IDMPO : SITUS SLOT DEPOSIT RECEH & BOCORAN GAME SLOT GACOR TERPERCAYA 2024 Ar...
peggy,+(2)+Indriani_Laloma_Vol+3_No+1.pdf
1. Jurnal Fraktal Vol.3 No 1 (11-20)
Pendekatan Arsitektur Nusantara Pada Desain Objek Kawasan Wisata
Pantai Kabupaten Kepulauan Talaud
Indriani Laloma(1)
, Judy O. Waani(2)
, Linda Tondobala(3)
(1)
Mahasiswa Pasca Sarjana Teknik Arsitektur, Universitas Sam Ratulangi, lalomaindriani@ymail.com
(2)
Dosen Pasca Sarjana Arsitektur, Universitas Sam Ratulangi
(3)
Dosen Pasca Sarjana Arsitektur, Universitas Sam Ratulangi,
Abstrak
Kehadiran arsitektur nusantara pada suatu daerah dapat menunjukkan atau menampilkan ciri khas dari daerah
tersebut. Ciri khas arsitektur nusantara di daerah Kabupaten Kepulauan Talaud berupa rumah tradisional yang
sampai saat ini kurang terekspos dan bahkan sudah hampir mengalami kepunahan. Salah satu penyebabnya yaitu
adanya anggapan bahwa hasil desain arsitektur nusantara dianggap kuno dan ketinggalan zaman. Oleh karena itu,
diperlukan strategi desain untuk menghasilkan rancangan bertema arsitektur nusantara dengan ciri lokal daerah
Kabupaten Kepulauan Talaud. Tujuan penelitian ini adalah menemukan strategi desain arsitektur nusantara yang
dapat digunakan pada objek kawasan wisata pantai di Kabupaten Kepulauan Talaud serta menghadirkan rancangan
objek wisata pantai dengan pendekatan arsitektur nusantara. Metode yang digunakan mengikuti prosedur dengan
mengangkat karakteristik arsitektur lokal Kabupaten Kepulauan Talaud dengan tema pendekatan arsitektur
nusantara. Arsitektur nusantara memiliki beberapa elemen antara lain: pernaungan, tradisi/pengetahuan kelisanan,
ornament dan dekorasi, transformasi dan modifikasi, kebhinekaan serta pola lingkung-bina (linieritas dan cluster).
Hasil rancangan ditemukan sebuah strategi desain yaitu strategi transformasi.
Kata-kunci : Arsitektur Nusantara, Rumah Tradisional, Transformasi
Abstract
The presence of archipelago architecture in an area can be showing or appearing the characteristics of that area. The
characteristic of archipelago architecture in the Talaud Islands Regency like the traditional house which until now less
exposed and even have almost experienced extinction. One of the causes is the assumption that the design of the
archipelago architecture is considered old and out of date. Therefore, a design strategy is needed to produce the
design of archipelago architecture with the local characteristics of Talaud Islands Regency. The purpose of this
research is to find a design strategy of archipelago architecture that can be used in the object of coastal tourism area
in Talaud Islands Regency and presenting the object design of coastal tourism with archipelago architecture
approach. The method that used followed the procedure by lifting the characteristic of local architecture of Talaud
Islands Regency with the theme of archipelago architecture approach. The archipelago architecture have several
elements, among others: shelter, tradition or oral knowledge, ornament and decoration, transformation and
modification, diversity and environment pattern (linearity and cluster). The design result found a design strategy
which is the transformation strategy.
Keywords : Archipelago Architecture, Traditional House, Transformation
Pendahuluan
Arsitektur nusantara telah menempatkan diri menjadi
salah satu kekayaan jati diri anak bangsa nusantara dan
jati diri ini sudah dinyatakan jauh sebelum sebutan
Indonesia sendiri muncul. Kehadiran arsitektur
nusantara pada suatu daerah dapat menunjukkan atau
menampilkan ciri khas dari daerah tersebut. Ciri khas
arsitektur nusantara yang ada di daerah Kabupaten
Kepulauan Talaud berupa rumah tradisional yang sampai
saat ini kurang terekspos dan bahkan sudah hampir
mengalami kepunahan penyebabnya antara lain: yaitu
perkembangan zaman, munculnya langgam minimalis,
pandangan yang mempersempit wujud nusantara itu
hanya pada masing-masing tempat asalnya saja,
kurangnya literatur mengenai arsitektur nusantara serta
adanya anggapan bahwa hasil desain arsitektur
nusantara dianggap kuno dan ketinggalan zaman serta
merealisasikannya rumit dan tidak praktis. Oleh karena
itu, diperlukan strategi desain untuk menghasilkan
rancangan yang bertema arsitektur nusantara dengan
ciri lokal daerah Kabupaten Kepulauan Talaud.
Kajian pustaka berisi mengenai tinjauan teori berupa
studi dan pemahaman tentang teori yang akan
digunakan sebagai bahan kajian untuk memahami dan
menerapkan teori ke dalam desain arsitektur. Teori yang
akan dikaji berupa teori utama dan teori pendukung
sebagai metode untuk menterjemahkan teori utama
2. 12| Pendekatan Arsitektur Nusantara pada Desain Objek Kawasan Wisata Pantai Kabupaten Kepulauan Talaud
Gambar 2. Metode Perancangan
dalam menghasilkan desain. Teori-teori tersebut antara
lain sebagai berikut :
a. Teori Arsitektur Nusantara
Dalam buku arsitektur nusantara menujuh keniscayaan
(Josef Prijotomo) arsitektur nusantara dibangun sebagai
sebuah pengetahuan yang dilandaskan dan
dipangkalkan dari filsafat, ilmu dan pengetahuan
arsitektur, dan dengan demikian segenap pengetahuan
yang ditumbuhkembangkan dan diwarisi dari antropologi,
etnologi dan geografi budaya diletakkan sebagai
pengetahuan sekunder (atau bahkan tertier). Menurut
buku naskah arsitektur nusantara tahun 1999
menyebutkan bahwa arsitektur nusantara sesungguhnya
merupakan salah satu bentuk bahasa/teks yang kaya
akan pengetahuan. Arsitektur nusantara sebagai salah
satu bentuk pengetahuan dapat dijelajahi, digali, dan
dipahami dari perwujudan fisik (bangunan definitif),
naskah tulis dan naskah lisan (tradisi, tutur dan laku).
Landasan pikir arsitektur nusantara menurut Josef
Prijotomo (2004) antara lain yaitu pernaungan,
tradisi/pengetahuan kelisanan, ornament dan dekorasi,
transformasi dan modifikasi, kebhinekaan serta pola
lingkung-bina (linieritas dan cluster).
b. Teori Semiotic
Teori semiotic merupakan teori pendukung yang dipakai
untuk menterjemahkan teori utama (teori arsitektur
nusantara). Dalam dunia arsitektur dikenal sebuah ilmu
yang dinamakan Semiotics (semiotika) yang merupakan
studi hubungan antara sign (tanda) dengan symbols
(simbol) dan bagaimana manusia memberikan meaning
(arti) antara keduanya. Semiotika berasal dari kata
Yunani semeion, yang berarti tanda atau ilmu yang
mempelajari tentang tanda. Tanda-tanda tersebut
menyampaikan suatu informasi sehingga bersifat
komunikatif. Menurut Jencks tahun 1980 salah satu
model semiotik utama yang dipakai pada tanda
arsitektural yaitu model partisi ganda karya Hjelmslev.
Model ini menyertakan aspek definisi tanda dari karya
Saussure sebagai entitas dua bagian yaitu signifier
(penanda) dan signified (petanda). Model Hjelmslev
seperti pada gambar 1 di bawah, membagi tanda
menjadi dua bidang yang sama yaitu signified atau
signifier, konten(isi)/ekspresi. Selanjutnya, dua bidang
ini dibagi menjadi bentuk (form) dan substansi
(substance).
Metode
Metode Penelitian yang digunakan adalah metode
penelitian kualitatif dengan pendekatan arsitektur
nusantara.
Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian berada di desa Lobbo Kecamatan Beo
dan desa Ensem Timur Kecamatan Essang Selatan
Kabupaten Kepulauan Talaud, Sulawesi utara.
Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data diperoleh dari dua sumber
yaitu data primer dan data sekunder. Data primer terdiri
dari observasi, wawancara dan dokumentasi, sedangkan
data sekunder terdiri dari studi literatur dan data dari
pemerintah.
Metode Analisis Data
Analisis data dilakukan sejak sebelum memasuki
lapangan, selama dilapangan, dan setelah selesai di
lapangan. Analisis data lebih difokuskan selama proses
dilapangan bersamaan dengan pengumpulan data.
Menurut Miles dan Huberman tahun 1984 aktivitas
dalam analisis data terdiri atas data reduction, data
display, dan conclusion drawing/verification.
Metode Perancangan
Pada tahap ini penulis melakukan analisis terlebih dahulu
pada pernaungan rumah tradisional, setelah itu
dilakukan analisis rupa dan bentuk melalui proses
penerjemahan menggunakan semiotika model Hjelmslev
yang menghasilkan alternatif bentuk, Setelah analisis
selesai maka dilakukan tahap sintesis menggunakan
konsep nusantara Meng-kini. Proses perancangan dapat
dilihat pada gambar di bawah ini :
Gambar 1. Partisi Ganda Model Hjelmslev
Sumber : Jencks (1980)
3. Indriani Laloma |13
Analisis
1. Analisis tapak
Tapak/Lokasi untuk desain objek kawasan wisata pantai
letaknya di pulau Sara Besar, terletak diantara Pulau
Karakelang dan Pulau Salibabu. Pulau ini masuk dalam
Pulau Salibabu tepatnya di Kecamatan Lirung. Pulau
Sara Besar merupakan pulau yang tidak berpenghuni
yang dijadikan sebagai obyek wisata bahari unggulan di
Kabupaten Kepulauan Talaud yang mempunyai
keindahan panorama alam sangat eksotis sehingga
pulau ini dijuluki pulau surga (Porodisa).
a. Batas-Batas Site
Batas-batas site antara lain sebagai berikut :
Sebelah Utara : berbatasan dengan Pulau Sara Kecil
Sebelah Timur : berbatasan dengan Laut Sulawesi
Sebelah Selatan : berbatasan dengan Pulau Salibabu
Sebelah Barat : berbatasan dengan Laut Sulawesi
2. Analisis Arsitektur Nusantara di Daerah Talaud
Analisis arsitektur nusantara berisi akan hasil kajian
penelitian mengenai pernaungan yang ada di daerah
Talaud. Dalam melakukan observasi, penulis mendapati
ada dua objek bangunan di Kepulauan Karakelang yang
masih mempertahankan identitas arsitektur nusantara.
Kedua bangunan ini berada di desa Lobbo dan desa
Ensem Timur.
a. Arsitektur Nusantara di Desa Lobbo
Desa Lobbo terletak di Kecamatan Beo Utara Kabupaten
Kepulauan Talaud, Provinsi Sulawesi utara. Sistem
pengetahuan penduduk Lobbo pada zaman dahulu
umumnya mempergunakan bahan atau alat-alat
tradisional seperti halnya di bidang pendidikan. Di
zaman dahulu mereka menulis diatas batu yang
bernama batu ‘Leii’ dengan menggunakan pensil yang
terbuat juga dari batu sedangkan untuk menghapusnya
menggunakan air liur. Pada waktu itu juga, mereka
diharuskan untuk mengingat apa yang telah diajarkan
sehingga menjadi suatu kebiasaan. Kebiasaan inilah
yang diwariskan secara turun-temurun. Untuk itu, setiap
ada informan yang ingin mengetahui sejarah dan
peninggalan zaman dahulu, para petuah hanya bisa
menyampaikan secara lisan, tidak ada dalam bentuk
buku. Dalam lingkungan kelisanan, cara yang lazim
dilakukan adalah penyampaian pengetahuan dengan
melakukan perbincangan atau dengan mengajar dan
bisa pula dilakukan dalam rupa-rupa cerita (mitos dan
legenda). Beragam ungkapan kelisanan ini menjadi
potensial sebagai ‘rekaman pengetahuan’.
b. Pernaungan Rumah Tradisional Keluarga Pareba-
Tumiwuda
Rumah milik Keluarga Pareba-Tumiwuda merupakan
satu-satunya rumah tradisional yang ada di desa Lobbo
dan merupakan rumah peninggalan dari zaman Belanda
yang masih berdiri dengan kokoh sampai saat ini.
Menurut keluarga dan para tokoh-tokoh masyarakat
rumah ini sengaja tidak dibongkar dan dipugar karena
akan dijadikan sebagai satu-satunya museum yang ada
di desa Lobbo. Di bawah ini akan dijabarkan analisis
pernaungan rumah tradisional dari keluarga Pareba-
Tumiwuda dengan mengkaitkannya dengan arsitektur
nusantara Josef Prijotomo.
Tabel 1. Analisis Pernaungan Rumah Tradisional I
Arsitektur Nusantara
Josef Prijotomo
Rumah Tradisional Kel. Pareba-
Tumiwuda
Pernaungan Sebutan untuk rumah tempat tinggal
dikenal dengan istilah Bare. Bare
menunjuk pada sifat bangunan
permanent.
Atap (Atuppa) = atap pelana.
Material atap = seng aluminium
campur baja.
Lantai = campuran dari kerikil
karang, pasir, air dan kapur (batu
karang yang sudah dibakar).
Dinding (Darangdungge) = bahan
bambu yang sudah dicako, di plester
menggunakan kapur dan dicampur
pasir dan air.
Tradisi/
Pengetahuan
Kelisanan
Kuda-kuda = kayu raja (Lissanada).
Sambungan = pen (kayu)
Kepercayaan= pemasangan
kuda-kuda tidak boleh terbalik
pangkal pohon di bawah, ujungnya
diatas.
Ornament dan
Dekorasi
Ornament berupa bilah-bilah kayu
yang dipasang bersilangan terletak
pada ventilasi.
Transformasi dan
Modifikasi
Transformasi hanya di bagian dapur,
di rombak dan di bangun kembali.
Kebhinekaan Atap mirip dengan rumah adat
Gorontalo bersusun dua dan
memiliki lubang di bagian depan
atap. Bagian pondasi mirip dengan
rumah tradisional Kudus dari
material batu kali.
Pola Lingkung- Bina
(linieritas dan
cluster)
Pola lingkung-bina untuk bangunan
ini adalah pola linier, dikarenakan
tata bangunan mengikuti orientasi
jalan dan juga menghadap laut.
c. Arsitektur Nusantara di Desa Ensem Timur
Desa Ensem Timur merupakan salah satu desa dalam
wilayah Kecamatan Essang Selatan, Kabupaten
Gambar 3. Deliniasi Pulau Sara Besar
Sumber : www.google earth.com
4. 14| Pendekatan Arsitektur Nusantara pada Desain Objek Kawasan Wisata Pantai Kabupaten Kepulauan Talaud
Gambar 4. Bentuk Pernaungan
Kepulauan Talaud. Desa Ensem Timur merupakan
wilayah pemekaran dari desa Ensem. Pola permukiman
masyarakat Ensem Timur selalu dalam posisi
menghadap jalan dan tanah garapan berada di luar
perkampungan.
d. Pernaungan Rumah Tradisional Ibu Fince Pangisian
Rumah ibu Fince merupakan rumah peninggalan dari
zaman Belanda. Awalnya tanah dari rumah ibu Fince
pangisian merupakan warisan yang diberikan Matheos
Pangisian kepada anaknya yang bernama Yohan
Pangisian untuk ditinggali, kemudian Yohan mewariskan
rumahnya kepada anaknya yang paling bungsu yang
bernama Hercules Pangisian dan pada tahun 1994
Hercules mewariskan rumah tersebut kepada anaknya
yang bernama Fince pangisian. Ibu Fince Pangisian
merupakan generasi ke empat pemilik rumah dan
sampai sekarang rumah tersebut masih ditinggali oleh
ibu Fince dan kedua orang cucunya. Berikut ini akan
dijabarkan analisis pernaungan rumah tradisional dari
ibu Fince Pangisian dengan mengkaitkannya dengan
arsitektur nusantara Josef Prijotomo.
Tabel 2. Analisis Pernaungan Rumah Tradisional II
Arsitektur Nusantara
Josef Prijotomo
Rumah Tradisional Ibu Fince
Pangisian
Pernaungan Ibu Fince menyebut rumah tempat
tinggal dalam bahasa Talaud yaitu
Bare. Bare menunjuk pada sifat
bangunan permanen.
Atap (Atuppa) = atap pelana.
Material atap = seng Apollo (seng
Belanda).
Lantai = campuran dari kerikil
karang, pasir, air dan kapur.
Dinding (Darangdunga) = dibangun
dulu rangka rumah kemudian dibuat
dinding dengan material kayu besi.
Tradisi/
Pengetahuan
Kelisanan
Kuda-kuda = kayu raja (Lissanada).
Sambungan = tidak terlihat jelas.
Kepercayaan= pemasangan
kuda-kuda tidak boleh terbalik
pangkal pohon di bawah, ujungnya
diatas.
Ornament dan
Dekorasi
Ornament atau ragam hiasnya
hanya terdapat pada perabot interior
seperti kursi dan meja yang dipahat
dengan tangan kemudian pada
bagian sandaran kursi di ukir dengan
motif bunga.
Transformasi dan
Modifikasi
Modifikasi hanya di bagian dinding
dapur. Dirombak dan diganti dengan
material batu batako.
Kebhinekaan Atap mirip dengan bentuk atap
rumah adat Jawa Barat (rumah
Imah Jolopong) dimana rumah ini
memiliki atap yang tampak tergolek
lurus. Bagian pondasi mirip dengan
rumah tradisional Kudus dari
material batu kali.
Pola Lingkung- Bina
(linieritas dan
cluster)
Pola lingkung-bina untuk bangunan
ini adalah pola linier, dikarenakan
tata bangunan yang ada mengikuti
orientasi jalan.
Pembahasan
Pembahasan berisi hubungan antara hasil penelitian
atau temuan yang didapatkan dengan teori-teori yang
ada.
1. Analisis Rupa dan Bentuk
Arsitektur nusantara berlandaskan atas filsafat, ilmu dan
pengetahuan arsitektur, dengan kata lain arsitektur
nusantara merupakan salah satu bentuk bahasa/teks
yang kaya akan pengetahuan. Pengetahuan ini
membutuhkan penerjemahan untuk mengartikan makna
yang terkandung dengan memakai bentuk dasar F.D.K.
Ching yaitu segitiga dan segiempat. Selanjutnya hasil
dari proses penterjemahan yang menghasilkan bentuk
terpilih di aplikasikan ke dalam desain perancangan
menggunakan konsep Nusantara Meng-kini.
2. Aplikasi Bentuk ke Dalam Desain Objek
Aplikasi bentuk ke dalam desain mengunakan konsep
Nusantara Meng-kini. Ada dua strategi pemaduan,
pengkombinasian yang pertama yaitu strategi
bentuk(an)-ruang(an) strategi ini memberi peluang
untuk melakukan paduan/kombinasi bentuk(an)
Indonesia sedangkan ruang(an) Global begitu juga
sebaliknya, dengan menggunakan strategi ini maka bisa
dilihat tampilan yang kesannya Indonesia namun
suasananya Global begitu juga sebaliknya dan yang
kedua adalah model stern. Di bawah ini merupakan
penerapan bentuk menggunakan konsep Nusantara
Meng-kini.
1. Strategi bentuk (an)-ruang(an)
a. Bentuk dan Ruang
Bentuk segitiga dan segiempat/kubus dipilih untuk
mendesain bangunan. Bentuk segitiga atau limas dipilih
untuk digunakan dalam mendesain bagian atap
sedangkan bentuk segiempat atau kubus dipilih untuk
mendesain bentuk bangunan. Kombinasi Bentukan dapat
dilihat pada gambar di bawah ini antara lain sebagai
berikut :
Bentukan segiempat/kubus ini adalah pilihan bentuk
yang diambil dari kedua objek bangunan asli yang
merupakan pernaungan rumah tradisional arsitektur
Talaud. Bentukan ini dipilih karena penulis ingin
5. Indriani Laloma |15
mendesain dengan menerapkan konsep Nusantara
Meng-kini yaitu dengan melakukan paduan atau
kombinasi bentuk(an) arsitektur Talaud sedangkan
ruang(an) mengglobal.
Bentukan yang ada selanjutnya disesuaikan dengan
ruang-ruang yang diperlukan. Pada kedua objek
bangunan asli terdapat ruang-ruang yang sama seperti
kamar tidur dan ruang tamu. Untuk itu, perancang
melakukan teknik yang lazim dalam mengubah unsur
rupa yaitu dengan ditambah ruang, dipindah letak atau
posisi agar menghasilkan bentukan dan ruang yang
sesuai. Hasilnya bentukan berubah rupa (transformasi)
menjadi bentuk yang berbeda dengan bentuk bangunan
aslinya. Hasil bentukan antara lain sebagai berikut :
1) Bentukan I (rumah tradisional Kel Pareba-
Tumiwuda)
Bentukan awal segiempat/kubus, setelah disesuaikan
dengan ruang-ruang yang diperlukan bentuk
mengalami perubahan dengan pengurangan di salah
satu sisi bentuk. Hasil akhir dari transformasi
dijadikan sebagai bentuk bangunan Cottage I.
2) Bentukan II (rumah tradisional Ibu Fince
Pangisian)
Bentukan II memiliki bentuk yang sama dengan
Bentukan I yaitu segiempat/kubus, setelah
disesuaikan dengan ruang-ruang yang diperlukan
bentuk mengalami perubahan dengan pengurangan
di salah satu sisi bentuk. Hasil akhir dari transformasi
bentukan ini dijadikan sebagai bentuk bangunan
Cottage II.
b. Struktur Bangunan
Struktur bangunan pada umumnya terdiri dari struktur
atas, struktur tengah dan struktur bawah. Berikut ini
penerapan Nusantara Meng-kini pada struktur bangunan,
antara lain sebagai berikut :
1. Struktur atas
a. Atap
Bentuk segitiga/limas dipilih untuk digunakan dalam
mendesain bagian struktur atas (atap). Untuk
memperlihatkan kebhinekaan, maka perancang
mengambil aspek ragawi (bentuk) atap rumah adat
Imah Jolopong sebagai bentuk atap bangunan
Cottage I sedangkan bentuk atap rumah adat Sunda
sebagai bentuk atap bangunan Cottage II. Bentukan
atap dimodifikasi sedikit berbeda dengan aslinya
untuk itu, dilakukan teknik yang lazim dalam
mengubah unsur rupa yaitu dengan di perpanjang
dan diperbesar. Material penutup atap menggunakan
daun rumbia yang dalam bahasa Talaud disebut
(Arumbia). Di bawah ini merupakan bentukan atap
bangunan Cottage I dan Cottage II.
Gambar 5. Bangunan Asli
Gambar 7. Hasil Transformasi Bentuk I
Gambar 6. Gubahan Bentuk I
Gambar 8. Gubahan Bentuk II
Gambar 9. Hasil Transformasi Bentuk II
6. 16| Pendekatan Arsitektur Nusantara pada Desain Objek Kawasan Wisata Pantai Kabupaten Kepulauan Talaud
Gambar 15. Perletakkan Ornament
b. Rangka atap
Material yang digunakan yaitu kayu Raja (Lissanada).
Pemasangan kayu dalam membuat kuda-kuda
sebagai rangka atap menurut tradisi yang ada tidak
boleh terbalik, dimana bagian pangkal pohon harus
berada dibawah sedangkan bagian ujungnya di atas.
Perletakkan kuda-kuda pada bangunan Cottage I dan
II dapat dilihat pada gambar di bawah ini
2. Struktur Tengah
a. Dinding
Pada desain dinding bangunan Cottage, teknik yang
akan dilakukan dalam mengubah unsur rupa yaitu
diganti bahan. Jadi, material yang akan digunakan
bersifat Global/kekinian seperti material kaca, batu
batako yang disusun dan diplester dengan semen
serta dipadukan dengan kayu.
b. Kolom dan balok
Kolom dan balok tetap menggunakan material kayu
dengan ukuran 15×15 cm. Ukuran ini diperbesar
karena mengingat bagian struktur atap sangat tinggi
dan lebar. Untuk pengait sambungan menggunakan
material paku.
3. Struktur Bawah (Pondasi)
Pondasi untuk desain bangunan Cottage I dan II tetap
menggunakan pondasi dari material batu karang yang
disusun dan diplester menggunakan kapur (batu karang
yang dibakar). Pemilihan material ini dikarenakan
konstruksi pondasi dari batu karang sangatlah kuat.
c. Ornament dan Dekorasi
Ornament yang akan digunakan pada bangunan Cottage
mengikuti bentuk ornament yang ada pada rumah
tradisional keluarga Pareba-Tumiwuda yaitu seperti
bilah-bilah kayu yang dipasang secara bersilangan.
Perletakkan ornament di bagian ventilasi jendela,
jendela depan di kedua bangunan Cottage I dan II,
serta pada papan penutup rangka atap bangunan
Cottage II. Perletakan Ornament dapat dilihat pada
gambar di bawah ini
Gambar 10. Bentuk Atap
Gambar 12. Struktur Tengah
Gambar 14. Pondasi Cottage I dan II
Gambar 11. Rangka Atap Cottage I dan II
Gambar 13. Susunan Struktur Kolom dan balok
7. Indriani Laloma |17
d. Pola Lingkung-Bina
Pola lingkung-bina untuk desain objek kawasan wisata
pantai yaitu memanjang mengikuti arah jalan (Linier).
Penulis dalam merancang membuat kelompok-kelompok
bangunan mengikuti pola. Dibawah ini merupakan pola
penempatan bangunan.
2. Model Stern
Hasil akhir rancangan ditentukan melalui model Stern.
Berdasarkan data dan teori yang digunakan maka hasil
rancangan lebih mengarah kepada Ironic Classicism
dimana terletak antara gaya klasik dan modern.
Hasil Rancangan
Gambar 16. Pola Bangunan
Gambar 17. LayOut
Gambar 19. Konstruksi Bangunan Cottage I
Gambar 20. Konstruksi bangunan Cottage II
Gambar 18. Site Plan
8. 18| Pendekatan Arsitektur Nusantara pada Desain Objek Kawasan Wisata Pantai Kabupaten Kepulauan Talaud
Gambar 21. Tampak Kawasan
Tampak Depan Kawasan
Tampak Belakang Kawasan
Tampak Samping Kiri Kawasan
Tampak Samping Kanan Kawasan
9. Indriani Laloma |19
Kesimpulan
Berdasarkan setiap proses yang telah dilewati maka
kesimpulan dari penelitian desain ini antara lain :
1. Strategi desain arsitektur nusantara yang dapat
digunakan pada objek kawasan wisata pantai yaitu
strategi pemalihan (transformasi). Strategi ini ada
karena melalui tiga proses yaitu strategi tradisional,
strategi peminjaman dan dekomposisi. Strategi
tradisional merupakan strategi awal yang digunakan
perancang dalam mengambil sebuah bangunan
dengan masih memperhatikan pengetahuan serta
norma-norma dan filosofi yang ada pada bangunan
tersebut kemudian selanjutnya melakukan strategi
peminjaman dengan meminjam bentuk(an) dari
bangunan lain serta ruang(an) yang berhubungan
dengan arsitektur modern atau kekinian dan
dikomposisikan agar menjadi sebuah kesatuan baru.
Pada strategi pertama dan kedua seperti melakukan
perpaduan kombinasi antara yang Indonesia dan
yang Global sehingga menghasilkan tampilan yang
kesannya Indonesia namun suasananya Global.
2. Desain objek kawasan wisata pantai dengan
pendekatan arsitektur nusantara dilakukan melalui
beberapa tahapan. Tahapan pertama yaitu
melakukan proses analisis terhadap pernaungan
rumah tradisional arsitektur Talaud dengan
mengkaitkannya dengan landasan pikir arsitektur
nusantara Josef Prijotomo. Selanjutnya tahap kedua
yaitu melakukan analisis rupa dan bentuk melalui
proses penterjemahan menggunakan teori semiotika
Hjelmslev yang menghasilkan alternatif bentuk,
tahap selanjutnya yaitu pemilihan bentuk. Hasil akhir
dari pemilihan bentuk kemudian di aplikasikan ke
dalam perancangan menggunakan konsep Nusantara
Meng-kini.
Diharapkan hasil desain objek kawasan wisata pantai
dengan pendekatan arsitektur nusantara dapat menjadi
acuan bagi pemerintah dan masyarakat setempat untuk
dapat melestarikan kembali arsitektur nusantara daerah
sendiri tanpa harus menghilangkannya. Selain itu juga,
perlu diketahui bahwa arsitektur nusantara suatu daerah
bisa dipadukan dengan arsitektur nusantara dari daerah
lain karena nusantara itu adalah Indonesia.
Gambar 22. Spot Cottage Area Laut
Gambar 23. Spot Cottage Area Darat
Gambar 24. Perspektif Bangunan Cottage I
Gambar 25. Perspektif Bangunan Cottage II
Gambar 26. Perspektif Mata Burung
10. 20| Pendekatan Arsitektur Nusantara pada Desain Objek Kawasan Wisata Pantai Kabupaten Kepulauan Talaud
Daftar Pustaka
Alamsyah, Bhakti. 2016. The Paradigm of Science Ultimate
Nusantara Reasoning Local Knowledge Traditional
Architecture in Scientific. International Journal of Applied
Science and Technology. Vol.6, No.2. ISSN: 2221-0997.
USA. pp. 63-68.
Bakhtiar. 2015. Teori dan Metoda Perancangan: Suatu Kajian
Pola Pemikiran Josef Prijotomo Terhadap Arsitektur
Nusantara. Jurnal Media Matrasain. Vol.12, No.1. ISSN:
1858-1137. Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi.
Manado. Hal. 17-30.
Ching, F. D. K, (2008). Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan.
Erlangga. Jakarta.
Hidayatun, Maria. I. (2003). Belajar Arsitektur Nusantara dari
Gereja Pohsarang Kediri-Tinjauan Ke-Bineka Tunggal Ika-an.
Simposium Internasional Jelajah Arsitektur Nusantara (Si-
JAN) dan Lokakarya Nasional. Medan. Hal. 1-16
H, P. Rahadhian, 2011. The Persistence of ‘Candi’
Representation In Modern Architecture in Indonesia A
Study of Architectural Representation in Post-Colonial Era.
International Journal of Engineering and Technology IJET-
IJENS Vol. 11, No. 04. ISSN: 14904-6363 IJET-IJENS. pp.
105-112.
Nuraini, Cut. (2010). Metode Perancangan Arsitektur. Karya
Putra Darwati. Bandung.
Prijotomo, Josef. (2004). Arsitektur Nusantara Menuju
Keniscayaan. Cetakan Pertama. Wastu Lanas Grafika.
Surabaya.
. (2009). Ke-Bhineka-an Arsitektur di
Indonesia: Sebuah Keniscayaan. Percikan Pemikiran Para
Begawan Arsitek Indonesia Menghadapi Tantangan
Globalisasi: Mangayubagya Purna Tugas Prof. Ir. Eko
Budihardjo, M.Sc. PT. Alumni. Bandung.
. 2010. Arsitektur Nusantara: Arsitektur
Naungan, Bukan Lindungan (sebuah reorientasi
pengetahuan Arsitektur Tradisional). Proseding Seminar
Nasional. ISBN: 978-602-97044-0-2. Jurusan Arsitektur
Universitas Khairun Ternate. Hal.1-8.
. (2014). Eksplorasi Desain Arsitektur
Nusantara 35 Karya Pilihan Propan Sayembara Desain
Arsitektur Nusantara. PT. Prima. Jakarta Barat.
S, G. Puspita, 2010. Sasana Sewaka : Tinjauan Semantik
Arsitektur Jawa Kraton Kasunanan Surakarta. Jurnal
Dimensi Interior. Vol.8, No.1. Jurusan Kritik Arsitektur,
Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Institut Teknologi
sepuluh November (ITS). Surabaya. Hal. 38-43.
Umboh, Karry. 2017. Penerapan The Pleasure Of Architecture
Pada Youth Centre Di Manado. Jurnal Arsitektur Daseng.
Vol.6, No.1. ISSN: 2301-8577. Jurusan Arsitektur, Fakultas
Teknik Universitas Sam Ratulangi. Manado. Hal. 13-24.
Waani, J. O, 2012. Teori makna Lingkungan dan Arsitektur.
Jurnal Media Matrasain. Vol.9, No.1. ISSN: 1858-1137.
Fakultas teknik Universitas Sam Ratulangi. Manado. Hal.
36-47.
, dkk, (2016). Makna Ruang Permukiman
Pasca Reklamasi Pantai Manado. Cetakan
Pertama.PASCASARJANA UNSRAT. Manado. Hal 60-61.