Keracunan makanan dan penyakit karena mengonsumsi buah-buahan atau sayuran segar maupun olahan mengindikasikan adanya kontaminan (pestisida, mikroba, logam berat) dalam bahan pangan tersebut.
World Health Organization (WHO) mendefinisikan penyakit asal pangan (foodborne disease) sebagai penyakit yang umumnya bersifat infeksi atau racun yang disebabkan oleh senyawa yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan yang dikonsumsi.
Menurut data FDA Amerika Serikat, penyakit asal pangan yang disebabkan oleh kontaminasi mikroba menempati urutan pertama di atas racun alami, residu pestisida, dan bahan tambahan pangan.
Makanan Jajanan Anak Sekolah merupakan contoh dimana sekolah memiliki peran penting dalam pencapaian kesehatan masyarakat, terutama kesehatan siswa sekolah. Peran penting ini telah diakui dan didorong oleh WHO pada tahun 2008 melalui pencanangan Konsep Sekolah Sehat, atau sekolah yang mempromosikan kesehatan (health promoting school).
Hal serupa telah diatur dalam Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 79 tentang Kesehatan Sekolah. Sekolah merupakan institusi yang dapat menciptakan pembelajaran, pertumbuhan, dan perkembangan harmonis peserta didik untuk menjadi sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karenanya, kemampuan hidup sehat peserta didik, dan lingkungan pendidikan yang sehat, perlu diwujudkan dan menjadi tujuan penyelenggaraan Kesehatan Sekolah. Dalam konteks lingkungan pendidikan yang sehat, maka makanan jajanan anak sekolah yang aman, bermutu dan bergizi menjadi suatu keharusan.
Keracunan makanan dan penyakit karena mengonsumsi buah-buahan atau sayuran segar maupun olahan mengindikasikan adanya kontaminan (pestisida, mikroba, logam berat) dalam bahan pangan tersebut.
World Health Organization (WHO) mendefinisikan penyakit asal pangan (foodborne disease) sebagai penyakit yang umumnya bersifat infeksi atau racun yang disebabkan oleh senyawa yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan yang dikonsumsi.
Menurut data FDA Amerika Serikat, penyakit asal pangan yang disebabkan oleh kontaminasi mikroba menempati urutan pertama di atas racun alami, residu pestisida, dan bahan tambahan pangan.
Makanan Jajanan Anak Sekolah merupakan contoh dimana sekolah memiliki peran penting dalam pencapaian kesehatan masyarakat, terutama kesehatan siswa sekolah. Peran penting ini telah diakui dan didorong oleh WHO pada tahun 2008 melalui pencanangan Konsep Sekolah Sehat, atau sekolah yang mempromosikan kesehatan (health promoting school).
Hal serupa telah diatur dalam Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 79 tentang Kesehatan Sekolah. Sekolah merupakan institusi yang dapat menciptakan pembelajaran, pertumbuhan, dan perkembangan harmonis peserta didik untuk menjadi sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karenanya, kemampuan hidup sehat peserta didik, dan lingkungan pendidikan yang sehat, perlu diwujudkan dan menjadi tujuan penyelenggaraan Kesehatan Sekolah. Dalam konteks lingkungan pendidikan yang sehat, maka makanan jajanan anak sekolah yang aman, bermutu dan bergizi menjadi suatu keharusan.
2. 01 Aspergillus achraceus dan Aspergillus
melleus
memproduksi asam penisilat.
02
Penicillum martenssi
memproduksi aflaktoksin
03 Mucor sering menyebabkan
kerusakan makanan, misalnya terjadinya
pembusukan pada roti
04
Cemaran Pangan Oleh Jamur
Aspergillus flavus dan Apergillus
parasitivus
yang mampu memproduksi
mikotoksin
3. Mikotoksin Mikotoksin merupakan metabolit sekunder yang dihasilkan
oleh spesies kapang tertentu selama pertumbuhannya pada
bahan pangan maupun pakan.
Mikotoksin mulai dikenal sejak ditemukannya aflatoksin me-
nyebabkanTurkey X disease pada tahun 1960.
5. MIKOTOKSIN
• Aflatoksin B1 merupakan jenis yang paling beracun ter-
hadap beberapa jenis ternak, dan bersifat karsinogenik
pada hati.
• Substrat yang paling disenangi oleh Aspergillus Flavus
adalah kacang tanah atau produk-produk dari kacang
tanah serta bungkil kacang tanah.
• Di samping itu ditemukan juga pada biji kapas, jagung,
dan beras terutama yang telah mengalami kerusakan
penyimpanan.
6. MIKOTOKSIN
Hingga saat ini telah dikenal 300 jenis mikotoksin, lima jenis diantaranya
sangat berpotensi menyebabkan penyakit baik pada manusia maupun
hewan, yaitu aflatoksin, okratoksin A, zearalenon, trikotesena
(deoksinivalenol, toksin T2) dan fumonisin.
Menurut Bhat dan Miller (1991) sekitar 25-50% komoditas pertanian
tercemar kelima jenis mikotoksin tersebut.
Penyakit yang disebabkan karena adanya pemaparan mikotoksin
disebut mikotoksikosis.
8. Sangat penting karena?
Indonesia
Indonesia merupakan negara tropis
Kelembaban tinggi (RH > 78%)
Suhu hangat ( 25 - 320C)
Ideal untuk pertumbuhan jamur
kerusakan pangan
cemaran mikotoksin
tahan terhadap faktor pengolahan
Karsinogenik
Toksisitas AKUT
9. Aflatoksin
• Aflatoksin berasal dari singkatan Aspergillus flavus
toxin. Toksin ini pertama kali diketahui berasal dari k
apang Aspergillus flavus yang berhasil diisolasi pad
a tahun 1960.
• A. flavus sebagai penghasil utama aflatoksin umum-
nya hanya memproduksi aflatoksin B1 dan B2 (AFB1
dan AFB2)
• Sedangkan A. parasiticus memproduksi AFB1, AFB2,
AFG1, dan AFG2.
• A. flavus dan A. parasiticus ini tumbuh pada. kisaran
suhu yang jauh, yaitu berkisar dari 10-120C sampai
42-430C dengan suhu optimum 320-330C dan pH
optimum 6.
10. AFLATOKSIN
• Toksin yang dihasilkan oleh
jamur Aspergillus flavus dan
Aspergillus parasiticus
• Toksin yang dapat
menyebabkan kerusakan
pada hati, serta bersifat
karsinogenik yang memicu
timbulnya kanker
(Marth, 1990)
11. Serangan cendawan A. flavus pada berbagai jenis pangan
(jagung, gandum,dan beras) mengakibatkan berbagai keru-
sakan meliputi kerusakan fisik, kimia, bau, warna, tekstur,
dan nilai nutrisi, serta berakibat pada kesehatan manusia
dan hewan.
Infeksi cendawan A. flavus pada berbagai jenis serealia
dapat menyebabkan berbagai pengaruh yaitu timbulnya
penyakit seperti :
• hepatocarcinoma (aflatoksin akut),
• kwashiorkor
• reyes syndrome
• kanker hati.
12. Dampak
Aflatoksin
• Sasaran utama aflatoksin
• Kerusakan hati
• Pembengkakan hati
• Sifat karsinogenik
• Timbulnya penyakit kanker
• Mempunyai hubungan sinergik dengan virus
hepatitis B and C
• Menghambat pertumbuhan anak
• Menurunkan sistem kekebalan
• rawan terserang penyakit.
• Pada ternak
• turunnya produktivitas (susu, daging,
telur),
• nafsu makan turun, berat badan turun,
• mengkontaminasi susu.
13. Cemaran Aflatoksin
pada Jagung
• Kondisi cemaran aflatoksin pada
jagung relatif tinggi
• Sampel jagung yang diambil pada
petani, pedagang dan pengumpul,
23% mengandung cemaran
aflatoksin 20-100 ppb, dan 12%
mengandung cemaran aflatoksin
lebih dari 100 ppb (Rahayu et al.,
2003).
14. Saat Panen
• Saat panen kandungan aflatoksin
antara 0-14 ppb.
• Penundaan waktu pengeringan
sampai 2 hari dapat meningkatkan
aflatoksin dari 14 ppb menjadi 94
ppb.
• Untuk mengatasi hal tersebut maka
jagung perlu dikeringkan segera
hingga kadar air biji dibawah 14%
(Rahmiana et al., 2006).
17. Hasil : 100 % jagung terinfeksi jamur, yang didominasi
oleh miselia putih, Aspergillus, dan Penicillium
Uji tingkat cemaran jamur
18. Orange-yellow reverse
at AFPA media
potential aflatoxigenic fungi
(A. flavus/A.parasiticus )
Jagung terinfeksi jamur
dan jamur yang berpotensi
menghasilkan aflatoksin