Dokumen tersebut membahas tentang perdagangan dan budaya pemeliharaan hewan non-native di Indonesia, termasuk motivasi dan perilaku pemelihara, serta studi kasus mengenai spesies invasif seperti ikan red devil dan sapu-sapu."
Tantangan Penelitian Amfibi dan Reptil untuk Mendukung Upaya Konservasi - San...Kukangku
Presentasi ini disampaikan dalam webinar Human-Wildlfie seri ke 5. Tayangan webinar bisa disaksikan di https://kukangku.id/v/webinar-human-wildlife-seri-5/
Interaksi Manusia - Macan Tutul Jawa dan Upaya Mitigasinya Kukangku
Presentasi dari Erwin Wilianto ini dibawakan pada seri kedua webinar Human-Wildlife pada topik "Konflik manusia dan satwa liar, kapan dan bagaimana?".
Tayangan ulang webinar dapat disaksikan di
https://kukangku.id/v/webinar-human-wildlife-seri-2/
Mencari Cara dalam Mengasah Ekowisata Laut Indonesia - Anargha SetiadiKukangku
Presentasi ini disampaikan dalam webinar Human-Wildlfie seri ke 5. Tayangan webinar bisa disaksikan di https://kukangku.id/v/webinar-human-wildlife-seri-5/
Menggaungkan Nyanyian Owa Jawa - Rahayu OktavianiKukangku
Presentasi ini disampaikan dalam webinar Human-Wildlfie seri ke 5. Tayangan webinar bisa disaksikan di https://kukangku.id/v/webinar-human-wildlife-seri-5/
Sesi tanya jawab webinar Human-Wildlife dengan topik "Konflik Manusia dan Satwa Liar, Kapan dan Bagaimana?".
Tayangan ulang webinar dapat disaksikan di
https://kukangku.id/v/webinar-human-wildlife-seri-2/
Tantangan Penelitian Amfibi dan Reptil untuk Mendukung Upaya Konservasi - San...Kukangku
Presentasi ini disampaikan dalam webinar Human-Wildlfie seri ke 5. Tayangan webinar bisa disaksikan di https://kukangku.id/v/webinar-human-wildlife-seri-5/
Interaksi Manusia - Macan Tutul Jawa dan Upaya Mitigasinya Kukangku
Presentasi dari Erwin Wilianto ini dibawakan pada seri kedua webinar Human-Wildlife pada topik "Konflik manusia dan satwa liar, kapan dan bagaimana?".
Tayangan ulang webinar dapat disaksikan di
https://kukangku.id/v/webinar-human-wildlife-seri-2/
Mencari Cara dalam Mengasah Ekowisata Laut Indonesia - Anargha SetiadiKukangku
Presentasi ini disampaikan dalam webinar Human-Wildlfie seri ke 5. Tayangan webinar bisa disaksikan di https://kukangku.id/v/webinar-human-wildlife-seri-5/
Menggaungkan Nyanyian Owa Jawa - Rahayu OktavianiKukangku
Presentasi ini disampaikan dalam webinar Human-Wildlfie seri ke 5. Tayangan webinar bisa disaksikan di https://kukangku.id/v/webinar-human-wildlife-seri-5/
Sesi tanya jawab webinar Human-Wildlife dengan topik "Konflik Manusia dan Satwa Liar, Kapan dan Bagaimana?".
Tayangan ulang webinar dapat disaksikan di
https://kukangku.id/v/webinar-human-wildlife-seri-2/
Perspektif psikologi sosial dan ekonomi dalam konflik manusia - satwa liarKukangku
Presentasi dari Puspita Insan Kamil ini dibawakan pada seri kedua webinar Human-Wildlife pada topik "Konflik manusia dan satwa liar, kapan dan bagaimana?".
Tayangan ulang webinar dapat disaksikan di
https://kukangku.id/v/webinar-human-wildlife-seri-2/
Doger Monyet atau Topeng Monyet adalah bagian dari seni budaya masyarakat Indonesia. Monyet atau kera diberikan latihan yang cukup keras agar bisa melakukan gerak-gerik lucu. Tetapi sekarang sudah sangat ditemukan hiburan doger monyet karena ada pelarangan untuk pertunjukan ini.
Perspektif psikologi sosial dan ekonomi dalam konflik manusia - satwa liarKukangku
Presentasi dari Puspita Insan Kamil ini dibawakan pada seri kedua webinar Human-Wildlife pada topik "Konflik manusia dan satwa liar, kapan dan bagaimana?".
Tayangan ulang webinar dapat disaksikan di
https://kukangku.id/v/webinar-human-wildlife-seri-2/
Doger Monyet atau Topeng Monyet adalah bagian dari seni budaya masyarakat Indonesia. Monyet atau kera diberikan latihan yang cukup keras agar bisa melakukan gerak-gerik lucu. Tetapi sekarang sudah sangat ditemukan hiburan doger monyet karena ada pelarangan untuk pertunjukan ini.
Mendeskripsikan konsep keanekaragaman gen, jenis dan ekosistem melalui kegiatan pengamatan.
Mengkomunikasikan keanekaragaman hayati Indonesia dan usaha pelestarian serta pemanfaatan sumber daya alam.
Kesejahteraan dan Kesehatan Hewan Eksotik - Okta WismandanuKukangku
Bagaimana fenomena peliharaan satwa eksotis dari sisi praktisi kedokteran hewan? Sebagai pemelihara, perlakuan apa yang sebaiknya dipahami dan diberikan kepada satwa?
Ular dan Manusia: Apakah kita dapat hidup berdampingan?Kukangku
Presentasi dari Nathan Rusli ini dibawakan pada seri kedua webinar Human-Wildlife pada topik "Konflik manusia dan satwa liar, kapan dan bagaimana?".
Tayangan ulang webinar dapat disaksikan di
https://kukangku.id/v/webinar-human-wildlife-seri-2/
Perdagangan dan Budaya Memelihara Satwa Non Native - Haryono
1. Perdagangan dan Budaya
Pemeliharaan Hewan Non-Native:
Studi Kasus Spesies Invasif di
Indonesia
Haryono
PUSAT PENELITIAN BIOLOGI-LIPI
Disampaikan pada Webinar Human-Wildlife Webinar Serie 4, Sabtu 29 Mei 2021
2. Nama lengkap : Dr. Haryono, M.Si.
Instansi : Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi-LIPI
Alamat kantor : Jl. Raya Jakarta-Bogor Km. 46 Cibinong 16911
Telepon kantor : 021-8765056/65
Faksmile : 021-8765068
Pekerjaan : Peneliti LIPI sejak tahun 1991
Jabatan : Peneliti Utama
Kepala Lab. Ikan
Bidang keahlian: Iktiologi (Ikan)
HP : 08128477116
Email : ikharyono@yahoo.com; fisharyono@gmail.com
3. • Perdagangan dan
Budaya Pemeliharaan
Hewan Non-native
• Motivasi memelihara
hewan Non Native
• Perilaku Harian
Pemelihara
• Aspek Budaya
• Studi Kasus Spesies
Invasif (ikan) di
Indonesia
4. Fauna Indonesia: 4.782 ikan, 720 mamalia, 1.605 burung, 723 reptil,
385 amfibi, 5.170 moluska, 3.200 krustase,
Jenis fauna endemik: 270 jenis mamalia, 386 jenis burung, 328 jenis
reptil, 204 jenis amphibia, dan 280 jenis ikan.
KEKAYAAN FAUNA INDONESIA
Sumber: Widjaja et al. (2014); IBSAP 2015-2020
PEMANFAATAN DAN KONSERVASINYA?
5. BUDAYA MEMELIHARA HEWAN EKSOTIS
• Manusia sudah memelihara hewan
eksotik sejak ribuan tahun->
SEBELUM ADA KONSEP KEBUN
BINATANG
• Sekitar 3.500 tahun SM di ibu kota
Mesir-> MEMILIKI TEMPAT
PENAMPUNGAN HEWAN EKSOTIS
HASIL TANGKAPAN (gajah, kuda nil,
dan hewan lainnya).
• Kaisar Mongol (Kubilai Khan)->
MEMELIHARA MACAN TUTUL,
HARIMAU, CHEETAH, GAJAH DAN
SEKITAR 200 SPESIES BURUNG DI
TAMAN PRIBADINYA.
• Pada 1210 Kebun Binatang Kerajaan
didirikan di London -> UNTUK
HIBURAN KELUARGA KERAJAAN
INGGRIS.
6. • Sebagai mainan yang fantastis
bagi pemeliharanya
• Untuk menunjukkan
status/prestise
• Untuk diikembangbiakan/
didomestikasi/pemanfaatan.
• Serigala dipercaya mpk
hewan yang pertama kali
didomestikasi (sekitar 30.000
tahun silam) di kawasan
Eurasia
• Untuk terapi psikologis
• Sebagai komoditas tersendiri
yang dapat diperdagangkan
MOTIVASI DALAM
MEMELIHARA HEWAN
EKSOTIK
9. PERDAGANGAN HEWAN PELIHARAAN EKSOTIS
Jutaan hewan diperdagangkan setiap tahunnya untuk menjadi hewan peliharaan
dan menghibur masyarakat.
Omset perdagangan hewan eksotis sangat besar, terbesar setelah obat-obatan. Di
Amerika saja mencapai US$15 miliar (Rp217 triliun)
Media perdagangan melalui internet dan majalah
Hewan eksotis membutuhkan perawatan khusus baik makanan maupun
kandangnya.
Diperkirakan 5-7 ribu harimau dipelihara yang lebih besar dibandingkan dengan
yang ada di alam liar
Sumber untuk perdagangan: ditangkap dari habitat asli, kebun binatang, toko
hewan peliharaan, dan dari peternak yang mengembangbiakkan hewan tersebut.
Hewan eksotis biasanya dibeli saat anakan, namun terkadang dibuang saat dewasa
karena tak bisa dikendalikan
Banyak hewan peliharaan eksotis dibunuh atau ditelantarkan karena sudah sakit-
sakitan/bosan
Hewan eksotis melarikan diri dari kandang dan dapat menyerang warga
Banyak hewan eksotis yang menularkan penyakit mematikan (Zoonosis)
10. • Pola perdagangan: banyak
yang illegal dan gelap.
• Saat ini ada sekitar 500-700
harimau yang dijadikan
hewan peliharan
• Kurang dari 400 di antaranya
berada di kebun binatang
resmi.
• Untuk primata, angkanya
bisa mencapai 15.000,
bahkan mungkin bisa lebih
dari itu.
• Untuk perdagangan hewan
terancam punah diatur
melalui CITES
ANGKA PERDAGANGAN HEWAN EKSOTIK
13. STATUS HEWAN
1. Asli/lokal : Tersebar secara alami tanpa campur tangan
manusia
2. Endemik: Tersebar pada wilayah geografis/habitat yang
terbatas
3. Langka: Status populasi pada saat ini sudah jarang sekali
4. Terancam punah: Populasinya belum jarang tetapi rentan
mengalami ancaman kepunahan akibat faktor alami dan
atau aktivitas manusia
5. Introduksi: Tersebar di luar habitat aslinya melalui campur
tangan manusia
6. Invasif: Jenis introduksi yang sudah mengganggu
kelestarian jenis asli, lingkungan atau manusia
13
14. Spesies asing dianggap invasif jika berdampak negatif
terhadap:
Keanekaragaman Hayati Asli
Ekosistem
Ekonomi
Kesehatan manusia
Convention on Biological Diversity (CBD) : IAS - spesies asing yang
keberadaan dan penyebarannya mengancam ekosistem, habitat atau
spesies yang memiliki bahaya ekonomi atau lingkungan.
22. INTRODUKSI IKAN PERTAMA YANG TERDOKUMENTASI
DI INDONESIA
Ikan mujair (Oreochromis mossambicus)
Pertama ditemukan di Desa Serang, Kabupaten Blitar Tahun 1939
22
23. 1. Bersifat sebagai kompetitor
2. Bersifat predator
3. Kemampuan reproduksi cepat dan tinggi
4. Kemampuan adaptasi tinggi terhadap berbagai faktor
lingkungan/adaptif
5. Dapat membawa penyakit berbahaya
6. Pemakan segala/omnivora
7. Pertumbuhan cepat
8. Mampu berhibridisasi dan menurunkan sifat genetiknya
9. Tidak ada predator alami
10.Dapat berdampak negatif terhadap kesehatan manusia
1. Sumberdaya ikan 2. Lingkungan sumberdaya ikan
3. Kesehatan manusia
MEMBAHAYAKAN/MERUGIKAN
24. BEBERAPA KASUS DAMPAK IKAN INVASIF
Lokasi Jenis Invasif Dampak
Nama Lokal Nama Ilmiah
Danau Laut
Tawar
Nila Oreochromis niloticus Populasi ikan depik (Rasbora
tawarensis) menjadi
berkurang
Danau Sentani Red devil Amphilophus labiatus Menurunnya populasi ikan
asli, diantaranya gabus hitam
(Oxyeleotris cf. heterodon)
Waduk Selorejo Mujair Oreochromis mossambicus Penurunan populasi ikan asli
Danau Poso Mujair Oreochromis mossambicus Punahnya ikan endemik,
yaitu moncong (Adrianichthys
kruyti) dan Xenopoecilus
poptae
Danau Lindu Mujair Oreochromis mossambicus Punahnya ikan endemik,
yaitu Xenopoecilus
sarasinorum
Waduk Cirata
dan Jatiluhur,
Waduk Sermo
Red devil Amphilophus labiatus Menurunnya populasi ikan
asli dan produksi ikan
budidaya
Danau Ayamaru Mas Cyprinus carpio Penurunan drastis populasi
ikan pelangi endemik
(Melanotaenia ayamaruensis)
27. KEBERADAAN RED DEVIL DI INDONESIA
1. Waduk Sermo-Yogyakarta
2. Waduk Cirata
3. Waduk Jatiluhur
4. Waduk Kedungombo
5. Waduk Wonorejo-Tulungagung
6. Danau Beratan-Bali
7. Danau Limboto-Gorontalo
8. Danau Sentani-Jayapura
28. 1. Perlu disusun regulasi yang terkait dengan upaya
menjaga kelestarian jenis fauna asli
2. Penetapan spesies invasive (membahayakan dan
merugikan)
3. Analisis risiko dan valuasi ekonomi
4. Dukungan pemerintah terhadap penelitian jenis
fauna yang bersifat invasif (pendataan/pemetaan)
5. Pengendalian terhadap spesies invasif
6. Sistem informasi yang lengkap dan terakses
secara luas
STRATEGI PENGENDALIAN JENIS INVASIF
29. 7. Upaya pencegahan terhadap masuk/tersebarnya
spesies yang berpotensi invasif
8. Peningkatan pemahaman masyarakat terhadap
spesies invasif (edukasi/sosialisasi)-> SERTA
PROMOSI JENIS ASLI
9. Keterlibatan stakeholder secara nasional baik dalam
pencegahan maupun pengendalian (pelaku
usaha/asosiasi)->KELEMBAGAAN
10.Pengendalian terhadap jenis yang sudah lepas ke
perairan umum-> SECARA BIOLOGI, KIMIA, FISIK
11.Pembentukan pokja secara nasional untuk
pengendalian jenis ikan invasif
Lanjutan:
30. 1. Permen LHK Nomor 94 Tahun 2016 tentang JENIS INVASIF = 187
jenis (tumbuhan dan hewan): Ikan 139-187
2. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 19 Tahun 2020
TENTANG LARANGAN PEMASUKAN, PEMBUDIDAYAAN, PEREDARAN, DAN
PENGELUARAN JENIS IKAN YANG MEMBAHAYAKAN DAN/ATAU
MERUGIKAN KE DALAM DAN DARI WILAYAH PENGELOLAAN PERIKANAN
NEGARA REPUBLIK INDONESIA (6 Jenis Membahayakan dan 75 Jenis
Merugikan).
Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 2017 tentang pembudidayaan
ikan pasal 66 (ikan membahayakan) dan pasal 67 (ikan
merugikan)
4. UU Nomor 31 tahun 2004 tentang Perikanan. Pasal 12 dan 14
5. UU nomor 45 tahun 2009, Perubahan atas Undang-undang nomor
31 tahun 2004 tentang perikanan
31. PP NOMOR 28 TAHUN 2018
Kriteria Jenis Ikan Membahayakan:
a. mengandung racun/biotoksin;
b. bersifat parasit; dan/atau
c. melukai/membahayakan keselamatan jiwa manusia.
Kriteria Jenis Ikan Merugikan:
a.bersifat buas atau pemangsa, atau kompetitor bagi Ikan spesies
lain yang dapat mengancam penurunan populasi Ikan lainnya;
b.mengandung racun/biotoksin;
c.bersifat parasit; dan/atau
d.melukai/membahayakan keselamatan jiwa manusia.
35. INTRODUKSI
JABI
VS
Bagaimana mengatasi JABI yang terlanjur masuk ke wilayah RI?
Pendataan terhadap pemelihara/pembudidaya ikan yang bersifat invasive
Pendataan secara detail melalui logbook: jenis ikan, jumlah, ukuran,
dipasarkan ke mana, peruntukannya
Pemeliharaaan/pembudidayaan secara terkontrol dan dijamin tidak ada yang
lepas ke perairan umum
Buka peluang ekspor dan stop kegiatan impornya
Toleransi ijin usaha/relaksasi dengan jangka waktu tertentu
Pembuatan regulasi dengan sangsi yang jelas dan tegas
Edukasi kepada pembudidaya dan pemelihara/konsumen
Membentuk wadah untuk menampung ikan-ikan dari pemelihara yang sudah
bosan
Penanganan terhadap jenis yang sudah melimpah di perairan umum
(ERADIKASI)
36.
37. UU NOMOR 31 TAHUN 2004 TENTANG PERIKANAN
Pasal 12 ayat 2:
Setiap orang dilarang membudidayakan ikan yang dapat
membahayakan sumber daya ikan, lingkungan sumber daya ikan,
dan/atau kesehatan manusia di wilayah pengelolaan perikanan
Republik Indonesia.
Pasal 86 ayat 2:
Setiap orang yang dengan sengaja di wilayah pengelolaan
perikanan Republik Indonesia membudidayakan ikan yang dapat
membahayakan sumber daya ikan dan/atau lingkungan sumber
daya ikan dan/atau kesehatan manusia sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 12 ayat (2), dipidana dengan pidana penjara paling
lama 6 (enam) tahun dan denda paling banyak Rp1.500.000.000,00
(satu miliar lima ratus juta rupiah).
38. UU NOMOR 31 TAHUN 2004 TENTANG PERIKANAN
Pasal 14 ayat 3 dan 4:
3) Pemerintah mengendalikan pemasukan dan/atau pengeluaran
ikan jenis baru dari dan ke luar negeri dan/atau lalu lintas antar
pulau untuk menjamin kelestarian plasma nutfah yang berkaitan
dengan sumber daya ikan.
4) Setiap orang dilarang merusak plasma nutfah yang berkaitan
dengan sumber daya ikan.
Pasal 100 B:
Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14
ayat (4), yang dilakukan oleh nelayan kecil dan/atau pembudidaya
ikan kecil dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu)
tahun atau denda paling banyak Rp250.000.000,00 (dua ratus lima
puluh juta rupiah).