SlideShare a Scribd company logo
KELOMPOK 4
ALVENIA NUR PRIMADANA
ALWI ARIFIN
MUHAMMAD IBNU SHINA
MUHAMMAD ZIQRY SANDY
HERIYANTO HASUNDUNGAN
SULTAN ARIQ PRANANDA
XII MIPA 7
PERKEMBANGAN SOSIAL PADA MASA
DEMOKRASI TERPIMPIN
KEHIDUPAN MASYARAKAT
KEHIDUPAN EKTIK TIONGHOA
Runtuhnya rezim Orde Lama membawa kebankitan
terhadap diskriminasi etnis Tionghoa di Indonesia, measa
pemerintahan Orde Baru tetap mebuat etnis Tionghoa
mengalami diskriminasi rasial dan hilangnya hak asasi
manusia, contohnya sebagai berikut ;
• mengeluarkan kebijakan penandaan khusus pada Kartu
Tanda Penduduk
• tidak bolehnya warga etnis Tionghoa menjadi pegawai
negeri serta tentara
• pelarangan warga etnis Tionghoa untuk memiliki tanah
di pedesaan.
Di masa demokrasi terpimpin golongan etnis
Tionghoa mendapatkan peran dan pengaruh politik
Inodesia, seperti terdapat beberapa menteri dari etnis
Tionghoa salah satunya ialah Oei Tjoe Tat yan menjadi
menteri yang diperbantukan dalam presidium kabinet Bung
karno ia cenderung menjadi tangan kanan Bung Karno
terutama ketika terjadi Konflik dengan Malaysia.
Pada masa dibentuk lembaga yang bertujuan
membela keturunan Tionghoa dari diskriminasi aturan
negara, mulanya tercetus nama Badan Permusjawaratan
Kewarganegaraan Turuanan Tionghoa (Baperwat), namun
mengalami berdebatan karena menggunakan kata
“Tionghoa” dan pada akhirnya merubah menjadi Badan
Permusyawaratan Kewarganegaraan Indonesia (Baperki)
yang diketuai Siauw Giok Tjhan dan wakilnya Yap Thiam
Hien.
Dengan tebentuknya Baperki, maka leburlah
PDTI (pusat maupun cabang) otomatis berubah
menjadi Baperki. Sebagai golongan etnis Tionghoa,
langkah ini merupakan sejarah besar serta sejalan
dengan sambutan hangat oleh Bung Karno yang
mengatakan “Di dalam negara kita tidak boleh
adanya mayokrasi, tapi tidak boleh juga minokrasi”.
Selama pemerintahan Orde Baru, yang
dipimpin oleh Soeharto selam 32 tahun, golongan
etnis Tionghoa mengalami kekangan keras terhadap
aspek politik dan aspek budaya. Pada aspek politik
pemerintah Orde Baru mengeluarkan Ketetapan
MPRS Nomor XXV/MPRS/1996 tentang Larangan
Komunisme dan Marxisme-Leninisme karena
dianggap bahaya laten bagi ketahanan nasional.
PERMASALAHAN SOSIAL MASYARAKAT
Pemerintahan pada masa demokrais
terpimpin dianggap tidak dapat berhasil
menyediakan kebutuhan sandang dan pangan bagi
rakyat. Selain itu, biaya kbutuhan hidup juga terus
meningkat.
pada masa demokrasi terpimpin kekuatan PKI
mendominasi. PKI berhasil mempengaruhi sebagian
besar masyarakat di pedesaan. PKI menaggap desa
sebagai tempat teraman untuk bertahan terhadap
kaaum kontrovelis
Di jawa barat PKI mengadakan gerakan turun
ke bawah (Turba) dengan mengirim sekitar 4000-
5000 kader ke desa-desa untuk melaksanakan aksi
tiga sama yang meliputi
• Sama tinggal
• Sama makan
• Sama bekerja
aksi ini dilakukan untuk mengetahui keluh
kesah para petani. PKI juga berusaha menghapus
pengaruh para ulama untuk mencari dukungan
kepada golongan muda nonsantri, sekaligus
mematahkan ormas-ormas partai islam.
KEHIDUPAN BUDAYA
PERTENTANGAN LEKRA DENGAN MANIFES
KEBUDAYAAN
Lembaga Kebudayaan rakyat → organisasi yg bekerja di
bidang kebudayaan, kesenian, dan ilmu pengetahuan. Jargon
lekra seperti seni untuk rakyat, politik adalah panglima , dan
realisme social dianggap bagian PKI. Di tengah maraknya
Doktrin komunis dalam bidang seni dan sastra, pada 17
Agustus 1963 H.B. Jasin, Wiratmo Sukito, dan trisno Sumardjo
mengumumkan pembentukan Manifes Kebudayaan
(Manikebu).
Manikebu dibentuk melawan dominasi dan tekanan
bagi PKI. PKI pun merasa perlu menyerang manikebu.
Serangan terhadap manikebu dilancarkan melalui tulisan
Harian Rakyat, Bintang Timur, dan Zaman Baru.
Manikebu mendapat dukungan dari AD.
Manikebu dan AD sependapat bahwa agama adalah
unsur pokok dalam national and character building.
Pernyataan ini mendapat pukulan bagi PKI yang
sering melupakan nilai-nilai agama.
Aksi Lekra turut memengaruhi Presiden
Soekarno. Dalam pidato Manipol 17 agustus 1959.
Soekarno mengancam kebudayaan Barat yang
memperkenalkan tarian “Rock and Roll”, dansa ala
“Cha-cha”. Bahkan pada 8 Mei 1964 Presiden
Soekarno mengeluarkan larangan kepada manikebu
karena dianggap tandingan dari Manipol Negara.
SISTEM PENDIDIKAN
Sistem Pendidikan pada masa itu didasari
Manifesto Politik (manipol). Pendidikan berwatak
manipol harus mengakomodasi kepentingan rakyat
Indonesia dan menjadi bagian umum rencana
revolusi Indonesia.
Untuk memberikan dasar dalam pendidikan
nasional sesuai halua Negara, pada 10 Okt 1960
Menteri pendidikan, pengajaran, dan kebudayaan
(PP dan K) mengeluarkan instruksi No. 2 1959
mengenai Pancawardhana:
1.Mengembangkan cinta bangsa dan tanah air,
moral nasional,serta keagamaan
2.Mengembangkan kecerdasan
3.Mengembangkan emosional artistic
4.Mengembangkan kerajinan tangan
5.Mengembangkan kesehatan jasmani
Pemerintah juga gerakan menabung bagi
peserta didik yang cara menabungnya di
kantor pos dan diatur oleh departemen PP dan
K bersama direksi Bank Tabungan Pos.
PERKEMBANGAN PERS
Pada masa demokrasi terpimpin partai politik dna
organisasi politik tidak bias lepas dari peran pers. Ini
disebabkan karena hampir setiap partai politik memiliki
surat kabar, baik yang terbit secara harian, mingguan,
maupun bulanan.
Beberapa partai politik ini memiliki surat kabar
sendiri, contohnya seperti Surat kabar suluh indonesia (
PNI ), Harian abadi ( masyumi ), Duta masjarakat ( nu),
Harian rakyat dan warta bhakti ( pki ), dan pada
tahun1960 Angkatan darat juga menerbitkan surat
kabar Angkatan bersendjata dan berita yudha.
MANIPOL-USDEK yang diperkenalkan presiden telah
merubah dasar pelaksanaan dari pers tersebut. Dan
menjadikan kebebasan pers semakin terbatas, persyaratan
untuk mendapatkan surat izin tjetak ( SIT ) dan menerbitkan
suatu kabar pers harus mendukung sepenuhnya MANIPOL-
USDEK.
System demokrasi terpimpin mempengaruhi fungsi
pers menjadi tombak dari pemerintahan, tetapi tidak semua
pers mengikuti kehendak pemerintah. Akibatnya pada saat itu
tejadi perselisihan antara pers pemerintahan dan pers oposisi.
Seperti yang terjadipada barisan pendukung soekarno ( BPS )
Pemerintah melakukan peringatan dan pemberhentian
terhadap beebrapa pers yang tidak mendukung pemerintah
yait, majalah baarau ( samarinda ), berita minggu ( Jakarta ),
Indonesia raya ( Jakarta ), dan pembangunan ( Palembang )
PERKEMBANGAN ARSISTEKTUR
Pada tahun 1959-1965 perkembangan arsistektur
di beberapa kota di Indonesia dipengaruhi oleh gaya
arsistektur soekarno yang disebut “ padu padan “ . gaya
ini pada masa demokrasi terpimpin direalisasikan
pertama kalinya ketika menjadi tuan rumah
penyelenggaraan asean game IV pada tahun 1962.
Untuk konsekuensinya Indonesia harus membuat
sport vanues yang sekarang kita sebut dengan gelora
bung karno yang bertaraf internasioanl seperti yang telah
disyarat kan oleh komite asean games.
Di Jakarta sendiri ornament yang tercipta dari
gagasan ide soekarno adalah hotel Indonesia, masjid
instiqlal, pusat perbelanjaan sarinah, gedung PMI Jakarta,
monument nasional yang berada di Jakarta.
Sedangkan rancangan soekarno yang lainya diluar
Jakarta adalah bundaran besar yang berada di tengah
kota palangkaraya, gedung herbarium bogor, hotel
ambarukmo Yogyakarta, dan hotel bali beach dnepasar.
Untuk memperindah banyak kota di Indonesia beliau
membuat banyak monument di kota berupa patung.
Patung – patung tersebut antara lain patung
selamat dating, patung pangeran diponogoro, patung
tani, patung pembebasan irian barat, dan patung
dirgantara.
POLITIK DAN EKONOMI INDONESIA PADA
MASA ORDE BARU
MASA TRANSISSI PADA TAHUN 1966-
1967
AKSI TRITURA
Naiknya Letnan Jenderal Soeharto ke kursi
kepresidenan tidak dapat dilepaskan dari peristiwa Gerakan
30 September 1965 atau G 30 S PKI. Ini merupakan
peristiwa yang menjadi titik awal berakhirnya kekuasaan
Presiden Soekarno dan hilangnya kekuatan politik PKI dari
percaturan politik Indonesia.
Peristiwa tersebut telah menimbulkan kemarahan
rakyat. Keadaan politik dan keamanan negara menjadi
kacau, keadaan perekonomian makin memburuk dimana
inflasi mencapai 600% sedangkan upaya pemerintah
melakukan devaluasi rupiah dan kenaikan menyebabkan
timbulnya keresahan masyarakat. Aksi-aksi tuntutan
penyelesaian yang seadil-adilnya terhadap pelaku G30 S
PKI semakin meningkat.
Gerakan tersebut dipelopori oleh kesatuan aksi
pemuda-pemuda, mahasiswa dan pelajar (KAPPI, KAMI,
KAPI), kemudian muncul pula KABI (buruh), KASI
(sarjana), KAWI (wanita), KAGI (guru) dan lain-lain.
Kesatuan-kesatuan aksi tersebut dengan gigih menuntut
penyelesaian politis yang terlibat G-30S/PKI, dan
kemudian pada tanggal 26 Oktober 1965 membulatkan
barisan mereka dalam satu front, yaitu Front Pancasila.
Setelah lahir barisan Front Pancasila, gelombang
demonstrasi yang menuntut pembubaran PKI makin
bertambah meluas. Situasi yang menjurus ke arah konflik
politik makin bertambah panas oleh keadaan ekonomi yang
semakin memburuk. Perasaan tidak puas terhadap keadaan
saat itu mendorong para pemuda dan mahasiswa
mencetuskan Tri Tuntunan Hati Nurani Rakyat yang lebih
dikenal dengan sebutan Tritura (Tri Tuntutan Rakyat).
Pada 12 Januari 1966 dipelopori oleh KAMI dan
KAPPI, kesatuan-kesatuan aksi yang tergabung dalam Front
Pancasila mendatangi DPR-GR mengajukan tiga buah tuntutan
yaitu:
a. Pembubaran PKI,
b. Pembersihan kabinet dari unsur-unsur G30S PKI,
c. Penurunan harga/perbaikan ekonomi.
Tuntutan rakyat agar Presiden Soekarno membubarkan
PKI ternyata tidak dipenuhi Presiden danuntuk menenangkan
rakyat Presiden Soekarno mengadakan perubahan Kabinet
Dwikora menjadi Kabinet 100 Menteri, yang ternyata belum
juga memuaskan hati rakyat karena di dalamnya masih
bercokol tokoh-tokoh yang terlibat dalam peristiwa G30S PKI.
Pada saat pelantikan Kabinet 100 Menteri pada tgl 24 Pebruari
1966, para mahasiswa, pelajar dan pemuda memenuhi jalan-
jalan menuju Istana Merdeka.
Aksi itu dihadang oleh pasukan Cakrabirawa sehingga
menyebabkan bentrok antara pasukan Cakrabirawa dengan para
demonstran yang menyebabkan gugurnya mahasiswa Universitas
Indonesia bernama Arief Rachman Hakim. Sebagai akibat dari
aksi itu keesokan harinya yaitu pada tanggal 25 Februari 1966
berdasarkan keputusan Panglima Komando Ganyang Malaysia
(Kogam) yaitu Presiden Soekarno sendiri, KAMI dibubarkan.
Insiden berdarah yang terjadi ternyata menyebabkan
makin parahnya krisis kepemimpinan nasional. Keputusan
membubarkan KAMI dibalas oleh mahasiswa Bandung dengan
mengeluarkan “Ikrar Keadilan dan Kebenaran” yang memprotes
pembubaran KAMI dan mengajak rakyat untuk meneruskan
perjuangan. Perjuangan KAMI kemudian dilanjutkan dengan
munculnya masa Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia (KAPI), krisis
nasional makin tidak terkendalikan. Dalam pada itu mahasiswa
membentuk Resimen Arief Rachman Hakim, melanjutkan aksi
KAMI.
Protes terhadap pembubaran KAMI juga dilakukan
oleh Front Pancasila, dan meminta kepada pemerintah agar
meninjau kembali pembubaran KAMI. Dalam suasana yang
demikian, pada 8 Maret 1966 para pelajar dan mahasiswa
yang melakukan demonstrasi menyerbu dan mengobrak -
abrik gedung Departemen Luar Negeri, selain itu mereka
juga membakar kantor berita Republik Rakyat Cina (RRC),
Hsin Hua. Aksi para demonstran tersebut menimbulkan
kemarahan Presiden Soekarno.
Pada hari itu juga Presiden mengeluarkan perintah
harian supaya agar seluruh komponen bangsa waspada
terhadap usaha-usaha yang ingin membelokkan revolusi
bangsa Indonesia dan supaya siap sedia untuk
menghancurkan setiap usaha yang langsung maupun tidak
langsung bertujuan merongrong kepemimpinan, kewibawaan,
atau kebijakan Presiden,
SUPERSEMAR
Surat Perintah Sebelas Maret atau Surat Perintah
11 Maret yang disingkat menjadiSupersemar adalah surat
perintah yang ditandatangani oleh Presiden Republik
Indonesia Soekarno pada tanggal 11 Maret1966.
Surat ini berisi perintah yang menginstruksikan
Soeharto, selaku Panglima Komando Operasi Keamanan
dan Ketertiban (Pangkopkamtib) untuk mengambil segala
tindakan yang dianggap perlu untuk mengatasi situasi
keamanan yang buruk pada saat itu.
Adapun latar belakang keluarnya Surat Perintah
pada tanggal 11 Maret 1966 ini, versi resminya adalah
sebagai berikut. Menjelang akhir tahun 1965, operasi
militer terhadap sisa-sisa G-30-S/PKI boleh dikatakan
sudah selesai, hanya penyelesaian politik terhadap
peristiwa tersebut belum dilaksanakan oleh Presiden
Soekarno. PKI belum dibubarkan. Sementara krisis
ekonomi semakin parah.
Laju inflasi mencapai 650%. Tanggal 13 Desember
1965 bahkan dilakukan devaluasi, uang bernilai Rp
1.000,00 turun menjadi Rp 1,00. Sementara itu, harga-
harga membumbung naik. Hingga pada bulan Januari
1966 para mahasiswa dan pelajar yang tergabung dalam
KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) dan KAPI
(Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia) dengan salah satu
pentolannya Soe Hok Gie telah melakukan aksi
demonstrasi kepada pemerintahan Soekarno.
Selama 60 hari, dengan dipelopori para
Mahasiswa Universitas Indonesia, seluruh jalanan
ibukota dipenuhi demonstran. Aksi yang
dilancarkan melalui demonstrasi maupun melalui
surat kabar tersebut intinya mengecam Soekarno
dan jajarannya yang tidak peduli kepada rakyat.
Mreka menyampaikan Tri tuntutan rakyat (Tritura),
yang isinya: Bubarkan PKI, Retool Kabinet Dwikora,
dan Turunkan Harga.
Pada tanggal 11 Maret 1966, Kabinet yang
dijuluki “Kabinet 100 menteri” (karena jumlah
menterinya mencapai 102 orang) mengadakan
sidang paripurna untuk mencari jalan keluar dari
krisis. Sidang diboikot, para mahasiswa
mengadakan pengempesan ban mobil di jalan-jalan
menuju ke istana
Ketika Presiden berpidato, Brigjen Sabur, Komandan
Cakrabirawa (Pengawal Presiden) memberitahukan bahwa
istana sudah dikepung pasukan tak dikenal. Meskipun ada
jaminan dari Pangdam Jaya brigjen Amir Mahmud, bahwa
keadaan tetap aman, Presiden Soekarno yang tetap merasa
khawatir, pergi dengan helikopter ke Istana Bogor bersama
Wakil Perdana Menteri Dr. Soebandrie dan Dr. Khairul Saleh.
Lepas tengah malam tanggal 11 Maret 1966, Jenderal
Soeharto membubarkan PKI dengan dasar hukum surat
perintah tersebut. PKI beserta ormas-ormasnya dilarang di
seluruh Indonesia terhitung sejak 12 Maret 1966. Seminggu
kemudian, 15 menteri yang dinilai terlibat dalam G-30-S
ditahan. Dengan demikian, dua dari Tritura, sudah
dilaksanakan, Namun kewibawaan Presiden Soekarno tidak
pulih. Antara tahun 1966-1967 terjadi dualisme
kepemimpinan nasional, yaitu Soekarno sebagai presiden dan
Soeharto sebagai Pengemban Super Semar yang dikukuhkan
dalam ketetapan MPRS No. IX/MPRS/66.
DUALISME KEPIMPINAN NASIONAL
Memasuki tahun 1966 terlihat gejala krisis kepemimpinan
nasional yang mengarah pada dualisme kepemimpinan. Disatu pihak
Presiden Soekarno masih menjabat presiden, namun pamornya telah
kian merosot. Soekarno dianggap tidak aspiratif terhadap tuntutan
masyarakat yang mendesak agar PKI dibubarkan.
Hal ini ditambah lagi dengan ditolaknya pidato
pertanggungjawabannya hingga dua kali oleh MPRS. Sementara itu
Soeharto setelah mendapat Surat Perintah Sebelas Maret atau
Supersemar dari Presiden Soekarno dan sehari sesudahnya
membubarkan PKI, namanya semakin populer. Dalam pemerintahan
yang masih dipimpin oleh Soekarno, Soeharto sebagai pengemban
Supersemar, diberi mandat oleh MPRS untuk membentuk kabinet,
yang diberi nama Kabinet Ampera.
Meskipun Soekarno masih memimpin sebagai
pemimpin kabinet, tetapi pelaksanaan pimpinan dan
tugas harian dipegang oleh Soeharto. Kondisi seperti ini
berakibat pada munculnya “dualisme kepemimpinan
nasional”, yaitu Soekarno sebagai pimpinan
pemerintahan sedangkan Soeharto sebagai pelaksana
pemerintahan. Presiden Soekarno sudah tidak banyak
melakukan tindakan-tindakan pemerintahan, sedangkan
sebaliknya Letjen. Soeharto banyak menjalankan tugas-
tugas harian pemerintahan.
Adanya “Dualisme kepemimpinan nasional” ini
akhirnya menimbulkan pertentangan politik dalam
masyarakat, yaitu mengarah pada munculnya pendukung
Soekarno dan pendukung Soeharto. Hal ini jelas
membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa.
Dalam Sidang MPRS yang digelar sejak akhir bulan
Juni sampai awal Juli 1966 memutuskan menjadikan
Supersemar sebagai Ketetapan (Tap) MPRS. Dengan
dijadikannya Supersemar sebagai Tap MPRS secara
hukum Supersemar tidak lagi bisa dicabut sewaktu-waktu
oleh Presiden Soekarno. Bahkan sebaliknya secara hukum
Soeharto mempunyai kedudukan yang sama dengan
Soekarno, yaitu Mandataris MPRS.
Dalam Sidang MPRS itu juga, majelis mulai
membatasi hak prerogatif Soekarno selaku Presiden.
Secara eksplisit dinyatakan bahwa gelar “Pemimpin Besar
Revolusi” tidak lagi mengandung kekuatan hukum.
Presiden sendiri masih diizinkan untuk membacakan
pidato pertanggungjawabannya yang diberi judul
“Nawaksara
Pada tanggal 22 Juni 1966, presiden Soekarno
menyampaikan pidato “Nawaksara” dalam persidangan MPRS.
“Nawa” berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti sembilan,
dan “Aksara” berarti huruf atau istilah. Pidato itu memang
berisi sembilan pokok persoalan yang dianggap penting oleh
presiden Soekarno selaku mandataris MPR. Isi pidato tersebut
hanya sedikit menyinggung sebab-sebab meletusnya peristiwa
berdarah yang terjadi pada tanggal 30 September 1965.
Pada tanggal 10 Januari 1967 Presiden menyampaikan
surat kepada pimpinan MPRS yang berisi Pelengkap
Nawaksara. Dalam Pelengkap Nawaksara itu presiden
mengemukakan bahwa mandataris MPRS hanya
mempertanggungjawabkan pelaksanaan Garis-garis Besar
Haluan Negara dan bukan hal-hal yang lain. Nawaksara
baginya hanya sebagai progress report yang ia sampaikan
secara sukarela. Ia juga menolak untuk seorang diri
mempertanggungjawabkan terjadinya peristiwa Gerakan 30
September, kemerosotan ekonomi, dan akhlak.
Salah seorang sahabat Soekarno, Mr. Hardi,
menemui Presiden Soekarno dan memohon agar
Presiden Soekarno membuka prakarsa untuk mengakhiri
dualisme kepemimpinan negara, karena dualisme
kepemimpinan inilah yang menjadi sumber konflik politik
yang tidak kunjung berhenti. Mr. Hardi menyarankan agar
Soekarno sebagai mandataris MPRS, menyatakan non
aktif di depan sidang Badan Pekerja MPRS dan
menyetujui pembubaran PKI.
Ia meminta agar diumumkan pada hari Rabu
tanggal 22 Februari 1967. Tepat pada pukul 19.30,
Presiden Soekarno membacakan pengumuman resmi
pengunduran dirinya. Pada tanggal 12 Maret 1967
Jenderal Soeharto dilantik menjadi pejabat Presiden
Republik Indonesia oleh Ketua MPRS Jenderal Abdul Haris
Nasution.
materi_kelas12 Sejarah_indonesia_bab_1.pptx

More Related Content

Similar to materi_kelas12 Sejarah_indonesia_bab_1.pptx

Tugas individu ppk
Tugas individu ppkTugas individu ppk
Tugas individu ppk
me_idung
 
Pancasila dalam konteks sejarah indonesia pertumbuhan paham kebangsaan
Pancasila dalam konteks sejarah indonesia pertumbuhan paham kebangsaanPancasila dalam konteks sejarah indonesia pertumbuhan paham kebangsaan
Pancasila dalam konteks sejarah indonesia pertumbuhan paham kebangsaan
febiadwiana
 
Bab 1 sni 6
Bab 1 sni 6Bab 1 sni 6
Bab 1 sni 6
Putra Sanubari
 
Dinamika Pancasila Dalam Sejarah Bangsa
Dinamika Pancasila Dalam Sejarah BangsaDinamika Pancasila Dalam Sejarah Bangsa
Dinamika Pancasila Dalam Sejarah Bangsa
MisiTriCahyanti
 
Makalah ideologi-komunis1
Makalah ideologi-komunis1Makalah ideologi-komunis1
Makalah ideologi-komunis1rizki indah
 
Tumbuh dan berkembangnya semangat kebangsaan
Tumbuh  dan berkembangnya semangat kebangsaanTumbuh  dan berkembangnya semangat kebangsaan
Tumbuh dan berkembangnya semangat kebangsaan
faridaaritonang
 
Berkembangnya Taktik Moderat dan Kooperatif dalam Pergerakan Nasional
Berkembangnya Taktik Moderat dan Kooperatif dalam Pergerakan NasionalBerkembangnya Taktik Moderat dan Kooperatif dalam Pergerakan Nasional
Berkembangnya Taktik Moderat dan Kooperatif dalam Pergerakan Nasional
Alya Titania Annisaa
 
zaman pergerakan nasional hingga kemerdekaan
zaman pergerakan nasional hingga kemerdekaanzaman pergerakan nasional hingga kemerdekaan
zaman pergerakan nasional hingga kemerdekaan
ecstasya
 
Membangun jati diri bangsa indonesia
Membangun jati diri bangsa indonesiaMembangun jati diri bangsa indonesia
Membangun jati diri bangsa indonesia
mashud94jkt
 
Sejarah Wajib - Membangun Jati Diri Keindonesiaan
Sejarah Wajib - Membangun Jati Diri KeindonesiaanSejarah Wajib - Membangun Jati Diri Keindonesiaan
Sejarah Wajib - Membangun Jati Diri Keindonesiaan
maghfiraputeri
 
Seputar g30 s PKI
Seputar g30 s PKISeputar g30 s PKI
Seputar g30 s PKI
dinasr
 
Demokrasi terpimpin
Demokrasi terpimpinDemokrasi terpimpin
Demokrasi terpimpin
Joshua Adiguna Prastowo
 
PERKEMBANGAN PERGERAKAN NASIONAL INDONESIA - Sejarah bab 3
PERKEMBANGAN PERGERAKAN NASIONAL INDONESIA - Sejarah bab 3PERKEMBANGAN PERGERAKAN NASIONAL INDONESIA - Sejarah bab 3
PERKEMBANGAN PERGERAKAN NASIONAL INDONESIA - Sejarah bab 3
Kinanti Jati Kinasih
 
IPS Kelas 9 BAB 4 - www.ilmuguru.org.pptx
IPS Kelas 9 BAB 4 - www.ilmuguru.org.pptxIPS Kelas 9 BAB 4 - www.ilmuguru.org.pptx
IPS Kelas 9 BAB 4 - www.ilmuguru.org.pptx
AgnesViannisa
 
Bab 2[1]. sejarah perjuangan bangsa indonesia
Bab 2[1]. sejarah perjuangan bangsa indonesiaBab 2[1]. sejarah perjuangan bangsa indonesia
Bab 2[1]. sejarah perjuangan bangsa indonesiaSuliantika Riani
 
Keragaman ideologi serta dampak terhadap pergerakan bangsa indonesia
Keragaman ideologi serta dampak terhadap pergerakan bangsa indonesiaKeragaman ideologi serta dampak terhadap pergerakan bangsa indonesia
Keragaman ideologi serta dampak terhadap pergerakan bangsa indonesiaayu larissa
 
Makalah pni
Makalah pniMakalah pni
Makalah pniUciha Wira
 
Pendidikan pancasila
Pendidikan pancasilaPendidikan pancasila
Pendidikan pancasila
Mardian Utama
 
Ppt lesbumi andy candra ofering a
Ppt lesbumi andy candra ofering aPpt lesbumi andy candra ofering a
Ppt lesbumi andy candra ofering a
Andychand Imuet
 
Sejarah organisasi fantasia imanda
Sejarah organisasi   fantasia imanda Sejarah organisasi   fantasia imanda
Sejarah organisasi fantasia imanda OSIS SMA Bina Insani
 

Similar to materi_kelas12 Sejarah_indonesia_bab_1.pptx (20)

Tugas individu ppk
Tugas individu ppkTugas individu ppk
Tugas individu ppk
 
Pancasila dalam konteks sejarah indonesia pertumbuhan paham kebangsaan
Pancasila dalam konteks sejarah indonesia pertumbuhan paham kebangsaanPancasila dalam konteks sejarah indonesia pertumbuhan paham kebangsaan
Pancasila dalam konteks sejarah indonesia pertumbuhan paham kebangsaan
 
Bab 1 sni 6
Bab 1 sni 6Bab 1 sni 6
Bab 1 sni 6
 
Dinamika Pancasila Dalam Sejarah Bangsa
Dinamika Pancasila Dalam Sejarah BangsaDinamika Pancasila Dalam Sejarah Bangsa
Dinamika Pancasila Dalam Sejarah Bangsa
 
Makalah ideologi-komunis1
Makalah ideologi-komunis1Makalah ideologi-komunis1
Makalah ideologi-komunis1
 
Tumbuh dan berkembangnya semangat kebangsaan
Tumbuh  dan berkembangnya semangat kebangsaanTumbuh  dan berkembangnya semangat kebangsaan
Tumbuh dan berkembangnya semangat kebangsaan
 
Berkembangnya Taktik Moderat dan Kooperatif dalam Pergerakan Nasional
Berkembangnya Taktik Moderat dan Kooperatif dalam Pergerakan NasionalBerkembangnya Taktik Moderat dan Kooperatif dalam Pergerakan Nasional
Berkembangnya Taktik Moderat dan Kooperatif dalam Pergerakan Nasional
 
zaman pergerakan nasional hingga kemerdekaan
zaman pergerakan nasional hingga kemerdekaanzaman pergerakan nasional hingga kemerdekaan
zaman pergerakan nasional hingga kemerdekaan
 
Membangun jati diri bangsa indonesia
Membangun jati diri bangsa indonesiaMembangun jati diri bangsa indonesia
Membangun jati diri bangsa indonesia
 
Sejarah Wajib - Membangun Jati Diri Keindonesiaan
Sejarah Wajib - Membangun Jati Diri KeindonesiaanSejarah Wajib - Membangun Jati Diri Keindonesiaan
Sejarah Wajib - Membangun Jati Diri Keindonesiaan
 
Seputar g30 s PKI
Seputar g30 s PKISeputar g30 s PKI
Seputar g30 s PKI
 
Demokrasi terpimpin
Demokrasi terpimpinDemokrasi terpimpin
Demokrasi terpimpin
 
PERKEMBANGAN PERGERAKAN NASIONAL INDONESIA - Sejarah bab 3
PERKEMBANGAN PERGERAKAN NASIONAL INDONESIA - Sejarah bab 3PERKEMBANGAN PERGERAKAN NASIONAL INDONESIA - Sejarah bab 3
PERKEMBANGAN PERGERAKAN NASIONAL INDONESIA - Sejarah bab 3
 
IPS Kelas 9 BAB 4 - www.ilmuguru.org.pptx
IPS Kelas 9 BAB 4 - www.ilmuguru.org.pptxIPS Kelas 9 BAB 4 - www.ilmuguru.org.pptx
IPS Kelas 9 BAB 4 - www.ilmuguru.org.pptx
 
Bab 2[1]. sejarah perjuangan bangsa indonesia
Bab 2[1]. sejarah perjuangan bangsa indonesiaBab 2[1]. sejarah perjuangan bangsa indonesia
Bab 2[1]. sejarah perjuangan bangsa indonesia
 
Keragaman ideologi serta dampak terhadap pergerakan bangsa indonesia
Keragaman ideologi serta dampak terhadap pergerakan bangsa indonesiaKeragaman ideologi serta dampak terhadap pergerakan bangsa indonesia
Keragaman ideologi serta dampak terhadap pergerakan bangsa indonesia
 
Makalah pni
Makalah pniMakalah pni
Makalah pni
 
Pendidikan pancasila
Pendidikan pancasilaPendidikan pancasila
Pendidikan pancasila
 
Ppt lesbumi andy candra ofering a
Ppt lesbumi andy candra ofering aPpt lesbumi andy candra ofering a
Ppt lesbumi andy candra ofering a
 
Sejarah organisasi fantasia imanda
Sejarah organisasi   fantasia imanda Sejarah organisasi   fantasia imanda
Sejarah organisasi fantasia imanda
 

Recently uploaded

RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
asyi1
 
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya PositifKoneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Rima98947
 
Visi Misi SDN 2 Krenceng dalam Observasi Kepala Sekolah
Visi Misi SDN 2 Krenceng dalam Observasi Kepala SekolahVisi Misi SDN 2 Krenceng dalam Observasi Kepala Sekolah
Visi Misi SDN 2 Krenceng dalam Observasi Kepala Sekolah
kusnen59
 
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptxMateri 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
ahyani72
 
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
Indah106914
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
ferrydmn1999
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
safitriana935
 
penjelasan tentang tugas dan wewenang pkd
penjelasan tentang tugas dan wewenang pkdpenjelasan tentang tugas dan wewenang pkd
penjelasan tentang tugas dan wewenang pkd
jaya35ml2
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
DataSupriatna
 
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdfLaporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
OcitaDianAntari
 
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docxKisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
irawan1978
 
1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
asepridwan50
 
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos ValidasiAksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
DinaSetiawan2
 
1.4.a.4.5. Restitusi - Lima Posisi Kontrol.pdf
1.4.a.4.5. Restitusi - Lima Posisi Kontrol.pdf1.4.a.4.5. Restitusi - Lima Posisi Kontrol.pdf
1.4.a.4.5. Restitusi - Lima Posisi Kontrol.pdf
zakkimushoffi41
 
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdfPPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
SdyokoSusanto1
 
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdfppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
setiatinambunan
 
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptxObservasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
akram124738
 
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
ozijaya
 

Recently uploaded (20)

RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
 
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya PositifKoneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
 
Visi Misi SDN 2 Krenceng dalam Observasi Kepala Sekolah
Visi Misi SDN 2 Krenceng dalam Observasi Kepala SekolahVisi Misi SDN 2 Krenceng dalam Observasi Kepala Sekolah
Visi Misi SDN 2 Krenceng dalam Observasi Kepala Sekolah
 
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
 
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptxMateri 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
 
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
 
penjelasan tentang tugas dan wewenang pkd
penjelasan tentang tugas dan wewenang pkdpenjelasan tentang tugas dan wewenang pkd
penjelasan tentang tugas dan wewenang pkd
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
 
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdfLaporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
 
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docxKisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
 
1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
 
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos ValidasiAksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
 
1.4.a.4.5. Restitusi - Lima Posisi Kontrol.pdf
1.4.a.4.5. Restitusi - Lima Posisi Kontrol.pdf1.4.a.4.5. Restitusi - Lima Posisi Kontrol.pdf
1.4.a.4.5. Restitusi - Lima Posisi Kontrol.pdf
 
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdfPPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
 
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdfppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
 
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptxObservasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
 
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
 

materi_kelas12 Sejarah_indonesia_bab_1.pptx

  • 1. KELOMPOK 4 ALVENIA NUR PRIMADANA ALWI ARIFIN MUHAMMAD IBNU SHINA MUHAMMAD ZIQRY SANDY HERIYANTO HASUNDUNGAN SULTAN ARIQ PRANANDA XII MIPA 7
  • 2. PERKEMBANGAN SOSIAL PADA MASA DEMOKRASI TERPIMPIN
  • 4. KEHIDUPAN EKTIK TIONGHOA Runtuhnya rezim Orde Lama membawa kebankitan terhadap diskriminasi etnis Tionghoa di Indonesia, measa pemerintahan Orde Baru tetap mebuat etnis Tionghoa mengalami diskriminasi rasial dan hilangnya hak asasi manusia, contohnya sebagai berikut ; • mengeluarkan kebijakan penandaan khusus pada Kartu Tanda Penduduk • tidak bolehnya warga etnis Tionghoa menjadi pegawai negeri serta tentara • pelarangan warga etnis Tionghoa untuk memiliki tanah di pedesaan.
  • 5. Di masa demokrasi terpimpin golongan etnis Tionghoa mendapatkan peran dan pengaruh politik Inodesia, seperti terdapat beberapa menteri dari etnis Tionghoa salah satunya ialah Oei Tjoe Tat yan menjadi menteri yang diperbantukan dalam presidium kabinet Bung karno ia cenderung menjadi tangan kanan Bung Karno terutama ketika terjadi Konflik dengan Malaysia. Pada masa dibentuk lembaga yang bertujuan membela keturunan Tionghoa dari diskriminasi aturan negara, mulanya tercetus nama Badan Permusjawaratan Kewarganegaraan Turuanan Tionghoa (Baperwat), namun mengalami berdebatan karena menggunakan kata “Tionghoa” dan pada akhirnya merubah menjadi Badan Permusyawaratan Kewarganegaraan Indonesia (Baperki) yang diketuai Siauw Giok Tjhan dan wakilnya Yap Thiam Hien.
  • 6. Dengan tebentuknya Baperki, maka leburlah PDTI (pusat maupun cabang) otomatis berubah menjadi Baperki. Sebagai golongan etnis Tionghoa, langkah ini merupakan sejarah besar serta sejalan dengan sambutan hangat oleh Bung Karno yang mengatakan “Di dalam negara kita tidak boleh adanya mayokrasi, tapi tidak boleh juga minokrasi”. Selama pemerintahan Orde Baru, yang dipimpin oleh Soeharto selam 32 tahun, golongan etnis Tionghoa mengalami kekangan keras terhadap aspek politik dan aspek budaya. Pada aspek politik pemerintah Orde Baru mengeluarkan Ketetapan MPRS Nomor XXV/MPRS/1996 tentang Larangan Komunisme dan Marxisme-Leninisme karena dianggap bahaya laten bagi ketahanan nasional.
  • 7. PERMASALAHAN SOSIAL MASYARAKAT Pemerintahan pada masa demokrais terpimpin dianggap tidak dapat berhasil menyediakan kebutuhan sandang dan pangan bagi rakyat. Selain itu, biaya kbutuhan hidup juga terus meningkat. pada masa demokrasi terpimpin kekuatan PKI mendominasi. PKI berhasil mempengaruhi sebagian besar masyarakat di pedesaan. PKI menaggap desa sebagai tempat teraman untuk bertahan terhadap kaaum kontrovelis
  • 8. Di jawa barat PKI mengadakan gerakan turun ke bawah (Turba) dengan mengirim sekitar 4000- 5000 kader ke desa-desa untuk melaksanakan aksi tiga sama yang meliputi • Sama tinggal • Sama makan • Sama bekerja aksi ini dilakukan untuk mengetahui keluh kesah para petani. PKI juga berusaha menghapus pengaruh para ulama untuk mencari dukungan kepada golongan muda nonsantri, sekaligus mematahkan ormas-ormas partai islam.
  • 10. PERTENTANGAN LEKRA DENGAN MANIFES KEBUDAYAAN Lembaga Kebudayaan rakyat → organisasi yg bekerja di bidang kebudayaan, kesenian, dan ilmu pengetahuan. Jargon lekra seperti seni untuk rakyat, politik adalah panglima , dan realisme social dianggap bagian PKI. Di tengah maraknya Doktrin komunis dalam bidang seni dan sastra, pada 17 Agustus 1963 H.B. Jasin, Wiratmo Sukito, dan trisno Sumardjo mengumumkan pembentukan Manifes Kebudayaan (Manikebu). Manikebu dibentuk melawan dominasi dan tekanan bagi PKI. PKI pun merasa perlu menyerang manikebu. Serangan terhadap manikebu dilancarkan melalui tulisan Harian Rakyat, Bintang Timur, dan Zaman Baru.
  • 11. Manikebu mendapat dukungan dari AD. Manikebu dan AD sependapat bahwa agama adalah unsur pokok dalam national and character building. Pernyataan ini mendapat pukulan bagi PKI yang sering melupakan nilai-nilai agama. Aksi Lekra turut memengaruhi Presiden Soekarno. Dalam pidato Manipol 17 agustus 1959. Soekarno mengancam kebudayaan Barat yang memperkenalkan tarian “Rock and Roll”, dansa ala “Cha-cha”. Bahkan pada 8 Mei 1964 Presiden Soekarno mengeluarkan larangan kepada manikebu karena dianggap tandingan dari Manipol Negara.
  • 12. SISTEM PENDIDIKAN Sistem Pendidikan pada masa itu didasari Manifesto Politik (manipol). Pendidikan berwatak manipol harus mengakomodasi kepentingan rakyat Indonesia dan menjadi bagian umum rencana revolusi Indonesia. Untuk memberikan dasar dalam pendidikan nasional sesuai halua Negara, pada 10 Okt 1960 Menteri pendidikan, pengajaran, dan kebudayaan (PP dan K) mengeluarkan instruksi No. 2 1959 mengenai Pancawardhana:
  • 13. 1.Mengembangkan cinta bangsa dan tanah air, moral nasional,serta keagamaan 2.Mengembangkan kecerdasan 3.Mengembangkan emosional artistic 4.Mengembangkan kerajinan tangan 5.Mengembangkan kesehatan jasmani Pemerintah juga gerakan menabung bagi peserta didik yang cara menabungnya di kantor pos dan diatur oleh departemen PP dan K bersama direksi Bank Tabungan Pos.
  • 14. PERKEMBANGAN PERS Pada masa demokrasi terpimpin partai politik dna organisasi politik tidak bias lepas dari peran pers. Ini disebabkan karena hampir setiap partai politik memiliki surat kabar, baik yang terbit secara harian, mingguan, maupun bulanan. Beberapa partai politik ini memiliki surat kabar sendiri, contohnya seperti Surat kabar suluh indonesia ( PNI ), Harian abadi ( masyumi ), Duta masjarakat ( nu), Harian rakyat dan warta bhakti ( pki ), dan pada tahun1960 Angkatan darat juga menerbitkan surat kabar Angkatan bersendjata dan berita yudha.
  • 15. MANIPOL-USDEK yang diperkenalkan presiden telah merubah dasar pelaksanaan dari pers tersebut. Dan menjadikan kebebasan pers semakin terbatas, persyaratan untuk mendapatkan surat izin tjetak ( SIT ) dan menerbitkan suatu kabar pers harus mendukung sepenuhnya MANIPOL- USDEK. System demokrasi terpimpin mempengaruhi fungsi pers menjadi tombak dari pemerintahan, tetapi tidak semua pers mengikuti kehendak pemerintah. Akibatnya pada saat itu tejadi perselisihan antara pers pemerintahan dan pers oposisi. Seperti yang terjadipada barisan pendukung soekarno ( BPS ) Pemerintah melakukan peringatan dan pemberhentian terhadap beebrapa pers yang tidak mendukung pemerintah yait, majalah baarau ( samarinda ), berita minggu ( Jakarta ), Indonesia raya ( Jakarta ), dan pembangunan ( Palembang )
  • 16. PERKEMBANGAN ARSISTEKTUR Pada tahun 1959-1965 perkembangan arsistektur di beberapa kota di Indonesia dipengaruhi oleh gaya arsistektur soekarno yang disebut “ padu padan “ . gaya ini pada masa demokrasi terpimpin direalisasikan pertama kalinya ketika menjadi tuan rumah penyelenggaraan asean game IV pada tahun 1962. Untuk konsekuensinya Indonesia harus membuat sport vanues yang sekarang kita sebut dengan gelora bung karno yang bertaraf internasioanl seperti yang telah disyarat kan oleh komite asean games.
  • 17. Di Jakarta sendiri ornament yang tercipta dari gagasan ide soekarno adalah hotel Indonesia, masjid instiqlal, pusat perbelanjaan sarinah, gedung PMI Jakarta, monument nasional yang berada di Jakarta. Sedangkan rancangan soekarno yang lainya diluar Jakarta adalah bundaran besar yang berada di tengah kota palangkaraya, gedung herbarium bogor, hotel ambarukmo Yogyakarta, dan hotel bali beach dnepasar. Untuk memperindah banyak kota di Indonesia beliau membuat banyak monument di kota berupa patung. Patung – patung tersebut antara lain patung selamat dating, patung pangeran diponogoro, patung tani, patung pembebasan irian barat, dan patung dirgantara.
  • 18. POLITIK DAN EKONOMI INDONESIA PADA MASA ORDE BARU
  • 19. MASA TRANSISSI PADA TAHUN 1966- 1967
  • 20. AKSI TRITURA Naiknya Letnan Jenderal Soeharto ke kursi kepresidenan tidak dapat dilepaskan dari peristiwa Gerakan 30 September 1965 atau G 30 S PKI. Ini merupakan peristiwa yang menjadi titik awal berakhirnya kekuasaan Presiden Soekarno dan hilangnya kekuatan politik PKI dari percaturan politik Indonesia. Peristiwa tersebut telah menimbulkan kemarahan rakyat. Keadaan politik dan keamanan negara menjadi kacau, keadaan perekonomian makin memburuk dimana inflasi mencapai 600% sedangkan upaya pemerintah melakukan devaluasi rupiah dan kenaikan menyebabkan timbulnya keresahan masyarakat. Aksi-aksi tuntutan penyelesaian yang seadil-adilnya terhadap pelaku G30 S PKI semakin meningkat.
  • 21. Gerakan tersebut dipelopori oleh kesatuan aksi pemuda-pemuda, mahasiswa dan pelajar (KAPPI, KAMI, KAPI), kemudian muncul pula KABI (buruh), KASI (sarjana), KAWI (wanita), KAGI (guru) dan lain-lain. Kesatuan-kesatuan aksi tersebut dengan gigih menuntut penyelesaian politis yang terlibat G-30S/PKI, dan kemudian pada tanggal 26 Oktober 1965 membulatkan barisan mereka dalam satu front, yaitu Front Pancasila. Setelah lahir barisan Front Pancasila, gelombang demonstrasi yang menuntut pembubaran PKI makin bertambah meluas. Situasi yang menjurus ke arah konflik politik makin bertambah panas oleh keadaan ekonomi yang semakin memburuk. Perasaan tidak puas terhadap keadaan saat itu mendorong para pemuda dan mahasiswa mencetuskan Tri Tuntunan Hati Nurani Rakyat yang lebih dikenal dengan sebutan Tritura (Tri Tuntutan Rakyat).
  • 22. Pada 12 Januari 1966 dipelopori oleh KAMI dan KAPPI, kesatuan-kesatuan aksi yang tergabung dalam Front Pancasila mendatangi DPR-GR mengajukan tiga buah tuntutan yaitu: a. Pembubaran PKI, b. Pembersihan kabinet dari unsur-unsur G30S PKI, c. Penurunan harga/perbaikan ekonomi. Tuntutan rakyat agar Presiden Soekarno membubarkan PKI ternyata tidak dipenuhi Presiden danuntuk menenangkan rakyat Presiden Soekarno mengadakan perubahan Kabinet Dwikora menjadi Kabinet 100 Menteri, yang ternyata belum juga memuaskan hati rakyat karena di dalamnya masih bercokol tokoh-tokoh yang terlibat dalam peristiwa G30S PKI. Pada saat pelantikan Kabinet 100 Menteri pada tgl 24 Pebruari 1966, para mahasiswa, pelajar dan pemuda memenuhi jalan- jalan menuju Istana Merdeka.
  • 23. Aksi itu dihadang oleh pasukan Cakrabirawa sehingga menyebabkan bentrok antara pasukan Cakrabirawa dengan para demonstran yang menyebabkan gugurnya mahasiswa Universitas Indonesia bernama Arief Rachman Hakim. Sebagai akibat dari aksi itu keesokan harinya yaitu pada tanggal 25 Februari 1966 berdasarkan keputusan Panglima Komando Ganyang Malaysia (Kogam) yaitu Presiden Soekarno sendiri, KAMI dibubarkan. Insiden berdarah yang terjadi ternyata menyebabkan makin parahnya krisis kepemimpinan nasional. Keputusan membubarkan KAMI dibalas oleh mahasiswa Bandung dengan mengeluarkan “Ikrar Keadilan dan Kebenaran” yang memprotes pembubaran KAMI dan mengajak rakyat untuk meneruskan perjuangan. Perjuangan KAMI kemudian dilanjutkan dengan munculnya masa Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia (KAPI), krisis nasional makin tidak terkendalikan. Dalam pada itu mahasiswa membentuk Resimen Arief Rachman Hakim, melanjutkan aksi KAMI.
  • 24. Protes terhadap pembubaran KAMI juga dilakukan oleh Front Pancasila, dan meminta kepada pemerintah agar meninjau kembali pembubaran KAMI. Dalam suasana yang demikian, pada 8 Maret 1966 para pelajar dan mahasiswa yang melakukan demonstrasi menyerbu dan mengobrak - abrik gedung Departemen Luar Negeri, selain itu mereka juga membakar kantor berita Republik Rakyat Cina (RRC), Hsin Hua. Aksi para demonstran tersebut menimbulkan kemarahan Presiden Soekarno. Pada hari itu juga Presiden mengeluarkan perintah harian supaya agar seluruh komponen bangsa waspada terhadap usaha-usaha yang ingin membelokkan revolusi bangsa Indonesia dan supaya siap sedia untuk menghancurkan setiap usaha yang langsung maupun tidak langsung bertujuan merongrong kepemimpinan, kewibawaan, atau kebijakan Presiden,
  • 25. SUPERSEMAR Surat Perintah Sebelas Maret atau Surat Perintah 11 Maret yang disingkat menjadiSupersemar adalah surat perintah yang ditandatangani oleh Presiden Republik Indonesia Soekarno pada tanggal 11 Maret1966. Surat ini berisi perintah yang menginstruksikan Soeharto, selaku Panglima Komando Operasi Keamanan dan Ketertiban (Pangkopkamtib) untuk mengambil segala tindakan yang dianggap perlu untuk mengatasi situasi keamanan yang buruk pada saat itu.
  • 26. Adapun latar belakang keluarnya Surat Perintah pada tanggal 11 Maret 1966 ini, versi resminya adalah sebagai berikut. Menjelang akhir tahun 1965, operasi militer terhadap sisa-sisa G-30-S/PKI boleh dikatakan sudah selesai, hanya penyelesaian politik terhadap peristiwa tersebut belum dilaksanakan oleh Presiden Soekarno. PKI belum dibubarkan. Sementara krisis ekonomi semakin parah. Laju inflasi mencapai 650%. Tanggal 13 Desember 1965 bahkan dilakukan devaluasi, uang bernilai Rp 1.000,00 turun menjadi Rp 1,00. Sementara itu, harga- harga membumbung naik. Hingga pada bulan Januari 1966 para mahasiswa dan pelajar yang tergabung dalam KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) dan KAPI (Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia) dengan salah satu pentolannya Soe Hok Gie telah melakukan aksi demonstrasi kepada pemerintahan Soekarno.
  • 27. Selama 60 hari, dengan dipelopori para Mahasiswa Universitas Indonesia, seluruh jalanan ibukota dipenuhi demonstran. Aksi yang dilancarkan melalui demonstrasi maupun melalui surat kabar tersebut intinya mengecam Soekarno dan jajarannya yang tidak peduli kepada rakyat. Mreka menyampaikan Tri tuntutan rakyat (Tritura), yang isinya: Bubarkan PKI, Retool Kabinet Dwikora, dan Turunkan Harga. Pada tanggal 11 Maret 1966, Kabinet yang dijuluki “Kabinet 100 menteri” (karena jumlah menterinya mencapai 102 orang) mengadakan sidang paripurna untuk mencari jalan keluar dari krisis. Sidang diboikot, para mahasiswa mengadakan pengempesan ban mobil di jalan-jalan menuju ke istana
  • 28. Ketika Presiden berpidato, Brigjen Sabur, Komandan Cakrabirawa (Pengawal Presiden) memberitahukan bahwa istana sudah dikepung pasukan tak dikenal. Meskipun ada jaminan dari Pangdam Jaya brigjen Amir Mahmud, bahwa keadaan tetap aman, Presiden Soekarno yang tetap merasa khawatir, pergi dengan helikopter ke Istana Bogor bersama Wakil Perdana Menteri Dr. Soebandrie dan Dr. Khairul Saleh. Lepas tengah malam tanggal 11 Maret 1966, Jenderal Soeharto membubarkan PKI dengan dasar hukum surat perintah tersebut. PKI beserta ormas-ormasnya dilarang di seluruh Indonesia terhitung sejak 12 Maret 1966. Seminggu kemudian, 15 menteri yang dinilai terlibat dalam G-30-S ditahan. Dengan demikian, dua dari Tritura, sudah dilaksanakan, Namun kewibawaan Presiden Soekarno tidak pulih. Antara tahun 1966-1967 terjadi dualisme kepemimpinan nasional, yaitu Soekarno sebagai presiden dan Soeharto sebagai Pengemban Super Semar yang dikukuhkan dalam ketetapan MPRS No. IX/MPRS/66.
  • 29. DUALISME KEPIMPINAN NASIONAL Memasuki tahun 1966 terlihat gejala krisis kepemimpinan nasional yang mengarah pada dualisme kepemimpinan. Disatu pihak Presiden Soekarno masih menjabat presiden, namun pamornya telah kian merosot. Soekarno dianggap tidak aspiratif terhadap tuntutan masyarakat yang mendesak agar PKI dibubarkan. Hal ini ditambah lagi dengan ditolaknya pidato pertanggungjawabannya hingga dua kali oleh MPRS. Sementara itu Soeharto setelah mendapat Surat Perintah Sebelas Maret atau Supersemar dari Presiden Soekarno dan sehari sesudahnya membubarkan PKI, namanya semakin populer. Dalam pemerintahan yang masih dipimpin oleh Soekarno, Soeharto sebagai pengemban Supersemar, diberi mandat oleh MPRS untuk membentuk kabinet, yang diberi nama Kabinet Ampera.
  • 30. Meskipun Soekarno masih memimpin sebagai pemimpin kabinet, tetapi pelaksanaan pimpinan dan tugas harian dipegang oleh Soeharto. Kondisi seperti ini berakibat pada munculnya “dualisme kepemimpinan nasional”, yaitu Soekarno sebagai pimpinan pemerintahan sedangkan Soeharto sebagai pelaksana pemerintahan. Presiden Soekarno sudah tidak banyak melakukan tindakan-tindakan pemerintahan, sedangkan sebaliknya Letjen. Soeharto banyak menjalankan tugas- tugas harian pemerintahan. Adanya “Dualisme kepemimpinan nasional” ini akhirnya menimbulkan pertentangan politik dalam masyarakat, yaitu mengarah pada munculnya pendukung Soekarno dan pendukung Soeharto. Hal ini jelas membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa.
  • 31. Dalam Sidang MPRS yang digelar sejak akhir bulan Juni sampai awal Juli 1966 memutuskan menjadikan Supersemar sebagai Ketetapan (Tap) MPRS. Dengan dijadikannya Supersemar sebagai Tap MPRS secara hukum Supersemar tidak lagi bisa dicabut sewaktu-waktu oleh Presiden Soekarno. Bahkan sebaliknya secara hukum Soeharto mempunyai kedudukan yang sama dengan Soekarno, yaitu Mandataris MPRS. Dalam Sidang MPRS itu juga, majelis mulai membatasi hak prerogatif Soekarno selaku Presiden. Secara eksplisit dinyatakan bahwa gelar “Pemimpin Besar Revolusi” tidak lagi mengandung kekuatan hukum. Presiden sendiri masih diizinkan untuk membacakan pidato pertanggungjawabannya yang diberi judul “Nawaksara
  • 32. Pada tanggal 22 Juni 1966, presiden Soekarno menyampaikan pidato “Nawaksara” dalam persidangan MPRS. “Nawa” berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti sembilan, dan “Aksara” berarti huruf atau istilah. Pidato itu memang berisi sembilan pokok persoalan yang dianggap penting oleh presiden Soekarno selaku mandataris MPR. Isi pidato tersebut hanya sedikit menyinggung sebab-sebab meletusnya peristiwa berdarah yang terjadi pada tanggal 30 September 1965. Pada tanggal 10 Januari 1967 Presiden menyampaikan surat kepada pimpinan MPRS yang berisi Pelengkap Nawaksara. Dalam Pelengkap Nawaksara itu presiden mengemukakan bahwa mandataris MPRS hanya mempertanggungjawabkan pelaksanaan Garis-garis Besar Haluan Negara dan bukan hal-hal yang lain. Nawaksara baginya hanya sebagai progress report yang ia sampaikan secara sukarela. Ia juga menolak untuk seorang diri mempertanggungjawabkan terjadinya peristiwa Gerakan 30 September, kemerosotan ekonomi, dan akhlak.
  • 33. Salah seorang sahabat Soekarno, Mr. Hardi, menemui Presiden Soekarno dan memohon agar Presiden Soekarno membuka prakarsa untuk mengakhiri dualisme kepemimpinan negara, karena dualisme kepemimpinan inilah yang menjadi sumber konflik politik yang tidak kunjung berhenti. Mr. Hardi menyarankan agar Soekarno sebagai mandataris MPRS, menyatakan non aktif di depan sidang Badan Pekerja MPRS dan menyetujui pembubaran PKI. Ia meminta agar diumumkan pada hari Rabu tanggal 22 Februari 1967. Tepat pada pukul 19.30, Presiden Soekarno membacakan pengumuman resmi pengunduran dirinya. Pada tanggal 12 Maret 1967 Jenderal Soeharto dilantik menjadi pejabat Presiden Republik Indonesia oleh Ketua MPRS Jenderal Abdul Haris Nasution.