SlideShare a Scribd company logo
1 of 24
Oleh : Putri Mawardani
Keausan dapat didefinisikan sebagai rusaknya
permukaan padatan, umumnya melibatkan kehilangan
material yang progesif akibat adanya gesekan (friksi)
antar permukaan padatan.
Keausan bukan merupakan sifat dasar material,
melainkan respon material terhadap sistem luar (kontak
permukaan).
Keausan merupakan hal yang biasa terjadi pada setiap
material yang mengalami gesekan dengan material lain.
Pengujian keausan dapat dilakukan dengan
berbagai macam metode dan teknik, yang
semuanya bertujuan untuk mensimulasikan
kondisi keausan aktual. Salah satunya adalah
metode Ogoshi dimana benda uji
memperoleh beban gesek dari cincin yang
berputar (revolving disc). Pembebanan gesek
ini akan menghasilkan kontak antar
permukaan yang berulang-ulang yang pada
akhirnya akan mengambil sebagian material
pada permukaan benda uji.
Besarnya jejak permukaan dari material
tergesek itulah yang dijadikan dasar
penentuan tingkat keausan pada material.
Semakin besar dan dalam jejak keausan maka
semakin tinggi volume material yang
terkelupas dari benda uji.
Ilustrasi skematis dari kontak permukaan
antara revolving disc dan benda uji diberikan
oleh Gambar berikut ini.
Dengan B adalah tebal revolving disc (mm), r
jari-jari disc (mm), b lebar celah material
yang terabrasi (mm) maka dapat diturunkan
besarnya volume material yang terabrasi (W) :
Laju keausan (V) dapat ditentukan
sebagai perbandingan volume terabrasi
(W) dengan jarak luncur x (setting pada
mesin uji) :
1. Keausan adhesive (Adhesive wear)
Terjadi bila kontak permukaan dari dua
material atau lebih mengakibatkan adanya
perlekatan satu sama lainnya (adhesif) serta
deformasi plastis dan pada akhirnya terjadi
pelepasan/ pengoyakan salah satu material,
seperti diperlihatkan pada Gambar 2 :
Keausan Abrasif (Abrasive wear)
Terjadi bila suatu partikel keras (asperity) dari
material tertentu meluncur pada permukaan
material lain yang lebih lunak sehingga
terjadi penetrasi atau pemotongan material
yang lebih lunak, seperti diperlihatkan pada
Gambar 3 di bawah ini. Tingkat keausan pada
mekanisme ini ditentukan oleh derajat
kebebasan (degree of freedom) partikel keras
atau asperity tersebut.
3. Keausan Lelah (Fatigue wear)
Merupakan mekanisme yang realtif berbeda
dibandingkan dengan dua mekanisme
sebelumnya, yaitu dalam hal interaksi
permukaan. Baik keausan adhesive maupu
abrasif melibatkan hanya satu interaksi,
sementara pada keausan fatik dibutuhkan
interaksi multi.
Keausan ini terjadi akibat interaksi permukaan
dimana permukaan yang mengalami beban
berulang akan mengarah pada pembentukan
retak-retak mikro. Retak-retak mikro tersebut
pada akhirnya menyatu dan menghasilkan
pengelupasan material. Tingkat keausan sangat
bergantung pada tingkat pembebanan. Gambar 4
memberikan skematis mekanisme keausan lelah :
4. Keausan Oksidasi/Korosif (Corrosive wear)
Proses kerusakan dimulai dengan adanya
perubahan kimiawi material di permukaan
oleh faktor lingkungan.
Kontak dengan lingkungan ini menghasilkan
pembentukan lapisan pada permukaan
dengan sifat yang berbeda dengan material
induk.
Sebagai konsekuensinya, material akan
mengarah kepada perpatahan interface
antara lapisan permukaan dan material induk
dan akhirnya seluruh lapisan permukaan itu
akan tercabut.
5. Keausan Erosi (Erosion wear)
Proses erosi disebabkan oleh gas dan cairan
yang membawa partikel padatan yang
membentur permukaan material. Jika sudut
benturannya kecil, keausan yang dihasilkan
analog dengan abrasive.
Namun, jika sudut benturannya membentuk
sudut gaya normal (90o), maka keausan yang
terjadi akan mengakibatkan brittle failure
pada permukaannya, skematis pengujiannya
seperti terlihat pada gambar di bawah ini :
 Dari hasil pengujian yang dilakukan dan perhitungan specific
wear rate, didapatkan bahwa nilai specific wear rate pada
material resin akrilik ditunjukkan pada table 1.
Foto mikro spesimen 0% serat
dengan perbesaran 200x
Foto mikro spesimen 1% serat
dengan perbesaran 200x
Foto mikro spesimen 2% serat
dengan perbesaran 200x
Foto mikro spesimen 3% serat
dengan perbesaran 200x
Foto mikro spesimen5% serat
dengan perbesaran 200x
Foto mikro spesimen 7% serat
dengan perbesaran 200x

More Related Content

What's hot

Makalah Tentang Mekanisme Penguatan Material Teknik
Makalah Tentang Mekanisme Penguatan Material TeknikMakalah Tentang Mekanisme Penguatan Material Teknik
Makalah Tentang Mekanisme Penguatan Material TeknikHera Rosdiana
 
Proses pengecoran
Proses pengecoranProses pengecoran
Proses pengecoranChache Go
 
Cold and hot working
Cold and hot workingCold and hot working
Cold and hot workingFeliks Sitopu
 
Istilah dalam-pengolahan-bahan-galian referensi kuliah di kampus
Istilah dalam-pengolahan-bahan-galian referensi kuliah di kampusIstilah dalam-pengolahan-bahan-galian referensi kuliah di kampus
Istilah dalam-pengolahan-bahan-galian referensi kuliah di kampusAling Syahril
 
Jenis besi cor dan kandungan nya
Jenis besi cor dan kandungan nyaJenis besi cor dan kandungan nya
Jenis besi cor dan kandungan nyaMuhamad Awal
 
Lap.metalografi.
Lap.metalografi.Lap.metalografi.
Lap.metalografi.bebenpurba
 
Elektroplating 2
Elektroplating 2Elektroplating 2
Elektroplating 2Wulan_Ari_K
 
Presentasi keramik
Presentasi keramikPresentasi keramik
Presentasi keramikAgam Real
 
penggunaan keramik pada komponen mesin
penggunaan keramik pada komponen mesinpenggunaan keramik pada komponen mesin
penggunaan keramik pada komponen mesinAndi Suciana Malla
 
Laporan Resmi NDT ( Non Destructive Test )
Laporan Resmi NDT ( Non Destructive Test )Laporan Resmi NDT ( Non Destructive Test )
Laporan Resmi NDT ( Non Destructive Test )Andika Wahyu Al Amin
 
MATERIAL TEKNIK : (LOGAM, KERAMIK, POLIMER, DAN KOMPOSIT)
MATERIAL TEKNIK : (LOGAM, KERAMIK, POLIMER, DAN KOMPOSIT)MATERIAL TEKNIK : (LOGAM, KERAMIK, POLIMER, DAN KOMPOSIT)
MATERIAL TEKNIK : (LOGAM, KERAMIK, POLIMER, DAN KOMPOSIT)Sri Nur Haslinda
 
Modul praktikum peleburan & pengecoran logam (AA)
Modul praktikum peleburan & pengecoran logam (AA)Modul praktikum peleburan & pengecoran logam (AA)
Modul praktikum peleburan & pengecoran logam (AA)Abrianto Akuan
 
Struktur Kristal
Struktur KristalStruktur Kristal
Struktur KristalNia Sasria
 

What's hot (20)

Material teknik (2)
Material teknik (2)Material teknik (2)
Material teknik (2)
 
Makalah Tentang Mekanisme Penguatan Material Teknik
Makalah Tentang Mekanisme Penguatan Material TeknikMakalah Tentang Mekanisme Penguatan Material Teknik
Makalah Tentang Mekanisme Penguatan Material Teknik
 
Proses pengecoran
Proses pengecoranProses pengecoran
Proses pengecoran
 
Cold and hot working
Cold and hot workingCold and hot working
Cold and hot working
 
Istilah dalam-pengolahan-bahan-galian referensi kuliah di kampus
Istilah dalam-pengolahan-bahan-galian referensi kuliah di kampusIstilah dalam-pengolahan-bahan-galian referensi kuliah di kampus
Istilah dalam-pengolahan-bahan-galian referensi kuliah di kampus
 
Dasar2 Elektroplating
Dasar2 ElektroplatingDasar2 Elektroplating
Dasar2 Elektroplating
 
struktur kristal
struktur kristalstruktur kristal
struktur kristal
 
Bab 3-struktur-kristal
Bab 3-struktur-kristalBab 3-struktur-kristal
Bab 3-struktur-kristal
 
Jenis besi cor dan kandungan nya
Jenis besi cor dan kandungan nyaJenis besi cor dan kandungan nya
Jenis besi cor dan kandungan nya
 
Lap.metalografi.
Lap.metalografi.Lap.metalografi.
Lap.metalografi.
 
Elektroplating 2
Elektroplating 2Elektroplating 2
Elektroplating 2
 
Presentasi keramik
Presentasi keramikPresentasi keramik
Presentasi keramik
 
penggunaan keramik pada komponen mesin
penggunaan keramik pada komponen mesinpenggunaan keramik pada komponen mesin
penggunaan keramik pada komponen mesin
 
Laporan Resmi NDT ( Non Destructive Test )
Laporan Resmi NDT ( Non Destructive Test )Laporan Resmi NDT ( Non Destructive Test )
Laporan Resmi NDT ( Non Destructive Test )
 
Uji kekerasan
Uji kekerasanUji kekerasan
Uji kekerasan
 
MATERIAL TEKNIK : (LOGAM, KERAMIK, POLIMER, DAN KOMPOSIT)
MATERIAL TEKNIK : (LOGAM, KERAMIK, POLIMER, DAN KOMPOSIT)MATERIAL TEKNIK : (LOGAM, KERAMIK, POLIMER, DAN KOMPOSIT)
MATERIAL TEKNIK : (LOGAM, KERAMIK, POLIMER, DAN KOMPOSIT)
 
Modul praktikum peleburan & pengecoran logam (AA)
Modul praktikum peleburan & pengecoran logam (AA)Modul praktikum peleburan & pengecoran logam (AA)
Modul praktikum peleburan & pengecoran logam (AA)
 
Diagram ttt
Diagram tttDiagram ttt
Diagram ttt
 
Struktur Kristal
Struktur KristalStruktur Kristal
Struktur Kristal
 
Rumus hardness test
Rumus hardness testRumus hardness test
Rumus hardness test
 

More from Putri Mawardani

More from Putri Mawardani (7)

Feromagnetik
FeromagnetikFeromagnetik
Feromagnetik
 
Proses pembuatan besi tuang
Proses pembuatan besi tuangProses pembuatan besi tuang
Proses pembuatan besi tuang
 
Hasil rekayasa paduan logam modern
Hasil rekayasa paduan logam modernHasil rekayasa paduan logam modern
Hasil rekayasa paduan logam modern
 
Kanker Payudara
Kanker PayudaraKanker Payudara
Kanker Payudara
 
Kanker Payudara
Kanker PayudaraKanker Payudara
Kanker Payudara
 
Kompos cair
Kompos cairKompos cair
Kompos cair
 
Thermoplastik
ThermoplastikThermoplastik
Thermoplastik
 

Uji keausaan (wear test)

  • 1. Oleh : Putri Mawardani
  • 2. Keausan dapat didefinisikan sebagai rusaknya permukaan padatan, umumnya melibatkan kehilangan material yang progesif akibat adanya gesekan (friksi) antar permukaan padatan. Keausan bukan merupakan sifat dasar material, melainkan respon material terhadap sistem luar (kontak permukaan). Keausan merupakan hal yang biasa terjadi pada setiap material yang mengalami gesekan dengan material lain.
  • 3. Pengujian keausan dapat dilakukan dengan berbagai macam metode dan teknik, yang semuanya bertujuan untuk mensimulasikan kondisi keausan aktual. Salah satunya adalah metode Ogoshi dimana benda uji memperoleh beban gesek dari cincin yang berputar (revolving disc). Pembebanan gesek ini akan menghasilkan kontak antar permukaan yang berulang-ulang yang pada akhirnya akan mengambil sebagian material pada permukaan benda uji.
  • 4. Besarnya jejak permukaan dari material tergesek itulah yang dijadikan dasar penentuan tingkat keausan pada material. Semakin besar dan dalam jejak keausan maka semakin tinggi volume material yang terkelupas dari benda uji.
  • 5. Ilustrasi skematis dari kontak permukaan antara revolving disc dan benda uji diberikan oleh Gambar berikut ini.
  • 6. Dengan B adalah tebal revolving disc (mm), r jari-jari disc (mm), b lebar celah material yang terabrasi (mm) maka dapat diturunkan besarnya volume material yang terabrasi (W) : Laju keausan (V) dapat ditentukan sebagai perbandingan volume terabrasi (W) dengan jarak luncur x (setting pada mesin uji) :
  • 7. 1. Keausan adhesive (Adhesive wear) Terjadi bila kontak permukaan dari dua material atau lebih mengakibatkan adanya perlekatan satu sama lainnya (adhesif) serta deformasi plastis dan pada akhirnya terjadi pelepasan/ pengoyakan salah satu material, seperti diperlihatkan pada Gambar 2 :
  • 8.
  • 9. Keausan Abrasif (Abrasive wear) Terjadi bila suatu partikel keras (asperity) dari material tertentu meluncur pada permukaan material lain yang lebih lunak sehingga terjadi penetrasi atau pemotongan material yang lebih lunak, seperti diperlihatkan pada Gambar 3 di bawah ini. Tingkat keausan pada mekanisme ini ditentukan oleh derajat kebebasan (degree of freedom) partikel keras atau asperity tersebut.
  • 10.
  • 11. 3. Keausan Lelah (Fatigue wear) Merupakan mekanisme yang realtif berbeda dibandingkan dengan dua mekanisme sebelumnya, yaitu dalam hal interaksi permukaan. Baik keausan adhesive maupu abrasif melibatkan hanya satu interaksi, sementara pada keausan fatik dibutuhkan interaksi multi. Keausan ini terjadi akibat interaksi permukaan dimana permukaan yang mengalami beban berulang akan mengarah pada pembentukan retak-retak mikro. Retak-retak mikro tersebut pada akhirnya menyatu dan menghasilkan pengelupasan material. Tingkat keausan sangat bergantung pada tingkat pembebanan. Gambar 4 memberikan skematis mekanisme keausan lelah :
  • 12.
  • 13.
  • 14. 4. Keausan Oksidasi/Korosif (Corrosive wear) Proses kerusakan dimulai dengan adanya perubahan kimiawi material di permukaan oleh faktor lingkungan. Kontak dengan lingkungan ini menghasilkan pembentukan lapisan pada permukaan dengan sifat yang berbeda dengan material induk. Sebagai konsekuensinya, material akan mengarah kepada perpatahan interface antara lapisan permukaan dan material induk dan akhirnya seluruh lapisan permukaan itu akan tercabut.
  • 15.
  • 16. 5. Keausan Erosi (Erosion wear) Proses erosi disebabkan oleh gas dan cairan yang membawa partikel padatan yang membentur permukaan material. Jika sudut benturannya kecil, keausan yang dihasilkan analog dengan abrasive. Namun, jika sudut benturannya membentuk sudut gaya normal (90o), maka keausan yang terjadi akan mengakibatkan brittle failure pada permukaannya, skematis pengujiannya seperti terlihat pada gambar di bawah ini :
  • 17.
  • 18.
  • 19.  Dari hasil pengujian yang dilakukan dan perhitungan specific wear rate, didapatkan bahwa nilai specific wear rate pada material resin akrilik ditunjukkan pada table 1.
  • 20.
  • 21.
  • 22. Foto mikro spesimen 0% serat dengan perbesaran 200x Foto mikro spesimen 1% serat dengan perbesaran 200x
  • 23. Foto mikro spesimen 2% serat dengan perbesaran 200x Foto mikro spesimen 3% serat dengan perbesaran 200x
  • 24. Foto mikro spesimen5% serat dengan perbesaran 200x Foto mikro spesimen 7% serat dengan perbesaran 200x