SlideShare a Scribd company logo
PERMASALAHAN KURIKULUM DALAM PENDIDIKAN
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kurikulun PBSI
Dosen Pengampu : Laila Tri Lestari, M.Pd
Disusun Oleh : Kelompok 1
Juk Melli Jayatri (21032029)
Elva Eriyanti (21032019)
Nadiela Qotrunada (21032002)
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS ISLAM DARUL ULUM LAMONGAN
2021
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT. Karena atas
berkah, rahmat dan izin-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang Alhamdhulillah
tepat padawaktunya.
Tak lupa pula sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada nabi besar
Muhammad SAW yang telah membimbing kita dari kegelapan menuju jalan yang
terang benerang yakni agama islam.
Makalah ini menjelaskan mengenai materi “klasifikasi bunyi suprasegmental, bunyi
pengiring diftong, kluster dan silaba” setiap pembahasan dibicarakan secara ringkas. Kami
menyadari makalah ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya baik dalam isi maupun
sistematikanya, hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan wawasan kami. Oleh
sebab itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Ibu Dosen pengampu kami yaitu Ibu
Laila Tri Lestari,M.Pd. Terimakasih juga untuk teman-teman yang memberi masukan dan
terlibat dalam pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat guna
mengembangkan bahasa nasional kita.
Lamongan, 21 Maret 2022
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................ l
DAFTAR ISI...................................................................................................... ll
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..........................................................................................
B. Rumusan Masalah....................................................................................
C. Maksud dan Tujuan..................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Kurikulum...........................................................
B. Masalah-masalah Kurikulum di Indonesia...........................................
C. Solusi......................................................................................................
D. Proses Pengembangan Suatu Kurikulum..................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...............................................................................................
B. Saran.........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................
.
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum merupakan alat yang sangat penting bagi keberhasilan suatu pendidikan.
Tanpa kurikulum yang sesuai dan tepat akan sulit untuk mencapai tujuan dan sasaran
pendidikan yang diinginkan. Dalam sejarah pendidikan di Indonesia sudah beberapa kali
diadakan perubahan dan perbaikan kurikulum yang tujuannya sudah tentu untuk
menyesuaikannya dengan perkembangan dan kemajuan zaman, guna mencapai hasil yang
maksimal.
Pembelajaran di Indonesia hingga saat ini masih dianggap belum maksimal.
Pembelajaran di sekolah memberikan dampak pada pendidikan di Indonesia. Jika
dibandingkan dengan negara lain, pendidikan di Indonesia masih sangat jauh. Pendidikan
merupakan hal yang berkaitan dengan sistem kurikulum yang dijalankan. Kemerosotan
pendidikan di Indonesia yang tertinggal dari negara lain, sangat erat kaitannya dengan
masalah-masalah kurikulum yang dijalankan oleh para tenaga pendidik dan Mendiknas.
Untuk memajukan kembali pendidikan di Indonesia, maka kita harus terlebih dahulu
mengetahui masalah-masalah yang telah dihadapi oleh kurikulum Indonesia. Setelah itu,
barulah kita mampu mencari solusi untuk memecahkan masalah kurikulum di Indonesia.
Perubahan secara terus menerus ini menuntut perlunya perbaikan sistem pendidikan
nasional, termasuk penyempurnaan kurikulum untuk mewujudkan masyarakat yang mampu
bersaing dan menyesuaikan diri dengan perubahan.
Perubahan kurikulum yang terjadi di Indonesia dewasa ini salah satu diantaranya
adalah karena ilmu pengetahuan itu sendiri selalu dinamis. Selain itu, perubahan tersebut juga
dinilainya dipengaruhi oleh kebutuhan manusia yang selalu berubah juga pengaruh dari luar,
dimana secara menyeluruh kurikulum itu tidak berdiri sendiri, tetapi dipengaruhi oleh
prubahan iklim ekonomi, politik, dan kebudayaan. Sehingga dengan adanya perubahan
kurikulum itu, pada gilirannya berdampak pada kemajuan bangsa dan negara. Kurikulum
pendidikan harus berubah tapi diiringi juga dengan perubahan dari seluruh masyarakat
pendidikan di Indonesia yang harus mengikuti perubahan tersebut, karena kurikulum itu
bersifat dinamis bukan stasis, kalau kurikulum bersifat statis maka itulah yang merupakan
kurikulum yang tidak baik.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Masalah kurikulum yang kompleks di Indonesia
2. Masalah kurikulum di Indonesia sering berganti nama
3. Masalah kurangnya sumber prinsip pengembangan kurikulm di Indonesi
C. Tujuan Penulisan
Ada pun tujuan penulisan dalam makalah ini, di antaranya adalah:
1. Memenuhi salah satu tugas individu mata kuliah pengelolaan pendidikan
2. Mengetahui masalah-masalah yang terjadi pada kurikulum di Indonesia
3. Mengetahui cara atau solusi untuk mengatasi masalah kurikulum di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kurikulum
Kurikulum adalah segala sesuatu yang dijalankan, dilaksanakan, direncanakan,
diajukan dan diawasi pelaksanaannya yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan,
perkembangan siswa agar mampu ikut andil dalam masyarakat dan berguna bagi masyarakat,
juga akan berguna masa depannya kelak.
Dalam banyak literature, kurikulum diartikan sebagai: suatu dokumen atau rencana
tertulis mengenai kualitas pendidikan yang harus dimiliki oleh peserta didik melalui suatu
pengalaman belajar. Pengertian ini mengandung arti bahwa kurikulum harus tertuang dalam
satu atau beberapa dokumen atau rencana tertulis. Dokumen atau rencana tertulis itu
berisikan pernyataan mengenai kualitas yang harus dimiliki seorang peserta didik yang
mengikuti kurikulum tersebut. Pengertian kualitas pendidikan di sini mengandung makna
bahwa kurikulum sebagai dokumen merencanakan kualitas hasil belajar yang harus dimiliki
peserta didik, kualitas bahan/konten pendidikan yang harus dipelajari peserta didik, kualitas
proses pendidikan yang harus dialami peserta didik. Kurikulum dalam bentuk fisik ini
seringkali menjadi fokus utama dalam setiap proses pengembangan kurikulum karena ia
menggambarkan ide atau pemikiran para pengambil keputusan yang digunakan sebagai dasar
bagi pengembangan kurikulum sebagai suatu pengalaman.
Aspek yang tidak terungkap secara jelas tetapi tersirat dalam definisi kurikulum
sebagai dokumen adalah bahwa rencana yang dimaksudkan dikembangkan berdasarkan suatu
pemikiran tertentu tentang kualitas pendidikan yang diharapkan. Perbedaan pemikiran atau
ide akan menyebabkan terjadinya perbedaan dalam kurikulum yang dihasilkan, baik sebagai
dokumen mau pun sebagai pengalaman belajar. Oleh karena itu Oliva (1997:12) mengatakan
“Curriculumitselfis a constructorconcept, a verbalizationofanextremelycomplexideaor set
ofideas”.
Selain kurikulum diartikan sebagai dokumen, para akhli kurikulum mengemukakan
berbagai definisi kurikulum yang tentunya dianggap sesuai dengan konstruk kurikulum yang
ada pada dirinya. Perbedaan pendapat para ahli didasarkan pada isu berikut ini:
 Filosofi kurikulum
 Ruang lingkup komponen kurikulum
 Polarisasi kurikulum – kegiatan belajar
 Posisi evaluasi dalam pengembangan kurikulum
Pengaruh pandangan filosofi terhadap pengertian kurikulum ditandai oleh pengertian
kurikulum yang dinyatakan sebagai “subjectmatter”, “content” atau bahkan “transfer
ofculture”. Khusus yang mengatakan bahwa kurikulum sebagai “transfer ofculture” adalah
dalam pengertian kelompok ahli yang memiliki pandangan filosofi yang dinamakan
perennialism (Tanner dan Tanner, 1980:104). Filsafat ini memang memiliki tujuan yang sama
dengan essentialism dalam hal intelektualitas. Seperti dikemukakan oleh Tanner dan Tanner
(1980:104-113) keduanya pandangan filosofi itu berpendapat bahwa adalah tugas kurikulum
untuk mengembangkan intelektualitas. Dalam istilah yang digunakan Tanner dan Tanner
(1980:104) perennialism mengembangkan kurikulum yang merupakan proses bagi
“cultivationoftherationalpowers: academicexcellence” sedangkan essentialism memandang
kurikulum sebagai rencana untuk mengembangkan “academicexcellence dan
cultivationofintellect”. Perbedaan antara keduanya adalah menurut pandangan perenialism
“thecultivationoftheintellectualvirtuesisaccomplishonlythroughpermanentstudiesthatconstitut
eourintellectualinheritance”. Permanentstudies adalah konten kurikulum yang berdasarkan
tradisi Barat terdiri atas Great Books, reading, rhetoric, andlogic, mathematics. Sedangkan
bagi essentialism beranggapan bahwa kurikulum haruslah mengembangkan “modern
needsthroughthe fundamental academicdisciplinesofEnglish, mathematics, science, history,
and modern languages” (Tanner dan Tanner, 1980:109).
Perbedaan ruang lingkup kurikulum juga menyebabkan berbagai perbedaan dalam
definisi. Ada yang berpendapat bahwa kurikulum adalah “statementofobjectives”
(McDonald; Popham), ada yang mengatakan bahwa kurikulum adalah rencana bagi guru
untuk mengembangkan proses pembelajaran atau instruction (Saylor, Alexander,danLewis,
1981) Ada yang mengatakan bahwa kurikulum adalah dokumen tertulis yang berisikan
berbagai komponen sebagai dasar bagi guru untuk mengembangkan kurikulum guru
(Zais,1976:10). Ada juga pendapat resmi negara seperti yang dinyatakan dalam Undang-
Undang nomor 20 tahun 2003 yang menyatakan bahwa kurikulum adalah “seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaranserta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untukmencapai tujuan pendidikan
tertentu” (pasal 1 ayat 19).
Definisi yang dikemukakan terdahulu menggambarkan pengertian yang membedakan
antara apa yang direncanakan (kurikulum) dengan apa yang sesungguhnya terjadi di kelas
(instruction atau pengajaran). Memang banyak akhli kurikulum yang menentang pemisahan
ini tetapi banyak pula yang menganut pendapat adanya perbedaan antara keduanya.
Kelompok yang menyetujui pemisahan itu beranggapan bahwa kurikulum adalah rencana
yang mungkin saja terlaksana tapi mungkin juga tidak sedangkan apa yang terjadi di
sekolah/kelas adalah sesuatu yang benar-benar terjadi yang mungkin berdasarkan rencana
tetapi mungkin juga berbeda atau bahkan menyimpang dari apa yang direncanakan.
Perbedaan titik pandangan ini tidak sama dengan perbedaan cara pandang antara kelompok
akhli kurikulum dengan akhliteaching (pangajaran). Baik akhli kurikulum mau pun
pengajaran mempelajari fenomena kegiatan kelas tetapi dengan latar belakang teoritik dan
tujuan.
B. Masalah-masalah Kurikulum di Indonesia
Begitu banyak masalah-masalah kurikulum dan pembelajaran yang dialami Indonesia.
Masalah-masalah ini turut andil dalam dampaknya terhadap pembelajaran dan pendidikan
Indonesia. Berikut ini adalah beberapa masalah kurikulum (menurut sudut pandang penulis) :
1. Kurikulum Indonesia Terlalu Kompleks
Jika dibandingkan dengan kurikulum di negara maju, kurikulum yang
dijalankan di Indonesia terlalu kompleks. Hal ini akan berakibat bagi guru dan siswa.
Siswa akan terbebani dengan segudang materi yang harus dikuasainya. Ssiswa harus
berusaha keras untuk memahami dan mengejar materi yang sudah ditargetkan. Hal ini
akan mengakibatkan siswa tidak akan memahami seluruh materi yang diajarkan.
Siswa akan lebih memilih untuk mempelajari materi dan hanya memahami sepintas
tentang materi tersebut. Dampaknya, pengetahuan siswa akan sangat terbatas dan
siswa kurang mengeluarkan potensinya, daya saing siswa akan berkurang.
Selain berdampak pada siswa, guru juga akan mendapat dampaknya. Tugas
guru akan semakin menumpuk dan kurang maksimal dalam memberikan pengajaran.
Guru akan terbebani dengan pencapaian target materi yang terlalu banyak, sekalipun
masih banyak siswa yang mengalami kesulitan, guru harus tetap melanjutkan materi.
Hal ini tidak sesuai dengan peran guru. Kurikulum di Indonesia yang cenderung fokus
pada kemampuan intelektual membuat bakat atau softskill siswa tidak berkembang.
Padahal, sebenarnya bakat siswa bermacam-macam dan tidak bisa dipaksa harus
berada di suatu bidang saja. Akibat softskill yang kurang tergali, di katakan Rektor
Universitas Pakuan, Bibin Rubini saat ini tawuran serta bentrok makin marak. Selain
itu, Bibin juga mengingatkan banyaknya aturan dan ketentuan yang ada dalam sistem
pendidikan tidak diimplementasikan. “Jika dilihat, sistem pendidikan kita tidak jauh
berbeda dengan negara lain. Hanya saja, di negara lain diimplementasikan dengan
baik, sedangkan di kita hanya sekadar aturan,” misalnya kebijakan sekolah gratis
tidak diterapkan dengan baik sehingga masih banyak siswa tidak mampu yang tidak
bisa mengenyam pendidikan karena keberatan dengan biaya pendidikan yang mahal.
Jadi kebijakan yang ada diimplementasikan dengan baik, terutama soal wajib belajar,
maka angka partisipasi kasar pendidikan kita tentu akan semakin meningkat (A-
155/A-89).
2. Seringnya Berganti Nama
Kurikulum di Indonesia sering sekali mengalami perubahan. Namun,
perubahan tersebut hanyalah sebatas perubahan nama semata. Tanpa mengubah
konsep kurikulum, tentulah tidak akan ada dampak positif dari perubahan kurikulum
Indonesia. Bahkan, pengubahan nama kurikulum mampu disajikan sebagai lahan
bisnis oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.
Pengubahan nama kurikulum tentulah memerlukan dana yang cukup banyak. Apabila
dilihat dari sudut pandang ekonomi, alangkah baiknya jika dana tersebut digunakan
untuk bantuan pendidikan yang lebih berpotensi untuk kemajuan pendidikan.
3. Kurangnya sumber prinsip pengembangan
Pengembangan suatu kurikulum tentu saja berdasarkan sumber prinsip, untuk
menunjukan dari mana asal mula lahirnya suatu prinsip pengembangan kurikulum.
Sumber prinsip pengembangan kurikulum yang dimaksud adalah data empiris
(pengalaman yang terdokumentasi dan terbukti efektif), data eksperimen (temuan
hasil penelitian), cerita/legenda yang hidup di masayaraksat (folkloreofcurriculum),
dan akal sehat (commonsense).
Namun dalam fakta kehidupan, data hasil penelitian (hard data) itu sifatnya sangat
terbatas. Terdapat banayk data yang bukan diperoleh dari hasil penelitian juga terbukti
efektif untuk memecahkan masalah-masalah yang komploks, diantaranya adat
kebiasaan yang hidup di masyarakat (folkloreofcuriculum). Ada juga hasil pemikiran
umum atau akal sehat (commonsense).
C. Solusi
Dari masalah-masalah yang telah diuraikan sebelumnya, tentu akan ada solusi yang
mampu untuk memecahkannya. Berikut ini adalah beberapa solusi yang dapat dilakukan :
1. Mengubah paradigma dari pengajaran yang berbasis sistetik-materialistik menjadi
religius. Solusi ini menunjukan akan berkurangnya kemerosotan moral. Dimana tidak
akan ada lagi siswa cerdas yang tidak bermoral.
2. Mengubah konsep awal paradigma kurikulum menjadi alur yang benar untuk
mencapai suatu tujuan yang sebenarnya.
3. Melakukan pemerataan pendidikan melalui pemerataan sarana dan prasarana ke
sekolah terpencil, sehingga tidak akan ada lagi siswa di daerah terpencil yang
terbelakang pendidikan.
4. Menjalankan kurikulum dengan sebaik mungkin.
5. Membersihkan organ-organ kurikulum darin oknum-oknum tak bertanggung jawab.
6. Mengadakan studi kasus penelitan di setiap daerah Nusantara, agar dapat melahirkan
pengalaman dan dokumentasi yang kuat dan efektif dalam pengembangan kurikulum.
Studi kasus penelitian ini seperti “Mempelajari dan memahami kebutuhan masyarakat
seperti yang dirumuskan dalam undang-undang, keputusan pemerintah, peraturan-
peraturan daerah dan lain sebagainya, Menganalisis budaya masyarakat tempat
sekolah berada, Menganalisis kekuatan serta potensi-potensi daerah, Menganalisis
syarat dan tuntutan tenaga kerja, Menginterpretasi kebutuhan individu dalam
kerangka kepentingan masyarakat”.
Faktor sosial budaya sangat penting dalam penyusunan kurikulum yang relevan, karena
kurikulum merupakan alat untuk merealisasikan sistem pendidikan, sebagai salah satu
dimensi dari kebudayaan. Implikasi dasarnya adalah sebagai berikut:
1. Kurikulum harus disusun berdasarkan kondisi sosial-budaya masyarakat. Kurikulum
disusun bukan saja harus berdasarkan nilai, adat istiadat, cita-cita dari masyarakat,
tetapi juga harus berlandaskan semua dimensi kebuadayaan seperti kehidupan
keluarga, ekonomi, politik, pendidikan dan sebagainya.
2. Karena kondisi sosial budaya senantiasa berubah dan berkembang sejalan dengan
perubahan masyarakat, maka kurikulum harus disusun dengan memperhatikan unsur
fleksibilitas dan bersifat dinamis, sehingga kurikulum tersebut senantiasa relevan
dengan masyarakat. Konsekuensi logisnya, pada waktunya perlu diadakan perubahan
dan revisi kurikulum, sesuai dengan perkembangan dan perubahan sosial budaya yang
ada pada saat itu.
3. Program kurikulum harus disusun dan mengandung materi sosial budaya dalam
masyarakat. Ini bukan hanya dimaksudkan untuk membudayakan anak didik, tetapi
sejalan dengan usaha mengawetkan kebudayaan itu sendiri. Kemajuan dalam bidang
teknologi akan memberikan bahan yang memadai dalam penyampaian teknologi baru
itu kepada siswa, yang sekaligus mempersiapkan mempersiapkan para siswa tersebut
agar mampu hidup dalam teknologi itu. Dengan demikian, sekolah benar-benar dapat
mengemban peran dan fungsinya sebagai lembaga modernisasi.
D. Proses Pengembangan Suatu Kurikulum
Dalam perjalanannya dunia Pendidikan Indonesia telah menerapkan enam kurikulum,
yaitu Kurikulum 1968, Kurikulum 1975, kurikulum1984, Kurikulum 1994, Kurikulum 2004
atau Kurikulum Berbasis Kompetensi (meski belum sempat disahkan pemerintah, tetapi
sempat berlaku di beberapa sekolah pilotingproject), dan terakhir Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) yang dikeluarkan pemerintah melalui Permen Diknas Nomor 22 tentang
Standar Isi, Permen Nomor 23 tentang Standar Komnpetensi Lulusan, dan Permen Nomor 24
tentang Pelaksanaan kedua Permen tersebut. Ada rumor yang berkembang dalam masyarakat
bahwa ada kesan “Ganti Menteri Pendidikan Ganti Kurikulum.” Kesan itu bisa benar bisa
tidak, tergantung dari sudut mana kita memandang. Kalau sudut pandangnya politis, maka
pergantian sistem pendidikan nasional, termasuk di dalamnya perubahan kurikulum akan
selalu dikaitkan dengan kekuasaan (siapa yang berkuasa).
Namun, kalau sudut pandangnya nonpolitis, pergantian kurikulum merupakan suatu hal
yang biasa dan suatu keniscayaan dalam rangka merespons perkembangan masyarakat yang
beitu cepat. Pendidikan harus mampu menyesuaikan dinamika yang berkembang dalam
masyarakat, terutama tuntutan dan kebutuh masyarakat. Dan itu bisa dijawab dengan
perubahan kurikulum. Seorang guru yang nantinya akan melaksanakan kurikulum di kelas
melalui proses belajar mengajar, dipandang perlu mengetahui dan memahami kurikulum
yang pernah berlaku di Indonesia. Dengan demikian, para guru dapat mengambil bagian yang
terbaik dari kurikulum yang berlaku di Indonesia untuk diimplementasikan dalam
menjalankan proses belajar mengajar.
1. Kurikulum 1968
Sebelum diterapkan kurikulum 1968, pada tahun 1947 pernah diterapkan Rencana
Pelajaran yang pada waktu itu menteri pendidikannya dijabat Mr. Suwandi. Rencana
Pelajaran 1947 memuat ketentuan sebagai berikut: (l) bahasa Indonesia digunakan
sebagai bahasa pengantar di sekolah; (2) jumlah mata pelajaran untuk Sekolah Rakyat
(SR) 16 bidang studi, SMP 17 bidang studi, SMA jurusan B 19 bidang studi. Lahirnya
Rencana Pelajaran 1947 diawali dari pembenahan sistem per sekolah pasca Indonesia
merdeka yang sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945. Akan tetapi, pembenahan ini
baru bisa diterapkan pada tahun 1965 melalui keputusan Presiden Nomor 19 Tahun 1965
tentang pokok-pokok sistem Pendidikan Nasional Pancasila. Jiwa kurikulum adalah
gotong royong dan demokrasi termengaja
Setelah berakhirnya kekuasaan orde lama, keluar Ketetapan MPRS Nomor
XXVII/MPRS/I966 yang berisi tujuan pendidikan membentuk manusia Pancasilais
sejati. Dua tahun kemudian lahirlah Kurikulum 1968, sebuah pedoman praksis
pendidikan yang terstruktur pertama kali (Cony Semiawan, 19B0). Tujuan pendidikan
menurut Kurikulum 1968 adalah mempertinggi mental-moral budi pekerti dan
memperkuat keyakinan beragama, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta
membina/mengembangkan fisik yang kuat dan sehat. Ketentuan-ketentuan dalam
kurikulum 1968 adalah: (1) bersifat: correlatedsubjectcurrikulum; (2) jumlah mata
pelajaran untuk SD 10 bidang studi, SMP 18 bidang studi (Bahasa Indonesia dibedakan
bahasa Indonesia I dan II, SMA jurusan A 18 bidang studi, SMA jurusan B 20 bidang
studi, jurusan SMA C 19 bidang studi; (3) penjurusan SMA dilakukan di kelas II. Pada
waktu diberlakukan Kurikulum I968 yang mejabat menteri pendidikan adalah Mashuri.
S.H.
2. Kurikulum 1975
Kurikulum ini ditetapkan ketika menteri pendidikan dijabat Letjen TNI Dr. Syarif
Thajeb (1973-1978). Ketentuan-ketentuan Kurikulum 1975 adalah: (1) Sifat:
integratedcurriculumorganization; (2) SD mempunyai satu struktur program terdiri atas 9
bidang studi; (3) pelajaran Ilmu Alam dan llmu Hayat menjadi Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA); (4) pelajaran Ilmu Aljabar dan Ilmu Ukur menjadi Matematika; (5) jumlah mata
pelajaran SMP dan SMA menjadi 11 bidang studi; (6) penjurusan SMA dibagi tiga IPA,
IPS dan Bahasa dimulai pada permulaan semester II kelas 1. Ketika belum semua
sekolah mengimplementasikan Kurikulum 1975, mulai dirasakan kurikulum ini tidak
bisa mengejar kemajuan pesat masyarakat. Maka kurikulum 1975 diganti oleh
Kurikulum 1984.
3. Kurikulum 1984
Kurikulum ini diterapkan ketika menteri pendidikan dijabat oleh Prof. Dr. Nugroho
Notosusanto seorang ahli sejarah Indoesia. Ketentuan-ketentuan dalam Kurikulum 1984
adalah: (1) Sifat: ContentBasedCurnculum; (2) Program pelajaran mencakup 11 bidang
studi; (3) Jumlah mata pelajaran SMP menjadi 12 bidang studi; (4) Jumlah mata
pelajaran SMA 15 bidang studi untuk program inti, 4 bidang studi untuk program
pilihan; (5) Penjuusan SMA dibagi lima: program A1 (Ilmu Fisika), A2 (Ilmu Biologi),
A3 Ilmu Sosial, A4 Ilmu Budaya, dan A5 (Ilmu Agama); (6) Penjurusan dilakukan di
kelas II. Pada Kurikulum 1984 penambahan bidang studi, yakni Pendidikan Sejarah
Perjuangan Bangsa (PSPB). Hal ini bisa dimaklumi karena menteri pendidikan saat itu
dijabat oleh seorang sejarawan. Dalam perjalanannya, Kurikulum 1984 dianggap oleh
banyak kalangan dianggap sarat beban sehingga diganti dengan Kurikulum 1994 yang
lebih sederhana.
4. Kurikulum 1994
Kurikulum ini ditetapkan ketika menteri pendidikan dijabat oleh Prof Dr. Ing
Wardiman Djojonegoro seorang teknokrat yang menimba ilmu di Jerman Barat bersama
BJ. Habibie. Ketentuan-ketentuan yang ada dalam Kurikulum 1994 adalah: (l) bersifat:
ObjectiveBasedCurriculum: (2) nama SMP diganti mejadi SLTP (Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama) dan SMA diganti SMU (Sekolah Menengah Umum); (3) mata
pelajaran PSPB dihapus; (4) program pengajaran SD dan SLTP disusun dalam 13 mata
pelajaran; (5) Program pengajaran SMU disusun dalam 10 mata pelajaran; (6)
Penjurusan SMA dilakukan di kelas II yang
Dari program IPA, program IPS, dan program Bahasa. Ketika reformasi bergulir
tahun 1998, Kurikulum 1994 mengalami penyesuaian-penyesuaian dalam rangka
mengakomodasi tuntutan reformasi. Oleh karena itu, muncul suplemen Kurikulurn 1994
yang lahir tahun 1999. Dalam suplemen tersebut ada penyesuaian-penyesuaian materi
pelajaran, terutama mata pelajaran seperti PPKN, Sejarah, dan beberapa mata pelajaran
yang lainnya. Lagi-lagi kurikulum ini pun mengalami nasib yang sama dengan
kurikulum sebelumnya. Bersamaan dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menggantikan Undang-Undang Nomor 2
Tahun 1989, pemerinrah melalui Departemen pendidikan Nasional menggagas
kurikulum baru yang diberi nama Kurikulum Berbasis Kompetensi
5. Kurikulum Berbasis Kompetensi (Kurikulum 2004)
Kurikulum Berbasis Kompetensi lahir di tengah-tengah adanya tuntutan mutu
pendidikan di Indonesia. Banyak kalangan yang berpendapat bahwa mutu pendidikan
Indonesia semakin hari semakin terpuruk. Bahkan dengan negara tetangga pun yang dulu
belajar ke Indonesia, seperti Malaysia, Indonesia tertinggal dalam hal mutu pendidikan.
Pendidikan di Indonesia dianggap hanya melahirkan lulusan yang akan menjadi beban
negara dan masyarakat, karena kurang ditunjang dengan kompetensi yang memadau
ketika terjun dalam masyarakat. Untuk merespons hal tersebut pemerintah melalui
Departemen Pendidikan Nasional menawarkan kurikulum yang dianggap mampu
menjawab problematika seputar rendahnya mutu pendidikan dewasa ini. Karena dalam
Kurikulum Berbasis Komperensi peserta didik diarahkan untuk menguasai sejumlah
kompetensi sesuai dengan standar yang telah ditentukan (Kunandar, 2005).
Kurikulum Berbasis Komperensi digagas ketika Menteri Pendidikan dijabat oleh
Prof. Abdul Malik Fadjar, M.Sc. Ketentuan-ketentuan yang ada dalam Kurikulum
Berbasis Kompetensi adalah: (1) bersifat: CompetencyBasedCurriculum: (2) penyebutan
SLTP menjadi SMP (Sekolah Menengah Pertama) dan SMU menjadi SMA 9Sekolah
Menengah Atas); (3) program pengajaran SD disusun 7 mata pelajaran; (4) program
pengajaran SMP disusun dalam 11 mata pelajaran; (5) program pengajaran SMA disusun
dalam 17 mata pelajaran; (6) penjurusan SMA dilakukan di kelas II, terdiri atas Ilmu
Alam, Sosial, dan Bahasa (Kompas, 16 Agustus 2005)
Kurikulum Berbasis Kompetensi meskipun sudah diujicobakan di beberapa sekolah
melalur pilot project, tetapi ironisnya pemerintah dalam hal ini Departemen Pendidikan
Nasional belum mengesahkan kurikulum ini secara formal. Sepertinya pemerintah masih
ragu-ragu dengan kurikulum ini. Hal ini dimaklumi, karena uji coba kurikulum ini
menuai kritik dari berbagai kalangan, baik para ahli pendidikan maupun praktisi
pendidikan. Beberapa kritik terhadap kurikulum ini adalah: (1) Masih sarat dengan
materi sehingga ketakutan guru akan dikejar-kejar materi seperti yang terjadi pada
kurikulum 1994 akan terulang kembali; (2) pemerintah pusat dalam hal ini Departemen
Pendidikan Nasional masih terlalu intervensi terhadap kewenangan sekolah dan guru
untuk mengembangkan kurikulum tersebut; (3) masih belum jelasnya (bias) pengertian
kompetensi sehingga ketika diteraplkan pada standar, kompetensi kelulusan belum
terlalu aplikatif; (4) adanya sistem penilaian yang belum begitu jelas dan terukur.
Melalui kebijakan pemerintah, kurikulum berbasis kompetensi mengalami revisi,
dengan dikeluarkannya Permen Diknas Nomor 22 tentang Standar Isi, Permen Diknas
Nomor 23 tentang Standar Kompetensi Lulusan, dan Permen Diknas Nomor 24 tentang
Pelaksanaan kedua permen di atas. Ketiga permen tersebut dikeluarkan pada tahun 2006.
Dengan dikeluarkannya ketiga permen tersebut seakan menjawab ketidakjelasan nasib
KBK yung selama ini sudah diterapkan di beberapa sekolah, baik melalui pitot project
atau swadaya dari sekolah tersebut. Keterandan dan keunggulan kurikulum ini pun masih
perlu diuji di lapangan dan waktu yang nanti akan menjawabnya.
6. Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP)
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan revisi dan pengembangan dari
Kurikulum Berbasis Kompetensi atau ada yang menyebut Kurikulum 2004. KTSP lahir
karena dianggap KBK masih sarat dengan beban belajar dan pemerintah pusat dalam hal
ini Depdiknas masih dipandang terlalu intervensi dalam mengembangan kurikulum. OIeh
karena itu, dalam KTSP beban belajar siswa sedikit berkurang dan tingkat satuan
pendidikan (sekolah, guru, dan komite sekolah) diberikan kewenangan untuk
mengembangan kurikulum, seperti membuat indikator, silabus, dan beberapa komponen
kurikulum lainnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Indonesia mengalami kemerosotan di bidang pendidikan. Jika dibandingkan dengan
negara lain, Indonesia menduduki peringkat di bawah negara-negara di Asia. Hal ini sangat
berkatan dengan masalah-masalah kurikulum yang dihadapi Indonesia. Masalah kurikulum di
Indonesia dapat diselesaikan tidak cukup dengan mengganti namanya saja, melainkan harus
melakukan perombakan secara menyeluruh dari kurikulum.
Masalah kurikulum juga terletak dari sarana dan prasarana yang kurang merata. Selain
itu, kurikulum Indonesia yang terlalu kompleks, kurangnya sumber prinsip pengembangan
dan membebani siswa beserta guru yang berkaitan menjadikan kurang maksimalnya
pembelajaran.
B. Saran
Persoalan yang sering kita temui di lapangan jangankan menyusun kurikulum, menjalankan
kurikulum yang sudah ada sulitnya bukan main. Oleh karena itu, diperlukan upaya-upaya
kongkrit untuk mengiringi suksesnya penyempurnaan kurikulum ini.
Langkah perbaikan itu ibarat pepetah tiada rotan akarpun berguna, maka pemerintah
sebaiknya melakukan berbagai langkah perbaikan konsep dengan melibatkan berbagai
unsur/Stakholders pendidikan dan melakukan studi/penelitian lebih mendalam sebelum
kebijakan tersebut bergulir.
DAFTAR PUSTAKA
http://situs-berita-terbaru.blogspot.com/2012/07/kurikulum-pendidikan-di-indonesia.html.
https://fadlibae.wordpress.com/2010/03/24/masalah-kurikulum-dalam-pendidikan/
Tim pengembang MKDP kurikulum dan pembelajaran, (2011/03).

More Related Content

What's hot

RUANG KOLABORASI FILOSOFI TOPIK 3 KEL 4.pptx
RUANG KOLABORASI FILOSOFI TOPIK 3 KEL 4.pptxRUANG KOLABORASI FILOSOFI TOPIK 3 KEL 4.pptx
RUANG KOLABORASI FILOSOFI TOPIK 3 KEL 4.pptx
melydachusnulc
 
Statistika Dasar PGSD
Statistika Dasar PGSDStatistika Dasar PGSD
Statistika Dasar PGSD
SitiAminahNababan
 
Memberikan skor-dan-nilai
Memberikan skor-dan-nilaiMemberikan skor-dan-nilai
Memberikan skor-dan-nilai
Syafriyan Tingga
 
Contoh buku catatan perkembangan siswa
Contoh buku catatan perkembangan siswaContoh buku catatan perkembangan siswa
Contoh buku catatan perkembangan siswa
lee adlia
 
Annova 2 jalur
Annova 2 jalurAnnova 2 jalur
Annova 2 jalur
Dia Cahyawati
 
Topik 3 Demonstrasi Konstektual - Filosofi Pendidikan Indonesia.pptx
Topik 3 Demonstrasi Konstektual - Filosofi Pendidikan Indonesia.pptxTopik 3 Demonstrasi Konstektual - Filosofi Pendidikan Indonesia.pptx
Topik 3 Demonstrasi Konstektual - Filosofi Pendidikan Indonesia.pptx
AyuAndhira1
 
Lembar Kerja Peserta Didik ( LKPD )
Lembar Kerja Peserta Didik ( LKPD )Lembar Kerja Peserta Didik ( LKPD )
Lembar Kerja Peserta Didik ( LKPD )
kikiismayanti
 
Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)
Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)
Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)
Mayawi Karim
 
Instrumen penelitian
Instrumen penelitianInstrumen penelitian
Instrumen penelitian
Miira Mizhha As-Sauby
 
Hakikat pembelajaran ipa di sd
Hakikat pembelajaran ipa di sdHakikat pembelajaran ipa di sd
Hakikat pembelajaran ipa di sdsafran hasibuan
 
Media pembelajaran kelas 2
Media pembelajaran kelas 2 Media pembelajaran kelas 2
Media pembelajaran kelas 2
Dianisa Sarjani
 
Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi PembelajaranEvaluasi Pembelajaran
Evaluasi Pembelajaran
Nini Ibrahim01
 
Aliran aliran pendidikan
Aliran aliran pendidikanAliran aliran pendidikan
Aliran aliran pendidikan
Olivia Tifani
 
PENILAIAN KOGNITIF, AFEKTIF. DAN PSIKOMOTORIK
PENILAIAN KOGNITIF, AFEKTIF. DAN PSIKOMOTORIKPENILAIAN KOGNITIF, AFEKTIF. DAN PSIKOMOTORIK
PENILAIAN KOGNITIF, AFEKTIF. DAN PSIKOMOTORIK
candraabdillah1
 
Jenis Data Statistik
Jenis Data StatistikJenis Data Statistik
Jenis Data Statistik
Nailul Hasibuan
 
JENIS-JENIS PENELITIAN, PERBEDAANNYA DAN SISTEMATIKA RANCANGANNYA
JENIS-JENIS PENELITIAN, PERBEDAANNYA DAN SISTEMATIKA RANCANGANNYAJENIS-JENIS PENELITIAN, PERBEDAANNYA DAN SISTEMATIKA RANCANGANNYA
JENIS-JENIS PENELITIAN, PERBEDAANNYA DAN SISTEMATIKA RANCANGANNYA
Lola Nurhidayaty
 
Pemanfaatan Media Non-Cetak Berupa Transparansi Audio
Pemanfaatan Media Non-Cetak Berupa Transparansi AudioPemanfaatan Media Non-Cetak Berupa Transparansi Audio
Pemanfaatan Media Non-Cetak Berupa Transparansi Audio
siska sri asali
 
UJI BEDA (KOMPARASI) t - TEST (PRETEST-POSTEST)
UJI BEDA (KOMPARASI) t - TEST (PRETEST-POSTEST)UJI BEDA (KOMPARASI) t - TEST (PRETEST-POSTEST)
UJI BEDA (KOMPARASI) t - TEST (PRETEST-POSTEST)
EDI RIADI
 
Makalah Variabel Penelitian.docx
Makalah Variabel Penelitian.docxMakalah Variabel Penelitian.docx
Makalah Variabel Penelitian.docx
MutiaraPratiwi17
 
Perubahan kurikulum
Perubahan kurikulumPerubahan kurikulum
Perubahan kurikulumsyahriani612
 

What's hot (20)

RUANG KOLABORASI FILOSOFI TOPIK 3 KEL 4.pptx
RUANG KOLABORASI FILOSOFI TOPIK 3 KEL 4.pptxRUANG KOLABORASI FILOSOFI TOPIK 3 KEL 4.pptx
RUANG KOLABORASI FILOSOFI TOPIK 3 KEL 4.pptx
 
Statistika Dasar PGSD
Statistika Dasar PGSDStatistika Dasar PGSD
Statistika Dasar PGSD
 
Memberikan skor-dan-nilai
Memberikan skor-dan-nilaiMemberikan skor-dan-nilai
Memberikan skor-dan-nilai
 
Contoh buku catatan perkembangan siswa
Contoh buku catatan perkembangan siswaContoh buku catatan perkembangan siswa
Contoh buku catatan perkembangan siswa
 
Annova 2 jalur
Annova 2 jalurAnnova 2 jalur
Annova 2 jalur
 
Topik 3 Demonstrasi Konstektual - Filosofi Pendidikan Indonesia.pptx
Topik 3 Demonstrasi Konstektual - Filosofi Pendidikan Indonesia.pptxTopik 3 Demonstrasi Konstektual - Filosofi Pendidikan Indonesia.pptx
Topik 3 Demonstrasi Konstektual - Filosofi Pendidikan Indonesia.pptx
 
Lembar Kerja Peserta Didik ( LKPD )
Lembar Kerja Peserta Didik ( LKPD )Lembar Kerja Peserta Didik ( LKPD )
Lembar Kerja Peserta Didik ( LKPD )
 
Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)
Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)
Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)
 
Instrumen penelitian
Instrumen penelitianInstrumen penelitian
Instrumen penelitian
 
Hakikat pembelajaran ipa di sd
Hakikat pembelajaran ipa di sdHakikat pembelajaran ipa di sd
Hakikat pembelajaran ipa di sd
 
Media pembelajaran kelas 2
Media pembelajaran kelas 2 Media pembelajaran kelas 2
Media pembelajaran kelas 2
 
Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi PembelajaranEvaluasi Pembelajaran
Evaluasi Pembelajaran
 
Aliran aliran pendidikan
Aliran aliran pendidikanAliran aliran pendidikan
Aliran aliran pendidikan
 
PENILAIAN KOGNITIF, AFEKTIF. DAN PSIKOMOTORIK
PENILAIAN KOGNITIF, AFEKTIF. DAN PSIKOMOTORIKPENILAIAN KOGNITIF, AFEKTIF. DAN PSIKOMOTORIK
PENILAIAN KOGNITIF, AFEKTIF. DAN PSIKOMOTORIK
 
Jenis Data Statistik
Jenis Data StatistikJenis Data Statistik
Jenis Data Statistik
 
JENIS-JENIS PENELITIAN, PERBEDAANNYA DAN SISTEMATIKA RANCANGANNYA
JENIS-JENIS PENELITIAN, PERBEDAANNYA DAN SISTEMATIKA RANCANGANNYAJENIS-JENIS PENELITIAN, PERBEDAANNYA DAN SISTEMATIKA RANCANGANNYA
JENIS-JENIS PENELITIAN, PERBEDAANNYA DAN SISTEMATIKA RANCANGANNYA
 
Pemanfaatan Media Non-Cetak Berupa Transparansi Audio
Pemanfaatan Media Non-Cetak Berupa Transparansi AudioPemanfaatan Media Non-Cetak Berupa Transparansi Audio
Pemanfaatan Media Non-Cetak Berupa Transparansi Audio
 
UJI BEDA (KOMPARASI) t - TEST (PRETEST-POSTEST)
UJI BEDA (KOMPARASI) t - TEST (PRETEST-POSTEST)UJI BEDA (KOMPARASI) t - TEST (PRETEST-POSTEST)
UJI BEDA (KOMPARASI) t - TEST (PRETEST-POSTEST)
 
Makalah Variabel Penelitian.docx
Makalah Variabel Penelitian.docxMakalah Variabel Penelitian.docx
Makalah Variabel Penelitian.docx
 
Perubahan kurikulum
Perubahan kurikulumPerubahan kurikulum
Perubahan kurikulum
 

Similar to permasalahan kurikulum dalam pendidikan.docx

Kurikulum dan tujuan pendidikan fix
Kurikulum dan tujuan pendidikan fixKurikulum dan tujuan pendidikan fix
Kurikulum dan tujuan pendidikan fixwiwidwidyawati
 
UTS Semester Ganjil Kurikulum dan Pembelajaran
UTS Semester Ganjil Kurikulum dan PembelajaranUTS Semester Ganjil Kurikulum dan Pembelajaran
UTS Semester Ganjil Kurikulum dan Pembelajaran
Universitas Pendidikan Indonesia
 
Curriculum Development
Curriculum DevelopmentCurriculum Development
Curriculum Development
Es Be
 
Makalah pola dan desai kurikulum
Makalah pola dan desai kurikulumMakalah pola dan desai kurikulum
Makalah pola dan desai kurikulum
Google
 
Konsep Kegiatan Ekstra Kurikulum.pdf
Konsep Kegiatan Ekstra Kurikulum.pdfKonsep Kegiatan Ekstra Kurikulum.pdf
Konsep Kegiatan Ekstra Kurikulum.pdf
Zukét Printing
 
Maksud kurikulum
Maksud kurikulumMaksud kurikulum
Maksud kurikulum
shahrul93
 
Hakikat dan Substansi Kurikulum
Hakikat dan Substansi KurikulumHakikat dan Substansi Kurikulum
Hakikat dan Substansi Kurikulum
Hariyatunnisa Ahmad
 
NPI.doc (1).docx
NPI.doc (1).docxNPI.doc (1).docx
NPI.doc (1).docx
DinaAuliyaRahma
 
Makalah perkembangan kurikulum
Makalah perkembangan kurikulumMakalah perkembangan kurikulum
Makalah perkembangan kurikulum
afrianarohmi1
 
Konsep Kegiatan Ekstra Kurikulum.docx
Konsep Kegiatan Ekstra Kurikulum.docxKonsep Kegiatan Ekstra Kurikulum.docx
Konsep Kegiatan Ekstra Kurikulum.docx
Zukét Printing
 
Teori dan konsep pendidikan
Teori dan konsep pendidikanTeori dan konsep pendidikan
Teori dan konsep pendidikan
Novie Purwaningsih
 
Tugas kurikulum & pembelajran nely agustiany
Tugas kurikulum & pembelajran nely agustianyTugas kurikulum & pembelajran nely agustiany
Tugas kurikulum & pembelajran nely agustianyRobby Rudianshah
 
Pengembangan kurikulum
Pengembangan kurikulum Pengembangan kurikulum
Pengembangan kurikulum
Tatik prisnamasari
 
Ktsp dan kbk
Ktsp dan kbkKtsp dan kbk
Iik yulia wisantika pend.ekonomi 2011031064
Iik yulia wisantika pend.ekonomi 2011031064Iik yulia wisantika pend.ekonomi 2011031064
Iik yulia wisantika pend.ekonomi 2011031064iik30
 
Organisasi Kurikulum
Organisasi KurikulumOrganisasi Kurikulum
Organisasi Kurikulum
Universitas Negeri Makassar
 
Tugas uas kurikulum
Tugas uas kurikulumTugas uas kurikulum
Tugas uas kurikulum
huzaipah
 
Ilmu Pendidikan Islam
Ilmu Pendidikan IslamIlmu Pendidikan Islam
Ilmu Pendidikan Islam
pita pulungan
 

Similar to permasalahan kurikulum dalam pendidikan.docx (20)

Kurikulum dan tujuan pendidikan fix
Kurikulum dan tujuan pendidikan fixKurikulum dan tujuan pendidikan fix
Kurikulum dan tujuan pendidikan fix
 
UTS Semester Ganjil Kurikulum dan Pembelajaran
UTS Semester Ganjil Kurikulum dan PembelajaranUTS Semester Ganjil Kurikulum dan Pembelajaran
UTS Semester Ganjil Kurikulum dan Pembelajaran
 
Curriculum Development
Curriculum DevelopmentCurriculum Development
Curriculum Development
 
Makalah pola dan desai kurikulum
Makalah pola dan desai kurikulumMakalah pola dan desai kurikulum
Makalah pola dan desai kurikulum
 
Konsep Kegiatan Ekstra Kurikulum.pdf
Konsep Kegiatan Ekstra Kurikulum.pdfKonsep Kegiatan Ekstra Kurikulum.pdf
Konsep Kegiatan Ekstra Kurikulum.pdf
 
Maksud kurikulum
Maksud kurikulumMaksud kurikulum
Maksud kurikulum
 
Kurikulum pembelajaran
Kurikulum pembelajaranKurikulum pembelajaran
Kurikulum pembelajaran
 
Hakikat dan Substansi Kurikulum
Hakikat dan Substansi KurikulumHakikat dan Substansi Kurikulum
Hakikat dan Substansi Kurikulum
 
NPI.doc (1).docx
NPI.doc (1).docxNPI.doc (1).docx
NPI.doc (1).docx
 
Makalah perkembangan kurikulum
Makalah perkembangan kurikulumMakalah perkembangan kurikulum
Makalah perkembangan kurikulum
 
Konsep Kegiatan Ekstra Kurikulum.docx
Konsep Kegiatan Ekstra Kurikulum.docxKonsep Kegiatan Ekstra Kurikulum.docx
Konsep Kegiatan Ekstra Kurikulum.docx
 
Teori dan konsep pendidikan
Teori dan konsep pendidikanTeori dan konsep pendidikan
Teori dan konsep pendidikan
 
Tugas kurikulum & pembelajran nely agustiany
Tugas kurikulum & pembelajran nely agustianyTugas kurikulum & pembelajran nely agustiany
Tugas kurikulum & pembelajran nely agustiany
 
Pengembangan kurikulum
Pengembangan kurikulum Pengembangan kurikulum
Pengembangan kurikulum
 
Ktsp dan kbk
Ktsp dan kbkKtsp dan kbk
Ktsp dan kbk
 
Iik yulia wisantika pend.ekonomi 2011031064
Iik yulia wisantika pend.ekonomi 2011031064Iik yulia wisantika pend.ekonomi 2011031064
Iik yulia wisantika pend.ekonomi 2011031064
 
Organisasi Kurikulum
Organisasi KurikulumOrganisasi Kurikulum
Organisasi Kurikulum
 
Tugas uas kurikulum
Tugas uas kurikulumTugas uas kurikulum
Tugas uas kurikulum
 
Proses Belajar Mengajar
Proses Belajar MengajarProses Belajar Mengajar
Proses Belajar Mengajar
 
Ilmu Pendidikan Islam
Ilmu Pendidikan IslamIlmu Pendidikan Islam
Ilmu Pendidikan Islam
 

Recently uploaded

Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Kanaidi ken
 
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Fathan Emran
 
92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf
92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf
92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf
tsuroyya38
 
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdfTokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Mutia Rini Siregar
 
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptxPembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Sosdiklihparmassdm
 
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase eAlur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
MsElisazmar
 
Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdf
Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdfRangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdf
Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdf
mad ros
 
Biografi Presiden Republik Indonesia.pdf
Biografi Presiden Republik Indonesia.pdfBiografi Presiden Republik Indonesia.pdf
Biografi Presiden Republik Indonesia.pdf
pristayulianabila
 
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptxPemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
ssuser4dafea
 
Perencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMP
Perencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMPPerencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMP
Perencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMP
TriSutrisno48
 
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdfJuknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
HendraSagita2
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
nasrudienaulia
 
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi KomunikasiMateri Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
AdePutraTunggali
 
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptxRPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
YongYongYong1
 
Demonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdf
Demonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdfDemonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdf
Demonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdf
d2spdpnd9185
 
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptxPPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
AqlanHaritsAlfarisi
 
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdfKelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
JALANJALANKENYANG
 

Recently uploaded (20)

Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
 
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
 
92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf
92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf
92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf
 
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdfTokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
 
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptxPembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
 
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase eAlur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
 
Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdf
Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdfRangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdf
Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdf
 
Biografi Presiden Republik Indonesia.pdf
Biografi Presiden Republik Indonesia.pdfBiografi Presiden Republik Indonesia.pdf
Biografi Presiden Republik Indonesia.pdf
 
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptxPemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
 
Perencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMP
Perencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMPPerencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMP
Perencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMP
 
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdfJuknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
 
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
 
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi KomunikasiMateri Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
 
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
 
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptxRPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
 
Demonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdf
Demonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdfDemonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdf
Demonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdf
 
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptxPPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
 
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdfKelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
 

permasalahan kurikulum dalam pendidikan.docx

  • 1. PERMASALAHAN KURIKULUM DALAM PENDIDIKAN Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kurikulun PBSI Dosen Pengampu : Laila Tri Lestari, M.Pd Disusun Oleh : Kelompok 1 Juk Melli Jayatri (21032029) Elva Eriyanti (21032019) Nadiela Qotrunada (21032002) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS ISLAM DARUL ULUM LAMONGAN 2021
  • 2. KATA PENGANTAR Alhamdulillah kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT. Karena atas berkah, rahmat dan izin-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang Alhamdhulillah tepat padawaktunya. Tak lupa pula sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada nabi besar Muhammad SAW yang telah membimbing kita dari kegelapan menuju jalan yang terang benerang yakni agama islam. Makalah ini menjelaskan mengenai materi “klasifikasi bunyi suprasegmental, bunyi pengiring diftong, kluster dan silaba” setiap pembahasan dibicarakan secara ringkas. Kami menyadari makalah ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya baik dalam isi maupun sistematikanya, hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan wawasan kami. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Ibu Dosen pengampu kami yaitu Ibu Laila Tri Lestari,M.Pd. Terimakasih juga untuk teman-teman yang memberi masukan dan terlibat dalam pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat guna mengembangkan bahasa nasional kita. Lamongan, 21 Maret 2022 Penyusun
  • 3. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR........................................................................................ l DAFTAR ISI...................................................................................................... ll BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang.......................................................................................... B. Rumusan Masalah.................................................................................... C. Maksud dan Tujuan.................................................................................. BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Kurikulum........................................................... B. Masalah-masalah Kurikulum di Indonesia........................................... C. Solusi...................................................................................................... D. Proses Pengembangan Suatu Kurikulum.................................. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan............................................................................................... B. Saran......................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... .
  • 4. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum merupakan alat yang sangat penting bagi keberhasilan suatu pendidikan. Tanpa kurikulum yang sesuai dan tepat akan sulit untuk mencapai tujuan dan sasaran pendidikan yang diinginkan. Dalam sejarah pendidikan di Indonesia sudah beberapa kali diadakan perubahan dan perbaikan kurikulum yang tujuannya sudah tentu untuk menyesuaikannya dengan perkembangan dan kemajuan zaman, guna mencapai hasil yang maksimal. Pembelajaran di Indonesia hingga saat ini masih dianggap belum maksimal. Pembelajaran di sekolah memberikan dampak pada pendidikan di Indonesia. Jika dibandingkan dengan negara lain, pendidikan di Indonesia masih sangat jauh. Pendidikan merupakan hal yang berkaitan dengan sistem kurikulum yang dijalankan. Kemerosotan pendidikan di Indonesia yang tertinggal dari negara lain, sangat erat kaitannya dengan masalah-masalah kurikulum yang dijalankan oleh para tenaga pendidik dan Mendiknas. Untuk memajukan kembali pendidikan di Indonesia, maka kita harus terlebih dahulu mengetahui masalah-masalah yang telah dihadapi oleh kurikulum Indonesia. Setelah itu, barulah kita mampu mencari solusi untuk memecahkan masalah kurikulum di Indonesia. Perubahan secara terus menerus ini menuntut perlunya perbaikan sistem pendidikan nasional, termasuk penyempurnaan kurikulum untuk mewujudkan masyarakat yang mampu bersaing dan menyesuaikan diri dengan perubahan. Perubahan kurikulum yang terjadi di Indonesia dewasa ini salah satu diantaranya adalah karena ilmu pengetahuan itu sendiri selalu dinamis. Selain itu, perubahan tersebut juga dinilainya dipengaruhi oleh kebutuhan manusia yang selalu berubah juga pengaruh dari luar, dimana secara menyeluruh kurikulum itu tidak berdiri sendiri, tetapi dipengaruhi oleh prubahan iklim ekonomi, politik, dan kebudayaan. Sehingga dengan adanya perubahan kurikulum itu, pada gilirannya berdampak pada kemajuan bangsa dan negara. Kurikulum pendidikan harus berubah tapi diiringi juga dengan perubahan dari seluruh masyarakat pendidikan di Indonesia yang harus mengikuti perubahan tersebut, karena kurikulum itu bersifat dinamis bukan stasis, kalau kurikulum bersifat statis maka itulah yang merupakan kurikulum yang tidak baik.
  • 5. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah sebagai berikut: 1. Masalah kurikulum yang kompleks di Indonesia 2. Masalah kurikulum di Indonesia sering berganti nama 3. Masalah kurangnya sumber prinsip pengembangan kurikulm di Indonesi C. Tujuan Penulisan Ada pun tujuan penulisan dalam makalah ini, di antaranya adalah: 1. Memenuhi salah satu tugas individu mata kuliah pengelolaan pendidikan 2. Mengetahui masalah-masalah yang terjadi pada kurikulum di Indonesia 3. Mengetahui cara atau solusi untuk mengatasi masalah kurikulum di Indonesia
  • 6. BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Kurikulum Kurikulum adalah segala sesuatu yang dijalankan, dilaksanakan, direncanakan, diajukan dan diawasi pelaksanaannya yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan, perkembangan siswa agar mampu ikut andil dalam masyarakat dan berguna bagi masyarakat, juga akan berguna masa depannya kelak. Dalam banyak literature, kurikulum diartikan sebagai: suatu dokumen atau rencana tertulis mengenai kualitas pendidikan yang harus dimiliki oleh peserta didik melalui suatu pengalaman belajar. Pengertian ini mengandung arti bahwa kurikulum harus tertuang dalam satu atau beberapa dokumen atau rencana tertulis. Dokumen atau rencana tertulis itu berisikan pernyataan mengenai kualitas yang harus dimiliki seorang peserta didik yang mengikuti kurikulum tersebut. Pengertian kualitas pendidikan di sini mengandung makna bahwa kurikulum sebagai dokumen merencanakan kualitas hasil belajar yang harus dimiliki peserta didik, kualitas bahan/konten pendidikan yang harus dipelajari peserta didik, kualitas proses pendidikan yang harus dialami peserta didik. Kurikulum dalam bentuk fisik ini seringkali menjadi fokus utama dalam setiap proses pengembangan kurikulum karena ia menggambarkan ide atau pemikiran para pengambil keputusan yang digunakan sebagai dasar bagi pengembangan kurikulum sebagai suatu pengalaman. Aspek yang tidak terungkap secara jelas tetapi tersirat dalam definisi kurikulum sebagai dokumen adalah bahwa rencana yang dimaksudkan dikembangkan berdasarkan suatu pemikiran tertentu tentang kualitas pendidikan yang diharapkan. Perbedaan pemikiran atau ide akan menyebabkan terjadinya perbedaan dalam kurikulum yang dihasilkan, baik sebagai dokumen mau pun sebagai pengalaman belajar. Oleh karena itu Oliva (1997:12) mengatakan “Curriculumitselfis a constructorconcept, a verbalizationofanextremelycomplexideaor set ofideas”. Selain kurikulum diartikan sebagai dokumen, para akhli kurikulum mengemukakan berbagai definisi kurikulum yang tentunya dianggap sesuai dengan konstruk kurikulum yang ada pada dirinya. Perbedaan pendapat para ahli didasarkan pada isu berikut ini:  Filosofi kurikulum  Ruang lingkup komponen kurikulum  Polarisasi kurikulum – kegiatan belajar  Posisi evaluasi dalam pengembangan kurikulum Pengaruh pandangan filosofi terhadap pengertian kurikulum ditandai oleh pengertian kurikulum yang dinyatakan sebagai “subjectmatter”, “content” atau bahkan “transfer ofculture”. Khusus yang mengatakan bahwa kurikulum sebagai “transfer ofculture” adalah dalam pengertian kelompok ahli yang memiliki pandangan filosofi yang dinamakan
  • 7. perennialism (Tanner dan Tanner, 1980:104). Filsafat ini memang memiliki tujuan yang sama dengan essentialism dalam hal intelektualitas. Seperti dikemukakan oleh Tanner dan Tanner (1980:104-113) keduanya pandangan filosofi itu berpendapat bahwa adalah tugas kurikulum untuk mengembangkan intelektualitas. Dalam istilah yang digunakan Tanner dan Tanner (1980:104) perennialism mengembangkan kurikulum yang merupakan proses bagi “cultivationoftherationalpowers: academicexcellence” sedangkan essentialism memandang kurikulum sebagai rencana untuk mengembangkan “academicexcellence dan cultivationofintellect”. Perbedaan antara keduanya adalah menurut pandangan perenialism “thecultivationoftheintellectualvirtuesisaccomplishonlythroughpermanentstudiesthatconstitut eourintellectualinheritance”. Permanentstudies adalah konten kurikulum yang berdasarkan tradisi Barat terdiri atas Great Books, reading, rhetoric, andlogic, mathematics. Sedangkan bagi essentialism beranggapan bahwa kurikulum haruslah mengembangkan “modern needsthroughthe fundamental academicdisciplinesofEnglish, mathematics, science, history, and modern languages” (Tanner dan Tanner, 1980:109). Perbedaan ruang lingkup kurikulum juga menyebabkan berbagai perbedaan dalam definisi. Ada yang berpendapat bahwa kurikulum adalah “statementofobjectives” (McDonald; Popham), ada yang mengatakan bahwa kurikulum adalah rencana bagi guru untuk mengembangkan proses pembelajaran atau instruction (Saylor, Alexander,danLewis, 1981) Ada yang mengatakan bahwa kurikulum adalah dokumen tertulis yang berisikan berbagai komponen sebagai dasar bagi guru untuk mengembangkan kurikulum guru (Zais,1976:10). Ada juga pendapat resmi negara seperti yang dinyatakan dalam Undang- Undang nomor 20 tahun 2003 yang menyatakan bahwa kurikulum adalah “seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaranserta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untukmencapai tujuan pendidikan tertentu” (pasal 1 ayat 19). Definisi yang dikemukakan terdahulu menggambarkan pengertian yang membedakan antara apa yang direncanakan (kurikulum) dengan apa yang sesungguhnya terjadi di kelas (instruction atau pengajaran). Memang banyak akhli kurikulum yang menentang pemisahan ini tetapi banyak pula yang menganut pendapat adanya perbedaan antara keduanya. Kelompok yang menyetujui pemisahan itu beranggapan bahwa kurikulum adalah rencana yang mungkin saja terlaksana tapi mungkin juga tidak sedangkan apa yang terjadi di sekolah/kelas adalah sesuatu yang benar-benar terjadi yang mungkin berdasarkan rencana tetapi mungkin juga berbeda atau bahkan menyimpang dari apa yang direncanakan. Perbedaan titik pandangan ini tidak sama dengan perbedaan cara pandang antara kelompok akhli kurikulum dengan akhliteaching (pangajaran). Baik akhli kurikulum mau pun pengajaran mempelajari fenomena kegiatan kelas tetapi dengan latar belakang teoritik dan tujuan.
  • 8. B. Masalah-masalah Kurikulum di Indonesia Begitu banyak masalah-masalah kurikulum dan pembelajaran yang dialami Indonesia. Masalah-masalah ini turut andil dalam dampaknya terhadap pembelajaran dan pendidikan Indonesia. Berikut ini adalah beberapa masalah kurikulum (menurut sudut pandang penulis) : 1. Kurikulum Indonesia Terlalu Kompleks Jika dibandingkan dengan kurikulum di negara maju, kurikulum yang dijalankan di Indonesia terlalu kompleks. Hal ini akan berakibat bagi guru dan siswa. Siswa akan terbebani dengan segudang materi yang harus dikuasainya. Ssiswa harus berusaha keras untuk memahami dan mengejar materi yang sudah ditargetkan. Hal ini akan mengakibatkan siswa tidak akan memahami seluruh materi yang diajarkan. Siswa akan lebih memilih untuk mempelajari materi dan hanya memahami sepintas tentang materi tersebut. Dampaknya, pengetahuan siswa akan sangat terbatas dan siswa kurang mengeluarkan potensinya, daya saing siswa akan berkurang. Selain berdampak pada siswa, guru juga akan mendapat dampaknya. Tugas guru akan semakin menumpuk dan kurang maksimal dalam memberikan pengajaran. Guru akan terbebani dengan pencapaian target materi yang terlalu banyak, sekalipun masih banyak siswa yang mengalami kesulitan, guru harus tetap melanjutkan materi. Hal ini tidak sesuai dengan peran guru. Kurikulum di Indonesia yang cenderung fokus pada kemampuan intelektual membuat bakat atau softskill siswa tidak berkembang. Padahal, sebenarnya bakat siswa bermacam-macam dan tidak bisa dipaksa harus berada di suatu bidang saja. Akibat softskill yang kurang tergali, di katakan Rektor Universitas Pakuan, Bibin Rubini saat ini tawuran serta bentrok makin marak. Selain itu, Bibin juga mengingatkan banyaknya aturan dan ketentuan yang ada dalam sistem pendidikan tidak diimplementasikan. “Jika dilihat, sistem pendidikan kita tidak jauh berbeda dengan negara lain. Hanya saja, di negara lain diimplementasikan dengan baik, sedangkan di kita hanya sekadar aturan,” misalnya kebijakan sekolah gratis tidak diterapkan dengan baik sehingga masih banyak siswa tidak mampu yang tidak bisa mengenyam pendidikan karena keberatan dengan biaya pendidikan yang mahal. Jadi kebijakan yang ada diimplementasikan dengan baik, terutama soal wajib belajar, maka angka partisipasi kasar pendidikan kita tentu akan semakin meningkat (A- 155/A-89). 2. Seringnya Berganti Nama Kurikulum di Indonesia sering sekali mengalami perubahan. Namun, perubahan tersebut hanyalah sebatas perubahan nama semata. Tanpa mengubah konsep kurikulum, tentulah tidak akan ada dampak positif dari perubahan kurikulum Indonesia. Bahkan, pengubahan nama kurikulum mampu disajikan sebagai lahan bisnis oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.
  • 9. Pengubahan nama kurikulum tentulah memerlukan dana yang cukup banyak. Apabila dilihat dari sudut pandang ekonomi, alangkah baiknya jika dana tersebut digunakan untuk bantuan pendidikan yang lebih berpotensi untuk kemajuan pendidikan. 3. Kurangnya sumber prinsip pengembangan Pengembangan suatu kurikulum tentu saja berdasarkan sumber prinsip, untuk menunjukan dari mana asal mula lahirnya suatu prinsip pengembangan kurikulum. Sumber prinsip pengembangan kurikulum yang dimaksud adalah data empiris (pengalaman yang terdokumentasi dan terbukti efektif), data eksperimen (temuan hasil penelitian), cerita/legenda yang hidup di masayaraksat (folkloreofcurriculum), dan akal sehat (commonsense). Namun dalam fakta kehidupan, data hasil penelitian (hard data) itu sifatnya sangat terbatas. Terdapat banayk data yang bukan diperoleh dari hasil penelitian juga terbukti efektif untuk memecahkan masalah-masalah yang komploks, diantaranya adat kebiasaan yang hidup di masyarakat (folkloreofcuriculum). Ada juga hasil pemikiran umum atau akal sehat (commonsense). C. Solusi Dari masalah-masalah yang telah diuraikan sebelumnya, tentu akan ada solusi yang mampu untuk memecahkannya. Berikut ini adalah beberapa solusi yang dapat dilakukan : 1. Mengubah paradigma dari pengajaran yang berbasis sistetik-materialistik menjadi religius. Solusi ini menunjukan akan berkurangnya kemerosotan moral. Dimana tidak akan ada lagi siswa cerdas yang tidak bermoral. 2. Mengubah konsep awal paradigma kurikulum menjadi alur yang benar untuk mencapai suatu tujuan yang sebenarnya. 3. Melakukan pemerataan pendidikan melalui pemerataan sarana dan prasarana ke sekolah terpencil, sehingga tidak akan ada lagi siswa di daerah terpencil yang terbelakang pendidikan. 4. Menjalankan kurikulum dengan sebaik mungkin. 5. Membersihkan organ-organ kurikulum darin oknum-oknum tak bertanggung jawab. 6. Mengadakan studi kasus penelitan di setiap daerah Nusantara, agar dapat melahirkan pengalaman dan dokumentasi yang kuat dan efektif dalam pengembangan kurikulum. Studi kasus penelitian ini seperti “Mempelajari dan memahami kebutuhan masyarakat seperti yang dirumuskan dalam undang-undang, keputusan pemerintah, peraturan- peraturan daerah dan lain sebagainya, Menganalisis budaya masyarakat tempat sekolah berada, Menganalisis kekuatan serta potensi-potensi daerah, Menganalisis syarat dan tuntutan tenaga kerja, Menginterpretasi kebutuhan individu dalam kerangka kepentingan masyarakat”.
  • 10. Faktor sosial budaya sangat penting dalam penyusunan kurikulum yang relevan, karena kurikulum merupakan alat untuk merealisasikan sistem pendidikan, sebagai salah satu dimensi dari kebudayaan. Implikasi dasarnya adalah sebagai berikut: 1. Kurikulum harus disusun berdasarkan kondisi sosial-budaya masyarakat. Kurikulum disusun bukan saja harus berdasarkan nilai, adat istiadat, cita-cita dari masyarakat, tetapi juga harus berlandaskan semua dimensi kebuadayaan seperti kehidupan keluarga, ekonomi, politik, pendidikan dan sebagainya. 2. Karena kondisi sosial budaya senantiasa berubah dan berkembang sejalan dengan perubahan masyarakat, maka kurikulum harus disusun dengan memperhatikan unsur fleksibilitas dan bersifat dinamis, sehingga kurikulum tersebut senantiasa relevan dengan masyarakat. Konsekuensi logisnya, pada waktunya perlu diadakan perubahan dan revisi kurikulum, sesuai dengan perkembangan dan perubahan sosial budaya yang ada pada saat itu. 3. Program kurikulum harus disusun dan mengandung materi sosial budaya dalam masyarakat. Ini bukan hanya dimaksudkan untuk membudayakan anak didik, tetapi sejalan dengan usaha mengawetkan kebudayaan itu sendiri. Kemajuan dalam bidang teknologi akan memberikan bahan yang memadai dalam penyampaian teknologi baru itu kepada siswa, yang sekaligus mempersiapkan mempersiapkan para siswa tersebut agar mampu hidup dalam teknologi itu. Dengan demikian, sekolah benar-benar dapat mengemban peran dan fungsinya sebagai lembaga modernisasi. D. Proses Pengembangan Suatu Kurikulum Dalam perjalanannya dunia Pendidikan Indonesia telah menerapkan enam kurikulum, yaitu Kurikulum 1968, Kurikulum 1975, kurikulum1984, Kurikulum 1994, Kurikulum 2004 atau Kurikulum Berbasis Kompetensi (meski belum sempat disahkan pemerintah, tetapi sempat berlaku di beberapa sekolah pilotingproject), dan terakhir Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dikeluarkan pemerintah melalui Permen Diknas Nomor 22 tentang Standar Isi, Permen Nomor 23 tentang Standar Komnpetensi Lulusan, dan Permen Nomor 24 tentang Pelaksanaan kedua Permen tersebut. Ada rumor yang berkembang dalam masyarakat bahwa ada kesan “Ganti Menteri Pendidikan Ganti Kurikulum.” Kesan itu bisa benar bisa tidak, tergantung dari sudut mana kita memandang. Kalau sudut pandangnya politis, maka pergantian sistem pendidikan nasional, termasuk di dalamnya perubahan kurikulum akan selalu dikaitkan dengan kekuasaan (siapa yang berkuasa). Namun, kalau sudut pandangnya nonpolitis, pergantian kurikulum merupakan suatu hal yang biasa dan suatu keniscayaan dalam rangka merespons perkembangan masyarakat yang beitu cepat. Pendidikan harus mampu menyesuaikan dinamika yang berkembang dalam masyarakat, terutama tuntutan dan kebutuh masyarakat. Dan itu bisa dijawab dengan perubahan kurikulum. Seorang guru yang nantinya akan melaksanakan kurikulum di kelas melalui proses belajar mengajar, dipandang perlu mengetahui dan memahami kurikulum yang pernah berlaku di Indonesia. Dengan demikian, para guru dapat mengambil bagian yang
  • 11. terbaik dari kurikulum yang berlaku di Indonesia untuk diimplementasikan dalam menjalankan proses belajar mengajar. 1. Kurikulum 1968 Sebelum diterapkan kurikulum 1968, pada tahun 1947 pernah diterapkan Rencana Pelajaran yang pada waktu itu menteri pendidikannya dijabat Mr. Suwandi. Rencana Pelajaran 1947 memuat ketentuan sebagai berikut: (l) bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa pengantar di sekolah; (2) jumlah mata pelajaran untuk Sekolah Rakyat (SR) 16 bidang studi, SMP 17 bidang studi, SMA jurusan B 19 bidang studi. Lahirnya Rencana Pelajaran 1947 diawali dari pembenahan sistem per sekolah pasca Indonesia merdeka yang sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945. Akan tetapi, pembenahan ini baru bisa diterapkan pada tahun 1965 melalui keputusan Presiden Nomor 19 Tahun 1965 tentang pokok-pokok sistem Pendidikan Nasional Pancasila. Jiwa kurikulum adalah gotong royong dan demokrasi termengaja Setelah berakhirnya kekuasaan orde lama, keluar Ketetapan MPRS Nomor XXVII/MPRS/I966 yang berisi tujuan pendidikan membentuk manusia Pancasilais sejati. Dua tahun kemudian lahirlah Kurikulum 1968, sebuah pedoman praksis pendidikan yang terstruktur pertama kali (Cony Semiawan, 19B0). Tujuan pendidikan menurut Kurikulum 1968 adalah mempertinggi mental-moral budi pekerti dan memperkuat keyakinan beragama, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta membina/mengembangkan fisik yang kuat dan sehat. Ketentuan-ketentuan dalam kurikulum 1968 adalah: (1) bersifat: correlatedsubjectcurrikulum; (2) jumlah mata pelajaran untuk SD 10 bidang studi, SMP 18 bidang studi (Bahasa Indonesia dibedakan bahasa Indonesia I dan II, SMA jurusan A 18 bidang studi, SMA jurusan B 20 bidang studi, jurusan SMA C 19 bidang studi; (3) penjurusan SMA dilakukan di kelas II. Pada waktu diberlakukan Kurikulum I968 yang mejabat menteri pendidikan adalah Mashuri. S.H. 2. Kurikulum 1975 Kurikulum ini ditetapkan ketika menteri pendidikan dijabat Letjen TNI Dr. Syarif Thajeb (1973-1978). Ketentuan-ketentuan Kurikulum 1975 adalah: (1) Sifat: integratedcurriculumorganization; (2) SD mempunyai satu struktur program terdiri atas 9 bidang studi; (3) pelajaran Ilmu Alam dan llmu Hayat menjadi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA); (4) pelajaran Ilmu Aljabar dan Ilmu Ukur menjadi Matematika; (5) jumlah mata pelajaran SMP dan SMA menjadi 11 bidang studi; (6) penjurusan SMA dibagi tiga IPA, IPS dan Bahasa dimulai pada permulaan semester II kelas 1. Ketika belum semua sekolah mengimplementasikan Kurikulum 1975, mulai dirasakan kurikulum ini tidak bisa mengejar kemajuan pesat masyarakat. Maka kurikulum 1975 diganti oleh Kurikulum 1984.
  • 12. 3. Kurikulum 1984 Kurikulum ini diterapkan ketika menteri pendidikan dijabat oleh Prof. Dr. Nugroho Notosusanto seorang ahli sejarah Indoesia. Ketentuan-ketentuan dalam Kurikulum 1984 adalah: (1) Sifat: ContentBasedCurnculum; (2) Program pelajaran mencakup 11 bidang studi; (3) Jumlah mata pelajaran SMP menjadi 12 bidang studi; (4) Jumlah mata pelajaran SMA 15 bidang studi untuk program inti, 4 bidang studi untuk program pilihan; (5) Penjuusan SMA dibagi lima: program A1 (Ilmu Fisika), A2 (Ilmu Biologi), A3 Ilmu Sosial, A4 Ilmu Budaya, dan A5 (Ilmu Agama); (6) Penjurusan dilakukan di kelas II. Pada Kurikulum 1984 penambahan bidang studi, yakni Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB). Hal ini bisa dimaklumi karena menteri pendidikan saat itu dijabat oleh seorang sejarawan. Dalam perjalanannya, Kurikulum 1984 dianggap oleh banyak kalangan dianggap sarat beban sehingga diganti dengan Kurikulum 1994 yang lebih sederhana. 4. Kurikulum 1994 Kurikulum ini ditetapkan ketika menteri pendidikan dijabat oleh Prof Dr. Ing Wardiman Djojonegoro seorang teknokrat yang menimba ilmu di Jerman Barat bersama BJ. Habibie. Ketentuan-ketentuan yang ada dalam Kurikulum 1994 adalah: (l) bersifat: ObjectiveBasedCurriculum: (2) nama SMP diganti mejadi SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama) dan SMA diganti SMU (Sekolah Menengah Umum); (3) mata pelajaran PSPB dihapus; (4) program pengajaran SD dan SLTP disusun dalam 13 mata pelajaran; (5) Program pengajaran SMU disusun dalam 10 mata pelajaran; (6) Penjurusan SMA dilakukan di kelas II yang Dari program IPA, program IPS, dan program Bahasa. Ketika reformasi bergulir tahun 1998, Kurikulum 1994 mengalami penyesuaian-penyesuaian dalam rangka mengakomodasi tuntutan reformasi. Oleh karena itu, muncul suplemen Kurikulurn 1994 yang lahir tahun 1999. Dalam suplemen tersebut ada penyesuaian-penyesuaian materi pelajaran, terutama mata pelajaran seperti PPKN, Sejarah, dan beberapa mata pelajaran yang lainnya. Lagi-lagi kurikulum ini pun mengalami nasib yang sama dengan kurikulum sebelumnya. Bersamaan dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menggantikan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989, pemerinrah melalui Departemen pendidikan Nasional menggagas kurikulum baru yang diberi nama Kurikulum Berbasis Kompetensi 5. Kurikulum Berbasis Kompetensi (Kurikulum 2004) Kurikulum Berbasis Kompetensi lahir di tengah-tengah adanya tuntutan mutu pendidikan di Indonesia. Banyak kalangan yang berpendapat bahwa mutu pendidikan
  • 13. Indonesia semakin hari semakin terpuruk. Bahkan dengan negara tetangga pun yang dulu belajar ke Indonesia, seperti Malaysia, Indonesia tertinggal dalam hal mutu pendidikan. Pendidikan di Indonesia dianggap hanya melahirkan lulusan yang akan menjadi beban negara dan masyarakat, karena kurang ditunjang dengan kompetensi yang memadau ketika terjun dalam masyarakat. Untuk merespons hal tersebut pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional menawarkan kurikulum yang dianggap mampu menjawab problematika seputar rendahnya mutu pendidikan dewasa ini. Karena dalam Kurikulum Berbasis Komperensi peserta didik diarahkan untuk menguasai sejumlah kompetensi sesuai dengan standar yang telah ditentukan (Kunandar, 2005). Kurikulum Berbasis Komperensi digagas ketika Menteri Pendidikan dijabat oleh Prof. Abdul Malik Fadjar, M.Sc. Ketentuan-ketentuan yang ada dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah: (1) bersifat: CompetencyBasedCurriculum: (2) penyebutan SLTP menjadi SMP (Sekolah Menengah Pertama) dan SMU menjadi SMA 9Sekolah Menengah Atas); (3) program pengajaran SD disusun 7 mata pelajaran; (4) program pengajaran SMP disusun dalam 11 mata pelajaran; (5) program pengajaran SMA disusun dalam 17 mata pelajaran; (6) penjurusan SMA dilakukan di kelas II, terdiri atas Ilmu Alam, Sosial, dan Bahasa (Kompas, 16 Agustus 2005) Kurikulum Berbasis Kompetensi meskipun sudah diujicobakan di beberapa sekolah melalur pilot project, tetapi ironisnya pemerintah dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional belum mengesahkan kurikulum ini secara formal. Sepertinya pemerintah masih ragu-ragu dengan kurikulum ini. Hal ini dimaklumi, karena uji coba kurikulum ini menuai kritik dari berbagai kalangan, baik para ahli pendidikan maupun praktisi pendidikan. Beberapa kritik terhadap kurikulum ini adalah: (1) Masih sarat dengan materi sehingga ketakutan guru akan dikejar-kejar materi seperti yang terjadi pada kurikulum 1994 akan terulang kembali; (2) pemerintah pusat dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional masih terlalu intervensi terhadap kewenangan sekolah dan guru untuk mengembangkan kurikulum tersebut; (3) masih belum jelasnya (bias) pengertian kompetensi sehingga ketika diteraplkan pada standar, kompetensi kelulusan belum terlalu aplikatif; (4) adanya sistem penilaian yang belum begitu jelas dan terukur. Melalui kebijakan pemerintah, kurikulum berbasis kompetensi mengalami revisi, dengan dikeluarkannya Permen Diknas Nomor 22 tentang Standar Isi, Permen Diknas Nomor 23 tentang Standar Kompetensi Lulusan, dan Permen Diknas Nomor 24 tentang Pelaksanaan kedua permen di atas. Ketiga permen tersebut dikeluarkan pada tahun 2006. Dengan dikeluarkannya ketiga permen tersebut seakan menjawab ketidakjelasan nasib KBK yung selama ini sudah diterapkan di beberapa sekolah, baik melalui pitot project atau swadaya dari sekolah tersebut. Keterandan dan keunggulan kurikulum ini pun masih perlu diuji di lapangan dan waktu yang nanti akan menjawabnya. 6. Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP)
  • 14. Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan revisi dan pengembangan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi atau ada yang menyebut Kurikulum 2004. KTSP lahir karena dianggap KBK masih sarat dengan beban belajar dan pemerintah pusat dalam hal ini Depdiknas masih dipandang terlalu intervensi dalam mengembangan kurikulum. OIeh karena itu, dalam KTSP beban belajar siswa sedikit berkurang dan tingkat satuan pendidikan (sekolah, guru, dan komite sekolah) diberikan kewenangan untuk mengembangan kurikulum, seperti membuat indikator, silabus, dan beberapa komponen kurikulum lainnya.
  • 15. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Indonesia mengalami kemerosotan di bidang pendidikan. Jika dibandingkan dengan negara lain, Indonesia menduduki peringkat di bawah negara-negara di Asia. Hal ini sangat berkatan dengan masalah-masalah kurikulum yang dihadapi Indonesia. Masalah kurikulum di Indonesia dapat diselesaikan tidak cukup dengan mengganti namanya saja, melainkan harus melakukan perombakan secara menyeluruh dari kurikulum. Masalah kurikulum juga terletak dari sarana dan prasarana yang kurang merata. Selain itu, kurikulum Indonesia yang terlalu kompleks, kurangnya sumber prinsip pengembangan dan membebani siswa beserta guru yang berkaitan menjadikan kurang maksimalnya pembelajaran. B. Saran Persoalan yang sering kita temui di lapangan jangankan menyusun kurikulum, menjalankan kurikulum yang sudah ada sulitnya bukan main. Oleh karena itu, diperlukan upaya-upaya kongkrit untuk mengiringi suksesnya penyempurnaan kurikulum ini. Langkah perbaikan itu ibarat pepetah tiada rotan akarpun berguna, maka pemerintah sebaiknya melakukan berbagai langkah perbaikan konsep dengan melibatkan berbagai unsur/Stakholders pendidikan dan melakukan studi/penelitian lebih mendalam sebelum kebijakan tersebut bergulir.