minyak atsiri sebagai komoditi ekspor indonesia, Syarat mutu untuk minyak atsiri meliputi syarat khusus dan syarat umum
Syarat umum antara lain warna, bau , bobot jenis, indeks bias, putaran optik, serta kelarutan dalam etanol.
Sementara untuk syarat khusus disesuaikan dengan jenis minyaknya seperti kdar bahan aktif, bilangan asam, bilangan ester, minyak pelikan, serta minyak lemak, Hingga saat ini, masih banyak bahan yang mengandung inyak atsiri diperdagangkan dengan harga yang murah, sehingga bisa diolah melalui peyulingan menjadi minyak atsiri dan dijual dengan harga yang mahal, Minyak atsiri tidak hanya dikelola oleh negara berkembang tetapi juga oleh negara maju, akan tetapi negara berkembang Cuma memproduksi menjadi barang setengan jadi, kemudian diekspor. Sedangkan negara maju mengimpor barang setengah jadi lalu dioleh menjadi barang jadi dan di ekspor kenegara berkembang.
Diantara 80 jenis minyak atsiri yang ada di indonesia sekitar 20 jenis tetapi yang dimkenal di pasar dunia 15 jenis, diantaranya menjadi komoditas ekspor.
Coconut oil is normally produced as cooking oil in some areas in Indonesia. However, palm oil mostly produced by industries as vegetable/cooking oil. Waste cooking oil from palm oil becomes a big problem in the environment, and creates pollution. This research aims to use waste cooking oil to produce biodiesel by mixing waste cooking oil and coconut oil. Those mixed oils become raw materials for this process. The composition of the mixtures are 100MJ: 0MK; 75MJ: 25MK; 50MJ: 50MK; 25MJ: 75MK; and 0MJ: 100MK (% v / v of waste cooking oil (MJ) and coconut oil (MK)).The total of 200 mL oil mixtures was used for the esterification process with methanol composition were 38%; 30%; 28%;19% and trans-esterification were 18%; 19%; 20%; 21%; 23%; 25%. Esterification reaction was using the 0,5% H2SO4 as a catalyst, while transesterification was using 0.9% KOH as catalyst. The transesterification process of biodiesel was using two step process by mixing KOH and methanol (75% (w/v) for the 1st step and 25% (w/v) for the 2nd step). The yield of biodiesel this research were: 100MJ: 0MK (92,65%; 92,15%; 93,65%), 75MJ: 25MK (93,15%; 96,65%), 50MJ: 50MK (96,15%; 95,11%; 86,65%), 25MJ: 75MK (98,65%; 96,65%) and 100MK: 0MJ (82.65%). Furthermore, the total glycerol values were 100MJ:0MK (0.19%), 75MJ: 25MK (0.21%), 50MJ:50MK (0.23%) 25MJ: 25MK (0.22%) and 100MK:0MJ (0.26%). EN14214 standard shows that the best composition of mixtured oils was 50MJ:50MK. Then, the total glycerol was 0.23% (60-70 minutes for the esterification and transesterification reaction). Acid number value was 0.2117, saponification number was 198.41; ester content was 98.163% and water content was 0.56 ppm. The FAME component of biodiesel 50MJ:50MK was the most Nonanoic acid, methyl ester (C15H20O2) (37,79%) by GC/MS analysis .
Keyword: coconut oil, waste cooking oil, biodiesel, FFA, triglyceride, total glycerol.
minyak atsiri sebagai komoditi ekspor indonesia, Syarat mutu untuk minyak atsiri meliputi syarat khusus dan syarat umum
Syarat umum antara lain warna, bau , bobot jenis, indeks bias, putaran optik, serta kelarutan dalam etanol.
Sementara untuk syarat khusus disesuaikan dengan jenis minyaknya seperti kdar bahan aktif, bilangan asam, bilangan ester, minyak pelikan, serta minyak lemak, Hingga saat ini, masih banyak bahan yang mengandung inyak atsiri diperdagangkan dengan harga yang murah, sehingga bisa diolah melalui peyulingan menjadi minyak atsiri dan dijual dengan harga yang mahal, Minyak atsiri tidak hanya dikelola oleh negara berkembang tetapi juga oleh negara maju, akan tetapi negara berkembang Cuma memproduksi menjadi barang setengan jadi, kemudian diekspor. Sedangkan negara maju mengimpor barang setengah jadi lalu dioleh menjadi barang jadi dan di ekspor kenegara berkembang.
Diantara 80 jenis minyak atsiri yang ada di indonesia sekitar 20 jenis tetapi yang dimkenal di pasar dunia 15 jenis, diantaranya menjadi komoditas ekspor.
Coconut oil is normally produced as cooking oil in some areas in Indonesia. However, palm oil mostly produced by industries as vegetable/cooking oil. Waste cooking oil from palm oil becomes a big problem in the environment, and creates pollution. This research aims to use waste cooking oil to produce biodiesel by mixing waste cooking oil and coconut oil. Those mixed oils become raw materials for this process. The composition of the mixtures are 100MJ: 0MK; 75MJ: 25MK; 50MJ: 50MK; 25MJ: 75MK; and 0MJ: 100MK (% v / v of waste cooking oil (MJ) and coconut oil (MK)).The total of 200 mL oil mixtures was used for the esterification process with methanol composition were 38%; 30%; 28%;19% and trans-esterification were 18%; 19%; 20%; 21%; 23%; 25%. Esterification reaction was using the 0,5% H2SO4 as a catalyst, while transesterification was using 0.9% KOH as catalyst. The transesterification process of biodiesel was using two step process by mixing KOH and methanol (75% (w/v) for the 1st step and 25% (w/v) for the 2nd step). The yield of biodiesel this research were: 100MJ: 0MK (92,65%; 92,15%; 93,65%), 75MJ: 25MK (93,15%; 96,65%), 50MJ: 50MK (96,15%; 95,11%; 86,65%), 25MJ: 75MK (98,65%; 96,65%) and 100MK: 0MJ (82.65%). Furthermore, the total glycerol values were 100MJ:0MK (0.19%), 75MJ: 25MK (0.21%), 50MJ:50MK (0.23%) 25MJ: 25MK (0.22%) and 100MK:0MJ (0.26%). EN14214 standard shows that the best composition of mixtured oils was 50MJ:50MK. Then, the total glycerol was 0.23% (60-70 minutes for the esterification and transesterification reaction). Acid number value was 0.2117, saponification number was 198.41; ester content was 98.163% and water content was 0.56 ppm. The FAME component of biodiesel 50MJ:50MK was the most Nonanoic acid, methyl ester (C15H20O2) (37,79%) by GC/MS analysis .
Keyword: coconut oil, waste cooking oil, biodiesel, FFA, triglyceride, total glycerol.
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenAdrianAgoes9
sosialisasi untuk dosen dalam mengisi dan memadankan sister akunnya, sehingga bisa memutakhirkan data di dalam sister tersebut. ini adalah untuk kepentingan jabatan akademik dan jabatan fungsional dosen. penting untuk karir dan jabatan dosen juga untuk kepentingan akademik perguruan tinggi terkait.
6. PERKEMBANGAN INDUSTRI KELAPA SAWIT Kelapa sawit sebagai tanaman penghasil minyak sawit dan inti sawit merupakan salah satu primadona tanaman perkebunan yang menjadi sumber penghasil devisa non migas bagi Indonesia. Cerahnya prospek komoditi minyak kelapa sawit dalam perdagangan minyak nabati dunia telah mendorong pemerintah Indonesia untuk memacu pengembangan areal perkebunan kelapa sawit. Berkembangnya sub‐sektor perkebunan kelapa sawit di Indonesia tidak lepas dari adanya kebijakan pemerintah yang memberikan berbagai insentif, terutama kemudahan dalam hal perijinan dan bantuan subsidi investasi untuk pembangunan perkebunan rakyat dengan pola PIR‐Bun dan dalam pembukaan wilayah baru untuk areal perkebunan besar swasta.
9. Proses penyulingan dikerjakan untuk penjernihan dan penghilangan bau atau RBDPO ( Refined, Bleached and Deodorized Palm Oil). kemudian diuraikan lagi menjadi minyak sawit padat (RBD Stearin) dan untuk produksi minyak sawit cair (RBD Olein).Secara keseluruhan proses penyulingan minyak kelapa sawit tersebut dapat menghasilkan 73% olein, 21% stearin, 5% PFAD ( Palm Fatty Acid Distillate) dan 0.5% buangan.
12. Dari beberapa faktor yang berkaitan dengan standar mutu minyak sawit tersebut, didapat hasil dari pengolahan kelapa sawit, seperti di bawah ini : a) Crude Palm Oil b) Crude Palm Stearin c) RBD Palm Oil d) RBD Olein e) RBD Stearin f) Palm Kernel Oil 7 g) Palm Kernel Fatty Acid h) Palm Kernel i) Palm Kernel Expeller (PKE) j) Palm Cooking Oil k) Refined Palm Oil (RPO) l) Refined Bleached Deodorised Olein (ROL) m) Refined Bleached Deodorised Stearin (RPS) n) Palm Kernel Pellet o) Palm Kernel Shell Charcoal
13.
14.
15. Manfaat lain dari proses industri minyak kelapa sawit antara lain: a. Sebagai bahan bakar alternatif Biodisel b. Sebagai nutrisi pakanan ternak (cangkang hasil pengolahan) c. Sebagai bahan pupuk kompos (cangkang hasil pengolahan) d. Sebagai bahan dasar industri lainnya (industri sabun, industri kosmetik, industrimakanan) e. Sebagai obat karena kandungan minyak nabati berprospek tinggi f. Sebagai bahan pembuat particle board (batang dan pelepah).
21. KESIMPULAN Industri minyak kelapa sawit merupakan salah satu industri strategis, karena berhubungan dengan sektor pertanian ( agro‐based industry) yang banyak berkembang di negara‐negara tropis seperti Indonesia, Malaysia dan Thailand. Hasil industri minyak kelapa sawit bukan hanya minyak goreng saja, tetapi juga bisa digunakan sebagai bahan dasar industri lainnya seperti industri makanan, kosmetika dan industri sabun. Prospek perkembangan industri minyak kelapa sawit saat ini sangat pesat, dimana terjadi peningkatan jumlah produksi kelapa sawit seiring meningkatnya kebutuhanmasyarakat. Dengan besarnya produksi yang mampu dihasilkan, tentunya hal ini berdampak positif bagi perekenomian Indonesia, baik dari segi kontribusinya terhadap pendapatan negara, maupun besarnya tenaga kerja yang terserap di sektor. Sektor ini juga mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat di sekitar perkebunan sawit, di mana presentase penduduk miskin di areal ini jauh lebih rendah dari angka penduduk miskin nasional sebesar. Boleh dibilang, industri minyak kelapa sawit ini dapat diharapkan menjadi motor pertumbuhan ekonomi nasional.