Manajemen perdarahan pasca salin merupakan topik penting karena masih menjadi penyebab utama kematian ibu di Indonesia. Deteksi dini perdarahan dan resusitasi yang tepat dapat menyelamatkan nyawa, namun sering terlambat karena penilaian visual yang kurang akurat. Prinsip penanganannya adalah memberikan oksigen dan resusitasi cairan secara simultan dengan mengatasi penyebabnya seperti atonia uteri, retensi plasenta, atau trauma melal
1. Penderita wanita berusia 26 tahun dengan riwayat G2P1A0 datang ke rumah sakit dengan keluhan ingin melahirkan setelah dipimpin persalinan oleh dukun selama 8 jam tanpa kemajuan.
2. Penderita didorong untuk melahirkan di rumah sakit karena memiliki riwayat operasi Caesar sebelumnya.
Laporan pendahuluan ini membahas tentang praktik keperawatan di ruang maternitas RSUD Arifin Achmad. Dokumen ini menjelaskan pengertian haemorraghe post partum, klasifikasi, etiologi, faktor risiko, patofisiologi, gejala klinis, komplikasi, dan penatalaksanaannya. Topik utama yang dibahas adalah diagnosis dan penanganan berbagai jenis perdarahan pasca persalinan seperti atonia uteri, retensio plasenta,
1. Penderita wanita berusia 26 tahun dengan riwayat G2P1A0 datang ke rumah sakit dengan keluhan ingin melahirkan setelah dipimpin persalinan oleh dukun selama 8 jam tanpa kemajuan.
2. Penderita didorong untuk melahirkan di rumah sakit karena memiliki riwayat operasi Caesar sebelumnya.
Laporan pendahuluan ini membahas tentang praktik keperawatan di ruang maternitas RSUD Arifin Achmad. Dokumen ini menjelaskan pengertian haemorraghe post partum, klasifikasi, etiologi, faktor risiko, patofisiologi, gejala klinis, komplikasi, dan penatalaksanaannya. Topik utama yang dibahas adalah diagnosis dan penanganan berbagai jenis perdarahan pasca persalinan seperti atonia uteri, retensio plasenta,
Dokumen tersebut membahas tentang perdarahan antepartum yang mencakup dua kondisi utama yaitu plasenta previa dan solusio plasenta. Plasenta previa adalah kondisi dimana plasenta berimplantasi terlalu rendah sehingga menutupi atau berdekatan dengan mulut rahim. Solusio plasenta adalah pelepasan sebagian atau seluruh permukaan plasenta sebelum waktunya. Kedua kondisi dapat menyebabkan
Dokumen tersebut membahas tentang penatalaksanaan kegawatdaruratan maternal dan neonatal pada kehamilan lanjut, termasuk preeklamsi, eklamsi, placenta praevia, dan solutio placenta. Untuk preeklamsi dan eklamsi, dokumen menjelaskan tanda dan gejala serta penatalaksanaannya melalui pemberian obat dan induksi persalinan. Sedangkan untuk placenta praevia dan solutio placenta, dibedakan berdasarkan ge
Prosedur penggunaan partograf untuk memantau persalinan meliputi persiapan alat, pencatatan informasi ibu dan janin, kemajuan persalinan, kontraksi rahim, kondisi ibu, serta tindakan yang diberikan. Partograf digunakan untuk mendeteksi kelambatan persalinan agar dapat segera ditangani.
Laporan Kasus RETENSIO PLASENTA oleh : dr. Rachel Sagrim (FK Uncen)dr. Rachel Sagrim
Beberapa faktor resiko yang dapat memperberat atau mempersulit kala III antara lain:
1. Faktor ibu (primipara, umur muda/tua, kurang gizi, hipertensi)
2. Faktor janin (prematur, makrosomia, kembar)
3. Faktor persalinan (persalinan dibantu, pendarahan dini, asfiksia janin)
4. Faktor plasenta (plasenta previa, plasenta akreta, vasa
Pasien datang dengan keluhan pendarahan post partum setelah melahirkan di dukun. Pemeriksaan menemukan inversio uteri, syok hemoragik, dan anemia berat. Penatalaksanaan meliputi resusitasi cairan, transfusi darah, reposisi manual rahim, dan antibiotik.
Stabilisasi Maternal Untuk Persiapan Rujukan ObstetrikDokter Tekno
Dokumen tersebut membahas tentang stabilisasi maternal untuk kegawatdaruratan obstetrik yang mencakup 3 hal: 1) pengertian kegawatdaruratan obstetrik, 2) stabilisasi umum yang meliputi pernafasan, hemodinamik dan kesadaran, 3) stabilisasi khusus untuk kondisi seperti perdarahan dan hipertensi dalam kehamilan.
Perdarahan pascapersalinan merupakan salah satu kegawatdaruratan obstetrik utama yang dapat terjadi. Penyebabnya antara lain atonia uteri, retensio plasenta, trauma, dan faktor pembekuan darah. Prinsip penanganannya meliputi evaluasi kondisi pasien, resusitasi cairan dan oksigen, tegakkan diagnosis penyebab, serta terapi yang sesuai dengan penyebab perdarahan seperti oksitosin, ergometrin, atau manajemen k
SIMULASI KASUS EMERGENSI OBSTETRI PKM.pptxAsnayaTirewa
Hipertensi kronik
Hipertensi gestasional
Preeklampsia Berat
Superimposed Preeklampsia
Eklampsia
Stabilisasi
Pemberian oksigen
Infus dan terapi cairan
Transfusi darah
Medika mentosa
Rujukan !!
Periksa kadar urin dengan tes celup urin atau protein urin 24 jam
Tekanan darah sekurang – kurangnya 140 mmHg sistolik atau 90 mmHg diastolik pada dua kali pemeriksaan berjarak 15 menit menggunakan lengan yang sama dan protein urin melebihi 300 mg dalam 24 jam atau tes urin dipstik > positif 1.
Tekanan darah sekurang – kurangnya 140 mmHg sistolik atau 90 mmHg diastolik pada dua kali pemeriksaan berjarak 15 menit menggunakan lengan yang sama dan protein urin melebihi 300 mg dalam 24 jam atau tes urin dipstik > positif 1. Tekanan darah sekurang – kurangnya 140 mmHg sistolik atau 90 mmHg diastolik pada dua kali pemeriksaan berjarak 15 menit menggunakan lengan yang sama dan protein urin melebihi 300 mg dalam 24 jam atau tes urin dipstik > positif Trombositopenia : trombosit < 100.000/mikroliter
Gangguan ginjal kreatinin serum di atas 1.1 mg/dL, atau didapatkan peningkatan kadar kreatinin serum dari sebelumnya pada kondisi dimana tidak ada kelainan ginjal di dalamnya
Gangguan liver Peningkatan konsentrai transaminase 2 kali normal dan atau adanya nyeri di daerah epigestrik/regio kanan atas abdomen
Edema paru
Gejala neurologis : stroke, nyeri kepala, gangguan visus
Gangguan sirkulasi uteroplasenta : oligohidramnion, Fetal growth restiction, atau didapatkan adanya absent or reversed end diastolic velocity (ARDV)
Diagnosis preeklamsia dipenuhi dan jika didapatkan salah satu kondisi klinis di bawah ini :
Tekanan darah
Jika perdarahan berhenti dan kontraksi uterus membaik, pertahankan pemberian uterotonika Oksitosin 10 - 20mU dalam 500 ml larutan kristaloid 28tts/menit hingga 12 jam pasca persalinan.
Tidak steril: penggantung infus, mangkuk urin, kondom terbungkus, kateter karet terbungkus, sarung tangan terbungkus, urobag, set infus, larutan NaCl steril, lampu sorot
Steril: spekulum vagina, klem ovarium, klem tampon, klem tali pusat, tali kasur, gunting benang, tampon kassa, mangkok, kassa
OBAT-OBATAN: injeksi oksitosin, injeksi metil ergometrin, tablet misoprostol, inj. antibiotika (derivat penisilin atau cephalosporin, infus metronidazol, inj. gentamisin)
Persetujuan tindakan medis (Informed consent)
Dipasang infus NaCl 0.9% atau larutan lain untuk mencegah dan mengatasi syok
Dipasang kateter urin menetap dihubungkan dengan urobag. Dipasang selama ybs mempergunakan kondom kateter
Posisi litotomi
Disinfeksi daerah vulva, vagina dan sekitarnya
Laporan kasus ini membahas tentang seorang anak perempuan berusia 2 tahun dengan diagnosis multiple karies gigi, TOF dengan atresia pulmonal dan PDA 3 mm yang akan menjalani ekstraksi gigi. Terdapat evaluasi pra-operasi dan persiapan anestesi untuk menangani risiko cyanotic spell dan komplikasi lainnya.
Dokumen tersebut membahas tentang post partum dini akibat retensio plasenta. Ibu yang baru melahirkan selama 7 jam dirujuk ke rumah sakit karena perdarahan hebat setelah persalinan. Pemeriksaan menunjukkan sisa plasenta masih tertinggal di dalam rahim, menyebabkan perdarahan berkelanjutan dan kondisi syok. Ibu kemudian mendapat penanganan dengan manual plasenta dan resusitasi cairan untuk mengatasi syok dan men
Dokumen tersebut membahas tentang perdarahan antepartum yang mencakup dua kondisi utama yaitu plasenta previa dan solusio plasenta. Plasenta previa adalah kondisi dimana plasenta berimplantasi terlalu rendah sehingga menutupi atau berdekatan dengan mulut rahim. Solusio plasenta adalah pelepasan sebagian atau seluruh permukaan plasenta sebelum waktunya. Kedua kondisi dapat menyebabkan
Dokumen tersebut membahas tentang penatalaksanaan kegawatdaruratan maternal dan neonatal pada kehamilan lanjut, termasuk preeklamsi, eklamsi, placenta praevia, dan solutio placenta. Untuk preeklamsi dan eklamsi, dokumen menjelaskan tanda dan gejala serta penatalaksanaannya melalui pemberian obat dan induksi persalinan. Sedangkan untuk placenta praevia dan solutio placenta, dibedakan berdasarkan ge
Prosedur penggunaan partograf untuk memantau persalinan meliputi persiapan alat, pencatatan informasi ibu dan janin, kemajuan persalinan, kontraksi rahim, kondisi ibu, serta tindakan yang diberikan. Partograf digunakan untuk mendeteksi kelambatan persalinan agar dapat segera ditangani.
Laporan Kasus RETENSIO PLASENTA oleh : dr. Rachel Sagrim (FK Uncen)dr. Rachel Sagrim
Beberapa faktor resiko yang dapat memperberat atau mempersulit kala III antara lain:
1. Faktor ibu (primipara, umur muda/tua, kurang gizi, hipertensi)
2. Faktor janin (prematur, makrosomia, kembar)
3. Faktor persalinan (persalinan dibantu, pendarahan dini, asfiksia janin)
4. Faktor plasenta (plasenta previa, plasenta akreta, vasa
Pasien datang dengan keluhan pendarahan post partum setelah melahirkan di dukun. Pemeriksaan menemukan inversio uteri, syok hemoragik, dan anemia berat. Penatalaksanaan meliputi resusitasi cairan, transfusi darah, reposisi manual rahim, dan antibiotik.
Stabilisasi Maternal Untuk Persiapan Rujukan ObstetrikDokter Tekno
Dokumen tersebut membahas tentang stabilisasi maternal untuk kegawatdaruratan obstetrik yang mencakup 3 hal: 1) pengertian kegawatdaruratan obstetrik, 2) stabilisasi umum yang meliputi pernafasan, hemodinamik dan kesadaran, 3) stabilisasi khusus untuk kondisi seperti perdarahan dan hipertensi dalam kehamilan.
Perdarahan pascapersalinan merupakan salah satu kegawatdaruratan obstetrik utama yang dapat terjadi. Penyebabnya antara lain atonia uteri, retensio plasenta, trauma, dan faktor pembekuan darah. Prinsip penanganannya meliputi evaluasi kondisi pasien, resusitasi cairan dan oksigen, tegakkan diagnosis penyebab, serta terapi yang sesuai dengan penyebab perdarahan seperti oksitosin, ergometrin, atau manajemen k
SIMULASI KASUS EMERGENSI OBSTETRI PKM.pptxAsnayaTirewa
Hipertensi kronik
Hipertensi gestasional
Preeklampsia Berat
Superimposed Preeklampsia
Eklampsia
Stabilisasi
Pemberian oksigen
Infus dan terapi cairan
Transfusi darah
Medika mentosa
Rujukan !!
Periksa kadar urin dengan tes celup urin atau protein urin 24 jam
Tekanan darah sekurang – kurangnya 140 mmHg sistolik atau 90 mmHg diastolik pada dua kali pemeriksaan berjarak 15 menit menggunakan lengan yang sama dan protein urin melebihi 300 mg dalam 24 jam atau tes urin dipstik > positif 1.
Tekanan darah sekurang – kurangnya 140 mmHg sistolik atau 90 mmHg diastolik pada dua kali pemeriksaan berjarak 15 menit menggunakan lengan yang sama dan protein urin melebihi 300 mg dalam 24 jam atau tes urin dipstik > positif 1. Tekanan darah sekurang – kurangnya 140 mmHg sistolik atau 90 mmHg diastolik pada dua kali pemeriksaan berjarak 15 menit menggunakan lengan yang sama dan protein urin melebihi 300 mg dalam 24 jam atau tes urin dipstik > positif Trombositopenia : trombosit < 100.000/mikroliter
Gangguan ginjal kreatinin serum di atas 1.1 mg/dL, atau didapatkan peningkatan kadar kreatinin serum dari sebelumnya pada kondisi dimana tidak ada kelainan ginjal di dalamnya
Gangguan liver Peningkatan konsentrai transaminase 2 kali normal dan atau adanya nyeri di daerah epigestrik/regio kanan atas abdomen
Edema paru
Gejala neurologis : stroke, nyeri kepala, gangguan visus
Gangguan sirkulasi uteroplasenta : oligohidramnion, Fetal growth restiction, atau didapatkan adanya absent or reversed end diastolic velocity (ARDV)
Diagnosis preeklamsia dipenuhi dan jika didapatkan salah satu kondisi klinis di bawah ini :
Tekanan darah
Jika perdarahan berhenti dan kontraksi uterus membaik, pertahankan pemberian uterotonika Oksitosin 10 - 20mU dalam 500 ml larutan kristaloid 28tts/menit hingga 12 jam pasca persalinan.
Tidak steril: penggantung infus, mangkuk urin, kondom terbungkus, kateter karet terbungkus, sarung tangan terbungkus, urobag, set infus, larutan NaCl steril, lampu sorot
Steril: spekulum vagina, klem ovarium, klem tampon, klem tali pusat, tali kasur, gunting benang, tampon kassa, mangkok, kassa
OBAT-OBATAN: injeksi oksitosin, injeksi metil ergometrin, tablet misoprostol, inj. antibiotika (derivat penisilin atau cephalosporin, infus metronidazol, inj. gentamisin)
Persetujuan tindakan medis (Informed consent)
Dipasang infus NaCl 0.9% atau larutan lain untuk mencegah dan mengatasi syok
Dipasang kateter urin menetap dihubungkan dengan urobag. Dipasang selama ybs mempergunakan kondom kateter
Posisi litotomi
Disinfeksi daerah vulva, vagina dan sekitarnya
Laporan kasus ini membahas tentang seorang anak perempuan berusia 2 tahun dengan diagnosis multiple karies gigi, TOF dengan atresia pulmonal dan PDA 3 mm yang akan menjalani ekstraksi gigi. Terdapat evaluasi pra-operasi dan persiapan anestesi untuk menangani risiko cyanotic spell dan komplikasi lainnya.
Dokumen tersebut membahas tentang post partum dini akibat retensio plasenta. Ibu yang baru melahirkan selama 7 jam dirujuk ke rumah sakit karena perdarahan hebat setelah persalinan. Pemeriksaan menunjukkan sisa plasenta masih tertinggal di dalam rahim, menyebabkan perdarahan berkelanjutan dan kondisi syok. Ibu kemudian mendapat penanganan dengan manual plasenta dan resusitasi cairan untuk mengatasi syok dan men
2. LATAR BELAKANG
Perdarahan terutama perdarahan pasca salin
masih menjadi penyebab tersering kematian ibu di
Indonesia
Ibu yang mengalami perdarahan pasca salin akan
meninggal dalam waktu 2 JAM bila tidak ditangani
dengan adekuat
3. MENGAPA KEMATIAN MATERNAL AKIBAT
PERDARAHAN MASIH TINGGI?
1. Keterlambatan mengenali adanya syok
karena perdarahan
2. Kegagalan untuk melakukan resusitasi
yang adekuat
5. MENGAPA ????
1. Penilaian jumlah perdarahan secara visual sama
sekali TIDAK AKURAT
2. Tenaga kesehatan cenderung memperkirakan
jumlah perdarahan lebih sedikit daripada
kenyataannya (30 – 50% lebih sedikit)
3. Ketidakakuratan makin tinggi seiring dengan
makin banyaknya jumlah perdarahan
4. Pemahaman mengenai resusitasi belum optimal
8. TANDA DAN GEJALA SYOK KARENA
PERDARAHAN
Tanda awal terjadinya syok adalah gelisah dan
agitasi, kadang-kadang disertai rasa haus yang
sangat yang berkembang menjadi pusing bila darah
yang keluar sudah sekitar 30% (1500 – 2000 mL)
Penurunan kesadaran adalah tanda yang sudah
terlambat kondisi kritis
9. Frekuensi nadi akan meningkat setelah terjadi
kehilangan darah sekitar 15–20%
Capillary refill menurun setelah kehilangan darah
sebanyak 15% dan hampir hilang setelah jumlah
darah yang hilang sekitar 40%
Tekanan darah baru turun setelah jumlah darah
yang keluar sekitar 30–40%
10. PRINSIP PENANGANAN PERDARAHAN PASCA
SALIN
1. Prinsip terpenting adalah pengenalan dini
perdarahan pasca salin dan segera
mengkoreksi volume darah yang hilang
2. Secara simultan mengatasi penyebab
perdarahan
11. PRINSIP
Pada kasus perdarahan post partum, kita
harus bekerja sebagai Tim:
1. Minta bantuan
2. Penanganan I : resusitasi cairan dan
memberikan oksigen
3. Penanganan II : atasi penyebab
12. 1. Pemberian oksigen, bila tersedia dapat
menggunakan NRM (non rebreathable mask).
2. Pasang kateter foley.
3. Pasang infus dua jalur dengan abocath 14G
4. Ambil darah untuk sampel darah (cross match)
dan minta bantuan salah satu keluarga untuk
segera ke PMI
13. 5. Lakukan resusitasi cairan kristaloid (RL) dengan
cepat (Ingat bahwa kehilangan darah sebanyak 1
L harus diganti dengan cairan kristaloid sebanyak
4-5 L)
6. Jika perdarahan diperkirakan lebih dari 1500 mL,
begitu kondisi lebih stabil segera dirujuk
14. 7. Lakukan kontak dengan tempat rujukan
sehingga tempat rujukan dapat
mempersiapkan tindakan yang akan dilakukan
8. Perhatikan dengan baik kesadaran pasien,
nadi, tekanan darah dan urine output
17. 3. Kompresi bimanual
interna/eksterna: bisa
mengurangi
perdarahan walaupun
dalam kondisi kontraksi
uterus tetap lembek
memberi kesempatan
resusitasi untuk
mengganti darah yang
keluar
18. 4. Memakai uterotonika lain: metil
ergometrin 200 or 250 mcg i.m. .Dosis
maximal 1.25 mg.
5. Lakukan tamponade uterus: masukkan
gulungan kasa padat ke dalam cavum uteri
atau dengan kondom kateter bila ada. Ambil
kembali tampon/kondom setelah 24 – 36
jam
19. CARA MENGGUNAKAN KONDOM KATETER
1. Dengan cara aseptik, kateter karet steril
dimasukkan ke dalam kondom dan
diikatkan pada ujung kondom dengan
benang (gambar 1)
2. Kandung kencing dikosongkan dengan
kateter foley kontinu
3. Masukkan kondom tersebut ke dalam
cavum uteri (gambar 2)
24. INGAT
Jika plasenta sudah lahir dan kontraksi
uterus tetap lembek
eksplorasi atonia uteri
25. MANAJEMEN TRAUMA PADA JALAN
LAHIR
Trauma pada jalan lahir harus dicurigai
bila terjadi perdarahan tetapi kontraksi
uterus tetap baik
Segera inspeksi Vagina dan
Serviks
26. MANAJEMEN KOAGULOPATI
1. Bila eksplorasi berhasil menyingkirkan
kemungkinan ruptur uteri dan retensi sisa
plsaenta perdarahan dari jalan lahir dengan
kontraksi uterus yang baik mungkin disebabkan
defek koagulasi
2. Terapi dengan tranfusi faktor pembekuan (FFP
dan atau trombosit)