Makalah ini membahas tentang permasalahan kurikulum dalam pendidikan di Indonesia. Beberapa masalah utama yang diidentifikasi adalah kurikulum Indonesia yang terlalu kompleks sehingga menyulitkan siswa dan guru, serta seringnya terjadi perubahan nama kurikulum tanpa perubahan konsep yang mendasarinya."
Masalah guru di Indonesia meliputi kualitas, jumlah, distribusi, dan kesejahteraan guru. Solusi yang diajukan adalah meningkatkan sistem pendidikan dan kualitas guru serta dukungan pemerintah.
"[Ringkasan] Dokumen tersebut membahas tentang penilaian unjuk kerja siswa dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI), termasuk pengertian, teknik, dan format penilaian unjuk kerja."
TES, PENGUKURAN, PENILAIAN DAN EVALUASI (DINI&ORNELA)vina serevina
Dokumen tersebut membahas tentang tes, pengukuran, penilaian, dan evaluasi dalam pendidikan. Secara ringkas, dokumen tersebut menjelaskan bahwa pengukuran adalah proses pemberian skor terhadap hasil belajar berdasarkan kriteria tertentu, penilaian adalah proses menginterpretasikan hasil pengukuran, sedangkan evaluasi adalah proses pengambilan keputusan berdasarkan hasil penilaian.
Kuesioner minat belajar mata pelajaran matematikaMading KS
Kuesioner ini bertujuan untuk mengetahui minat belajar siswa terhadap mata pelajaran matematika. Terdiri dari 40 pernyataan yang harus diisi menggunakan skala sikap untuk mengukur tingkat setuju atau tidak setuju. Skor maksimal 160 dan rentang skor menunjukkan tingkat minat: tinggi (122-162), sedang (81-121), rendah (40-80).
Dokumen tersebut membahas tentang pembelajaran terintegrasi, meliputi pengertian, landasan, karakteristik, prinsip dasar, model, manfaat, dan implikasi pembelajaran terintegrasi. Pembelajaran terintegrasi dirancang berdasarkan tema-tema tertentu yang mengintegrasikan berbagai mata pelajaran.
Masalah guru di Indonesia meliputi kualitas, jumlah, distribusi, dan kesejahteraan guru. Solusi yang diajukan adalah meningkatkan sistem pendidikan dan kualitas guru serta dukungan pemerintah.
"[Ringkasan] Dokumen tersebut membahas tentang penilaian unjuk kerja siswa dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI), termasuk pengertian, teknik, dan format penilaian unjuk kerja."
TES, PENGUKURAN, PENILAIAN DAN EVALUASI (DINI&ORNELA)vina serevina
Dokumen tersebut membahas tentang tes, pengukuran, penilaian, dan evaluasi dalam pendidikan. Secara ringkas, dokumen tersebut menjelaskan bahwa pengukuran adalah proses pemberian skor terhadap hasil belajar berdasarkan kriteria tertentu, penilaian adalah proses menginterpretasikan hasil pengukuran, sedangkan evaluasi adalah proses pengambilan keputusan berdasarkan hasil penilaian.
Kuesioner minat belajar mata pelajaran matematikaMading KS
Kuesioner ini bertujuan untuk mengetahui minat belajar siswa terhadap mata pelajaran matematika. Terdiri dari 40 pernyataan yang harus diisi menggunakan skala sikap untuk mengukur tingkat setuju atau tidak setuju. Skor maksimal 160 dan rentang skor menunjukkan tingkat minat: tinggi (122-162), sedang (81-121), rendah (40-80).
Dokumen tersebut membahas tentang pembelajaran terintegrasi, meliputi pengertian, landasan, karakteristik, prinsip dasar, model, manfaat, dan implikasi pembelajaran terintegrasi. Pembelajaran terintegrasi dirancang berdasarkan tema-tema tertentu yang mengintegrasikan berbagai mata pelajaran.
RUANG KOLABORASI FILOSOFI TOPIK 3 KEL 4.pptxmelydachusnulc
Rumusan identitas manusia Indonesia menjadi landasan kuat implementasi pendidikan di Indonesia karena pendidikan bertujuan untuk menyatukan dan mentransformasikan masyarakat dengan nilai-nilai luhur dalam keberagaman sebagai tujuan nasional, serta pendidikan harus dibangun berdasarkan sistem nilai kebudayaan bangsa untuk membentuk kemampuan mental-kultural warga negara.
Dokumen tersebut merupakan catatan perkembangan siswa selama satu bulan yang mencatat nama siswa, tanggal, peristiwa yang terjadi, tindakan guru, dan umpan balik siswa. Catatan tersebut mencatat berbagai peristiwa seperti tidur di kelas, tidak membawa buku, merokok, berkelahi, aktif bertanya, serta tindakan guru memberikan teguran, hukuman, atau nilai tambahan.
Makalah ini membahas metode statistika ANOVA dua arah untuk menguji perbedaan antara dua variabel bebas dan variabel terikat. Metode ini digunakan untuk mengetahui pengaruh beberapa faktor terhadap hasil yang diamati dengan menganalisis varians data. Langkah-langkah uji ANOVA dua arah dijelaskan beserta contoh soal dan pembahasannya.
LKPD atau Lembar Kerja Peserta Didik adalah salah satu instrumen atau bahan ajar yang membantu proses pembelajaran. LKPD terdiri dari 3 macam yaitu LKPD konseptual , LKPD prosedural, dan LKPD soal. Berikut ini merupakan contoh dari LKPD soal matematika.
Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)Mayawi Karim
Makalah ini membahas tentang belajar sebagai perubahan tingkah laku. Belajar didefinisikan sebagai proses yang menghasilkan perubahan tingkah laku yang bersifat relatif permanen melalui pengalaman. Perubahan tingkah laku memiliki ciri-ciri seperti disengaja, berkesinambungan, fungsional, positif, aktif, dan bertujuan. Hasil belajar dapat berupa perubahan informasi verbal atau kecakapan intelektual.
Dokumen tersebut membahas mengenai evaluasi pembelajaran, meliputi pengertian dan tujuan evaluasi pembelajaran, ruang lingkup evaluasi yang mencakup program, proses, dan hasil pembelajaran, serta jenis dan bentuk evaluasi pembelajaran seperti tes tertulis, observasi, dan karya siswa.
1. Dokumen ini membahas dua aliran pendidikan utama di Indonesia yaitu Perguruan Kebangsaan Taman Siswa dan Ruang Pendidikan INS Kayu Tanam beserta asas, tujuan, dan hasil yang dicapai masing-masing.
2. Taman Siswa didirikan Ki Hajar Dewantara pada 1922 dengan asas pendidikan merdeka dan berdasarkan budaya Indonesia, sedangkan INS Kayu Tanam didirikan Mohammad Syafei pada 1926 dengan penekanan pendidikan rasional dan keterampilan.
JENIS-JENIS PENELITIAN, PERBEDAANNYA DAN SISTEMATIKA RANCANGANNYALola Nurhidayaty
Dokumen tersebut membahas berbagai jenis penelitian dan metode penelitian, termasuk penelitian dasar, terapan, sejarah, filosofis, observasional, eksperimental, deskriptif, perkembangan, kasus, korelasional, hubungan sebab akibat, tindakan, evaluasi, dan kasual komparatif. Dokumen ini juga menjelaskan unsur-unsur rancangan penelitian serta perbedaan penelitian berdasarkan aksioma, karak
Pemanfaatan Media Non-Cetak Berupa Transparansi Audiosiska sri asali
Makalah ini membahas tentang pemanfaatan media non-cetak berupa transparansi dan audio dalam pembelajaran. Media non-cetak tersebut meliputi overhead projector yang digunakan untuk memproyeksikan gambar pada transparansi, serta media audio seperti kaset, CD, dan penyimpanan digital lainnya. Penggunaan media tersebut diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
UJI BEDA (KOMPARASI) t - TEST (PRETEST-POSTEST)EDI RIADI
T-test digunakan untuk menguji perbedaan rata-rata antara dua kelompok independen sebelum dan sesudah perlakuan, dengan menggunakan data skala interval/rasio. Terdapat dua model: separate variance untuk sampel tidak homogen dan pooled variance untuk sampel homogen, dengan menentukan derajat kebebasan dan nilai-t tabel. Contoh menguji perbedaan hasil belajar statistika antara kelas eksperimen dan kontrol menunjukkan hasil yang sama secara manual dan IBM SP
Variabel merupakan objek yang akan menjadi fokus penelitian. Terdapat beberapa jenis variabel seperti variabel bebas, terikat, dan pendahulu. Variabel juga dapat berupa kuantitatif atau kualitatif, serta diskrit atau kontinyu. Peneliti harus menentukan variabel dengan tepat berdasarkan teori untuk memperoleh hasil penelitian yang valid.
Dokumen tersebut merupakan jawaban dari tugas ujian tengah semester ganjil yang berisi 8 soal mengenai kurikulum dan pembelajaran. Jawaban mencakup penjelasan keterkaitan kurikulum dan pembelajaran, peranan kurikulum, 4 landasan kurikulum (filosofis, psikologis, sosiologis), dan perbedaan KTSP dan kurikulum 2013.
RUANG KOLABORASI FILOSOFI TOPIK 3 KEL 4.pptxmelydachusnulc
Rumusan identitas manusia Indonesia menjadi landasan kuat implementasi pendidikan di Indonesia karena pendidikan bertujuan untuk menyatukan dan mentransformasikan masyarakat dengan nilai-nilai luhur dalam keberagaman sebagai tujuan nasional, serta pendidikan harus dibangun berdasarkan sistem nilai kebudayaan bangsa untuk membentuk kemampuan mental-kultural warga negara.
Dokumen tersebut merupakan catatan perkembangan siswa selama satu bulan yang mencatat nama siswa, tanggal, peristiwa yang terjadi, tindakan guru, dan umpan balik siswa. Catatan tersebut mencatat berbagai peristiwa seperti tidur di kelas, tidak membawa buku, merokok, berkelahi, aktif bertanya, serta tindakan guru memberikan teguran, hukuman, atau nilai tambahan.
Makalah ini membahas metode statistika ANOVA dua arah untuk menguji perbedaan antara dua variabel bebas dan variabel terikat. Metode ini digunakan untuk mengetahui pengaruh beberapa faktor terhadap hasil yang diamati dengan menganalisis varians data. Langkah-langkah uji ANOVA dua arah dijelaskan beserta contoh soal dan pembahasannya.
LKPD atau Lembar Kerja Peserta Didik adalah salah satu instrumen atau bahan ajar yang membantu proses pembelajaran. LKPD terdiri dari 3 macam yaitu LKPD konseptual , LKPD prosedural, dan LKPD soal. Berikut ini merupakan contoh dari LKPD soal matematika.
Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)Mayawi Karim
Makalah ini membahas tentang belajar sebagai perubahan tingkah laku. Belajar didefinisikan sebagai proses yang menghasilkan perubahan tingkah laku yang bersifat relatif permanen melalui pengalaman. Perubahan tingkah laku memiliki ciri-ciri seperti disengaja, berkesinambungan, fungsional, positif, aktif, dan bertujuan. Hasil belajar dapat berupa perubahan informasi verbal atau kecakapan intelektual.
Dokumen tersebut membahas mengenai evaluasi pembelajaran, meliputi pengertian dan tujuan evaluasi pembelajaran, ruang lingkup evaluasi yang mencakup program, proses, dan hasil pembelajaran, serta jenis dan bentuk evaluasi pembelajaran seperti tes tertulis, observasi, dan karya siswa.
1. Dokumen ini membahas dua aliran pendidikan utama di Indonesia yaitu Perguruan Kebangsaan Taman Siswa dan Ruang Pendidikan INS Kayu Tanam beserta asas, tujuan, dan hasil yang dicapai masing-masing.
2. Taman Siswa didirikan Ki Hajar Dewantara pada 1922 dengan asas pendidikan merdeka dan berdasarkan budaya Indonesia, sedangkan INS Kayu Tanam didirikan Mohammad Syafei pada 1926 dengan penekanan pendidikan rasional dan keterampilan.
JENIS-JENIS PENELITIAN, PERBEDAANNYA DAN SISTEMATIKA RANCANGANNYALola Nurhidayaty
Dokumen tersebut membahas berbagai jenis penelitian dan metode penelitian, termasuk penelitian dasar, terapan, sejarah, filosofis, observasional, eksperimental, deskriptif, perkembangan, kasus, korelasional, hubungan sebab akibat, tindakan, evaluasi, dan kasual komparatif. Dokumen ini juga menjelaskan unsur-unsur rancangan penelitian serta perbedaan penelitian berdasarkan aksioma, karak
Pemanfaatan Media Non-Cetak Berupa Transparansi Audiosiska sri asali
Makalah ini membahas tentang pemanfaatan media non-cetak berupa transparansi dan audio dalam pembelajaran. Media non-cetak tersebut meliputi overhead projector yang digunakan untuk memproyeksikan gambar pada transparansi, serta media audio seperti kaset, CD, dan penyimpanan digital lainnya. Penggunaan media tersebut diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
UJI BEDA (KOMPARASI) t - TEST (PRETEST-POSTEST)EDI RIADI
T-test digunakan untuk menguji perbedaan rata-rata antara dua kelompok independen sebelum dan sesudah perlakuan, dengan menggunakan data skala interval/rasio. Terdapat dua model: separate variance untuk sampel tidak homogen dan pooled variance untuk sampel homogen, dengan menentukan derajat kebebasan dan nilai-t tabel. Contoh menguji perbedaan hasil belajar statistika antara kelas eksperimen dan kontrol menunjukkan hasil yang sama secara manual dan IBM SP
Variabel merupakan objek yang akan menjadi fokus penelitian. Terdapat beberapa jenis variabel seperti variabel bebas, terikat, dan pendahulu. Variabel juga dapat berupa kuantitatif atau kualitatif, serta diskrit atau kontinyu. Peneliti harus menentukan variabel dengan tepat berdasarkan teori untuk memperoleh hasil penelitian yang valid.
Dokumen tersebut merupakan jawaban dari tugas ujian tengah semester ganjil yang berisi 8 soal mengenai kurikulum dan pembelajaran. Jawaban mencakup penjelasan keterkaitan kurikulum dan pembelajaran, peranan kurikulum, 4 landasan kurikulum (filosofis, psikologis, sosiologis), dan perbedaan KTSP dan kurikulum 2013.
A. Pengertian Pengembangan Kurikulum
B. Landasan Pengembangan Kurikulum
C. Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum
D. Tahapan Pengembangan Kurikulum
E. Peranan Guru dalam pengembangan Kurikulum
Dokumen tersebut membahas tentang kurikulum pendidikan di Malaysia. Ia menjelaskan bahwa sistem pendidikan Malaysia berdasarkan Falsafah Pendidikan Kebangsaan yang memberi tumpuan pada perkembangan emosi siswa secara menyeluruh. Dokumen ini juga membahas definisi kurikulum, falsafah pendidikan kurikulum, konsep sukatan pelajaran, dan sumber yang digunakan.
Makalah ini membahas tentang hakikat kurikulum, termasuk definisi, peran, dan fungsinya. Kurikulum didefinisikan sebagai rencana pembelajaran yang mencakup tujuan, isi, dan cara untuk mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum berperan dalam menransmisikan nilai budaya, mengembangkan hal baru, dan mengevaluasi nilai-nilai. Fungsinya antara lain mempersiapkan siswa menjadi anggota masyarakat dan
Makalah ini membahas tentang konsep kegiatan ekstra kurikulum dengan 3 poin utama. Pertama, mendefinisikan pengertian ekstra kurikulum sebagai kegiatan di luar kurikulum inti yang memberikan pengalaman belajar bagi siswa. Kedua, menjelaskan tujuan ekstra kurikulum untuk mengembangkan potensi siswa dan membantu persiapan mereka. Ketiga, menjelaskan fungsi ekstra kurikulum dalam membantu penyesua
Teori dan konsep pendidikan yang dapat diterapkan di sebuah sekolah meliputi teori-teori pendidikan seperti teori perkembangan, teori pembelajaran, dan teori manajemen pendidikan. Konsep pendidikan yang relevan mencakup proses pendidikan, komponen-komponen pendidikan, dan peranan pendidikan dalam masyarakat.
Dokumen tersebut membahas perbedaan antara Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KBK dirancang untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan menekankan pada pencapaian kompetensi siswa, sedangkan KTSP memberikan lebih banyak otonomi kepada sekolah dalam mengembangkan kurikulum. KBK memiliki karakteristik seperti menekankan pada hasil belajar siswa, pen
Organisasi kurikulum adalah susunan komponen kurikulum, seperti konten kurikulum,
kegiatan dan pengalaman belajar, yang diorganisasi menjadi mata pelajaran, program,
lessons, topik, unit, dan sebagainya untuk mencapai efektivitas pendidikan (Muhammad
Ansyar, 2015). Organisasi kurikulum adalah susunan pengalaman dan pengetahuan baku
yang harus disampaikan dan dilakukan peserta didik untuk menguasai kompetensi yang
telah ditetapkan (Zainal Arifin, 2011).
Organisasi kurikulum merupakan pola atau desain bahan kurikulum yang tujuannya
untuk mempermudah siswa dalam mempelajari bahan pelajaran serta mempermudah
siswa dalam melakukan kegiatan belajar, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai
secara efektif. Tujuan pendidikan yang dirumuskan dapat mempengaruhi pola atau desain
kurikulum, karena tujuan tersebut dapat menentukan pola atau kerangka untuk memilih,
merencanakan dan melaksanakan segala pengalaman dan kegiatan belajar di sekolah.
Organisasi kurikulum sangat terkait dengan pengaturan bahan pelajaran yang ada dalam
kurikulum, sedangkan yang menjadi sumber bahan pelajaran dalam kurikulum adalah
nilai budaya, nilai sosial, aspek siswa dan masyarakat serta ilmu pengetahuan dan
teknologi. (Kurniawan, 2014).
Makalah ini membahas tentang model pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di sekolah. Terdapat tiga model pengembangan KTSP yaitu student-centered activities, student activity and thinking skill, serta spiritual question and intelektual question. Dalam pengembangan KTSP perlu memperhatikan prinsip-prinsipnya agar sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian kurikulum pendidikan Islam, fungsi kurikulum pendidikan Islam, dan materi atau kurikulum pendidikan Islam. Kurikulum pendidikan Islam adalah pedoman yang digunakan oleh pendidik untuk membimbing peserta didik ke arah tujuan tertinggi pendidikan Islam melalui pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Fungsi kurikulum antara lain sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan dan sebagai
Similar to permasalahan kurikulum dalam pendidikan.docx (20)
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024Kanaidi ken
Dlm wktu dekat, Pelatihan/WORKSHOP ”CSR/TJSL & Community Development (ISO 26000)” akn diselenggarakan di Swiss-BelHotel – BALI (26-28 Juni 2024)...
Dgn materi yg mupuni & Narasumber yg kompeten...akn banyak manfaat dan keuntungan yg didpt mengikuti Pelatihan menarik ini.
Boleh jga info ini👆 utk dishare_kan lgi kpda tmn2 lain/sanak keluarga yg sekiranya membutuhkan training tsb.
Smga Bermanfaat
Thanks Ken Kanaidi
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka.
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Fathan Emran
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka.
Universitas Negeri Jakarta banyak melahirkan tokoh pendidikan yang memiliki pengaruh didunia pendidikan. Beberapa diantaranya ada didalam file presentasi
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...nasrudienaulia
Dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Talcott Parsons, konsep struktur sosial sangat erat hubungannya dengan kulturalisasi. Struktur sosial merujuk pada pola-pola hubungan sosial yang terorganisir dalam masyarakat, termasuk hierarki, peran, dan institusi yang mengatur interaksi antara individu. Hubungan antara konsep struktur sosial dan kulturalisasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pola Interaksi Sosial: Struktur sosial menentukan pola interaksi sosial antara individu dalam masyarakat. Pola-pola ini dipengaruhi oleh norma-norma budaya yang diinternalisasi oleh anggota masyarakat melalui proses sosialisasi. Dengan demikian, struktur sosial dan kulturalisasi saling memengaruhi dalam membentuk cara individu berinteraksi dan berperilaku.
2. Distribusi Kekuasaan dan Otoritas: Struktur sosial menentukan distribusi kekuasaan dan otoritas dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya yang dianut oleh masyarakat juga memengaruhi bagaimana kekuasaan dan otoritas didistribusikan dalam struktur sosial. Kulturalisasi memainkan peran dalam melegitimasi sistem kekuasaan yang ada melalui nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat.
3. Fungsi Sosial: Struktur sosial dan kulturalisasi saling terkait dalam menjalankan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya dan norma-norma yang terinternalisasi membentuk dasar bagi pelaksanaan fungsi-fungsi sosial yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan dan stabilitas dalam masyarakat.
Dengan demikian, konsep struktur sosial dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Parsons tidak dapat dipisahkan dari kulturalisasi karena keduanya saling berinteraksi dan saling memengaruhi dalam membentuk pola-pola hubungan sosial, distribusi kekuasaan, dan pelaksanaan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat.
1. PERMASALAHAN KURIKULUM DALAM PENDIDIKAN
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kurikulun PBSI
Dosen Pengampu : Laila Tri Lestari, M.Pd
Disusun Oleh : Kelompok 1
Juk Melli Jayatri (21032029)
Elva Eriyanti (21032019)
Nadiela Qotrunada (21032002)
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS ISLAM DARUL ULUM LAMONGAN
2021
2. KATA PENGANTAR
Alhamdulillah kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT. Karena atas
berkah, rahmat dan izin-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang Alhamdhulillah
tepat padawaktunya.
Tak lupa pula sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada nabi besar
Muhammad SAW yang telah membimbing kita dari kegelapan menuju jalan yang
terang benerang yakni agama islam.
Makalah ini menjelaskan mengenai materi “klasifikasi bunyi suprasegmental, bunyi
pengiring diftong, kluster dan silaba” setiap pembahasan dibicarakan secara ringkas. Kami
menyadari makalah ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya baik dalam isi maupun
sistematikanya, hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan wawasan kami. Oleh
sebab itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Ibu Dosen pengampu kami yaitu Ibu
Laila Tri Lestari,M.Pd. Terimakasih juga untuk teman-teman yang memberi masukan dan
terlibat dalam pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat guna
mengembangkan bahasa nasional kita.
Lamongan, 21 Maret 2022
Penyusun
3. DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................ l
DAFTAR ISI...................................................................................................... ll
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..........................................................................................
B. Rumusan Masalah....................................................................................
C. Maksud dan Tujuan..................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Kurikulum...........................................................
B. Masalah-masalah Kurikulum di Indonesia...........................................
C. Solusi......................................................................................................
D. Proses Pengembangan Suatu Kurikulum..................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...............................................................................................
B. Saran.........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................
.
4. BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum merupakan alat yang sangat penting bagi keberhasilan suatu pendidikan.
Tanpa kurikulum yang sesuai dan tepat akan sulit untuk mencapai tujuan dan sasaran
pendidikan yang diinginkan. Dalam sejarah pendidikan di Indonesia sudah beberapa kali
diadakan perubahan dan perbaikan kurikulum yang tujuannya sudah tentu untuk
menyesuaikannya dengan perkembangan dan kemajuan zaman, guna mencapai hasil yang
maksimal.
Pembelajaran di Indonesia hingga saat ini masih dianggap belum maksimal.
Pembelajaran di sekolah memberikan dampak pada pendidikan di Indonesia. Jika
dibandingkan dengan negara lain, pendidikan di Indonesia masih sangat jauh. Pendidikan
merupakan hal yang berkaitan dengan sistem kurikulum yang dijalankan. Kemerosotan
pendidikan di Indonesia yang tertinggal dari negara lain, sangat erat kaitannya dengan
masalah-masalah kurikulum yang dijalankan oleh para tenaga pendidik dan Mendiknas.
Untuk memajukan kembali pendidikan di Indonesia, maka kita harus terlebih dahulu
mengetahui masalah-masalah yang telah dihadapi oleh kurikulum Indonesia. Setelah itu,
barulah kita mampu mencari solusi untuk memecahkan masalah kurikulum di Indonesia.
Perubahan secara terus menerus ini menuntut perlunya perbaikan sistem pendidikan
nasional, termasuk penyempurnaan kurikulum untuk mewujudkan masyarakat yang mampu
bersaing dan menyesuaikan diri dengan perubahan.
Perubahan kurikulum yang terjadi di Indonesia dewasa ini salah satu diantaranya
adalah karena ilmu pengetahuan itu sendiri selalu dinamis. Selain itu, perubahan tersebut juga
dinilainya dipengaruhi oleh kebutuhan manusia yang selalu berubah juga pengaruh dari luar,
dimana secara menyeluruh kurikulum itu tidak berdiri sendiri, tetapi dipengaruhi oleh
prubahan iklim ekonomi, politik, dan kebudayaan. Sehingga dengan adanya perubahan
kurikulum itu, pada gilirannya berdampak pada kemajuan bangsa dan negara. Kurikulum
pendidikan harus berubah tapi diiringi juga dengan perubahan dari seluruh masyarakat
pendidikan di Indonesia yang harus mengikuti perubahan tersebut, karena kurikulum itu
bersifat dinamis bukan stasis, kalau kurikulum bersifat statis maka itulah yang merupakan
kurikulum yang tidak baik.
5. B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Masalah kurikulum yang kompleks di Indonesia
2. Masalah kurikulum di Indonesia sering berganti nama
3. Masalah kurangnya sumber prinsip pengembangan kurikulm di Indonesi
C. Tujuan Penulisan
Ada pun tujuan penulisan dalam makalah ini, di antaranya adalah:
1. Memenuhi salah satu tugas individu mata kuliah pengelolaan pendidikan
2. Mengetahui masalah-masalah yang terjadi pada kurikulum di Indonesia
3. Mengetahui cara atau solusi untuk mengatasi masalah kurikulum di Indonesia
6. BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kurikulum
Kurikulum adalah segala sesuatu yang dijalankan, dilaksanakan, direncanakan,
diajukan dan diawasi pelaksanaannya yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan,
perkembangan siswa agar mampu ikut andil dalam masyarakat dan berguna bagi masyarakat,
juga akan berguna masa depannya kelak.
Dalam banyak literature, kurikulum diartikan sebagai: suatu dokumen atau rencana
tertulis mengenai kualitas pendidikan yang harus dimiliki oleh peserta didik melalui suatu
pengalaman belajar. Pengertian ini mengandung arti bahwa kurikulum harus tertuang dalam
satu atau beberapa dokumen atau rencana tertulis. Dokumen atau rencana tertulis itu
berisikan pernyataan mengenai kualitas yang harus dimiliki seorang peserta didik yang
mengikuti kurikulum tersebut. Pengertian kualitas pendidikan di sini mengandung makna
bahwa kurikulum sebagai dokumen merencanakan kualitas hasil belajar yang harus dimiliki
peserta didik, kualitas bahan/konten pendidikan yang harus dipelajari peserta didik, kualitas
proses pendidikan yang harus dialami peserta didik. Kurikulum dalam bentuk fisik ini
seringkali menjadi fokus utama dalam setiap proses pengembangan kurikulum karena ia
menggambarkan ide atau pemikiran para pengambil keputusan yang digunakan sebagai dasar
bagi pengembangan kurikulum sebagai suatu pengalaman.
Aspek yang tidak terungkap secara jelas tetapi tersirat dalam definisi kurikulum
sebagai dokumen adalah bahwa rencana yang dimaksudkan dikembangkan berdasarkan suatu
pemikiran tertentu tentang kualitas pendidikan yang diharapkan. Perbedaan pemikiran atau
ide akan menyebabkan terjadinya perbedaan dalam kurikulum yang dihasilkan, baik sebagai
dokumen mau pun sebagai pengalaman belajar. Oleh karena itu Oliva (1997:12) mengatakan
“Curriculumitselfis a constructorconcept, a verbalizationofanextremelycomplexideaor set
ofideas”.
Selain kurikulum diartikan sebagai dokumen, para akhli kurikulum mengemukakan
berbagai definisi kurikulum yang tentunya dianggap sesuai dengan konstruk kurikulum yang
ada pada dirinya. Perbedaan pendapat para ahli didasarkan pada isu berikut ini:
Filosofi kurikulum
Ruang lingkup komponen kurikulum
Polarisasi kurikulum – kegiatan belajar
Posisi evaluasi dalam pengembangan kurikulum
Pengaruh pandangan filosofi terhadap pengertian kurikulum ditandai oleh pengertian
kurikulum yang dinyatakan sebagai “subjectmatter”, “content” atau bahkan “transfer
ofculture”. Khusus yang mengatakan bahwa kurikulum sebagai “transfer ofculture” adalah
dalam pengertian kelompok ahli yang memiliki pandangan filosofi yang dinamakan
7. perennialism (Tanner dan Tanner, 1980:104). Filsafat ini memang memiliki tujuan yang sama
dengan essentialism dalam hal intelektualitas. Seperti dikemukakan oleh Tanner dan Tanner
(1980:104-113) keduanya pandangan filosofi itu berpendapat bahwa adalah tugas kurikulum
untuk mengembangkan intelektualitas. Dalam istilah yang digunakan Tanner dan Tanner
(1980:104) perennialism mengembangkan kurikulum yang merupakan proses bagi
“cultivationoftherationalpowers: academicexcellence” sedangkan essentialism memandang
kurikulum sebagai rencana untuk mengembangkan “academicexcellence dan
cultivationofintellect”. Perbedaan antara keduanya adalah menurut pandangan perenialism
“thecultivationoftheintellectualvirtuesisaccomplishonlythroughpermanentstudiesthatconstitut
eourintellectualinheritance”. Permanentstudies adalah konten kurikulum yang berdasarkan
tradisi Barat terdiri atas Great Books, reading, rhetoric, andlogic, mathematics. Sedangkan
bagi essentialism beranggapan bahwa kurikulum haruslah mengembangkan “modern
needsthroughthe fundamental academicdisciplinesofEnglish, mathematics, science, history,
and modern languages” (Tanner dan Tanner, 1980:109).
Perbedaan ruang lingkup kurikulum juga menyebabkan berbagai perbedaan dalam
definisi. Ada yang berpendapat bahwa kurikulum adalah “statementofobjectives”
(McDonald; Popham), ada yang mengatakan bahwa kurikulum adalah rencana bagi guru
untuk mengembangkan proses pembelajaran atau instruction (Saylor, Alexander,danLewis,
1981) Ada yang mengatakan bahwa kurikulum adalah dokumen tertulis yang berisikan
berbagai komponen sebagai dasar bagi guru untuk mengembangkan kurikulum guru
(Zais,1976:10). Ada juga pendapat resmi negara seperti yang dinyatakan dalam Undang-
Undang nomor 20 tahun 2003 yang menyatakan bahwa kurikulum adalah “seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaranserta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untukmencapai tujuan pendidikan
tertentu” (pasal 1 ayat 19).
Definisi yang dikemukakan terdahulu menggambarkan pengertian yang membedakan
antara apa yang direncanakan (kurikulum) dengan apa yang sesungguhnya terjadi di kelas
(instruction atau pengajaran). Memang banyak akhli kurikulum yang menentang pemisahan
ini tetapi banyak pula yang menganut pendapat adanya perbedaan antara keduanya.
Kelompok yang menyetujui pemisahan itu beranggapan bahwa kurikulum adalah rencana
yang mungkin saja terlaksana tapi mungkin juga tidak sedangkan apa yang terjadi di
sekolah/kelas adalah sesuatu yang benar-benar terjadi yang mungkin berdasarkan rencana
tetapi mungkin juga berbeda atau bahkan menyimpang dari apa yang direncanakan.
Perbedaan titik pandangan ini tidak sama dengan perbedaan cara pandang antara kelompok
akhli kurikulum dengan akhliteaching (pangajaran). Baik akhli kurikulum mau pun
pengajaran mempelajari fenomena kegiatan kelas tetapi dengan latar belakang teoritik dan
tujuan.
8. B. Masalah-masalah Kurikulum di Indonesia
Begitu banyak masalah-masalah kurikulum dan pembelajaran yang dialami Indonesia.
Masalah-masalah ini turut andil dalam dampaknya terhadap pembelajaran dan pendidikan
Indonesia. Berikut ini adalah beberapa masalah kurikulum (menurut sudut pandang penulis) :
1. Kurikulum Indonesia Terlalu Kompleks
Jika dibandingkan dengan kurikulum di negara maju, kurikulum yang
dijalankan di Indonesia terlalu kompleks. Hal ini akan berakibat bagi guru dan siswa.
Siswa akan terbebani dengan segudang materi yang harus dikuasainya. Ssiswa harus
berusaha keras untuk memahami dan mengejar materi yang sudah ditargetkan. Hal ini
akan mengakibatkan siswa tidak akan memahami seluruh materi yang diajarkan.
Siswa akan lebih memilih untuk mempelajari materi dan hanya memahami sepintas
tentang materi tersebut. Dampaknya, pengetahuan siswa akan sangat terbatas dan
siswa kurang mengeluarkan potensinya, daya saing siswa akan berkurang.
Selain berdampak pada siswa, guru juga akan mendapat dampaknya. Tugas
guru akan semakin menumpuk dan kurang maksimal dalam memberikan pengajaran.
Guru akan terbebani dengan pencapaian target materi yang terlalu banyak, sekalipun
masih banyak siswa yang mengalami kesulitan, guru harus tetap melanjutkan materi.
Hal ini tidak sesuai dengan peran guru. Kurikulum di Indonesia yang cenderung fokus
pada kemampuan intelektual membuat bakat atau softskill siswa tidak berkembang.
Padahal, sebenarnya bakat siswa bermacam-macam dan tidak bisa dipaksa harus
berada di suatu bidang saja. Akibat softskill yang kurang tergali, di katakan Rektor
Universitas Pakuan, Bibin Rubini saat ini tawuran serta bentrok makin marak. Selain
itu, Bibin juga mengingatkan banyaknya aturan dan ketentuan yang ada dalam sistem
pendidikan tidak diimplementasikan. “Jika dilihat, sistem pendidikan kita tidak jauh
berbeda dengan negara lain. Hanya saja, di negara lain diimplementasikan dengan
baik, sedangkan di kita hanya sekadar aturan,” misalnya kebijakan sekolah gratis
tidak diterapkan dengan baik sehingga masih banyak siswa tidak mampu yang tidak
bisa mengenyam pendidikan karena keberatan dengan biaya pendidikan yang mahal.
Jadi kebijakan yang ada diimplementasikan dengan baik, terutama soal wajib belajar,
maka angka partisipasi kasar pendidikan kita tentu akan semakin meningkat (A-
155/A-89).
2. Seringnya Berganti Nama
Kurikulum di Indonesia sering sekali mengalami perubahan. Namun,
perubahan tersebut hanyalah sebatas perubahan nama semata. Tanpa mengubah
konsep kurikulum, tentulah tidak akan ada dampak positif dari perubahan kurikulum
Indonesia. Bahkan, pengubahan nama kurikulum mampu disajikan sebagai lahan
bisnis oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.
9. Pengubahan nama kurikulum tentulah memerlukan dana yang cukup banyak. Apabila
dilihat dari sudut pandang ekonomi, alangkah baiknya jika dana tersebut digunakan
untuk bantuan pendidikan yang lebih berpotensi untuk kemajuan pendidikan.
3. Kurangnya sumber prinsip pengembangan
Pengembangan suatu kurikulum tentu saja berdasarkan sumber prinsip, untuk
menunjukan dari mana asal mula lahirnya suatu prinsip pengembangan kurikulum.
Sumber prinsip pengembangan kurikulum yang dimaksud adalah data empiris
(pengalaman yang terdokumentasi dan terbukti efektif), data eksperimen (temuan
hasil penelitian), cerita/legenda yang hidup di masayaraksat (folkloreofcurriculum),
dan akal sehat (commonsense).
Namun dalam fakta kehidupan, data hasil penelitian (hard data) itu sifatnya sangat
terbatas. Terdapat banayk data yang bukan diperoleh dari hasil penelitian juga terbukti
efektif untuk memecahkan masalah-masalah yang komploks, diantaranya adat
kebiasaan yang hidup di masyarakat (folkloreofcuriculum). Ada juga hasil pemikiran
umum atau akal sehat (commonsense).
C. Solusi
Dari masalah-masalah yang telah diuraikan sebelumnya, tentu akan ada solusi yang
mampu untuk memecahkannya. Berikut ini adalah beberapa solusi yang dapat dilakukan :
1. Mengubah paradigma dari pengajaran yang berbasis sistetik-materialistik menjadi
religius. Solusi ini menunjukan akan berkurangnya kemerosotan moral. Dimana tidak
akan ada lagi siswa cerdas yang tidak bermoral.
2. Mengubah konsep awal paradigma kurikulum menjadi alur yang benar untuk
mencapai suatu tujuan yang sebenarnya.
3. Melakukan pemerataan pendidikan melalui pemerataan sarana dan prasarana ke
sekolah terpencil, sehingga tidak akan ada lagi siswa di daerah terpencil yang
terbelakang pendidikan.
4. Menjalankan kurikulum dengan sebaik mungkin.
5. Membersihkan organ-organ kurikulum darin oknum-oknum tak bertanggung jawab.
6. Mengadakan studi kasus penelitan di setiap daerah Nusantara, agar dapat melahirkan
pengalaman dan dokumentasi yang kuat dan efektif dalam pengembangan kurikulum.
Studi kasus penelitian ini seperti “Mempelajari dan memahami kebutuhan masyarakat
seperti yang dirumuskan dalam undang-undang, keputusan pemerintah, peraturan-
peraturan daerah dan lain sebagainya, Menganalisis budaya masyarakat tempat
sekolah berada, Menganalisis kekuatan serta potensi-potensi daerah, Menganalisis
syarat dan tuntutan tenaga kerja, Menginterpretasi kebutuhan individu dalam
kerangka kepentingan masyarakat”.
10. Faktor sosial budaya sangat penting dalam penyusunan kurikulum yang relevan, karena
kurikulum merupakan alat untuk merealisasikan sistem pendidikan, sebagai salah satu
dimensi dari kebudayaan. Implikasi dasarnya adalah sebagai berikut:
1. Kurikulum harus disusun berdasarkan kondisi sosial-budaya masyarakat. Kurikulum
disusun bukan saja harus berdasarkan nilai, adat istiadat, cita-cita dari masyarakat,
tetapi juga harus berlandaskan semua dimensi kebuadayaan seperti kehidupan
keluarga, ekonomi, politik, pendidikan dan sebagainya.
2. Karena kondisi sosial budaya senantiasa berubah dan berkembang sejalan dengan
perubahan masyarakat, maka kurikulum harus disusun dengan memperhatikan unsur
fleksibilitas dan bersifat dinamis, sehingga kurikulum tersebut senantiasa relevan
dengan masyarakat. Konsekuensi logisnya, pada waktunya perlu diadakan perubahan
dan revisi kurikulum, sesuai dengan perkembangan dan perubahan sosial budaya yang
ada pada saat itu.
3. Program kurikulum harus disusun dan mengandung materi sosial budaya dalam
masyarakat. Ini bukan hanya dimaksudkan untuk membudayakan anak didik, tetapi
sejalan dengan usaha mengawetkan kebudayaan itu sendiri. Kemajuan dalam bidang
teknologi akan memberikan bahan yang memadai dalam penyampaian teknologi baru
itu kepada siswa, yang sekaligus mempersiapkan mempersiapkan para siswa tersebut
agar mampu hidup dalam teknologi itu. Dengan demikian, sekolah benar-benar dapat
mengemban peran dan fungsinya sebagai lembaga modernisasi.
D. Proses Pengembangan Suatu Kurikulum
Dalam perjalanannya dunia Pendidikan Indonesia telah menerapkan enam kurikulum,
yaitu Kurikulum 1968, Kurikulum 1975, kurikulum1984, Kurikulum 1994, Kurikulum 2004
atau Kurikulum Berbasis Kompetensi (meski belum sempat disahkan pemerintah, tetapi
sempat berlaku di beberapa sekolah pilotingproject), dan terakhir Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) yang dikeluarkan pemerintah melalui Permen Diknas Nomor 22 tentang
Standar Isi, Permen Nomor 23 tentang Standar Komnpetensi Lulusan, dan Permen Nomor 24
tentang Pelaksanaan kedua Permen tersebut. Ada rumor yang berkembang dalam masyarakat
bahwa ada kesan “Ganti Menteri Pendidikan Ganti Kurikulum.” Kesan itu bisa benar bisa
tidak, tergantung dari sudut mana kita memandang. Kalau sudut pandangnya politis, maka
pergantian sistem pendidikan nasional, termasuk di dalamnya perubahan kurikulum akan
selalu dikaitkan dengan kekuasaan (siapa yang berkuasa).
Namun, kalau sudut pandangnya nonpolitis, pergantian kurikulum merupakan suatu hal
yang biasa dan suatu keniscayaan dalam rangka merespons perkembangan masyarakat yang
beitu cepat. Pendidikan harus mampu menyesuaikan dinamika yang berkembang dalam
masyarakat, terutama tuntutan dan kebutuh masyarakat. Dan itu bisa dijawab dengan
perubahan kurikulum. Seorang guru yang nantinya akan melaksanakan kurikulum di kelas
melalui proses belajar mengajar, dipandang perlu mengetahui dan memahami kurikulum
yang pernah berlaku di Indonesia. Dengan demikian, para guru dapat mengambil bagian yang
11. terbaik dari kurikulum yang berlaku di Indonesia untuk diimplementasikan dalam
menjalankan proses belajar mengajar.
1. Kurikulum 1968
Sebelum diterapkan kurikulum 1968, pada tahun 1947 pernah diterapkan Rencana
Pelajaran yang pada waktu itu menteri pendidikannya dijabat Mr. Suwandi. Rencana
Pelajaran 1947 memuat ketentuan sebagai berikut: (l) bahasa Indonesia digunakan
sebagai bahasa pengantar di sekolah; (2) jumlah mata pelajaran untuk Sekolah Rakyat
(SR) 16 bidang studi, SMP 17 bidang studi, SMA jurusan B 19 bidang studi. Lahirnya
Rencana Pelajaran 1947 diawali dari pembenahan sistem per sekolah pasca Indonesia
merdeka yang sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945. Akan tetapi, pembenahan ini
baru bisa diterapkan pada tahun 1965 melalui keputusan Presiden Nomor 19 Tahun 1965
tentang pokok-pokok sistem Pendidikan Nasional Pancasila. Jiwa kurikulum adalah
gotong royong dan demokrasi termengaja
Setelah berakhirnya kekuasaan orde lama, keluar Ketetapan MPRS Nomor
XXVII/MPRS/I966 yang berisi tujuan pendidikan membentuk manusia Pancasilais
sejati. Dua tahun kemudian lahirlah Kurikulum 1968, sebuah pedoman praksis
pendidikan yang terstruktur pertama kali (Cony Semiawan, 19B0). Tujuan pendidikan
menurut Kurikulum 1968 adalah mempertinggi mental-moral budi pekerti dan
memperkuat keyakinan beragama, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta
membina/mengembangkan fisik yang kuat dan sehat. Ketentuan-ketentuan dalam
kurikulum 1968 adalah: (1) bersifat: correlatedsubjectcurrikulum; (2) jumlah mata
pelajaran untuk SD 10 bidang studi, SMP 18 bidang studi (Bahasa Indonesia dibedakan
bahasa Indonesia I dan II, SMA jurusan A 18 bidang studi, SMA jurusan B 20 bidang
studi, jurusan SMA C 19 bidang studi; (3) penjurusan SMA dilakukan di kelas II. Pada
waktu diberlakukan Kurikulum I968 yang mejabat menteri pendidikan adalah Mashuri.
S.H.
2. Kurikulum 1975
Kurikulum ini ditetapkan ketika menteri pendidikan dijabat Letjen TNI Dr. Syarif
Thajeb (1973-1978). Ketentuan-ketentuan Kurikulum 1975 adalah: (1) Sifat:
integratedcurriculumorganization; (2) SD mempunyai satu struktur program terdiri atas 9
bidang studi; (3) pelajaran Ilmu Alam dan llmu Hayat menjadi Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA); (4) pelajaran Ilmu Aljabar dan Ilmu Ukur menjadi Matematika; (5) jumlah mata
pelajaran SMP dan SMA menjadi 11 bidang studi; (6) penjurusan SMA dibagi tiga IPA,
IPS dan Bahasa dimulai pada permulaan semester II kelas 1. Ketika belum semua
sekolah mengimplementasikan Kurikulum 1975, mulai dirasakan kurikulum ini tidak
bisa mengejar kemajuan pesat masyarakat. Maka kurikulum 1975 diganti oleh
Kurikulum 1984.
12. 3. Kurikulum 1984
Kurikulum ini diterapkan ketika menteri pendidikan dijabat oleh Prof. Dr. Nugroho
Notosusanto seorang ahli sejarah Indoesia. Ketentuan-ketentuan dalam Kurikulum 1984
adalah: (1) Sifat: ContentBasedCurnculum; (2) Program pelajaran mencakup 11 bidang
studi; (3) Jumlah mata pelajaran SMP menjadi 12 bidang studi; (4) Jumlah mata
pelajaran SMA 15 bidang studi untuk program inti, 4 bidang studi untuk program
pilihan; (5) Penjuusan SMA dibagi lima: program A1 (Ilmu Fisika), A2 (Ilmu Biologi),
A3 Ilmu Sosial, A4 Ilmu Budaya, dan A5 (Ilmu Agama); (6) Penjurusan dilakukan di
kelas II. Pada Kurikulum 1984 penambahan bidang studi, yakni Pendidikan Sejarah
Perjuangan Bangsa (PSPB). Hal ini bisa dimaklumi karena menteri pendidikan saat itu
dijabat oleh seorang sejarawan. Dalam perjalanannya, Kurikulum 1984 dianggap oleh
banyak kalangan dianggap sarat beban sehingga diganti dengan Kurikulum 1994 yang
lebih sederhana.
4. Kurikulum 1994
Kurikulum ini ditetapkan ketika menteri pendidikan dijabat oleh Prof Dr. Ing
Wardiman Djojonegoro seorang teknokrat yang menimba ilmu di Jerman Barat bersama
BJ. Habibie. Ketentuan-ketentuan yang ada dalam Kurikulum 1994 adalah: (l) bersifat:
ObjectiveBasedCurriculum: (2) nama SMP diganti mejadi SLTP (Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama) dan SMA diganti SMU (Sekolah Menengah Umum); (3) mata
pelajaran PSPB dihapus; (4) program pengajaran SD dan SLTP disusun dalam 13 mata
pelajaran; (5) Program pengajaran SMU disusun dalam 10 mata pelajaran; (6)
Penjurusan SMA dilakukan di kelas II yang
Dari program IPA, program IPS, dan program Bahasa. Ketika reformasi bergulir
tahun 1998, Kurikulum 1994 mengalami penyesuaian-penyesuaian dalam rangka
mengakomodasi tuntutan reformasi. Oleh karena itu, muncul suplemen Kurikulurn 1994
yang lahir tahun 1999. Dalam suplemen tersebut ada penyesuaian-penyesuaian materi
pelajaran, terutama mata pelajaran seperti PPKN, Sejarah, dan beberapa mata pelajaran
yang lainnya. Lagi-lagi kurikulum ini pun mengalami nasib yang sama dengan
kurikulum sebelumnya. Bersamaan dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menggantikan Undang-Undang Nomor 2
Tahun 1989, pemerinrah melalui Departemen pendidikan Nasional menggagas
kurikulum baru yang diberi nama Kurikulum Berbasis Kompetensi
5. Kurikulum Berbasis Kompetensi (Kurikulum 2004)
Kurikulum Berbasis Kompetensi lahir di tengah-tengah adanya tuntutan mutu
pendidikan di Indonesia. Banyak kalangan yang berpendapat bahwa mutu pendidikan
13. Indonesia semakin hari semakin terpuruk. Bahkan dengan negara tetangga pun yang dulu
belajar ke Indonesia, seperti Malaysia, Indonesia tertinggal dalam hal mutu pendidikan.
Pendidikan di Indonesia dianggap hanya melahirkan lulusan yang akan menjadi beban
negara dan masyarakat, karena kurang ditunjang dengan kompetensi yang memadau
ketika terjun dalam masyarakat. Untuk merespons hal tersebut pemerintah melalui
Departemen Pendidikan Nasional menawarkan kurikulum yang dianggap mampu
menjawab problematika seputar rendahnya mutu pendidikan dewasa ini. Karena dalam
Kurikulum Berbasis Komperensi peserta didik diarahkan untuk menguasai sejumlah
kompetensi sesuai dengan standar yang telah ditentukan (Kunandar, 2005).
Kurikulum Berbasis Komperensi digagas ketika Menteri Pendidikan dijabat oleh
Prof. Abdul Malik Fadjar, M.Sc. Ketentuan-ketentuan yang ada dalam Kurikulum
Berbasis Kompetensi adalah: (1) bersifat: CompetencyBasedCurriculum: (2) penyebutan
SLTP menjadi SMP (Sekolah Menengah Pertama) dan SMU menjadi SMA 9Sekolah
Menengah Atas); (3) program pengajaran SD disusun 7 mata pelajaran; (4) program
pengajaran SMP disusun dalam 11 mata pelajaran; (5) program pengajaran SMA disusun
dalam 17 mata pelajaran; (6) penjurusan SMA dilakukan di kelas II, terdiri atas Ilmu
Alam, Sosial, dan Bahasa (Kompas, 16 Agustus 2005)
Kurikulum Berbasis Kompetensi meskipun sudah diujicobakan di beberapa sekolah
melalur pilot project, tetapi ironisnya pemerintah dalam hal ini Departemen Pendidikan
Nasional belum mengesahkan kurikulum ini secara formal. Sepertinya pemerintah masih
ragu-ragu dengan kurikulum ini. Hal ini dimaklumi, karena uji coba kurikulum ini
menuai kritik dari berbagai kalangan, baik para ahli pendidikan maupun praktisi
pendidikan. Beberapa kritik terhadap kurikulum ini adalah: (1) Masih sarat dengan
materi sehingga ketakutan guru akan dikejar-kejar materi seperti yang terjadi pada
kurikulum 1994 akan terulang kembali; (2) pemerintah pusat dalam hal ini Departemen
Pendidikan Nasional masih terlalu intervensi terhadap kewenangan sekolah dan guru
untuk mengembangkan kurikulum tersebut; (3) masih belum jelasnya (bias) pengertian
kompetensi sehingga ketika diteraplkan pada standar, kompetensi kelulusan belum
terlalu aplikatif; (4) adanya sistem penilaian yang belum begitu jelas dan terukur.
Melalui kebijakan pemerintah, kurikulum berbasis kompetensi mengalami revisi,
dengan dikeluarkannya Permen Diknas Nomor 22 tentang Standar Isi, Permen Diknas
Nomor 23 tentang Standar Kompetensi Lulusan, dan Permen Diknas Nomor 24 tentang
Pelaksanaan kedua permen di atas. Ketiga permen tersebut dikeluarkan pada tahun 2006.
Dengan dikeluarkannya ketiga permen tersebut seakan menjawab ketidakjelasan nasib
KBK yung selama ini sudah diterapkan di beberapa sekolah, baik melalui pitot project
atau swadaya dari sekolah tersebut. Keterandan dan keunggulan kurikulum ini pun masih
perlu diuji di lapangan dan waktu yang nanti akan menjawabnya.
6. Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP)
14. Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan revisi dan pengembangan dari
Kurikulum Berbasis Kompetensi atau ada yang menyebut Kurikulum 2004. KTSP lahir
karena dianggap KBK masih sarat dengan beban belajar dan pemerintah pusat dalam hal
ini Depdiknas masih dipandang terlalu intervensi dalam mengembangan kurikulum. OIeh
karena itu, dalam KTSP beban belajar siswa sedikit berkurang dan tingkat satuan
pendidikan (sekolah, guru, dan komite sekolah) diberikan kewenangan untuk
mengembangan kurikulum, seperti membuat indikator, silabus, dan beberapa komponen
kurikulum lainnya.
15. BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Indonesia mengalami kemerosotan di bidang pendidikan. Jika dibandingkan dengan
negara lain, Indonesia menduduki peringkat di bawah negara-negara di Asia. Hal ini sangat
berkatan dengan masalah-masalah kurikulum yang dihadapi Indonesia. Masalah kurikulum di
Indonesia dapat diselesaikan tidak cukup dengan mengganti namanya saja, melainkan harus
melakukan perombakan secara menyeluruh dari kurikulum.
Masalah kurikulum juga terletak dari sarana dan prasarana yang kurang merata. Selain
itu, kurikulum Indonesia yang terlalu kompleks, kurangnya sumber prinsip pengembangan
dan membebani siswa beserta guru yang berkaitan menjadikan kurang maksimalnya
pembelajaran.
B. Saran
Persoalan yang sering kita temui di lapangan jangankan menyusun kurikulum, menjalankan
kurikulum yang sudah ada sulitnya bukan main. Oleh karena itu, diperlukan upaya-upaya
kongkrit untuk mengiringi suksesnya penyempurnaan kurikulum ini.
Langkah perbaikan itu ibarat pepetah tiada rotan akarpun berguna, maka pemerintah
sebaiknya melakukan berbagai langkah perbaikan konsep dengan melibatkan berbagai
unsur/Stakholders pendidikan dan melakukan studi/penelitian lebih mendalam sebelum
kebijakan tersebut bergulir.