SlideShare a Scribd company logo
Kebijakan Ekonomi dan Moneter 2016
DANA MONETER INTERNASIONAL (IMF) mengapresiasi kebijakan
ekonomi yang ditempuh otoritas di Indonesia. Menurut IMF, prospek ekonomi
Indonesia tetap solid. Otoritas di Indonesia dinilai telah menempuh langkah-langkah
signifikan dalam beberapa tahun terakhir ini untuk memperkuat kerangka kebijakan,
antara lain mencakup kebijakan moneter serta fiskal yang berhati-hati, seperti
terlihat dalam reformasi subsidi bahan bakar minyak (BBM) pada 2015, telah mampu
berkontribusi kepada stabilitas makroekonomi sekaligus mendukung pertumbuhan.
Hal tersebut juga telah membawa Indonesia melewati berbagai tantangan
sepanjang 2015. Demikian penilaian Luis E. Breuer, yang memimpin kunjungan Tim
IMF ke Jakarta dari tanggal 3 hingga 17 Desember 2015 lalu. Kunjungan Tim IMF ke
Jakarta dilakukan dalam rangka berdiskusi mengenai perkembangan ekonomi terkini
Indonesia serta prospek jangka pendek-menengah.
Diskusi dilakukan dengan perwakilan dari Pemerintah, Bank Indonesia (BI),
lembaga publik lainnya serta sektor swasta. IMF menyebutkan bahwa prospek
ekonomi Indonesia jangka menengah masih akan positif, didukung oleh agenda
kebijakan yang mendukung pertumbuhan yang melibatkan rakyat banyak (inklusif),
namun tetap menekankan stabilitas.
Kebijakan moneter yang ditempuh BI juga dianggap telah tepat dan telah
mendukung penyesuaian ekonomi terhadap tekanan eksternal. Pengambil kebijakan
juga telah memberi respons yang tepat saat terjadi gejolak di pasar keuangan,
dengan fleksibilitas nilai tukar dan imbal hasil obligasi Pemerintah, serta usaha
pendalaman pasar keuangan.
Di sisi fiskal, IMF memandang Pemerintah Indonesia telah menerapkan
strategi yang tepat sasaran, dengan peningkatan belanja infrastruktur dan program
sosial yang menyasar pada target yang tepat. Otoritas terkait telah berhasil
melakukan pengurangan subsidi BBM dan bantuan tunai bersyarat dan investasi
publik.
Selain itu, berbagai usaha penguatan kerangka fiskal yang tengah dilakukan,
seperti rencana penyesuaian anggaran 2016 berdasarkan penerimaan 2015, juga
mendapat apresiasi. IMF juga menyatakan bahwa kebijakan fiskal perlu disusun
dalam rencana jangka menengah, sebagai rujukan bagi program-program
Pemerintah.
Selanjutnya, indikator-indikator sektor keuangan menunjukan bahwa sektor
perbankan Indonesia masih solid. Hal ini antara lain terlihat dari tingkat permodalan
dan profitabilitas yang baik, meski tingkat Non Performing Loan (NPL) sedikit
meningkat. Beberapa langkah telah dilakukan untuk memperkuat stabilitas sistem
keuangan, antara lain melalui peningkatan teknik pengamatan (surveillance) sektor
keuangan, serta pengenalan kebijakan lindung nilai (hedging) untuk mengatur risiko
nilai tukar utang korporasi.
Dalam hal ini, pengesahan Undang-Undang Jaring Pengaman Sistem
Keuangan (JPSK) menjadi sangat penting untuk memperkuat kerangka
kelembagaan dalam mendukung stabilitas sistem keuangan.
Paket-paket kebijakan Pemerintah yang dikeluarkan sejak Agustus 2015 juga
dianggap mampu memberi sinyal mengenai strategi baru untuk memperbaiki iklim
bisnis dan mengurangi biaya dalam berusaha (cost of doing business). Hal ini
dilakukan untuk meningkatkan daya saing guna mendukung pertumbuhan ekonomi.
Komitmen yang kuat juga ditunjukkan oleh seluruh lembaga/otoritas untuk
melanjutkan reformasi struktural, termasuk meninjau kembali investasi yang
dilakukan didalam dan luar negeri serta keuntungan yang diperoleh dari
perdagangan regional. Praktik ketenagakerjaan yang kini lebih fleksibel telah mampu
menciptakan lapangan kerja dan menarik investasi swasta baru.
Kebijakan cenderung akomodatif
Jika menilik dasar pertimbangan pengambilan keputusan Rapat Dewan
Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 17 Desember 2015 lalu yang memutuskan
untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7,50%, dengan suku bunga Deposit Facility
5,50% dan Lending Facility pada level 8,00%, tampaknya mulai terlihat signal arah
kebijakan BI yang lebih akomodatif di waktu-waktu mendatang.
Diyakini, cepat atau lambat, kebijakan moneter BI akan lebih longgar, karena
beberapa “persyaratan” hampir terpenuhi. Sebagai catatan, pada RDG BI terakhir di
2015 itu (17/12/2015), BI memandang ruang bagi pelonggaran kebijakan moneter
semakin terbuka dengan terjaganya stabilitas makro ekonomi, khususnya inflasi
akhir 2015 yang akan berada di bawah 3% dan defisit transaksi berjalan (DTB) akan
berada di kisaran 2% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Bank sentral juga mencermati perkembangan pasarkeuangan global pasca kenaikan
suku bunga Bank Sentral AS (Fed Fund Rate/FFR) dan kondisi ekonomi domestik
dalam jangka pendek ke depan. Di sini BI harus terus memperkuat koordinasi
dengan Pemerintah dalam pengendalian inflasi, penguatan stimulus pertumbuhan,
dan reformasi struktural, sehingga mampu menopang pertumbuhan ekonomi yang
lebih tinggi dengan stabilitas ekonomi makro dan sistem keuangan yang tetap
terjaga.
Maklum, tantangan yang dihadapi ekonomi Indonesia selama 2015 tidak
terlepas dari dinamika perkembangan ekonomi dan keuangan global, yaitu
pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat, harga komoditas yang menurun, dan
pasar keuangan yang masih bergejolak.
Pertumbuhan ekonomi dunia melambat dipengaruhi oleh pemulihan ekonomi
negara maju yang belum solid dan pertumbuhan ekonomi negara berkembang yang
cenderung menurun. Ekonomi AS tumbuh moderat ditopang oleh konsumsi dan
membaiknya sektor perumahan, sementara ekspansi manufaktur dan ekspor masih
tertahan.
Pemulihan ekonomi Eropa terutama didorong oleh perbaikan permintaan
domestik, meskipun belum mampu meningkatkan inflasi yang masih rendah.
Sementara itu, perekonomian Tiongkok terus melemah sejalan dengan rebalancing
ekonominya dari investment driven menjadi consumption driven.
BI harus jeli melihat ke depan, karena di tengah prospek pemulihan ekonomi
global yang membaik, sejumlah risiko eksternal masih perlu diwaspadai, khususnya
perlambatan ekonomi Tiongkok dan kondisi pasar keuangan global pasca kenaikan
FFR secara berkelanjutan atau bertahap hingga (2017/2018) nanti.
Sejauh ini perkembangan makro ekonomi Indonesia sudah berjalan pada
jalurnya. Sejalan dengan perlambatan ekonomi global, pertumbuhan ekonomi
Indonesia melambat di 2015. Pertumbuhan ekonomi diperkirakan mencapai 4,8%
(yoy), lebih rendah dari 5,0% (yoy) pada tahun 2014. Penurunan ini dipengaruhi
oleh ekspor yang menurun seiring lemahnya permintaan global dan penurunan
harga komoditas. Hal ini terkonfirmasi dari sisi regional yang menunjukkan
perlambatan ekonomi terutama dialami daerah yang berbasis sumber daya alam.
Maka, seiring dengan ekspor yang masih lemah, pertumbuhan investasi
relatif terbatas. Investasi bangunan tumbuh meningkat ditopang realisasi proyek-
proyek infrastruktur pemerintah, sementara investasi non-bangunan masih terbatas.
Namun, pertumbuhan ekonomi masih dapat ditopang oleh konsumsi yang masih
cukup kuat, baik rumah tangga maupun pemerintah.
Pada 2016 nanti, pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan akan
meningkat pada kisaran 5,2% - 5,6%. Pertumbuhan ini didorong oleh stimulus fiskal
terutama untuk pembangunan proyek infrastruktur dan konsumsi yang diperkirakan
masih tetap kuat. Sementara itu, investasi diharapkan meningkat seiring dengan
implementasi paket kebijakan pemerintah yang mendorong investasi dan stabilitas
makro ekonomi yang semakin baik.
Ditengah dinamika ekonomi global, upaya pemerintah meningkatkan daya
beli masyarakat dan efektivitas stimulus fiskal memiliki peran penting dalam
mendorong pertumbuhan ekonomi di 2016. Kinerja transaksi berjalan 2015
diperkirakan membaik dibandingkan tahun sebelumnya dan berada pada kisaran 2%
dari PDB.
Penurunan DTB terutama ditopang oleh perbaikan neraca perdagangan non-
migas dan migas akibat penurunan impor yang signifikan. Hal ini sejalan dengan
permintaan domestik yang masih lemah dan ekspor yang terkontraksi akibat harga
komoditas yang menurun serta permintaan global yang masih lemah.
Di sisi lain, kinerja transaksi modal dan finansial masih mencatat surplus di
tengah meningkatnya ketidakpastian di pasar keuangan global dan melambatnya
perekonomian domestik. Namun, surplus tersebut diperkirakan lebih rendah
dibandingkan tahun sebelumnya sehingga tidak sepenuhnya dapat menutup defisit
transaksi berjalan.
Dengan perkembangan tersebut, cadangan devisa pada akhir November
2015 lalu tercatat sebesar 100,2 miliar dolar AS atau setara dengan 7,1 bulan impor
atau 6,9 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah. Angka tersebut
berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Sepanjang 2015 ini tekanan nilai tukar meningkat dipicu oleh ketidakpastian
kenaikan FFR dan depresiasi Yuan. Hingga November 2015, rupiah secara rata-rata
melemah 11,05% ke level Rp13.351/USD. Pelemahan ini dipengaruhi sejumlah
faktor eksternal antara lain, ketidakpastian timing dan besaran kenaikan FFR,
kekhawatiran negosiasi fiskal Yunani, serta Yuan yang terus terdepresiasi di tengah
perekonomian Tiongkok yang lemah.
Sementara itu, dari sisi domestik, tekanan terhadap rupiah terkait dengan
meningkatnya permintaan valas untuk pembayaran utang luar negeri (ULN) dan
deviden secara musiman, serta kekhawatiran terhadap melambatnya ekonomi
domestik.
Namun, pada Oktober dan November 2015 lalu pergerakan rupiah
cenderung menguat dan lebih stabil, seiring dengan sentimen positif terhadap
emerging markets (EM) akibat hasil Federal Open Market Committee (FOMC) yang
sempat dovish (melonggar) dan membaiknya optimisme terhadap prospek ekonomi
Indonesia sejalan dengan rangkaian paket kebijakan pemerintah dan paket
stabilisasi nilai tukar yang dikeluarkan oleh BI.
Untuk itu ke depannya BI harus terus menjaga stabilitas nilai tukar sesuai
dengan fundamentalnya, sehingga dapat mendukung stabilitas makoekonomi dan
penyesuaian ekonomi kearah yang lebih sehat dan berkesinambungan. Apalagi laku
inflasi 2015 diperkirakan cukup rendah berada di bawah 3%.
Inflasi yang rendah didukung oleh inflasi volatile food yang rendah,
administered prices yang mengalami deflasi, dan inflasi inti yang terkendali. Inflasi
kelompok volatile food tercatat cukup rendah, didukung oleh kecukupan pasokan
bahan pangan. Sementara administered prices diperkirakan mengalami deflasi,
seiring dengan menurunnya harga energi dunia di tengah reformasi subsidi.
Di sisi lain, inflasi inti tetap terkendali, didukung oleh ekspektasi yang terjaga,
dampak passthrough pelemahaan nilai tukar yang terbatas dan tekanan permintaan
yang relatif lemah. Hal ini tidak terlepas dari peran kebijakan BI dalam mengelola
permintaan domestik, menjaga stabilitas nilai tukar, dan mengarahkan ekspektasi
inflasi, serta semakin baiknya koordinasi kebijakan pengendalian inflasi antara BI
dan Pemerintah.
Pada November 2015, Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat mengalami
inflasi sebesar 0,21% (mtm). Inflasi ini disumbang oleh seluruh komponennya.
Dengan demikian, inflasi IHK sejak Januari sampai November 2015 tercatat sebesar
2,37% (ytd) atau mencapai 4,89% (yoy).
Ke depan, inflasi diperkirakan akan berada pada sasaran inflasi 2016, yaitu 4
± 1%. Namun, risiko inflasi perlu terus diwaspadai, terutama terkait penyesuaian
administered prices, sehingga lagi-lagi diperlukan penguatan koordinasi kebijakan BI
dan Pemerintah yang lebih solid dalam pengendalian inflasi.
Stabilitas sistem keuangan (SSK) tetap solid, ditopang oleh ketahanan
sistem perbankan dan relatif terjaganya kinerja pasar keuangan. Ketahanan industri
perbankan tetap kuat dengan risiko-risiko kredit, likuiditas dan pasar yang cukup
terjaga. Per Oktober 2015 lalu, rasio kecukupan modal (CAR) masih kuat, jauh di
atas ketentuan minimum 8%, yaitu sebesar 20,8%. Sementara itu, rasio kredit
bermasalah (NPL) tetap rendah dan berada di kisaran 2,7% (gross) atau 1,4% (net).
Dari sisi fungsi intermediasi, pertumbuhan kredit tercatat sebesar 10,4%
(yoy), lebih rendah dari pertumbuhan pada periode yang sama tahun sebelumnya,
sejalan dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi (prosiklikalitas). Sementara itu,
pertumbuhan DPK pada Oktober 2015 tercatat 9,0% (yoy).
Maka dari itu, sejalan dengan meningkatnya aktivitas ekonomi dan dampak
pelonggaran kebijakan makroprudensial, serta penurunan Giro Wajib Minimum
(GWM) Primer oleh BI, pertumbuhan kredit diperkirakan akan terus meningkat
menjadi 12 - 14% pada 2016. Bahkan bias jadi melampaui perkiraan tersebut jika
pelaksanaan pembangunan proyek-proyek strategis oleh pemerintah berjalan
optimal.
Itulah sejumlah pertanda bahwa otoritas moneter ke depan cenderung makin
akomodatif dalam menelurkan kebijakan moneter melalui jalur suku bunga (BI Rate)
dan jalur makroprudensialnya yang ditujukan untuk memperkuat stabilitas ekonomi
seraya mendukung pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan.

More Related Content

What's hot

"Prospek Ekonomi Indonesia 2014" laporan KEN 2014 - Chairul Tanjung
"Prospek Ekonomi Indonesia 2014" laporan KEN 2014 - Chairul Tanjung"Prospek Ekonomi Indonesia 2014" laporan KEN 2014 - Chairul Tanjung
"Prospek Ekonomi Indonesia 2014" laporan KEN 2014 - Chairul Tanjung
Budi Rachmat
 
Prospek ekonomi Indonesia 2014 -IndraYuspiar.file
Prospek ekonomi Indonesia 2014 -IndraYuspiar.fileProspek ekonomi Indonesia 2014 -IndraYuspiar.file
Prospek ekonomi Indonesia 2014 -IndraYuspiar.file
Indra Yu
 
Paparan Menko Perekonomian Versi 2 (Kerangka dan Sasaran Ekonomi Makro 2011)
Paparan Menko Perekonomian Versi 2 (Kerangka dan Sasaran Ekonomi Makro 2011)Paparan Menko Perekonomian Versi 2 (Kerangka dan Sasaran Ekonomi Makro 2011)
Paparan Menko Perekonomian Versi 2 (Kerangka dan Sasaran Ekonomi Makro 2011)
mekon
 
Tugas ppt ap kkomputer nova bahrudin(41615110021)
Tugas ppt ap kkomputer nova bahrudin(41615110021)Tugas ppt ap kkomputer nova bahrudin(41615110021)
Tugas ppt ap kkomputer nova bahrudin(41615110021)
nova bahrudin
 
Bahan Menko Retreat Meeting (Raker III
Bahan Menko Retreat Meeting (Raker III Bahan Menko Retreat Meeting (Raker III
Bahan Menko Retreat Meeting (Raker III mekon
 
Tugas ppt aplikom andri lt
Tugas ppt aplikom andri ltTugas ppt aplikom andri lt
Tugas ppt aplikom andri lt
andriliancetahalele
 
Asmu'ah 5 x_11140176_pertumbuhan ekonomi indonesia
Asmu'ah 5 x_11140176_pertumbuhan ekonomi indonesiaAsmu'ah 5 x_11140176_pertumbuhan ekonomi indonesia
Asmu'ah 5 x_11140176_pertumbuhan ekonomi indonesia
Asmu'ah muah
 
respon bank indonesia terhadap kebijakan moneter triwulan ke tiga tahun 2013
 respon bank indonesia terhadap kebijakan moneter triwulan ke tiga tahun 2013 respon bank indonesia terhadap kebijakan moneter triwulan ke tiga tahun 2013
respon bank indonesia terhadap kebijakan moneter triwulan ke tiga tahun 2013bisow enow
 
Transparansi dalam pengelolaan dan pengendalian apbn
Transparansi dalam pengelolaan dan pengendalian apbnTransparansi dalam pengelolaan dan pengendalian apbn
Transparansi dalam pengelolaan dan pengendalian apbn
wandranatuna
 
Kebijakan Moneter Bulanan - Bank Indonesia
Kebijakan Moneter Bulanan - Bank IndonesiaKebijakan Moneter Bulanan - Bank Indonesia
Kebijakan Moneter Bulanan - Bank Indonesia
Bambang Muliyadi
 
Krisis moneter asia 1997
Krisis moneter asia 1997Krisis moneter asia 1997
Krisis moneter asia 1997
Somewhere
 
Ekonomi 123
Ekonomi 123Ekonomi 123
Ekonomi 123
Noti Setiani
 
Crowiding out
Crowiding outCrowiding out
Crowiding out
ri_yanti
 
Kebijakan moneter & fiskal
Kebijakan moneter & fiskalKebijakan moneter & fiskal
Kebijakan moneter & fiskal
Wahono Diphayana
 
Market update 20140715 v2
Market update 20140715 v2Market update 20140715 v2
Market update 20140715 v2
Indo Premier Investment Management
 
Makalah Kebijakan Ekonomi Moneter dan Fiskal
Makalah Kebijakan Ekonomi Moneter dan FiskalMakalah Kebijakan Ekonomi Moneter dan Fiskal
Makalah Kebijakan Ekonomi Moneter dan Fiskal
shafirahany22
 

What's hot (20)

Perekonomian Terkini (Kebanksentralan BAB 1).
Perekonomian Terkini (Kebanksentralan BAB 1).Perekonomian Terkini (Kebanksentralan BAB 1).
Perekonomian Terkini (Kebanksentralan BAB 1).
 
"Prospek Ekonomi Indonesia 2014" laporan KEN 2014 - Chairul Tanjung
"Prospek Ekonomi Indonesia 2014" laporan KEN 2014 - Chairul Tanjung"Prospek Ekonomi Indonesia 2014" laporan KEN 2014 - Chairul Tanjung
"Prospek Ekonomi Indonesia 2014" laporan KEN 2014 - Chairul Tanjung
 
Prospek ekonomi Indonesia 2014 -IndraYuspiar.file
Prospek ekonomi Indonesia 2014 -IndraYuspiar.fileProspek ekonomi Indonesia 2014 -IndraYuspiar.file
Prospek ekonomi Indonesia 2014 -IndraYuspiar.file
 
Paparan Menko Perekonomian Versi 2 (Kerangka dan Sasaran Ekonomi Makro 2011)
Paparan Menko Perekonomian Versi 2 (Kerangka dan Sasaran Ekonomi Makro 2011)Paparan Menko Perekonomian Versi 2 (Kerangka dan Sasaran Ekonomi Makro 2011)
Paparan Menko Perekonomian Versi 2 (Kerangka dan Sasaran Ekonomi Makro 2011)
 
Tugas ppt ap kkomputer nova bahrudin(41615110021)
Tugas ppt ap kkomputer nova bahrudin(41615110021)Tugas ppt ap kkomputer nova bahrudin(41615110021)
Tugas ppt ap kkomputer nova bahrudin(41615110021)
 
Bahan Menko Retreat Meeting (Raker III
Bahan Menko Retreat Meeting (Raker III Bahan Menko Retreat Meeting (Raker III
Bahan Menko Retreat Meeting (Raker III
 
Market update 20140508
Market update 20140508Market update 20140508
Market update 20140508
 
Tugas ppt aplikom andri lt
Tugas ppt aplikom andri ltTugas ppt aplikom andri lt
Tugas ppt aplikom andri lt
 
Asmu'ah 5 x_11140176_pertumbuhan ekonomi indonesia
Asmu'ah 5 x_11140176_pertumbuhan ekonomi indonesiaAsmu'ah 5 x_11140176_pertumbuhan ekonomi indonesia
Asmu'ah 5 x_11140176_pertumbuhan ekonomi indonesia
 
respon bank indonesia terhadap kebijakan moneter triwulan ke tiga tahun 2013
 respon bank indonesia terhadap kebijakan moneter triwulan ke tiga tahun 2013 respon bank indonesia terhadap kebijakan moneter triwulan ke tiga tahun 2013
respon bank indonesia terhadap kebijakan moneter triwulan ke tiga tahun 2013
 
Transparansi dalam pengelolaan dan pengendalian apbn
Transparansi dalam pengelolaan dan pengendalian apbnTransparansi dalam pengelolaan dan pengendalian apbn
Transparansi dalam pengelolaan dan pengendalian apbn
 
Kebijakan Moneter Bulanan - Bank Indonesia
Kebijakan Moneter Bulanan - Bank IndonesiaKebijakan Moneter Bulanan - Bank Indonesia
Kebijakan Moneter Bulanan - Bank Indonesia
 
Market update 20140417
Market update 20140417Market update 20140417
Market update 20140417
 
Krisis moneter asia 1997
Krisis moneter asia 1997Krisis moneter asia 1997
Krisis moneter asia 1997
 
Makalah kebijakan moneter
Makalah kebijakan moneterMakalah kebijakan moneter
Makalah kebijakan moneter
 
Ekonomi 123
Ekonomi 123Ekonomi 123
Ekonomi 123
 
Crowiding out
Crowiding outCrowiding out
Crowiding out
 
Kebijakan moneter & fiskal
Kebijakan moneter & fiskalKebijakan moneter & fiskal
Kebijakan moneter & fiskal
 
Market update 20140715 v2
Market update 20140715 v2Market update 20140715 v2
Market update 20140715 v2
 
Makalah Kebijakan Ekonomi Moneter dan Fiskal
Makalah Kebijakan Ekonomi Moneter dan FiskalMakalah Kebijakan Ekonomi Moneter dan Fiskal
Makalah Kebijakan Ekonomi Moneter dan Fiskal
 

Viewers also liked

Contoh Berkas Beasiswa Tiongkok Achmad Badaruddin 2016
Contoh Berkas  Beasiswa Tiongkok Achmad Badaruddin 2016Contoh Berkas  Beasiswa Tiongkok Achmad Badaruddin 2016
Contoh Berkas Beasiswa Tiongkok Achmad Badaruddin 2016
Achmad Badaruddin
 
Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi
Pertumbuhan dan Pembangunan EkonomiPertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi
Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi
Putri Aisyah
 
Indonesia Investment Outlook and Policy Development
Indonesia Investment Outlook and Policy DevelopmentIndonesia Investment Outlook and Policy Development
Indonesia Investment Outlook and Policy Development
Nurman Hartono
 
2017 Tantangan Risiko Global Indonesia
2017 Tantangan Risiko Global Indonesia2017 Tantangan Risiko Global Indonesia
2017 Tantangan Risiko Global Indonesia
Perdana Wahyu Santosa
 
Tenaga Kerja Asing di Indonesia
Tenaga Kerja Asing di IndonesiaTenaga Kerja Asing di Indonesia
Tenaga Kerja Asing di Indonesia
Elma Maa
 
Outlook-Ekonomi-2017
Outlook-Ekonomi-2017Outlook-Ekonomi-2017
Outlook-Ekonomi-2017
Perdana Wahyu Santosa
 
Baidu Presentation - Hari Pers Nasional Indonesia 2017
Baidu Presentation - Hari Pers Nasional Indonesia 2017Baidu Presentation - Hari Pers Nasional Indonesia 2017
Baidu Presentation - Hari Pers Nasional Indonesia 2017
Baidu Indonesia
 
Mobile Apps Market Study Indonesia
Mobile Apps Market Study Indonesia Mobile Apps Market Study Indonesia
Mobile Apps Market Study Indonesia
Baidu Indonesia
 
Perencanaan Penganggaran APBN
Perencanaan Penganggaran APBNPerencanaan Penganggaran APBN
Perencanaan Penganggaran APBN
PSEKP - UGM
 

Viewers also liked (10)

Contoh Berkas Beasiswa Tiongkok Achmad Badaruddin 2016
Contoh Berkas  Beasiswa Tiongkok Achmad Badaruddin 2016Contoh Berkas  Beasiswa Tiongkok Achmad Badaruddin 2016
Contoh Berkas Beasiswa Tiongkok Achmad Badaruddin 2016
 
Uts mikro1 2009 2010 genap
Uts mikro1 2009 2010 genapUts mikro1 2009 2010 genap
Uts mikro1 2009 2010 genap
 
Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi
Pertumbuhan dan Pembangunan EkonomiPertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi
Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi
 
Indonesia Investment Outlook and Policy Development
Indonesia Investment Outlook and Policy DevelopmentIndonesia Investment Outlook and Policy Development
Indonesia Investment Outlook and Policy Development
 
2017 Tantangan Risiko Global Indonesia
2017 Tantangan Risiko Global Indonesia2017 Tantangan Risiko Global Indonesia
2017 Tantangan Risiko Global Indonesia
 
Tenaga Kerja Asing di Indonesia
Tenaga Kerja Asing di IndonesiaTenaga Kerja Asing di Indonesia
Tenaga Kerja Asing di Indonesia
 
Outlook-Ekonomi-2017
Outlook-Ekonomi-2017Outlook-Ekonomi-2017
Outlook-Ekonomi-2017
 
Baidu Presentation - Hari Pers Nasional Indonesia 2017
Baidu Presentation - Hari Pers Nasional Indonesia 2017Baidu Presentation - Hari Pers Nasional Indonesia 2017
Baidu Presentation - Hari Pers Nasional Indonesia 2017
 
Mobile Apps Market Study Indonesia
Mobile Apps Market Study Indonesia Mobile Apps Market Study Indonesia
Mobile Apps Market Study Indonesia
 
Perencanaan Penganggaran APBN
Perencanaan Penganggaran APBNPerencanaan Penganggaran APBN
Perencanaan Penganggaran APBN
 

Similar to Membaca arah kebijakan ekonomi dan moneter 2016

5 pertumbuhan ekonomi
5 pertumbuhan ekonomi5 pertumbuhan ekonomi
5 pertumbuhan ekonomi
firman sahari
 
5 pertumbuhan ekonomi
5 pertumbuhan ekonomi5 pertumbuhan ekonomi
5 pertumbuhan ekonomi
firman sahari
 
(Sindonews.com) Opini ekonomi 12 Mei 2014-2 Juni 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi 12 Mei 2014-2 Juni 2014(Sindonews.com) Opini ekonomi 12 Mei 2014-2 Juni 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi 12 Mei 2014-2 Juni 2014
ekho109
 
Bank Payment Obligation sebagai alternatif pembayaran internasional
Bank Payment Obligation sebagai alternatif pembayaran internasionalBank Payment Obligation sebagai alternatif pembayaran internasional
Bank Payment Obligation sebagai alternatif pembayaran internasional
Yudy Yunardy
 
Makalah krisis moneter
Makalah krisis moneterMakalah krisis moneter
Makalah krisis moneter
Warnet Raha
 
Cabaran ekonomi negara
Cabaran ekonomi negaraCabaran ekonomi negara
Cabaran ekonomi negaraRo Ny
 
Analisis Neraca Pembayaran Indonesia Pendekatan Model ECM.pdf
Analisis Neraca Pembayaran Indonesia Pendekatan Model ECM.pdfAnalisis Neraca Pembayaran Indonesia Pendekatan Model ECM.pdf
Analisis Neraca Pembayaran Indonesia Pendekatan Model ECM.pdf
poppy251661
 
Bank Indonesia: Menjaga Momentum Pertumbuhan
Bank Indonesia: Menjaga Momentum PertumbuhanBank Indonesia: Menjaga Momentum Pertumbuhan
Bank Indonesia: Menjaga Momentum Pertumbuhan
Lestari Moerdijat
 
Nailatur fitria.docx
Nailatur fitria.docxNailatur fitria.docx
Nailatur fitria.docx
NandaTika
 
Tugas_-_Perekonomian_Indonesia.pdf
Tugas_-_Perekonomian_Indonesia.pdfTugas_-_Perekonomian_Indonesia.pdf
Tugas_-_Perekonomian_Indonesia.pdf
WildanRosadi
 
Adm Keuangan Ari.docx
Adm Keuangan Ari.docxAdm Keuangan Ari.docx
Adm Keuangan Ari.docx
FadhielAchmad
 
penjelesalan terkait apa yang dimaksud dengan inflasi
penjelesalan terkait apa yang dimaksud dengan inflasipenjelesalan terkait apa yang dimaksud dengan inflasi
penjelesalan terkait apa yang dimaksud dengan inflasi
JuwandariahJubir2
 
Kelompok 7
Kelompok 7Kelompok 7
Kelompok 7
olerafif
 
Kebijakan fiskal_ sistem ekonomi Indonesia
Kebijakan fiskal_ sistem ekonomi Indonesia Kebijakan fiskal_ sistem ekonomi Indonesia
Kebijakan fiskal_ sistem ekonomi Indonesia
MithaQhaulia
 
2017 laporan perkembangan perekonomian bulan oktober 2017
2017 laporan perkembangan perekonomian bulan oktober 20172017 laporan perkembangan perekonomian bulan oktober 2017
2017 laporan perkembangan perekonomian bulan oktober 2017
ThrustGen - Trust Generation
 
Kebijakan fiskal presentasi
Kebijakan fiskal presentasiKebijakan fiskal presentasi
Kebijakan fiskal presentasi
Ferdi Ozom
 
Penggunaan kebijakan fiskal dalam mencegah terjadinya resesi
Penggunaan kebijakan fiskal dalam mencegah terjadinya resesiPenggunaan kebijakan fiskal dalam mencegah terjadinya resesi
Penggunaan kebijakan fiskal dalam mencegah terjadinya resesi
MonicaMagdalena5
 

Similar to Membaca arah kebijakan ekonomi dan moneter 2016 (19)

5 pertumbuhan ekonomi
5 pertumbuhan ekonomi5 pertumbuhan ekonomi
5 pertumbuhan ekonomi
 
5 pertumbuhan ekonomi
5 pertumbuhan ekonomi5 pertumbuhan ekonomi
5 pertumbuhan ekonomi
 
(Sindonews.com) Opini ekonomi 12 Mei 2014-2 Juni 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi 12 Mei 2014-2 Juni 2014(Sindonews.com) Opini ekonomi 12 Mei 2014-2 Juni 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi 12 Mei 2014-2 Juni 2014
 
Bank Payment Obligation sebagai alternatif pembayaran internasional
Bank Payment Obligation sebagai alternatif pembayaran internasionalBank Payment Obligation sebagai alternatif pembayaran internasional
Bank Payment Obligation sebagai alternatif pembayaran internasional
 
Makalah krisis moneter
Makalah krisis moneterMakalah krisis moneter
Makalah krisis moneter
 
Cabaran ekonomi negara
Cabaran ekonomi negaraCabaran ekonomi negara
Cabaran ekonomi negara
 
Analisis Neraca Pembayaran Indonesia Pendekatan Model ECM.pdf
Analisis Neraca Pembayaran Indonesia Pendekatan Model ECM.pdfAnalisis Neraca Pembayaran Indonesia Pendekatan Model ECM.pdf
Analisis Neraca Pembayaran Indonesia Pendekatan Model ECM.pdf
 
Bank Indonesia: Menjaga Momentum Pertumbuhan
Bank Indonesia: Menjaga Momentum PertumbuhanBank Indonesia: Menjaga Momentum Pertumbuhan
Bank Indonesia: Menjaga Momentum Pertumbuhan
 
Nailatur fitria.docx
Nailatur fitria.docxNailatur fitria.docx
Nailatur fitria.docx
 
Tugas_-_Perekonomian_Indonesia.pdf
Tugas_-_Perekonomian_Indonesia.pdfTugas_-_Perekonomian_Indonesia.pdf
Tugas_-_Perekonomian_Indonesia.pdf
 
Adm Keuangan Ari.docx
Adm Keuangan Ari.docxAdm Keuangan Ari.docx
Adm Keuangan Ari.docx
 
Nota Keuangan dan RAPBN 2011 (BAB I)
Nota Keuangan dan RAPBN 2011 (BAB I)Nota Keuangan dan RAPBN 2011 (BAB I)
Nota Keuangan dan RAPBN 2011 (BAB I)
 
penjelesalan terkait apa yang dimaksud dengan inflasi
penjelesalan terkait apa yang dimaksud dengan inflasipenjelesalan terkait apa yang dimaksud dengan inflasi
penjelesalan terkait apa yang dimaksud dengan inflasi
 
Kelompok 7
Kelompok 7Kelompok 7
Kelompok 7
 
Kebijakan fiskal_ sistem ekonomi Indonesia
Kebijakan fiskal_ sistem ekonomi Indonesia Kebijakan fiskal_ sistem ekonomi Indonesia
Kebijakan fiskal_ sistem ekonomi Indonesia
 
2017 laporan perkembangan perekonomian bulan oktober 2017
2017 laporan perkembangan perekonomian bulan oktober 20172017 laporan perkembangan perekonomian bulan oktober 2017
2017 laporan perkembangan perekonomian bulan oktober 2017
 
Makalah krisis moneter
Makalah krisis moneterMakalah krisis moneter
Makalah krisis moneter
 
Kebijakan fiskal presentasi
Kebijakan fiskal presentasiKebijakan fiskal presentasi
Kebijakan fiskal presentasi
 
Penggunaan kebijakan fiskal dalam mencegah terjadinya resesi
Penggunaan kebijakan fiskal dalam mencegah terjadinya resesiPenggunaan kebijakan fiskal dalam mencegah terjadinya resesi
Penggunaan kebijakan fiskal dalam mencegah terjadinya resesi
 

Recently uploaded

POWER POIN MATERI KELAS XI BAB IV (3).pptx
POWER POIN MATERI KELAS XI BAB IV (3).pptxPOWER POIN MATERI KELAS XI BAB IV (3).pptx
POWER POIN MATERI KELAS XI BAB IV (3).pptx
EchaNox
 
SUNDABET DAFTAR SLOT ONLINE GACOR MAXWIN
SUNDABET DAFTAR SLOT ONLINE GACOR MAXWINSUNDABET DAFTAR SLOT ONLINE GACOR MAXWIN
SUNDABET DAFTAR SLOT ONLINE GACOR MAXWIN
SUNDABET
 
pph pasal 4 ayat 2 belajar ( pph Final ).ppt
pph pasal 4 ayat 2  belajar ( pph Final ).pptpph pasal 4 ayat 2  belajar ( pph Final ).ppt
pph pasal 4 ayat 2 belajar ( pph Final ).ppt
mediamandirinusantar
 
Grass Block Untuk Carport Pengiriman ke Klojen
Grass Block Untuk Carport Pengiriman ke KlojenGrass Block Untuk Carport Pengiriman ke Klojen
Grass Block Untuk Carport Pengiriman ke Klojen
PavingBlockBolong
 
hubungan-perusahaan-dengan-stakeholder-lintas-budaya-dan-pola-hidup-audit-sos...
hubungan-perusahaan-dengan-stakeholder-lintas-budaya-dan-pola-hidup-audit-sos...hubungan-perusahaan-dengan-stakeholder-lintas-budaya-dan-pola-hidup-audit-sos...
hubungan-perusahaan-dengan-stakeholder-lintas-budaya-dan-pola-hidup-audit-sos...
hanhan140379
 
Khutbah Jum'at, RASULULLAH BERANGKAT BERUMRAH DAN BERHAJI MULAI BULAN DZULQA'...
Khutbah Jum'at, RASULULLAH BERANGKAT BERUMRAH DAN BERHAJI MULAI BULAN DZULQA'...Khutbah Jum'at, RASULULLAH BERANGKAT BERUMRAH DAN BERHAJI MULAI BULAN DZULQA'...
Khutbah Jum'at, RASULULLAH BERANGKAT BERUMRAH DAN BERHAJI MULAI BULAN DZULQA'...
GalihHardiansyah2
 
PERTEMUAN 1 ; PENGANTAR DIGITAL MARKETING PERTANIAN.pptx
PERTEMUAN 1 ; PENGANTAR DIGITAL MARKETING PERTANIAN.pptxPERTEMUAN 1 ; PENGANTAR DIGITAL MARKETING PERTANIAN.pptx
PERTEMUAN 1 ; PENGANTAR DIGITAL MARKETING PERTANIAN.pptx
AzisahAchmad
 
PPT METODOLOGI PENELITIAN MUHAMMAD IQBAL.pdf
PPT METODOLOGI PENELITIAN MUHAMMAD IQBAL.pdfPPT METODOLOGI PENELITIAN MUHAMMAD IQBAL.pdf
PPT METODOLOGI PENELITIAN MUHAMMAD IQBAL.pdf
MuhammadIqbal24956
 
Jasa Cuci Sofa Terdekat Bogor Barat Bogor.PDF
Jasa Cuci Sofa Terdekat Bogor Barat Bogor.PDFJasa Cuci Sofa Terdekat Bogor Barat Bogor.PDF
Jasa Cuci Sofa Terdekat Bogor Barat Bogor.PDF
Rajaclean
 
17837355 pemantauan dan pengendalian.ppt
17837355 pemantauan dan pengendalian.ppt17837355 pemantauan dan pengendalian.ppt
17837355 pemantauan dan pengendalian.ppt
aciambarwati
 
Strategi pemasaran dalam bisnis ritel diperusahaan
Strategi pemasaran dalam bisnis ritel diperusahaanStrategi pemasaran dalam bisnis ritel diperusahaan
Strategi pemasaran dalam bisnis ritel diperusahaan
fatamorganareborn88
 
AUDIT II KELOMPOK 9_indrioktuvianii.pptx
AUDIT II KELOMPOK 9_indrioktuvianii.pptxAUDIT II KELOMPOK 9_indrioktuvianii.pptx
AUDIT II KELOMPOK 9_indrioktuvianii.pptx
indrioktuviani10
 
bauran pemasaran- STP-segmen pasar-positioning
bauran pemasaran- STP-segmen pasar-positioningbauran pemasaran- STP-segmen pasar-positioning
bauran pemasaran- STP-segmen pasar-positioning
wear7
 
ppt metodologi penelitian bisnis digital Al faiz
ppt metodologi penelitian bisnis digital Al faizppt metodologi penelitian bisnis digital Al faiz
ppt metodologi penelitian bisnis digital Al faiz
Alfaiz21
 
studi kelayakan bisnis (desaian studi kelayakan).ppt
studi kelayakan bisnis (desaian studi kelayakan).pptstudi kelayakan bisnis (desaian studi kelayakan).ppt
studi kelayakan bisnis (desaian studi kelayakan).ppt
SendowoResiden
 
10. Bab tentang Anuitas - Matematika ekonomi.pptx
10. Bab tentang Anuitas - Matematika ekonomi.pptx10. Bab tentang Anuitas - Matematika ekonomi.pptx
10. Bab tentang Anuitas - Matematika ekonomi.pptx
RahmanAnshari3
 
PENGARUH PERCEIVED USEFULNESS, PERCEIVED EASE OF USE, DAN PERCEIVED RISK TERH...
PENGARUH PERCEIVED USEFULNESS, PERCEIVED EASE OF USE, DAN PERCEIVED RISK TERH...PENGARUH PERCEIVED USEFULNESS, PERCEIVED EASE OF USE, DAN PERCEIVED RISK TERH...
PENGARUH PERCEIVED USEFULNESS, PERCEIVED EASE OF USE, DAN PERCEIVED RISK TERH...
helenenolaloren
 
kinerja penyusunan anggaran organisasi yang baik
kinerja penyusunan anggaran organisasi yang baikkinerja penyusunan anggaran organisasi yang baik
kinerja penyusunan anggaran organisasi yang baik
HalomoanHutajulu3
 
PPT BIMTEK STRATEGI PEMBELAJARAN EFEKTIF.pptx
PPT BIMTEK STRATEGI PEMBELAJARAN EFEKTIF.pptxPPT BIMTEK STRATEGI PEMBELAJARAN EFEKTIF.pptx
PPT BIMTEK STRATEGI PEMBELAJARAN EFEKTIF.pptx
MiscoTamaela1
 
Materi Pemasaran Kelas 11 kurikulum merdeka
Materi Pemasaran Kelas 11 kurikulum merdekaMateri Pemasaran Kelas 11 kurikulum merdeka
Materi Pemasaran Kelas 11 kurikulum merdeka
13FitriDwi
 

Recently uploaded (20)

POWER POIN MATERI KELAS XI BAB IV (3).pptx
POWER POIN MATERI KELAS XI BAB IV (3).pptxPOWER POIN MATERI KELAS XI BAB IV (3).pptx
POWER POIN MATERI KELAS XI BAB IV (3).pptx
 
SUNDABET DAFTAR SLOT ONLINE GACOR MAXWIN
SUNDABET DAFTAR SLOT ONLINE GACOR MAXWINSUNDABET DAFTAR SLOT ONLINE GACOR MAXWIN
SUNDABET DAFTAR SLOT ONLINE GACOR MAXWIN
 
pph pasal 4 ayat 2 belajar ( pph Final ).ppt
pph pasal 4 ayat 2  belajar ( pph Final ).pptpph pasal 4 ayat 2  belajar ( pph Final ).ppt
pph pasal 4 ayat 2 belajar ( pph Final ).ppt
 
Grass Block Untuk Carport Pengiriman ke Klojen
Grass Block Untuk Carport Pengiriman ke KlojenGrass Block Untuk Carport Pengiriman ke Klojen
Grass Block Untuk Carport Pengiriman ke Klojen
 
hubungan-perusahaan-dengan-stakeholder-lintas-budaya-dan-pola-hidup-audit-sos...
hubungan-perusahaan-dengan-stakeholder-lintas-budaya-dan-pola-hidup-audit-sos...hubungan-perusahaan-dengan-stakeholder-lintas-budaya-dan-pola-hidup-audit-sos...
hubungan-perusahaan-dengan-stakeholder-lintas-budaya-dan-pola-hidup-audit-sos...
 
Khutbah Jum'at, RASULULLAH BERANGKAT BERUMRAH DAN BERHAJI MULAI BULAN DZULQA'...
Khutbah Jum'at, RASULULLAH BERANGKAT BERUMRAH DAN BERHAJI MULAI BULAN DZULQA'...Khutbah Jum'at, RASULULLAH BERANGKAT BERUMRAH DAN BERHAJI MULAI BULAN DZULQA'...
Khutbah Jum'at, RASULULLAH BERANGKAT BERUMRAH DAN BERHAJI MULAI BULAN DZULQA'...
 
PERTEMUAN 1 ; PENGANTAR DIGITAL MARKETING PERTANIAN.pptx
PERTEMUAN 1 ; PENGANTAR DIGITAL MARKETING PERTANIAN.pptxPERTEMUAN 1 ; PENGANTAR DIGITAL MARKETING PERTANIAN.pptx
PERTEMUAN 1 ; PENGANTAR DIGITAL MARKETING PERTANIAN.pptx
 
PPT METODOLOGI PENELITIAN MUHAMMAD IQBAL.pdf
PPT METODOLOGI PENELITIAN MUHAMMAD IQBAL.pdfPPT METODOLOGI PENELITIAN MUHAMMAD IQBAL.pdf
PPT METODOLOGI PENELITIAN MUHAMMAD IQBAL.pdf
 
Jasa Cuci Sofa Terdekat Bogor Barat Bogor.PDF
Jasa Cuci Sofa Terdekat Bogor Barat Bogor.PDFJasa Cuci Sofa Terdekat Bogor Barat Bogor.PDF
Jasa Cuci Sofa Terdekat Bogor Barat Bogor.PDF
 
17837355 pemantauan dan pengendalian.ppt
17837355 pemantauan dan pengendalian.ppt17837355 pemantauan dan pengendalian.ppt
17837355 pemantauan dan pengendalian.ppt
 
Strategi pemasaran dalam bisnis ritel diperusahaan
Strategi pemasaran dalam bisnis ritel diperusahaanStrategi pemasaran dalam bisnis ritel diperusahaan
Strategi pemasaran dalam bisnis ritel diperusahaan
 
AUDIT II KELOMPOK 9_indrioktuvianii.pptx
AUDIT II KELOMPOK 9_indrioktuvianii.pptxAUDIT II KELOMPOK 9_indrioktuvianii.pptx
AUDIT II KELOMPOK 9_indrioktuvianii.pptx
 
bauran pemasaran- STP-segmen pasar-positioning
bauran pemasaran- STP-segmen pasar-positioningbauran pemasaran- STP-segmen pasar-positioning
bauran pemasaran- STP-segmen pasar-positioning
 
ppt metodologi penelitian bisnis digital Al faiz
ppt metodologi penelitian bisnis digital Al faizppt metodologi penelitian bisnis digital Al faiz
ppt metodologi penelitian bisnis digital Al faiz
 
studi kelayakan bisnis (desaian studi kelayakan).ppt
studi kelayakan bisnis (desaian studi kelayakan).pptstudi kelayakan bisnis (desaian studi kelayakan).ppt
studi kelayakan bisnis (desaian studi kelayakan).ppt
 
10. Bab tentang Anuitas - Matematika ekonomi.pptx
10. Bab tentang Anuitas - Matematika ekonomi.pptx10. Bab tentang Anuitas - Matematika ekonomi.pptx
10. Bab tentang Anuitas - Matematika ekonomi.pptx
 
PENGARUH PERCEIVED USEFULNESS, PERCEIVED EASE OF USE, DAN PERCEIVED RISK TERH...
PENGARUH PERCEIVED USEFULNESS, PERCEIVED EASE OF USE, DAN PERCEIVED RISK TERH...PENGARUH PERCEIVED USEFULNESS, PERCEIVED EASE OF USE, DAN PERCEIVED RISK TERH...
PENGARUH PERCEIVED USEFULNESS, PERCEIVED EASE OF USE, DAN PERCEIVED RISK TERH...
 
kinerja penyusunan anggaran organisasi yang baik
kinerja penyusunan anggaran organisasi yang baikkinerja penyusunan anggaran organisasi yang baik
kinerja penyusunan anggaran organisasi yang baik
 
PPT BIMTEK STRATEGI PEMBELAJARAN EFEKTIF.pptx
PPT BIMTEK STRATEGI PEMBELAJARAN EFEKTIF.pptxPPT BIMTEK STRATEGI PEMBELAJARAN EFEKTIF.pptx
PPT BIMTEK STRATEGI PEMBELAJARAN EFEKTIF.pptx
 
Materi Pemasaran Kelas 11 kurikulum merdeka
Materi Pemasaran Kelas 11 kurikulum merdekaMateri Pemasaran Kelas 11 kurikulum merdeka
Materi Pemasaran Kelas 11 kurikulum merdeka
 

Membaca arah kebijakan ekonomi dan moneter 2016

  • 1. Kebijakan Ekonomi dan Moneter 2016 DANA MONETER INTERNASIONAL (IMF) mengapresiasi kebijakan ekonomi yang ditempuh otoritas di Indonesia. Menurut IMF, prospek ekonomi Indonesia tetap solid. Otoritas di Indonesia dinilai telah menempuh langkah-langkah signifikan dalam beberapa tahun terakhir ini untuk memperkuat kerangka kebijakan, antara lain mencakup kebijakan moneter serta fiskal yang berhati-hati, seperti terlihat dalam reformasi subsidi bahan bakar minyak (BBM) pada 2015, telah mampu berkontribusi kepada stabilitas makroekonomi sekaligus mendukung pertumbuhan. Hal tersebut juga telah membawa Indonesia melewati berbagai tantangan sepanjang 2015. Demikian penilaian Luis E. Breuer, yang memimpin kunjungan Tim IMF ke Jakarta dari tanggal 3 hingga 17 Desember 2015 lalu. Kunjungan Tim IMF ke Jakarta dilakukan dalam rangka berdiskusi mengenai perkembangan ekonomi terkini Indonesia serta prospek jangka pendek-menengah. Diskusi dilakukan dengan perwakilan dari Pemerintah, Bank Indonesia (BI), lembaga publik lainnya serta sektor swasta. IMF menyebutkan bahwa prospek ekonomi Indonesia jangka menengah masih akan positif, didukung oleh agenda kebijakan yang mendukung pertumbuhan yang melibatkan rakyat banyak (inklusif), namun tetap menekankan stabilitas. Kebijakan moneter yang ditempuh BI juga dianggap telah tepat dan telah mendukung penyesuaian ekonomi terhadap tekanan eksternal. Pengambil kebijakan juga telah memberi respons yang tepat saat terjadi gejolak di pasar keuangan, dengan fleksibilitas nilai tukar dan imbal hasil obligasi Pemerintah, serta usaha pendalaman pasar keuangan.
  • 2. Di sisi fiskal, IMF memandang Pemerintah Indonesia telah menerapkan strategi yang tepat sasaran, dengan peningkatan belanja infrastruktur dan program sosial yang menyasar pada target yang tepat. Otoritas terkait telah berhasil melakukan pengurangan subsidi BBM dan bantuan tunai bersyarat dan investasi publik. Selain itu, berbagai usaha penguatan kerangka fiskal yang tengah dilakukan, seperti rencana penyesuaian anggaran 2016 berdasarkan penerimaan 2015, juga mendapat apresiasi. IMF juga menyatakan bahwa kebijakan fiskal perlu disusun dalam rencana jangka menengah, sebagai rujukan bagi program-program Pemerintah. Selanjutnya, indikator-indikator sektor keuangan menunjukan bahwa sektor perbankan Indonesia masih solid. Hal ini antara lain terlihat dari tingkat permodalan dan profitabilitas yang baik, meski tingkat Non Performing Loan (NPL) sedikit meningkat. Beberapa langkah telah dilakukan untuk memperkuat stabilitas sistem keuangan, antara lain melalui peningkatan teknik pengamatan (surveillance) sektor keuangan, serta pengenalan kebijakan lindung nilai (hedging) untuk mengatur risiko nilai tukar utang korporasi. Dalam hal ini, pengesahan Undang-Undang Jaring Pengaman Sistem Keuangan (JPSK) menjadi sangat penting untuk memperkuat kerangka kelembagaan dalam mendukung stabilitas sistem keuangan. Paket-paket kebijakan Pemerintah yang dikeluarkan sejak Agustus 2015 juga dianggap mampu memberi sinyal mengenai strategi baru untuk memperbaiki iklim bisnis dan mengurangi biaya dalam berusaha (cost of doing business). Hal ini dilakukan untuk meningkatkan daya saing guna mendukung pertumbuhan ekonomi.
  • 3. Komitmen yang kuat juga ditunjukkan oleh seluruh lembaga/otoritas untuk melanjutkan reformasi struktural, termasuk meninjau kembali investasi yang dilakukan didalam dan luar negeri serta keuntungan yang diperoleh dari perdagangan regional. Praktik ketenagakerjaan yang kini lebih fleksibel telah mampu menciptakan lapangan kerja dan menarik investasi swasta baru. Kebijakan cenderung akomodatif Jika menilik dasar pertimbangan pengambilan keputusan Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 17 Desember 2015 lalu yang memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7,50%, dengan suku bunga Deposit Facility 5,50% dan Lending Facility pada level 8,00%, tampaknya mulai terlihat signal arah kebijakan BI yang lebih akomodatif di waktu-waktu mendatang. Diyakini, cepat atau lambat, kebijakan moneter BI akan lebih longgar, karena beberapa “persyaratan” hampir terpenuhi. Sebagai catatan, pada RDG BI terakhir di 2015 itu (17/12/2015), BI memandang ruang bagi pelonggaran kebijakan moneter semakin terbuka dengan terjaganya stabilitas makro ekonomi, khususnya inflasi akhir 2015 yang akan berada di bawah 3% dan defisit transaksi berjalan (DTB) akan berada di kisaran 2% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Bank sentral juga mencermati perkembangan pasarkeuangan global pasca kenaikan suku bunga Bank Sentral AS (Fed Fund Rate/FFR) dan kondisi ekonomi domestik dalam jangka pendek ke depan. Di sini BI harus terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dalam pengendalian inflasi, penguatan stimulus pertumbuhan, dan reformasi struktural, sehingga mampu menopang pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dengan stabilitas ekonomi makro dan sistem keuangan yang tetap terjaga.
  • 4. Maklum, tantangan yang dihadapi ekonomi Indonesia selama 2015 tidak terlepas dari dinamika perkembangan ekonomi dan keuangan global, yaitu pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat, harga komoditas yang menurun, dan pasar keuangan yang masih bergejolak. Pertumbuhan ekonomi dunia melambat dipengaruhi oleh pemulihan ekonomi negara maju yang belum solid dan pertumbuhan ekonomi negara berkembang yang cenderung menurun. Ekonomi AS tumbuh moderat ditopang oleh konsumsi dan membaiknya sektor perumahan, sementara ekspansi manufaktur dan ekspor masih tertahan. Pemulihan ekonomi Eropa terutama didorong oleh perbaikan permintaan domestik, meskipun belum mampu meningkatkan inflasi yang masih rendah. Sementara itu, perekonomian Tiongkok terus melemah sejalan dengan rebalancing ekonominya dari investment driven menjadi consumption driven. BI harus jeli melihat ke depan, karena di tengah prospek pemulihan ekonomi global yang membaik, sejumlah risiko eksternal masih perlu diwaspadai, khususnya perlambatan ekonomi Tiongkok dan kondisi pasar keuangan global pasca kenaikan FFR secara berkelanjutan atau bertahap hingga (2017/2018) nanti. Sejauh ini perkembangan makro ekonomi Indonesia sudah berjalan pada jalurnya. Sejalan dengan perlambatan ekonomi global, pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat di 2015. Pertumbuhan ekonomi diperkirakan mencapai 4,8% (yoy), lebih rendah dari 5,0% (yoy) pada tahun 2014. Penurunan ini dipengaruhi oleh ekspor yang menurun seiring lemahnya permintaan global dan penurunan harga komoditas. Hal ini terkonfirmasi dari sisi regional yang menunjukkan perlambatan ekonomi terutama dialami daerah yang berbasis sumber daya alam.
  • 5. Maka, seiring dengan ekspor yang masih lemah, pertumbuhan investasi relatif terbatas. Investasi bangunan tumbuh meningkat ditopang realisasi proyek- proyek infrastruktur pemerintah, sementara investasi non-bangunan masih terbatas. Namun, pertumbuhan ekonomi masih dapat ditopang oleh konsumsi yang masih cukup kuat, baik rumah tangga maupun pemerintah. Pada 2016 nanti, pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan akan meningkat pada kisaran 5,2% - 5,6%. Pertumbuhan ini didorong oleh stimulus fiskal terutama untuk pembangunan proyek infrastruktur dan konsumsi yang diperkirakan masih tetap kuat. Sementara itu, investasi diharapkan meningkat seiring dengan implementasi paket kebijakan pemerintah yang mendorong investasi dan stabilitas makro ekonomi yang semakin baik. Ditengah dinamika ekonomi global, upaya pemerintah meningkatkan daya beli masyarakat dan efektivitas stimulus fiskal memiliki peran penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di 2016. Kinerja transaksi berjalan 2015 diperkirakan membaik dibandingkan tahun sebelumnya dan berada pada kisaran 2% dari PDB. Penurunan DTB terutama ditopang oleh perbaikan neraca perdagangan non- migas dan migas akibat penurunan impor yang signifikan. Hal ini sejalan dengan permintaan domestik yang masih lemah dan ekspor yang terkontraksi akibat harga komoditas yang menurun serta permintaan global yang masih lemah. Di sisi lain, kinerja transaksi modal dan finansial masih mencatat surplus di tengah meningkatnya ketidakpastian di pasar keuangan global dan melambatnya perekonomian domestik. Namun, surplus tersebut diperkirakan lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya sehingga tidak sepenuhnya dapat menutup defisit transaksi berjalan.
  • 6. Dengan perkembangan tersebut, cadangan devisa pada akhir November 2015 lalu tercatat sebesar 100,2 miliar dolar AS atau setara dengan 7,1 bulan impor atau 6,9 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah. Angka tersebut berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Sepanjang 2015 ini tekanan nilai tukar meningkat dipicu oleh ketidakpastian kenaikan FFR dan depresiasi Yuan. Hingga November 2015, rupiah secara rata-rata melemah 11,05% ke level Rp13.351/USD. Pelemahan ini dipengaruhi sejumlah faktor eksternal antara lain, ketidakpastian timing dan besaran kenaikan FFR, kekhawatiran negosiasi fiskal Yunani, serta Yuan yang terus terdepresiasi di tengah perekonomian Tiongkok yang lemah. Sementara itu, dari sisi domestik, tekanan terhadap rupiah terkait dengan meningkatnya permintaan valas untuk pembayaran utang luar negeri (ULN) dan deviden secara musiman, serta kekhawatiran terhadap melambatnya ekonomi domestik. Namun, pada Oktober dan November 2015 lalu pergerakan rupiah cenderung menguat dan lebih stabil, seiring dengan sentimen positif terhadap emerging markets (EM) akibat hasil Federal Open Market Committee (FOMC) yang sempat dovish (melonggar) dan membaiknya optimisme terhadap prospek ekonomi Indonesia sejalan dengan rangkaian paket kebijakan pemerintah dan paket stabilisasi nilai tukar yang dikeluarkan oleh BI. Untuk itu ke depannya BI harus terus menjaga stabilitas nilai tukar sesuai dengan fundamentalnya, sehingga dapat mendukung stabilitas makoekonomi dan penyesuaian ekonomi kearah yang lebih sehat dan berkesinambungan. Apalagi laku inflasi 2015 diperkirakan cukup rendah berada di bawah 3%.
  • 7. Inflasi yang rendah didukung oleh inflasi volatile food yang rendah, administered prices yang mengalami deflasi, dan inflasi inti yang terkendali. Inflasi kelompok volatile food tercatat cukup rendah, didukung oleh kecukupan pasokan bahan pangan. Sementara administered prices diperkirakan mengalami deflasi, seiring dengan menurunnya harga energi dunia di tengah reformasi subsidi. Di sisi lain, inflasi inti tetap terkendali, didukung oleh ekspektasi yang terjaga, dampak passthrough pelemahaan nilai tukar yang terbatas dan tekanan permintaan yang relatif lemah. Hal ini tidak terlepas dari peran kebijakan BI dalam mengelola permintaan domestik, menjaga stabilitas nilai tukar, dan mengarahkan ekspektasi inflasi, serta semakin baiknya koordinasi kebijakan pengendalian inflasi antara BI dan Pemerintah. Pada November 2015, Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat mengalami inflasi sebesar 0,21% (mtm). Inflasi ini disumbang oleh seluruh komponennya. Dengan demikian, inflasi IHK sejak Januari sampai November 2015 tercatat sebesar 2,37% (ytd) atau mencapai 4,89% (yoy). Ke depan, inflasi diperkirakan akan berada pada sasaran inflasi 2016, yaitu 4 ± 1%. Namun, risiko inflasi perlu terus diwaspadai, terutama terkait penyesuaian administered prices, sehingga lagi-lagi diperlukan penguatan koordinasi kebijakan BI dan Pemerintah yang lebih solid dalam pengendalian inflasi. Stabilitas sistem keuangan (SSK) tetap solid, ditopang oleh ketahanan sistem perbankan dan relatif terjaganya kinerja pasar keuangan. Ketahanan industri perbankan tetap kuat dengan risiko-risiko kredit, likuiditas dan pasar yang cukup terjaga. Per Oktober 2015 lalu, rasio kecukupan modal (CAR) masih kuat, jauh di atas ketentuan minimum 8%, yaitu sebesar 20,8%. Sementara itu, rasio kredit bermasalah (NPL) tetap rendah dan berada di kisaran 2,7% (gross) atau 1,4% (net).
  • 8. Dari sisi fungsi intermediasi, pertumbuhan kredit tercatat sebesar 10,4% (yoy), lebih rendah dari pertumbuhan pada periode yang sama tahun sebelumnya, sejalan dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi (prosiklikalitas). Sementara itu, pertumbuhan DPK pada Oktober 2015 tercatat 9,0% (yoy). Maka dari itu, sejalan dengan meningkatnya aktivitas ekonomi dan dampak pelonggaran kebijakan makroprudensial, serta penurunan Giro Wajib Minimum (GWM) Primer oleh BI, pertumbuhan kredit diperkirakan akan terus meningkat menjadi 12 - 14% pada 2016. Bahkan bias jadi melampaui perkiraan tersebut jika pelaksanaan pembangunan proyek-proyek strategis oleh pemerintah berjalan optimal. Itulah sejumlah pertanda bahwa otoritas moneter ke depan cenderung makin akomodatif dalam menelurkan kebijakan moneter melalui jalur suku bunga (BI Rate) dan jalur makroprudensialnya yang ditujukan untuk memperkuat stabilitas ekonomi seraya mendukung pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan.