Indonesia dan Keindonesiaan: Teks dan Konstruksi IdentitasSatrio Arismunandar
Identitas “Indonesia” dan keindonesiaan ternyata adalah sesuatu yang masih harus terus kita perjuangkan. Ia adalah sesuatu yang selalu dalam pembentukan, selalu dalam proses menjadi (becoming).
oksidentalisme adalah cara pandang timur kepada barat . ppt ini dibuat untuk mengetahui berbagai bentuk oksidentalisme yang ada di malaysia berserta dengan tokoh tokoh yang memiliki pengaruh besar terhadapnya. oleh karenanya dibentuklah ppt ini, penulis harap ini bisa membantu.
Indonesia dan Keindonesiaan: Teks dan Konstruksi IdentitasSatrio Arismunandar
Identitas “Indonesia” dan keindonesiaan ternyata adalah sesuatu yang masih harus terus kita perjuangkan. Ia adalah sesuatu yang selalu dalam pembentukan, selalu dalam proses menjadi (becoming).
oksidentalisme adalah cara pandang timur kepada barat . ppt ini dibuat untuk mengetahui berbagai bentuk oksidentalisme yang ada di malaysia berserta dengan tokoh tokoh yang memiliki pengaruh besar terhadapnya. oleh karenanya dibentuklah ppt ini, penulis harap ini bisa membantu.
KEARSIPAN & DOKUMENTASI : BUKU “RAKYAT DAN NEGARA”Armadira Enno
Sejarawan adalah orang yang mempelajari dan menulis tentang masa lalu dan dianggap sebagai otoritas di atasnya. Sejarawan bukan hanya mereka yang telah menempuh studi sejarah di perguruan tinggi, namun mereka yang juga menghasilkan karya-karya sejarah dan tentang kesejarahan. Walaupun judul tulisan ini mengenai karya sejarawan Indonesia, tapi tidak tertutup kemungkinan bagi sarjana asing dan profesi lain, seperti wartawan dan sastrawan, yang telah berjasa dalam bidang sejarah Indonesia. (Kuntowijoyo, 2005).
Fakta Belaka adalah hal-hal mengenai kondisi dari sebuah benda (arsip/ karya sastra, buku, dll). Fakta mental adalah kondisi yang dapat menggambarkan suasana pikiran, perasaan batin, kerohanian dan sikap yang mendasari suatu karya cipta.
Sejak Sutan Takdir Alisjahbana (STA) menyatakan gagasannya untuk memberikan sekat antara sejarah kebudayaan pre-Indonesia (masa sebelum akhir abad ke-19) dengan kebudayaan Indonesia (awal abad ke-20 hingga kini), dengan sendirinya menjadikan keterputusan sejarah antara dua masa kesusastraan tersebut. Bagi generasi muda yang menerima pengajaran sastra di lingkungan sekolah, seakan ada gambaran bahwa kebudayaan (sastra) Indonesia baru lahir di tahun 1900 sehingga mengubur-tenggelamkan perjalanan sejarah kebudayaan (sastra) Indonesia yang telah berproses dan bermutasi selama ratusan tahun.
KONSTRUKSI NASIONALISME RELIGIUS: Relasi Cinta dan Harga Diri dalam Karya Sas...Episteme IAIN Tulungagung
Seiring dengan menguatnya ideologi nasionalis-sekuler pascakemerdekaan, muncullah konsep nasionalisme berdasarkan sejumlah sumber yang bertolak belakang satu sama lain. Itulah nasionalisme eklektik ala Soekarno yang menerapkan analisis Marxis tentang penindasan imperialisme dan pada saat yang sama, menggunakan sikap permusuhan kaum Muslimin terhadap penjajah kafir. Ia menggelindingkan konsep Nasakom untuk menyimbolkan kesatuan nasionalisme, agama dan komunisme. Dalam konteks ini, penulis melihat permasalahan kompleks ideologi Nasakom sehingga banyak tokoh, ulama dan ilmuwan Muslim yang mengambil jarak dengan tokoh nomor wahid di Indonesia saat itu, seperti Muhammad Natsir, Haji Agus Salim, Muhammad Hatta dan Hamka. Tokoh yang disebut belakangan, yakni Haji Abdul Malik bin Abdul Karim Amrullah (Hamka) inilah yang menjadi perhatian penulis terkait konsep nasionalisme yang diusungnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konstruksi pemikiran nasionalisme-religius Hamka dalam karya-karya sastranya, seperti Si Sabariah, Di Bawah Lindungan Ka’bah, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck dan Merantau ke Deli. Data-data yang diperoleh dari novel-novel di atas dianalisis melalui teori hermeneutika, suatu pendekatan ilmiah yang menghubungkan antara pembaca (qari) dengan teks (al-Maqru’).
KEARSIPAN & DOKUMENTASI : BUKU “RAKYAT DAN NEGARA”Armadira Enno
Sejarawan adalah orang yang mempelajari dan menulis tentang masa lalu dan dianggap sebagai otoritas di atasnya. Sejarawan bukan hanya mereka yang telah menempuh studi sejarah di perguruan tinggi, namun mereka yang juga menghasilkan karya-karya sejarah dan tentang kesejarahan. Walaupun judul tulisan ini mengenai karya sejarawan Indonesia, tapi tidak tertutup kemungkinan bagi sarjana asing dan profesi lain, seperti wartawan dan sastrawan, yang telah berjasa dalam bidang sejarah Indonesia. (Kuntowijoyo, 2005).
Fakta Belaka adalah hal-hal mengenai kondisi dari sebuah benda (arsip/ karya sastra, buku, dll). Fakta mental adalah kondisi yang dapat menggambarkan suasana pikiran, perasaan batin, kerohanian dan sikap yang mendasari suatu karya cipta.
Sejak Sutan Takdir Alisjahbana (STA) menyatakan gagasannya untuk memberikan sekat antara sejarah kebudayaan pre-Indonesia (masa sebelum akhir abad ke-19) dengan kebudayaan Indonesia (awal abad ke-20 hingga kini), dengan sendirinya menjadikan keterputusan sejarah antara dua masa kesusastraan tersebut. Bagi generasi muda yang menerima pengajaran sastra di lingkungan sekolah, seakan ada gambaran bahwa kebudayaan (sastra) Indonesia baru lahir di tahun 1900 sehingga mengubur-tenggelamkan perjalanan sejarah kebudayaan (sastra) Indonesia yang telah berproses dan bermutasi selama ratusan tahun.
KONSTRUKSI NASIONALISME RELIGIUS: Relasi Cinta dan Harga Diri dalam Karya Sas...Episteme IAIN Tulungagung
Seiring dengan menguatnya ideologi nasionalis-sekuler pascakemerdekaan, muncullah konsep nasionalisme berdasarkan sejumlah sumber yang bertolak belakang satu sama lain. Itulah nasionalisme eklektik ala Soekarno yang menerapkan analisis Marxis tentang penindasan imperialisme dan pada saat yang sama, menggunakan sikap permusuhan kaum Muslimin terhadap penjajah kafir. Ia menggelindingkan konsep Nasakom untuk menyimbolkan kesatuan nasionalisme, agama dan komunisme. Dalam konteks ini, penulis melihat permasalahan kompleks ideologi Nasakom sehingga banyak tokoh, ulama dan ilmuwan Muslim yang mengambil jarak dengan tokoh nomor wahid di Indonesia saat itu, seperti Muhammad Natsir, Haji Agus Salim, Muhammad Hatta dan Hamka. Tokoh yang disebut belakangan, yakni Haji Abdul Malik bin Abdul Karim Amrullah (Hamka) inilah yang menjadi perhatian penulis terkait konsep nasionalisme yang diusungnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konstruksi pemikiran nasionalisme-religius Hamka dalam karya-karya sastranya, seperti Si Sabariah, Di Bawah Lindungan Ka’bah, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck dan Merantau ke Deli. Data-data yang diperoleh dari novel-novel di atas dianalisis melalui teori hermeneutika, suatu pendekatan ilmiah yang menghubungkan antara pembaca (qari) dengan teks (al-Maqru’).
1. NOVEL INTERLOK
PENGENALAN
Kehidupan bermasyarakat merupakan garapan utama Novel
Interlok yang dikarang oleh karyawan Negara, Abdullah
Hussain.Novel berjudul Interlok karya Sasterawan Negara
Abdullah Hussain ini sebenarnya pernah dijadikan teks Komsas
untuk pelajar tingkatan 5.Bagaimanapun Kementerian Pelajaran
terpaksa menarik balik teks tersebut atas desakan banyak pihak
dengan alasan isikandungannya menyentuh sensitiviti kaum.
Menurut para penggiat sastera, persatuan penulis dan
orang perseorangan, novel tersebut baik untuk dijadikan teks di
sekolah kerana kandungannya dapat menimbulkan kesedaran
sejarah kepada anak-anak muda di sekolah . Malah menurut
mereka, novel Interlok dianggap dapat memenuhi slogan Satu
Malaysia seperti yang diharapkan oleh kerajaan
kita.Kesilapannya disini adalah sikap sesetengah pihak yang suka
mencetuskan isu perkauman, walhal mereka membaca novel
berkenaan tidak sepenuhnya dan sekadar cedok petikan-petikan
atau frasa tertentu yang dianggap tidak sesuai dan melompat-lompat.
2. Hakikatnya sasterawan Negara ini tidak berhasrat untuk
menghina mana-mana kaum, sebaliknya menulis atas dasar
realiti masyarakat pada zaman itu. Kenyataan ini diperkukuhkan
melalui kata – kata oleh Hippolyte Taine seorang sarjana sastera
Peranchis abad ke 19 yang berbunyi :untuk memahami sesebuah
masyarakat itu lihat berdasarkan bangsa, waktu dan lingkungan
(race, moment and milieu.
Hasil Karya Abdullah Hussain inimelibatkan tiga unsur yang
digabungjalin melalui plot dengan kemas dan sangat meyakinkan.
Karya ini memaparkan keadaan masyarakat ketika zaman
kedatangan orang Cina ke Tanah Melayu, orang India dari
selatan benua India dan orang Melayu yang menjadi penghuni
asal Tanah Melayu pada awal abad ke 20. Penulis
menggambarkan situasi sosial, ekonomi dan politik dengan baik
sekali.Di gambarkan secara mendalam situasi ketiga-tiga kaum
1
ini hidup dalam kemiskinan akibat penjajahan Inggeris yang
mengamalkan sistem pemerintahan pecah-perintah.Orang
Melayu hidup sebagai petani, orang Cina sebagai pengusaha dan
orang India majoritinya bekerja di estet.
Kaum melayu, kaum Cina dan kaum India ini saling
berusaha untuk meningkatkan taraf hidup dan merubah
3. penghidupan mereka daripada kehidupan yang kurang baik
menjadi lebih baik.Dari itu berlakulah proses mobiliti sosial ke
atas ketiga-tiga kaum terutama bagi generasi kedua dan ketiga.
Hakikatnya perihal inilah yang cuba ditonjolkan oleh pengarang
dalam karyanya Interlok. Seterusnya akan dikupaskan secara
lebih mendalam berkaitan falsafah, pandangan hidup dan nilai
ilmu yang terkandung di dalam karya yang istimewa ini.