Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Muslimah pada masa Rasulullah berperan aktif dalam beramal shaleh dan memperoleh pahala sama seperti laki-laki.
2. Asma binti Yazid mewakili kaum wanita untuk meminta kesetaraan hak beramal dengan laki-laki.
3. Rasulullah menyetujui permintaan kaum wanita untuk beramal shaleh bersama laki-laki.
Khadijah adalah istri pertama Nabi Muhammad SAW yang mendukung perjuangannya dengan sepenuh hati. Ia adalah wanita yang sabar dan setia mendampingi Nabi. Aisyah adalah istri kesayangan Nabi meskipun usianya masih muda. Hafsah dan Ummu Salamah adalah janda-janda yang dinikahi Nabi untuk melindungi mereka.
Khadijah adalah istri pertama Nabi Muhammad SAW yang mendukung perjuangannya dengan penuh kesabaran dan cinta. Istri-istri Rasulullah lainnya seperti Aisyah, Hafsah, dan Ummu Salamah turut memberikan dukungan moral dan material bagi menyebarkan agama Islam. Mereka adalah contoh wanita shalihah yang setia mendampingi suami dalam suka dan duka.
Hakekat Syiah - Gerakan Dan PemikirannyaRidlo Abelian
Dokumen tersebut membahas tentang perintah Rasulullah saw. untuk menyampaikan ilmu ketika timbul fitnah atau bid'ah dan mencaci sahabat, serta akibat bagi yang tidak melaksanakannya. Juga membahas definisi syi'ah, pendapat ulama Ahlussunnah dan Syi'ah mengenai syi'ah, serta perbedaan antara Islam dan ajaran Syi'ah.
Mengenali Syiah Melalui Kitab-Kitab MerekaAbu Muhammad
Syiah meyakini bahawa beberapa sahabat utama Nabi Muhammad SAW seperti Abu Bakr, Umar, dan Utsman akan disiksa di neraka paling bawah kerana menentang Ali RA. Mereka juga percaya bahawa sahabat lain seperti Talhah dan Zubair akan mendapat siksaan yang sangat teruk di neraka.
Khadijah adalah istri pertama Nabi Muhammad SAW yang mendukung perjuangannya dengan sepenuh hati. Ia adalah wanita yang sabar dan setia mendampingi Nabi. Aisyah adalah istri kesayangan Nabi meskipun usianya masih muda. Hafsah dan Ummu Salamah adalah janda-janda yang dinikahi Nabi untuk melindungi mereka.
Khadijah adalah istri pertama Nabi Muhammad SAW yang mendukung perjuangannya dengan penuh kesabaran dan cinta. Istri-istri Rasulullah lainnya seperti Aisyah, Hafsah, dan Ummu Salamah turut memberikan dukungan moral dan material bagi menyebarkan agama Islam. Mereka adalah contoh wanita shalihah yang setia mendampingi suami dalam suka dan duka.
Hakekat Syiah - Gerakan Dan PemikirannyaRidlo Abelian
Dokumen tersebut membahas tentang perintah Rasulullah saw. untuk menyampaikan ilmu ketika timbul fitnah atau bid'ah dan mencaci sahabat, serta akibat bagi yang tidak melaksanakannya. Juga membahas definisi syi'ah, pendapat ulama Ahlussunnah dan Syi'ah mengenai syi'ah, serta perbedaan antara Islam dan ajaran Syi'ah.
Mengenali Syiah Melalui Kitab-Kitab MerekaAbu Muhammad
Syiah meyakini bahawa beberapa sahabat utama Nabi Muhammad SAW seperti Abu Bakr, Umar, dan Utsman akan disiksa di neraka paling bawah kerana menentang Ali RA. Mereka juga percaya bahawa sahabat lain seperti Talhah dan Zubair akan mendapat siksaan yang sangat teruk di neraka.
Rasulullah saw. adalah gambaran aplikasi nyata bagi agama ini. Kita mempelajari sejarah Nabi saw. untuk menjadikannya suri tauladan dan agar iman dan keyakinan kita bertambah kuat. Selain itu, agar kita semakin mencintai Rasulullah saw. karena akhlak mulia dan interaksi yang ramah beliau.
Dokumen tersebut membahas tentang adab-adab dalam perjalanan menurut ajaran Islam, termasuk mengingat Allah, merawat kendaraan, memperlambat laju ketika di jalan sempit, memberi hak kepada jalanan, bersedekah, membawa oleh-oleh, serta larangan membawa anjing dan melanggar peraturan saat bepergian.
Hadits ini menjelaskan tentang definisi Iman, Islam, dan Ihsan menurut Rasulullah SAW. Iman adalah meyakini keesaan Allah, kitab-kitabNya, rasul-rasulNya, hari kebangkitan, dan takdir Allah. Islam adalah mengerjakan shalat, zakat, puasa Ramadhan, dan haji. Ihsan adalah menyembah Allah seolah-olah melihatNya, dan jika tidak melihatNya maka Allah melihat kita.
Ulama berbeda pendapat tentang status suara wanita. Mayoritas ulama berpendapat bahwa suara wanita bukan aurat. Dalil-dalil Alquran dan hadis menunjukkan bahwa wanita boleh berbicara dan suaranya tidak diharamkan kecuali dalam konteks tertentu.
1. Biografi Shafiyyah binti Huyay bin Akhtab, istri Rasulullah yang berasal dari keturunan Harun bin Imran.
2. Dia menjadi tawanan perang setelah Perang Khaibar dan kemudian dipilih Rasulullah menjadi istri setelah memeluk Islam.
3. Walaupun mendapat perlakuan sinis dari istri-istri Rasulullah lainnya karena asal usul Yahudinya, Shafiyyah tetap setia kepada agama Islam.
Dokumen tersebut merupakan bagian dari kitab Shahih Muslim yang membahas tentang keutamaan iman dan pahalanya. Kitab ini membahas tentang beberapa hadits Nabi Muhammad SAW mengenai topik tersebut, seperti tentang orang mukmin dalam perlindungan Allah, pertolongan Allah kepada orang mukmin, dan manisnya iman.
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut memperkenalkan makna dan pentingnya mengikuti manhaj salaf, yaitu metode para sahabat nabi dan dua generasi sesudahnya dalam memahami dan mengamalkan agama. Dijelaskan pula bahwa mengikuti manhaj salaf wajib karena dikuatkan oleh beberapa ayat Al-Qur'an dan sabda nabi.
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Fathan Emran
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka.
Rasulullah saw. adalah gambaran aplikasi nyata bagi agama ini. Kita mempelajari sejarah Nabi saw. untuk menjadikannya suri tauladan dan agar iman dan keyakinan kita bertambah kuat. Selain itu, agar kita semakin mencintai Rasulullah saw. karena akhlak mulia dan interaksi yang ramah beliau.
Dokumen tersebut membahas tentang adab-adab dalam perjalanan menurut ajaran Islam, termasuk mengingat Allah, merawat kendaraan, memperlambat laju ketika di jalan sempit, memberi hak kepada jalanan, bersedekah, membawa oleh-oleh, serta larangan membawa anjing dan melanggar peraturan saat bepergian.
Hadits ini menjelaskan tentang definisi Iman, Islam, dan Ihsan menurut Rasulullah SAW. Iman adalah meyakini keesaan Allah, kitab-kitabNya, rasul-rasulNya, hari kebangkitan, dan takdir Allah. Islam adalah mengerjakan shalat, zakat, puasa Ramadhan, dan haji. Ihsan adalah menyembah Allah seolah-olah melihatNya, dan jika tidak melihatNya maka Allah melihat kita.
Ulama berbeda pendapat tentang status suara wanita. Mayoritas ulama berpendapat bahwa suara wanita bukan aurat. Dalil-dalil Alquran dan hadis menunjukkan bahwa wanita boleh berbicara dan suaranya tidak diharamkan kecuali dalam konteks tertentu.
1. Biografi Shafiyyah binti Huyay bin Akhtab, istri Rasulullah yang berasal dari keturunan Harun bin Imran.
2. Dia menjadi tawanan perang setelah Perang Khaibar dan kemudian dipilih Rasulullah menjadi istri setelah memeluk Islam.
3. Walaupun mendapat perlakuan sinis dari istri-istri Rasulullah lainnya karena asal usul Yahudinya, Shafiyyah tetap setia kepada agama Islam.
Dokumen tersebut merupakan bagian dari kitab Shahih Muslim yang membahas tentang keutamaan iman dan pahalanya. Kitab ini membahas tentang beberapa hadits Nabi Muhammad SAW mengenai topik tersebut, seperti tentang orang mukmin dalam perlindungan Allah, pertolongan Allah kepada orang mukmin, dan manisnya iman.
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut memperkenalkan makna dan pentingnya mengikuti manhaj salaf, yaitu metode para sahabat nabi dan dua generasi sesudahnya dalam memahami dan mengamalkan agama. Dijelaskan pula bahwa mengikuti manhaj salaf wajib karena dikuatkan oleh beberapa ayat Al-Qur'an dan sabda nabi.
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Fathan Emran
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka.
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka.
Materi ini membahas tentang defenisi dan Usia Anak di Indonesia serta hubungannya dengan risiko terpapar kekerasan. Dalam modul ini, akan diuraikan berbagai bentuk kekerasan yang dapat dialami anak-anak, seperti kekerasan fisik, emosional, seksual, dan penelantaran.
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024Kanaidi ken
Dlm wktu dekat, Pelatihan/WORKSHOP ”CSR/TJSL & Community Development (ISO 26000)” akn diselenggarakan di Swiss-BelHotel – BALI (26-28 Juni 2024)...
Dgn materi yg mupuni & Narasumber yg kompeten...akn banyak manfaat dan keuntungan yg didpt mengikuti Pelatihan menarik ini.
Boleh jga info ini👆 utk dishare_kan lgi kpda tmn2 lain/sanak keluarga yg sekiranya membutuhkan training tsb.
Smga Bermanfaat
Thanks Ken Kanaidi
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka.
Pendidikan inklusif merupakan sistem pendidikan yang
memberikan akses kepada semua peserta didik yang
memiliki kelainan, bakat istimewa,maupun potensi tertentu
untuk mengikuti pendidikan maupun pembelajaran dalam
satu lingkungan pendidikan yang sama dengan peserta didik
umumlainya
5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx
Peran dan Tanggung Jawab Muslimah.docx
1. Peran dan Tanggung Jawab Muslimah
Lintasan Kisah Muslimah di Sepanjang Sejarah
Pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, bukan hanya kaum laki-laki
muslim saja yang berlomba-lomba beramal shalih; kaum wanita pun tidak
ketinggalan turut berlomba-lomba beramal shalih dan mengambil peran dalam
kehidupan sehari-hari.
Mereka menyadari persamaan haknya dalam peribadahan dan memperoleh pahala
dari Allah Ta’ala sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya,
وَمَن َْ وَعَمَلَْ مَون و
َّصَلَّحاتِح وَمن وََكرٍَ َْوَْ أَنَثَْ وَهَو َْ وُمنَنَن أَووَحَْكََ هدَوَََُُنَْ و
َْاََََِّح وَ
ل َْ هدَوَمَََُنْ َِِكرَث
“Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita
sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka
tidak dianiaya walau sedikitpun.” (QS. An-Nisa, 4: 124)
Dalam sirah kita akan menemukan banyak sekali profil muslimah pada masa nabi
yang berperan aktif dalam amal shalih. Ada Khadijah yang telah berkorban dengan
jiwa dan hartanya di jalan dakwah; ‘Aisyah yang banyak belajar dari
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian mampu mengajarkan ilmunya
kepada kaum wanita maupun pria. Adapula sosok-sosok lain yang tercatat dalam
sejarah Islam.
Asma Sang Juru Bicara Para Muslimah
Adalah Asma binti Yazid Al-Anshariyah yang menjadi juru bicara kaum muslimah
pada masa nabi untuk menyampaikan aspirasi kaum wanita yang begitu
bersemangat ingin memperoleh keutamaan pahala dan tidak ingin ketinggalan
oleh kaum laki-laki dalam beramal. Imam Baihaqi menyebutkan kisah Asma’
dalam Syu’abul Iman, diantaranya disebutkan bahwa ia berkata kepada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
و
ِواد و
َ ا
ِه أَوَنَلََ أَحِ و
َّرَجِحكا وَّاَ اَِح َْ َّاََننََ أَوَ َونَاََّحَ َْ اَّاِح أَوَنَلََ و
َ ا
ِه وهَ َّاثِ َْ وََكشَلَن و
َّاَ اَِح وُِصََُهتَرَن
و
َنِا َهَُ وَيَوَِهََِ َأمَرَن َْ وَيَوِِ َهَاَ، وََصَّنَت َْ وَيَرِل ََْْ وَيَواثِ َْ وََكشَلَن وَجوِحكا
َّر وَيََُِّامََ ََََََُِّا وَْلَمََََّّحَ
وََّصاََّمَََِّح َْ و
َعََِِّا َْ َأومَكَمَِح و
َِهاَ، َْ وَََََََِّّْح والَلَِح َْ َنَلََ والَلَِح وَعَمَََْ َْ وَمن أَوحٍَ و
َََِّاََِّح فَ و
ِعلَِ و ا
ِه
وادِ َْ وَعَجِحكا وَيَوََن ٍَِِ وَخَكََُْ ََّجََّت َْوَْ َِكمََِّلَن َّوَََُِكَن َْ ََََّننَت وَيَوَح وَيَوَحِ ََهنَْ ََََّحََْن َْ وَيَوََِ َهَمَْ ََََِّاََُ َْ وَيَوَح
وَيَرَِل ََْْ ََّمََ وَيَوَرََُّشَث فَ و
كَجَ ِ ََّْ وَرَهَُِ ا ا
ِه اَوَنَََِّّحََ ولفلاَِح أاَُى و
َ ا
ِه و
هَََُِا وَياَُِ َْ أَحِ و
هَََّلَىَْ و
هاَج َهَ
2. و
هاَُر و وايَم وَرََُّ: ” وَيََِّلمَِ َْ و
ََْحََّرَن َعَََْكنِ و
لطَُ مَوَ َتَْ فَ ََّاَِّحَكَ َن وََما و
َكنَْ ََّاَِْ وَمن اذََّو ” ِهَحََُّ: وا
ِه َْ ََّن
َّاََََا وادَْ و
َعَََْكنِ انََِّاَِ أَحِ و
عَنن ِوَََّو اَوَنَََِّّحََ ولفلاَِح أاَُى و
َ ا
ِه و
هَََُِا وَياَُِ َْ و
َحََِّاَِ وَرََّرََ: “فَكَتَثِ ََّاَِّاَْْ
وَعََْكَمَِح فمَُاَْ َْ وَمَن و
أَنََُُ مَون و
َّاَ اَِح وادَْ مَوَ َت و
عللَلَِ وامَرَِنَتِ َّوَاج ََْْح ََّالََُه َْ وهََِّمَكَن ََّاَّاَلاِِ َْ
وَهََِّرََِ َهَن وَرنَلَِ أَوحٍَ و
َهاَُر” . و
صَكََََِكََ و
َعََْكَمَِح وَفو َْ وَعاَُاَِ وَكالَوَِ َْ َََُِّشَلَِِِّ
“Sesungguhnya Allah telah mengutusmu kepada kaum laki-laki dan wanita, kami
semua beriman kepadamu dan kepada petunjuk yang Allah mengutusmu
dengannya. Sesungguhnya ruang gerak kami kaum wanita terbatas oleh bangunan
rumah-rumah kalian; kami menjadi tempat kalian melepaskan syahwat; dan
mengandung anak-anak kalian. Sedangkan kalian kaum laki-laki memiliki kelebihan
atas kami karena shalat jum’at, shalat berjama’ah, mengunjungi orang sakit,
mengantar jenazah, melaksanakan haji berkali-kali, dan yang lebih afdhal dari itu
adalah jihad di jalan Allah; dan laki-laki di antara kalian apabila pergi berhaji, umrah,
atau berjaga di medan perang, sungguh kamilah yang menjaga harta-harta kalian,
menjahit pakaian kalian, mengasuh anak-anak kalian. Lalu apakah kami berserikat
dengan kalian dalam pahala, wahai Rasulullah?” Mendengar pertanyaan
tersebut Rasulullah kemudian berpaling menghadapkan wajahnya ke sekeliling
sahabatnya, lalu bertanya: “Pernahkah kalian mendengar perkataan wanita tentang
masalahnya dan agamanya yang lebih baik dari pertanyaan ini?” Para sahabat
menjawab, “Demi Allah, kami tidak menyangka kaum wanita akan mengajukan hal
seperti ini.” Lalu nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpaling kepada wanita itu dan
bersabda, “Pergilah wahai wanita, dan beritahukanlah kepada wanita-wanita di
belakangmu, sesungguhnya mematuhi suami dengan sebaik-baiknya bagi
seseorang dari kalian, serta mencari keridhoannya dan mengikuti persetujuannya,
setara (pahalanya) dengan seluruh apa yang kamu sebutkan (tentang amal-amal
kaum lelaki).” Wanita itu kemudian berpaling (dari hadapan Rasulullah) seraya
bertahlil dan bertakbir dengan gembira.”
Wanita-wanita yang Sabar dan Tabah
Suatu saat Fatimah tidak makan berhari-hari karena tidak ada makanan, sehingga
suaminya, Ali bin Abi Thalib melihat mukanya pucat; Ali bertanya
kepadanya, “Mengapa engkau ini, wahai Fatimah, kok kelihatan pucat?” Fatimah
menjawab, “Aku sudah tiga hari belum makan, karena tidak ada makanan di
rumah.” Ali berkata, “Mengapa engkau tidak bilang kepadaku?” Dia
menjawab, “Ayahku, Rasulullah, menasehatiku di malam pengantin, jika Ali
membawa makanan, maka makanlah. Bila tidak, maka kamu jangan meminta.”
Ada pula wanita yang diuji dengan penyakit, sehingga dia datang kepada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta untuk didoakan. Atha’ bin Abi
3. Rabah bercerita bahwa Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata kepadaku, “Maukah
aku tunjukkan kepadamu wanita surga?” Aku menjawab, “Ya.” . Dia melanjutkan, “Ini
wanita hitam yang datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengadu,
‘Saya terserang epilepsi dan auratku terbuka, maka doakanlah
saya.’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Jika kamu sabar, itu lebih
baik, kamu dapat surga. Atau, kalau kamu mau, saya berdoa kepada Allah agar
kamu sembuh.’ Wanita itu berkata, ‘Kalau begitu saya sabar, hanya saja auratku
suka tersingkap. Doakan supaya tidak tersingkap auratku.’ Maka,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mendoakannya.”
Wanita-wanita di Medan Jihad
Diantara sosok muslimah yang terkenal karena keterlibatannya dalam jihad adalah
Nasibah binti Ka’ab yang dikenal dengan nama Ummu Imarah. Dia becerita, “Pada
Perang Uhud, sambil membawa air aku keluar agak siang dan melihat para
mujahidin, sampai aku menemukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Sementara, aku melihat pasukan Islam kocar-kacir. Maka, aku mendekati
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sambil ikut berperang membentengi beliau
dengan pedang dan terkadang aku memanah. Aku pun terluka, tapi manakala
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terpojok dan Ibnu Qamiah ingin
membunuhnya, aku membentengi beliau bersama Mush’ab bin Umair. Aku
berusaha memukul dia dengan pedangku, tapi dia memakai pelindung besi dan dia
dapat memukul pundakku sampai terluka.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bercerita, “Setiap kali aku melihat kanan kiriku, kudapati Ummu Imarah
membentengiku pada Perang Uhud.” Begitu tangguhnya Ummu Imarah.
Ada juga Khansa yang merelakan empat anaknya mati syahid. Ia
berkata, “Alhamdulillah yang telah menjadikan anak-anakku mati syahid.”
Ketika Utsman bin Affan mengerahkan pasukan untuk melawan manuver-manuver
Romawi, komandan diserahkan kepada Hubaib bin Maslamah. Istri Hubaib turut
serta dalam pasukan yang akan berangkat perang. Sebelum perang dimulai, Hubaib
memeriksa kesiapan pasukan. Tiba-tiba istrinya
bertanya, “Dimana aku menjumpaimu ketika perang sedang berkecamuk?”
Hubaib menjawab, “Di kemah komandan Romawi atau di surga.”
Ketika perang sedang berkecamuk, Hubaib berperang dengan penuh keberanian
sampai mendapatkan kemenangan. Segera dia menuju ke kemah komandan
Romawi menunggui istrinya. Yang menakjubkan, saat Hubaib sampai ke tenda itu,
dia mendapatkan istrinya sudah mendahuluinya.
Seuntai Rambut di Jalan Allah
4. Pada masa Dinasti Abbasiyah dipimipin oleh Harun Ar-Rasyid, ada seorang
muslimah disandera oleh tentara Romawi. Maka, seorang ulama bernama Al-
Manshur bin Ammar mendorong umat Islam untuk berjihad di dekat istana Harun
al-Rasyid dan dia pun menyaksikan ceramahnya. Tiba–tiba ada kiriman bungkusan
disertai dengan surat. Surat itu lalu dibuka dan dibaca oleh ulama tadi dan ternyata
berasal dari seorang muslimah yang isinya: “Aku mendengar tentara Romawi
melecehkan wanita muslimah dan engkau mendorong umat Islam untuk berjihad,
maka aku persembahkan yang paling berharga dalam diriku. Yaitu, seuntai
rambutku yang aku kirimkan dalam bungkusan itu. Dan, aku memohon agar rambut
itu dijadikan tali penarik kuda di jalan Allah agar aku dapat nantinya dilihat Allah
dan mendapatkan rahmatnya.” Maka, ulama itu menangis dan seluruh hadirin ikut
menangis. Harun Ar-Rasyid kemudian memutuskan mengirim pasukan untuk
membebaskan wanita muslimah yang disandera itu.
Kisah Istri Shaleh bin Yahya
Istri Shaleh bin Yahya saat ditinggal suaminya ia hidup bersama dua anaknya. Ia
mendidik anak-anaknya dengan ibadah dan qiyamul lail (shalat malam). Ketika
anak-anaknya semakin besar, dia berkata, “Anak-anakku, mulai malam ini tidak
boleh satu malam pun yang terlewat di rumah ini tanpa ada yang shalat qiyamul lail.”
“Apa maksud ibu?” tanya mereka. Sang Ibu menjawab, “Begini, kita bagi malam
menjadi tiga dan kita masing-masing mendapat bagian sepertiga. Kalian berdua,
dua pertiga, dan aku sepertiga yang terakhir. Ketika waktu sudah mendekati subuh,
saya akan bangunkan kalian.”
Kebiasan ini berlanjut sampai ibu mereka meninggal. Dan amalan itu tetap
dilanjutkan oleh dua anak itu karena mereka sudah merasakan
nikmatnya qiyamul lail.
*****
Begitulah para wanita pada masa lalu. Mereka lebih banyak berpikir untuk
akhiratnya dan tidak terdominasi oleh pikiran-pikiran tentang dunia; rumah tinggal,
makanan, minuman, kendaraan, dan lain-lain. Dari kisah mereka kita pun dapat
memahami begitu besarnya peran dan tanggungjawab wanita pada masa salafus
shalih, mereka tidak pernah berhenti memberikan kontribusi dengan apa yang
mereka memiliki.
5. Hal ini hendaknya menyadarkan muslimah masa kini tentang peran dan tangguh
jawabnya di berbagai aspek kehidupannya; baik dalam kehidupan individu, keluarga,
masyarakat, dan negaranya.
Empat Peran dan Tanggung Jawab Muslimah
Pertama, peran dan tanggung jawab sebagai ‘abidatun lillahi
ta’ala (menghambakan diri kepada Allah Ta’ala).
Menghambakan diri kepada Allah Ta’ala merupakan ciri dari wanita yang shalihah.
Keshalihan inilah yang menjadi asas utama kebahagiaan yang hakiki. Tanpa
kehadiran wanita shalihah, pembentukan keluarga islami akan sangat sulit
diwujudkan.
Bagaimanakah sifat-sifat wanita yang menghambakan diri kepada Allah Ta’ala itu?
Taat kepada Allah Ta’ala dan Rasul serta patuh kepada perintah-Nya.
Sanggup menjaga kesucian dirinya walaupun di tempat-tempat yang sunyi
dari pandangan orang lain, juga sering berdzikir kepada Allah Ta’ala serta
takut kepada-Nya.
Allah Ta’ala berfirman,
وََّصَلَّحاتَّحََ وَُّصََِّّثَُ وَُّصَنَََّت و
لََِيَُح ََّمَ و
َفنَت و
َ ا
ِه
“Wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika
suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka).” (QS. An-Nisa’, 4:
34)
Bersyukur terhadap nikmat yang diberikan oleh Allah Ta’ala kepada
suaminya, karena ia meyakini bahwa Allah Ta’ala telah menakdirkannya,
sementara takdir Allah Ta’ala tidak pernah mencelakan dirinya.
Taat kepada suaminya serta memahami hak dan kewajiban terhadap
suaminya. Seperti yang pernah disabdakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam
هَوَح وَاَََر َِكان َِنَتَْ وَدَْ َنَََّ َْ وَنَتَ وَصَكَنَ و
َعََْكَمَِح وَدَْ َنَََّ َِ ََّاَج ََْْح
6. “Kalau boleh aku menyuruh seseorang supaya sujud kepada orang yang lain niscaya
aku menyuruh wanita supaya sujud kepada suaminya”. (HR. Thabrani)
Senantiasa menunjukkan himmah (semangat) yang tinggi, lemah lembut
tidak suka memaki, mengucapkan sumpah serapah, mengumpat-keji,
berbantah bantahan dan lain-lain dari sikap dan prilaku yang negatife dan
tidak terpuji. Ia selalu menunjukkan sikap yang jernih dan lapang dada serta
segala hal yang dapat menyebabkan suaminya senang saat berada di rumah
seperti disabdakan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
وَكََُِ و
َّاَ اَِح سَوَكل َِ ٍَِِ صَوَكَتَََْ َأَولَُِِ َْ ٍَِِ صَوَكَنَْو و
َفَنَلَِ َْ أَوَلََِن فَ ََّا َنَث و
أَّحَن َْ
“Sebaik-baik wanita ialah perempuan yang apabila engkau memandangnya ia
menyukakan hati dan mentaati apabila engkau memerintah, dan apabila engkau
tidak ada ia menjaga harta engkau dan memelihara dirinya.”
Berpengetahuan, berakhlak mulia, tahu melayani suami serta mengasihi
dan mendidik anak-anak ke jalan hidup yang dikehendaki oleh
Allah Ta’ala serta mentauladani sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam.
Kedua, peran dan tanggung jawab dalam ra’iyyatun li abna-iha (mendidik /menjaga
anak-anaknya).
Allah Ta’ala berfirman,
وَ
لَيََِح َْ ْمَوَّاِح هَوَح ِهَرَكَِ وَمن وَيانََُُ و
َْاُْاٍَ َََََّّلم ِهََََُّ وَياَََُِا ِهَراََََُِِّ و
َ ا
ِه ِهَحهَرََِح َْ وَ
ل َهَُ َِنْنَِ
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan
dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap
(kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah
dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (QS. An-Nisa, 4: 9)
Ayat ini hendaknya menumbuhkan kesadaran para orangtua
akan mas’uliyah (tanggung jawab) mereka dalam memperhatikan anak
keturunannya. Hendaknya mereka takut dan khawatir jika meninggalkan keturunan
yang lemah; baik lemah finansial maupun lemah akal dan pendidikannya. Sadarilah,
lemahnya pendidikan harus lebih lebih diwaspadai daripada lemahnya harta atau
finansial.
7. Tanggung jawab pendidikan adalah tanggung jawab bersama suami-istri; namun
tidak dapat dipungkiri bahwa peran dan tanggung jawab wanita dalam hal ini
porsinya cukup besar. Karena dialah yang memiliki porsi lebih besar dalam
berinteraksi dengan anak-anaknya. Renungkanlah hadits berikut ini,
وَيَولَُر و
َِاَُ وَيَولَُر َْ وُرهَوَ َن وََما و
هِّاِاَُ وَإََّن َ ِ و
َِاَُ وُرهَوَ َن َْ وََما و
هِّاِاَُ وَجِحكا َْوَع و
َِاَُ فَ و
هَُوَْ وَهَو َْ وُرهَوَ َن
وََما و
هِّاِاَُ و
َعََْكَمَِح َْ و
َُِِْاَُ فَ و
اَََِ ََّاج ََْا و
َُْحهَوَ َن َْ وََما ََّاِّاِاَُ وَإََِّيَِح َْ و
َِاَُ فَ و
َّرَن و
ذناَِِ وُرهَوَ َن َْ
وََما و
هِّاِاَُ
“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung
jawaban atas yang dipimpinnya. Imam adalah pemimpin yang akan diminta
pertanggung jawaban atas rakyatnya. Seorang suami adalah pemimpin dan akan
dimintai pertanggung jawaban atas keluarganya. Seorang isteri adalah pemimpin di
dalam urusan rumah tangga suaminya, dan akan dimintai pertanggung jawaban
atas urusan rumah tangga tersebut. Seorang pembantu adalah pemimpin dalam
urusan harta tuannya, dan akan dimintai pertanggung jawaban atas urusan
tanggung jawabnya tersebut.” (HR. Bukhari No. 844)
Maka, diantara peran dan tanggungjawab seorang muslimah adalah memberikan
pendirikan yang terbaik kepada anak-anaknya. Masa yang penting dalam
pendidikan kepada mereka adalah apa yang disebut golden-age, masa di mana
anak sangat mudah menyerap segala informasi, belajar tentang segala sesuatu. Dan
ibu adalah orang yang terdekat dengan anak, yang lebih sering berinteraksi dengan
anak. Wahai muslimah, teruslah tempa diri agar menjadi sumber ilmu dan pendidik
pertama bagi anak-anak, yang mampu menanamkan fondasi awal dan utama bagi
generasi yang akan menjadi pemimpin masa depan.
Ketika anak mulai memasuki dunia sekolah, tugas ibu tak lantas menjadi tergantikan
oleh sekolah. Bahkan sang ibu dituntut untuk dapat mengimbangi apa yang
diajarkan di sekolah.
Peran yang demikian strategis ini, menuntut wanita muslimah untuk membekali
dirinya dengan ilmu yang memadai. Maka, mereka harus terus bergerak
meningkatkan kualitas dirinya. Karena untuk mencetak generasi yang berkualitas,
dibutuhkan pendidik yang berkualitas pula. Hal itu berarti, seorang wanitia tidak
boleh berhenti belajar. Teladanilah para shahabiyah yang bahkan meminta kepada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk diberikan kesempatan di hari tertentu
khusus untuk mengajari mereka. Perhatikan hadits berikut ini,
8. وَصَاََّج و
ُعَََْكنِ أَحِ و
َهرَُِ وا
ِه أاَُى و
َ ا
ِه و
هَََُِا وَياَُِ َْ وَاَحََّرََ ََّْ وَرَهَُِ وا
ِه وَلَوٍَ وَرََّجِحكا أَوْننَلَ وَعَلَجَََّ ََََّح
وَمن أَو َنَث ََّن َهَْ ِأَوَِكَث و
ِهَ ََََّماَُلَِ َّامن أَوَماَُا و
َ ا
ِه وَرََّرََ مَوَلمََِّجِ فَ و
إ َهَْ َََِّر َََِّر َْ فَ و
ََّدوَن َََِّر َََِّر َْ
مَوَلَمََِّجَََّ وامَوَََِّكََ وَرَهَُِ وا
ِه أاَُى و
َ ا
ِه و
هَََُِا وَياَُِ َْ واَماَماَُلََ َّامن و
َهَماَُا و
َ ا
ِه
“Seorang wanita menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan
menyampaikan uneg-unegnya, ‘Wahai Rasulullah, orang laki-laki sudah biasa
datang kepadamu dan menimba hadits, maka tolong berilah kami jatah harimu
sehingga kami bisa menemuimu dan anda dapat mengajarkan kepada kami ilmu
yang telah Allah ajarkan kepada anda.’ Rasul mengiyakan dengan bersabda: ‘Boleh,
berkumpullah kalian pada hari ini dan ini, di tempat si fulan dan fulan, ‘ maka para
wanita pun berkumpul dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengajari mereka
ilmu yang telah Allah ajarkan kepada beliau…’” (HR. Bukhari No. 6766)
Dengan begitu akan bermunculan kembali Aisyah-Aisyah yang mempunyai
pemahaman yang luas dan mendalam tentang agamanya
Wahai muslimah, didik putra-putrimu agar mengenal Allah Ta’ala dan taat pada-
Nya, agar gemar membaca dan menghapal kalam-Nya. Ajarkan mereka agar
mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan meneladani beliau. Bekali
mereka dengan akhlak imani, mencintai sesama, menghormati yang tua dan
menyayangi yang muda. Jadilah kalian Khansa-Khansa baru yang siap mencetak
para syuhada.
Ketiga, peran dan tanggung jawab sebagai waziratun li zaujiha (pendamping
suaminya).
Allah Ta’ala memberikan perumpamaan yang indah tentang ikatan suami-istri,
وامَو وُ
َّبَلح وَيَوَح وَيََِّثَْ َْ وُ
َّبَلح واَماَح وَيَُا و
َ ا
ِه وَيَواثَْ وَيََََِّر هدَوَثَََِّّيَِ وَيَوَ َنَثَْ وََّتَََِّ وَيَوَََُِا ََّنَا َْ وَيَوَََا
“Mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka. Allah
mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah
mengampuni kamu dan memberi ma’af kepadamu”. (QS. Al-Baqarah, 2:187)
Dalam kehidupan sehari-hari fungsi pakaian setidaknya ada tiga, yaitu: menutup
aurat, melindungi diri dari panas dan dingin, serta sebagai perhiasan. Begitupula
kehidupan rumah tangga seorang muslim dan muslimah; mereka hendaknya saling
menutupi kekurangan masing-masing, saling melindungi dan memberi manfaat,
serta saling membantu dalam memancarkan kebaikan di tengah-tengah masyarakat.
9. Ayat ini menyampaikan pesan bahwa suami-istri hendaknya saling melengkapi.
Seorang laki-laki biasanya lebih cenderung menggunakan akalnya di dalam
mengatur urusan keluarga. Adapun seorang wanita biasanya lebih cenderung
menggunakan perasaannya di dalam mengatur semua permasalahannya, termasuk
mengatur urusan rumah tangga. Dua kecenderungan ini harus dipadukan sehingga
mewujudkan keseimbangan yang akan membawa kepada kebahagiaan.
Keempat, peran dan tanggung jawab sebagai ukhtan li mujtama’iha (saudara bagi
masyarakatnya).
Muslimah hendaknya turut berkontribusi dalam melakukan perbaikan dan
pembangunan di tengah-tengah masyarakatnya, terutama dalam rangka mencetak
individu yang baik yang kelak menjadi anggota masyarakat yang baik.
Perbaikan masyarakat ada dua macam:
1. Perbaikan yang Zhahir (Nampak). Yaitu perbaikan yang dilakukan di
tempat-tempat terbuka, seperti: masjid, pasar, tempat kerja, dan sejenisnya.
Jenis perbaikan seperti porsinya lebih besar dilakukan oleh kaum laki-laki,
karena merekalah yang lebih banyak beraktivitas di luar rumah.
2. Perbaikan di Balik Tabir.Yaitu perbaikan yang dilakukan di dalam rumah.
Urusan ini biasanya diperankan oleh kaum wanita, karena merekalah yang
menjadi pengatur urusan-urusan internal rumah tangga, sebagaimana
difirmankan oleh Allah Ta’ala,
دَوَكَُ َْ فَ وامَوَِهََِ وَ
ل َْ مَوَجكاَلَِ وَخكلَلَِ و
اَُِّوَََّوِح
ْ أَحَْ َ ِ
“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan
bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu.” (Al-Ahzab: 33)
Bagaimanakah cara yang seharusnya dilakukan oleh wanita muslimah dalam
berkontribusi dalam perbaikan masyarakat? Ada beberapa langkah yang harus
diperhatikan, diantaranya:
1. Menjaga keshalihan, sebagaimana telah dibahas di awal.
2. Fasih di dalam berbicara, yakni mampu mengungkapkan perasaan, ide,
dan gagasan dengan penuh hikmah (berdasarkan ilmu dan kebijaksanaan).
3. Mampu mendidik anak-anaknya dengan baik. Dengan begitu ia telah
berkontribusi dalam memperbaiki masyarakat.
10. 4. Giat dalam berdakwah di lingkungan luar yang memungkinkan baginya.
*****
Guna mewujudkan peran dan tanggung jawabnya tersebut secara seimbang,
hendaknya wanita muslimah mampu melakukan tarbiyah dzatiyah secara
berkesinambungan; yakni menyiapkan dan memanfaatkan sarana pembinaan diri
sehingga dirinya terbentuk menjadi muslimah yang berkepribadian islami di seluruh
sisinya; ilmiah, iman, akhlak, sosial, dan lain sebagainya.
Hal di atas dapat terwujud jika mereka mampu melakukan tandzimul auqat (menata
waktu) dan adaul insyithatil mushalati ila itqanil ‘amal (melakukan kegiatan-kegiatan
yang menunjang terwujudnya amal yang sempurna); diantaranya adalah:
muhasabah, taubat, mencari ilmu dan memperluas wawasan, komitmen dengan
amalan harian, memperbaiki akhlak, melibatkan diri dalam aktivitas dakwah,
mujahadah (bersungguh-sungguh), dan selalu berdo’a.
Wallahu A’lam….