SlideShare a Scribd company logo
Teori Dasar Metalografi merupakan disiplin ilmu yang mempelajari karakteristik
mikrostruktur suatu logam, paduan logam dan material lainnya serta hubungannya
dengan sifat-sifat material tersebut. Ada beberapa metode yang dipakai, yaitu :
,ikroskopik (optik maupun elektron), difraksi (sinar-X, elektron dan neutron), analisis(X-
ray fluorense, electron microprobe) dan juga metalografi stereometri. Pada praktikum
metalografi ini digunakan metode mikroskop. Pengamatan metalografi dengan
mikroskop umumnya dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Metalografi makro Yaitu pengamatan struktur dengan perbesaran 10 –
100 kali
1. Metalografi mikro Yaitu pengamatan struktur dengan perbesaran di atas
100 kali Sebelum dilakukan pengamatan mikrostruktur dengan mikroskop maka
diperlukan preparasi sampel Tahapan kerja preparasi sampel :
 Penentuan Wilayah Kerja Sampel Dalam pemotongan dan pengambilan
sampel, perlu diperhatikan wilayah daerah kerja sampel yang akan diamati yang
biasanya disebut sebagai bidang orientasi dasar, yaitu :
 bidang transversal : tegak lurus terhadap arah sumbu deformasi
panas
 bidang planar : sejajar dengan sumbu pengerjaan dan memiliki
luas permukaan yang paling besar dan yang paling sering bersinggungan
dengan rol
 bidang longitudinal : tegak lurus terhadap bidaqng planar dan
sejajar dengan arah pengerjaan
 Pemotongan sample Teknik pemotobgan sampel dapat dilakukan dengan
:
 pematahan : untuk bahan getas dank eras
 pengguntingan : untuk baja karbon rendah yang tipis dan lunak
 penggergajian : untuk bahan yang lebih lunak dari 350 HB
 pemotongan abrasi
 electric discharge machining : untuk bahan dengan konduktivitas
baik di mana sampel direndam dalam fluida dielektrik lebih dahulu
sebelum dipotong dengan memasang catu listrik antara elektroda dan
sampel
 Pemasangan sampel (monting) Prosedur mounting dilakukan apabila
sampel terlalu kecil, bentuk tak beraturan, sangat lunak, mudah pecah dan
berongga. Caranya adalah dengan meletakkan sampel ke dalam cetakan
mounting, lalu memasukkan resin yang telah dicampur denga hardener. Larutan
mounting harus memiliki sifat : a. tak bereaksi dengan sampel b. kekentalannnya
sedang dalam bentuk cair dan bebas udara pada bentuk padatnya c. adhesi
yang baik dengan sampel d. kekuatan dan tahanan yang sama besar dengan
sampel e. kemampuan susut yang rendah Permukaansampel yang akan diuji
harus ada di bagian bawah. Setelah dibiarkan selama 25 menit maka bahan
mounting telah siap dan sampel telah siap dipreparasi dengan langkah
berikutnya.
 Pengamplasan Pengamplasan bertujuan untuk meratakan dan
menghjluskan permukaan sampel yang akan diamati.
Pengamplasan ini dilakukan secara berurutan yaitu denga memakai amplas
kasar hingga amplas halus (no # tinggi). Pengamplasan kasar dilakukan dengan
menggunakan amplas dengan nomor di bawah 180 #, sedangkan pengamplasan
halus menggunakan amplas dengan nomor lebih tinggi dari 180 #.
Pengamplasan dimulai dengan meletakkan sampel pada kertas amplas dengan
permukaan yang akan diamati bersentuhan langsung dengan bagian kertas
amplas yang kasar, kemudian sampel ditekan dengan gerakan searah. Selama
pengamplasan terjadi gesekan antara permukaan sampel dan kertas amplas
yang memungkinkan terjadinya kenaikan suhu yang dapat mempengaruhi
mikrostruktur sampel sehingga diperlukan pendinginan dengan cara
mengaliri air. Apabila ingin mengganti arah pengamplasan, sampel diusahakan
berada pada kedudukan tegak lurus terhadap arah mula-mula. Pengamplasan
selesai apabila tidak teramati lagi adanya goresan-goresan pada permukaan
sampel, selanjutnya sampel siap dipoles.
 Pemolesan Pemolesan bertujuan untuk lebih menghaluskan dan
melicinkan permukaan sampel yang akan diamati setelah pengamplasan. Seperti
halnya pengamplasan, pemolesan dibagi dua yaitu pemolesan kasar dan halus.
Pemolesan kasar menggunakan abrasive dalam range sekitar 30 - 3µm,
sedangkan pemolesan halus menggunakan abrasive sekitar 1µm atau di
bawahnya. Sebelum pemolesan dilakukan, sampel terlebih dulu dibersihkan
dengan air. Pemolesan dimulai dengan menyalakan mesin poles pada kecepatan
sedang. Bagian permukaan sampel yang akan diuji ditekan ke mesin poles
sambil dialiri air. Sampel digerakkan secara radial dengan bagian permukaan
sampel yang telah dipoles harus dilihatb secara berkala. Berikutnya dilakukan
pemolesan halus denga cara yang sama seperti di atas tetapi dengan mengganti
air dengan autosol.
 Etsa / Ecthing Dilakukan dengan mengkikis daerah batas butir sehingga
struktur bahan dapat diamati dengan jelas dengan bantuan mikroskop optik. Zat
etsa bereaksi dengan sampel secara kimia pada laju reaksi yang berbeda
tergantung pada batas butir, kedalaman butir dan komposisi dari sampel. Sampel
yang akan dietsa haruslah bersih dan kering. Slema etsa, permukaan sampel
diusahakan harus selalu terendam dalam etsa. Waktu etsa harus diperkirakan
sedemikian sehingga permukaan sampel yang dietsa tidak menjadi gosong
karena pengikisan yang terlalu lama. Oleh karena itu sebelum dietsa, sampel
sebaiknya diolesi alkohol untuk memperlambat reaksi. Pada pengetsaan masing-
masing zat etsa yang digunakan memiliki karakteristik tersendiri sehingga
pemilihannya disesuaikan dengan sampel yang akan diamati. Zat etsa yang
umum digunakan untuk baja ialah nital dan picral. Setelah reaksi etsa selesai, zat
etsa dihilangkan dengan cara mencelupkan sampel ke dalam aliran air panas.
Seandainya tidak memungkinkan dapat digunakan air bersuhu ruang dan
dilanjutkan dengan pengeringan dengan alat pengering. Permukaan sampel yang
telah dietsa tidak boleh disentuh untuk mencegah permukaan menjadi kusam.
Stelah dietsa, sampel siap untuk diperiksa di bawah mikroskop.

More Related Content

What's hot

pengujian lentur
pengujian lenturpengujian lentur
pengujian lentur
cresendo sitorus
 
Karakterisasi bet
Karakterisasi betKarakterisasi bet
Karakterisasi bet
Ahmad Dzikrullah
 
Uji keausaan (wear test)
Uji keausaan (wear test)Uji keausaan (wear test)
Uji keausaan (wear test)
Putri Mawardani
 
Pemilihan bahan & proses wahyu
Pemilihan bahan & proses wahyuPemilihan bahan & proses wahyu
Pemilihan bahan & proses wahyu
Wah'yu Nugroho
 
Semen teknologi bahan
Semen teknologi bahanSemen teknologi bahan
Semen teknologi bahan
Wina Yulistiawati
 
Kromatografi kertas
Kromatografi kertasKromatografi kertas
Kromatografi kertas
Dede Tarmana
 
Bismillah
BismillahBismillah
Bismillah
Fadhil Fadhil
 
Bab 3 METODOLOGI PENGUJIAN
Bab 3 METODOLOGI PENGUJIANBab 3 METODOLOGI PENGUJIAN
Bab 3 METODOLOGI PENGUJIAN
Amrih Prayogo
 
Makalah praktek isolasi
Makalah praktek isolasiMakalah praktek isolasi
Makalah praktek isolasi
mataram indonesia
 

What's hot (10)

pengujian lentur
pengujian lenturpengujian lentur
pengujian lentur
 
Karakterisasi bet
Karakterisasi betKarakterisasi bet
Karakterisasi bet
 
Uji keausaan (wear test)
Uji keausaan (wear test)Uji keausaan (wear test)
Uji keausaan (wear test)
 
Pemilihan bahan & proses wahyu
Pemilihan bahan & proses wahyuPemilihan bahan & proses wahyu
Pemilihan bahan & proses wahyu
 
Lap 4. tlw thd gosokan & uji tetes
Lap 4. tlw thd gosokan & uji tetesLap 4. tlw thd gosokan & uji tetes
Lap 4. tlw thd gosokan & uji tetes
 
Semen teknologi bahan
Semen teknologi bahanSemen teknologi bahan
Semen teknologi bahan
 
Kromatografi kertas
Kromatografi kertasKromatografi kertas
Kromatografi kertas
 
Bismillah
BismillahBismillah
Bismillah
 
Bab 3 METODOLOGI PENGUJIAN
Bab 3 METODOLOGI PENGUJIANBab 3 METODOLOGI PENGUJIAN
Bab 3 METODOLOGI PENGUJIAN
 
Makalah praktek isolasi
Makalah praktek isolasiMakalah praktek isolasi
Makalah praktek isolasi
 

Recently uploaded

MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdfMODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
YuristaAndriyani1
 
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKANSAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
NURULNAHARIAHBINTIAH
 
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdf
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdfAKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdf
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdf
opkcibungbulang
 
peluang kejadian total dan kaidah nbayes
peluang kejadian total dan kaidah nbayespeluang kejadian total dan kaidah nbayes
peluang kejadian total dan kaidah nbayes
ayyurah2004
 
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdfTokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Mutia Rini Siregar
 
Pembelajaran Ekosistem Kelas 5 Semester 1
Pembelajaran Ekosistem Kelas 5 Semester 1Pembelajaran Ekosistem Kelas 5 Semester 1
Pembelajaran Ekosistem Kelas 5 Semester 1
niswati10
 
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptxPembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Sosdiklihparmassdm
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan Regulasi Terbaru P...
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan  Regulasi  Terbaru P...PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan  Regulasi  Terbaru P...
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan Regulasi Terbaru P...
Kanaidi ken
 
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata anginMedia Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
margagurifma2023
 
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
Arumdwikinasih
 
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi KomunikasiMateri Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
AdePutraTunggali
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdfPanduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
MildayantiMildayanti
 
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdfTugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
nurfaridah271
 
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdfJuknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
HendraSagita2
 
LAPORAN BIMBINGAN TEKNIS TRANSISI PAUD - SD.pdf
LAPORAN BIMBINGAN TEKNIS TRANSISI PAUD - SD.pdfLAPORAN BIMBINGAN TEKNIS TRANSISI PAUD - SD.pdf
LAPORAN BIMBINGAN TEKNIS TRANSISI PAUD - SD.pdf
RosidaAini3
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
SABDA
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
SABDA
 
Demonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdf
Demonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdfDemonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdf
Demonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdf
d2spdpnd9185
 
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptxPPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
AqlanHaritsAlfarisi
 

Recently uploaded (20)

MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdfMODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
 
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKANSAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
 
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdf
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdfAKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdf
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdf
 
peluang kejadian total dan kaidah nbayes
peluang kejadian total dan kaidah nbayespeluang kejadian total dan kaidah nbayes
peluang kejadian total dan kaidah nbayes
 
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdfTokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
 
Pembelajaran Ekosistem Kelas 5 Semester 1
Pembelajaran Ekosistem Kelas 5 Semester 1Pembelajaran Ekosistem Kelas 5 Semester 1
Pembelajaran Ekosistem Kelas 5 Semester 1
 
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptxPembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan Regulasi Terbaru P...
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan  Regulasi  Terbaru P...PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan  Regulasi  Terbaru P...
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan Regulasi Terbaru P...
 
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata anginMedia Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
 
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
 
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi KomunikasiMateri Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
 
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdfPanduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
 
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdfTugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
 
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdfJuknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
 
LAPORAN BIMBINGAN TEKNIS TRANSISI PAUD - SD.pdf
LAPORAN BIMBINGAN TEKNIS TRANSISI PAUD - SD.pdfLAPORAN BIMBINGAN TEKNIS TRANSISI PAUD - SD.pdf
LAPORAN BIMBINGAN TEKNIS TRANSISI PAUD - SD.pdf
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
 
Demonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdf
Demonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdfDemonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdf
Demonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdf
 
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptxPPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
 

Metalografi

  • 1. Teori Dasar Metalografi merupakan disiplin ilmu yang mempelajari karakteristik mikrostruktur suatu logam, paduan logam dan material lainnya serta hubungannya dengan sifat-sifat material tersebut. Ada beberapa metode yang dipakai, yaitu : ,ikroskopik (optik maupun elektron), difraksi (sinar-X, elektron dan neutron), analisis(X- ray fluorense, electron microprobe) dan juga metalografi stereometri. Pada praktikum metalografi ini digunakan metode mikroskop. Pengamatan metalografi dengan mikroskop umumnya dibagi menjadi dua, yaitu : 1. Metalografi makro Yaitu pengamatan struktur dengan perbesaran 10 – 100 kali 1. Metalografi mikro Yaitu pengamatan struktur dengan perbesaran di atas 100 kali Sebelum dilakukan pengamatan mikrostruktur dengan mikroskop maka diperlukan preparasi sampel Tahapan kerja preparasi sampel :  Penentuan Wilayah Kerja Sampel Dalam pemotongan dan pengambilan sampel, perlu diperhatikan wilayah daerah kerja sampel yang akan diamati yang biasanya disebut sebagai bidang orientasi dasar, yaitu :  bidang transversal : tegak lurus terhadap arah sumbu deformasi panas  bidang planar : sejajar dengan sumbu pengerjaan dan memiliki luas permukaan yang paling besar dan yang paling sering bersinggungan dengan rol  bidang longitudinal : tegak lurus terhadap bidaqng planar dan sejajar dengan arah pengerjaan  Pemotongan sample Teknik pemotobgan sampel dapat dilakukan dengan :  pematahan : untuk bahan getas dank eras  pengguntingan : untuk baja karbon rendah yang tipis dan lunak  penggergajian : untuk bahan yang lebih lunak dari 350 HB  pemotongan abrasi  electric discharge machining : untuk bahan dengan konduktivitas baik di mana sampel direndam dalam fluida dielektrik lebih dahulu sebelum dipotong dengan memasang catu listrik antara elektroda dan sampel  Pemasangan sampel (monting) Prosedur mounting dilakukan apabila sampel terlalu kecil, bentuk tak beraturan, sangat lunak, mudah pecah dan berongga. Caranya adalah dengan meletakkan sampel ke dalam cetakan mounting, lalu memasukkan resin yang telah dicampur denga hardener. Larutan mounting harus memiliki sifat : a. tak bereaksi dengan sampel b. kekentalannnya sedang dalam bentuk cair dan bebas udara pada bentuk padatnya c. adhesi yang baik dengan sampel d. kekuatan dan tahanan yang sama besar dengan sampel e. kemampuan susut yang rendah Permukaansampel yang akan diuji harus ada di bagian bawah. Setelah dibiarkan selama 25 menit maka bahan mounting telah siap dan sampel telah siap dipreparasi dengan langkah berikutnya.
  • 2.  Pengamplasan Pengamplasan bertujuan untuk meratakan dan menghjluskan permukaan sampel yang akan diamati. Pengamplasan ini dilakukan secara berurutan yaitu denga memakai amplas kasar hingga amplas halus (no # tinggi). Pengamplasan kasar dilakukan dengan menggunakan amplas dengan nomor di bawah 180 #, sedangkan pengamplasan halus menggunakan amplas dengan nomor lebih tinggi dari 180 #. Pengamplasan dimulai dengan meletakkan sampel pada kertas amplas dengan permukaan yang akan diamati bersentuhan langsung dengan bagian kertas amplas yang kasar, kemudian sampel ditekan dengan gerakan searah. Selama pengamplasan terjadi gesekan antara permukaan sampel dan kertas amplas yang memungkinkan terjadinya kenaikan suhu yang dapat mempengaruhi mikrostruktur sampel sehingga diperlukan pendinginan dengan cara mengaliri air. Apabila ingin mengganti arah pengamplasan, sampel diusahakan berada pada kedudukan tegak lurus terhadap arah mula-mula. Pengamplasan selesai apabila tidak teramati lagi adanya goresan-goresan pada permukaan sampel, selanjutnya sampel siap dipoles.  Pemolesan Pemolesan bertujuan untuk lebih menghaluskan dan melicinkan permukaan sampel yang akan diamati setelah pengamplasan. Seperti halnya pengamplasan, pemolesan dibagi dua yaitu pemolesan kasar dan halus. Pemolesan kasar menggunakan abrasive dalam range sekitar 30 - 3µm, sedangkan pemolesan halus menggunakan abrasive sekitar 1µm atau di bawahnya. Sebelum pemolesan dilakukan, sampel terlebih dulu dibersihkan dengan air. Pemolesan dimulai dengan menyalakan mesin poles pada kecepatan sedang. Bagian permukaan sampel yang akan diuji ditekan ke mesin poles sambil dialiri air. Sampel digerakkan secara radial dengan bagian permukaan sampel yang telah dipoles harus dilihatb secara berkala. Berikutnya dilakukan pemolesan halus denga cara yang sama seperti di atas tetapi dengan mengganti air dengan autosol.  Etsa / Ecthing Dilakukan dengan mengkikis daerah batas butir sehingga struktur bahan dapat diamati dengan jelas dengan bantuan mikroskop optik. Zat etsa bereaksi dengan sampel secara kimia pada laju reaksi yang berbeda tergantung pada batas butir, kedalaman butir dan komposisi dari sampel. Sampel yang akan dietsa haruslah bersih dan kering. Slema etsa, permukaan sampel diusahakan harus selalu terendam dalam etsa. Waktu etsa harus diperkirakan sedemikian sehingga permukaan sampel yang dietsa tidak menjadi gosong karena pengikisan yang terlalu lama. Oleh karena itu sebelum dietsa, sampel sebaiknya diolesi alkohol untuk memperlambat reaksi. Pada pengetsaan masing- masing zat etsa yang digunakan memiliki karakteristik tersendiri sehingga pemilihannya disesuaikan dengan sampel yang akan diamati. Zat etsa yang umum digunakan untuk baja ialah nital dan picral. Setelah reaksi etsa selesai, zat etsa dihilangkan dengan cara mencelupkan sampel ke dalam aliran air panas. Seandainya tidak memungkinkan dapat digunakan air bersuhu ruang dan dilanjutkan dengan pengeringan dengan alat pengering. Permukaan sampel yang telah dietsa tidak boleh disentuh untuk mencegah permukaan menjadi kusam. Stelah dietsa, sampel siap untuk diperiksa di bawah mikroskop.