik HVAC, dan lainnya. Peraturan ini bertujuan mewujudkan pelatihan berbasis komp
Permen PU Nomor 7 Tahun 2010 tentang Pemberlakuan Standar Kompetensi Kerja Na...
Permen Perumahan Rakyat No 31 Tahun 2006 Petunjuk Pelaksanaan Kasiba dan Lisiba yang Berdiri Sendiri
1. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan
Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik
Indonesia tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 2043);
2. Undang-undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah
Susun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT 1985 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor
REPUBLIK INDONESIA 3318);
NOMOR : 31/PERMEN/M/2006 3. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang
Perumahan dan Permukiman (Lembaran Negara
TENTANG Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 23, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3469 );
PETUNJUK PELAKSANAAN KAWASAN SIAP BANGUN DAN 4. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan
LINGKUNGAN SIAP BANGUN YANG BERDIRI SENDIRI Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1992 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Nomor
MENTERI NEGARA PERUMAH RAKYAT, 3501);
5. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang
Menimbang : a. bahwa untuk pemenuhan kebutuhan perumahan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara
permukiman jangka pendek, menengah dan panjang, Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan
perlu diusahakan pembangunan kawasan permukiman Lembaran Negara Nomor 3699);
skala besar melalui pola pengembangan Kawasan Siap 6. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang
Bangun dan kaveling tanah matang yang sesuai dengan Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik
rencana tata ruang wilayah Kabupaten/Kota/ DKI Jakarta Indonesia Tahun 2002 Nomor 134, Tambahan Lembaran
yang terencana secara menyeluruh dan terpadu; Negara Nomor 4247);
b. bahwa pembangunan kawasan permukiman skala besar 7. Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber
secara menyeluruh dan terpadu tersebut meliputi Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
penyelenggaraan Kawasan Siap Bangun dan Lingkungan 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Nomor
Siap Bangun yang Berdiri Sendiri; 4377);
c. bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan dalam 8. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 80 Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Tahun 1999 Tentang Kasiba dan Lisiba yang Berdiri Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran
Sendiri perlu menetapkan Peraturan Menteri Negara Negara Nomor 4437);
Perumahan Rakyat tentang Petunjuk Pelaksanaan
Kawasan Siap Bangun dan Lingkungan Siap Bangun 9. Undang-undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan
yang Berdiri Sendiri; (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4444);
1 2
2. 10. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak 19. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 65 Tahun
Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai atas 2006 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor
Tanah; 36 Tahun 2005;
11. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 tentang 20. Peraturan Menteri Agraria Nomor 9 Tahun 1965 tentang
Pelaksanaan Hak dan Kewajiban serta Bentuk dan Pelaksanaan Konversi Hak Penguasaan Atas Tanah
Tatacara Peran Serta Masyarakat Dalam Penataan Negara;
Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
21. Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala BPN Nomor 3
1996 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor
Tahun 1997 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah
3660);
Nomor 24 Tahun 1997;
12. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang
22. Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala BPN Nomor 2
Pendaftaran Tanah (Lembaran Negara Republik
Tahun 1999 tentang Ijin Lokasi;
Indonesia Tahun 1997 Nomor 59, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3696); 23. Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala BPN Nomor 3
Tahun 1999 tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian
13. Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 1999 tentang
dan Pembatalan Hak atas Tanah Negara;
Kasiba dan Lisiba yang Berdiri Sendiri (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 171, Tambahan 24. Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala BPN Nomor 2
Lembaran Negara Nomor 3892); Tahun 1999 tentang Ijin Lokasi;
14. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang 25. Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan
Penatagunaan Tanah (Lembaran Negara Republik Pertanahan Nasional No. 9 Tahun 1999 tentang Tatacara
Indonesia Tahun 2004 Nomor 45, Tambahan Lembaran Pemberian dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara dan
Negara Nomor 4385); Hak Pengelolaan;
15. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 26. Keputusan Menteri Perumahan Rakyat Nomor 4 Tahun
Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik 1995 tentang Pedoman Pembangunan Perumahan dan
Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Permukiman dengan Lingkungan Hunian Berimbang;
Tahun 2006 Nomor 20);
16. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 27. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah
Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Nomor 327/KPTS/M/2002 Tahun 2002 tentang
Air Minum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun Penetapan Enam Pedoman Bidang Penataan Ruang;
2005 Nomor 33); 28. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 1987
17. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 187/M tentang Penyerahan Prasarana Lingkungan, Utilitas
Tahun 2004 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Umum dan Fasilitas Sosial Perumahan kepada
Bersatu; Pemerintah Daerah;
18. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 29. Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Republik Indonesia
2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Nomor 14/PERMEN/M/2006 Tahun 2006 tentang
Pembangunan untuk Kepentingan Umum; Penyelenggaraan Perumahan Kawasan Khusus;
3 4
3. 30. Peraturan Kepala BPN Nomor 4 Tahun 1991 tentang 3. Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan
Konsolidasi Tanah; tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan
sarana lingkungan.
31. Instruksi Menteri Negara Agraria/Kepala BPN Nomor 5
Tahun 1998 tentang Pemberian Ijin Lokasi Dalam Rangka 4. Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian
Penguasaan Tanah Skala Besar. dan sarana pembinaan keluarga.
5. Prasarana lingkungan adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang
Memperhatikan :
memungkinkan lingkungan permukiman dapat berfungsi sebagaimana
1. Surat Edaran Kepala Badan Pertanahan Nasional No. mestinya, seperti jalan, drainase, limbah, dan persampahan.
410-4245 Tanggal 7 Desember 1991 tentang Petunjuk
6. Jaringan primer prasarana lingkungan dalam Kasiba adalah jaringan utama
Pelaksanaan Konsolidasi Tanah;
yang menghubungkan antar kawasan permukiman atau antara kawasan
2. Surat Edaran Menteri Negara Agraria/Kepala BPN No permukiman dan kawasan lain yang digunakan untuk kepentingan umum.
410-1078 Tanggal 18 April 1996 tentang Petunjuk Teknis
7. Jaringan sekunder prasarana lingkungan adalah jaringan cabang dari jaringan
Konsolidasi Tanah.
primer prasarana lingkungan yang melayani kebutuhan di dalam satu satuan
lingkungan permukiman.
MEMUTUSKAN :
8. Sarana lingkungan adalah fasilitas penunjang yang berfungsi untuk
Menetapkan : PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya,
RAKYAT TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN seperti fasilitas pemerintahan, pendidikan, pelayanan kesehatan,
KAWASAN SIAP BANGUN DAN LINGKUNGAN SIAP perbelanjaan, tempat ibadah, rekreasi dan kebudayaan, olah raga dan
BANGUN YANG BERDIRI SENDIRI lapangan terbuka, serta ruang terbuka hijau.
9. Utilitas adalah sarana penunjang untuk pelayanan perumahan yang meliputi
sarana air minum, listrik, telepon dan gas.
BAB I
KETENTUAN UMUM 10. Utilitas umum adalah sarana penunjang untuk pelayanan lingkungan.
11. Tata ruang adalah wujud struktural dan pemanfaatan ruang baik
Bagian Pertama direncanakan maupun tidak.
Pengertian
12. Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.
Pasal 1 13. Rencana Rinci Tata Ruang Kawasan adalah rencana rinci tata ruang kawasan
di wilayah Kabupaten/Kota atau rencana tata ruang DKI Jakarta, yang
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan : meliputi:
1. Kawasan Permukiman adalah kawasan budidaya yang ditetapkan dalam a. rencana terperinci (detail) tata ruang kawasan yang menggambarkan,
rencana tata ruang dengan fungsi utama untuk permukiman. antara lain zonasi atau blok alokasi pemanfaatan ruang (block plan); dan
2. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, b. rencana teknik ruang pada setiap blok kawasan yang menggambarkan,
baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi antara lain rencana tapak atau tata letak (site plan) dan tata bangunan
sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat (building lay out) beserta prasarana dan sarana lingkungan serta utilitas
kegiatan yang mendukung peri kehidupan dan penghidupan. umum.
5 6
4. 14. Rencana tata bangunan dan lingkungan adalah rencana teknik ruang kawasan 20. Konsolidasi tanah adalah kebijaksanaan pertanahan mengenai penataan
yang digunakan untuk pengendalian pemanfaatan ruang suatu kembali penguasaan dan penggunaan tanah serta usaha pengadaan tanah
lingkungan/kawasan, menindaklanjuti rencana detil tata ruang dan sebagai untuk kepentingan pembangunan, untuk meningkatkan kualitas lingkungan
panduan dalam rangka perwujudan kualitas bangunan dan lingkungan yang dan pemeliharaan sumber daya alam dengan melibatkan partisipasi aktif
berkelanjutan dari aspek fungsional, sosial, ekonomi dan lingkungan masyarakat.
bangunan termasuk ekologi dan kualitas visual.
21. Lingkungan Hunian yang Berimbang adalah wujud kawasan dan lingkungan
15. Kawasan Siap Bangun, selanjutnya disebut Kasiba, adalah sebidang tanah perumahan dan permukiman (dalam Kasiba) yang pembangunan perumahan
yang fisiknya telah dipersiapkan untuk pembangunan perumahan dan dan permukimannya meliputi rumah sederhana, rumah menengah, dan rumah
permukiman skala besar yang terbagi dalam satu lingkungan siap bangun atau mewah dengan perbandingan tertentu sehingga dapat menampung secara
lebih, yang pelaksanaannya dilakukan secara bertahap dengan lebih dahulu serasi berbagai kelompok masyarakat. Perbandingan tertentu dimaksud
dilengkapi dengan jaringan primer dan sekunder prasarana lingkungan sesuai adalah perbandingan jumlah rumah sederhana, berbanding jumlah rumah
dengan rencana tata ruang kawasan yang ditetapkan oleh Pemerintah menengah, dan jumlah rumah mewah, sebesar 6 (enam) atau lebih,
Kabupaten/Kota atau Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta dan berbanding 3 (tiga) atau lebih, berbanding 1 (satu).
memenuhi persyaratan pembakuan pelayanan prasarana dan sarana
22. Badan Usaha adalah badan hukum yang kegiatan usahanya di bidang
lingkungan, khusus untuk Daerah Khusus Ibukota Jakarta Rencana Tata
pembangunan perumahan dan permukiman yang didirikan berdasarkan
Ruang Kawasannya ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Khusus Ibukota
hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia.
Jakarta.
23. Badan Pengelola Kasiba, yang selanjutnya disebut Badan Pengelola, adalah
16. Lingkungan Siap Bangun, selanjutnya disebut Lisiba, adalah sebidang tanah
Badan Usaha Milik Negara dan atau Badan lain yang dibentuk oleh
yang merupakan bagian dari Kasiba yang telah dipersiapkan dan dilengkapi
Pemerintah yang ditugasi sebagai Pengelola Kasiba termasuk Badan Usaha
dengan prasarana lingkungan dan selain itu juga sesuai dengan persyaratan
Milik Daerah. Badan lain yang dibentuk oleh Pemerintah dimaksud adalah
pembakuan tata lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan
Badan Usaha swasta yang bergerak di bidang perumahan dan permukiman
pelayanan lingkungan untuk membangun kaveling tanah matang.
yang menjalankan misi dan bekerjasama dengan Pemerintah.
17. Lingkungan Siap Bangun yang Berdiri Sendiri, selanjutnya disebut Lisiba yang
24. Penyelenggara adalah kelompok masyarakat pemilik tanah atau badan usaha
Berdiri Sendiri atau Lisiba BS, adalah Lisiba yang bukan merupakan bagian
yang ditunjuk oleh Badan Pengelola Kasiba untuk membangun Lisiba bagian
dari Kasiba, yang dikelilingi oleh lingkungan perumahan yang sudah terbangun
dari Kasiba dan yang ditunjuk oleh Pemerintah Daerah untuk membangun
atau dikelilingi oleh kawasan dengan fungsi-fungsi lain.
Lisiba yang Berdiri Sendiri.
18. Kaveling Tanah Matang adalah sebidang tanah yang telah dipersiapkan
25. Masyarakat adalah orang seorang, sekelompok orang, termasuk masyarakat
sesuai dengan persyaratan pembakuan dalam penggunaan, penguasaan,
hukum adat, atau badan hukum.
pemilikan tanah dan rencana tata ruang kawasan tempat tinggal atau
lingkungan hunian untuk membangun bangunan. 26. Pemerintah pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik
Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik
19. Penyediaan tanah untuk perumahan dan permukiman adalah setiap kegiatan
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara
pemenuhan kebutuhan tanah untuk perumahan dan permukiman melalui
Republiki Indonesia Tahun 1945.
penyelenggaraan pengelolaan Kasiba dan Lisiba yang Berdiri Sendiri, yang
terdiri dari perolehan tanah, mengurus hak atas tanah, mengkavling tanah dan 27. Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh
mengalokasikan bagian-bagian dari tanah tersebut untuk pembangunan pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan
perumahan, prasarana lingkungan dan fasilitas umum. dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara
Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
7 8
5. 28. Pemerintah daerah dalam peraturan ini adalah Bupati atau Walikota atau (3) Pengelolaan Lisiba bagian dari Kasiba atau Lisiba yang Berdiri Sendiri
Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta, dan perangkat daerah sebagai bertujuan agar tersedia kavling tanah matang beserta rumah yang layak dalam
unsur penyelenggara pemerintahan daerah. lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur dengan pola hunian
berimbang, terencana dan terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat.
29. Kepala daerah dalam peraturan ini adalah Bupati atau Walikota, sedangkan
untuk Daerah Khusus Ibukota Jakarta adalah Gubernur Daerah Khusus (4) Maksud dan tujuan disusunnya petunjuk pelaksanaan ini adalah untuk
Ibukota Jakarta. memudahkan para pihak terkait dalam penyelenggaraan dan pengelolaan
Kasiba dan Lisiba yang Berdiri Sendiri guna mencapai maksud dan tujuan
30. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah
pembangunan perumahan dan permukiman dengan Kasiba dan Lisiba yang
lembaga perwakilan rakyat daerah sebagai unsur penyelenggara
Berdiri Sendiri.
pemerintahan daerah.
(5) Lingkup pengaturan pada Petunjuk Pelaksanaan Kasiba dan Lisiba yang
31. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk
Berdiri Sendiri mencakup tatacara, prosedur dan pentahapan dalam
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan
pengelolaan Kasiba dan penyelenggaraan Lisiba yang Berdiri Sendiri;
masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
penetapan lokasi dan penyediaan tanah serta pemberian hak atas tanah dan
32. Daerah otonom selanjutnya disebut daerah, adalah kesatuan masyarakat pendaftarannya; perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian Kasiba dan
hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan Lisiba; perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian Lisiba yang Berdiri
mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat Sendiri; pembinaan; penyerahan prasarana dan tanah untuk pembangunan
merurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem sarana lingkungan; dan peran serta masyarakat.
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
33. Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab di bidang perumahan dan
permukiman BAB II
PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN KASIBA
DAN LISIBA YANG BERDIRI SENDIRI
Bagian Kedua
Maksud, Tujuan dan Lingkup Bagian Pertama
Pengelolaan Kasiba
Pasal 2
Pasal 3
(1) Pembangunan perumahan dan permukiman yang dilaksanakan dengan pola
Kasiba dan Lisiba yang Berdiri Sendiri dimaksudkan agar pembangunan (1) Pengelolaan Kasiba dilakukan oleh Pemerintah Daerah yang
perumahan dan permukiman dapat lebih terarah dan terpadu sesuai dengan penyelenggaraannya dilaksanakan oleh Badan Pengelola Kasiba .
arah pembangunan Kabupaten/Kota/DKI Jakarta, sehingga mengarahkan
pertumbuhan wilayah agar membentuk struktur wilayah yang lebih efisien dan (2) Badan Pengelola Kasiba ditunjuk atau ditetapkan oleh Kepala Daerah melalui
efektif. kompetisi yang diikuti oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan atau
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dan atau Badan lain yang dibentuk oleh
(2) Pengelolaan Kasiba bertujuan agar tersedia satu atau lebih Lisiba yang telah Pemerintah yang ditugasi untuk itu.
dilengkapi dengan jaringan primer dan sekunder prasarana lingkungan serta
memenuhi persyaratan pembakuan pelayanan prasarana, sarana lingkungan (3) Badan Pengelola Kasiba paling tidak terdiri dari unsur BUMN dan atau BUMD
dan utilitas umum untuk pembangunan perumahan dan permukiman sesuai dan atau Badan lain yang dibentuk Pemerintah, unsur Pemerintah
dengan rencana tata ruang wilayah Kabupaten/Kota atau rencana tata ruang Kabupaten/Kota, unsur Pemerintah Propinsi dan atau unsur Pemerintah Pusat
DKI Jakarta. .
9 10
6. (4) Badan Pengelola Kasiba dapat mengelola lebih dari satu Kawasan Siap a. dalam waktu yang sudah ditentukan tidak ada Badan Usaha yang
Bangun dalam satu Kabupaten/Kota atau dalam satu wilayah Daerah Khusus mendaftarkan diri untuk mengikuti kompetisi sebagai Penyelenggara
Ibukota Jakarta. Lisiba ;
(5) Dalam hal tidak ada BUMN/BUMD yang memenuhi persyaratan untuk b. untuk menjaga stabilitas harga rumah, Badan Pengelola Kasiba hanya
mengelola Kasiba, maka Kepala Daerah dapat membentuk Badan lain yang dapat menyelenggarakan 1 (satu) Lisiba dalam Kasiba yang mempunyai
ditugasi untuk pengelolaan Kasiba yang selanjutnya dikukuhkan menjadi lebih dari 1 (satu) Lisiba yang pembangunannya dilakukan secara
BUMD dan menyampaikan informasi pembentukan tersebut kepada DPRD. bersamaan;
(6) Badan lain yang ditugasi untuk pengelolaan Kasiba yang telah dikukuhkan c. apabila pembangunan Lisiba dilakukan secara bertahap dan untuk tiap
menjadi BUMD sebagaimana dimaksud pada ayat (5), dapat bekerjasama tahapnya Badan Pengelola Kasiba hanya menyelesaikan 1 (satu) Lisiba,
(kerjasama operasi atau konsorsium) dengan Badan Usaha Swasta di bidang maka Badan Pengelola Kasiba tidak dapat menjadi Penyelenggara Lisiba
perumahan dan permukiman, dengan kepemilikan saham mayoritas oleh dalam Kasiba yang dikelolanya, kecuali tidak ada yang ingin menjadi
BUMD, guna melaksanakan pengelolaan Kasiba. Penyelenggara Lisiba.
(7) Dalam hal belum terbentuknya Badan Pengelola Kasiba sebagaimana
Bagian Ketiga
dimaksud pada ayat (5), Kepala Daerah dapat membentuk Tim Penyiapan
Penyelenggaraan Lisiba yang Berdiri Sendiri
Badan Pengelola Kasiba yang terdiri dari Sekretaris Daerah sebagai Ketua
Tim Penyiapan Badan Pengelola Kasiba, dengan anggota terdiri dari unsur
Pasal 5
Bappeda, Pekerjaan Umum, Perumahan dan Permukiman, Tata Kota/Tata
Ruang, Pertanahan dan unsur Instansi lain yang diperlukan serta dari Unsur
(1) Penyelenggaraan Lisiba yang Berdiri Sendiri dapat dilakukan oleh masyarakat
yang Professional di bidangnya.
pemilik tanah dengan membentuk usaha bersama, atau oleh Badan Usaha di
(8) Tugas utama Tim Penyiapan Badan Pengelola Kasiba segera membentuk bidang pembangunan perumahan dan permukiman melalui kompetisi.
Badan Pengelola Kasiba sesuai peraturan perundangan yang berlaku dan
(2) Penunjukan atau penetapan sebagai Penyelenggara Lisiba yang Berdiri
melakukan tugas-tugas Badan Pengelola Kasiba sampai ditetapkannya Badan
Sendiri dilakukan oleh Kepala Daerah.
Pengelola Kasiba.
(9) Badan Pengelola Kasiba selanjutnya menunjuk Penyelenggara Lisiba sebagai Bagian Keempat
pelaksana pembangunan Lisiba bagian dari Kasiba melalui kompetisi. Tahapan Penunjukan Badan Pengelola Kasiba
Bagian Kedua Pasal 6
Penyelenggaraan Lisiba
(1) Penunjukan Badan Pengelola Kasiba dilaksanakan melalui tahapan:
Pasal 4 pembentukan Panitia Kompetisi, persiapan, mengundang calon peserta,
pendaftaran, penjelasan bahan kompetisi, penerimaan proposal, evaluasi
(1) Penyelenggara Lisiba bagian dari Kasiba ditunjuk atau ditetapkan oleh Badan proposal, pengusulan calon pemenang, penetapan pemenang sebagai Badan
Pengelola Kasiba melalui kompetisi. Pengelola Kasiba .
(2) Badan Pengelola Kasiba tidak dapat menjadi Penyelenggara Lisiba, kecuali (2) Penunjukan Badan Pengelola Kasiba sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dalam hal tertentu. secara skematis digambarkan pada Lampiran 1 Peraturan Menteri Negara
(3) Dalam hal tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yaitu: Perumahan Rakyat ini.
11 12
7. Paragraf Pertama Paragraf Kelima
Pembentukan Panitia Kompetisi Penjelasan Bahan Kompetisi
Pasal 7 Pasal 11
Kepala Daerah menunjuk atau menetapkan Panitia Kompetisi yang mewakili unsur- Panitia Kompetisi melakukan penjelasan bahan kompetisi kepada peserta kompetisi
unsur dari Bappeda, Pekerjaan Umum, Perumahan dan Permukiman, Tata Kota/Tata dilanjutkan dengan peninjauan lapangan di calon lokasi Kasiba terpilih dan
Ruang, Pertanahan dan unsur instansi lain yang dianggap perlu. melakukan tanya jawab dengan peserta tentang bahan kompetisi.
Paragraf Kedua Paragraf Keenam
Persiapan Kompetisi Penerimaan Proposal Kompetisi
Pasal 8 Pasal 12
Persiapan kompetisi dilakukan dengan penyusunan dokumen kompetisi yang berisi Panitia Kompetisi melakukan penerimaan proposal yang dikirim oleh calon peserta
antara lain: kerangka acuan tugas (Terms of Reference/TOR) untuk calon pengelola dalam format sampul tertutup.
Kasiba, penentuan jadwal kompetisi, petunjuk persyaratan peserta kompetisi, isi dan
format proposal, cara penyampaian proposal, kriteria dan tatacara evaluasi proposal.
Pasal 13
Paragraf Ketiga Panitia Kompetisi menyatakan syah tidaknya penerimaan proposal sebagaimana
Mengundang Calon Peserta Kompetisi disebutkan dalam pasal 12.
Pasal 9
Paragraf Ketujuh
Panitia Kompetisi mengundang calon peserta kompetisi yang dilakukan secara Evaluasi Proposal
terbuka melalui media massa dan atau media elektronik.
Pasal 14
Paragraf Keempat Panitia Kompetisi melakukan evaluasi proposal khususnya yang menyangkut draft
Pendaftaran Peserta Kompetisi konsep rencana tata ruang Kasiba yang diusulkan, keandalan atau kinerja
perusahaan, kapasitas keuangan, kemampuan personil yang diajukan dan potensi
Pasal 10 serta kemungkinan tingkat keberhasilannya.
Panitia Kompetisi melakukan penerimaan pendaftaran calon peserta kompetisi yang Pasal 15
diikuti dengan penyerahan bahan kompetisi kepada calon peserta yang
mendaftarkan diri. Dalam hal tidak ditemukan hasil yang memenuhi syarat di dalam pelaksanaan
evaluasi, maka proses seleksi hanya akan diulang satu kali melalui kompetisi ulang.
13 14
8. Paragraf Kedelapan d. menyiapkan rencana serta program penyelenggaraan Kasiba sesuai Rencana
Pengusulan Calon Pemenang Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL);
e. menyiapkan program investasi kawasan serta mendorong promosi kawasan
Pasal 16
kepada para pihak terkait;
Panitia Kompetisi mengusulkan calon pemenang kepada Kepala Daerah yang f. membangun jaringan primer dan sekunder prasarana lingkungan secara
disertai laporan Panitia Kompetisi atas hasil evaluasi proposal dari masing-masing terencana dan bertahap dengan memperhatikan aspek keterpaduan
peserta. prasarana kawasan/wilayah;
g. menyelenggarakan kompetisi untuk menunjuk Penyelenggara Lisiba;
Paragraf Kesembilan
Penetapan Pemenang h. menyerahkan bagian Lisiba kepada Badan Usaha di bidang pembangunan
perumahan dan permukiman berdasarkan hasil kompetisi;
Pasal 17 i. melakukan pengendalian pembangunan fisik Lisiba dan secara rutin
melaporkan kepada Kepala Daerah;
Kepala Daerah menetapkan pemenang kompetisi dan menunjuknya sebagai Badan
Pengelola Kasiba berdasarkan usulan dan laporan Panitia Kompetisi. j. melakukan pengendalian harga tanah melalui berbagai instrumen kebijakan
dan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
Pasal 18 k. menyerahkan prasarana dan sarana lingkungan yang telah selesai dan
berfungsi melayani Kasiba kepada Pemerintah Daerah; dan
Dalam hal proses evaluasi kedua tidak ditemukan hasil yang memenuhi syarat, maka
Kepala Daerah dapat menunjuk dan menetapkan Badan Pengelola Kasiba sesuai l. meminta persetujuan Kepala Daerah apabila melakukan kerjasama dengan
dengan ketentuan dalam pasal 3. masyarakat pemilik tanah/usaha bersama atau Badan Usaha yang bergerak di
bidang pembangunan perumahan dan permukiman dalam pembangunan
Bagian Kelima Kasiba.
Tugas Badan Pengelola Kasiba
Bagian Keenam
Pasal 19 Tahapan Penunjukan Badan Usaha Sebagai Penyelenggara Lisiba
Badan Pengelola Kasiba mempunyai tugas sebagai berikut: Pasal 20
a. menyiapkan Rencana Rinci Tata Ruang Kasiba yang mengacu pada Rencana Penunjukan Badan Usaha sebagai Penyelenggara Lisiba dilaksanakan melalui
Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman di Daerah tahapan sebagaimana tahapan penunjukan Badan Pengelola Kasiba yang
(RP4D); disebutkan dalam pasal 6 ayat (1).
b. dalam menjalankan tugas sebagaimana disebutkan pada huruf a Badan
Pengelola Kasiba harus mempertimbangkan dan menerapkan kaedah-kaedah Pasal 21
serta konsep lingkungan hunian berimbang dan keterpaduan prasarana;
Badan Pengelola Kasiba menunjuk atau menetapkan Panitia Kompetisi yang
c. menyiapkan data mengenai luas, batas dan kepemilikan tanah sesuai dengan mewakili unsur-unsur dari Bappeda, Pekerjaan Umum, Perumahan dan Permukiman,
tahapan pengembangan; Tata Kota/Tata Ruang, Pertanahan dan unsur Instansi lain yang dianggap perlu.
15 16
9. Pasal 22 Bagian Ketujuh
Tahapan Penunjukan Peserta Konsolidasi Tanah
Tahapan persiapan kompetisi, mengundang calon peserta kompetisi, dan sebagai Penyelenggara Lisiba oleh Badan Pengelola Kasiba
pendaftaran peserta kompetisi dilaksanakan sebagaimana penunjukan Badan
Pengelola Kasiba. Pasal 29
Badan Pengelola Kasiba melakukan studi kelayakan, dan secara bersamaan
Pasal 23 melakukan penyuluhan kepada masyarakat pemilik tanah tentang Kasiba dan
kemungkinan peran para pemilik tanah dalam penyelenggaraan pengelolaannya.
Panitia Kompetisi melakukan penjelasan bahan kompetisi kepada peserta kompetisi.
Pasal 30
Pasal 24
Masyarakat pemilik tanah selanjutnya menyelenggarakan musyawarah untuk
Tahapan penerimaan proposal kompetisi dan evaluasi proposal dilaksanakan menyepakati pelaksana konsolidasi tanah, yang kemudian dilanjutkan dengan
sebagaimana penunjukan Badan Pengelola Kasiba. membentuk suatu perkumpulan yang menghimpun seluruh pemilik tanah yang
menghendaki konsolidasi dan membentuk usaha bersama sesuai ketentuan yang
Pasal 25 berlaku.
Panitia Kompetisi mengusulkan calon pemenang kepada Badan Pengelola Kasiba Pasal 31
yang disertai laporan Panitia Kompetisi atas hasil evaluasi proposal dari masing-
masing peserta. Kepala Daerah selaku ketua tim koordinasi konsolidasi tanah atau Kepala Kantor
Pertanahan Kabupaten/Kota menetapkan keputusan tentang penetapan lokasi
Pasal 26 konsolidasi tanah, yang didasarkan antara lain pada kesepakatan para pemilik tanah.
Kepala Daerah menetapkan pemenang kompetisi dan menunjuknya sebagai Pasal 32
Penyelenggara Lisiba atas usulan Badan Pengelola Kasiba.
Badan Pengelola Kasiba menetapkan masyarakat pemilik tanah peserta konsolidasi
tanah tersebut sebagai Penyelenggara Lisiba.
Pasal 27
Pasal 33
Dalam hal proses evaluasi kedua tidak ditemukan hasil yang memenuhi syarat, maka
Kepala Daerah dapat menunjuk dan menetapkan Penyelenggara Lisiba atas usulan Kepala Daerah menetapkan Penyelenggara Lisiba berdasarkan usulan dari Badan
Badan Pengelola Kasiba. Pengelola Kasiba.
Bagian Kedelapan
Pasal 28 Tugas Penyelenggara Lisiba
Penunjukan Badan Usaha sebagai Penyelenggara Lisiba sebagaimana dimaksud Pasal 34
dalam pasal 20 secara skematis digambarkan pada Lampiran 2 Peraturan Menteri
Negara Perumahan Rakyat ini. Penyelenggara Lisiba mempunyai tugas sebagai berikut :
17 18
10. a. mengajukan dokumen Rencana Rinci Tata Ruang, tahapan pembangunan Paragraf Kedua
fisik, dan jadwal kerja kepada Badan Pengelola Kasiba; Tahapan Penunjukan Penyelenggara Lisiba yang Berdiri Sendiri
b. membangun prasarana dan sarana lingkungan, kaveling tanah matang
Pasal 37
dengan atau tanpa rumah terbangun, serta utilitas umum yang sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
Penunjukan dan penetapan Badan Usaha sebagai Penyelenggara Lisiba yang Berdiri
c. menyerahkan prasarana dan sarana lingkungan yang telah selesai dan Sendiri dilakukan melalui tahapan seperti yang dilakukan pada penunjukan Badan
berfungsi melayani Lisiba kepada Pemerintah Daerah melalui Badan Pengelola Kasiba, sebagaimana disebut dalam pasal 20.
Pengelola Kasiba;
d. mendorong investor untuk berperan dalam pembangunan perumahan dengan Pasal 38
pola rumah tidak bersusun, pola rumah susun maupun pola rumah swadaya.
Persyaratan peserta dan evaluasi peserta dalam kompetisi dijelaskan lebih rinci
dalam Petunjuk Teknis yang merupakan dokumen tak terpisahkan dari Peraturan
Bagian Kesembilan Menteri Negara Perumahan Rakyat ini.
Tahapan Penunjukan Badan Usaha Sebagai Penyelenggara
Lisiba yang Berdiri Sendiri Bagian Kesepuluh
Tahapan Penunjukan Peserta Konsolidasi Tanah
Pasal 35 sebagai Penyelenggara Lisiba yang Berdiri Sendiri
(1) Penunjukan Badan Usaha sebagai Penyelenggara Lisiba yang Berdiri Sendiri Pasal 39
dilaksanakan melalui tahapan sebagaimana tahapan penunjukan Badan
Pengelola Kasiba yang disebutkan dalam pasal 6 ayat (1). Kepala Daerah menunjuk atau menetapkan Panitia Kompetisi yang mewakili unsur-
unsur dari Bappeda, Pekerjaan Umum, Perumahan dan Permukiman, Tata Kota/Tata
(2) Penunjukan Badan Usaha sebagai Penyelenggara Lisiba yang Berdiri Sendiri Ruang, Pertanahan dan unsur Instansi lain yang dianggap perlu.
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) secara skematis digambarkan pada
Lampiran 3 Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat ini. Pasal 40
Panitia Kompetisi melakukan aktivitas penyuluhan kepada masyarakat pemilik tanah
Paragraf Pertama tentang Lisiba yang Berdiri Sendiri dan kemungkinan peran para pemilik tanah dalam
Pembentukan Panitia Kompetisi penyelenggaraan pengelolaannya.
Pasal 36 Pasal 41
Kepala Daerah menunjuk atau menetapkan Panitia Kompetisi yang mewakili unsur- (1) Masyarakat pemilik tanah selanjutnya menyelenggarakan musyawarah untuk
unsur dari Bappeda, Pekerjaan Umum, Perumahan dan Permukiman, Tata Kota/Tata menyepakati pelaksana konsolidasi tanah yang tertuang dalam suatu berita
Ruang, Pertanahan dan unsur Instansi lain yang dianggap perlu. acara.
(2) Setelah musyawarah sebagaimana disebut pada ayat (1) kemudian
dilanjutkan dengan membentuk suatu perkumpulan yang menghimpun seluruh
19 20
11. pemilik tanah yang menghendaki konsolidasi dan membentuk usaha bersama Bagian Keduabelas
seperti koperasi atau bentuk lain sesuai ketentuan yang berlaku. Pendanaan dan Periode Badan Pengelola Kasiba
Pasal 42 Paragraf Pertama
Pendanaan
(1) Kepala Daerah selaku ketua tim konsolidasi tanah atau Kepala Kantor
Pertanahan menetapkan keputusan tentang penetapan lokasi konsolidasi Pasal 44
tanah yang didasarkan antara lain pada kesepakatan para pemilik tanah.
(1) Untuk menjamin berjalannya kegiatan Badan Pengelola Kasiba dan juga Tim
(2) Kepala Daerah menetapkan masyarakat pemilik tanah peserta konsolidasi
Penyiapan Badan Pengelola Kasiba, maka Pemerintah Daerah berkewajiban
tanah sebagai Penyelenggara Lisiba yang Berdiri Sendiri.
mengalokasikan dari APBD sektor perumahan dan permukiman untuk
mendanai operasional Badan Pengelola Kasiba dan juga Tim Penyiapan
Bagian Kesebelas
Badan Pengelola Kasiba .
Tugas Penyelenggara Lisiba yang Berdiri Sendiri
(2) Dalam hal tidak tercukupinya alokasi dana sebagaimana disebutkan pada ayat
Pasal 43 (1), maka Badan Pengelola Kasiba dapat bekerjasama dengan Badan Usaha
lain untuk pendanaan dan atau dapat mengajukan bantuan stimulan kepada
Penyelenggara Lisiba yang Berdiri Sendiri mempunyai tugas sebagai berikut : Pemerintah Pusat atau Pemerintah Provinsi, dengan persetujuan dari Kepala
Daerah.
a. menyusun dan bertanggung jawab atas Rencana Rinci Tata Ruang, Rencana
Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) dan tahapan perolehan tanah, (3) Pengaturan pendanaan Kasiba, Lisiba dan Lisiba yang Berdiri Sendiri secara
tahapan pembangunan fisik dan jadwal kerja untuk dimintakan persetujuan rinci diatur oleh Pemerintah Daerah.
kepada Kepala Daerah;
Paragraf Kedua
b. membangun rumah, prasarana lingkungan, sarana lingkungan, serta utilitas
Periode Badan Pengelola Kasiba
umum yang harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku;
Pasal 45
c. menyerahkan prasarana lingkungan yang telah selesai dibangun dan
berfungsi kepada Pemerintah Daerah; (1) Masa kerja Ketua Badan Pengelola Kasiba adalah selama 5 (lima) tahun dan
d. mendorong investor untuk berperan dalam pembangunan perumahan dengan dapat ditunjuk kembali maksimal 2 (dua) periode berturut-turut.
pola rumah tidak bersusun, pola rumah susun maupun pola rumah swadaya; (2) Masa kerja dari Tim Penyiapan Badan Pengelola Kasiba paling lama 3 (tiga)
e. melakukan pengendalian pembangunan fisik Lisiba dan secara rutin tahun.
melaporkan kepada Kepala Daerah;
f. melakukan pengendalian harga tanah melalui berbagai instrumen kebijakan
dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
21 22
12. BAB III Paragraf Kedua
PENETAPAN LOKASI DAN PENYEDIAAN TANAH Penentuan Alternatif Calon Lokasi Kasiba
Bagian Pertama Pasal 50
Penetapan Lokasi
Pemerintah Daerah memilih beberapa alternatif calon lokasi Kasiba dengan
Pasal 46 mempertimbangkan strategi pengembangan Kabupaten/ Kota.
(1) Penetapan lokasi Kasiba dilakukan melalui tahapan pengkajian RTRW Paragraf Ketiga
Kabupaten/Kota/ RTRW DKI Jakarta, penentuan alternatif calon lokasi, Kunjungan ke Calon Lokasi Kasiba
kunjungan ke calon lokasi Kasiba, penentuan calon lokasi Kasiba prioritas,
konsultasi dengan masyarakat, pengusulan calon lokasi terpilih, penetapan Pasal 51
lokasi Kasiba.
Pemerintah Daerah melakukan kunjungan ke beberapa calon lokasi Kasiba guna
(2) Penetapan lokasi Kasiba sebagaimana dimaksud pada ayat (1) secara
melihat kondisi yang ada untuk mengetahui kemungkinan pengembangan
skematis digambarkan pada Lampiran 4 Peraturan Menteri Negara
permukiman, termasuk di dalamnya pengembangan prasarana, dan status
Perumahan Rakyat ini.
kepemilikan tanah.
Paragraf Keempat
Paragraf Pertama
Penentuan Calon Lokasi Kasiba Prioritas
Pengkajian RTRW Kabupaten/Kota
Pasal 52
Pasal 47
Pemerintah Daerah melakukan penentuan calon lokasi kasiba prioritas dengan
Pemerintah Daerah melakukan kajian pertumbuhan penduduk baik secara alamiah
mengacu persyaratan yang diatur dalam Peraturan Menteri Negara Perumahan
maupun migrasi dengan mengacu data statistik.
Rakyat tentang Pedoman Teknis Kasiba Lisiba yang Berdiri Sendiri.
Pasal 48
Paragraf Kelima
Konsultasi Dengan Masyarakat
Pemerintah Daerah melakukan kajian kebutuhan rumah dan ketersediaan (supply
demand) perumahan berdasarkan Rencana Pembangunan dan Pengembangan
Pasal 53
Perumahan dan Permukiman di Daerah (RP4D).
Pemerintah Daerah mengadakan dengar pendapat dengan masyarakat yang terkait
Pasal 49
langsung dengan Kasiba dan atau lembaga kemasyarakatan yang peduli dengan
pembangunan perumahan.
Pemerintah Daerah melakukan kajian tata ruang berdasarkan arahan Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten/Kota atau RTRW DKI Jakarta untuk persiapan menyusun
Pasal 54
RTBL.
Kepala Daerah memberikan informasi kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
mengenai perkembangan penetapan lokasi Kasiba.
23 24
13. Paragraf Keenam b. tidak merusak lingkungan;
Pengusulan Calon Lokasi Terpilih
c. mudah dalam penyediaan infrastruktur;
Pasal 55 d. mudah membentuk kohesi sosial.
Pemerintah Daerah mengusulkan calon lokasi Kasiba terpilih untuk dilakukan Bagian Kedua
penetapannya oleh Kepala Daerah. Penetapan Lokasi Lisiba Yang Berdiri Sendiri
Paragraf Ketujuh Pasal 61
Penetapan Lokasi Kasiba
Penetapan lokasi Lisiba yang Berdiri Sendiri dilakukan melalui tahapan pengkajian
Pasal 56 RTRW Kabupaten/Kota/ RTRW DKI Jakarta , penentuan alternatif calon lokasi,
kunjungan ke calon lokasi Lisiba yang Berdiri Sendiri, penentuan calon lokasi Lisiba
Kepala Daerah menetapkan lokasi Kasiba setelah mendapat masukan dari yang Berdiri Sendiri prioritas, konsultasi dengan masyarakat, pengusulan calon lokasi
masyarakat. terpilih, penetapan lokasi Lisiba yang Berdiri Sendiri.
Pasal 62
Pasal 57
Penetapan lokasi Lisiba yang Berdiri Sendiri dilakukan melalui tahapan sebagaimana
Gubernur dapat melakukan fasilitasi penetapan lokasi Kasiba lintas Kabupaten/Kota. penetapan lokasi Kasiba, sebagaimana disebut dalam pasal 46 sampai dengan pasal
60.
Pasal 58
Pasal 63
Kasiba dapat ditetapkan di lokasi yang belum terbangun maupun yang sudah ada
permukimannya tetapi kurang tertata dengan baik yang masih mempunyai peluang Lokasi Lisiba yang Berdiri Sendiri tersebut harus sudah ada pelayanan umum dan
untuk pengembangan perumahan baru, sehingga permukiman yang akan terbentuk sosial pada tingkat Kecamatan.
merupakan integrasi antara pembangunan yang baru dan yang sudah ada. Pasal 64
Pasal 59 Penetapan lokasi Lisiba yang Berdiri Sendiri sebagaimana dimaksud dalam pasal 61
secara skematis digambarkan pada Lampiran 5 Peraturan Menteri Negara
Dalam hal lokasi Kasiba yang akan ditetapkan masih terdapat tanah-tanah berfungsi Perumahan Rakyat ini.
khusus seperti pertanian beririgasi teknis, situ dan fungsi konservasi lain, maka
tanah-tanah berfungsi khusus tersebut harus tetap dipertahankan sesuai dengan Pasal 65
fungsinya.
Pemilihan lokasi Lisiba yang Berdiri Sendiri ditentukan berdasar kriteria sebagai
Pasal 60 berikut :
a. bebas bencana;
Pemilihan lokasi Kasiba ditentukan berdasar kriteria sebagai berikut :
b. tidak merusak lingkungan;
a. bebas bencana;
25 26
14. c. mudah dalam mengintegrasikan pembangunan infrastruktur dengan pelayanan (7) Gambaran penyediaan tanah untuk Kasiba secara skematis digambarkan
yang sudah ada; pada Lampiran 6 Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat ini.
d. mudah membentuk kohesi sosial.
Pasal 69
Bagian Ketiga
Penyediaan tanah untuk Kasiba pada lokasi yang telah dihuni, diupayakan tidak ada
Penyediaan Tanah Kasiba
pemindahan penduduk ke luar lingkungan calon lokasi.
Pasal 66
Pasal 70
Status tanah yang dapat digunakan untuk lokasi Kasiba adalah tanah negara bebas,
(1) Penyediaan tanah untuk Kasiba di atas tanah hak dilakukan dihadapan
tanah negara okupasi, tanah negara bekas hak, tanah hak, tanah instansi
Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT).
Pemerintah, tanah hak menurut UUPA, tanah bekas milik adat, dan tanah ulayat.
(2) Penyediaan tanah untuk Kasiba di atas tanah instansi Pemerintah dilakukan
Pasal 67 terlebih dahulu pelepasan aset sesuai dengan prosedur pelepasan aset
instansi Pemerintah.
Penyediaan tanah dapat diperoleh dengan cara konsolidasi tanah, jual beli, tukar
(3) Penyediaan tanah untuk Kasiba yang dilakukan melalui konsolidasi tanah
menukar, penyertaan saham dalam bentuk tanah, pemberian santunan dan atau
mengacu kepada Surat Edaran Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 410–
kompensasi, dan izin pemakaian tanah.
4245 Tanggal 7 Desember 1991 perihal : Petunjuk Pelaksanaan Konsolidasi
Tanah dan Surat Edaran Menteri Negara Agraria/Badan Pertanahan Nasional
Pasal 68
No 410-1078 Tanggal 18 April 1996 tentang Petunjuk Teknis Konsolidasi
Tanah serta peraturan lain yang berlaku.
(1) Penyediaan tanah untuk Kasiba dari tanah negara bebas dilakukan melalui ijin
pemakian tanah kepada Kepala Daerah.
Pasal 71
(2) Penyediaan tanah untuk Kasiba dari tanah negara okupasi dilakukan melalui
ijin pemakian tanah kepada Kepala Daerah dan penyelesaian okupasi dengan Pemerintah Daerah dalam menyelesaikan penyediaan tanah untuk Kasiba harus
pemberian santunan atau dan kompensasi. berkonsultasi kepada DPRD.
(3) Penyediaan tanah untuk Kasiba dari tanah negara bekas hak dilakukan
Pasal 72
melalui permohonan kepada Kepala BPN melalui Kepala Kantor Pertanahan
setempat dan memohon penyelesaian asset yang ada di atas tanah tersebut
Dalam menyelesaikan pembiayaan penyediaan tanah, Pemerintah Daerah dapat
kepada bekas pemegang hak.
menempuh cara :
(4) Penyediaan tanah untuk Kasiba dari tanah hak menurut UUPA, tanah bekas
a. menyusun rencana anggaran dalam APBD;
milik adat dapat dilakukan melalui tukar menukar atau jual beli atau
penyertaan saham dalam bentuk tanah atau konsolidasi tanah. b. melakukan kerjasama dengan pihak lain.
(5) Penyediaan tanah untuk Kasiba dari tanah ulayat dilakukan melalui pemberian
kompensasi atau dan tanah pengganti.
(6) Penyediaan tanah untuk Kasiba dari tanah instansi Pemerintah dilakukan
melalui pelepasan aset.
27 28
15. Bagian Keempat (3) Penyediaan tanah untuk Lisiba Yang Berdiri Sendiri yang dilakukan melalui
Penyediaan Tanah Lisiba Yang Berdiri Sendiri konsolidasi tanah mengacu kepada Surat Edaran Kepala Badan Pertanahan
Nasional No. 410– 4245 Tanggal 7 Desember 1991 perihal : Petunjuk
Pasal 73 Pelaksanaan Konsolidasi Tanah dan Surat Edaran Menteri Negara
Agraria/Badan Pertanahan Nasional No 410-1078 Tanggal 18 April 1996
Status tanah yang dapat digunakan untuk lokasi Lisiba Yang Berdiri Sendiri adalah tentang Petunjuk Teknis Konsolidasi Tanah serta peraturan lain yang berlaku.
tanah negara bebas, tanah negara okupasi, tanah negara bekas hak, tanah hak,
tanah instansi Pemerintah, tanah hak menurut UUPA, tanah bekas milik adat, dan
tanah ulayat. Bagian Kelima
Pemberian Hak Atas Tanah Kepada Badan Pengelola
Pasal 74 Kasiba dan Pendaftarannya
Penyediaan tanah dapat diperoleh dengan cara konsolidasi tanah, jual beli, tukar Pasal 78
menukar, penyertaan saham dalam bentuk tanah, pemberian santunan dan atau
kompensasi, dan izin pemakaian tanah. (1) Kepada Badan Pengelola Kasiba diberikan Hak Pengelolaan, kecuali terhadap
lokasi Kasiba yang penyediaan tanahnya melalui konsolidasi tanah.
(2) a. lokasi Kasiba yang penyediaan tanahnya melalui konsolidasi tanah
Pasal 75
diberikan hak milik bersama kepada seluruh peserta konsolidasi tanah
dengan menyebutkan porsinya.
(1) Penyediaan tanah untuk Lisiba Yang Berdiri Sendiri dari tanah negara bebas,
tanah negara okupasi, tanah negara bekas hak, tanah hak menurut UUPA, b. terhadap tanah yang digunakan untuk prasarana jalan dan drainase harus
tanah ulayat dan tanah instansi Pemerintah dilakukan seperti penyediaan ditanggalkan dari hak milik bersama setelah pembangunan konstruksi
tanah untuk Kasiba sebagimana disebutkan dalam pasal 68. prasarana jalan dan drainase selesai untuk diserahkan kepada
Pemerintah Daerah.
(2) Gambaran penyediaan tanah untuk Lisiba Yang Berdiri Sendiri secara
skematis digambarkan pada Lampiran 7 Peraturan Menteri Negara c. terhadap tanah yang digunakan untuk sarana dan utilitas selain
Perumahan Rakyat ini. prasarana jalan dan drainase sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
b tetap merupakan hak milik bersama yang dikelola oleh Badan Hukum
Pasal 76 usaha bersama peserta konsolidasi tanah sebagaimana dimaksud dalam
pasal 30 Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat ini.
Penyediaan tanah untuk Lisiba Yang Berdiri Sendiri pada lokasi yang telah dihuni, d. hak milik perorangan peserta konsolidasi tanah akan diberikan kepada
diupayakan tidak ada pemindahan penduduk ke luar lingkungan calon lokasi. peserta konsolidasi tanah sesuai dengan porsinya yang merupakan
pemecahan dari hak milik bersama setelah pembangunan fisik selesai
Pasal 77 atau ada kavling siap bangun.
(1) Penyediaan tanah untuk Lisiba Yang Berdiri Sendiri di atas tanah hak e. untuk Kasiba yang digunakan sebagai lokasi pembangunan rumah susun
dilakukan dihadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT). pemberian haknya disesuaikan dengan peraturan perundangan terkait
rumah susun.
(2) Penyediaan tanah untuk Lisiba Yang Berdiri Sendiri di atas tanah instansi
Pemerintah dilakukan terlebih dahulu pelepasan aset sesuai dengan prosedur (3) Badan Pengelola Kasiba wajib segera mengurus sertifikat hak atas tanah yang
pelepasan aset instansi Pemerintah. sudah diperolehnya.
29 30
16. (4) Bidang-bidang tanah yang termasuk dalam Kasiba dan belum dibebaskan oleh
Badan Pengelola Kasiba, proses mengurus sertifikat tanahnya dilakukan oleh
Pasal 81
masing-masing pemilik tanah.
(5) a. terhadap lokasi Kasiba yang penyediaan tanahnya melalui konsolidasi,
(1) Kepada para pembeli kaveling dengan atau tanpa rumah di Lisiba akan
Badan Pengelola Kasiba selaku kuasa peserta konsolidasi tanah wajib
diberikan Hak Guna Bangunan atau Hak Milik.
memohon pelaksanaan konsolidasi tanah kepada Badan Pertanahan
Nasional melalui Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota. (2) Penyelenggara Lisiba wajib mengurus sertifikat dan segera menyerahkan
sertifikat tersebut kepada pembeli sesuai perjanjian.
b. Badan Pengelola Kasiba wajib menyerahkan sertifikat tanah hasil
konsolidasi tanah kepada masing-masing pemilik tanah dan peta site plan
hasil konsolidasi tanah kepada Pengurus kelompok peserta konsolidasi
Bagian Ketujuh
tanah atau Pengurus Badan Usahanya.
Pemberian Hak Atas Tanah Kepada Penyelenggara
(6) Bagian dari bidang tanah Hak Pengelolaan Badan Pengelola Kasiba menjadi Lisiba Yang Berdiri Sendiri dan Pendaftarannya
hapus manakala pada bagian tersebut hak tanahnya sudah diserahkan
kepada pihak ketiga. Pasal 82
Bagian Keenam (1) Kepada Penyelenggara Lisiba yang Berdiri Sendiri diberikan Hak Guna
Pemberian Hak Atas Tanah Badan Pengelola Kasiba Kepada Bangunan, kecuali terhadap lokasi Lisiba yang Berdiri Sendiri yang
Penyelenggara Lisiba dan Pendaftarannya penyediaan tanahnya melalui konsolidasi tanah.
(2) a. lokasi Lisiba yang Berdiri Sendiri yang penyediaan tanahnya melalui
Pasal 79
konsolidasi tanah diberikan hak milik bersama kepada seluruh peserta
konsolidasi tanah dengan menyebutkan porsinya.
(1) Kepada Penyelenggara Lisiba diberikan Hak Guna Bangunan atau Hak Pakai
di atas Hak Pengelolaan Badan Pengelola Kasiba, setelah Penyelenggara b. terhadap tanah yang digunakan untuk prasarana jalan dan drainase harus
Lisiba membayar uang pengganti kepada Badan Pengelola Kasiba. ditanggalkan dari hak milik bersama setelah pembangunan konstruksi
prasarana jalan dan drainase selesai untuk diserahkan kepada
(2) Hak Guna Bangunan atau Hak Pakai yang sudah dimiliki oleh Penyelenggara
Pemerintah Daerah.
Lisiba harus didaftarkan pada Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota.
c. terhadap tanah yang digunakan untuk sarana dan utilitas selain
Pasal 80 prasarana jalan dan drainase sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
b tetap merupakan hak milik bersama yang dikelola oleh Badan Hukum
(1) Kepada Penyelenggara Lisiba dan masyarakat pemilik tanah yang masuk usaha bersama peserta konsolidasi tanah sebagaimana dimaksud dalam
dalam lokasi Kasiba diberikan hak atas tanah sesuai ketentuan yang berlaku. pasal 30 Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat ini.
(2) Tatacara pemberian dan pendaftaran hak atas tanahnya diselesaikan pada d. hak milik perorangan peserta konsolidasi tanah akan diberikan kepada
Instansi Pertanahan. peserta konsolidasi tanah sesuai dengan porsinya yang merupakan
pemecahan dari hak milik bersama setelah pembangunan fisik selesai
atau ada kavling siap bangun.
31 32
17. e. untuk Lisiba yang Berdiri Sendiri yang digunakan sebagai lokasi prinsip keterpaduan prasarana, dan juga kawasan yang mempunyai
pembangunan rumah susun pemberian haknya disesuaikan dengan fungsi/tema khusus.
peraturan perundangan terkait rumah susun.
Paragraf Pertama
(3) Penyelenggara Lisiba yang Berdiri Sendiri wajib segera mengurus sertifikat
Rencana Rinci Tata Ruang Kasiba
hak atas tanah yang sudah diperolehnya.
(4) Bidang-bidang tanah yang termasuk dalam Lisiba yang Berdiri Sendiri dan Pasal 84
belum dibebaskan oleh Penyelenggara Lisiba yang Berdiri Sendiri, proses
mengurus sertifikat tanahnya dilakukan oleh masing-masing pemilik tanah. (1) Penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang Kasiba mengacu Keputusan Menteri
(5) a. terhadap lokasi Lisiba yang Berdiri Sendiri yang penyediaan tanahnya Kimpraswil Nomor 327/KPTS/M/2002 tentang Pedoman Penyusunan Rencana
melalui konsolidasi, Penyelenggara Lisiba yang Berdiri Sendiri selaku Tata Ruang Wilayah Perkotaan, dimana ringkasan tahapannya digambarkan
kuasa peserta konsolidasi tanah wajib memohon pelaksanaan konsolidasi pada Lampiran 8 Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat ini.
tanah kepada Badan Pertanahan Nasional melalui kantor Pertanahan (2) Rencana Rinci Tata Ruang Kasiba disusun dengan menerapkan prinsip
Kabupaten/Kota. lingkungan hunian yang berimbang sesuai dengan Keputusan Menteri Negara
b. penyelenggara Lisiba yang Berdiri Sendiri wajib menyerahkan sertifikat Perumahan Rakyat Nomor 04/KPTS/BKP4N/1995.
tanah hasil konsolidasi tanah kepada masing-masing pemilik tanah dan (3) Rencana Rinci Tata Ruang Kasiba disusun dengan memperhatikan kegiatan
peta site plan hasil konsolidasi tanah kepada Pengurus kelompok peserta ekonomi, sosial dan budaya yang ada dan dimungkinkan berkembang di
konsolidasi tanah atau Pengurus Badan Usahanya. Kasiba.
(6) Bagian dari bidang tanah Hak Pengelolaan Penyelenggara Lisiba yang Berdiri (4) Rencana Rinci Tata Ruang Kasiba disusun dengan memperhatikan prinsip
Sendiri menjadi hapus manakala pada bagian tersebut hak tanahnya sudah keterpaduan prasarana kawasan dan keterpaduan prasarana wilayah.
diserahkan kepada pihak ketiga.
(5) Penyusunan Analisa Mengenai Dampak Lingkungan serta penyusunan
Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan penyusunan Rencana
Pemantauan Lingkungan (RPL) dilakukan sesuai dengan ketentuan
Perundang-undangan Lingkungan Hidup.
BAB IV
PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DAN
Pasal 85
PENGENDALIAN KASIBA DAN LISIBA
(1) Penyusunan pentahapan pembangunan Kasiba mencakup rencana
Bagian Pertama
pembangunan fisik, gambar kerja pematangan tanah, gambar kerja prasarana,
Perencanaan Pembangunan Kasiba dan Lisiba
gambar kerja sarana, gambar kerja utilitas umum.
Pasal 83 (2) Dalam perencanaan pembangunan Kasiba, tahapan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tersebut di atas harus memenuhi persyaratan teknis, ekologi
(1) Perencanaan pembangunan Kasiba dan Lisiba meliputi penyusunan rencana dan administrasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
rinci tata ruang Kasiba dan rencana teknik ruang Lisiba.
(3) Penyusunan rencana pentahapan perolehan tanah yang mencakup luas,
(2) Perencanaan pembangunan Kasiba sebagaimana disebut pada ayat (1) harus status kepemilikan dan batas tanah serta penyusunan program perolehan
memperhatikan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota atau Rencana tanah sesuai dengan cara perolehan tanahnya.
Tata Ruang Daerah Khusus Ibukota Jakarta, RP4D, prinsip hunian berimbang,
33 34
18. Pasal 86 Pasal 89
(1) Penyusunan Rencana Pembiayaan yang terdiri dari rincian biaya dan rencana (1) Penyusunan pentahapan pembangunan Lisiba mencakup rencana
jumlah kredit yang diajukan, perhitungan rugi – laba, rencana anggaran biaya pembangunan fisik, gambar kerja pematangan tanah, gambar kerja prasarana,
investasi kawasan dan biaya konstruksi prasarana, serta cash flow gambar kerja sarana, gambar kerja utilitas umum.
pembiayaan pembangunan.
(2) Dalam perencanaan pembangunan Kasiba, tahapan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tersebut diatas harus memenuhi persyaratan teknis, ekologi dan
administrasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 87
(3) Penyusunan rencana pentahapan perolehan tanah yang mencakup luas,
(1) Badan Pengelola Kasiba dalam menyusun rencana pembangunan, melakukan status kepemilikan dan batas tanah serta penyusunan program perolehan
dengar pendapat dengan kelompok masyarakat terkait. tanah sesuai dengan cara perolehan tanahnya.
(2) Segala bentuk produk pada tahapan perencanaan pembangunan Kasiba
Pasal 90
harus dikonsultasikan dengan instansi terkait dan mendapat persetujuan dari
Kepala Daerah.
Penyusunan Rencana Pembiayaan yang terdiri dari rincian biaya dan rencana jumlah
(3) Sebelum menyetujui rencana pembangunan Kasiba, Pemerintah Kepala kredit yang diajukan, perhitungan rugi – laba, rencana anggaran biaya konstruksi
Daerah melakukan dengar pendapat dengan Dewan Perwakilan Rakyat prasarana, serta cash flow pembiayaan pembangunan.
Daerah (DPRD).
Pasal 91
Paragraf Kedua (1) Penyelenggara Lisiba dalam menyusun rencana pembangunan, melakukan
Rencana Teknik Ruang Lisiba dengar pendapat dengan kelompok masyarakat terkait.
(2) Segala bentuk produk pada tahapan perencanaan pembangunan Lisiba harus
Pasal 88
dikonsultasikan dengan Badan Pengelola Kasiba dan mendapat persetujuan.
(1) Penyusunan rencana teknik ruang Lisiba mengacu Keputusan Menteri
Bagian Kedua
Kimpraswil Nomor 327/KPTS/M/2002 tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Pelaksanaan Pembangunan Kasiba dan Lisiba
Tata Ruang Wilayah Perkotaan, dimana ringkasan tahapannya digambarkan
pada Lampiran 9 Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat ini.
Paragraf Pertama
(2) Rencana Teknik Ruang Lisiba disusun dengan memperhatikan prinsip Pelaksanaan Pembangunan Kasiba
keterpaduan prasarana kawasan dan keterpaduan prasarana wilayah.
Pasal 92
(3) Penyusunan Analisa Mengenai Dampak Lingkungan serta penyusunan
Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan penyusunan Rencana
(1) Badan Pengelola Kasiba bertanggung jawab atas pelaksanaan pembangunan
Pemantauan Lingkungan (RPL) dilakukan sesuai dengan ketentuan
Kasiba.
Perundang-undangan Lingkungan Hidup.
(2) Pelaksanaan pembangunan Kasiba harus mengacu kepada dan sesuai
dengan rencana dan program pembangunan Kasiba yang dimaksud dalam
pasal 85 Ayat (1).
35 36
19. (3) Jika ada perubahan yang dianggap perlu atas perencanaan pembangunan (7) Penyelenggara Lisiba menyerahkan prasarana lingkungan dan kavling tanah
Kasiba sebagaimana dimaksud dalam pasal 85 Ayat (1) , harus matang untuk pembangunan sarana lingkungan kepada Pemerintah Daerah
dikonsultasikan kepada instansi terkait dan disetujui oleh Kepala Daerah. melalui Badan Pengelola Kasiba sesuai dengan Permendagri Nomor 1
Tahun 1987 dan Inmendagri Nomor 30 Tahun 1990.
(4) Pembangunan jaringan primer dan sekunder prasarana lingkungan harus
sudah dimulai selambat-lambatnya 1 (satu) tahun sejak ditunjuknya Badan (8) Dalam pelaksanaan pembangunan Lisiba, Penyelenggara Lisiba dapat
Pengelola Kasiba oleh Kepala Daerah dan pada jangka waktu 3 (tiga) tahun bekerjasama dengan Badan Usaha di bidang pembangunan perumahan dan
telah mencapai sekurang-kurangnya 25% dari keseluruhan Kasiba yang permukiman lainnya.
dilayani atau minimum mampu melayani satu Lisiba.
(9) Pembangunan rumah dalam Lisiba dapat dilakukan secara horizontal ataupun
(5) Pelaksanaan pembangunan Kasiba dan pemasaran Kasiba secara skematis vertikal dengan memperhatikan keseimbangan lingkungan dan sesuai dengan
digambarkan pada Lampiran 10 Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat persyaratan teknis, administrasi, ekologi, serta sesuai dengan peraturan
ini. perundang-undangan yang berlaku.
(10) Tahapan pelaksanaan pembangunan dan pemasaran Lisiba secara skematis
Paragraf Kedua
digambarkan pada Lampiran 11 Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat
Pelaksanaan Pembangunan Lisiba
ini.
Pasal 93
Bagian Ketiga
Pengawasan Pembangunan Kasiba dan Lisiba
(1) Pelaksanaan pembangunan setiap Lisiba dilakukan oleh satu Penyelenggara
Lisiba.
Pasal 94
(2) Pelaksanaan pembangunan Lisiba harus mengacu dan sesuai dengan
rencana pembangunan Lisiba yang dimaksud dalam pasal 89 Ayat (1). (1) Pengawasan terhadap pembangunan fisik Lisiba terlebih dahulu dilakukan
oleh Badan Pengelola Kasiba.
(3) Dalam hal terdapat perubahan yang dianggap perlu atas perencanaan
pembangunan Lisiba yang tercantum dalam pasal 89 Ayat (1), harus (2) Penyelenggara Lisiba menyampaikan laporan bulanan kepada Badan
dikonsultasikan kepada Badan Pengelola Kasiba untuk mendapat Pengelola Kasiba yang isinya diatur lebih lanjut dalam Peraturan Menteri
persetujuannya. Negara Perumahan Rakyat tentang Petunjuk Teknis Kasiba dan Lisiba yang
Berdiri Sendiri untuk keperluan pengawasan.
(4) Pelaksanaan pembangunan Lisiba meliputi pematangan tanah, pembangunan
jaringan prasarana lingkungan, pengkavelingan tanah matang, menyediakan (3) Apabila dianggap perlu, Badan Pengelola Kasiba dapat melakukan
kavling untuk pembangunan sarana lingkungan, pembangunan unit rumah, pemeriksaan pembangunan Lisiba bagian dari Kasiba di lapangan.
melakukan penghijauan lingkungan.
(4) Pengawasan terhadap pembangunan Kasiba dan Lisiba dilakukan oleh
(5) Pekerjaan pematangan tanah, pembangunan jaringan prasarana lingkungan Kepala Daerah.
dan kaveling tanah matang oleh Penyelenggara Lisiba harus sudah dimulai
(5) Badan Pengelola Kasiba menyampaikan laporan setiap 3 (tiga) bulan kepada
selambat-lambatnya 1 (satu) tahun setelah penunjukan Penyelenggara Lisiba
Kepala Daerah yang isinya diatur lebih lanjut dalam Peraturan Menteri Negara
diperoleh dan harus selesai seluruhnya dalam jangka waktu 7 (tujuh) tahun.
Perumahan Rakyat tentang Petunjuk Teknis Kasiba dan Lisiba yang Berdiri
(6) Pelaksanaan pembangunan Lisiba secara keseluruhan harus memenuhi Sendiri, untuk keperluan pengawasan.
persyaratan teknis, administrasi dan ekologi yang berlaku dan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
37 38