SlideShare a Scribd company logo
PENGENALAN TENTANG SUKU MEE DI PEDALAMAN PAPUA
I. Nama dan Bahasa
a. Nama Suku
Masyarakat Paniai menyebut dirinya sebagai Suku Mee atau sering di sebut juga Ani Mee atau
Ani Makodo Mee. Sebutan ini membedakan sebutan dari luar suku yaitu Suku Moni yang biasanya
menyebut Suku Mee dengan sebutan Suku Ekagi atau Ekari. Dan orang Pantai dalam hal ini Suku
Kamoro yang menyebut Suku Mee Kapauku (Orang Gunung). Kedua sebutan ini, secara umum
tidak diterima oleh Suku Mee, karena berkonotasi negatif 1
.
Suku Mee terdiri dari kurang lebih 136 marga/fam. Marga atau fam inilah yang mendiami seluruh
wilayah Paniai secara umum.
Manusia Mee artinya “Manusia sejati”.
b. Bahasa
Bahasa yang dipakai sebagai alat komunikasi sehari-hari adalah bahasa Mee. Namun dalam
pemakain gaya bahasanya mengikuti tiga dialeg besar yaitu : Dialeg Mapiah, Dialeg Tigi dan
Kamuu, serta Dialeg Paniai (Enagotadi).
Misalnya : Sapaan Kata Selamat: Orang Mapiah menyebut Koha, Orang Kamuu dengan Tigi
menyebut Koha dan Orang Paniai (Enagotadi) menyebutnya koya “Amanai.”2
1 Bdk., Koentjaraningratdkk,Irian Jaya membangun masyarakatmajemuk., ( Djambatan 1992), hal 245.
2 Ibid.,
II. Pengenalan Letak Geografis3
a. lokasi
Suku Mee mendiami jatung pulau Papua yang berbentuk burung Mambruk ini. Dan tempat
kediamannya secara umum disebut Paniai. Kini daerah ini terdiri dari tiga Kabupaten yaitu :
Kabupaten Paniai (Enagotagi), Kabupaten Deyai (Wakeitei/Waghete), dan Kabupaten Dogiyai
(Moanemani). Daerah Paniai memimiliki tiga danau besar yaitu : Danau Paniai, Danau Tage, dan
Danau Tigi. Ketiga danau ini, terletak di Kabupaten Paniai dan Kabupaten Deyai. Sedangkan di
Kabupaten Dogiyai terdapat juga dua Danau Kecil yaitu : Danau Makomo dan Danau Pekawagi.
Kedua danau inilah yang mengiri sepajang Lembah Kamuu sampai di Kali Uta Kokonau Kabupaten
Mimika.
Secara agraris pusat daerah Kabupaten Dogiyai adalah daerah yang subur. Karena letak wilayah
ini pada umumnya lembah yang dikelilingi oleh perbukitan dan gunung yang tinggi. Dan sering di
kenal dengan sebut Lembah Kamuu Yang Hijau (Kamuu Green Valley). Sedangkan Kabupaten Paniai
dengan Kabupaten Deiyai memiliki daerah yang terdiri dari perbukitan dan pegunungan. Dan
merupakan tempat hunian masyarakat. Dan secara agraris kedua daerah ini “kurang subur”.
Untuk menempuh ketiga kabupaten ini, biasanya ditempuh dengan menggunakan Transportasi
Darat dan Transportasi Udara.
Perbatasan berdasarkan letak geografis Suku Mee menunjukan, bahwa di wilayah Paniai bagian
Timur berbatasan dengan Suku Moni. Sedangakan bagian Barat berbatasan dengan Suku Kamoro
(Mimika). Dan bagian Selatan berbatasan dengan Suku Amungme (Agimuga), bagian Utara
berbatasan dengan salah satu suku asli Nabire/pesisir pantai yang biasanya orang mee menyebutnya
dengan istilah orang buna (Nabire).
Dearah Suku Mee merupakan wilayah pelayanan kegerejaan Keuskupan Timika, yang di bagi
dalam dua Dekenat yakni Dekenat Paniai dan Dekenat Kamuu-Mapiah. Dekenat Paniai membawai 9
paroki. Sedangkan Dekenat Kamuu-Mapiah membawai 6 paroki, 4
Daerah Suku Mee merupakan basis pekabaran Injil bukan hanya Agama Katolik, melainkan
Agama Kristen Protestan (Gereja Kingmi Injili). Kedua agama ini mejadi mayoritas di seluruh daerah
Suku Mee.
3 Ibid., 246.
4 Hasil wawancarabersama saudaraRinto Dumatubun asal keuskupan Timika,di wisma Tiga Raja,tgl 22-09-2011.
III. Sistem mata pencarian tradisional
Mata pencarian orang Mee yang pokok adalah bercocok tanam di ladang. Mereka mengenal
sistim pembagian kerja antara wanita, pria, dan anak-anak, dalam kegiatan-kegiatan social seperti
berladang, berburu, mengasuh anak, dan mengatur ekonomi rumah tangga.
Pembagian kerja ini Nampak dari cara mengerjakan kebun, yang mula-mula dilakukan
oleh pria ( yaitu pekerjaan membersihkan alang-alang, menebang pohon, membakar belukar,
batang-batang, serta dahan-dahan kering, dan menggali parit sekeliling lahan ). Kemudian kaum
wanita mengumpulkan sisa-sisa kayu, yang mereka bawa pulang untuk kayu bakar, mencungkil
tanah dengan sekop, dan menanam beberapa jenis tanaman untuk makanan pokok mereka, yaitu
nota,( ubi rambat/jalar ).
Di samping memelihara babi ( Ekina ), orang Mee juga berburu kuskus pohon (Woda)
dan kuskus tanah serta jenis-jenis hewan liar seperti babi hutan, burung kasuari, mambruk, maleo,
dan jenis-jenis binatang lainnya.
Orang Mee juga menangkap ikan dan udang di danau dan sungai. Pekerjaan ini mereka
lakukan pada pagi, sore, dan malam hari dengan menggunakan (ebai), yang mereka benamkan di
dasar danau selama dua-tiga jam, bahkan bermalam.
Peralatan berburu orang Mee terdiri dari parang ( Mawai ), panah ( ukaa ), dan jerat
pohon, dan di samping itu mereka juga dibantu oleh anjing untuk memburu binatang buruannya.
Dengan ilmu gaib mereka mengharapkan dapat memanggil dan menangkap binatang. Orang Mee
menagkap kuskus pohon dengan cara memasang semacam perangkap di atas dahan yang selalu
dilalui oleh binatang tersebut.5
5 Koentjaraningratdkk., Op cit., hal 247-248.
IV. Organisasi Sosial
a. Perkawinan
Perkawinan menurut masyarakat suku Mee adalah ikatan lahir batin antara pria dan
wanita atau suami dan isteri hingga mati. Dengan bertujuan untuk membentuk suatu rumah tangga
yang bahagia berdasarkan nilai hidup yang dimiliki oleh suku Mee. Untuk mempertahankan dan
meneruskan warisan menurut kebapaan, karena system keluarga suku Mee ialah partilinear
(hubungan melalui system garis pria atau yang disebut Bapak ). Menurut pandangan suku Mee,
secara khusunya perkawinan adalah mengadakan atau memberi dan menerima harta maskawin
dalam bahasa Mee disebut Mege Makii dengan Kulit biah dan dedege.6
Rumah tangga orang Mee biasanya terdiri dari suatu keluarga luas. Ada keluarga inti
senior dengan beberapa keluarga yunior, yaitu keluarga inti anak pria 1-2 keluarga inti uxorial dari
menantu, atau keuarga uxorilokal senior dari isteri saudara tua pria ayah. Dengan demikian suatu
rumah tangga kadang-kadang terdiri dari 3-4 keluarga inti.7
b. Keluarga inti dan rumah tangga
Dasar masyarakat Mee adalah keluarga inti monogam. Dalam masyarakat ini tampak gejala
bahwa keluarga inti hanya terdiri dari seorang ibu serta anak-anaknya saja. Keluarga matrifokal yang
banyak terdapat dalam masyarakat Mee agaknya disebabkan karena kaum prianya banyak merantau.
Pada umumnya, tujuan daripada seorang pria merantau tersebut tidak lain adalah, untuk mencari
nafkah/kebutuhan hidup bagi keluarganya. Memang banyak rencana atau tujuan dari seorang
pria/sebagai bapa dalam merantau, namun semuanya demi kelangsungan hidup. Apa saja yang ia
dapat di sana, entah kus-kus (Woda), Mege/dedege, dll.tersebut bila ada kelebihannya, maka ia tetap
pergi menjualnya atau berbisnis di daerah-daerah lain, mis, ia pegi menjual dalam keluaga,
tetangganya (ke Kamuu, Mapiah, Paniai: Enarotali-Obano, bahkan sampai diNabire dan Jayapura).
6 Aprianus Iyai., Makalah Mengenai Perkawinan suku Mee, jayapura 2008.
7 Bdk., Koentjaraningrat., Ibid., hal.248.
c. Pemimpin Masyarakat
Pemimpin masyarakat Mee yang dipilih oleh pemerintah yakni Ondowafi, sedangkan pimpinan
adat disebut Tonowi/Tonawi. Berbagai faktor menentukan apakah ondowafi atau tonowi yang lebih
dominan. Seorang Tonowi akan memperoleh dukungan yang lebih besar apabila ia memiliki ciri-ciri
yang disenangi oleh penduduk. Kewibawaannya biasanya tinggi apabila ia kaya, memiliki banyak
babi dan tanah garapan, beristeri lebih dari satu, ramah, pandai berbicara dan berpidato, dan suka
menolong orang lain. Sedangkan Ondowafi memiliki kekuatan pada kekuasaan yang dipaksakan
kepada penduduk dengan dukungan yang diperolehnya dari atas.8
V. ( Religi )
a. Sistem Kepercayaan Akan Allah
Masyarakat Suku Mee, mengakui dan meyakini adanya Allah baik sebelum dan sesudah adanya
agama sejarah. Sebelum adanya agama mereka menyebut Allah sebagai : Wado-ME (Yang Atas)/
Menaka-Mee ( Bapa Semua Manusia)/ Mepoya-mee (bapa yang kudus). Setelah adanya agama
disebut Ugata-Me (Allah Pencipta), sedangkan Meyiwi (Roh Kudus). Dan Yesus di sebut Menaka9
.
Suku Mee dalam budayanya menghayati agama asli yang terdapat didalamnya hukum-hukum
Allah dalam Kitab Touyemana/ Touyekapogoye ( lembaran sabda/ lembaran kehidupan). Hukum-
hukum Allah dalam kitab tersebut lebih dari sepuluh hukum yang terdapat dan di dalam ajaran
Kristiani.
8 Ibid., hal.249.
9 Hasil wawancara bersama saudaraAnton Mote asal keuskupan Timika,bertempat di wisma Tiga Raja,tgl 15-09-
2011.
b. Upacara-upacara Daur hidup10
Upacara-upacara ini dalam semua kebudayaan di dunia dilaksanakan dalam lingkungan
rumah tangga. Orang Mee pun menyelenggarakan upacara-upacara yang dilakukan
berhubung dengan kehamilan, kelahiran bayi, perkawinan, dan kematian. Seperti dalam
banyak kebudayaan suku bangsa di dunia, masa hamil dalam masyarakat Mee juga dianggap
sebagai masa krisis. Karena itu keluarga yang bersangkutan harus hidup hati-hati dan
menaati berbagai pantangan makan, pantangan jasmaniah, pantangan rohaniah. Pada saat
seorang wanita akan melahirkan, ia diasingkan ke suatu rumah yang terpisah. Proses
kelahiran biasanya ditanggani oleh ibunya sendiri, atau oleh ibu mertuanya, dengan bantuan
seorang dukun dari keturunan Mote Umagopa. Beberapa bulan setelah bayi lahir, diadakan
upacara selamatan secara sederhana. Bayi harus mendapatkan Fam ayahnya.
VI. Kesenian
Masyarakat suku Mee memiliki beragam seni dan budaya : 1. seni rupa ( anak panah dan busur)
2. seni tari ( tarian susu dan tarian koteka) 3. seni suara (14 jenis lagu seperti ; Gowai, Tupe, Wani,
dll). 4. Seni Sastra (cerita-cerita adat dan mitos). Pesta budaya dalam suku Mee yang terkenal disebut
Pesta Yuwo. Atribut adat suku Mee adalah koteka , moge (cawat untuk perempuan), amapa
kagamapa (penutup dada), toyaagiya (noken anggrek), migabai (penutup kepala yang ukuranya
sampai di pinggang tulang belakang), yato (selimut adat untuk perempuan). 11
10 Koentjaraningratdkk., Op Cit., hal.251.
11 Hasil wawancarabersama saudaraAnton Mote asal keuskupan Timika,bertempat di wisma Tiga Raja,tgl 15-09-
2011.
VII. Pengenalan Suku Mee
a. Prinsip Hidup Suku Mee
Masyarakat Suku Mee secara umum mempunyai tiga prinsip hidup Yaitu : Dou (melihat), Yuwii
(dengar), Gai (berpikir), Ekowai (bekerja). Keempat prinsip inilah yang mendasari persiarahan
hidupnya. Atas dasar ini pula Suku Mee selalu berusaha memelihara keutuhan hidup melalui panca
relasi : aku dengan Allah, aku dengan Diriku, aku dengan sesama, aku dengan alam semesta, dan aku
dengan leluhur.
VIII. Relasi Dengan Alam Semesta
Masyarakat suku Mee mimiliki ikatan kuat dengan makro kosmos. Hal ini tidak terlepas dari
pandangan masyarakat terhadap makro kosmos itu sendiri. Masyarakat Mee memandang dan
menyebut Tanah sebagai MAMA dan hewan dan tumbuh-tumbuhan ataupun pepohonan dipandang
sebagai SAHABAT. Mereka ini adalah makluk hidup yang perlu dihargai karena diberi kenyamanan
bagi hidup kita.
Langit dipandang sebagai tahta Allah (wadoMe) dan bumi kediaman Mama (Miyome). Dalam relasi
misalnya diperlihatkan bahwa kalau masyarakat hendak melakukan perjalanan jauh, mereka pamitan
kepada langit (epa) sebagai bapa dan tanah (maki) sebagai mama agar perjalanannya selamat.
Suku Mee percaya bahwa pribadi yang memperhatikan kaidah-kaidah dalam relasi dengan alam akan
mengalami keselamatan dalam hidup. Sementara bagi mereka yang tidak menjaga relasi dengan alam
akan menuai malapetaka.
IX. Relasi Dengan Leluhur
Masyarakat suku Mee relasi dengan Leluhur merupakan salah satu unsur yang penting demi
terciptanya kehidupan yang harmonis. Relasi ini diwujudkan dalam bentuk upacara-upacara adat,
memelihara wasiat-wasiat leluhur dan melaksanakan nilai-nilai hidup yang di wariskan oleh mereka.
Masyarakat suku Mee percaya bahwa para leluhur yang baik (roh), mereka hidup di dunia
ayauwouda/teneuwoda. Mereka yang menjalankan relasi baik dengan leluhur ini akan mengalami
enaatene dan karena itu hidupnya menjadi baik. Sebaliknya mereka yang relasinya buruk dengan
leluhur akan mangalami peutene dan dengan demikian hidupnya menjadi kurang baik. Untuk hal ini
harus di atasi dengan upacara perdamaian dan perhatian terhadap amanat yang mereka sampaikan.
Dan amat itu tentunya sesuatu yang postif dan menyelamatkan.12
12Hasil wawancarabersama saudaraAnton Mote asal keuskupan Timika,bertempat di wisma Tiga Raja,tgl 16-09-
2011.
X. Pendidikan
Pendidikan adat bagi suku Mee tidak diatur secara formal dalam lembaga adat, melainkan ia
berjalan sesuai dengan kebiasaannya yang sudah ada. Dalam hidupnya keluarga mendapat tempat
yang sentral dalam pembentukan nilai-nilai dan norma-norma adat. Bagi anak laki-laki dia akan
mendapatkan pendidikan dari ayahnya melalui nasehat-nasehat, keterlibatan dalam aktivitas sehari-
hari, keterlibatan dalam aktivitas sosial, dan terutama teladan hidup ayahnya. Disini tidak
mengurangi pula peran ibu dalam memperhatikan anaknya terutama pada usia pertumbuhan.
Sedangkan anak perempuan mendapatkan pendidikan dari ibunya melalui nasehat-nasehat,
keterlibatan dalam kegiatan sehari-hari, pembagian peran kerja, keterlibatan dalam kegiatan sosial,
dan terutama teladan yang ditunjukan oleh ibunya.
XI. Perubahan kebudayaan
Karena letak pemukimannya yang terapit oleh deretan-deretan pegunungan yang tinggi
dan lembah-lembah pegunungan yang dalam, maupun oleh sungai-sungai yang mengalir deras penuh
jeram-jeram, maka daerah tempat tinggal orang Mee juga penuh dengan danau-danau besar-kecil dan
rawa-rawa yang maha luas, di tenggah-tenggah hutan rimba tropik yang padat. Maka tak
mengherankan bahwa upaya eksplorasi daerah itu baru terlaksana dalam tahun 1938, danau-danau itu
di ekspedisi dibawah pimpinan F,J, Wissel dua tahun sebelumnya. Baru sejak tahun 1938 itulah
orang Mee melihat orang yang berasal dari luar daerahnya, yaitu para penyiar agama katolik
Belanda.
Pengaruh perilaku dan cara berpikir yang serba asing tentu telah menyebabkan berbagai benturan
nilai budaya. Dalam bidang agama, perubahan yang terjadi adalah bahwa masyarakat Mee sekarang
telah menjalankan syarat-syarat ibadah (Cara/aturan ibadah yang benar /sah). Dan proses
penyesuaian dengan nilai asli lambat-laun terjadi juga.
Setelah Irian Jaya menjadi bagian dari Republik Indonesia, orang Mee lebih banyak mengadakan
kontak dengan dunia luar di berbagai bidang. Orang Mee dan penduduk wilayah pantai ( Pantai
Selatan ) pada umumnya kini memeluk agama katolik dan agama kristen. Dengan pembangunan
masyarakat desa, banyak kelompok Mee yang semula masih hidup mengembara lambat-laun
berubah dan tertarik untuk bermukim secara menetap di dalam desa-desa. 13
13 Koentjaraningratdkk., Op Cit., hal.252.
XII. Paham Tentang Kematian14
Paham tentang kematian menurut orang Mee sejak sediakala dipahaminya sebagai suatu
peralihan dari dunia sementara yang biasanya di sebut dengan kedamakida menuju ke kehidupan
abadi di dunia roh yang biasanya di sebut dengan imoumi imoutou makiyo (tempat abadi).
Beradasarkan paham ini suku Mee berkayakinan adanya keselamatan bagi orang yang hidupnya
baik, maka bagi mereka kematian tidak perlu untuk dikawatirkan. Keyakinan ini dipertegu dengan
penyampain pesan-pesan dari roh orang mati kepada orang yang hidup setelah mengalami kematian.
Sedangkan bagi mereka yang hidupnya tidak baik di dunia kematian menjadi sesuatu yang
menakutkan karena setelah mati rohnya akan mengalami malapetaka di peuteneuwouda. Roh yang
demikian perlu adakan ritus perdamaian agar ia selamat serta keluarga yang masih hidup tidak
diganggu olehnya. Jadi, bagi orang suku Mee dunia ini adalah tempat sementara (kedaamaki) dan
dunia penentuan (enama peuma witokaida) untuk kekekalan hidup di dunia roh.
XIII. Paham Tentang Keselamatan15
Keselamaatan yang diperjuangkan oleh suku Mee adalah keselamatan kini dan
keselamatan kelak. Paham tentang keselamatan ini dihayatinya dalam dua kata yang saling
berhubungan yaitu Ayii dan Mobu. Kata ayii diistilahkan dengan selamat baik di dunia maupun di
surga. Lalu, istilah kata mobu mengandung pengertian puas, kenyang, tidak mengalami kesusahan
baik di dunia maupun kelak. Menurut orang Mee ayii dan mobu bukan sesuatu yang datang dengan
sendiri melainkan harus diperoleh melalui usaha dan perjuangan manusia. Karena itu, orang Mee
pada umumnya orang yang suka bekerja keras. Bagi orang Mee hidup ini tidak boleh santai-santai,
malas-malas, dan masa bodoh dengan tugas dan kewajiban-kewajiban karena hidup demikian akan
membuat orang menjadi daba-dabamee (orang yang/miskin kerdil). Hidup harus dijalaninya dengan
serius menjalankan tugas-tugas dan kewajiban-kewajiban agar ia menjadi tonawimee, sehingga ayii
dan mobu bisa diperoleh baik di dunia ketika ia masih hidup maupun di akhirat setelah beralih ke
dunia kekal tempat roh-roh berkumpul. Akhirnya, masyarakat suku Mee menyadari bahwa Allah
(Ugata-Me) adalah sumber kehidupan (umi tou ipuwe-Me). Ugatame yang secara gratis memberi
kehidupan maka hidup ini tidak boleh disia-siakan. Maka segala sesuatu harus dihadapinya atas dasar
IPA (Kasih), MAAGAI (Iman), TEDEMAI (Bertobat) dan DIODOU (pantang dan puasa) dalam
rangka mencapai AYII dan MOBU itu
14 Hasil wawancarabersama saudaraAnton Mote, bertempat di wisma Tiga Raja,pada tgl,16-09- 2011.
15 Hasil wawancarabersama saudaraAnton Mote, bertempat di wisma Tiga Raja, pada tgl,16-09-2011.
XIV. Penutup
a. Kesimpulan
Secara keseluruhan makalah menyangkut suku yang berada di Papua terutama yang
diteliti atau ditelusuri oleh saya yakni suku Mee “Manusia Sejati” yang berada di Pedalaman Papua.
Saya menyadari bahwa dengan menyusun makalah ini dapat membantu wawasan saya sejauh mana
yang bisa dapat dipahami oleh pribadi saya sendiri. Untuk menyususun makalah ini, sebisa mungkin
menimba informasi entah itu lewat pustaka ataupun melalui wawancara bersama narasumber yang
dapat dipercaya dan diuji kebenarannya.
Ketika menyusun tulisan mengenai Suku Mee, saya melihat adanya perubahan yang
lumayan banyak dilalui atau dijalani oleh manusia Mee dari tahun 1938 sampai masa kini. Dan
dengan proses penyesuaian itulah manusia Mee dapat berkembang dengan sungguh-sungguh dari
waktu-ke waktu.
Inti yang hendak digali dalam tulisan mengenai manusia Mee yakni, etnografi yang jelas
dan real untuk saman sekarang. Hal lainnya yakni, proses penyesuaian diri manusia Mee yang luar
biasa terhadap perkembangan dunia pada saman ini atua lebih dikenal dengan budaya milenium abad
21.
b. Saran
Saran yang hendak di kemukakan oleh saya yaitu:
Pertama, kalau bisa suku-suku yang hendak ditelusuri oleh mahasiswa harus memiliki
sumber yang cukup.
Kedua, mahasiswa harus bekerja keras untuk mencari sumber entah itu harus
mengeluarkan dana dan energi untuk tugas seperti ini.
Apa yang ditulis oleh kelompok suku Mee, ini merupakan gambaran singkat yang ditulis secara
tematis. Hal-hal yang tidak ditulis dan dijelaskan dalam pembahasan ini merupakan PR (pekerjaan
rumah) kita masing-masing untuk mempelajarinya secara lebih lanjut sesuai dengan cara kita
masing-masing. IDEE UMINA (TERIMA KASIH BANYAK),… KOYA, KOHA, AMANAI!
BAGAIMANA MENGHARGAI BUDAYA SETEMPAT
1. TIDAK MENJELEKkAN BUDAYA ORANG LAIN.
2. Menyadari bahwa budaya orang lain pun memiliki nilai-nilai luhur sebagai
bagian dari kekayaan Indonesia dan anugerah Tuhan.
3. Menanamkan sikap mencintai, menghormati, dan bangga akan budaya sendiri.
TUGAS MAKALAH ANTROPOLOGI PAPUA
Herman Yoseph Betu
Tingkat II STFT “Fajar Timur”
Pengenalan Bersama Suku MEE Papua
Daftar Isi
I. Nama dan bahasa
a. Nama
b. Bahasa
II. Pengenalan Letak Geografis
a. Lokasi
III. Sistem Mata Pencaharian Tradisional
IV. Organisasi Sosial
a. Perkawinan
b. Keluarga Inti dan Rumah tangga
c. Pemimpin Masyarakat
V. Religi
a. Sistem kepercayaan Kepada Allah
b. Upacara-upacara Daur Hidup
VI. Kesenian
VII. Pengenalan Suku Mee
a. Prinsip Hidup suku Mee
VIII. Relasi dengan Alam Semesta
IX. Relasi dengan Para Leluhur
X. Pendidikan
XI. Perubahan Kebudayaan
XII. Paham Tentang kematian
XIII. Paham Tentang Keselamatan
XIV. Penutup
a. Kesimpulan
b. Saran
Pengenalan tentang suku mee  gagian ii
Pengenalan tentang suku mee  gagian ii

More Related Content

What's hot

MAKALAH PENELITIAN TENTANG FERMENTASI PADA TAPE SINGKONG
MAKALAH PENELITIAN TENTANG FERMENTASI PADA TAPE SINGKONGMAKALAH PENELITIAN TENTANG FERMENTASI PADA TAPE SINGKONG
MAKALAH PENELITIAN TENTANG FERMENTASI PADA TAPE SINGKONGFirdika Arini
 
Materi teknik persidangan dalam organisasi
Materi teknik persidangan dalam organisasiMateri teknik persidangan dalam organisasi
Materi teknik persidangan dalam organisasi
Apriadi MA
 
Bab 5: Jenis-jenis Peta dan Fungsi
Bab 5:   Jenis-jenis Peta dan FungsiBab 5:   Jenis-jenis Peta dan Fungsi
Bab 5: Jenis-jenis Peta dan Fungsi
Jaringan Kerja Pemetaan Partisipatif
 
Makalah budidaya ikan lele
Makalah budidaya ikan leleMakalah budidaya ikan lele
Makalah budidaya ikan lele
Photo Setudio Planet solo grand mall
 
Makalah komunikasi
Makalah komunikasiMakalah komunikasi
Makalah komunikasi
Warnet Raha
 
Laporan Mie Sayur Bayam
Laporan Mie Sayur BayamLaporan Mie Sayur Bayam
Laporan Mie Sayur Bayam
Dea Shofiana Lathifah
 
Manusia, Keragaman dan Kesetaraan
Manusia, Keragaman dan Kesetaraan Manusia, Keragaman dan Kesetaraan
Manusia, Keragaman dan Kesetaraan
pjj_kemenkes
 
7 unsur kebudayaan universal menurut koentjaraningrat
7 unsur kebudayaan universal menurut koentjaraningrat7 unsur kebudayaan universal menurut koentjaraningrat
7 unsur kebudayaan universal menurut koentjaraningrat
suryadi man ic
 
Presentasi sidang KTI
Presentasi sidang KTIPresentasi sidang KTI
Presentasi sidang KTI
Brawijaya University
 
Kripik pisang davi
Kripik pisang daviKripik pisang davi
Kripik pisang davi
noviyulia2
 
Bagaimana manusia bertuhan-- materi kuliah agama islam
Bagaimana manusia bertuhan-- materi kuliah agama islamBagaimana manusia bertuhan-- materi kuliah agama islam
Bagaimana manusia bertuhan-- materi kuliah agama islam
chusnaqumillaila
 
Nutrition Care Process (NCP) Obesitas Dewasa
Nutrition Care Process (NCP) Obesitas DewasaNutrition Care Process (NCP) Obesitas Dewasa
Nutrition Care Process (NCP) Obesitas Dewasa
BEM POLTEKKES KEMENKES TASIKMALAYA
 
Mollusca (2)(1)
Mollusca (2)(1)Mollusca (2)(1)
Mollusca (2)(1)
Kurnia Wati
 
ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR MANUSIA DAN LINGKUNGAN
ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR MANUSIA DAN LINGKUNGANILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR MANUSIA DAN LINGKUNGAN
ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR MANUSIA DAN LINGKUNGAN
EnvaPya
 
Eksistensi dan Urgensi Akhlak Dalam Kehidupan
Eksistensi dan Urgensi Akhlak Dalam KehidupanEksistensi dan Urgensi Akhlak Dalam Kehidupan
Eksistensi dan Urgensi Akhlak Dalam Kehidupan
Oki Ma'arif
 
Akhlak, Moral, dan Etika dalam Islam
Akhlak, Moral, dan Etika dalam IslamAkhlak, Moral, dan Etika dalam Islam
Akhlak, Moral, dan Etika dalam Islam
Novita Widianingsih
 
Makalah Media Sosial - ENSCHAi
Makalah Media Sosial - ENSCHAiMakalah Media Sosial - ENSCHAi
Makalah Media Sosial - ENSCHAiAlluka Tita
 

What's hot (20)

Program kerja sekum
Program kerja sekumProgram kerja sekum
Program kerja sekum
 
MAKALAH PENELITIAN TENTANG FERMENTASI PADA TAPE SINGKONG
MAKALAH PENELITIAN TENTANG FERMENTASI PADA TAPE SINGKONGMAKALAH PENELITIAN TENTANG FERMENTASI PADA TAPE SINGKONG
MAKALAH PENELITIAN TENTANG FERMENTASI PADA TAPE SINGKONG
 
Materi teknik persidangan dalam organisasi
Materi teknik persidangan dalam organisasiMateri teknik persidangan dalam organisasi
Materi teknik persidangan dalam organisasi
 
Makalah protein
Makalah proteinMakalah protein
Makalah protein
 
Bab 5: Jenis-jenis Peta dan Fungsi
Bab 5:   Jenis-jenis Peta dan FungsiBab 5:   Jenis-jenis Peta dan Fungsi
Bab 5: Jenis-jenis Peta dan Fungsi
 
Makalah budidaya ikan lele
Makalah budidaya ikan leleMakalah budidaya ikan lele
Makalah budidaya ikan lele
 
Kasus obesitas anak
Kasus obesitas anakKasus obesitas anak
Kasus obesitas anak
 
Makalah komunikasi
Makalah komunikasiMakalah komunikasi
Makalah komunikasi
 
Laporan Mie Sayur Bayam
Laporan Mie Sayur BayamLaporan Mie Sayur Bayam
Laporan Mie Sayur Bayam
 
Manusia, Keragaman dan Kesetaraan
Manusia, Keragaman dan Kesetaraan Manusia, Keragaman dan Kesetaraan
Manusia, Keragaman dan Kesetaraan
 
7 unsur kebudayaan universal menurut koentjaraningrat
7 unsur kebudayaan universal menurut koentjaraningrat7 unsur kebudayaan universal menurut koentjaraningrat
7 unsur kebudayaan universal menurut koentjaraningrat
 
Presentasi sidang KTI
Presentasi sidang KTIPresentasi sidang KTI
Presentasi sidang KTI
 
Kripik pisang davi
Kripik pisang daviKripik pisang davi
Kripik pisang davi
 
Bagaimana manusia bertuhan-- materi kuliah agama islam
Bagaimana manusia bertuhan-- materi kuliah agama islamBagaimana manusia bertuhan-- materi kuliah agama islam
Bagaimana manusia bertuhan-- materi kuliah agama islam
 
Nutrition Care Process (NCP) Obesitas Dewasa
Nutrition Care Process (NCP) Obesitas DewasaNutrition Care Process (NCP) Obesitas Dewasa
Nutrition Care Process (NCP) Obesitas Dewasa
 
Mollusca (2)(1)
Mollusca (2)(1)Mollusca (2)(1)
Mollusca (2)(1)
 
ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR MANUSIA DAN LINGKUNGAN
ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR MANUSIA DAN LINGKUNGANILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR MANUSIA DAN LINGKUNGAN
ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR MANUSIA DAN LINGKUNGAN
 
Eksistensi dan Urgensi Akhlak Dalam Kehidupan
Eksistensi dan Urgensi Akhlak Dalam KehidupanEksistensi dan Urgensi Akhlak Dalam Kehidupan
Eksistensi dan Urgensi Akhlak Dalam Kehidupan
 
Akhlak, Moral, dan Etika dalam Islam
Akhlak, Moral, dan Etika dalam IslamAkhlak, Moral, dan Etika dalam Islam
Akhlak, Moral, dan Etika dalam Islam
 
Makalah Media Sosial - ENSCHAi
Makalah Media Sosial - ENSCHAiMakalah Media Sosial - ENSCHAi
Makalah Media Sosial - ENSCHAi
 

Similar to Pengenalan tentang suku mee gagian ii

Suku dani elang_smancip
Suku dani elang_smancipSuku dani elang_smancip
Suku dani elang_smancipYadi Kustiana
 
Suku dani elang_smancip
Suku dani elang_smancipSuku dani elang_smancip
Suku dani elang_smancipYadi Kustiana
 
Suku dani elang_smancip
Suku dani elang_smancipSuku dani elang_smancip
Suku dani elang_smancipYadi Kustiana
 
Suku dani elang_smancip
Suku dani elang_smancipSuku dani elang_smancip
Suku dani elang_smancipMuhammad Muda
 
Suku dani elang_smancip
Suku dani elang_smancipSuku dani elang_smancip
Suku dani elang_smancipYadi Kustiana
 
Pressentasi tentang suku dani
Pressentasi tentang suku daniPressentasi tentang suku dani
Pressentasi tentang suku daniMuhamad Yoga
 
Suku dani elang_smancip
Suku dani elang_smancipSuku dani elang_smancip
Suku dani elang_smancipYadi Kustiana
 
Masyarakat Tradisional
Masyarakat TradisionalMasyarakat Tradisional
Masyarakat Tradisional
Octaviana Adn
 
53313116 sejarah-tingkatan-1-bab-11
53313116 sejarah-tingkatan-1-bab-1153313116 sejarah-tingkatan-1-bab-11
53313116 sejarah-tingkatan-1-bab-11
Ashvini Velayudham
 
Topik 2 kesedaran budaya 2b
Topik 2 kesedaran budaya 2bTopik 2 kesedaran budaya 2b
Topik 2 kesedaran budaya 2bshare with me
 
Suku kubu
Suku kubuSuku kubu
Suku kubu
Saab Sanchez
 
kebudayaan desa baopana
kebudayaan desa baopanakebudayaan desa baopana
kebudayaan desa baopana
Erick Ruing
 
kebudayaan desa baopana
kebudayaan desa baopanakebudayaan desa baopana
kebudayaan desa baopanaErick Ruing
 
2020407007-Suku-Dayak.pptx
2020407007-Suku-Dayak.pptx2020407007-Suku-Dayak.pptx
2020407007-Suku-Dayak.pptx
DodiSyahbana
 
328920698-Suku-Dayak.pptx
328920698-Suku-Dayak.pptx328920698-Suku-Dayak.pptx
328920698-Suku-Dayak.pptx
DodiSyahbana
 
Sejarah f1 bab 11 sabah
Sejarah f1 bab 11 sabahSejarah f1 bab 11 sabah
Sejarah f1 bab 11 sabah
pseudon
 
PPKn SMK FASE E KEBERAGAMAN.pptx
PPKn SMK FASE E KEBERAGAMAN.pptxPPKn SMK FASE E KEBERAGAMAN.pptx
PPKn SMK FASE E KEBERAGAMAN.pptx
KomingBlank
 
Bahan-kuliah Ethnograpy-papua
Bahan-kuliah Ethnograpy-papuaBahan-kuliah Ethnograpy-papua
Bahan-kuliah Ethnograpy-papua
TriAdrianiWahid
 

Similar to Pengenalan tentang suku mee gagian ii (20)

Suku dani elang_smancip
Suku dani elang_smancipSuku dani elang_smancip
Suku dani elang_smancip
 
Suku dani elang_smancip
Suku dani elang_smancipSuku dani elang_smancip
Suku dani elang_smancip
 
Suku dani elang_smancip
Suku dani elang_smancipSuku dani elang_smancip
Suku dani elang_smancip
 
Suku dani elang_smancip
Suku dani elang_smancipSuku dani elang_smancip
Suku dani elang_smancip
 
Suku dani elang_smancip
Suku dani elang_smancipSuku dani elang_smancip
Suku dani elang_smancip
 
Kebudayaan papua
Kebudayaan papuaKebudayaan papua
Kebudayaan papua
 
Pressentasi tentang suku dani
Pressentasi tentang suku daniPressentasi tentang suku dani
Pressentasi tentang suku dani
 
Suku dani elang_smancip
Suku dani elang_smancipSuku dani elang_smancip
Suku dani elang_smancip
 
Masyarakat Tradisional
Masyarakat TradisionalMasyarakat Tradisional
Masyarakat Tradisional
 
53313116 sejarah-tingkatan-1-bab-11
53313116 sejarah-tingkatan-1-bab-1153313116 sejarah-tingkatan-1-bab-11
53313116 sejarah-tingkatan-1-bab-11
 
Topik 2 kesedaran budaya 2b
Topik 2 kesedaran budaya 2bTopik 2 kesedaran budaya 2b
Topik 2 kesedaran budaya 2b
 
Suku kubu
Suku kubuSuku kubu
Suku kubu
 
kebudayaan desa baopana
kebudayaan desa baopanakebudayaan desa baopana
kebudayaan desa baopana
 
kebudayaan desa baopana
kebudayaan desa baopanakebudayaan desa baopana
kebudayaan desa baopana
 
2020407007-Suku-Dayak.pptx
2020407007-Suku-Dayak.pptx2020407007-Suku-Dayak.pptx
2020407007-Suku-Dayak.pptx
 
328920698-Suku-Dayak.pptx
328920698-Suku-Dayak.pptx328920698-Suku-Dayak.pptx
328920698-Suku-Dayak.pptx
 
Suku melayu
Suku melayuSuku melayu
Suku melayu
 
Sejarah f1 bab 11 sabah
Sejarah f1 bab 11 sabahSejarah f1 bab 11 sabah
Sejarah f1 bab 11 sabah
 
PPKn SMK FASE E KEBERAGAMAN.pptx
PPKn SMK FASE E KEBERAGAMAN.pptxPPKn SMK FASE E KEBERAGAMAN.pptx
PPKn SMK FASE E KEBERAGAMAN.pptx
 
Bahan-kuliah Ethnograpy-papua
Bahan-kuliah Ethnograpy-papuaBahan-kuliah Ethnograpy-papua
Bahan-kuliah Ethnograpy-papua
 

More from Papua Makituma

Kesetian hubungan suami
Kesetian hubungan suamiKesetian hubungan suami
Kesetian hubungan suami
Papua Makituma
 
Pelangi Hijauh
Pelangi HijauhPelangi Hijauh
Pelangi Hijauh
Papua Makituma
 
Puisi O....oh mimpi
Puisi O....oh mimpiPuisi O....oh mimpi
Puisi O....oh mimpi
Papua Makituma
 
Motivasi untuk kita
Motivasi untuk kitaMotivasi untuk kita
Motivasi untuk kita
Papua Makituma
 
Firman Filsafat Manusia
Firman Filsafat ManusiaFirman Filsafat Manusia
Firman Filsafat Manusia
Papua Makituma
 
Filsafat budaya Rancangan Perkulihan
Filsafat budaya Rancangan PerkulihanFilsafat budaya Rancangan Perkulihan
Filsafat budaya Rancangan Perkulihan
Papua Makituma
 
Etika pengantar umum
Etika  pengantar umumEtika  pengantar umum
Etika pengantar umum
Papua Makituma
 
Demi waktu
Demi waktuDemi waktu
Demi waktu
Papua Makituma
 
100 dasar kehidupan menuju sukses anda
100 dasar kehidupan menuju sukses anda100 dasar kehidupan menuju sukses anda
100 dasar kehidupan menuju sukses anda
Papua Makituma
 
Status yuridis penentuan pendapat rakyat
Status yuridis penentuan pendapat rakyatStatus yuridis penentuan pendapat rakyat
Status yuridis penentuan pendapat rakyat
Papua Makituma
 
Pepera menurut tni
Pepera menurut tniPepera menurut tni
Pepera menurut tni
Papua Makituma
 
Pepera 69.doc indoo
Pepera 69.doc indooPepera 69.doc indoo
Pepera 69.doc indoo
Papua Makituma
 

More from Papua Makituma (12)

Kesetian hubungan suami
Kesetian hubungan suamiKesetian hubungan suami
Kesetian hubungan suami
 
Pelangi Hijauh
Pelangi HijauhPelangi Hijauh
Pelangi Hijauh
 
Puisi O....oh mimpi
Puisi O....oh mimpiPuisi O....oh mimpi
Puisi O....oh mimpi
 
Motivasi untuk kita
Motivasi untuk kitaMotivasi untuk kita
Motivasi untuk kita
 
Firman Filsafat Manusia
Firman Filsafat ManusiaFirman Filsafat Manusia
Firman Filsafat Manusia
 
Filsafat budaya Rancangan Perkulihan
Filsafat budaya Rancangan PerkulihanFilsafat budaya Rancangan Perkulihan
Filsafat budaya Rancangan Perkulihan
 
Etika pengantar umum
Etika  pengantar umumEtika  pengantar umum
Etika pengantar umum
 
Demi waktu
Demi waktuDemi waktu
Demi waktu
 
100 dasar kehidupan menuju sukses anda
100 dasar kehidupan menuju sukses anda100 dasar kehidupan menuju sukses anda
100 dasar kehidupan menuju sukses anda
 
Status yuridis penentuan pendapat rakyat
Status yuridis penentuan pendapat rakyatStatus yuridis penentuan pendapat rakyat
Status yuridis penentuan pendapat rakyat
 
Pepera menurut tni
Pepera menurut tniPepera menurut tni
Pepera menurut tni
 
Pepera 69.doc indoo
Pepera 69.doc indooPepera 69.doc indoo
Pepera 69.doc indoo
 

Recently uploaded

bahan belajar Application Programming Interface (API) Gateway
bahan belajar Application Programming Interface (API) Gatewaybahan belajar Application Programming Interface (API) Gateway
bahan belajar Application Programming Interface (API) Gateway
subbidtekinfo813
 
Contoh Presentasi Akreditasi pada Puskesmas
Contoh Presentasi Akreditasi pada PuskesmasContoh Presentasi Akreditasi pada Puskesmas
Contoh Presentasi Akreditasi pada Puskesmas
puskesmaswarsa50
 
Modul Ajar Seni Rupa - Melukis Pemandangan - Fase B.pdf
Modul Ajar Seni Rupa - Melukis Pemandangan  - Fase B.pdfModul Ajar Seni Rupa - Melukis Pemandangan  - Fase B.pdf
Modul Ajar Seni Rupa - Melukis Pemandangan - Fase B.pdf
MiliaSumendap
 
Kisi-Kisi Asesmen Madrasah Akidah Akhlak MTs Arridho Tahun Pelajaran 2023-202...
Kisi-Kisi Asesmen Madrasah Akidah Akhlak MTs Arridho Tahun Pelajaran 2023-202...Kisi-Kisi Asesmen Madrasah Akidah Akhlak MTs Arridho Tahun Pelajaran 2023-202...
Kisi-Kisi Asesmen Madrasah Akidah Akhlak MTs Arridho Tahun Pelajaran 2023-202...
mtsarridho
 
PERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIP
PERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIPPERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIP
PERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIP
Pemdes Wonoyoso
 
SURAT KEPUTUSAN TENTANG KAMPUNG BERKUALITAS
SURAT KEPUTUSAN TENTANG KAMPUNG BERKUALITASSURAT KEPUTUSAN TENTANG KAMPUNG BERKUALITAS
SURAT KEPUTUSAN TENTANG KAMPUNG BERKUALITAS
Pemdes Wonoyoso
 
Pulupugbglueysoyaoyatiaitstisitatjsigsktstj.pdf
Pulupugbglueysoyaoyatiaitstisitatjsigsktstj.pdfPulupugbglueysoyaoyatiaitstisitatjsigsktstj.pdf
Pulupugbglueysoyaoyatiaitstisitatjsigsktstj.pdf
MRoyanzainuddin9A
 
Konsep dasar asuhan neonatus ,bayi dan balita
Konsep dasar asuhan neonatus ,bayi dan balitaKonsep dasar asuhan neonatus ,bayi dan balita
Konsep dasar asuhan neonatus ,bayi dan balita
Dilasambong
 
Pertemuan 9 - PERT CPM.pdfPertemuan 9 - PERT CPM.pdf
Pertemuan 9 - PERT CPM.pdfPertemuan 9 - PERT CPM.pdfPertemuan 9 - PERT CPM.pdfPertemuan 9 - PERT CPM.pdf
Pertemuan 9 - PERT CPM.pdfPertemuan 9 - PERT CPM.pdf
idoer11
 
manajer lapangan pelaksana gedung SKK JENJANG 6
manajer lapangan pelaksana gedung SKK JENJANG 6manajer lapangan pelaksana gedung SKK JENJANG 6
manajer lapangan pelaksana gedung SKK JENJANG 6
MhdFadliansyah1
 
CONTOH CATATAN OBSERVASI KEPALA SEKOLAH.docx
CONTOH CATATAN OBSERVASI KEPALA SEKOLAH.docxCONTOH CATATAN OBSERVASI KEPALA SEKOLAH.docx
CONTOH CATATAN OBSERVASI KEPALA SEKOLAH.docx
WagKuza
 

Recently uploaded (11)

bahan belajar Application Programming Interface (API) Gateway
bahan belajar Application Programming Interface (API) Gatewaybahan belajar Application Programming Interface (API) Gateway
bahan belajar Application Programming Interface (API) Gateway
 
Contoh Presentasi Akreditasi pada Puskesmas
Contoh Presentasi Akreditasi pada PuskesmasContoh Presentasi Akreditasi pada Puskesmas
Contoh Presentasi Akreditasi pada Puskesmas
 
Modul Ajar Seni Rupa - Melukis Pemandangan - Fase B.pdf
Modul Ajar Seni Rupa - Melukis Pemandangan  - Fase B.pdfModul Ajar Seni Rupa - Melukis Pemandangan  - Fase B.pdf
Modul Ajar Seni Rupa - Melukis Pemandangan - Fase B.pdf
 
Kisi-Kisi Asesmen Madrasah Akidah Akhlak MTs Arridho Tahun Pelajaran 2023-202...
Kisi-Kisi Asesmen Madrasah Akidah Akhlak MTs Arridho Tahun Pelajaran 2023-202...Kisi-Kisi Asesmen Madrasah Akidah Akhlak MTs Arridho Tahun Pelajaran 2023-202...
Kisi-Kisi Asesmen Madrasah Akidah Akhlak MTs Arridho Tahun Pelajaran 2023-202...
 
PERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIP
PERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIPPERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIP
PERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIP
 
SURAT KEPUTUSAN TENTANG KAMPUNG BERKUALITAS
SURAT KEPUTUSAN TENTANG KAMPUNG BERKUALITASSURAT KEPUTUSAN TENTANG KAMPUNG BERKUALITAS
SURAT KEPUTUSAN TENTANG KAMPUNG BERKUALITAS
 
Pulupugbglueysoyaoyatiaitstisitatjsigsktstj.pdf
Pulupugbglueysoyaoyatiaitstisitatjsigsktstj.pdfPulupugbglueysoyaoyatiaitstisitatjsigsktstj.pdf
Pulupugbglueysoyaoyatiaitstisitatjsigsktstj.pdf
 
Konsep dasar asuhan neonatus ,bayi dan balita
Konsep dasar asuhan neonatus ,bayi dan balitaKonsep dasar asuhan neonatus ,bayi dan balita
Konsep dasar asuhan neonatus ,bayi dan balita
 
Pertemuan 9 - PERT CPM.pdfPertemuan 9 - PERT CPM.pdf
Pertemuan 9 - PERT CPM.pdfPertemuan 9 - PERT CPM.pdfPertemuan 9 - PERT CPM.pdfPertemuan 9 - PERT CPM.pdf
Pertemuan 9 - PERT CPM.pdfPertemuan 9 - PERT CPM.pdf
 
manajer lapangan pelaksana gedung SKK JENJANG 6
manajer lapangan pelaksana gedung SKK JENJANG 6manajer lapangan pelaksana gedung SKK JENJANG 6
manajer lapangan pelaksana gedung SKK JENJANG 6
 
CONTOH CATATAN OBSERVASI KEPALA SEKOLAH.docx
CONTOH CATATAN OBSERVASI KEPALA SEKOLAH.docxCONTOH CATATAN OBSERVASI KEPALA SEKOLAH.docx
CONTOH CATATAN OBSERVASI KEPALA SEKOLAH.docx
 

Pengenalan tentang suku mee gagian ii

  • 1. PENGENALAN TENTANG SUKU MEE DI PEDALAMAN PAPUA I. Nama dan Bahasa a. Nama Suku Masyarakat Paniai menyebut dirinya sebagai Suku Mee atau sering di sebut juga Ani Mee atau Ani Makodo Mee. Sebutan ini membedakan sebutan dari luar suku yaitu Suku Moni yang biasanya menyebut Suku Mee dengan sebutan Suku Ekagi atau Ekari. Dan orang Pantai dalam hal ini Suku Kamoro yang menyebut Suku Mee Kapauku (Orang Gunung). Kedua sebutan ini, secara umum tidak diterima oleh Suku Mee, karena berkonotasi negatif 1 . Suku Mee terdiri dari kurang lebih 136 marga/fam. Marga atau fam inilah yang mendiami seluruh wilayah Paniai secara umum. Manusia Mee artinya “Manusia sejati”. b. Bahasa Bahasa yang dipakai sebagai alat komunikasi sehari-hari adalah bahasa Mee. Namun dalam pemakain gaya bahasanya mengikuti tiga dialeg besar yaitu : Dialeg Mapiah, Dialeg Tigi dan Kamuu, serta Dialeg Paniai (Enagotadi). Misalnya : Sapaan Kata Selamat: Orang Mapiah menyebut Koha, Orang Kamuu dengan Tigi menyebut Koha dan Orang Paniai (Enagotadi) menyebutnya koya “Amanai.”2 1 Bdk., Koentjaraningratdkk,Irian Jaya membangun masyarakatmajemuk., ( Djambatan 1992), hal 245. 2 Ibid.,
  • 2. II. Pengenalan Letak Geografis3 a. lokasi Suku Mee mendiami jatung pulau Papua yang berbentuk burung Mambruk ini. Dan tempat kediamannya secara umum disebut Paniai. Kini daerah ini terdiri dari tiga Kabupaten yaitu : Kabupaten Paniai (Enagotagi), Kabupaten Deyai (Wakeitei/Waghete), dan Kabupaten Dogiyai (Moanemani). Daerah Paniai memimiliki tiga danau besar yaitu : Danau Paniai, Danau Tage, dan Danau Tigi. Ketiga danau ini, terletak di Kabupaten Paniai dan Kabupaten Deyai. Sedangkan di Kabupaten Dogiyai terdapat juga dua Danau Kecil yaitu : Danau Makomo dan Danau Pekawagi. Kedua danau inilah yang mengiri sepajang Lembah Kamuu sampai di Kali Uta Kokonau Kabupaten Mimika. Secara agraris pusat daerah Kabupaten Dogiyai adalah daerah yang subur. Karena letak wilayah ini pada umumnya lembah yang dikelilingi oleh perbukitan dan gunung yang tinggi. Dan sering di kenal dengan sebut Lembah Kamuu Yang Hijau (Kamuu Green Valley). Sedangkan Kabupaten Paniai dengan Kabupaten Deiyai memiliki daerah yang terdiri dari perbukitan dan pegunungan. Dan merupakan tempat hunian masyarakat. Dan secara agraris kedua daerah ini “kurang subur”. Untuk menempuh ketiga kabupaten ini, biasanya ditempuh dengan menggunakan Transportasi Darat dan Transportasi Udara. Perbatasan berdasarkan letak geografis Suku Mee menunjukan, bahwa di wilayah Paniai bagian Timur berbatasan dengan Suku Moni. Sedangakan bagian Barat berbatasan dengan Suku Kamoro (Mimika). Dan bagian Selatan berbatasan dengan Suku Amungme (Agimuga), bagian Utara berbatasan dengan salah satu suku asli Nabire/pesisir pantai yang biasanya orang mee menyebutnya dengan istilah orang buna (Nabire). Dearah Suku Mee merupakan wilayah pelayanan kegerejaan Keuskupan Timika, yang di bagi dalam dua Dekenat yakni Dekenat Paniai dan Dekenat Kamuu-Mapiah. Dekenat Paniai membawai 9 paroki. Sedangkan Dekenat Kamuu-Mapiah membawai 6 paroki, 4 Daerah Suku Mee merupakan basis pekabaran Injil bukan hanya Agama Katolik, melainkan Agama Kristen Protestan (Gereja Kingmi Injili). Kedua agama ini mejadi mayoritas di seluruh daerah Suku Mee. 3 Ibid., 246. 4 Hasil wawancarabersama saudaraRinto Dumatubun asal keuskupan Timika,di wisma Tiga Raja,tgl 22-09-2011.
  • 3. III. Sistem mata pencarian tradisional Mata pencarian orang Mee yang pokok adalah bercocok tanam di ladang. Mereka mengenal sistim pembagian kerja antara wanita, pria, dan anak-anak, dalam kegiatan-kegiatan social seperti berladang, berburu, mengasuh anak, dan mengatur ekonomi rumah tangga. Pembagian kerja ini Nampak dari cara mengerjakan kebun, yang mula-mula dilakukan oleh pria ( yaitu pekerjaan membersihkan alang-alang, menebang pohon, membakar belukar, batang-batang, serta dahan-dahan kering, dan menggali parit sekeliling lahan ). Kemudian kaum wanita mengumpulkan sisa-sisa kayu, yang mereka bawa pulang untuk kayu bakar, mencungkil tanah dengan sekop, dan menanam beberapa jenis tanaman untuk makanan pokok mereka, yaitu nota,( ubi rambat/jalar ). Di samping memelihara babi ( Ekina ), orang Mee juga berburu kuskus pohon (Woda) dan kuskus tanah serta jenis-jenis hewan liar seperti babi hutan, burung kasuari, mambruk, maleo, dan jenis-jenis binatang lainnya. Orang Mee juga menangkap ikan dan udang di danau dan sungai. Pekerjaan ini mereka lakukan pada pagi, sore, dan malam hari dengan menggunakan (ebai), yang mereka benamkan di dasar danau selama dua-tiga jam, bahkan bermalam. Peralatan berburu orang Mee terdiri dari parang ( Mawai ), panah ( ukaa ), dan jerat pohon, dan di samping itu mereka juga dibantu oleh anjing untuk memburu binatang buruannya. Dengan ilmu gaib mereka mengharapkan dapat memanggil dan menangkap binatang. Orang Mee menagkap kuskus pohon dengan cara memasang semacam perangkap di atas dahan yang selalu dilalui oleh binatang tersebut.5 5 Koentjaraningratdkk., Op cit., hal 247-248.
  • 4. IV. Organisasi Sosial a. Perkawinan Perkawinan menurut masyarakat suku Mee adalah ikatan lahir batin antara pria dan wanita atau suami dan isteri hingga mati. Dengan bertujuan untuk membentuk suatu rumah tangga yang bahagia berdasarkan nilai hidup yang dimiliki oleh suku Mee. Untuk mempertahankan dan meneruskan warisan menurut kebapaan, karena system keluarga suku Mee ialah partilinear (hubungan melalui system garis pria atau yang disebut Bapak ). Menurut pandangan suku Mee, secara khusunya perkawinan adalah mengadakan atau memberi dan menerima harta maskawin dalam bahasa Mee disebut Mege Makii dengan Kulit biah dan dedege.6 Rumah tangga orang Mee biasanya terdiri dari suatu keluarga luas. Ada keluarga inti senior dengan beberapa keluarga yunior, yaitu keluarga inti anak pria 1-2 keluarga inti uxorial dari menantu, atau keuarga uxorilokal senior dari isteri saudara tua pria ayah. Dengan demikian suatu rumah tangga kadang-kadang terdiri dari 3-4 keluarga inti.7 b. Keluarga inti dan rumah tangga Dasar masyarakat Mee adalah keluarga inti monogam. Dalam masyarakat ini tampak gejala bahwa keluarga inti hanya terdiri dari seorang ibu serta anak-anaknya saja. Keluarga matrifokal yang banyak terdapat dalam masyarakat Mee agaknya disebabkan karena kaum prianya banyak merantau. Pada umumnya, tujuan daripada seorang pria merantau tersebut tidak lain adalah, untuk mencari nafkah/kebutuhan hidup bagi keluarganya. Memang banyak rencana atau tujuan dari seorang pria/sebagai bapa dalam merantau, namun semuanya demi kelangsungan hidup. Apa saja yang ia dapat di sana, entah kus-kus (Woda), Mege/dedege, dll.tersebut bila ada kelebihannya, maka ia tetap pergi menjualnya atau berbisnis di daerah-daerah lain, mis, ia pegi menjual dalam keluaga, tetangganya (ke Kamuu, Mapiah, Paniai: Enarotali-Obano, bahkan sampai diNabire dan Jayapura). 6 Aprianus Iyai., Makalah Mengenai Perkawinan suku Mee, jayapura 2008. 7 Bdk., Koentjaraningrat., Ibid., hal.248.
  • 5. c. Pemimpin Masyarakat Pemimpin masyarakat Mee yang dipilih oleh pemerintah yakni Ondowafi, sedangkan pimpinan adat disebut Tonowi/Tonawi. Berbagai faktor menentukan apakah ondowafi atau tonowi yang lebih dominan. Seorang Tonowi akan memperoleh dukungan yang lebih besar apabila ia memiliki ciri-ciri yang disenangi oleh penduduk. Kewibawaannya biasanya tinggi apabila ia kaya, memiliki banyak babi dan tanah garapan, beristeri lebih dari satu, ramah, pandai berbicara dan berpidato, dan suka menolong orang lain. Sedangkan Ondowafi memiliki kekuatan pada kekuasaan yang dipaksakan kepada penduduk dengan dukungan yang diperolehnya dari atas.8 V. ( Religi ) a. Sistem Kepercayaan Akan Allah Masyarakat Suku Mee, mengakui dan meyakini adanya Allah baik sebelum dan sesudah adanya agama sejarah. Sebelum adanya agama mereka menyebut Allah sebagai : Wado-ME (Yang Atas)/ Menaka-Mee ( Bapa Semua Manusia)/ Mepoya-mee (bapa yang kudus). Setelah adanya agama disebut Ugata-Me (Allah Pencipta), sedangkan Meyiwi (Roh Kudus). Dan Yesus di sebut Menaka9 . Suku Mee dalam budayanya menghayati agama asli yang terdapat didalamnya hukum-hukum Allah dalam Kitab Touyemana/ Touyekapogoye ( lembaran sabda/ lembaran kehidupan). Hukum- hukum Allah dalam kitab tersebut lebih dari sepuluh hukum yang terdapat dan di dalam ajaran Kristiani. 8 Ibid., hal.249. 9 Hasil wawancara bersama saudaraAnton Mote asal keuskupan Timika,bertempat di wisma Tiga Raja,tgl 15-09- 2011.
  • 6. b. Upacara-upacara Daur hidup10 Upacara-upacara ini dalam semua kebudayaan di dunia dilaksanakan dalam lingkungan rumah tangga. Orang Mee pun menyelenggarakan upacara-upacara yang dilakukan berhubung dengan kehamilan, kelahiran bayi, perkawinan, dan kematian. Seperti dalam banyak kebudayaan suku bangsa di dunia, masa hamil dalam masyarakat Mee juga dianggap sebagai masa krisis. Karena itu keluarga yang bersangkutan harus hidup hati-hati dan menaati berbagai pantangan makan, pantangan jasmaniah, pantangan rohaniah. Pada saat seorang wanita akan melahirkan, ia diasingkan ke suatu rumah yang terpisah. Proses kelahiran biasanya ditanggani oleh ibunya sendiri, atau oleh ibu mertuanya, dengan bantuan seorang dukun dari keturunan Mote Umagopa. Beberapa bulan setelah bayi lahir, diadakan upacara selamatan secara sederhana. Bayi harus mendapatkan Fam ayahnya. VI. Kesenian Masyarakat suku Mee memiliki beragam seni dan budaya : 1. seni rupa ( anak panah dan busur) 2. seni tari ( tarian susu dan tarian koteka) 3. seni suara (14 jenis lagu seperti ; Gowai, Tupe, Wani, dll). 4. Seni Sastra (cerita-cerita adat dan mitos). Pesta budaya dalam suku Mee yang terkenal disebut Pesta Yuwo. Atribut adat suku Mee adalah koteka , moge (cawat untuk perempuan), amapa kagamapa (penutup dada), toyaagiya (noken anggrek), migabai (penutup kepala yang ukuranya sampai di pinggang tulang belakang), yato (selimut adat untuk perempuan). 11 10 Koentjaraningratdkk., Op Cit., hal.251. 11 Hasil wawancarabersama saudaraAnton Mote asal keuskupan Timika,bertempat di wisma Tiga Raja,tgl 15-09- 2011.
  • 7. VII. Pengenalan Suku Mee a. Prinsip Hidup Suku Mee Masyarakat Suku Mee secara umum mempunyai tiga prinsip hidup Yaitu : Dou (melihat), Yuwii (dengar), Gai (berpikir), Ekowai (bekerja). Keempat prinsip inilah yang mendasari persiarahan hidupnya. Atas dasar ini pula Suku Mee selalu berusaha memelihara keutuhan hidup melalui panca relasi : aku dengan Allah, aku dengan Diriku, aku dengan sesama, aku dengan alam semesta, dan aku dengan leluhur. VIII. Relasi Dengan Alam Semesta Masyarakat suku Mee mimiliki ikatan kuat dengan makro kosmos. Hal ini tidak terlepas dari pandangan masyarakat terhadap makro kosmos itu sendiri. Masyarakat Mee memandang dan menyebut Tanah sebagai MAMA dan hewan dan tumbuh-tumbuhan ataupun pepohonan dipandang sebagai SAHABAT. Mereka ini adalah makluk hidup yang perlu dihargai karena diberi kenyamanan bagi hidup kita. Langit dipandang sebagai tahta Allah (wadoMe) dan bumi kediaman Mama (Miyome). Dalam relasi misalnya diperlihatkan bahwa kalau masyarakat hendak melakukan perjalanan jauh, mereka pamitan kepada langit (epa) sebagai bapa dan tanah (maki) sebagai mama agar perjalanannya selamat. Suku Mee percaya bahwa pribadi yang memperhatikan kaidah-kaidah dalam relasi dengan alam akan mengalami keselamatan dalam hidup. Sementara bagi mereka yang tidak menjaga relasi dengan alam akan menuai malapetaka. IX. Relasi Dengan Leluhur Masyarakat suku Mee relasi dengan Leluhur merupakan salah satu unsur yang penting demi terciptanya kehidupan yang harmonis. Relasi ini diwujudkan dalam bentuk upacara-upacara adat, memelihara wasiat-wasiat leluhur dan melaksanakan nilai-nilai hidup yang di wariskan oleh mereka. Masyarakat suku Mee percaya bahwa para leluhur yang baik (roh), mereka hidup di dunia ayauwouda/teneuwoda. Mereka yang menjalankan relasi baik dengan leluhur ini akan mengalami enaatene dan karena itu hidupnya menjadi baik. Sebaliknya mereka yang relasinya buruk dengan leluhur akan mangalami peutene dan dengan demikian hidupnya menjadi kurang baik. Untuk hal ini harus di atasi dengan upacara perdamaian dan perhatian terhadap amanat yang mereka sampaikan. Dan amat itu tentunya sesuatu yang postif dan menyelamatkan.12 12Hasil wawancarabersama saudaraAnton Mote asal keuskupan Timika,bertempat di wisma Tiga Raja,tgl 16-09- 2011.
  • 8. X. Pendidikan Pendidikan adat bagi suku Mee tidak diatur secara formal dalam lembaga adat, melainkan ia berjalan sesuai dengan kebiasaannya yang sudah ada. Dalam hidupnya keluarga mendapat tempat yang sentral dalam pembentukan nilai-nilai dan norma-norma adat. Bagi anak laki-laki dia akan mendapatkan pendidikan dari ayahnya melalui nasehat-nasehat, keterlibatan dalam aktivitas sehari- hari, keterlibatan dalam aktivitas sosial, dan terutama teladan hidup ayahnya. Disini tidak mengurangi pula peran ibu dalam memperhatikan anaknya terutama pada usia pertumbuhan. Sedangkan anak perempuan mendapatkan pendidikan dari ibunya melalui nasehat-nasehat, keterlibatan dalam kegiatan sehari-hari, pembagian peran kerja, keterlibatan dalam kegiatan sosial, dan terutama teladan yang ditunjukan oleh ibunya. XI. Perubahan kebudayaan Karena letak pemukimannya yang terapit oleh deretan-deretan pegunungan yang tinggi dan lembah-lembah pegunungan yang dalam, maupun oleh sungai-sungai yang mengalir deras penuh jeram-jeram, maka daerah tempat tinggal orang Mee juga penuh dengan danau-danau besar-kecil dan rawa-rawa yang maha luas, di tenggah-tenggah hutan rimba tropik yang padat. Maka tak mengherankan bahwa upaya eksplorasi daerah itu baru terlaksana dalam tahun 1938, danau-danau itu di ekspedisi dibawah pimpinan F,J, Wissel dua tahun sebelumnya. Baru sejak tahun 1938 itulah orang Mee melihat orang yang berasal dari luar daerahnya, yaitu para penyiar agama katolik Belanda. Pengaruh perilaku dan cara berpikir yang serba asing tentu telah menyebabkan berbagai benturan nilai budaya. Dalam bidang agama, perubahan yang terjadi adalah bahwa masyarakat Mee sekarang telah menjalankan syarat-syarat ibadah (Cara/aturan ibadah yang benar /sah). Dan proses penyesuaian dengan nilai asli lambat-laun terjadi juga. Setelah Irian Jaya menjadi bagian dari Republik Indonesia, orang Mee lebih banyak mengadakan kontak dengan dunia luar di berbagai bidang. Orang Mee dan penduduk wilayah pantai ( Pantai Selatan ) pada umumnya kini memeluk agama katolik dan agama kristen. Dengan pembangunan masyarakat desa, banyak kelompok Mee yang semula masih hidup mengembara lambat-laun berubah dan tertarik untuk bermukim secara menetap di dalam desa-desa. 13 13 Koentjaraningratdkk., Op Cit., hal.252.
  • 9. XII. Paham Tentang Kematian14 Paham tentang kematian menurut orang Mee sejak sediakala dipahaminya sebagai suatu peralihan dari dunia sementara yang biasanya di sebut dengan kedamakida menuju ke kehidupan abadi di dunia roh yang biasanya di sebut dengan imoumi imoutou makiyo (tempat abadi). Beradasarkan paham ini suku Mee berkayakinan adanya keselamatan bagi orang yang hidupnya baik, maka bagi mereka kematian tidak perlu untuk dikawatirkan. Keyakinan ini dipertegu dengan penyampain pesan-pesan dari roh orang mati kepada orang yang hidup setelah mengalami kematian. Sedangkan bagi mereka yang hidupnya tidak baik di dunia kematian menjadi sesuatu yang menakutkan karena setelah mati rohnya akan mengalami malapetaka di peuteneuwouda. Roh yang demikian perlu adakan ritus perdamaian agar ia selamat serta keluarga yang masih hidup tidak diganggu olehnya. Jadi, bagi orang suku Mee dunia ini adalah tempat sementara (kedaamaki) dan dunia penentuan (enama peuma witokaida) untuk kekekalan hidup di dunia roh. XIII. Paham Tentang Keselamatan15 Keselamaatan yang diperjuangkan oleh suku Mee adalah keselamatan kini dan keselamatan kelak. Paham tentang keselamatan ini dihayatinya dalam dua kata yang saling berhubungan yaitu Ayii dan Mobu. Kata ayii diistilahkan dengan selamat baik di dunia maupun di surga. Lalu, istilah kata mobu mengandung pengertian puas, kenyang, tidak mengalami kesusahan baik di dunia maupun kelak. Menurut orang Mee ayii dan mobu bukan sesuatu yang datang dengan sendiri melainkan harus diperoleh melalui usaha dan perjuangan manusia. Karena itu, orang Mee pada umumnya orang yang suka bekerja keras. Bagi orang Mee hidup ini tidak boleh santai-santai, malas-malas, dan masa bodoh dengan tugas dan kewajiban-kewajiban karena hidup demikian akan membuat orang menjadi daba-dabamee (orang yang/miskin kerdil). Hidup harus dijalaninya dengan serius menjalankan tugas-tugas dan kewajiban-kewajiban agar ia menjadi tonawimee, sehingga ayii dan mobu bisa diperoleh baik di dunia ketika ia masih hidup maupun di akhirat setelah beralih ke dunia kekal tempat roh-roh berkumpul. Akhirnya, masyarakat suku Mee menyadari bahwa Allah (Ugata-Me) adalah sumber kehidupan (umi tou ipuwe-Me). Ugatame yang secara gratis memberi kehidupan maka hidup ini tidak boleh disia-siakan. Maka segala sesuatu harus dihadapinya atas dasar IPA (Kasih), MAAGAI (Iman), TEDEMAI (Bertobat) dan DIODOU (pantang dan puasa) dalam rangka mencapai AYII dan MOBU itu 14 Hasil wawancarabersama saudaraAnton Mote, bertempat di wisma Tiga Raja,pada tgl,16-09- 2011. 15 Hasil wawancarabersama saudaraAnton Mote, bertempat di wisma Tiga Raja, pada tgl,16-09-2011.
  • 10. XIV. Penutup a. Kesimpulan Secara keseluruhan makalah menyangkut suku yang berada di Papua terutama yang diteliti atau ditelusuri oleh saya yakni suku Mee “Manusia Sejati” yang berada di Pedalaman Papua. Saya menyadari bahwa dengan menyusun makalah ini dapat membantu wawasan saya sejauh mana yang bisa dapat dipahami oleh pribadi saya sendiri. Untuk menyususun makalah ini, sebisa mungkin menimba informasi entah itu lewat pustaka ataupun melalui wawancara bersama narasumber yang dapat dipercaya dan diuji kebenarannya. Ketika menyusun tulisan mengenai Suku Mee, saya melihat adanya perubahan yang lumayan banyak dilalui atau dijalani oleh manusia Mee dari tahun 1938 sampai masa kini. Dan dengan proses penyesuaian itulah manusia Mee dapat berkembang dengan sungguh-sungguh dari waktu-ke waktu. Inti yang hendak digali dalam tulisan mengenai manusia Mee yakni, etnografi yang jelas dan real untuk saman sekarang. Hal lainnya yakni, proses penyesuaian diri manusia Mee yang luar biasa terhadap perkembangan dunia pada saman ini atua lebih dikenal dengan budaya milenium abad 21.
  • 11. b. Saran Saran yang hendak di kemukakan oleh saya yaitu: Pertama, kalau bisa suku-suku yang hendak ditelusuri oleh mahasiswa harus memiliki sumber yang cukup. Kedua, mahasiswa harus bekerja keras untuk mencari sumber entah itu harus mengeluarkan dana dan energi untuk tugas seperti ini. Apa yang ditulis oleh kelompok suku Mee, ini merupakan gambaran singkat yang ditulis secara tematis. Hal-hal yang tidak ditulis dan dijelaskan dalam pembahasan ini merupakan PR (pekerjaan rumah) kita masing-masing untuk mempelajarinya secara lebih lanjut sesuai dengan cara kita masing-masing. IDEE UMINA (TERIMA KASIH BANYAK),… KOYA, KOHA, AMANAI! BAGAIMANA MENGHARGAI BUDAYA SETEMPAT 1. TIDAK MENJELEKkAN BUDAYA ORANG LAIN. 2. Menyadari bahwa budaya orang lain pun memiliki nilai-nilai luhur sebagai bagian dari kekayaan Indonesia dan anugerah Tuhan. 3. Menanamkan sikap mencintai, menghormati, dan bangga akan budaya sendiri. TUGAS MAKALAH ANTROPOLOGI PAPUA
  • 12. Herman Yoseph Betu Tingkat II STFT “Fajar Timur” Pengenalan Bersama Suku MEE Papua Daftar Isi I. Nama dan bahasa a. Nama
  • 13. b. Bahasa II. Pengenalan Letak Geografis a. Lokasi III. Sistem Mata Pencaharian Tradisional IV. Organisasi Sosial a. Perkawinan b. Keluarga Inti dan Rumah tangga c. Pemimpin Masyarakat V. Religi a. Sistem kepercayaan Kepada Allah b. Upacara-upacara Daur Hidup VI. Kesenian VII. Pengenalan Suku Mee a. Prinsip Hidup suku Mee VIII. Relasi dengan Alam Semesta IX. Relasi dengan Para Leluhur X. Pendidikan XI. Perubahan Kebudayaan XII. Paham Tentang kematian XIII. Paham Tentang Keselamatan XIV. Penutup a. Kesimpulan b. Saran