4. Realitas
(Tunggal vs Jamak)
(Guba, 1985)
• Realitas = kesadaran atas peristiwa
• Realitas = self-created, bersifat persepsional
• Realitas adalah objek keilmuan yang harus
‘ditangkap’ oleh ilmuwan dalam praktek
keilmuannya
MENGAPA PERLU BERPIKIR HOLISTIK?
5. 4 Tipe Realitas
(Guba, 1985)
Objective Reality
Perceived Reality
Constructed Reality
Created Reality
MENGAPA PERLU BERPIKIR HOLISTIK?
6. • Ada realitas yang nyata (tangible)
• Jika dialami, akan memberi pemahaman
penuh pada realitas tsb
• Contoh: realitas panas, realitas dingin,
realitas bencana nuklir/alam
Objective Reality
(Guba, 1985)
MENGAPA PERLU BERPIKIR HOLISTIK?
7. • Realitas yang tidak dapat dipahami
sepenuhnya oleh seseorang
• Hanya dapat dipahami dari sudut pandang
tertentu/persepsi
• Persepsi adalah pandangan yang bersifat
parsial dari sebuah realitas (kisah orang buta
dan gajah, rel kereta api yang berimpit)
• Contoh: Atom bisa dipersepsi sebagai partikel
tetapi disisi lain bisa sebagai gelombang
Perceived Reality
(Guba, 1985)
MENGAPA PERLU BERPIKIR HOLISTIK?
8. • Realitas adalah hasil konstruksi dari pikiran individual
• Realitas tidak ada sebelum dikonstruksikan
• Setiap individu menghasilkan konstruksi realitas yang
berbeda (walaupun objeknya sama)
• Realitas dibangun atas realitas-realitas (multiple
realities) yang dikonstruksikan oleh banyak individu,
bukan realitas tunggal hasil konstruksi satu individu
• Contoh: bendera "merah putih", simbol2 dalam
burung garuda Pancasila, kurikulum, hukum positip,
iklan konsumsi (merokok itu gagah), humor Sumanto
Constructed Reality
(Guba, 1985)
MENGAPA PERLU BERPIKIR HOLISTIK?
9. • Realitas itu tidak ada
• Realitas akan ada setelah kita menciptakannya
(sebelumnya hanya berupa probabilitas)
• Ontologi baru melalui epistemologi baru
• Obyek keilmuan baru melalui teknologi baru
• Contoh: e-business, e-trading, e-banking,
"gojek", "taksi uber"
Created Reality
(Guba, 1985)
MENGAPA PERLU BERPIKIR HOLISTIK?
10. KEBENARAN
(Tunggal Jamak)
“And as we think, so do we act”
(Schwartz and Ogilvy, 1979, dalam Guba 1985)
Truth1:
kebenaran empiris ilmu
pengetahuan
Truth2 :
kebenaran logis
Truth3 :
kebenaran etis
Truth4:
kebenaran metafisika
Konsep kebenaran (Truth)
klaim benar jika konsisten dengan alam
klaim benar jika secara logis konsisten dengan
klaim lain yang diketahui/diyakini benar
klaim benar jika orang yang menegaskan itu bertindak
sesuai dengan standar perilaku yang dapat diterima
klaim benar jika individu mengalami kesadaran kebenaran,
tidak dapat diuji oleh standar eksternal (kepercayaan
dasar, kebenaran membentuk sistem ide)
(mpkd, 2014)
Truth
1
MENGAPA PERLU BERPIKIR HOLISTIK?
11. 5 KEPUNAHAN MASAL DI BUMI
(Sumber: Cosmos Magazine Website, diakses 10 Juni 2016)
1. Kepunahan pertama (444 juta tahun yang lalu)
• 86 % species punah
• Bumi terselimuti es
• Permukaan air laut surut ekstrim
2. Kepunahan kedua (375 juta tahun yang lalu)
• 75 % species punah
• Ledakan besar
• Pertumbuhan alga yang ekstrim, shg O2 keluar semua dari laut
3. Kepunahan ketiga (251 juta tahun yang lalu)
• 96 % species punah
• The great dying
• Erupsi di Siberia, menyebarkan CO2 ke seluruh atmosfir, bakteri metanogen, peracunan
air di seluruh permukaan bumi
4. Kepunahan keempat (200 juta tahun yang lalu)
• 80 % species punah
• End Triassic
• Penyebab belum diketahui
5. Kepunahan kelima (66 juta tahun yang lalu)
• 76 % species punah
• Akhir dari Dinosaurus
• Asteroid impact, climate change
MENGAPA PERLU BERPIKIR HOLISTIK?
12. KEPUNAHAN KE ENAM
(dari Holocene ke Anthropocene)
"Manusia Baru"
(Brigitta Isworo Laksmi, Kompas 17 Februari 2016:14)
• Akhir dari Holocene (akhir jaman es, muka air laut dimulai dari 11.700 tahun yang lalu), memasuki era
Anthropocene
• Telah terjadi perubahan dramatis hanya dalam dua abad terakhir akibat aktivitas manusia
(Environmental Science and Technology)
• Anthropocene diduga akan memicu kepunahan masal ke-enam
• Peningkatan emisi karbon
• Jumlah zat fosfor dan nitrogen menjadi dua kali lipat mempengaruhi siklus kimia
• Industri menciptakan jenis logam baru yang tak terdapat secara alamiah (campuran unsur keras dari
intan)
• Munculnya spesies baru tanaman yang dibuat manusia
• Persebaran newan dan tumbuhan secara global
• Cara pandang (epistemologi) manusia terhadap alam harus dirubah
• "The universe shivers with wonder in the depth of the human" (Semesta menjadi serpihan kecil
ajaib di kedalaman manusia) (Brian Swimme :"The Dream of Earth, Sierra Club Books, 1998, dalam
Brigitta Isworo Laksmi: "Manusia Baru", Kompas 17 Februari 2016:14).
MENGAPA PERLU BERPIKIR HOLISTIK?
14. • Aliran yang menyatakan bahwa hanya ada “satu” kenyataan
• Kenyataan dapat berupa : jiwa, materi, Tuhan, atau substansi lainnya
• Tokoh-tokoh :
1. Thales (625-545 SM)
Kenyataan terdalam adalah “air”
2. Anaximander (610-547 SM)
Kenyataan terdalam adalah “apeiron”, sesuatu tanpa batas, tak
dapat ditentukan, tidak memiliki persamaan dengan salah satu
benda yang ada di dunia
3. Anaximenes (585-528 SM)
Kenyataan terdalam adalah “ udara”
4. Pythagoras (580-500 SM)
Kenyataan terdalam adalah “bilangan”
5. Heraklitos (535-475 SM)
Kenyataan terdalam adalah “api”
6. Demokritos (460-370 SM)
Kenyataan terdalam adalah “atom”
7. Baruch spinoza (filsuf modern, 1632-1677 SM)
MONISME
Sumber: Hadiwijono, H (1993), Wibisono, K (1997)
LANDASAN BERPIKIR "HOLISTIK" (1)
15. • Aliran yang menganggap adanya dua substansi yang masing-
masing berdiri sendiri
• Tokoh-tokoh :
1) Plato (428-348 SM)
Membedakan dua dunia : dunia intelek (idea) dan dunia
inderawi (kenyataan)
2) Rene Descartes (1596-1650 SM)
Membedakan substansi pikiran dan substansi kenyataan
3) Leibniz (1646-1716)
Membedakan dunia yang sesungguhnya dan dunia yang
mungkin
4) Immanuel Kant (1724-1804)
Membedakan antara dunia gejala (penomena) dan dunia
hakiki (noumena)
LAWAN BERPIKIR "MONISTIK" = BERPIKIR "DUALISTIK"
16. Perkembangan Filsafat dan Ilmu
Pra Yunani
Kuno
Yunani Kuno Abad Tengah Abad Modern Kontemporer
6 SM – 3 SM – 6 M 14 M 14/15M 18 M 19 M 20 M
Mitos Logos Theologia Renaisanse Aufklarung
Rasionalisme
Empirisme
Kritisisme
Idealisme
Positivisme
Fenomenologi
Strukturalisme
Neopositivisme
Mitologi Filsafat Teologi Ilmu-ilmu Cabang
Faktor Heuristik
(Kesadaran
Menyeluruh)
Monisme Dualisme Monisme Dualisme Monisme
Sumber: Wibisono, 1997
17. CARA BERPIKIR KATEGORISASI
(DOUGLAS HOFSTADTER & EMMANUEL SANDER, 2012)
• A category pulls together many phenomena ... and allows invisible
aspects of objects, actions, and situations to be “seen” (saling
menghubungkan membangun taksonomi sekaligus jaringan)
• Categorization gives one the feeling of understanding a situation one
is in by providing a clear perspective on it, allowing hidden items and
qualities to be detected, future events to be anticipated, and the
consequences of actions to be foreseen (menjelaskan konteks,
karakter, kualitas)
• Categorization thus helps one to draw conclusions and to guess about
how a situation is likely to evolve (penarikan kesimpulan yang sesuai)
• Without “categorization engine”, we would understand nothing around
us, could not communicate with anyone else, and would have no
basis on which to take any action (basis pemahaman kesaling
terjalinan)
LANDASAN BERPIKIR "HOLISTIK" (2)
18. CARA BERPIKIR ANALOGI
(DOUGLAS HOFSTADTER & EMMANUEL SANDER, 2012)
• Without concepts there can be no
thought, and without analogies there
can be no concepts
• Analogy is the fuel and fire of thinking
• Analogy is the Core of Cognition
LAWAN BERPIKIR "KATEGORI" = BERPIKIR "ANALOGi"
19. Epistemologi Holistik
dalam kerangka empat bidang pengetahuan
manusia
Batin
Lahiriah
Dunia
Saya
Apa yang saya
pikirkan (1)
Apa yang
Dunia pikirkan
(2)
Apa yang
nampak dari
saya (3)
Apa yang
nampak di
Dunia (4)
Sumber: Modifikasi dari Rachman, Budhy, M. (2002)
21. AKSIOMA POSITIVISTIK vs POST-POSITIVISTIK
(Sumber: Guba, 1985)
Aksioma Positivistik Post-Positivistik
Sifat Realitas Tunggal; nyata;
terfragmentasi
Banyak; menyeluruh; dibangun
Hubungan
Subjek-Objek
Dualistik; entitas terpisah Bersifat interaktif, tidak bisa
dipisahkan
Kemungkinan
dijeneralisir
Sepanjang waktu; bebas
konteks
Tergantung konteks dan waktu
saat itu
Hubungan
kausalitas
Linear Saling mempengaruhi
Peran nilai-
nilai
Objektivitas;
bebas dari nilai-nilai yang
ada
Intersubjektivitas;
terikat dengan nilai-nilai yang
ada
22. PERGESERAN PARADIGMA
LAMA ke BARU
(Sumber: Guba, 1985)
Lama Baru Prinsip2 Terkait
Simple Complex Dunia nyata memiliki beragam entitas dan sistem
yang kompleks
Hirarchy Heterarchy Sistem mengalami banyak simultan; kemungkinan
perintah yang lebih tinggi bisa mendominasi
Mechanical Holographic Gambaran sistem dan organisme diciptakan oleh
proses interaksi, melihat secara utuh
Determinate Indeterminate Pada prinsipnya sistem dan organisme di masa
depan tidak bisa di prediksi
Linearly
causal
Mutually causal Sistem dan organisme berkembang dan berubah
sedemikian rupa sehingga```````````````````````` saling
terkait atau mempengaruhi
Assembly Morphogenesis Bentuk-bentuk baru dari sistem dan organisme
tidak bisa diduga; salah satu bagian dapat muncul
secara spontan dalam kondisi keragaman,
keterbukaan, kompleksitas, dan hubungan
kasualitas
Objective Perspective Instrumen-instrumen atau bahkan disiplin-disiplin
tidaklah netral
23. PERGESERAN EPISTEMOLOGI
ILMU PENGETAHUAN
(Sumber: Fritjof Capra, 1991, terjemahan 1999)
ILMU PENGETAHUAN
Lama Baru
Rasionalistik
Cartesian
Newtonian
Baconian
Holistik
Ekologis
Sistemik
Menekankan bagian Menekankan keseluruhan
Menekankan struktur Menekankan proses
Ilmiah obyektif Alamiah subyektif
Ilmu adalah bangunan Ilmu adalah jaringan
Kebenaran dapat dicapai secara mutlak Kebenaran bersifat sementara
25. ANAK
Oleh : Ibu Dorothy Law Notle, dalam J.Drost, S.J.
A
(Parsial-Dualisme)
Jika seorang anak hidup dalam suasana penuh kritik,
ia belajar untuk menyalahkan
Jika seorang anak hidup dalam permusuhan,
ia belajar untuk berkelahi
Jika seorang anak hidup dalam ketakutan,
ia belajar untuk gelisah
Jika seorang anak hidup dalam belas kasihan diri,
ia belajar mudah memaafkan dirinya sendiri
Jika seorang anak hidup dalam ejekan,
ia belajar untuk merasa malu
Jika seorang anak hidup dalam kecemburuan,
ia belajar bagaimana iri hati
Jika seorang anak hidup dalam rasa malu,
ia belajar untuk merasa bersalah
26. B
(Holisme-Monisme)
Jika seorang anak hidup dalam semangat jiwa besar,
ia belajar untuk percaya diri
Jika seorang anak hidup dalam menghargai orang lain,
ia belajar setia dan sabar
Jika seorang anak hidupnya diterima apa adanya,
ia belajar untuk mencintai
Jika seorang anak hidup dalam suasana rukun,
ia belajar untuk mencintai dirinya sendiri
Jika seorang anak hidupnya dimengerti,
ia belajar bahwa sangat baik untuk mempunyai cita-cita
Jika seorang anak hidup dalam suasana adil,
ia belajar akan kemurahan hati
Jika seorang anak hidup dalam kejujuran dan sportivitas,
ia belajar akan kebenaran dan keadilan
Jika seorang anak hidup dalam rasa aman,
ia belajar percaya kepada dirinya dan percaya kepada orang lain
Jika seorang anak hidup penuh persahabatan,
ia belajar bahwa dunia ini merupakan suatu tempat yang indah untuk hidup
Jika seorang anak hidup dalam ketentraman,
ia akan hidup dalam ketenangan batin