SlideShare a Scribd company logo
Peran dan Tanggung Jawab Muslimah
Lintasan Kisah Muslimah di Sepanjang Sejarah
Pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, bukan hanya kaum laki-laki
muslim saja yang berlomba-lomba beramal shalih; kaum wanita pun tidak
ketinggalan turut berlomba-lomba beramal shalih dan mengambil peran dalam
kehidupan sehari-hari.
Mereka menyadari persamaan haknya dalam peribadahan dan memperoleh pahala
dari Allah Ta’ala sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya,
‫و‬َ‫م‬َ‫ن‬ َْ ‫و‬َ‫ع‬َ‫م‬َ‫ل‬َْ ‫مَو‬‫ن‬ ‫و‬
‫َّص‬َ‫ل‬‫َّح‬‫ا‬‫ت‬‫ِح‬ ‫و‬َ‫م‬‫ن‬ ‫و‬َ‫َك‬‫ر‬ٍَ ‫َْو‬َْ ‫أ‬َ‫ن‬َ‫ث‬َْ ‫و‬َ‫ه‬َ‫و‬ َْ ‫و‬ُ‫م‬‫ن‬َ‫ن‬َ‫ن‬ ‫أَو‬‫و‬َ‫ح‬َْ‫ك‬ََ ‫هدَو‬َََُُ‫ن‬َْ ‫و‬
َْ‫ا‬ََََّ‫ِح‬ ‫و‬َ
‫ل‬ َْ ‫هدَو‬َ‫م‬ََُ‫َن‬ْ َِ‫ِك‬‫ر‬َ‫ث‬
“Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita
sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka
tidak dianiaya walau sedikitpun.” (QS. An-Nisa, 4: 124)
Dalam sirah kita akan menemukan banyak sekali profil muslimah pada masa nabi
yang berperan aktif dalam amal shalih. Ada Khadijah yang telah berkorban dengan
jiwa dan hartanya di jalan dakwah; ‘Aisyah yang banyak belajar dari
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian mampu mengajarkan ilmunya
kepada kaum wanita maupun pria. Adapula sosok-sosok lain yang tercatat dalam
sejarah Islam.
Asma Sang Juru Bicara Para Muslimah
Adalah Asma binti Yazid Al-Anshariyah yang menjadi juru bicara kaum muslimah
pada masa nabi untuk menyampaikan aspirasi kaum wanita yang begitu
bersemangat ingin memperoleh keutamaan pahala dan tidak ingin ketinggalan
oleh kaum laki-laki dalam beramal. Imam Baihaqi menyebutkan kisah Asma’
dalam Syu’abul Iman, diantaranya disebutkan bahwa ia berkata kepada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
‫و‬
ِ‫و‬‫ا‬‫د‬ ‫و‬
َ ‫ا‬
‫ِه‬ ‫أَو‬َ‫ن‬َ‫ل‬ََ ‫أ‬َ‫ح‬ِ ‫و‬
‫َّر‬َ‫ج‬‫ِحكا‬ ‫و‬‫َّا‬َ ‫ا‬َ‫ِح‬ َْ َّ‫ا‬ََ‫ن‬‫ن‬ََ ‫أَو‬َ ‫َو‬‫ن‬َ‫ا‬َ‫َّح‬َ َْ ‫ا‬َّ‫ا‬‫ِح‬ ‫أَو‬َ‫ن‬َ‫ل‬ََ ‫و‬
َ ‫ا‬
‫ِه‬ ‫و‬‫ه‬َ َّ‫ا‬‫ث‬ِ َْ ‫و‬َ‫َك‬‫ش‬َ‫ل‬َ‫ن‬ ‫و‬
‫َّا‬َ ‫ا‬َ‫ِح‬ ‫و‬ُ‫ِص‬َُ‫َه‬‫ت‬َ‫ر‬َ‫ن‬
‫و‬
َ‫ن‬‫ِا‬ َ‫ه‬َُ ‫و‬َ‫ي‬َ‫و‬ِ‫َه‬ََِ ‫َأ‬‫م‬َ‫ر‬َ‫ن‬ َْ ‫و‬َ‫ي‬َ‫و‬ِِ َ‫ه‬َ‫ا‬َ، ‫و‬َ‫َص‬‫َّن‬َ‫ت‬ َْ ‫و‬َ‫ي‬َ‫ر‬ِ‫ل‬ ََْْ ‫و‬َ‫ي‬َ‫و‬‫ا‬‫ث‬ِ َْ ‫و‬َ‫َك‬‫ش‬َ‫ل‬َ‫ن‬ ‫و‬َ‫ج‬‫وِحكا‬
‫َّر‬ ‫و‬َ‫ي‬ََُِّ‫ا‬‫م‬ََ ََََََُِّ‫ا‬ ‫و‬َْ‫ل‬َ‫م‬َََّ‫َّح‬َ
‫و‬‫ََّص‬‫ا‬ََّ‫م‬َََّ‫ِح‬ َْ ‫و‬
‫َع‬ََِِّ‫ا‬ َْ ‫َأو‬‫م‬َ‫ك‬َ‫م‬َ‫ِح‬ ‫و‬
ِ‫َه‬‫ا‬َ، َْ ‫و‬َََََََّّْ‫ِح‬ ‫و‬‫ا‬‫ل‬َ‫ل‬َ‫ِح‬ َْ َ‫ن‬َ‫ل‬ََ ‫و‬‫ا‬‫ل‬َ‫ل‬َ‫ِح‬ ‫و‬َ‫ع‬َ‫م‬َََْ َْ ‫و‬َ‫م‬‫ن‬ ‫أَو‬‫ح‬ٍَ ‫و‬
َََِّ‫ا‬ََّ‫ِح‬ ‫ف‬َ ‫و‬
‫ِع‬‫ل‬َِ ‫و‬ ‫ا‬
‫ِه‬
‫و‬‫ا‬‫د‬ِ َْ ‫و‬َ‫ع‬َ‫ج‬‫ِحكا‬ ‫و‬َ‫ي‬َ‫و‬ََ‫ن‬ ٍَِِ ‫و‬َ‫خ‬َ‫ك‬ََُْ ََّ‫ج‬ََّ‫ت‬ ‫َْو‬َْ َِ‫ك‬‫م‬ََِّ‫ل‬َ‫ن‬ ‫َّو‬َََُِ‫ك‬َ‫ن‬ َْ ََََّ‫ن‬‫ن‬َ‫ت‬ ‫و‬َ‫ي‬َ‫و‬َ‫ح‬ ‫و‬َ‫ي‬َ‫و‬َ‫ح‬ِ َ‫َه‬‫ن‬َْ ََََّ‫ح‬ََْ‫ن‬ َْ ‫و‬َ‫ي‬َ‫و‬ََِ َ‫ه‬َ‫م‬َْ ََََِّ‫ا‬ََُ َْ ‫و‬َ‫ي‬َ‫و‬َ‫ح‬
‫و‬َ‫ي‬َ‫ر‬َِ‫ل‬ ََْْ ََّ‫م‬ََ ‫و‬َ‫ي‬َ‫و‬َ‫ر‬ََُّ‫ش‬َ‫ث‬ ‫ف‬َ ‫و‬
‫ك‬َ‫ج‬َ ِ ََّْ ‫و‬َ‫ر‬‫َه‬َُِ ‫ا‬ ‫ا‬
‫ِه‬ ‫اَو‬َ‫ن‬ََِّ‫َّح‬ََ ‫و‬‫ل‬‫ف‬‫ل‬‫ا‬َ‫ِح‬ ‫أ‬‫ا‬َُ‫ى‬ ‫و‬
َ ‫ا‬
‫ِه‬ ‫و‬
‫ه‬َََُِ‫ا‬ ‫و‬َ‫ي‬‫ا‬َُِ َْ ‫أ‬َ‫ح‬ِ ‫و‬
‫ه‬َََّ‫ل‬َ‫ى‬َْ ‫و‬
‫ه‬‫ا‬َ‫ج‬ َ‫ه‬َ
‫و‬
‫ه‬‫ا‬َُ‫ر‬ ‫و‬ ‫و‬‫ا‬‫ي‬َ‫م‬ ‫و‬َ‫ر‬ََُّ: ” ‫و‬َ‫ي‬ََِّ‫ل‬‫م‬َِ َْ ‫و‬
ََْ‫ح‬ََّ‫ر‬َ‫ن‬ َ‫ع‬ََْ‫َك‬‫ن‬ِ ‫و‬
‫ل‬‫ط‬َُ ‫مَو‬َ َ‫ت‬َْ ‫ف‬َ ََّ‫ا‬َِّ‫ح‬َ‫ك‬َ َ‫ن‬ ‫و‬َ‫َم‬‫ا‬ ‫و‬
‫َك‬‫ن‬َْ ََّ‫ا‬َِْ ‫و‬َ‫م‬‫ن‬ ‫ا‬‫ذ‬ََّ‫و‬ ” ِ‫ه‬َ‫ح‬ََُّ: ‫و‬‫ا‬
‫ِه‬ َْ ََّ‫ن‬
َّ‫ا‬ََََ‫ا‬ ‫و‬‫ا‬‫د‬َْ ‫و‬
َ‫ع‬ََْ‫َك‬‫ن‬ِ ‫ا‬‫ن‬ََِّ‫ا‬َِ ‫أ‬َ‫ح‬ِ ‫و‬
‫ع‬َ‫ن‬‫ن‬ ‫ِو‬َََّ‫و‬ ‫اَو‬َ‫ن‬ََِّ‫َّح‬ََ ‫و‬‫ل‬‫ف‬‫ل‬‫ا‬َ‫ِح‬ ‫أ‬‫ا‬َُ‫ى‬ ‫و‬
َ ‫ا‬
‫ِه‬ ‫و‬
‫ه‬َََُِ‫ا‬ ‫و‬َ‫ي‬‫ا‬َُِ َْ ‫و‬
َ‫ح‬ََِّ‫ا‬َِ ‫و‬َ‫ر‬ََّ‫ر‬ََ: “‫ف‬َ‫ك‬َ‫ت‬َ‫ث‬ِ ََّ‫ا‬َِّ‫ا‬َْْ
‫و‬َ‫ع‬ََْ‫ك‬َ‫م‬َ‫ِح‬ ‫ف‬‫م‬َُ‫ا‬َْ َْ ‫و‬َ‫م‬َ‫ن‬ ‫و‬
‫أ‬َ‫ن‬ََُُ ‫مَو‬‫ن‬ ‫و‬
‫َّا‬َ ‫ا‬َ‫ِح‬ ‫و‬‫ا‬‫د‬َْ ‫مَو‬َ َ‫ت‬ ‫و‬
‫ع‬‫ل‬‫ل‬َ‫ل‬َِ ‫و‬‫ا‬‫م‬َ‫ر‬َِ‫ن‬َ‫ت‬ِ ‫َّو‬َ‫ا‬‫ج‬ ََْْ‫ح‬ ََّ‫ا‬‫ل‬ََُ‫ه‬ َْ ‫و‬‫ه‬ََِّ‫م‬َ‫ك‬َ‫ن‬ ََّ‫ا‬‫َّا‬َ‫ل‬‫ا‬ِِ َْ
‫و‬َ‫ه‬ََِّ‫ر‬ََِ َ‫ه‬َ‫ن‬ ‫و‬َ‫ر‬‫ن‬َ‫ل‬َِ ‫أَو‬‫ح‬ٍَ ‫و‬
َ‫ه‬‫ا‬َُ‫ر‬” . ‫و‬
‫ص‬َ‫ك‬ََََِ‫ك‬ََ ‫و‬
َ‫ع‬ََْ‫ك‬َ‫م‬َ‫ِح‬ ‫و‬َ‫ف‬‫و‬ َْ ‫و‬َ‫ع‬‫ا‬َُ‫ا‬َِ ‫و‬َ‫ك‬‫ا‬‫ل‬َ‫و‬َِ َْ َََُِّ‫ش‬َ‫ل‬َِِِّ
“Sesungguhnya Allah telah mengutusmu kepada kaum laki-laki dan wanita, kami
semua beriman kepadamu dan kepada petunjuk yang Allah mengutusmu
dengannya. Sesungguhnya ruang gerak kami kaum wanita terbatas oleh bangunan
rumah-rumah kalian; kami menjadi tempat kalian melepaskan syahwat; dan
mengandung anak-anak kalian. Sedangkan kalian kaum laki-laki memiliki kelebihan
atas kami karena shalat jum’at, shalat berjama’ah, mengunjungi orang sakit,
mengantar jenazah, melaksanakan haji berkali-kali, dan yang lebih afdhal dari itu
adalah jihad di jalan Allah; dan laki-laki di antara kalian apabila pergi berhaji, umrah,
atau berjaga di medan perang, sungguh kamilah yang menjaga harta-harta kalian,
menjahit pakaian kalian, mengasuh anak-anak kalian. Lalu apakah kami berserikat
dengan kalian dalam pahala, wahai Rasulullah?” Mendengar pertanyaan
tersebut Rasulullah kemudian berpaling menghadapkan wajahnya ke sekeliling
sahabatnya, lalu bertanya: “Pernahkah kalian mendengar perkataan wanita tentang
masalahnya dan agamanya yang lebih baik dari pertanyaan ini?” Para sahabat
menjawab, “Demi Allah, kami tidak menyangka kaum wanita akan mengajukan hal
seperti ini.” Lalu nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpaling kepada wanita itu dan
bersabda, “Pergilah wahai wanita, dan beritahukanlah kepada wanita-wanita di
belakangmu, sesungguhnya mematuhi suami dengan sebaik-baiknya bagi
seseorang dari kalian, serta mencari keridhoannya dan mengikuti persetujuannya,
setara (pahalanya) dengan seluruh apa yang kamu sebutkan (tentang amal-amal
kaum lelaki).” Wanita itu kemudian berpaling (dari hadapan Rasulullah) seraya
bertahlil dan bertakbir dengan gembira.”
Wanita-wanita yang Sabar dan Tabah
Suatu saat Fatimah tidak makan berhari-hari karena tidak ada makanan, sehingga
suaminya, Ali bin Abi Thalib melihat mukanya pucat; Ali bertanya
kepadanya, “Mengapa engkau ini, wahai Fatimah, kok kelihatan pucat?” Fatimah
menjawab, “Aku sudah tiga hari belum makan, karena tidak ada makanan di
rumah.” Ali berkata, “Mengapa engkau tidak bilang kepadaku?” Dia
menjawab, “Ayahku, Rasulullah, menasehatiku di malam pengantin, jika Ali
membawa makanan, maka makanlah. Bila tidak, maka kamu jangan meminta.”
Ada pula wanita yang diuji dengan penyakit, sehingga dia datang kepada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta untuk didoakan. Atha’ bin Abi
Rabah bercerita bahwa Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata kepadaku, “Maukah
aku tunjukkan kepadamu wanita surga?” Aku menjawab, “Ya.” . Dia melanjutkan, “Ini
wanita hitam yang datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengadu,
‘Saya terserang epilepsi dan auratku terbuka, maka doakanlah
saya.’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Jika kamu sabar, itu lebih
baik, kamu dapat surga. Atau, kalau kamu mau, saya berdoa kepada Allah agar
kamu sembuh.’ Wanita itu berkata, ‘Kalau begitu saya sabar, hanya saja auratku
suka tersingkap. Doakan supaya tidak tersingkap auratku.’ Maka,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mendoakannya.”
Wanita-wanita di Medan Jihad
Diantara sosok muslimah yang terkenal karena keterlibatannya dalam jihad adalah
Nasibah binti Ka’ab yang dikenal dengan nama Ummu Imarah. Dia becerita, “Pada
Perang Uhud, sambil membawa air aku keluar agak siang dan melihat para
mujahidin, sampai aku menemukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Sementara, aku melihat pasukan Islam kocar-kacir. Maka, aku mendekati
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sambil ikut berperang membentengi beliau
dengan pedang dan terkadang aku memanah. Aku pun terluka, tapi manakala
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terpojok dan Ibnu Qamiah ingin
membunuhnya, aku membentengi beliau bersama Mush’ab bin Umair. Aku
berusaha memukul dia dengan pedangku, tapi dia memakai pelindung besi dan dia
dapat memukul pundakku sampai terluka.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bercerita, “Setiap kali aku melihat kanan kiriku, kudapati Ummu Imarah
membentengiku pada Perang Uhud.” Begitu tangguhnya Ummu Imarah.
Ada juga Khansa yang merelakan empat anaknya mati syahid. Ia
berkata, “Alhamdulillah yang telah menjadikan anak-anakku mati syahid.”
Ketika Utsman bin Affan mengerahkan pasukan untuk melawan manuver-manuver
Romawi, komandan diserahkan kepada Hubaib bin Maslamah. Istri Hubaib turut
serta dalam pasukan yang akan berangkat perang. Sebelum perang dimulai, Hubaib
memeriksa kesiapan pasukan. Tiba-tiba istrinya
bertanya, “Dimana aku menjumpaimu ketika perang sedang berkecamuk?”
Hubaib menjawab, “Di kemah komandan Romawi atau di surga.”
Ketika perang sedang berkecamuk, Hubaib berperang dengan penuh keberanian
sampai mendapatkan kemenangan. Segera dia menuju ke kemah komandan
Romawi menunggui istrinya. Yang menakjubkan, saat Hubaib sampai ke tenda itu,
dia mendapatkan istrinya sudah mendahuluinya.
Seuntai Rambut di Jalan Allah
Pada masa Dinasti Abbasiyah dipimipin oleh Harun Ar-Rasyid, ada seorang
muslimah disandera oleh tentara Romawi. Maka, seorang ulama bernama Al-
Manshur bin Ammar mendorong umat Islam untuk berjihad di dekat istana Harun
al-Rasyid dan dia pun menyaksikan ceramahnya. Tiba–tiba ada kiriman bungkusan
disertai dengan surat. Surat itu lalu dibuka dan dibaca oleh ulama tadi dan ternyata
berasal dari seorang muslimah yang isinya: “Aku mendengar tentara Romawi
melecehkan wanita muslimah dan engkau mendorong umat Islam untuk berjihad,
maka aku persembahkan yang paling berharga dalam diriku. Yaitu, seuntai
rambutku yang aku kirimkan dalam bungkusan itu. Dan, aku memohon agar rambut
itu dijadikan tali penarik kuda di jalan Allah agar aku dapat nantinya dilihat Allah
dan mendapatkan rahmatnya.” Maka, ulama itu menangis dan seluruh hadirin ikut
menangis. Harun Ar-Rasyid kemudian memutuskan mengirim pasukan untuk
membebaskan wanita muslimah yang disandera itu.
Kisah Istri Shaleh bin Yahya
Istri Shaleh bin Yahya saat ditinggal suaminya ia hidup bersama dua anaknya. Ia
mendidik anak-anaknya dengan ibadah dan qiyamul lail (shalat malam). Ketika
anak-anaknya semakin besar, dia berkata, “Anak-anakku, mulai malam ini tidak
boleh satu malam pun yang terlewat di rumah ini tanpa ada yang shalat qiyamul lail.”
“Apa maksud ibu?” tanya mereka. Sang Ibu menjawab, “Begini, kita bagi malam
menjadi tiga dan kita masing-masing mendapat bagian sepertiga. Kalian berdua,
dua pertiga, dan aku sepertiga yang terakhir. Ketika waktu sudah mendekati subuh,
saya akan bangunkan kalian.”
Kebiasan ini berlanjut sampai ibu mereka meninggal. Dan amalan itu tetap
dilanjutkan oleh dua anak itu karena mereka sudah merasakan
nikmatnya qiyamul lail.
*****
Begitulah para wanita pada masa lalu. Mereka lebih banyak berpikir untuk
akhiratnya dan tidak terdominasi oleh pikiran-pikiran tentang dunia; rumah tinggal,
makanan, minuman, kendaraan, dan lain-lain. Dari kisah mereka kita pun dapat
memahami begitu besarnya peran dan tanggungjawab wanita pada masa salafus
shalih, mereka tidak pernah berhenti memberikan kontribusi dengan apa yang
mereka memiliki.
Hal ini hendaknya menyadarkan muslimah masa kini tentang peran dan tangguh
jawabnya di berbagai aspek kehidupannya; baik dalam kehidupan individu, keluarga,
masyarakat, dan negaranya.
Empat Peran dan Tanggung Jawab Muslimah
Pertama, peran dan tanggung jawab sebagai ‘abidatun lillahi
ta’ala (menghambakan diri kepada Allah Ta’ala).
Menghambakan diri kepada Allah Ta’ala merupakan ciri dari wanita yang shalihah.
Keshalihan inilah yang menjadi asas utama kebahagiaan yang hakiki. Tanpa
kehadiran wanita shalihah, pembentukan keluarga islami akan sangat sulit
diwujudkan.
Bagaimanakah sifat-sifat wanita yang menghambakan diri kepada Allah Ta’ala itu?
 Taat kepada Allah Ta’ala dan Rasul serta patuh kepada perintah-Nya.
Sanggup menjaga kesucian dirinya walaupun di tempat-tempat yang sunyi
dari pandangan orang lain, juga sering berdzikir kepada Allah Ta’ala serta
takut kepada-Nya.
Allah Ta’ala berfirman,
‫و‬َ‫َّص‬َ‫ل‬‫َّح‬‫ا‬‫ت‬‫َّح‬ََ ‫و‬ُ‫َّص‬َِّ‫َّث‬َُ ‫و‬ُ‫َّص‬َ‫ن‬َََّ‫ت‬ ‫و‬
‫ل‬ََِ‫ي‬َُ‫ح‬ ََّ‫م‬َ ‫و‬
َ‫ف‬‫ن‬َ‫ت‬ ‫و‬
َ ‫ا‬
‫ِه‬
“Wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika
suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka).” (QS. An-Nisa’, 4:
34)
 Bersyukur terhadap nikmat yang diberikan oleh Allah Ta’ala kepada
suaminya, karena ia meyakini bahwa Allah Ta’ala telah menakdirkannya,
sementara takdir Allah Ta’ala tidak pernah mencelakan dirinya.
 Taat kepada suaminya serta memahami hak dan kewajiban terhadap
suaminya. Seperti yang pernah disabdakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam
‫هَو‬َ‫ح‬ ‫و‬َ‫ا‬َََ‫ر‬ َِ‫ك‬‫ان‬ َِ‫ن‬َ‫ت‬َْ ‫و‬َ‫د‬َْ َ‫ن‬َََّ َْ ‫و‬َ‫ن‬َ‫ت‬َ ‫و‬َ‫ص‬َ‫ك‬َ‫ن‬َ ‫و‬
َ‫ع‬ََْ‫ك‬َ‫م‬َ‫ِح‬ ‫و‬َ‫د‬َْ َ‫ن‬َََّ َِ ََّ‫ا‬َ‫ج‬ ََْْ‫ح‬
“Kalau boleh aku menyuruh seseorang supaya sujud kepada orang yang lain niscaya
aku menyuruh wanita supaya sujud kepada suaminya”. (HR. Thabrani)
 Senantiasa menunjukkan himmah (semangat) yang tinggi, lemah lembut
tidak suka memaki, mengucapkan sumpah serapah, mengumpat-keji,
berbantah bantahan dan lain-lain dari sikap dan prilaku yang negatife dan
tidak terpuji. Ia selalu menunjukkan sikap yang jernih dan lapang dada serta
segala hal yang dapat menyebabkan suaminya senang saat berada di rumah
seperti disabdakan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
‫و‬َ‫ك‬ََُِ ‫و‬
‫َّا‬َ ‫ا‬َ‫ِح‬ ‫سَو‬‫َكل‬ َِ ٍَِِ ‫صَو‬َ‫ك‬َ‫ت‬َََْ ‫َأَو‬‫ل‬َُِِ َْ ٍَِِ ‫صَو‬َ‫ك‬َ‫ن‬َْ‫و‬ ‫و‬
َ‫ف‬َ‫ن‬َ‫ل‬َِ َْ ‫أَو‬َ‫ل‬ََِ‫ن‬ ‫ف‬َ ََّ‫ا‬ َ‫ن‬َ‫ث‬ ‫و‬
‫أ‬‫َّح‬َ‫ن‬ َْ
“Sebaik-baik wanita ialah perempuan yang apabila engkau memandangnya ia
menyukakan hati dan mentaati apabila engkau memerintah, dan apabila engkau
tidak ada ia menjaga harta engkau dan memelihara dirinya.”
 Berpengetahuan, berakhlak mulia, tahu melayani suami serta mengasihi
dan mendidik anak-anak ke jalan hidup yang dikehendaki oleh
Allah Ta’ala serta mentauladani sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam.
Kedua, peran dan tanggung jawab dalam ra’iyyatun li abna-iha (mendidik /menjaga
anak-anaknya).
Allah Ta’ala berfirman,
‫و‬َ
‫ل‬َ‫ي‬ََِ‫ح‬ َْ ‫ْمَو‬َّ‫ا‬‫ِح‬ ‫هَو‬َ‫ح‬ ِ‫ه‬َ‫ر‬َ‫ك‬َِ ‫و‬َ‫م‬‫ن‬ ‫و‬َ‫ي‬‫ا‬‫ن‬ََُُ ‫و‬
َْ‫ا‬ْ‫ُا‬ٍَ َََََّّ‫ل‬‫م‬ ِ‫ه‬ََََُّ ‫و‬َ‫ي‬‫ا‬َََُِ‫ا‬ ِ‫ه‬َ‫ر‬‫ا‬ََََُِِّ ‫و‬
َ ‫ا‬
‫ِه‬ ِ‫ه‬َ‫ح‬‫ه‬َ‫ر‬ََِ‫ح‬ َْ ‫و‬َ
‫ل‬ َ‫ه‬َُ َِ‫ن‬ْ‫ن‬َِ
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan
dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap
(kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah
dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (QS. An-Nisa, 4: 9)
Ayat ini hendaknya menumbuhkan kesadaran para orangtua
akan mas’uliyah (tanggung jawab) mereka dalam memperhatikan anak
keturunannya. Hendaknya mereka takut dan khawatir jika meninggalkan keturunan
yang lemah; baik lemah finansial maupun lemah akal dan pendidikannya. Sadarilah,
lemahnya pendidikan harus lebih lebih diwaspadai daripada lemahnya harta atau
finansial.
Tanggung jawab pendidikan adalah tanggung jawab bersama suami-istri; namun
tidak dapat dipungkiri bahwa peran dan tanggung jawab wanita dalam hal ini
porsinya cukup besar. Karena dialah yang memiliki porsi lebih besar dalam
berinteraksi dengan anak-anaknya. Renungkanlah hadits berikut ini,
‫و‬َ‫ي‬َ‫و‬‫ل‬َُ‫ر‬ ‫و‬
َ‫ِا‬َُ ‫و‬َ‫ي‬َ‫و‬‫ل‬َُ‫ر‬ َْ ‫و‬ُ‫ر‬‫ه‬َ‫و‬َ َ‫ن‬ ‫و‬َ‫َم‬‫ا‬ ‫و‬
‫ه‬ِّ‫ا‬ِ‫ا‬َُ ‫و‬َ‫إ‬ََّ‫ن‬ َ ِ ‫و‬
َ‫ِا‬َُ ‫و‬ُ‫ر‬‫ه‬َ‫و‬َ َ‫ن‬ َْ ‫و‬َ‫َم‬‫ا‬ ‫و‬
‫ه‬ِّ‫ا‬ِ‫ا‬َُ ‫و‬َ‫ج‬‫ِحكا‬ َْ‫و‬َ‫ع‬ ‫و‬
َ‫ِا‬َُ ‫ف‬َ ‫و‬
‫ه‬َُ‫و‬َْ ‫و‬َ‫ه‬َ‫و‬ َْ ‫و‬ُ‫ر‬‫ه‬َ‫و‬َ َ‫ن‬
‫و‬َ‫َم‬‫ا‬ ‫و‬
‫ه‬ِّ‫ا‬ِ‫ا‬َُ ‫و‬
َ‫ع‬ََْ‫ك‬َ‫م‬َ‫ِح‬ َْ ‫و‬
َُِْ‫ِا‬َُ ‫ف‬َ ‫و‬
‫ا‬َََِ ََّ‫ا‬‫ج‬ ََْ‫ا‬ ‫و‬
َُْ‫ح‬‫ه‬َ‫و‬َ َ‫ن‬ َْ ‫و‬َ‫َم‬‫ا‬ ََّ‫ا‬ِّ‫ا‬ِ‫ا‬َُ ‫و‬َ‫إ‬ََِّ‫ي‬َ‫ِح‬ َْ ‫و‬
َ‫ِا‬َُ ‫ف‬َ ‫و‬
‫َّر‬َ‫ن‬ ‫و‬
‫ذ‬‫ن‬‫ا‬َِِ ‫و‬ُ‫ر‬‫ه‬َ‫و‬َ َ‫ن‬ َْ
‫و‬َ‫َم‬‫ا‬ ‫و‬
‫ه‬ِّ‫ا‬ِ‫ا‬َُ
“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung
jawaban atas yang dipimpinnya. Imam adalah pemimpin yang akan diminta
pertanggung jawaban atas rakyatnya. Seorang suami adalah pemimpin dan akan
dimintai pertanggung jawaban atas keluarganya. Seorang isteri adalah pemimpin di
dalam urusan rumah tangga suaminya, dan akan dimintai pertanggung jawaban
atas urusan rumah tangga tersebut. Seorang pembantu adalah pemimpin dalam
urusan harta tuannya, dan akan dimintai pertanggung jawaban atas urusan
tanggung jawabnya tersebut.” (HR. Bukhari No. 844)
Maka, diantara peran dan tanggungjawab seorang muslimah adalah memberikan
pendirikan yang terbaik kepada anak-anaknya. Masa yang penting dalam
pendidikan kepada mereka adalah apa yang disebut golden-age, masa di mana
anak sangat mudah menyerap segala informasi, belajar tentang segala sesuatu. Dan
ibu adalah orang yang terdekat dengan anak, yang lebih sering berinteraksi dengan
anak. Wahai muslimah, teruslah tempa diri agar menjadi sumber ilmu dan pendidik
pertama bagi anak-anak, yang mampu menanamkan fondasi awal dan utama bagi
generasi yang akan menjadi pemimpin masa depan.
Ketika anak mulai memasuki dunia sekolah, tugas ibu tak lantas menjadi tergantikan
oleh sekolah. Bahkan sang ibu dituntut untuk dapat mengimbangi apa yang
diajarkan di sekolah.
Peran yang demikian strategis ini, menuntut wanita muslimah untuk membekali
dirinya dengan ilmu yang memadai. Maka, mereka harus terus bergerak
meningkatkan kualitas dirinya. Karena untuk mencetak generasi yang berkualitas,
dibutuhkan pendidik yang berkualitas pula. Hal itu berarti, seorang wanitia tidak
boleh berhenti belajar. Teladanilah para shahabiyah yang bahkan meminta kepada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk diberikan kesempatan di hari tertentu
khusus untuk mengajari mereka. Perhatikan hadits berikut ini,
‫و‬َ‫ص‬َ‫ا‬ََّ‫ج‬ ‫و‬
ُ‫ع‬ََْ‫َك‬‫ن‬ِ ‫أ‬َ‫ح‬ِ ‫و‬
‫َهر‬َُِ ‫و‬‫ا‬
‫ِه‬ ‫أ‬‫ا‬َُ‫ى‬ ‫و‬
َ ‫ا‬
‫ِه‬ ‫و‬
‫ه‬َََُِ‫ا‬ ‫و‬َ‫ي‬‫ا‬َُِ َْ ‫و‬َ‫ا‬َ‫ح‬ََّ‫ر‬ََ ََّْ ‫و‬َ‫ر‬‫َه‬َُِ ‫و‬‫ا‬
‫ِه‬ ‫و‬َ‫ل‬َ‫و‬ٍَ ‫و‬َ‫ر‬ََّ‫ج‬‫ِحكا‬ ‫أَو‬‫ْن‬‫ن‬َ‫ل‬َ ‫و‬َ‫ع‬َ‫ل‬َ‫ج‬َََّ ََََّ‫ح‬
‫و‬َ‫م‬‫ن‬ ‫أَو‬ َ‫ن‬َ‫ث‬ ََّ‫ن‬ َ‫ه‬َْ ‫ِأَو‬َِ‫ك‬َ‫ث‬ ‫و‬
‫ِه‬َ ََََّ‫م‬‫ا‬َُ‫ل‬َِ َّ‫ا‬‫م‬‫ن‬ ‫أَو‬َ‫م‬‫ا‬َُ‫ا‬ ‫و‬
َ ‫ا‬
‫ِه‬ ‫و‬َ‫ر‬ََّ‫ر‬ََ ‫مَو‬َ‫ل‬‫م‬ََِّ‫ج‬ِ ‫ف‬َ ‫و‬
‫إ‬ َ‫ه‬َْ َََِّ‫ر‬ َََِّ‫ر‬ َْ ‫ف‬َ ‫و‬
‫ََّد‬‫و‬َ‫ن‬ َََِّ‫ر‬ َََِّ‫ر‬ َْ
‫مَو‬َ‫ل‬َ‫م‬ََِّ‫ج‬َََّ ‫و‬‫ا‬‫م‬َ‫و‬َََِّ‫ك‬ََ ‫و‬َ‫ر‬‫َه‬َُِ ‫و‬‫ا‬
‫ِه‬ ‫أ‬‫ا‬َُ‫ى‬ ‫و‬
َ ‫ا‬
‫ِه‬ ‫و‬
‫ه‬َََُِ‫ا‬ ‫و‬َ‫ي‬‫ا‬َُِ َْ ‫و‬‫ا‬‫َم‬‫ا‬َ‫م‬‫ا‬َُ‫ل‬ََ َّ‫ا‬‫م‬‫ن‬ ‫و‬
َ‫ه‬َ‫م‬‫ا‬َُ‫ا‬ ‫و‬
َ ‫ا‬
‫ِه‬
“Seorang wanita menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan
menyampaikan uneg-unegnya, ‘Wahai Rasulullah, orang laki-laki sudah biasa
datang kepadamu dan menimba hadits, maka tolong berilah kami jatah harimu
sehingga kami bisa menemuimu dan anda dapat mengajarkan kepada kami ilmu
yang telah Allah ajarkan kepada anda.’ Rasul mengiyakan dengan bersabda: ‘Boleh,
berkumpullah kalian pada hari ini dan ini, di tempat si fulan dan fulan, ‘ maka para
wanita pun berkumpul dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengajari mereka
ilmu yang telah Allah ajarkan kepada beliau…’” (HR. Bukhari No. 6766)
Dengan begitu akan bermunculan kembali Aisyah-Aisyah yang mempunyai
pemahaman yang luas dan mendalam tentang agamanya
Wahai muslimah, didik putra-putrimu agar mengenal Allah Ta’ala dan taat pada-
Nya, agar gemar membaca dan menghapal kalam-Nya. Ajarkan mereka agar
mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan meneladani beliau. Bekali
mereka dengan akhlak imani, mencintai sesama, menghormati yang tua dan
menyayangi yang muda. Jadilah kalian Khansa-Khansa baru yang siap mencetak
para syuhada.
Ketiga, peran dan tanggung jawab sebagai waziratun li zaujiha (pendamping
suaminya).
Allah Ta’ala memberikan perumpamaan yang indah tentang ikatan suami-istri,
‫و‬‫ا‬‫م‬َ‫و‬ ‫و‬ُ
‫َّب‬َ‫ل‬‫ح‬ ‫و‬َ‫ي‬َ‫و‬َ‫ح‬ ‫و‬َ‫ي‬ََِّ‫ث‬َْ َْ ‫و‬ُ
‫َّب‬َ‫ل‬‫ح‬ ‫و‬‫ا‬‫َم‬‫ا‬َ‫ح‬ ‫و‬َ‫ي‬َُ‫ا‬ ‫و‬
َ ‫ا‬
‫ِه‬ ‫و‬َ‫ي‬َ‫و‬‫ا‬‫ث‬َْ ‫و‬َ‫ي‬ََََِّ‫ر‬ ‫هدَو‬َ‫ث‬َََِّّ‫ي‬َِ ‫و‬َ‫ي‬َ‫و‬َ َ‫ن‬َ‫ث‬َْ ‫و‬َ‫َّت‬َََِّ ‫و‬َ‫ي‬َ‫و‬َََُِ‫ا‬ ََّ‫ن‬َ‫ا‬ َْ ‫و‬َ‫ي‬َ‫و‬َََ‫ا‬
“Mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka. Allah
mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah
mengampuni kamu dan memberi ma’af kepadamu”. (QS. Al-Baqarah, 2:187)
Dalam kehidupan sehari-hari fungsi pakaian setidaknya ada tiga, yaitu: menutup
aurat, melindungi diri dari panas dan dingin, serta sebagai perhiasan. Begitupula
kehidupan rumah tangga seorang muslim dan muslimah; mereka hendaknya saling
menutupi kekurangan masing-masing, saling melindungi dan memberi manfaat,
serta saling membantu dalam memancarkan kebaikan di tengah-tengah masyarakat.
Ayat ini menyampaikan pesan bahwa suami-istri hendaknya saling melengkapi.
Seorang laki-laki biasanya lebih cenderung menggunakan akalnya di dalam
mengatur urusan keluarga. Adapun seorang wanita biasanya lebih cenderung
menggunakan perasaannya di dalam mengatur semua permasalahannya, termasuk
mengatur urusan rumah tangga. Dua kecenderungan ini harus dipadukan sehingga
mewujudkan keseimbangan yang akan membawa kepada kebahagiaan.
Keempat, peran dan tanggung jawab sebagai ukhtan li mujtama’iha (saudara bagi
masyarakatnya).
Muslimah hendaknya turut berkontribusi dalam melakukan perbaikan dan
pembangunan di tengah-tengah masyarakatnya, terutama dalam rangka mencetak
individu yang baik yang kelak menjadi anggota masyarakat yang baik.
Perbaikan masyarakat ada dua macam:
1. Perbaikan yang Zhahir (Nampak). Yaitu perbaikan yang dilakukan di
tempat-tempat terbuka, seperti: masjid, pasar, tempat kerja, dan sejenisnya.
Jenis perbaikan seperti porsinya lebih besar dilakukan oleh kaum laki-laki,
karena merekalah yang lebih banyak beraktivitas di luar rumah.
2. Perbaikan di Balik Tabir.Yaitu perbaikan yang dilakukan di dalam rumah.
Urusan ini biasanya diperankan oleh kaum wanita, karena merekalah yang
menjadi pengatur urusan-urusan internal rumah tangga, sebagaimana
difirmankan oleh Allah Ta’ala,
‫دَو‬َ‫ك‬َُ َْ ‫ف‬َ ‫و‬‫ا‬‫م‬َ‫و‬ِ‫َه‬ََِ ‫و‬َ
‫ل‬ َْ ‫مَو‬َ‫ج‬‫كا‬َ‫ل‬َِ ‫و‬َ‫خ‬‫كل‬َ‫ل‬َِ ‫و‬
‫ا‬ُِ‫َّو‬َََّ‫وِح‬
ْ ‫أ‬َ‫ح‬َْ َ ِ
“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan
bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu.” (Al-Ahzab: 33)
Bagaimanakah cara yang seharusnya dilakukan oleh wanita muslimah dalam
berkontribusi dalam perbaikan masyarakat? Ada beberapa langkah yang harus
diperhatikan, diantaranya:
1. Menjaga keshalihan, sebagaimana telah dibahas di awal.
2. Fasih di dalam berbicara, yakni mampu mengungkapkan perasaan, ide,
dan gagasan dengan penuh hikmah (berdasarkan ilmu dan kebijaksanaan).
3. Mampu mendidik anak-anaknya dengan baik. Dengan begitu ia telah
berkontribusi dalam memperbaiki masyarakat.
4. Giat dalam berdakwah di lingkungan luar yang memungkinkan baginya.
*****
Guna mewujudkan peran dan tanggung jawabnya tersebut secara seimbang,
hendaknya wanita muslimah mampu melakukan tarbiyah dzatiyah secara
berkesinambungan; yakni menyiapkan dan memanfaatkan sarana pembinaan diri
sehingga dirinya terbentuk menjadi muslimah yang berkepribadian islami di seluruh
sisinya; ilmiah, iman, akhlak, sosial, dan lain sebagainya.
Hal di atas dapat terwujud jika mereka mampu melakukan tandzimul auqat (menata
waktu) dan adaul insyithatil mushalati ila itqanil ‘amal (melakukan kegiatan-kegiatan
yang menunjang terwujudnya amal yang sempurna); diantaranya adalah:
muhasabah, taubat, mencari ilmu dan memperluas wawasan, komitmen dengan
amalan harian, memperbaiki akhlak, melibatkan diri dalam aktivitas dakwah,
mujahadah (bersungguh-sungguh), dan selalu berdo’a.
Wallahu A’lam….

More Related Content

Similar to Peran dan Tanggung Jawab Muslimah.docx

Kenapa kita mempelajari sejarah Rasulullah saw ?
Kenapa kita mempelajari sejarah Rasulullah saw ?Kenapa kita mempelajari sejarah Rasulullah saw ?
Kenapa kita mempelajari sejarah Rasulullah saw ?
Islamic Invitation
 
Adab berpergian
Adab berpergianAdab berpergian
Adab berpergian
desyips
 
Hadits keimanan
Hadits keimananHadits keimanan
Nasihat rasulullah terhadap kaum wanita
Nasihat rasulullah terhadap kaum wanitaNasihat rasulullah terhadap kaum wanita
Nasihat rasulullah terhadap kaum wanitaFafa Pie
 
Hukum suara wanita
Hukum suara wanitaHukum suara wanita
Hukum suara wanita
Nurmaipa Pati
 
#131_MAULID NABI SAW_KEPEMIMPINAN POLITIK.pdf
#131_MAULID NABI SAW_KEPEMIMPINAN POLITIK.pdf#131_MAULID NABI SAW_KEPEMIMPINAN POLITIK.pdf
#131_MAULID NABI SAW_KEPEMIMPINAN POLITIK.pdf
BudiPrasetyo203326
 
Kronologi israk dan mikraj
Kronologi israk dan mikrajKronologi israk dan mikraj
Kronologi israk dan mikrajhasmora masnuri
 
Penghormatan islam kepada wanita
Penghormatan islam kepada wanitaPenghormatan islam kepada wanita
Penghormatan islam kepada wanitaMuhammad Anshory
 
Tanya jawab tentan menyusui
Tanya jawab tentan menyusuiTanya jawab tentan menyusui
Tanya jawab tentan menyusui
Operator Warnet Vast Raha
 
Sofiah binti huyai
Sofiah binti huyaiSofiah binti huyai
Sofiah binti huyai
Ridas Zabbarae
 
Kisah_Keislaman_Utsman_bin_Affan_RA_39_Tayangan_Ustadz_Luthfi_Afandi.pptx
Kisah_Keislaman_Utsman_bin_Affan_RA_39_Tayangan_Ustadz_Luthfi_Afandi.pptxKisah_Keislaman_Utsman_bin_Affan_RA_39_Tayangan_Ustadz_Luthfi_Afandi.pptx
Kisah_Keislaman_Utsman_bin_Affan_RA_39_Tayangan_Ustadz_Luthfi_Afandi.pptx
ssuser7e4afd
 
RAHASIA SUKSES BISNIS ABDURRAHMAN BIN AUF.pptx
RAHASIA SUKSES BISNIS ABDURRAHMAN BIN AUF.pptxRAHASIA SUKSES BISNIS ABDURRAHMAN BIN AUF.pptx
RAHASIA SUKSES BISNIS ABDURRAHMAN BIN AUF.pptx
TriWahyuniMaftukhah
 
Rahasia Sukses Bisnis Abdurahman bin Auf
Rahasia Sukses Bisnis Abdurahman bin AufRahasia Sukses Bisnis Abdurahman bin Auf
Rahasia Sukses Bisnis Abdurahman bin Auf
Suryono .
 
Terjemah Shahih Muslim.doc
Terjemah Shahih Muslim.docTerjemah Shahih Muslim.doc
Terjemah Shahih Muslim.doc
VikaOktavia3
 
Mengenal Manhaj Salaf
Mengenal Manhaj SalafMengenal Manhaj Salaf
Mengenal Manhaj Salaf
yanto abdulah
 
Agama 1
Agama 1Agama 1
Agama 1
widianacintia
 
BIRRUL WALIDAIN (Berbakti Kepada Orang Tua)
BIRRUL WALIDAIN (Berbakti Kepada Orang Tua)BIRRUL WALIDAIN (Berbakti Kepada Orang Tua)
BIRRUL WALIDAIN (Berbakti Kepada Orang Tua)
NadaHanpo
 
siroh-nabawiyah-tinta-emas-perjalanan.pdf
siroh-nabawiyah-tinta-emas-perjalanan.pdfsiroh-nabawiyah-tinta-emas-perjalanan.pdf
siroh-nabawiyah-tinta-emas-perjalanan.pdf
RuqyahMadiun
 
BULETIN UKHUWAH vol.1 isu.2
BULETIN UKHUWAH vol.1 isu.2BULETIN UKHUWAH vol.1 isu.2
BULETIN UKHUWAH vol.1 isu.2
shahaidi
 

Similar to Peran dan Tanggung Jawab Muslimah.docx (20)

Kenapa kita mempelajari sejarah Rasulullah saw ?
Kenapa kita mempelajari sejarah Rasulullah saw ?Kenapa kita mempelajari sejarah Rasulullah saw ?
Kenapa kita mempelajari sejarah Rasulullah saw ?
 
Adab berpergian
Adab berpergianAdab berpergian
Adab berpergian
 
Hadits keimanan
Hadits keimananHadits keimanan
Hadits keimanan
 
Nasihat rasulullah terhadap kaum wanita
Nasihat rasulullah terhadap kaum wanitaNasihat rasulullah terhadap kaum wanita
Nasihat rasulullah terhadap kaum wanita
 
Hukum suara wanita
Hukum suara wanitaHukum suara wanita
Hukum suara wanita
 
#131_MAULID NABI SAW_KEPEMIMPINAN POLITIK.pdf
#131_MAULID NABI SAW_KEPEMIMPINAN POLITIK.pdf#131_MAULID NABI SAW_KEPEMIMPINAN POLITIK.pdf
#131_MAULID NABI SAW_KEPEMIMPINAN POLITIK.pdf
 
Ummu salamah
Ummu salamahUmmu salamah
Ummu salamah
 
Kronologi israk dan mikraj
Kronologi israk dan mikrajKronologi israk dan mikraj
Kronologi israk dan mikraj
 
Penghormatan islam kepada wanita
Penghormatan islam kepada wanitaPenghormatan islam kepada wanita
Penghormatan islam kepada wanita
 
Tanya jawab tentan menyusui
Tanya jawab tentan menyusuiTanya jawab tentan menyusui
Tanya jawab tentan menyusui
 
Sofiah binti huyai
Sofiah binti huyaiSofiah binti huyai
Sofiah binti huyai
 
Kisah_Keislaman_Utsman_bin_Affan_RA_39_Tayangan_Ustadz_Luthfi_Afandi.pptx
Kisah_Keislaman_Utsman_bin_Affan_RA_39_Tayangan_Ustadz_Luthfi_Afandi.pptxKisah_Keislaman_Utsman_bin_Affan_RA_39_Tayangan_Ustadz_Luthfi_Afandi.pptx
Kisah_Keislaman_Utsman_bin_Affan_RA_39_Tayangan_Ustadz_Luthfi_Afandi.pptx
 
RAHASIA SUKSES BISNIS ABDURRAHMAN BIN AUF.pptx
RAHASIA SUKSES BISNIS ABDURRAHMAN BIN AUF.pptxRAHASIA SUKSES BISNIS ABDURRAHMAN BIN AUF.pptx
RAHASIA SUKSES BISNIS ABDURRAHMAN BIN AUF.pptx
 
Rahasia Sukses Bisnis Abdurahman bin Auf
Rahasia Sukses Bisnis Abdurahman bin AufRahasia Sukses Bisnis Abdurahman bin Auf
Rahasia Sukses Bisnis Abdurahman bin Auf
 
Terjemah Shahih Muslim.doc
Terjemah Shahih Muslim.docTerjemah Shahih Muslim.doc
Terjemah Shahih Muslim.doc
 
Mengenal Manhaj Salaf
Mengenal Manhaj SalafMengenal Manhaj Salaf
Mengenal Manhaj Salaf
 
Agama 1
Agama 1Agama 1
Agama 1
 
BIRRUL WALIDAIN (Berbakti Kepada Orang Tua)
BIRRUL WALIDAIN (Berbakti Kepada Orang Tua)BIRRUL WALIDAIN (Berbakti Kepada Orang Tua)
BIRRUL WALIDAIN (Berbakti Kepada Orang Tua)
 
siroh-nabawiyah-tinta-emas-perjalanan.pdf
siroh-nabawiyah-tinta-emas-perjalanan.pdfsiroh-nabawiyah-tinta-emas-perjalanan.pdf
siroh-nabawiyah-tinta-emas-perjalanan.pdf
 
BULETIN UKHUWAH vol.1 isu.2
BULETIN UKHUWAH vol.1 isu.2BULETIN UKHUWAH vol.1 isu.2
BULETIN UKHUWAH vol.1 isu.2
 

Recently uploaded

92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf
92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf
92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf
tsuroyya38
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Fathan Emran
 
IKLAN PENERIMAAN GURU SEKUM YPS 2024.pdf
IKLAN PENERIMAAN GURU SEKUM YPS 2024.pdfIKLAN PENERIMAAN GURU SEKUM YPS 2024.pdf
IKLAN PENERIMAAN GURU SEKUM YPS 2024.pdf
sriwulandari723
 
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila SD.pdf.pdf
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila SD.pdf.pdfProjek Penguatan Profil Pelajar Pancasila SD.pdf.pdf
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila SD.pdf.pdf
anikdwihariyanti
 
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARUAKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
junaedikuluri1
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pdf.pdf
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pdf.pdfRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pdf.pdf
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pdf.pdf
OswaldusDiwaDoka
 
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada AnakDefenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Yayasan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak
 
peluang kejadian total dan kaidah nbayes
peluang kejadian total dan kaidah nbayespeluang kejadian total dan kaidah nbayes
peluang kejadian total dan kaidah nbayes
ayyurah2004
 
Biografi Presiden Republik Indonesia.pdf
Biografi Presiden Republik Indonesia.pdfBiografi Presiden Republik Indonesia.pdf
Biografi Presiden Republik Indonesia.pdf
pristayulianabila
 
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Kanaidi ken
 
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
LAPORAN BIMBINGAN TEKNIS TRANSISI PAUD - SD.pdf
LAPORAN BIMBINGAN TEKNIS TRANSISI PAUD - SD.pdfLAPORAN BIMBINGAN TEKNIS TRANSISI PAUD - SD.pdf
LAPORAN BIMBINGAN TEKNIS TRANSISI PAUD - SD.pdf
RosidaAini3
 
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptxPembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Sosdiklihparmassdm
 
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptxNovel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
NirmalaJane
 
Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdf
Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdfRangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdf
Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdf
mad ros
 
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdf
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdfAKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdf
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdf
opkcibungbulang
 
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdfPanduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
MildayantiMildayanti
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan Regulasi Terbaru P...
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan  Regulasi  Terbaru P...PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan  Regulasi  Terbaru P...
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan Regulasi Terbaru P...
Kanaidi ken
 
5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx
5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx
5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx
StevanusOkiRudySusan
 

Recently uploaded (20)

92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf
92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf
92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
 
IKLAN PENERIMAAN GURU SEKUM YPS 2024.pdf
IKLAN PENERIMAAN GURU SEKUM YPS 2024.pdfIKLAN PENERIMAAN GURU SEKUM YPS 2024.pdf
IKLAN PENERIMAAN GURU SEKUM YPS 2024.pdf
 
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila SD.pdf.pdf
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila SD.pdf.pdfProjek Penguatan Profil Pelajar Pancasila SD.pdf.pdf
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila SD.pdf.pdf
 
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARUAKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pdf.pdf
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pdf.pdfRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pdf.pdf
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pdf.pdf
 
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada AnakDefenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
 
peluang kejadian total dan kaidah nbayes
peluang kejadian total dan kaidah nbayespeluang kejadian total dan kaidah nbayes
peluang kejadian total dan kaidah nbayes
 
Biografi Presiden Republik Indonesia.pdf
Biografi Presiden Republik Indonesia.pdfBiografi Presiden Republik Indonesia.pdf
Biografi Presiden Republik Indonesia.pdf
 
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
 
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
 
LAPORAN BIMBINGAN TEKNIS TRANSISI PAUD - SD.pdf
LAPORAN BIMBINGAN TEKNIS TRANSISI PAUD - SD.pdfLAPORAN BIMBINGAN TEKNIS TRANSISI PAUD - SD.pdf
LAPORAN BIMBINGAN TEKNIS TRANSISI PAUD - SD.pdf
 
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptxPembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
 
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptxNovel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
 
Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdf
Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdfRangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdf
Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdf
 
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdf
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdfAKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdf
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdf
 
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdfPanduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan Regulasi Terbaru P...
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan  Regulasi  Terbaru P...PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan  Regulasi  Terbaru P...
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan Regulasi Terbaru P...
 
5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx
5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx
5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx
 

Peran dan Tanggung Jawab Muslimah.docx

  • 1. Peran dan Tanggung Jawab Muslimah Lintasan Kisah Muslimah di Sepanjang Sejarah Pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, bukan hanya kaum laki-laki muslim saja yang berlomba-lomba beramal shalih; kaum wanita pun tidak ketinggalan turut berlomba-lomba beramal shalih dan mengambil peran dalam kehidupan sehari-hari. Mereka menyadari persamaan haknya dalam peribadahan dan memperoleh pahala dari Allah Ta’ala sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya, ‫و‬َ‫م‬َ‫ن‬ َْ ‫و‬َ‫ع‬َ‫م‬َ‫ل‬َْ ‫مَو‬‫ن‬ ‫و‬ ‫َّص‬َ‫ل‬‫َّح‬‫ا‬‫ت‬‫ِح‬ ‫و‬َ‫م‬‫ن‬ ‫و‬َ‫َك‬‫ر‬ٍَ ‫َْو‬َْ ‫أ‬َ‫ن‬َ‫ث‬َْ ‫و‬َ‫ه‬َ‫و‬ َْ ‫و‬ُ‫م‬‫ن‬َ‫ن‬َ‫ن‬ ‫أَو‬‫و‬َ‫ح‬َْ‫ك‬ََ ‫هدَو‬َََُُ‫ن‬َْ ‫و‬ َْ‫ا‬ََََّ‫ِح‬ ‫و‬َ ‫ل‬ َْ ‫هدَو‬َ‫م‬ََُ‫َن‬ْ َِ‫ِك‬‫ر‬َ‫ث‬ “Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun.” (QS. An-Nisa, 4: 124) Dalam sirah kita akan menemukan banyak sekali profil muslimah pada masa nabi yang berperan aktif dalam amal shalih. Ada Khadijah yang telah berkorban dengan jiwa dan hartanya di jalan dakwah; ‘Aisyah yang banyak belajar dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian mampu mengajarkan ilmunya kepada kaum wanita maupun pria. Adapula sosok-sosok lain yang tercatat dalam sejarah Islam. Asma Sang Juru Bicara Para Muslimah Adalah Asma binti Yazid Al-Anshariyah yang menjadi juru bicara kaum muslimah pada masa nabi untuk menyampaikan aspirasi kaum wanita yang begitu bersemangat ingin memperoleh keutamaan pahala dan tidak ingin ketinggalan oleh kaum laki-laki dalam beramal. Imam Baihaqi menyebutkan kisah Asma’ dalam Syu’abul Iman, diantaranya disebutkan bahwa ia berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‫و‬ ِ‫و‬‫ا‬‫د‬ ‫و‬ َ ‫ا‬ ‫ِه‬ ‫أَو‬َ‫ن‬َ‫ل‬ََ ‫أ‬َ‫ح‬ِ ‫و‬ ‫َّر‬َ‫ج‬‫ِحكا‬ ‫و‬‫َّا‬َ ‫ا‬َ‫ِح‬ َْ َّ‫ا‬ََ‫ن‬‫ن‬ََ ‫أَو‬َ ‫َو‬‫ن‬َ‫ا‬َ‫َّح‬َ َْ ‫ا‬َّ‫ا‬‫ِح‬ ‫أَو‬َ‫ن‬َ‫ل‬ََ ‫و‬ َ ‫ا‬ ‫ِه‬ ‫و‬‫ه‬َ َّ‫ا‬‫ث‬ِ َْ ‫و‬َ‫َك‬‫ش‬َ‫ل‬َ‫ن‬ ‫و‬ ‫َّا‬َ ‫ا‬َ‫ِح‬ ‫و‬ُ‫ِص‬َُ‫َه‬‫ت‬َ‫ر‬َ‫ن‬ ‫و‬ َ‫ن‬‫ِا‬ َ‫ه‬َُ ‫و‬َ‫ي‬َ‫و‬ِ‫َه‬ََِ ‫َأ‬‫م‬َ‫ر‬َ‫ن‬ َْ ‫و‬َ‫ي‬َ‫و‬ِِ َ‫ه‬َ‫ا‬َ، ‫و‬َ‫َص‬‫َّن‬َ‫ت‬ َْ ‫و‬َ‫ي‬َ‫ر‬ِ‫ل‬ ََْْ ‫و‬َ‫ي‬َ‫و‬‫ا‬‫ث‬ِ َْ ‫و‬َ‫َك‬‫ش‬َ‫ل‬َ‫ن‬ ‫و‬َ‫ج‬‫وِحكا‬ ‫َّر‬ ‫و‬َ‫ي‬ََُِّ‫ا‬‫م‬ََ ََََََُِّ‫ا‬ ‫و‬َْ‫ل‬َ‫م‬َََّ‫َّح‬َ ‫و‬‫ََّص‬‫ا‬ََّ‫م‬َََّ‫ِح‬ َْ ‫و‬ ‫َع‬ََِِّ‫ا‬ َْ ‫َأو‬‫م‬َ‫ك‬َ‫م‬َ‫ِح‬ ‫و‬ ِ‫َه‬‫ا‬َ، َْ ‫و‬َََََََّّْ‫ِح‬ ‫و‬‫ا‬‫ل‬َ‫ل‬َ‫ِح‬ َْ َ‫ن‬َ‫ل‬ََ ‫و‬‫ا‬‫ل‬َ‫ل‬َ‫ِح‬ ‫و‬َ‫ع‬َ‫م‬َََْ َْ ‫و‬َ‫م‬‫ن‬ ‫أَو‬‫ح‬ٍَ ‫و‬ َََِّ‫ا‬ََّ‫ِح‬ ‫ف‬َ ‫و‬ ‫ِع‬‫ل‬َِ ‫و‬ ‫ا‬ ‫ِه‬ ‫و‬‫ا‬‫د‬ِ َْ ‫و‬َ‫ع‬َ‫ج‬‫ِحكا‬ ‫و‬َ‫ي‬َ‫و‬ََ‫ن‬ ٍَِِ ‫و‬َ‫خ‬َ‫ك‬ََُْ ََّ‫ج‬ََّ‫ت‬ ‫َْو‬َْ َِ‫ك‬‫م‬ََِّ‫ل‬َ‫ن‬ ‫َّو‬َََُِ‫ك‬َ‫ن‬ َْ ََََّ‫ن‬‫ن‬َ‫ت‬ ‫و‬َ‫ي‬َ‫و‬َ‫ح‬ ‫و‬َ‫ي‬َ‫و‬َ‫ح‬ِ َ‫َه‬‫ن‬َْ ََََّ‫ح‬ََْ‫ن‬ َْ ‫و‬َ‫ي‬َ‫و‬ََِ َ‫ه‬َ‫م‬َْ ََََِّ‫ا‬ََُ َْ ‫و‬َ‫ي‬َ‫و‬َ‫ح‬ ‫و‬َ‫ي‬َ‫ر‬َِ‫ل‬ ََْْ ََّ‫م‬ََ ‫و‬َ‫ي‬َ‫و‬َ‫ر‬ََُّ‫ش‬َ‫ث‬ ‫ف‬َ ‫و‬ ‫ك‬َ‫ج‬َ ِ ََّْ ‫و‬َ‫ر‬‫َه‬َُِ ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ِه‬ ‫اَو‬َ‫ن‬ََِّ‫َّح‬ََ ‫و‬‫ل‬‫ف‬‫ل‬‫ا‬َ‫ِح‬ ‫أ‬‫ا‬َُ‫ى‬ ‫و‬ َ ‫ا‬ ‫ِه‬ ‫و‬ ‫ه‬َََُِ‫ا‬ ‫و‬َ‫ي‬‫ا‬َُِ َْ ‫أ‬َ‫ح‬ِ ‫و‬ ‫ه‬َََّ‫ل‬َ‫ى‬َْ ‫و‬ ‫ه‬‫ا‬َ‫ج‬ َ‫ه‬َ
  • 2. ‫و‬ ‫ه‬‫ا‬َُ‫ر‬ ‫و‬ ‫و‬‫ا‬‫ي‬َ‫م‬ ‫و‬َ‫ر‬ََُّ: ” ‫و‬َ‫ي‬ََِّ‫ل‬‫م‬َِ َْ ‫و‬ ََْ‫ح‬ََّ‫ر‬َ‫ن‬ َ‫ع‬ََْ‫َك‬‫ن‬ِ ‫و‬ ‫ل‬‫ط‬َُ ‫مَو‬َ َ‫ت‬َْ ‫ف‬َ ََّ‫ا‬َِّ‫ح‬َ‫ك‬َ َ‫ن‬ ‫و‬َ‫َم‬‫ا‬ ‫و‬ ‫َك‬‫ن‬َْ ََّ‫ا‬َِْ ‫و‬َ‫م‬‫ن‬ ‫ا‬‫ذ‬ََّ‫و‬ ” ِ‫ه‬َ‫ح‬ََُّ: ‫و‬‫ا‬ ‫ِه‬ َْ ََّ‫ن‬ َّ‫ا‬ََََ‫ا‬ ‫و‬‫ا‬‫د‬َْ ‫و‬ َ‫ع‬ََْ‫َك‬‫ن‬ِ ‫ا‬‫ن‬ََِّ‫ا‬َِ ‫أ‬َ‫ح‬ِ ‫و‬ ‫ع‬َ‫ن‬‫ن‬ ‫ِو‬َََّ‫و‬ ‫اَو‬َ‫ن‬ََِّ‫َّح‬ََ ‫و‬‫ل‬‫ف‬‫ل‬‫ا‬َ‫ِح‬ ‫أ‬‫ا‬َُ‫ى‬ ‫و‬ َ ‫ا‬ ‫ِه‬ ‫و‬ ‫ه‬َََُِ‫ا‬ ‫و‬َ‫ي‬‫ا‬َُِ َْ ‫و‬ َ‫ح‬ََِّ‫ا‬َِ ‫و‬َ‫ر‬ََّ‫ر‬ََ: “‫ف‬َ‫ك‬َ‫ت‬َ‫ث‬ِ ََّ‫ا‬َِّ‫ا‬َْْ ‫و‬َ‫ع‬ََْ‫ك‬َ‫م‬َ‫ِح‬ ‫ف‬‫م‬َُ‫ا‬َْ َْ ‫و‬َ‫م‬َ‫ن‬ ‫و‬ ‫أ‬َ‫ن‬ََُُ ‫مَو‬‫ن‬ ‫و‬ ‫َّا‬َ ‫ا‬َ‫ِح‬ ‫و‬‫ا‬‫د‬َْ ‫مَو‬َ َ‫ت‬ ‫و‬ ‫ع‬‫ل‬‫ل‬َ‫ل‬َِ ‫و‬‫ا‬‫م‬َ‫ر‬َِ‫ن‬َ‫ت‬ِ ‫َّو‬َ‫ا‬‫ج‬ ََْْ‫ح‬ ََّ‫ا‬‫ل‬ََُ‫ه‬ َْ ‫و‬‫ه‬ََِّ‫م‬َ‫ك‬َ‫ن‬ ََّ‫ا‬‫َّا‬َ‫ل‬‫ا‬ِِ َْ ‫و‬َ‫ه‬ََِّ‫ر‬ََِ َ‫ه‬َ‫ن‬ ‫و‬َ‫ر‬‫ن‬َ‫ل‬َِ ‫أَو‬‫ح‬ٍَ ‫و‬ َ‫ه‬‫ا‬َُ‫ر‬” . ‫و‬ ‫ص‬َ‫ك‬ََََِ‫ك‬ََ ‫و‬ َ‫ع‬ََْ‫ك‬َ‫م‬َ‫ِح‬ ‫و‬َ‫ف‬‫و‬ َْ ‫و‬َ‫ع‬‫ا‬َُ‫ا‬َِ ‫و‬َ‫ك‬‫ا‬‫ل‬َ‫و‬َِ َْ َََُِّ‫ش‬َ‫ل‬َِِِّ “Sesungguhnya Allah telah mengutusmu kepada kaum laki-laki dan wanita, kami semua beriman kepadamu dan kepada petunjuk yang Allah mengutusmu dengannya. Sesungguhnya ruang gerak kami kaum wanita terbatas oleh bangunan rumah-rumah kalian; kami menjadi tempat kalian melepaskan syahwat; dan mengandung anak-anak kalian. Sedangkan kalian kaum laki-laki memiliki kelebihan atas kami karena shalat jum’at, shalat berjama’ah, mengunjungi orang sakit, mengantar jenazah, melaksanakan haji berkali-kali, dan yang lebih afdhal dari itu adalah jihad di jalan Allah; dan laki-laki di antara kalian apabila pergi berhaji, umrah, atau berjaga di medan perang, sungguh kamilah yang menjaga harta-harta kalian, menjahit pakaian kalian, mengasuh anak-anak kalian. Lalu apakah kami berserikat dengan kalian dalam pahala, wahai Rasulullah?” Mendengar pertanyaan tersebut Rasulullah kemudian berpaling menghadapkan wajahnya ke sekeliling sahabatnya, lalu bertanya: “Pernahkah kalian mendengar perkataan wanita tentang masalahnya dan agamanya yang lebih baik dari pertanyaan ini?” Para sahabat menjawab, “Demi Allah, kami tidak menyangka kaum wanita akan mengajukan hal seperti ini.” Lalu nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpaling kepada wanita itu dan bersabda, “Pergilah wahai wanita, dan beritahukanlah kepada wanita-wanita di belakangmu, sesungguhnya mematuhi suami dengan sebaik-baiknya bagi seseorang dari kalian, serta mencari keridhoannya dan mengikuti persetujuannya, setara (pahalanya) dengan seluruh apa yang kamu sebutkan (tentang amal-amal kaum lelaki).” Wanita itu kemudian berpaling (dari hadapan Rasulullah) seraya bertahlil dan bertakbir dengan gembira.” Wanita-wanita yang Sabar dan Tabah Suatu saat Fatimah tidak makan berhari-hari karena tidak ada makanan, sehingga suaminya, Ali bin Abi Thalib melihat mukanya pucat; Ali bertanya kepadanya, “Mengapa engkau ini, wahai Fatimah, kok kelihatan pucat?” Fatimah menjawab, “Aku sudah tiga hari belum makan, karena tidak ada makanan di rumah.” Ali berkata, “Mengapa engkau tidak bilang kepadaku?” Dia menjawab, “Ayahku, Rasulullah, menasehatiku di malam pengantin, jika Ali membawa makanan, maka makanlah. Bila tidak, maka kamu jangan meminta.” Ada pula wanita yang diuji dengan penyakit, sehingga dia datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta untuk didoakan. Atha’ bin Abi
  • 3. Rabah bercerita bahwa Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata kepadaku, “Maukah aku tunjukkan kepadamu wanita surga?” Aku menjawab, “Ya.” . Dia melanjutkan, “Ini wanita hitam yang datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengadu, ‘Saya terserang epilepsi dan auratku terbuka, maka doakanlah saya.’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Jika kamu sabar, itu lebih baik, kamu dapat surga. Atau, kalau kamu mau, saya berdoa kepada Allah agar kamu sembuh.’ Wanita itu berkata, ‘Kalau begitu saya sabar, hanya saja auratku suka tersingkap. Doakan supaya tidak tersingkap auratku.’ Maka, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mendoakannya.” Wanita-wanita di Medan Jihad Diantara sosok muslimah yang terkenal karena keterlibatannya dalam jihad adalah Nasibah binti Ka’ab yang dikenal dengan nama Ummu Imarah. Dia becerita, “Pada Perang Uhud, sambil membawa air aku keluar agak siang dan melihat para mujahidin, sampai aku menemukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sementara, aku melihat pasukan Islam kocar-kacir. Maka, aku mendekati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sambil ikut berperang membentengi beliau dengan pedang dan terkadang aku memanah. Aku pun terluka, tapi manakala Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terpojok dan Ibnu Qamiah ingin membunuhnya, aku membentengi beliau bersama Mush’ab bin Umair. Aku berusaha memukul dia dengan pedangku, tapi dia memakai pelindung besi dan dia dapat memukul pundakku sampai terluka.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bercerita, “Setiap kali aku melihat kanan kiriku, kudapati Ummu Imarah membentengiku pada Perang Uhud.” Begitu tangguhnya Ummu Imarah. Ada juga Khansa yang merelakan empat anaknya mati syahid. Ia berkata, “Alhamdulillah yang telah menjadikan anak-anakku mati syahid.” Ketika Utsman bin Affan mengerahkan pasukan untuk melawan manuver-manuver Romawi, komandan diserahkan kepada Hubaib bin Maslamah. Istri Hubaib turut serta dalam pasukan yang akan berangkat perang. Sebelum perang dimulai, Hubaib memeriksa kesiapan pasukan. Tiba-tiba istrinya bertanya, “Dimana aku menjumpaimu ketika perang sedang berkecamuk?” Hubaib menjawab, “Di kemah komandan Romawi atau di surga.” Ketika perang sedang berkecamuk, Hubaib berperang dengan penuh keberanian sampai mendapatkan kemenangan. Segera dia menuju ke kemah komandan Romawi menunggui istrinya. Yang menakjubkan, saat Hubaib sampai ke tenda itu, dia mendapatkan istrinya sudah mendahuluinya. Seuntai Rambut di Jalan Allah
  • 4. Pada masa Dinasti Abbasiyah dipimipin oleh Harun Ar-Rasyid, ada seorang muslimah disandera oleh tentara Romawi. Maka, seorang ulama bernama Al- Manshur bin Ammar mendorong umat Islam untuk berjihad di dekat istana Harun al-Rasyid dan dia pun menyaksikan ceramahnya. Tiba–tiba ada kiriman bungkusan disertai dengan surat. Surat itu lalu dibuka dan dibaca oleh ulama tadi dan ternyata berasal dari seorang muslimah yang isinya: “Aku mendengar tentara Romawi melecehkan wanita muslimah dan engkau mendorong umat Islam untuk berjihad, maka aku persembahkan yang paling berharga dalam diriku. Yaitu, seuntai rambutku yang aku kirimkan dalam bungkusan itu. Dan, aku memohon agar rambut itu dijadikan tali penarik kuda di jalan Allah agar aku dapat nantinya dilihat Allah dan mendapatkan rahmatnya.” Maka, ulama itu menangis dan seluruh hadirin ikut menangis. Harun Ar-Rasyid kemudian memutuskan mengirim pasukan untuk membebaskan wanita muslimah yang disandera itu. Kisah Istri Shaleh bin Yahya Istri Shaleh bin Yahya saat ditinggal suaminya ia hidup bersama dua anaknya. Ia mendidik anak-anaknya dengan ibadah dan qiyamul lail (shalat malam). Ketika anak-anaknya semakin besar, dia berkata, “Anak-anakku, mulai malam ini tidak boleh satu malam pun yang terlewat di rumah ini tanpa ada yang shalat qiyamul lail.” “Apa maksud ibu?” tanya mereka. Sang Ibu menjawab, “Begini, kita bagi malam menjadi tiga dan kita masing-masing mendapat bagian sepertiga. Kalian berdua, dua pertiga, dan aku sepertiga yang terakhir. Ketika waktu sudah mendekati subuh, saya akan bangunkan kalian.” Kebiasan ini berlanjut sampai ibu mereka meninggal. Dan amalan itu tetap dilanjutkan oleh dua anak itu karena mereka sudah merasakan nikmatnya qiyamul lail. ***** Begitulah para wanita pada masa lalu. Mereka lebih banyak berpikir untuk akhiratnya dan tidak terdominasi oleh pikiran-pikiran tentang dunia; rumah tinggal, makanan, minuman, kendaraan, dan lain-lain. Dari kisah mereka kita pun dapat memahami begitu besarnya peran dan tanggungjawab wanita pada masa salafus shalih, mereka tidak pernah berhenti memberikan kontribusi dengan apa yang mereka memiliki.
  • 5. Hal ini hendaknya menyadarkan muslimah masa kini tentang peran dan tangguh jawabnya di berbagai aspek kehidupannya; baik dalam kehidupan individu, keluarga, masyarakat, dan negaranya. Empat Peran dan Tanggung Jawab Muslimah Pertama, peran dan tanggung jawab sebagai ‘abidatun lillahi ta’ala (menghambakan diri kepada Allah Ta’ala). Menghambakan diri kepada Allah Ta’ala merupakan ciri dari wanita yang shalihah. Keshalihan inilah yang menjadi asas utama kebahagiaan yang hakiki. Tanpa kehadiran wanita shalihah, pembentukan keluarga islami akan sangat sulit diwujudkan. Bagaimanakah sifat-sifat wanita yang menghambakan diri kepada Allah Ta’ala itu?  Taat kepada Allah Ta’ala dan Rasul serta patuh kepada perintah-Nya. Sanggup menjaga kesucian dirinya walaupun di tempat-tempat yang sunyi dari pandangan orang lain, juga sering berdzikir kepada Allah Ta’ala serta takut kepada-Nya. Allah Ta’ala berfirman, ‫و‬َ‫َّص‬َ‫ل‬‫َّح‬‫ا‬‫ت‬‫َّح‬ََ ‫و‬ُ‫َّص‬َِّ‫َّث‬َُ ‫و‬ُ‫َّص‬َ‫ن‬َََّ‫ت‬ ‫و‬ ‫ل‬ََِ‫ي‬َُ‫ح‬ ََّ‫م‬َ ‫و‬ َ‫ف‬‫ن‬َ‫ت‬ ‫و‬ َ ‫ا‬ ‫ِه‬ “Wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka).” (QS. An-Nisa’, 4: 34)  Bersyukur terhadap nikmat yang diberikan oleh Allah Ta’ala kepada suaminya, karena ia meyakini bahwa Allah Ta’ala telah menakdirkannya, sementara takdir Allah Ta’ala tidak pernah mencelakan dirinya.  Taat kepada suaminya serta memahami hak dan kewajiban terhadap suaminya. Seperti yang pernah disabdakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ‫هَو‬َ‫ح‬ ‫و‬َ‫ا‬َََ‫ر‬ َِ‫ك‬‫ان‬ َِ‫ن‬َ‫ت‬َْ ‫و‬َ‫د‬َْ َ‫ن‬َََّ َْ ‫و‬َ‫ن‬َ‫ت‬َ ‫و‬َ‫ص‬َ‫ك‬َ‫ن‬َ ‫و‬ َ‫ع‬ََْ‫ك‬َ‫م‬َ‫ِح‬ ‫و‬َ‫د‬َْ َ‫ن‬َََّ َِ ََّ‫ا‬َ‫ج‬ ََْْ‫ح‬
  • 6. “Kalau boleh aku menyuruh seseorang supaya sujud kepada orang yang lain niscaya aku menyuruh wanita supaya sujud kepada suaminya”. (HR. Thabrani)  Senantiasa menunjukkan himmah (semangat) yang tinggi, lemah lembut tidak suka memaki, mengucapkan sumpah serapah, mengumpat-keji, berbantah bantahan dan lain-lain dari sikap dan prilaku yang negatife dan tidak terpuji. Ia selalu menunjukkan sikap yang jernih dan lapang dada serta segala hal yang dapat menyebabkan suaminya senang saat berada di rumah seperti disabdakan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‫و‬َ‫ك‬ََُِ ‫و‬ ‫َّا‬َ ‫ا‬َ‫ِح‬ ‫سَو‬‫َكل‬ َِ ٍَِِ ‫صَو‬َ‫ك‬َ‫ت‬َََْ ‫َأَو‬‫ل‬َُِِ َْ ٍَِِ ‫صَو‬َ‫ك‬َ‫ن‬َْ‫و‬ ‫و‬ َ‫ف‬َ‫ن‬َ‫ل‬َِ َْ ‫أَو‬َ‫ل‬ََِ‫ن‬ ‫ف‬َ ََّ‫ا‬ َ‫ن‬َ‫ث‬ ‫و‬ ‫أ‬‫َّح‬َ‫ن‬ َْ “Sebaik-baik wanita ialah perempuan yang apabila engkau memandangnya ia menyukakan hati dan mentaati apabila engkau memerintah, dan apabila engkau tidak ada ia menjaga harta engkau dan memelihara dirinya.”  Berpengetahuan, berakhlak mulia, tahu melayani suami serta mengasihi dan mendidik anak-anak ke jalan hidup yang dikehendaki oleh Allah Ta’ala serta mentauladani sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kedua, peran dan tanggung jawab dalam ra’iyyatun li abna-iha (mendidik /menjaga anak-anaknya). Allah Ta’ala berfirman, ‫و‬َ ‫ل‬َ‫ي‬ََِ‫ح‬ َْ ‫ْمَو‬َّ‫ا‬‫ِح‬ ‫هَو‬َ‫ح‬ ِ‫ه‬َ‫ر‬َ‫ك‬َِ ‫و‬َ‫م‬‫ن‬ ‫و‬َ‫ي‬‫ا‬‫ن‬ََُُ ‫و‬ َْ‫ا‬ْ‫ُا‬ٍَ َََََّّ‫ل‬‫م‬ ِ‫ه‬ََََُّ ‫و‬َ‫ي‬‫ا‬َََُِ‫ا‬ ِ‫ه‬َ‫ر‬‫ا‬ََََُِِّ ‫و‬ َ ‫ا‬ ‫ِه‬ ِ‫ه‬َ‫ح‬‫ه‬َ‫ر‬ََِ‫ح‬ َْ ‫و‬َ ‫ل‬ َ‫ه‬َُ َِ‫ن‬ْ‫ن‬َِ “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (QS. An-Nisa, 4: 9) Ayat ini hendaknya menumbuhkan kesadaran para orangtua akan mas’uliyah (tanggung jawab) mereka dalam memperhatikan anak keturunannya. Hendaknya mereka takut dan khawatir jika meninggalkan keturunan yang lemah; baik lemah finansial maupun lemah akal dan pendidikannya. Sadarilah, lemahnya pendidikan harus lebih lebih diwaspadai daripada lemahnya harta atau finansial.
  • 7. Tanggung jawab pendidikan adalah tanggung jawab bersama suami-istri; namun tidak dapat dipungkiri bahwa peran dan tanggung jawab wanita dalam hal ini porsinya cukup besar. Karena dialah yang memiliki porsi lebih besar dalam berinteraksi dengan anak-anaknya. Renungkanlah hadits berikut ini, ‫و‬َ‫ي‬َ‫و‬‫ل‬َُ‫ر‬ ‫و‬ َ‫ِا‬َُ ‫و‬َ‫ي‬َ‫و‬‫ل‬َُ‫ر‬ َْ ‫و‬ُ‫ر‬‫ه‬َ‫و‬َ َ‫ن‬ ‫و‬َ‫َم‬‫ا‬ ‫و‬ ‫ه‬ِّ‫ا‬ِ‫ا‬َُ ‫و‬َ‫إ‬ََّ‫ن‬ َ ِ ‫و‬ َ‫ِا‬َُ ‫و‬ُ‫ر‬‫ه‬َ‫و‬َ َ‫ن‬ َْ ‫و‬َ‫َم‬‫ا‬ ‫و‬ ‫ه‬ِّ‫ا‬ِ‫ا‬َُ ‫و‬َ‫ج‬‫ِحكا‬ َْ‫و‬َ‫ع‬ ‫و‬ َ‫ِا‬َُ ‫ف‬َ ‫و‬ ‫ه‬َُ‫و‬َْ ‫و‬َ‫ه‬َ‫و‬ َْ ‫و‬ُ‫ر‬‫ه‬َ‫و‬َ َ‫ن‬ ‫و‬َ‫َم‬‫ا‬ ‫و‬ ‫ه‬ِّ‫ا‬ِ‫ا‬َُ ‫و‬ َ‫ع‬ََْ‫ك‬َ‫م‬َ‫ِح‬ َْ ‫و‬ َُِْ‫ِا‬َُ ‫ف‬َ ‫و‬ ‫ا‬َََِ ََّ‫ا‬‫ج‬ ََْ‫ا‬ ‫و‬ َُْ‫ح‬‫ه‬َ‫و‬َ َ‫ن‬ َْ ‫و‬َ‫َم‬‫ا‬ ََّ‫ا‬ِّ‫ا‬ِ‫ا‬َُ ‫و‬َ‫إ‬ََِّ‫ي‬َ‫ِح‬ َْ ‫و‬ َ‫ِا‬َُ ‫ف‬َ ‫و‬ ‫َّر‬َ‫ن‬ ‫و‬ ‫ذ‬‫ن‬‫ا‬َِِ ‫و‬ُ‫ر‬‫ه‬َ‫و‬َ َ‫ن‬ َْ ‫و‬َ‫َم‬‫ا‬ ‫و‬ ‫ه‬ِّ‫ا‬ِ‫ا‬َُ “Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya. Imam adalah pemimpin yang akan diminta pertanggung jawaban atas rakyatnya. Seorang suami adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawaban atas keluarganya. Seorang isteri adalah pemimpin di dalam urusan rumah tangga suaminya, dan akan dimintai pertanggung jawaban atas urusan rumah tangga tersebut. Seorang pembantu adalah pemimpin dalam urusan harta tuannya, dan akan dimintai pertanggung jawaban atas urusan tanggung jawabnya tersebut.” (HR. Bukhari No. 844) Maka, diantara peran dan tanggungjawab seorang muslimah adalah memberikan pendirikan yang terbaik kepada anak-anaknya. Masa yang penting dalam pendidikan kepada mereka adalah apa yang disebut golden-age, masa di mana anak sangat mudah menyerap segala informasi, belajar tentang segala sesuatu. Dan ibu adalah orang yang terdekat dengan anak, yang lebih sering berinteraksi dengan anak. Wahai muslimah, teruslah tempa diri agar menjadi sumber ilmu dan pendidik pertama bagi anak-anak, yang mampu menanamkan fondasi awal dan utama bagi generasi yang akan menjadi pemimpin masa depan. Ketika anak mulai memasuki dunia sekolah, tugas ibu tak lantas menjadi tergantikan oleh sekolah. Bahkan sang ibu dituntut untuk dapat mengimbangi apa yang diajarkan di sekolah. Peran yang demikian strategis ini, menuntut wanita muslimah untuk membekali dirinya dengan ilmu yang memadai. Maka, mereka harus terus bergerak meningkatkan kualitas dirinya. Karena untuk mencetak generasi yang berkualitas, dibutuhkan pendidik yang berkualitas pula. Hal itu berarti, seorang wanitia tidak boleh berhenti belajar. Teladanilah para shahabiyah yang bahkan meminta kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk diberikan kesempatan di hari tertentu khusus untuk mengajari mereka. Perhatikan hadits berikut ini,
  • 8. ‫و‬َ‫ص‬َ‫ا‬ََّ‫ج‬ ‫و‬ ُ‫ع‬ََْ‫َك‬‫ن‬ِ ‫أ‬َ‫ح‬ِ ‫و‬ ‫َهر‬َُِ ‫و‬‫ا‬ ‫ِه‬ ‫أ‬‫ا‬َُ‫ى‬ ‫و‬ َ ‫ا‬ ‫ِه‬ ‫و‬ ‫ه‬َََُِ‫ا‬ ‫و‬َ‫ي‬‫ا‬َُِ َْ ‫و‬َ‫ا‬َ‫ح‬ََّ‫ر‬ََ ََّْ ‫و‬َ‫ر‬‫َه‬َُِ ‫و‬‫ا‬ ‫ِه‬ ‫و‬َ‫ل‬َ‫و‬ٍَ ‫و‬َ‫ر‬ََّ‫ج‬‫ِحكا‬ ‫أَو‬‫ْن‬‫ن‬َ‫ل‬َ ‫و‬َ‫ع‬َ‫ل‬َ‫ج‬َََّ ََََّ‫ح‬ ‫و‬َ‫م‬‫ن‬ ‫أَو‬ َ‫ن‬َ‫ث‬ ََّ‫ن‬ َ‫ه‬َْ ‫ِأَو‬َِ‫ك‬َ‫ث‬ ‫و‬ ‫ِه‬َ ََََّ‫م‬‫ا‬َُ‫ل‬َِ َّ‫ا‬‫م‬‫ن‬ ‫أَو‬َ‫م‬‫ا‬َُ‫ا‬ ‫و‬ َ ‫ا‬ ‫ِه‬ ‫و‬َ‫ر‬ََّ‫ر‬ََ ‫مَو‬َ‫ل‬‫م‬ََِّ‫ج‬ِ ‫ف‬َ ‫و‬ ‫إ‬ َ‫ه‬َْ َََِّ‫ر‬ َََِّ‫ر‬ َْ ‫ف‬َ ‫و‬ ‫ََّد‬‫و‬َ‫ن‬ َََِّ‫ر‬ َََِّ‫ر‬ َْ ‫مَو‬َ‫ل‬َ‫م‬ََِّ‫ج‬َََّ ‫و‬‫ا‬‫م‬َ‫و‬َََِّ‫ك‬ََ ‫و‬َ‫ر‬‫َه‬َُِ ‫و‬‫ا‬ ‫ِه‬ ‫أ‬‫ا‬َُ‫ى‬ ‫و‬ َ ‫ا‬ ‫ِه‬ ‫و‬ ‫ه‬َََُِ‫ا‬ ‫و‬َ‫ي‬‫ا‬َُِ َْ ‫و‬‫ا‬‫َم‬‫ا‬َ‫م‬‫ا‬َُ‫ل‬ََ َّ‫ا‬‫م‬‫ن‬ ‫و‬ َ‫ه‬َ‫م‬‫ا‬َُ‫ا‬ ‫و‬ َ ‫ا‬ ‫ِه‬ “Seorang wanita menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan menyampaikan uneg-unegnya, ‘Wahai Rasulullah, orang laki-laki sudah biasa datang kepadamu dan menimba hadits, maka tolong berilah kami jatah harimu sehingga kami bisa menemuimu dan anda dapat mengajarkan kepada kami ilmu yang telah Allah ajarkan kepada anda.’ Rasul mengiyakan dengan bersabda: ‘Boleh, berkumpullah kalian pada hari ini dan ini, di tempat si fulan dan fulan, ‘ maka para wanita pun berkumpul dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengajari mereka ilmu yang telah Allah ajarkan kepada beliau…’” (HR. Bukhari No. 6766) Dengan begitu akan bermunculan kembali Aisyah-Aisyah yang mempunyai pemahaman yang luas dan mendalam tentang agamanya Wahai muslimah, didik putra-putrimu agar mengenal Allah Ta’ala dan taat pada- Nya, agar gemar membaca dan menghapal kalam-Nya. Ajarkan mereka agar mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan meneladani beliau. Bekali mereka dengan akhlak imani, mencintai sesama, menghormati yang tua dan menyayangi yang muda. Jadilah kalian Khansa-Khansa baru yang siap mencetak para syuhada. Ketiga, peran dan tanggung jawab sebagai waziratun li zaujiha (pendamping suaminya). Allah Ta’ala memberikan perumpamaan yang indah tentang ikatan suami-istri, ‫و‬‫ا‬‫م‬َ‫و‬ ‫و‬ُ ‫َّب‬َ‫ل‬‫ح‬ ‫و‬َ‫ي‬َ‫و‬َ‫ح‬ ‫و‬َ‫ي‬ََِّ‫ث‬َْ َْ ‫و‬ُ ‫َّب‬َ‫ل‬‫ح‬ ‫و‬‫ا‬‫َم‬‫ا‬َ‫ح‬ ‫و‬َ‫ي‬َُ‫ا‬ ‫و‬ َ ‫ا‬ ‫ِه‬ ‫و‬َ‫ي‬َ‫و‬‫ا‬‫ث‬َْ ‫و‬َ‫ي‬ََََِّ‫ر‬ ‫هدَو‬َ‫ث‬َََِّّ‫ي‬َِ ‫و‬َ‫ي‬َ‫و‬َ َ‫ن‬َ‫ث‬َْ ‫و‬َ‫َّت‬َََِّ ‫و‬َ‫ي‬َ‫و‬َََُِ‫ا‬ ََّ‫ن‬َ‫ا‬ َْ ‫و‬َ‫ي‬َ‫و‬َََ‫ا‬ “Mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi ma’af kepadamu”. (QS. Al-Baqarah, 2:187) Dalam kehidupan sehari-hari fungsi pakaian setidaknya ada tiga, yaitu: menutup aurat, melindungi diri dari panas dan dingin, serta sebagai perhiasan. Begitupula kehidupan rumah tangga seorang muslim dan muslimah; mereka hendaknya saling menutupi kekurangan masing-masing, saling melindungi dan memberi manfaat, serta saling membantu dalam memancarkan kebaikan di tengah-tengah masyarakat.
  • 9. Ayat ini menyampaikan pesan bahwa suami-istri hendaknya saling melengkapi. Seorang laki-laki biasanya lebih cenderung menggunakan akalnya di dalam mengatur urusan keluarga. Adapun seorang wanita biasanya lebih cenderung menggunakan perasaannya di dalam mengatur semua permasalahannya, termasuk mengatur urusan rumah tangga. Dua kecenderungan ini harus dipadukan sehingga mewujudkan keseimbangan yang akan membawa kepada kebahagiaan. Keempat, peran dan tanggung jawab sebagai ukhtan li mujtama’iha (saudara bagi masyarakatnya). Muslimah hendaknya turut berkontribusi dalam melakukan perbaikan dan pembangunan di tengah-tengah masyarakatnya, terutama dalam rangka mencetak individu yang baik yang kelak menjadi anggota masyarakat yang baik. Perbaikan masyarakat ada dua macam: 1. Perbaikan yang Zhahir (Nampak). Yaitu perbaikan yang dilakukan di tempat-tempat terbuka, seperti: masjid, pasar, tempat kerja, dan sejenisnya. Jenis perbaikan seperti porsinya lebih besar dilakukan oleh kaum laki-laki, karena merekalah yang lebih banyak beraktivitas di luar rumah. 2. Perbaikan di Balik Tabir.Yaitu perbaikan yang dilakukan di dalam rumah. Urusan ini biasanya diperankan oleh kaum wanita, karena merekalah yang menjadi pengatur urusan-urusan internal rumah tangga, sebagaimana difirmankan oleh Allah Ta’ala, ‫دَو‬َ‫ك‬َُ َْ ‫ف‬َ ‫و‬‫ا‬‫م‬َ‫و‬ِ‫َه‬ََِ ‫و‬َ ‫ل‬ َْ ‫مَو‬َ‫ج‬‫كا‬َ‫ل‬َِ ‫و‬َ‫خ‬‫كل‬َ‫ل‬َِ ‫و‬ ‫ا‬ُِ‫َّو‬َََّ‫وِح‬ ْ ‫أ‬َ‫ح‬َْ َ ِ “Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu.” (Al-Ahzab: 33) Bagaimanakah cara yang seharusnya dilakukan oleh wanita muslimah dalam berkontribusi dalam perbaikan masyarakat? Ada beberapa langkah yang harus diperhatikan, diantaranya: 1. Menjaga keshalihan, sebagaimana telah dibahas di awal. 2. Fasih di dalam berbicara, yakni mampu mengungkapkan perasaan, ide, dan gagasan dengan penuh hikmah (berdasarkan ilmu dan kebijaksanaan). 3. Mampu mendidik anak-anaknya dengan baik. Dengan begitu ia telah berkontribusi dalam memperbaiki masyarakat.
  • 10. 4. Giat dalam berdakwah di lingkungan luar yang memungkinkan baginya. ***** Guna mewujudkan peran dan tanggung jawabnya tersebut secara seimbang, hendaknya wanita muslimah mampu melakukan tarbiyah dzatiyah secara berkesinambungan; yakni menyiapkan dan memanfaatkan sarana pembinaan diri sehingga dirinya terbentuk menjadi muslimah yang berkepribadian islami di seluruh sisinya; ilmiah, iman, akhlak, sosial, dan lain sebagainya. Hal di atas dapat terwujud jika mereka mampu melakukan tandzimul auqat (menata waktu) dan adaul insyithatil mushalati ila itqanil ‘amal (melakukan kegiatan-kegiatan yang menunjang terwujudnya amal yang sempurna); diantaranya adalah: muhasabah, taubat, mencari ilmu dan memperluas wawasan, komitmen dengan amalan harian, memperbaiki akhlak, melibatkan diri dalam aktivitas dakwah, mujahadah (bersungguh-sungguh), dan selalu berdo’a. Wallahu A’lam….