SlideShare a Scribd company logo
Setelah mengikuti materi ini, peserta
mampu melakukan surveilans dan
penyelidikan epidemiologi COVID-19
Setelah mengikuti materi ini peserta mampu :
1. Menjelaskan Definisi Operasional Terkait Covid -
19
2. Menjelaskan kegiatan surveilans dan karantina.
3. Menjelaskan deteksi dini dan respon.
4. Menjelaskan penyelidikan epidemiologi.
5. Melakukan pelacakan kontak erat-SILACAK
6. Melakukan pencatatan dan pelaporan.
Sumber: EPI WIN,WHO
Demam
Batuk
Lemah /
kelelahan
Sakit kepala
Mata merah/radang
Hilang perasa/pembau
Tenggorokan nyeri
Badan terasa sakit
Diare
80%PADA UMUMNYA GEJALA RINGAN-
SEDANG
15%GEJALA BERAT
Kasus berat dan kematian meningkat pada orang yang
dengan kondisi penyerta:
P.Jantung, DM Penyakit Paru Kronis, Hipertensi, Kanker,
usia >60 tahun
SARS-CoV-2 adalah virus jenis baru yang belum
pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia
dan menyebabkan Coronavirus Disease 2019
(COVID-19)
5% MEMBUTUHKAN PERAWATAN ICU
(KRITIS)
• Droplet: partikel ludah
berukuran >5 um
• Ditularkan melalui:
a. Kontak langsung
b. Kontak tidak langsung
• Airborne : jika dilakukan
prosedur penghasil aerosol
 intubation, C
P
R
,
nebulasi.
Menjadi dasar upaya pencegahan: menggunakan masker,
jaga jarak, dan cuci tangan.
• Permukaan:
a. Plastik: 5 hari
b. Kayu: 4 hari
c. Stainless steel: 48 jam
d. Kertas: 4-5 hari
e. Kaca: 4 hari
• Penting untuk melakukan disinfeksi pada
permukaan yang sering disentuh oleh orang
• Cuci tangan: air dan sabun, atau hand-sanitizer berbasis
alcohol.
Sumber: EPI WIN,WHO
PENGGUNAAN RDT-AG
•NAAT merupakan golden standard diagnosis COVID-19
RDT-Ag dapat digunakan untuk pelacakan kontak, penegakan diagnosis, dan skrining
COVID-19 dalam kondisi tertentu
Kondisi tertentu diantaranya: keterbatasan akses terhadap NAAT serta kecepatan waktu
pemeriksaan NAAT, dan kondisi tertentu lainnya seperti peningkatan kasus yang cukup
signifikan sesuai self assessment dinkes kabupaten/kota atau dinkes provinsi
Pemeriksaan dengan RDT-Ag optimal dilakukan pada fase akut (dalam waktu 7 hari pertama sejak
onset gejala). Performa RDT-Ag semakin menurun setelah fase akut dilalui.
KRITERIA PENGGUNAAN RDT -AG
Kecepatanpemeriksaan
(Dihitung sejak sampel diterima laboratorium sampai hasil keluar)
Waktu tunggu ≤ 24jam Waktu tunggu24-48 jam Waktu tunggu > 48 jam
Akses terhadap
NAAT
(Dihitung sejak
pengambilan sampel
ampai sampelditerima
laboratorium)
Waktupengiriman
≤ 24 jam
Kriteria A KriteriaB KriteriaB
Pelacakankontak dan
penegakan diagnosis:
NAAT.
Skrining: RDT-Agkonfirmasi
denganNAAT.
Pelacakankontak, penegakan
diagnosis,danskrining:
RDT-Ag
konfirmasidenganNAAT.
Pelacakankontak,
penegakan diagnosis,dan
skrining:
RDT-Ag
konfirmasidenganNAAT.
g
Waktupengiriman
>24 jam
KriteriaB KriteriaB Kriteria C
Pelacakankontak,
penegakan diagnosis,dan
skrining:
RDT-Ag
konfirmasidenganNAAT.
Pelacakankontak,
penegakan diagnosis,dan
skrining:
RDT-Ag
konfirmasidenganNAAT.
Pelacakankontak, penegakan
diagnosis, danskrining:
RDT-Ag.
A. Orang yang memenuhi salah satu kriteria klinis:
1) Demam akut dan batuk; atau
2) Minimal 3 gejala berikut: demam, batuk, lemas,
sakit kepala, nyeri otot, nyeri tenggorokan,
pilek/hidung tersumbat, sesak napas,
anoreksia/mual/muntah, diare, atau
penurunan kesadaran; atau
3) Pasien dengan ISPA (Infeksi Saluran
Pernapasan Akut) berat dengan riwayat
demam/demam (> 38°C) dan batuk yang
terjadi dalam 10 hari terakhir, serta
membutuhkan perawatan rumah sakit; atau
4) Anosmia (kehilangan penciuman) akut tanpa
penyebab lain yang teridentifikasi; atau
5) Ageusia (kehilangan pengecapan) akut tanpa
penyebab lain yang teridentifikasi.
KASUS SUSPEK
B. Seseorang yang memiliki riwayat kontak dengan
kasus probable/konfirmasi COVID-19/kluster
COVID-19 dan memenuhi kriteria klinis pada
huruf A.
C. Seseorang dengan hasil pemeriksaan Rapid
Diagnostic Test Antigen (RDT-Ag) positif sesuai
dengan penggunaan RDT-Ag pada kriteria
wilayah A dan B, dan tidak memiliki gejala serta
bukan merupakan kontak erat (Penggunaan
RDT-Ag mengikuti ketentuan yang berlaku).
Kasus suspek yang meninggal dengan
gambaran klinis meyakinkan COVID-19 dan
memiliki salah satu kriteria sebagai berikut:
a. Tidak dilakukan pemeriksaan
laboratorium Nucleic Acid Amplification
Test (NAAT) atau RDT-Ag; atau
b. Hasil pemeriksaan laboratorium NAAT/
RDT-Ag tidak memenuhi kriteria kasus
konfirmasi maupun bukan COVID-19
(discarded).
KASUS PROBABLE
Orang yang memenuhi salah satu kriteria
berikut:
a. Seseorang dengan pemeriksaan
laboratorium NAAT positif.
b. Memenuhi kriteria kasus suspek atau
kontak erat dan hasil pemeriksaan RDT-
Ag positif di wilayah sesuai penggunaan
RDT- Ag pada kriteria wilayah B dan C.
c. Seseorang dengan hasil pemeriksaan
RDT-Ag positif sesuai dengan
penggunaan RDT-Ag pada kriteria wilayah
C.
KASUS TERKONFIRMASI
 Seseorang dengan status kasus suspek atau kontak erat DAN hasil pemeriksaan
laboratorium NAAT 2 kali negatif.
 Seseorang dengan status kasus suspek atau kontak erat DAN hasil pemeriksaan
laboratorium RDT-Ag negatif diikuti NAAT 1 kali negatif sesuai penggunaan RDT-Ag
pada kriteria B.
 Seseorang dengan status kasus suspek atau kontak erat DAN hasil pemeriksaan
laboratorium RDT-Ag 2 kali negatif sesuai penggunaan RDT-Ag pada kriteria C.
 Orang tidak bergejala (asimtomatik) DAN bukan kontak erat DAN hasil pemeriksaan
RDT-Ag positif diikuti NAAT 1x negatif sesuai penggunaan RDT-Ag pada kriteria A
dan B.
 Orang tidak bergejala (asimtomatik) DAN bukan kontak erat DAN hasil pemeriksaan
RDT-Ag negatif.
DISCARDED
Kriteria selesai isolasi dan sembuh pada kasus terkonfirmasi COVID-19
menggunakan gejala sebagai patokan utama:
1. Pada kasus terkonfirmasi yang tidak bergejala (asimtomatik), isolasi dilakukan
selama sekurang-kurangnya 10 hari sejak pengambilan spesimen diagnosis
konfirmasi.
2. Pada kasus terkonfirmasi yang bergejala, isolasi dilakukan selama 10 hari sejak
muncul gejala ditambah dengan sekurang-kurangnya 3 hari bebas gejala
demam dan gangguan pernapasan. Sehingga, untuk kasus-kasus yang
mengalami gejala selama 10 hari atau kurang harus menjalani isolasi selama
13 hari.
SEMBUH / SELESAI ISOLASI
Orang yang memiliki riwayat kontak dengan kasus probabel atau dengan kasus
terkonfirmasi COVID-19 dan memenuhi salah satu kriteria berikut:
 Kontak tatap muka/berdekatan dengan kasus konfirmasi dalam radius 1 meter selama
15 menit atau lebih;
 Sentuhan fisik langsung dengan pasien kasus konfirmasi (seperti bersalaman,
berpegangan tangan, dll);
 Orang yang memberikan perawatan langsung terhadap kasus konfirmasi tanpa
menggunakan APD yang sesuai standar; ATAU
 Situasi lainnya yang mengindikasikan adanya kontak berdasarkan penilaian risiko
lokal yang ditetapkan oleh tim penyelidikan epidemiologi setempat.
KONTAK ERAT
Permenkes no.45 tahun 2014 : kegiatan pengamatan yang sistematis dan
terus menerus thd data dan informasi ttg kejadian penyakit dan masaah
kesehatan dan kondisi yg mempengaruhi terjadinya peningkatan dan
penularan penyakitat/masalah kesehatan utk memperoleh dan memberi
informasi guna mengarahkan tindakan pengendalian dan penanggulangan
secara efektif dan efisien.
Menurut WHO : Suatu proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan
interpretasi data kesehatan secara sistematis, terus menerus dan
penyebarluasan informasi kepada pihak terkait untuk melakukan
tindakan.
• Dalam waktu 24 jam, kasus terkonfirmasi harus segera memulai isolasi dan diwawancarai untuk mengidentifikasi
kontak erat.
• Dalam waktu 48 jam sejak kasus terkonfirmasi, kontak erat harus diwawancarai dan memulai karantina.
• Dalam waktu 72 jam sejak kasus terkonfirmasi, kontak erat harus dilakukan pemeriksaan dengan NAAT/RDT-Ag.
Prioritas pemeriksaan NAAT: probable, suspek, kontak erat, tenaga kesehatan, masyarakat yang tinggal di fasilitas
tertutup yang memiliki risiko penularan tinggi.
• Prioritas pemeriksaan NAAT: probable, suspek, kontak erat, tenaga kesehatan, masyarakat yang tinggal di
fasilitas tertutup yang memiliki risiko penularan tinggi.
• Pertimbangan DPJP diberikan untuk melakukan pemeriksaan selanjutnya setelah pemeriksaan kedua
Prioritas pemeriksaan NAAT: probable, suspek, kontak erat, tenaga kesehatan, masyarakat yang tinggal di
fasilitas tertutup yang memiliki risiko penularan tinggi.
ALUR PEMERIKSAAN,
PELACAKAN, KARANTINA DAN ISOLASI
• Dengan meningkatnya kapasitas pemeriksaan (baik
NAAT maupun RDT-Ag), hasil pemeriksaan dapat
digunakan untuk memperpendek masa karantina dan
isolasi.
• Setelah diidentifikasi, kontak erat (baik yang bergejala
maupun tidak) wajib diperiksa NAAT/RDT-Ag. Pada
kontak erat yang asimtomatik/ bergejala ringan,
dilakukan entry test saat memasuki karantina pada hari
pertama yang dilanjutkan dengan exit test pada hari
kelima.
• Jika hasilnya tetap negatif dan selama karantina tidak
muncul gejala, maka karantina dinyatakan selesai.
• Kontak erat tetap diwajibkan melapor jika muncul gejala
atau gejala lebih parah sampai 14 hari terhitung sejak
tanggal dimulai karantina.
KETENTUAN PEMERIKSAAN DAN PELACAKAN
• Pemeriksaan dilakukan berdasarkan kriteria wilayah akses dan kecepatan
pemeriksaan NAAT. Laju pemeriksaan harus ditingkatkan lebih dari 1 orang/1000
penduduk/minggu jika positivity rate masih tinggi.
• Prioritas Pemeriksaan Deteksi:
1. kasus suspek
2. kontak erat
3. tenaga kesehatan, dan
4. masyarakat yang tinggal di fasilitas tertutup yang memiliki risiko penularan
tinggi (tempat dengan kondisi jarak yang berdekatan seperti asrama, panti,
lapas, rutan, dan tempat pengungsian).
• Puskesmas dan jejaringnya melakukan pelacakan (tracing) terhadap kontak erat dari
kasus konfirmasi positif COVID-19. Dalam melaksanakan pelacakan, Puskesmas dan
jejaringnya dapat melibatkan tracer dari tenaga kesehatan maupun non-kesehatan
(kader, TNI dan POLRI atau komponen masyarakat lainnya yang telah memperoleh
OJT dari Puskesmas).
Kategori No Tujuan Target Strategi Testing Frekuensi
Passive case
finding
Diagnostik Orang bergejala (suspek)
Testing
individual
Setiap
diperlukan
Active case
finding
Pelacakan
kontak erat
(contact
tracing)
1. Kontak erat dari suspek
yang positif
2. Kontak erat dari
kategori Hitam
(PeduliLindungi,
notifikasi WA,
dashboard
SekolahAman)
3. Kontak erat dari kasus
positif hasil survei
berkala
Testing
individual
(entry dan exit
test)
Setiap
diperlukan
Survei
berkala
Sampel
Testing
individual
Rutin minimal
1x per bulan
1
2
3
26
Sasaran
- 10% satpen yang melaksanakan PTM
- 30 orang siswa dan 3 PTK untuk satpen dengan jumlah siswa yang mengikuti PTM ≤ 300 orang
ATAU
10% siswa dan PTK dari satpen untuk satpen dengan jumlah siswa yang mengikuti PTM > 300
orang
- Sampling ditentukan oleh Disdik dan Kantor/Kanwil Kemenag Kab/Kota & Provinsi bersama
dengan Dinkes
Frekuensi
- 1 bulan sekali
- Satpen yang sudah pernah terpilih sebagai sampling tidak diikutsertakan lagi pada sampling
bulan berikutnya, kecuali Satpen dengan positivity rate >5%
Metode
Pemeriksaan
- Diutamakan dengan PCR
- RDT Antigen dapat digunakan untuk daerah yang terbatas akses PCR nya (waktu pengiriman
sampel dan waktu tunggu keluarnya hasil pemeriksaan).
Pengambilan
Sampel
- Dilakukan oleh swabber Puskesmas pembina Satpen
- Dapat dilakukan beberapa kali dalam kurun waktu 1 bulan tergantung pada jumlah sampel,
kapasitas petugas swabber dan laboratorium pemeriksa.
Lab Pemeriksa
Disepakati bersama antara Dinkes dan laboratorium pembina wilayah
berdasarkan Daftar Laboratorium Pemeriksa sesuai area/wilayah kerja
Pencatatan Dan
Pelaporan
- NAR
- SILACAK
- Google Form link: https://link.kemkes.go.id/surveiPTM
27
Strategi pemilihan sampel satuan pendidikan dan warga satuan pendidikan
1 2 3 4
Minimal 10% satpen
dari total satpen yang
melaksanakan PTM
- 30 orang siswa dan 3 PTK
(jika jumlah siswa dan PTK
PTM ≤ 300 orang)
ATAU
- 10% siswa dan PTK (jika
jumlah siswa dan PTK
PTM > 300 orang)
Swab PCR
Metode tes
individual atau
pooled test
Jumlah satpen di
tingkat kab/kota
yang melaksanakan
PTM
Sampling satpen
didistribusikan secara
proporsional ke
kecamatan berdasarkan
proporsi sekolah
Random Sampling:
Identifikasi Sasaran
Sampling Kecamatan
Stratified Random Sampling Testing
Sampling Individu
Contoh perhitungan sekolah di suatu kecamatan
• Hasil perhitungan di Jakarta Timur terdapat 260 sekolah, maka target sampel di Jaktim adalah 26 sekolah (10%).
• Proporsi sekolah di Kec. Duren Sawit adalah 16% dari total sekolah di Jakarta Timur, maka jumlah sekolah yang
terpilih sebagai sampel di Kec. Duren Sawit adalah 16% dari 26 = 4 sekolah.
• Siswa dan PTK yang akan diperiksa di Kec. Duren Sawit adalah 33 per sekolah = 132 orang
28
Aspek Pengaturan
Otoritas
Penghentian sementara dan pembukaan kembali PTM ditetapkan oleh Pemda, Kanwil
Kemenag Provinsi, atau Kantor Kemenag Kab/Kota (sesuai kewenangannya),
berdasarkan informasi dari:
1. satuan tugas penanganan COVID-19 setempat,
2. fasilitas layanan kesehatan; dan/atau
3. dinas kesehatan
Penghentian
sementara PTM
Penghentian PTM Total pada Satuan
Pendidikan
Penghentian PTM Parsial pada
Rombongan Belajar Terpapar
Kriteria
Jika ditemukan kasus konfirmasi dan:
1. terjadi klaster satuan pendidikan; atau
2. positivity rate > 5%
(ditentukan oleh dinas kesehatan
berdasarkan hasil surveilans)
Jika ditemukan kasus konfirmasi dan:
1. Bukan klaster satuan pendidikan;
atau
2. positivity rate < 5%
(ditentukan oleh dinas kesehatan
berdasarkan hasil surveilans)
Durasi paling singkat 5 x 24 jam
Pembukaan
kembali PTM
Kriteria:
1. penerapan protokol kesehatan dan daftar periksa siap untuk dilaksanakan; dan
2. warga satuan pendidikan yang terkonfirmasi dan kontak erat sudah tertangani
Disdik dan
Kantor/Kanwil
Kemenag
Kab/Kota &
Provinsi
Dinkes
Kab/Kota
(dgn melibatkan
Dinkes Prov)
Lab Pemeriksa
Puskesmas
Satuan
Pendidikan
29
Pembagian tugas dan tanggung jawab
*) Data:
• Jumlah total SatPen per kecamatan per jenjang
• Jumlah total SatPen PTM Terbatas per kecamatan per jenjang
• Jumlah total warga (PTK, peserta didik) di SatPen PTM Terbatas per kecamatan per jenjang
Penghitungan kebutuhan
reagen dan logistik lab
Penyediaan data* SatPen
dan warga SatPen
Penentuan dan
penyampaian nama
SatPen sampling
Sosialisasi internal dan
permintaan izin
orangtua (khusus anak
<18 tahun)
- Identifikasi dan penugasan
Puskesmas wilayah kerja SatPen
sbg swabber dan PJ TLI
- Distribusi VTM
Penyiapan lokasi, izin
pengambilan spesimen,
detail data subjek yang
diambil spesimen
Rekap data, input NAR,
dan pengiriman
spesimen
Pengujian spesimen,
input hasil NAR
Analisis laporan hasil uji
spesimen. Jika ada KK:
instruksi ke Puskesmas utk
TLI dan rekomendasi
penutupan sementara PTM
Persiapan dan
pelaksanaan
TLI jika ada KK
Fasilitasi
pelaksanaan
TLI
Analisis laporan hasil uji
spesimen dan penutupan
sementara PTM jika ada KK
1
2
2
3
4
5
6
7
8
8
9
9
TLI: Tes, lacak, dan isolasi
KK: Kasus konfirmasi
NAR: new all records
Input hasil
contact tracing
ke SILACAK
10
- Penghitungan sampling:
10% SatPen PTM, 10%
siswa dan PTK per SatPen
- Penghitungan kebutuhan
VTM
Penyiapan VTM, logistik,
jadwal, dan pengambilan
spesimen
Satpen: Satuan Pendidikan
PTM: Pembelajaran Tatap Muka
PTK: Pendidik dan Tenaga Kependidikan
VTM: viral transport medium
Aspek Pemantauan Internal oleh Satuan Pendidikan Pemantauan Eksternal
Pelaksana Satgas COVID19 Satuan Pendidikan Puskesmas
Waktu/frekuensi 1x seminggu 1x/bulan, bersamaan dengan pelaksanaan survei pemantauan PTM
Objek pemantauan • Satuan pendidikan yang dipantau adalah setiap satuan
pendidikan yang telah menyelenggarakan PTM
• Aspek pemantauan: 1) kepatuhan individu, 2)
kepatuhan institusi
• Titik pemantauan: 15 titik fasilitas di satuan pendidikan
(pintu gerbang, pintu masuk kelas, ruang kelas/belajar,
ruang guru, kantin, lapangan, mushola/masjid, tempat
ibadah lainnya, perpustakaan, ruang olahraga, taman,
aula, lab, kamar asrama, dapur umum, lainnya)
• Satuan pendidikan yang dipantau sama dengan satuan pendidikan
yang terpilih sebagai sampling survei pemantauan PTM pada bulan
tersebut
• Aspek pemantauan: kepatuhan individu dalam 1) pemakaian
masker dengan benar, 2) cuci tangan pakai sabun/hand sanitizer,
dan 3) jaga jarak minimal 1,5 meter
• Titik pemantauan: 2 titik area, yaitu 1) ruang kelas dan 2) area
pintu gerbang atau area kantin/tempat istirahat (pilih salah satu)
• Jumlah individu dipantau: 10 orang di tiap titik pemantauan
Instrumen
surveilans
Daftar tilik pemantauan kepatuhan protokol kesehatan dan
pelaporan kasus di satuan pendidikan melalui aplikasi BLC
(Bersatu Lawan COVID)
Daftar tilik surveilans perilaku kepatuhan prokes di satuan pendidikan
Tindak Lanjut • Gambaran dan tren kepatuhan & pelanggaran prokes di
satuan pendidikan
• Pemenuhan standar prokes sesuai daftar tilik
• Gambaran dan tren kepatuhan & pelanggaran prokes di satuan
pendidikan
• Satuan pendidikan dengan kategori penerapan protokol kesehatan:
 baik: apresiasi dan pembinaan rutin
 buruk: asesmen kembali kesiapan satuan pendidikan dalam
penerapan protokol kesehatan dan penyelenggaraan PTM
30
KETENTUAN KARANTINA/ISOLASI
Karantina/Isolasi Mandiri
Dapat dilakukan masing-masing jika memenuhi
syarat klinis dan syarat rumah.
Jika tidak memenuhi syarat rumah:
- Kontak erat/suspek yang tidak memerlukan
perawatan RS  karantina shelter karantina
desa/kel.
- Kasus konfirmasi  isolasi shelter isolasi desa/kel.
Karantina/Isolasi Terpusat
Karantina terpusat  kontak erat/kasus suspek yang
tidak memerlukan perawatan RS termasuk kasus
dengan penyakit penyerta yang terkontrol dan yang
tidak memenuhi syarat klinis dan syarat rumah.
Isolasi terpusat  kasus suspek yang memerlukan
perawatan RS/kasus konfirmasi COVID-19 tanpa
gejala dan gejala ringan yang tidak memenuhi syarat
klinis
PEMANTAUAN SELAMA
KARANTINA, ISOLASI, PASCA PERAWATAN
• Pemantauan kondisi pasien selama masa karantina dan isolasi mandiri akan
dilakukan oleh petugas puskesmas dan tracer di bawah koordinasi
Puskesmas.
• Jika selama pemantauan terjadi perburukan gejala, maka kasus dirujuk ke
rumah sakit.
• Pemantauan kondisi pasien selama masa karantina dan isolasi terpusat
dilakukan di bawah koordinasi Dinas Kesehatan dan Puskemas setempat.
• Pemantauan dapat dilakukan secara luring maupun secara daring.
• Seluruh proses pemantauan selama melakukan karantina dan isolasi mandiri
maupun terpusat serta perawatan RS wajib dicatat di formulir pemantauan
harian karantina dan isolasi pada aplikasi digital Silacak.
PENGUATAN DETEKSI
AKSELERASI TES, LACAK, ISOLASI
35
1. Pelibatan elemen masyarakat
(Babinsa/Bhabinkamtibmas, kader,
PKK, relawan mahasiswa,
Pramuka dan lainnya) sebagai
tracer COVID-19.
2. Pelatihan bagi petugas pelacakan
kontak.
3. Komunikasi risiko bagi
masyarakat untuk mendukung
kegiatan pelacakan
4. Penggunaan aplikasi SILACAK
untuk pelacakan kontak 
penginputan data ke SILACAK
harus dilakukan. Jika ada tenaga
penginput khusus agar
menggunakan akun puskesmas.
1. Meningkatkan akses,
kapasitas, dan efisiensi lab.
PCR  meningkatkan
pemeriksaan kasus suspek
(pasien dengan gejala
COVID-19)
2. Penggunaan Rapid
Diagnostic Test Antigen
(RDT-Ag) dalam
pemeriksaan suspek, kontak
erat (bergejala/tidak
bergejala)
3. Entry-Exit Test untuk
mendeteksi kasus lebih cepat
dan meningkatkan kepatuhan
karantina  kegiatan testing
dilakukan setiap hari.
TES LACAK ISOLASI
1. Penyediaan tempat untuk
karantina/isolasi terpusat.
2. Pelibatan elemen masyarakat dalam
meningkatkan kepatuhan dan
pemantauan karantina dan isolasi
mandiri.
3. Mendorong pemberdayaan
masyarakat untuk mendukung
keberhasilan karantina dan isolasi.
4. Pemanfaatan layanan telemedicine
bagi pasien isolasi mandiri.
Orang terinfeksi COVID-19
Bergejala
Datang
ke
Faskes
Seluruh orang
bergejala
yang datang
ke Faskes
Tidak datang ke faskes
Tracing KE Skrining CBS
Tidak
bergejala
Tracing
KE
Skrining
DIMANA DITEMUKAN COVID – 19 ???
Dilakukan di fasyankes maupun di masyarakat.
Untuk menemukan adanya seseorang yang terindikasi
COVID-19 yang harus segera direspon.
Bentuk respon berupa verifikasi, notifikasi, rujukan kasus
dan respon penanggulangan
Bentuk kegiatan verifikasi adalah penyelidikan
epidemiologi. Sedangkan, kegiatan respon
penanggulangan antara lain identifikasi dan pemantauan
kontak, rujukan, komunikasi risiko dan pemutusan rantai
penularan.
Jika ditemukan satu kasus konfirmasi
COVID-19 di suatu daerah maka
dinyatakan sebagai KLB di daerah
tersebut.
Mengetahui karakteristik
epidemiologi
Mengidentifikasi faktor risiko
Mengidentifikasi kasus tambahan
Mengidentifikasi kontak erat
Memberikan rekomendasi upaya
penanggulangan
1
2
3
4
5
Mengetahui
besar masalah
KLB dan
mencegah
penyebaran
yang lebih luas
SUSPEK
PROBABLE
KONFIRMASI
PENYELIDIKAN
EPIDEMIOLOGI
TAHAPAN PE (KONFIRMASI AWAL KLB)
Petugas surveilans atau penanggung
jawab surveilans puskesmas/Dinas
Kesehatan melakukan konfirmasi awal
untuk memastikan adanya kasus
konfirmasi COVID-19 dengan cara
wawancara dengan petugas puskesmas
atau dokter yang menangani kasus.
TAHAPAN PE (PELAPORAN SEGERA)
Mengirimkan laporan W1 ke
Dinkes Kabupaten/Kota dalam
waktu <24 jam, kemudian
diteruskan oleh Dinkes
Kabupaten/Kota ke Provinsi dan
PHEOC.
a. Persiapan formulir penyelidikan
Formulir penyelidikan epidemiologi
menggunakan lampiran 6 sesuai dengan Pedoman
pencegahan dan pengendalian Covid -19 Revisi 5.
b. Persiapan tim
penyelidikan epidemiologi
Pelaksana Kegiatan APD yang digunakan
Petugas
investigas/TGC
Wawancara kasus
suspek atau
konfirmasi COVID-
19 maupun kontak
erat
Tidak perlu menggunakan APD jika
wawancara dilakukan melalui telepon.
Wawancara melalui telepon merupakan
metode yang disarankan
Wawancara
langsung dengan
kasus suspek atau
konfirmasi COVID-
19 tanpa melakukan
kontak langsung
Masker bedah.
Menjaga jarak minimal 1 meter
Wawancara harus dilakukan diluar rumah
atau di luar ruangan dan kasus suspek atau
konfirmasi COVID-19 menggunakan masker
bedah
Jaga kebersihan tangan
Pelaksana Kegiatan APD yang digunakan
Wawancara
langsung dengan
kasus suspek atau
konfirmasi COVID-
19 dengan
melakukan kontak
langsung
Masker bedah
Sarung tangan karet sekali pakai (jika harus
kontak dengan cairan tubuh pasien).
Menjaga jarak minimal 1 meter
Wawancara sebaiknya dilakukan di ruang
terbuka dan jika diperlukan untuk masuk ke
dalam rumah maka jaga jarak minimal 1
meter, jangan menyentuh apapun di dalam
rumah, dan cek suhu kontak erat untuk
memastikan tidak demam.
C. Persiapan logistik (termasuk APD) dan obat-obatan jika
diperlukan
1. Formulir pemantauan harian sebagaimana terlampir
2. Alat tulis
3. Termometer (menggunakan thermometer tanpa sentuh jika
tersedia)
4. Hand sanitizer (cairan untuk cuci tangan berbasis alkohol)
5. Informasi KIE tentang COVID-19
6. Panduan pencegahan penularan di lingkungan rumah
7. Panduan alat pelindung diri (APD) untuk kunjungan rumah
8. Daftar nomor-nomor penting
9. Masker bedah
10.Identitas diri maupun surat tugas
11.Alat komunikasi (grup Whatsapp dan lain-lain)
d. Penyelidikan Epidemiologi
(1. Identifikasi Kasus)
 Identifikasi kasus berdasarkan
definisi operasional
 Terdiri dari kasus suspek, probable
dan konfirmasi.
 PELAKU PERJALANAN
 KONTAK DENGAN KASUS
KONFIRMASI
 KOMORBID
 PEKERJAAN (NAKES DLL)
1) Latar belakang dan tujuan
2) Metodologi
3) Hasil penyelidikan epidemiologi meliputi:
a) Data umum : data demografi, wilayah dll
b) Analisis kasus COVID-19 berupa gambaran karakteristik kasus
menurut variabel epidemiologi (waktu kejadian, tempat dan
orang)
c) Analisis faktor risiko
d) Analisis kontak kasus
e) Hasil pemeriksaan laboratorium
f) Upaya yang sudah dilakukan seperti tatalaksana
kasus,pemeriksaan laboratorium, tindakan pengendalian faktor
lingkungan dan sebagainya
4) Kesimpulan dan rekomendasi
• Pelacakan kontakproses untuk mengidentifikasi, menilai dan
mengelola orang-orang yang berkontak dengan kasus
konfirmasi/probabel untuk memutus rantai transmisi dan mencegah
penularan lebih lanjut.
Gambaran jika
tidak dilakukan
pelacakan
kontak dan
karantina
Apakah Pelacakan Kontak
(Contact Tracing) ini adalah hal baru?
• Apakah hal yang baru? Tidak, kita sudah lama mempraktekkan
pelacakan kontak.
- KLB Polio cVDPV, 2019 : Yahukimo, 2 kasus tambahan adalah hasil
pelacakan kontakspesimen dari anak sehat.
- Kasus Difteri dan campak  pelacakan kontak dilakukan untuk
menemukan kasus tambahan dan mencegah penularan lebih luas
• Sumber daya yang dibutuhkan: banyak tenaga, waktu, dan sumber
daya lainnya -
keuntungannya  penularan berhenti, kasus
turun, kematian menurun.
Prinsip utama adalah dengan melaksanakan tahap berikut ini,
1. Identifikasi kontak erat
2. Pendataan
3. Karantina dan pemantauan harian selama 14 hari sejak kontak terakhir dengan kasus
konfirmasi/probabel
Orang yang berkontak dengan kasus konfirmasi/probabel, dengan memenuhi kriteria berikut:
a) Bertemu/tatap muka dalam radius 1 meter dan ≥15 menit
b) Kontak fisik langsung (berjabat tangan, berpelukan dsb)
c) Memberikan perawatan langsung tanpa APD standar.
d) Situasi lain berdasarkan penilaian epidemiologis setempat.
Symptomatic: onset
Tak bergejala: hari
pengambilan swab yang
hasilnya positif
2 hari
2 hari 14 hari atau sampai kasus diisolasi
14 hari atau sampai kasus diisolasi
Tanggal 10 Feb 11 Feb 12 Feb ….Feb 26 Feb
Tempat yang
dikunjungi
Rumah A Restoran Sekolah Rumah Teman Puskesmas …. Dst
Kontak erat Nama A Nama C … … Dr.A …. Dst
Nama B Nama D … … Petugas loket ……. Dst
Nama C dst dst
9 Feb 10 Feb 11 Feb 12 Feb 13 Feb dst … … … … 26 Feb
2 hari sebelum onset 14 hari setelah onset atau sampai kasus diisolasi
Onset
• Hubungi dan wawancara kepada kontak erat
• Langkah-langkahnya:
a) Wawancara (menggunakan telepon/WA, atau kunjungan langsung)
b) Informasikan tujuan pelacakan kontak.
c) Catat informasi dasar: nama, umur, alamat, nomer yang bisa dihubungi,tanggal
kontak terakhir dengan kasus
d) Sampaikan kepada kontak erat untuk melakukan :
i. Karantina mandiri
ii. Bahwa akan dilakukan pemantauan harian, dan untuk melaporkan jika muncul
gejala.
iii. dilakukan entri test dan menjadwalkan exit test dihari kelima
• Untuk seluruh petugas kesehatan  penilaian dan monitoring secara rutin
• Petugas kesehatan yang masuk kriteria kontak erat, maka direkomendasikanuntuk:
i. Berhenti sementara
ii. Lakukan pemeriksaan swab
iii. Karantina selama 14 hari sejak paparan terakhir tanpa menggunakan APD yang cukup.
• Semua petugas kesehatan diharapkan untuk melakukan self-monitoring dan jika memiliki komorbid
untuk sebisa mungkin tidak merawat pasien COVID-19 secara langsung.
a) Petugas harus cukup sehat dan telah mendapatkan
pelatihan
b) Berkoordinasi dengan tokoh/pemerintah setempat
untuk menghindari adanya stigma dan diskriminasi
c) Supervisi berjenjang dari provinsi, kabupaten dan
puskesmas.
d) Lapor dan monitoring harian
e) Kontak erat yang telah selesai masa karantina
dapat diberikan surat penyataan selesai
pemantauan
Apa yang perlu
dimonitor? :
- Gejala
- Praktik
Karantina
• Karantina dilakukan selama 14 hari sejak kontak terakhir dengan kasus konfirmasi
atau probabel. Atau hingga hasil exit test di hari kelima negatif
• Contoh penghitungan:
a. Terakhir bertemu: 22 Agustus 2020
b. Baru terlacak sebagai kontak erat tanggal 28 Agustus 2020
c. Selama tanggal 22-28 Agustus kontak erat mengaku tidak memiliki gejala
d. Maka kontak erat harus melakukan karantina dan pemantauan harian sampai
tanggal 5 September 2020 bila tidak melakukan exit test
• Utamakan wawancara melalui telepon/aplikasi pesan instan untuk
memperkecil risiko penularan.
• Jika harus bertemu langsung, lakukan di luar ruangan/tempat dengan
ventilasi baik/terbuka, jaga jarak minimal 1 meter, gunakan APD yang
sesuai (masker dan pelindung wajah(jika tersedia)), dan pastikan orang
yang diwawancara juga menggunakan masker/masker medis.
• Cuci tangan dengan sabun atau gunakan hand sanitizer sebelum dan
sesudah wawancara.
• Hindari untuk menyentuh barang-barang di sekitar kontak erat.
PEMANTAUAN SELAMA
KARANTINA
• Pemantauan kondisi pasien selama masa karantina akan dilakukan
oleh petugas puskesmas dan tracer di bawah koordinasi Puskesmas.
• Jika selama pemantauan terjadi perburukan gejala, maka kasus
dirujuk ke rumah sakit.
• Pemantauan kondisi pasien selama masa karantina dilakukan di
bawah koordinasi Dinas Kesehatan dan Puskemas setempat.
• Pemantauan dapat dilakukan secara luring maupun secara daring.
• Seluruh proses pemantauan selama melakukan karantina wajib dicatat
di formulir pemantauan harian karantina pada aplikasi digital
Silacak.
Dilakukan ketika penyelidikan sedang berlangsung.
Untuk mencegah terjadinya penyebaran penyakit kewilayah yang lebih luas.
Dilakukan berdasarkan pada hasil penyelidikan epidemiologi yang dilakukan
saat itu. Upaya tersebut dilakukan terhadap masyarakat maupun lingkungan,
antara lain dengan:
a) Menjaga kebersihan/higiene tangan, saluran pernapasan.
b) Sedapat mungkin membatasi kontak dengan kasus yang sedang diselidiki
dan bila tak terhindarkan buat jarak dengan kasus.
c) Asupan gizi yang baik guna meningkatkan daya tahan tubuh.
d) Apabila diperlukan untuk mencegah penyebaran penyakit dapat dilakukan
tindakan isolasi dan karantina.
e) Penggunaan APD sesuai risiko pajanan
Mekanisme pencatatan dan pelaporan
pemeriksaan Corona Virus Disease 2019
(COVID-19) melalui RDT-Ag sama dengan
pemeriksaan NAAT yaitu aplikasi Allrecord-
TC19, melalui Allrecord-antigen.
1
4
3
2
 Fasyankes (Rumah Sakit, Puskesmas, dan Fasyankes lain), analisis digunakan
untuk:
 1) Mengetahui perkembangan jumlah kasus suspek/probable/konfirmasi
menurut satuan waktu (harian dan mingguan) dan menurut wilayahnya.
 2) Mengetahui perkembangan kasus konfirmasi menurut gejala/tanda,
karakteristik kondisi penyerta/penyakit komorbid lainnya
 3) Mengetahui perbandingan angka kematian kasus konfirmasi dengan
angka kematian dengan COVID-19 sebagai penyebab kematian (cause of
death).
 4) Mengetahui kapasitas fasyankes dan dapat digunakan untuk menghitung
perencanaan logistik harian dan mingguan seperti APD, beban perawatan,
bed occupancy rate (BOR), tenaga kesehatan dan lain-lain.
 5) Melakukan analisis data yang akan menjadi bahan untuk melakukan
audit kinerja fasyankes, termasuk penerapan PPI dan SOP tata laksana
medis.
Dinas Kesehatan (Kabupaten/Kota/Provinsi): analisis
digunakan untuk mengetahui keberhasilan pengendalian
COVID-19 di level kabupaten/kota maupun provinsi sesuai
dengan indikator yang ditentukan oleh Kementerian Kesehatan
melalui pedoman ini, selain itu bermanfaat untuk:
1. Mengetahui proyeksi perkembangan kasus COVID-19 di
wilayah
2. Mengetahui laju perkembangan jumlah kasus
suspek/probable/konfirmasi sekaligus suspek discarded
menurut satuan waktu (harian dan mingguan) dan menurut
wilayahnya
3. Mengetahui perkembangan dan distribusi kasus konfirmasi
berdasarkan waktu (tanggal onset, tanggal pengambilan
spesimen, tanggal pelaporan), orang (umur, jenis kelamin),
dan tempat (wilayah provinsi, kabupaten/kota,
kecamatan/puskesmas), sehingga dapat diketahui
4. Mengetahui perkembangan kasus konfirmasi menurut
gejala/tanda, karakteristik kondisi penyerta/penyakit
komorbid lainnya
5. Mengetahui perbandingan angka kematian kasus konfirmasi
dengan angka kematian dengan COVID-19 sebagai penyebab
kematian (cause of death)
6. Mengetahui perkembangan kasus konfirmasi menurut faktor
risiko (pelaku perjalanan/importasi, kontak erat, tanpa
riwayat perjalanan/kontak)
7. Mengetahui perkembangan kontak erat yang sedang
dipantau, proporsi kontak erat yang menjadi suspek/probable,
proporsi kontak erat yang menjadi konfirmasi, kontak erat
discarded dan mangkir dari pemantauan
UKURAN-UKURAN
EPIDEMIOLOGI (1)
Contoh proporsi :
Penduduk wanita = 30 org
Penduduk laki-laki = 50 org
Proporsi penduduk wanita :
30
x 100 = 37,5%
30 + 50
Proporsi penduduk laki-laki = 62,5%
UKURAN-UKURAN
EPIDEMIOLOGI (2)
2. Rate :
Adalah perbandingan antara jumlah kejadian terhadap
jumlah penduduk yang mempunyai risiko terhadap
kejadian tersebut yang menyangkut interval waktu
tertentu.
Rate untuk menyatakan dinamika atau kecepatan
kejadian dalam suatu populasi masyarakat tertentu.
UKURAN-UKURAN
EPIDEMIOLOGI (3)
Rate :
X = Jumlah kejadian tertentu yang terjadi dalam kurun waktu
tertentu
Y= Jumlah penduduk yang mempunyai risiko mengalami
kejadian tertentu dalam kurun waktu tertentu (pop.at
risk)
K= Konstanta (angka dasar)
Contoh : Kasus DBD tahun 2005 di kota A = 400
Penduduk kota A th. 2005 = 30.000
I.R = 400 X 1000 = 13,3 /1000 penduduk.
30.000
UKURAN-UKURAN
EPIDEMIOLOGI (3)
Rate :
X = Jumlah kejadian tertentu yang terjadi dalam kurun waktu
tertentu
Y= Jumlah penduduk yang mempunyai risiko mengalami
kejadian tertentu dalam kurun waktu tertentu (pop.at
risk)
K= Konstanta (angka dasar)
Contoh : Kasus Covid 19 tahun 2020 di kota A = 400
Penduduk kota A th. 2020 = 30.000
A.R = 400 X 1000 = 13,3 /1000 penduduk.
30.000
UKURAN-UKURAN
EPIDEMIOLOGI (4)
3. RATIO :
Merupakan perbandingan antara 2 kejadian atau 2 hal
antara numerator dan denominator tidak ada sangkut
pautnya.
Misal : Sek ratio DKI Jakarta Laki-laki = 40
Perempuan = 60
Laki-laki : Perempuan = 1 : 1,5
Populasi proporsi sakit Covid -19 = 100
Populasi proporsi tidak sakit Covid -19 =1000
Relative Risk = 100/1000 = 1/10 = 0,1
UKURAN-UKURAN
EPIDEMIOLOGI (4)
4. Insidens Rate:
Incidence pada periode singkat dan terbatas (epidemi)
disebut : Attack Rate (dalam persen)
UKURAN-UKURAN
EPIDEMIOLOGI (4)
4. Insidens Rate:
Incidence pada periode singkat dan terbatas (epidemi)
disebut : Attack Rate (dalam persen)
UKURAN-UKURAN
EPIDEMIOLOGI (5)
5. Prevalence Rate:
6. Ukuran Kematian :
a. Angka Kematian Kasar (Crude Death Rate atau CDR)
b. Angka Kematian menurut kelompok umur (ASDR)
c. Angka kematian karena penyakit tertentu (CSDR)
d. Case Fatality Rate (CFR) =
Jml.Kematian/Jml.Kasus x 100%
MAteri Surveilans PE_.pptx

More Related Content

Similar to MAteri Surveilans PE_.pptx

3. Dr. Sutopo - SITUASI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN COVID-19 DI JATENG-1.ppt
3. Dr. Sutopo - SITUASI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN COVID-19 DI JATENG-1.ppt3. Dr. Sutopo - SITUASI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN COVID-19 DI JATENG-1.ppt
3. Dr. Sutopo - SITUASI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN COVID-19 DI JATENG-1.ppt
ade nurmaya
 
materi skrining ppt.pdf
materi skrining ppt.pdfmateri skrining ppt.pdf
materi skrining ppt.pdf
emiinayah
 
Materi-Seminar-71.pdf pengajuan klaim dan revisi klsim dispute
Materi-Seminar-71.pdf pengajuan klaim dan revisi klsim disputeMateri-Seminar-71.pdf pengajuan klaim dan revisi klsim dispute
Materi-Seminar-71.pdf pengajuan klaim dan revisi klsim dispute
DIAH992814
 
RESOSIALISASI KOMITE DAN POKJA SKP-1 (1).pptx
RESOSIALISASI KOMITE DAN POKJA SKP-1 (1).pptxRESOSIALISASI KOMITE DAN POKJA SKP-1 (1).pptx
RESOSIALISASI KOMITE DAN POKJA SKP-1 (1).pptx
WihelminaKurniyati1
 
PEMERIKSAAN ANTI-HIV
PEMERIKSAAN ANTI-HIVPEMERIKSAAN ANTI-HIV
PEMERIKSAAN ANTI-HIV
DiniAgustini5
 
Buku saku rapid test & swab test-pcr
Buku saku rapid test & swab test-pcr Buku saku rapid test & swab test-pcr
Buku saku rapid test & swab test-pcr
SitiMuthiaRahmaWarda
 
LAYANAN TEST HIV (pak made).pptx
LAYANAN TEST HIV (pak made).pptxLAYANAN TEST HIV (pak made).pptx
LAYANAN TEST HIV (pak made).pptx
Egimaru1
 
SCREENING.ppt
SCREENING.pptSCREENING.ppt
SCREENING.ppt
dicky345040
 
MATERI 2 MARET 2020 LENGKAP Rev baru.pptx
MATERI 2 MARET 2020 LENGKAP Rev baru.pptxMATERI 2 MARET 2020 LENGKAP Rev baru.pptx
MATERI 2 MARET 2020 LENGKAP Rev baru.pptx
NurAfifah802411
 
Materi Covid 19 Dinkes Banjar untuk RS.pptx
Materi Covid 19 Dinkes Banjar untuk RS.pptxMateri Covid 19 Dinkes Banjar untuk RS.pptx
Materi Covid 19 Dinkes Banjar untuk RS.pptx
barozi1
 
Skrinning.ppt
Skrinning.pptSkrinning.ppt
Skrinning.ppt
IntanAyu67
 
Tracing testing treatment covid 19
Tracing testing treatment covid 19Tracing testing treatment covid 19
Tracing testing treatment covid 19
Zakiah dr
 
Penemuan Penyakit Secara Screening
Penemuan Penyakit Secara ScreeningPenemuan Penyakit Secara Screening
Penemuan Penyakit Secara Screeningpie-pien
 
PEDOMAN KESIAPSIAGAAN MENGHADAPI CORONAVIRUS DISEASE.pptx
PEDOMAN KESIAPSIAGAAN MENGHADAPI CORONAVIRUS DISEASE.pptxPEDOMAN KESIAPSIAGAAN MENGHADAPI CORONAVIRUS DISEASE.pptx
PEDOMAN KESIAPSIAGAAN MENGHADAPI CORONAVIRUS DISEASE.pptx
ysb94
 
Materi 3-5 Surveilans-Pelaporan-Pemeriksaan COVID19 - Copy.pptx
Materi 3-5 Surveilans-Pelaporan-Pemeriksaan COVID19 - Copy.pptxMateri 3-5 Surveilans-Pelaporan-Pemeriksaan COVID19 - Copy.pptx
Materi 3-5 Surveilans-Pelaporan-Pemeriksaan COVID19 - Copy.pptx
AJIKARYADISAHJUSKM
 
Tata Laksana Program PrEP di Indonesia.pptx
Tata Laksana Program PrEP di Indonesia.pptxTata Laksana Program PrEP di Indonesia.pptx
Tata Laksana Program PrEP di Indonesia.pptx
HafizMaulanaAhmad
 
materi skrining epidemiologi epidemiologi
materi skrining epidemiologi epidemiologimateri skrining epidemiologi epidemiologi
materi skrining epidemiologi epidemiologi
ZulAzhri
 
884a74a8bc2694ee874710b4964cc03a.pptx
884a74a8bc2694ee874710b4964cc03a.pptx884a74a8bc2694ee874710b4964cc03a.pptx
884a74a8bc2694ee874710b4964cc03a.pptx
puskesmastanon
 
pps ppt sosialisasi.pptx
pps ppt sosialisasi.pptxpps ppt sosialisasi.pptx
pps ppt sosialisasi.pptx
lilis150691
 
Kajian Jurnal William-Liam. Use of procalcitonin and C-reactive protein in th...
Kajian Jurnal William-Liam. Use of procalcitonin and C-reactive protein in th...Kajian Jurnal William-Liam. Use of procalcitonin and C-reactive protein in th...
Kajian Jurnal William-Liam. Use of procalcitonin and C-reactive protein in th...
mutianurrahmi1
 

Similar to MAteri Surveilans PE_.pptx (20)

3. Dr. Sutopo - SITUASI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN COVID-19 DI JATENG-1.ppt
3. Dr. Sutopo - SITUASI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN COVID-19 DI JATENG-1.ppt3. Dr. Sutopo - SITUASI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN COVID-19 DI JATENG-1.ppt
3. Dr. Sutopo - SITUASI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN COVID-19 DI JATENG-1.ppt
 
materi skrining ppt.pdf
materi skrining ppt.pdfmateri skrining ppt.pdf
materi skrining ppt.pdf
 
Materi-Seminar-71.pdf pengajuan klaim dan revisi klsim dispute
Materi-Seminar-71.pdf pengajuan klaim dan revisi klsim disputeMateri-Seminar-71.pdf pengajuan klaim dan revisi klsim dispute
Materi-Seminar-71.pdf pengajuan klaim dan revisi klsim dispute
 
RESOSIALISASI KOMITE DAN POKJA SKP-1 (1).pptx
RESOSIALISASI KOMITE DAN POKJA SKP-1 (1).pptxRESOSIALISASI KOMITE DAN POKJA SKP-1 (1).pptx
RESOSIALISASI KOMITE DAN POKJA SKP-1 (1).pptx
 
PEMERIKSAAN ANTI-HIV
PEMERIKSAAN ANTI-HIVPEMERIKSAAN ANTI-HIV
PEMERIKSAAN ANTI-HIV
 
Buku saku rapid test & swab test-pcr
Buku saku rapid test & swab test-pcr Buku saku rapid test & swab test-pcr
Buku saku rapid test & swab test-pcr
 
LAYANAN TEST HIV (pak made).pptx
LAYANAN TEST HIV (pak made).pptxLAYANAN TEST HIV (pak made).pptx
LAYANAN TEST HIV (pak made).pptx
 
SCREENING.ppt
SCREENING.pptSCREENING.ppt
SCREENING.ppt
 
MATERI 2 MARET 2020 LENGKAP Rev baru.pptx
MATERI 2 MARET 2020 LENGKAP Rev baru.pptxMATERI 2 MARET 2020 LENGKAP Rev baru.pptx
MATERI 2 MARET 2020 LENGKAP Rev baru.pptx
 
Materi Covid 19 Dinkes Banjar untuk RS.pptx
Materi Covid 19 Dinkes Banjar untuk RS.pptxMateri Covid 19 Dinkes Banjar untuk RS.pptx
Materi Covid 19 Dinkes Banjar untuk RS.pptx
 
Skrinning.ppt
Skrinning.pptSkrinning.ppt
Skrinning.ppt
 
Tracing testing treatment covid 19
Tracing testing treatment covid 19Tracing testing treatment covid 19
Tracing testing treatment covid 19
 
Penemuan Penyakit Secara Screening
Penemuan Penyakit Secara ScreeningPenemuan Penyakit Secara Screening
Penemuan Penyakit Secara Screening
 
PEDOMAN KESIAPSIAGAAN MENGHADAPI CORONAVIRUS DISEASE.pptx
PEDOMAN KESIAPSIAGAAN MENGHADAPI CORONAVIRUS DISEASE.pptxPEDOMAN KESIAPSIAGAAN MENGHADAPI CORONAVIRUS DISEASE.pptx
PEDOMAN KESIAPSIAGAAN MENGHADAPI CORONAVIRUS DISEASE.pptx
 
Materi 3-5 Surveilans-Pelaporan-Pemeriksaan COVID19 - Copy.pptx
Materi 3-5 Surveilans-Pelaporan-Pemeriksaan COVID19 - Copy.pptxMateri 3-5 Surveilans-Pelaporan-Pemeriksaan COVID19 - Copy.pptx
Materi 3-5 Surveilans-Pelaporan-Pemeriksaan COVID19 - Copy.pptx
 
Tata Laksana Program PrEP di Indonesia.pptx
Tata Laksana Program PrEP di Indonesia.pptxTata Laksana Program PrEP di Indonesia.pptx
Tata Laksana Program PrEP di Indonesia.pptx
 
materi skrining epidemiologi epidemiologi
materi skrining epidemiologi epidemiologimateri skrining epidemiologi epidemiologi
materi skrining epidemiologi epidemiologi
 
884a74a8bc2694ee874710b4964cc03a.pptx
884a74a8bc2694ee874710b4964cc03a.pptx884a74a8bc2694ee874710b4964cc03a.pptx
884a74a8bc2694ee874710b4964cc03a.pptx
 
pps ppt sosialisasi.pptx
pps ppt sosialisasi.pptxpps ppt sosialisasi.pptx
pps ppt sosialisasi.pptx
 
Kajian Jurnal William-Liam. Use of procalcitonin and C-reactive protein in th...
Kajian Jurnal William-Liam. Use of procalcitonin and C-reactive protein in th...Kajian Jurnal William-Liam. Use of procalcitonin and C-reactive protein in th...
Kajian Jurnal William-Liam. Use of procalcitonin and C-reactive protein in th...
 

Recently uploaded

PAPER KIMIA LINGKUNGAN MENINGKATNYA GAS RUMAH KACA IMPLIKASI DAN SOLUSI BAGI ...
PAPER KIMIA LINGKUNGAN MENINGKATNYA GAS RUMAH KACA IMPLIKASI DAN SOLUSI BAGI ...PAPER KIMIA LINGKUNGAN MENINGKATNYA GAS RUMAH KACA IMPLIKASI DAN SOLUSI BAGI ...
PAPER KIMIA LINGKUNGAN MENINGKATNYA GAS RUMAH KACA IMPLIKASI DAN SOLUSI BAGI ...
muhammadnoorhasby04
 
Sejarah Gunung Merapi dan Catatan Erupsi
Sejarah Gunung Merapi dan Catatan ErupsiSejarah Gunung Merapi dan Catatan Erupsi
Sejarah Gunung Merapi dan Catatan Erupsi
ssuserb357a32
 
Contoh surat Pengunduran diri karang taruna daerah.docx
Contoh surat Pengunduran diri karang taruna daerah.docxContoh surat Pengunduran diri karang taruna daerah.docx
Contoh surat Pengunduran diri karang taruna daerah.docx
miftahzannah
 
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...
d1051231072
 
Analisis Konten Pendekatan Fear Appeal dalam Kampanye #TogetherPossible WWF.pdf
Analisis Konten Pendekatan Fear Appeal dalam Kampanye #TogetherPossible WWF.pdfAnalisis Konten Pendekatan Fear Appeal dalam Kampanye #TogetherPossible WWF.pdf
Analisis Konten Pendekatan Fear Appeal dalam Kampanye #TogetherPossible WWF.pdf
BrigittaBelva
 
001-PPE Suma-Tata Laksana Perizinan Lingkungan.pptx
001-PPE Suma-Tata Laksana Perizinan Lingkungan.pptx001-PPE Suma-Tata Laksana Perizinan Lingkungan.pptx
001-PPE Suma-Tata Laksana Perizinan Lingkungan.pptx
LukmanulHakim572233
 
BAB III. Undang-Undang PP Lingkungan Hidup.ppt
BAB III.  Undang-Undang PP Lingkungan Hidup.pptBAB III.  Undang-Undang PP Lingkungan Hidup.ppt
BAB III. Undang-Undang PP Lingkungan Hidup.ppt
YUZANAPRATIWI
 
Studi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap Ekosistem
Studi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap EkosistemStudi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap Ekosistem
Studi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap Ekosistem
d1051231041
 
induksi K3LH karyawan baru pt kpp site IC.pptx
induksi K3LH karyawan baru pt kpp site IC.pptxinduksi K3LH karyawan baru pt kpp site IC.pptx
induksi K3LH karyawan baru pt kpp site IC.pptx
AzisRois1
 
Plastik dan Sampah Pantauan Mei 2024.pdf
Plastik dan Sampah Pantauan Mei 2024.pdfPlastik dan Sampah Pantauan Mei 2024.pdf
Plastik dan Sampah Pantauan Mei 2024.pdf
Biotani & Bahari Indonesia
 
Modul Projek - Tanpa Rokok itu Keren - Fase D.pdf
Modul Projek  - Tanpa Rokok itu Keren - Fase D.pdfModul Projek  - Tanpa Rokok itu Keren - Fase D.pdf
Modul Projek - Tanpa Rokok itu Keren - Fase D.pdf
MUhammadIlham484521
 

Recently uploaded (11)

PAPER KIMIA LINGKUNGAN MENINGKATNYA GAS RUMAH KACA IMPLIKASI DAN SOLUSI BAGI ...
PAPER KIMIA LINGKUNGAN MENINGKATNYA GAS RUMAH KACA IMPLIKASI DAN SOLUSI BAGI ...PAPER KIMIA LINGKUNGAN MENINGKATNYA GAS RUMAH KACA IMPLIKASI DAN SOLUSI BAGI ...
PAPER KIMIA LINGKUNGAN MENINGKATNYA GAS RUMAH KACA IMPLIKASI DAN SOLUSI BAGI ...
 
Sejarah Gunung Merapi dan Catatan Erupsi
Sejarah Gunung Merapi dan Catatan ErupsiSejarah Gunung Merapi dan Catatan Erupsi
Sejarah Gunung Merapi dan Catatan Erupsi
 
Contoh surat Pengunduran diri karang taruna daerah.docx
Contoh surat Pengunduran diri karang taruna daerah.docxContoh surat Pengunduran diri karang taruna daerah.docx
Contoh surat Pengunduran diri karang taruna daerah.docx
 
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...
 
Analisis Konten Pendekatan Fear Appeal dalam Kampanye #TogetherPossible WWF.pdf
Analisis Konten Pendekatan Fear Appeal dalam Kampanye #TogetherPossible WWF.pdfAnalisis Konten Pendekatan Fear Appeal dalam Kampanye #TogetherPossible WWF.pdf
Analisis Konten Pendekatan Fear Appeal dalam Kampanye #TogetherPossible WWF.pdf
 
001-PPE Suma-Tata Laksana Perizinan Lingkungan.pptx
001-PPE Suma-Tata Laksana Perizinan Lingkungan.pptx001-PPE Suma-Tata Laksana Perizinan Lingkungan.pptx
001-PPE Suma-Tata Laksana Perizinan Lingkungan.pptx
 
BAB III. Undang-Undang PP Lingkungan Hidup.ppt
BAB III.  Undang-Undang PP Lingkungan Hidup.pptBAB III.  Undang-Undang PP Lingkungan Hidup.ppt
BAB III. Undang-Undang PP Lingkungan Hidup.ppt
 
Studi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap Ekosistem
Studi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap EkosistemStudi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap Ekosistem
Studi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap Ekosistem
 
induksi K3LH karyawan baru pt kpp site IC.pptx
induksi K3LH karyawan baru pt kpp site IC.pptxinduksi K3LH karyawan baru pt kpp site IC.pptx
induksi K3LH karyawan baru pt kpp site IC.pptx
 
Plastik dan Sampah Pantauan Mei 2024.pdf
Plastik dan Sampah Pantauan Mei 2024.pdfPlastik dan Sampah Pantauan Mei 2024.pdf
Plastik dan Sampah Pantauan Mei 2024.pdf
 
Modul Projek - Tanpa Rokok itu Keren - Fase D.pdf
Modul Projek  - Tanpa Rokok itu Keren - Fase D.pdfModul Projek  - Tanpa Rokok itu Keren - Fase D.pdf
Modul Projek - Tanpa Rokok itu Keren - Fase D.pdf
 

MAteri Surveilans PE_.pptx

  • 1.
  • 2. Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan surveilans dan penyelidikan epidemiologi COVID-19
  • 3. Setelah mengikuti materi ini peserta mampu : 1. Menjelaskan Definisi Operasional Terkait Covid - 19 2. Menjelaskan kegiatan surveilans dan karantina. 3. Menjelaskan deteksi dini dan respon. 4. Menjelaskan penyelidikan epidemiologi. 5. Melakukan pelacakan kontak erat-SILACAK 6. Melakukan pencatatan dan pelaporan.
  • 4. Sumber: EPI WIN,WHO Demam Batuk Lemah / kelelahan Sakit kepala Mata merah/radang Hilang perasa/pembau Tenggorokan nyeri Badan terasa sakit Diare 80%PADA UMUMNYA GEJALA RINGAN- SEDANG 15%GEJALA BERAT Kasus berat dan kematian meningkat pada orang yang dengan kondisi penyerta: P.Jantung, DM Penyakit Paru Kronis, Hipertensi, Kanker, usia >60 tahun SARS-CoV-2 adalah virus jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia dan menyebabkan Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) 5% MEMBUTUHKAN PERAWATAN ICU (KRITIS)
  • 5. • Droplet: partikel ludah berukuran >5 um • Ditularkan melalui: a. Kontak langsung b. Kontak tidak langsung • Airborne : jika dilakukan prosedur penghasil aerosol  intubation, C P R , nebulasi. Menjadi dasar upaya pencegahan: menggunakan masker, jaga jarak, dan cuci tangan.
  • 6. • Permukaan: a. Plastik: 5 hari b. Kayu: 4 hari c. Stainless steel: 48 jam d. Kertas: 4-5 hari e. Kaca: 4 hari • Penting untuk melakukan disinfeksi pada permukaan yang sering disentuh oleh orang • Cuci tangan: air dan sabun, atau hand-sanitizer berbasis alcohol. Sumber: EPI WIN,WHO
  • 7.
  • 8.
  • 9.
  • 10. PENGGUNAAN RDT-AG •NAAT merupakan golden standard diagnosis COVID-19 RDT-Ag dapat digunakan untuk pelacakan kontak, penegakan diagnosis, dan skrining COVID-19 dalam kondisi tertentu Kondisi tertentu diantaranya: keterbatasan akses terhadap NAAT serta kecepatan waktu pemeriksaan NAAT, dan kondisi tertentu lainnya seperti peningkatan kasus yang cukup signifikan sesuai self assessment dinkes kabupaten/kota atau dinkes provinsi Pemeriksaan dengan RDT-Ag optimal dilakukan pada fase akut (dalam waktu 7 hari pertama sejak onset gejala). Performa RDT-Ag semakin menurun setelah fase akut dilalui.
  • 11. KRITERIA PENGGUNAAN RDT -AG Kecepatanpemeriksaan (Dihitung sejak sampel diterima laboratorium sampai hasil keluar) Waktu tunggu ≤ 24jam Waktu tunggu24-48 jam Waktu tunggu > 48 jam Akses terhadap NAAT (Dihitung sejak pengambilan sampel ampai sampelditerima laboratorium) Waktupengiriman ≤ 24 jam Kriteria A KriteriaB KriteriaB Pelacakankontak dan penegakan diagnosis: NAAT. Skrining: RDT-Agkonfirmasi denganNAAT. Pelacakankontak, penegakan diagnosis,danskrining: RDT-Ag konfirmasidenganNAAT. Pelacakankontak, penegakan diagnosis,dan skrining: RDT-Ag konfirmasidenganNAAT. g Waktupengiriman >24 jam KriteriaB KriteriaB Kriteria C Pelacakankontak, penegakan diagnosis,dan skrining: RDT-Ag konfirmasidenganNAAT. Pelacakankontak, penegakan diagnosis,dan skrining: RDT-Ag konfirmasidenganNAAT. Pelacakankontak, penegakan diagnosis, danskrining: RDT-Ag.
  • 12. A. Orang yang memenuhi salah satu kriteria klinis: 1) Demam akut dan batuk; atau 2) Minimal 3 gejala berikut: demam, batuk, lemas, sakit kepala, nyeri otot, nyeri tenggorokan, pilek/hidung tersumbat, sesak napas, anoreksia/mual/muntah, diare, atau penurunan kesadaran; atau 3) Pasien dengan ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) berat dengan riwayat demam/demam (> 38°C) dan batuk yang terjadi dalam 10 hari terakhir, serta membutuhkan perawatan rumah sakit; atau 4) Anosmia (kehilangan penciuman) akut tanpa penyebab lain yang teridentifikasi; atau 5) Ageusia (kehilangan pengecapan) akut tanpa penyebab lain yang teridentifikasi. KASUS SUSPEK B. Seseorang yang memiliki riwayat kontak dengan kasus probable/konfirmasi COVID-19/kluster COVID-19 dan memenuhi kriteria klinis pada huruf A. C. Seseorang dengan hasil pemeriksaan Rapid Diagnostic Test Antigen (RDT-Ag) positif sesuai dengan penggunaan RDT-Ag pada kriteria wilayah A dan B, dan tidak memiliki gejala serta bukan merupakan kontak erat (Penggunaan RDT-Ag mengikuti ketentuan yang berlaku).
  • 13. Kasus suspek yang meninggal dengan gambaran klinis meyakinkan COVID-19 dan memiliki salah satu kriteria sebagai berikut: a. Tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium Nucleic Acid Amplification Test (NAAT) atau RDT-Ag; atau b. Hasil pemeriksaan laboratorium NAAT/ RDT-Ag tidak memenuhi kriteria kasus konfirmasi maupun bukan COVID-19 (discarded). KASUS PROBABLE Orang yang memenuhi salah satu kriteria berikut: a. Seseorang dengan pemeriksaan laboratorium NAAT positif. b. Memenuhi kriteria kasus suspek atau kontak erat dan hasil pemeriksaan RDT- Ag positif di wilayah sesuai penggunaan RDT- Ag pada kriteria wilayah B dan C. c. Seseorang dengan hasil pemeriksaan RDT-Ag positif sesuai dengan penggunaan RDT-Ag pada kriteria wilayah C. KASUS TERKONFIRMASI
  • 14.  Seseorang dengan status kasus suspek atau kontak erat DAN hasil pemeriksaan laboratorium NAAT 2 kali negatif.  Seseorang dengan status kasus suspek atau kontak erat DAN hasil pemeriksaan laboratorium RDT-Ag negatif diikuti NAAT 1 kali negatif sesuai penggunaan RDT-Ag pada kriteria B.  Seseorang dengan status kasus suspek atau kontak erat DAN hasil pemeriksaan laboratorium RDT-Ag 2 kali negatif sesuai penggunaan RDT-Ag pada kriteria C.  Orang tidak bergejala (asimtomatik) DAN bukan kontak erat DAN hasil pemeriksaan RDT-Ag positif diikuti NAAT 1x negatif sesuai penggunaan RDT-Ag pada kriteria A dan B.  Orang tidak bergejala (asimtomatik) DAN bukan kontak erat DAN hasil pemeriksaan RDT-Ag negatif. DISCARDED
  • 15. Kriteria selesai isolasi dan sembuh pada kasus terkonfirmasi COVID-19 menggunakan gejala sebagai patokan utama: 1. Pada kasus terkonfirmasi yang tidak bergejala (asimtomatik), isolasi dilakukan selama sekurang-kurangnya 10 hari sejak pengambilan spesimen diagnosis konfirmasi. 2. Pada kasus terkonfirmasi yang bergejala, isolasi dilakukan selama 10 hari sejak muncul gejala ditambah dengan sekurang-kurangnya 3 hari bebas gejala demam dan gangguan pernapasan. Sehingga, untuk kasus-kasus yang mengalami gejala selama 10 hari atau kurang harus menjalani isolasi selama 13 hari. SEMBUH / SELESAI ISOLASI
  • 16. Orang yang memiliki riwayat kontak dengan kasus probabel atau dengan kasus terkonfirmasi COVID-19 dan memenuhi salah satu kriteria berikut:  Kontak tatap muka/berdekatan dengan kasus konfirmasi dalam radius 1 meter selama 15 menit atau lebih;  Sentuhan fisik langsung dengan pasien kasus konfirmasi (seperti bersalaman, berpegangan tangan, dll);  Orang yang memberikan perawatan langsung terhadap kasus konfirmasi tanpa menggunakan APD yang sesuai standar; ATAU  Situasi lainnya yang mengindikasikan adanya kontak berdasarkan penilaian risiko lokal yang ditetapkan oleh tim penyelidikan epidemiologi setempat. KONTAK ERAT
  • 17.
  • 18. Permenkes no.45 tahun 2014 : kegiatan pengamatan yang sistematis dan terus menerus thd data dan informasi ttg kejadian penyakit dan masaah kesehatan dan kondisi yg mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakitat/masalah kesehatan utk memperoleh dan memberi informasi guna mengarahkan tindakan pengendalian dan penanggulangan secara efektif dan efisien. Menurut WHO : Suatu proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data kesehatan secara sistematis, terus menerus dan penyebarluasan informasi kepada pihak terkait untuk melakukan tindakan.
  • 19. • Dalam waktu 24 jam, kasus terkonfirmasi harus segera memulai isolasi dan diwawancarai untuk mengidentifikasi kontak erat. • Dalam waktu 48 jam sejak kasus terkonfirmasi, kontak erat harus diwawancarai dan memulai karantina. • Dalam waktu 72 jam sejak kasus terkonfirmasi, kontak erat harus dilakukan pemeriksaan dengan NAAT/RDT-Ag.
  • 20. Prioritas pemeriksaan NAAT: probable, suspek, kontak erat, tenaga kesehatan, masyarakat yang tinggal di fasilitas tertutup yang memiliki risiko penularan tinggi.
  • 21. • Prioritas pemeriksaan NAAT: probable, suspek, kontak erat, tenaga kesehatan, masyarakat yang tinggal di fasilitas tertutup yang memiliki risiko penularan tinggi. • Pertimbangan DPJP diberikan untuk melakukan pemeriksaan selanjutnya setelah pemeriksaan kedua
  • 22. Prioritas pemeriksaan NAAT: probable, suspek, kontak erat, tenaga kesehatan, masyarakat yang tinggal di fasilitas tertutup yang memiliki risiko penularan tinggi.
  • 23. ALUR PEMERIKSAAN, PELACAKAN, KARANTINA DAN ISOLASI • Dengan meningkatnya kapasitas pemeriksaan (baik NAAT maupun RDT-Ag), hasil pemeriksaan dapat digunakan untuk memperpendek masa karantina dan isolasi. • Setelah diidentifikasi, kontak erat (baik yang bergejala maupun tidak) wajib diperiksa NAAT/RDT-Ag. Pada kontak erat yang asimtomatik/ bergejala ringan, dilakukan entry test saat memasuki karantina pada hari pertama yang dilanjutkan dengan exit test pada hari kelima. • Jika hasilnya tetap negatif dan selama karantina tidak muncul gejala, maka karantina dinyatakan selesai. • Kontak erat tetap diwajibkan melapor jika muncul gejala atau gejala lebih parah sampai 14 hari terhitung sejak tanggal dimulai karantina.
  • 24. KETENTUAN PEMERIKSAAN DAN PELACAKAN • Pemeriksaan dilakukan berdasarkan kriteria wilayah akses dan kecepatan pemeriksaan NAAT. Laju pemeriksaan harus ditingkatkan lebih dari 1 orang/1000 penduduk/minggu jika positivity rate masih tinggi. • Prioritas Pemeriksaan Deteksi: 1. kasus suspek 2. kontak erat 3. tenaga kesehatan, dan 4. masyarakat yang tinggal di fasilitas tertutup yang memiliki risiko penularan tinggi (tempat dengan kondisi jarak yang berdekatan seperti asrama, panti, lapas, rutan, dan tempat pengungsian). • Puskesmas dan jejaringnya melakukan pelacakan (tracing) terhadap kontak erat dari kasus konfirmasi positif COVID-19. Dalam melaksanakan pelacakan, Puskesmas dan jejaringnya dapat melibatkan tracer dari tenaga kesehatan maupun non-kesehatan (kader, TNI dan POLRI atau komponen masyarakat lainnya yang telah memperoleh OJT dari Puskesmas).
  • 25. Kategori No Tujuan Target Strategi Testing Frekuensi Passive case finding Diagnostik Orang bergejala (suspek) Testing individual Setiap diperlukan Active case finding Pelacakan kontak erat (contact tracing) 1. Kontak erat dari suspek yang positif 2. Kontak erat dari kategori Hitam (PeduliLindungi, notifikasi WA, dashboard SekolahAman) 3. Kontak erat dari kasus positif hasil survei berkala Testing individual (entry dan exit test) Setiap diperlukan Survei berkala Sampel Testing individual Rutin minimal 1x per bulan 1 2 3
  • 26. 26 Sasaran - 10% satpen yang melaksanakan PTM - 30 orang siswa dan 3 PTK untuk satpen dengan jumlah siswa yang mengikuti PTM ≤ 300 orang ATAU 10% siswa dan PTK dari satpen untuk satpen dengan jumlah siswa yang mengikuti PTM > 300 orang - Sampling ditentukan oleh Disdik dan Kantor/Kanwil Kemenag Kab/Kota & Provinsi bersama dengan Dinkes Frekuensi - 1 bulan sekali - Satpen yang sudah pernah terpilih sebagai sampling tidak diikutsertakan lagi pada sampling bulan berikutnya, kecuali Satpen dengan positivity rate >5% Metode Pemeriksaan - Diutamakan dengan PCR - RDT Antigen dapat digunakan untuk daerah yang terbatas akses PCR nya (waktu pengiriman sampel dan waktu tunggu keluarnya hasil pemeriksaan). Pengambilan Sampel - Dilakukan oleh swabber Puskesmas pembina Satpen - Dapat dilakukan beberapa kali dalam kurun waktu 1 bulan tergantung pada jumlah sampel, kapasitas petugas swabber dan laboratorium pemeriksa. Lab Pemeriksa Disepakati bersama antara Dinkes dan laboratorium pembina wilayah berdasarkan Daftar Laboratorium Pemeriksa sesuai area/wilayah kerja Pencatatan Dan Pelaporan - NAR - SILACAK - Google Form link: https://link.kemkes.go.id/surveiPTM
  • 27. 27 Strategi pemilihan sampel satuan pendidikan dan warga satuan pendidikan 1 2 3 4 Minimal 10% satpen dari total satpen yang melaksanakan PTM - 30 orang siswa dan 3 PTK (jika jumlah siswa dan PTK PTM ≤ 300 orang) ATAU - 10% siswa dan PTK (jika jumlah siswa dan PTK PTM > 300 orang) Swab PCR Metode tes individual atau pooled test Jumlah satpen di tingkat kab/kota yang melaksanakan PTM Sampling satpen didistribusikan secara proporsional ke kecamatan berdasarkan proporsi sekolah Random Sampling: Identifikasi Sasaran Sampling Kecamatan Stratified Random Sampling Testing Sampling Individu Contoh perhitungan sekolah di suatu kecamatan • Hasil perhitungan di Jakarta Timur terdapat 260 sekolah, maka target sampel di Jaktim adalah 26 sekolah (10%). • Proporsi sekolah di Kec. Duren Sawit adalah 16% dari total sekolah di Jakarta Timur, maka jumlah sekolah yang terpilih sebagai sampel di Kec. Duren Sawit adalah 16% dari 26 = 4 sekolah. • Siswa dan PTK yang akan diperiksa di Kec. Duren Sawit adalah 33 per sekolah = 132 orang
  • 28. 28 Aspek Pengaturan Otoritas Penghentian sementara dan pembukaan kembali PTM ditetapkan oleh Pemda, Kanwil Kemenag Provinsi, atau Kantor Kemenag Kab/Kota (sesuai kewenangannya), berdasarkan informasi dari: 1. satuan tugas penanganan COVID-19 setempat, 2. fasilitas layanan kesehatan; dan/atau 3. dinas kesehatan Penghentian sementara PTM Penghentian PTM Total pada Satuan Pendidikan Penghentian PTM Parsial pada Rombongan Belajar Terpapar Kriteria Jika ditemukan kasus konfirmasi dan: 1. terjadi klaster satuan pendidikan; atau 2. positivity rate > 5% (ditentukan oleh dinas kesehatan berdasarkan hasil surveilans) Jika ditemukan kasus konfirmasi dan: 1. Bukan klaster satuan pendidikan; atau 2. positivity rate < 5% (ditentukan oleh dinas kesehatan berdasarkan hasil surveilans) Durasi paling singkat 5 x 24 jam Pembukaan kembali PTM Kriteria: 1. penerapan protokol kesehatan dan daftar periksa siap untuk dilaksanakan; dan 2. warga satuan pendidikan yang terkonfirmasi dan kontak erat sudah tertangani
  • 29. Disdik dan Kantor/Kanwil Kemenag Kab/Kota & Provinsi Dinkes Kab/Kota (dgn melibatkan Dinkes Prov) Lab Pemeriksa Puskesmas Satuan Pendidikan 29 Pembagian tugas dan tanggung jawab *) Data: • Jumlah total SatPen per kecamatan per jenjang • Jumlah total SatPen PTM Terbatas per kecamatan per jenjang • Jumlah total warga (PTK, peserta didik) di SatPen PTM Terbatas per kecamatan per jenjang Penghitungan kebutuhan reagen dan logistik lab Penyediaan data* SatPen dan warga SatPen Penentuan dan penyampaian nama SatPen sampling Sosialisasi internal dan permintaan izin orangtua (khusus anak <18 tahun) - Identifikasi dan penugasan Puskesmas wilayah kerja SatPen sbg swabber dan PJ TLI - Distribusi VTM Penyiapan lokasi, izin pengambilan spesimen, detail data subjek yang diambil spesimen Rekap data, input NAR, dan pengiriman spesimen Pengujian spesimen, input hasil NAR Analisis laporan hasil uji spesimen. Jika ada KK: instruksi ke Puskesmas utk TLI dan rekomendasi penutupan sementara PTM Persiapan dan pelaksanaan TLI jika ada KK Fasilitasi pelaksanaan TLI Analisis laporan hasil uji spesimen dan penutupan sementara PTM jika ada KK 1 2 2 3 4 5 6 7 8 8 9 9 TLI: Tes, lacak, dan isolasi KK: Kasus konfirmasi NAR: new all records Input hasil contact tracing ke SILACAK 10 - Penghitungan sampling: 10% SatPen PTM, 10% siswa dan PTK per SatPen - Penghitungan kebutuhan VTM Penyiapan VTM, logistik, jadwal, dan pengambilan spesimen Satpen: Satuan Pendidikan PTM: Pembelajaran Tatap Muka PTK: Pendidik dan Tenaga Kependidikan VTM: viral transport medium
  • 30. Aspek Pemantauan Internal oleh Satuan Pendidikan Pemantauan Eksternal Pelaksana Satgas COVID19 Satuan Pendidikan Puskesmas Waktu/frekuensi 1x seminggu 1x/bulan, bersamaan dengan pelaksanaan survei pemantauan PTM Objek pemantauan • Satuan pendidikan yang dipantau adalah setiap satuan pendidikan yang telah menyelenggarakan PTM • Aspek pemantauan: 1) kepatuhan individu, 2) kepatuhan institusi • Titik pemantauan: 15 titik fasilitas di satuan pendidikan (pintu gerbang, pintu masuk kelas, ruang kelas/belajar, ruang guru, kantin, lapangan, mushola/masjid, tempat ibadah lainnya, perpustakaan, ruang olahraga, taman, aula, lab, kamar asrama, dapur umum, lainnya) • Satuan pendidikan yang dipantau sama dengan satuan pendidikan yang terpilih sebagai sampling survei pemantauan PTM pada bulan tersebut • Aspek pemantauan: kepatuhan individu dalam 1) pemakaian masker dengan benar, 2) cuci tangan pakai sabun/hand sanitizer, dan 3) jaga jarak minimal 1,5 meter • Titik pemantauan: 2 titik area, yaitu 1) ruang kelas dan 2) area pintu gerbang atau area kantin/tempat istirahat (pilih salah satu) • Jumlah individu dipantau: 10 orang di tiap titik pemantauan Instrumen surveilans Daftar tilik pemantauan kepatuhan protokol kesehatan dan pelaporan kasus di satuan pendidikan melalui aplikasi BLC (Bersatu Lawan COVID) Daftar tilik surveilans perilaku kepatuhan prokes di satuan pendidikan Tindak Lanjut • Gambaran dan tren kepatuhan & pelanggaran prokes di satuan pendidikan • Pemenuhan standar prokes sesuai daftar tilik • Gambaran dan tren kepatuhan & pelanggaran prokes di satuan pendidikan • Satuan pendidikan dengan kategori penerapan protokol kesehatan:  baik: apresiasi dan pembinaan rutin  buruk: asesmen kembali kesiapan satuan pendidikan dalam penerapan protokol kesehatan dan penyelenggaraan PTM 30
  • 31.
  • 32. KETENTUAN KARANTINA/ISOLASI Karantina/Isolasi Mandiri Dapat dilakukan masing-masing jika memenuhi syarat klinis dan syarat rumah. Jika tidak memenuhi syarat rumah: - Kontak erat/suspek yang tidak memerlukan perawatan RS  karantina shelter karantina desa/kel. - Kasus konfirmasi  isolasi shelter isolasi desa/kel. Karantina/Isolasi Terpusat Karantina terpusat  kontak erat/kasus suspek yang tidak memerlukan perawatan RS termasuk kasus dengan penyakit penyerta yang terkontrol dan yang tidak memenuhi syarat klinis dan syarat rumah. Isolasi terpusat  kasus suspek yang memerlukan perawatan RS/kasus konfirmasi COVID-19 tanpa gejala dan gejala ringan yang tidak memenuhi syarat klinis
  • 33. PEMANTAUAN SELAMA KARANTINA, ISOLASI, PASCA PERAWATAN • Pemantauan kondisi pasien selama masa karantina dan isolasi mandiri akan dilakukan oleh petugas puskesmas dan tracer di bawah koordinasi Puskesmas. • Jika selama pemantauan terjadi perburukan gejala, maka kasus dirujuk ke rumah sakit. • Pemantauan kondisi pasien selama masa karantina dan isolasi terpusat dilakukan di bawah koordinasi Dinas Kesehatan dan Puskemas setempat. • Pemantauan dapat dilakukan secara luring maupun secara daring. • Seluruh proses pemantauan selama melakukan karantina dan isolasi mandiri maupun terpusat serta perawatan RS wajib dicatat di formulir pemantauan harian karantina dan isolasi pada aplikasi digital Silacak.
  • 34.
  • 35. PENGUATAN DETEKSI AKSELERASI TES, LACAK, ISOLASI 35 1. Pelibatan elemen masyarakat (Babinsa/Bhabinkamtibmas, kader, PKK, relawan mahasiswa, Pramuka dan lainnya) sebagai tracer COVID-19. 2. Pelatihan bagi petugas pelacakan kontak. 3. Komunikasi risiko bagi masyarakat untuk mendukung kegiatan pelacakan 4. Penggunaan aplikasi SILACAK untuk pelacakan kontak  penginputan data ke SILACAK harus dilakukan. Jika ada tenaga penginput khusus agar menggunakan akun puskesmas. 1. Meningkatkan akses, kapasitas, dan efisiensi lab. PCR  meningkatkan pemeriksaan kasus suspek (pasien dengan gejala COVID-19) 2. Penggunaan Rapid Diagnostic Test Antigen (RDT-Ag) dalam pemeriksaan suspek, kontak erat (bergejala/tidak bergejala) 3. Entry-Exit Test untuk mendeteksi kasus lebih cepat dan meningkatkan kepatuhan karantina  kegiatan testing dilakukan setiap hari. TES LACAK ISOLASI 1. Penyediaan tempat untuk karantina/isolasi terpusat. 2. Pelibatan elemen masyarakat dalam meningkatkan kepatuhan dan pemantauan karantina dan isolasi mandiri. 3. Mendorong pemberdayaan masyarakat untuk mendukung keberhasilan karantina dan isolasi. 4. Pemanfaatan layanan telemedicine bagi pasien isolasi mandiri.
  • 36. Orang terinfeksi COVID-19 Bergejala Datang ke Faskes Seluruh orang bergejala yang datang ke Faskes Tidak datang ke faskes Tracing KE Skrining CBS Tidak bergejala Tracing KE Skrining DIMANA DITEMUKAN COVID – 19 ???
  • 37.
  • 38. Dilakukan di fasyankes maupun di masyarakat. Untuk menemukan adanya seseorang yang terindikasi COVID-19 yang harus segera direspon. Bentuk respon berupa verifikasi, notifikasi, rujukan kasus dan respon penanggulangan Bentuk kegiatan verifikasi adalah penyelidikan epidemiologi. Sedangkan, kegiatan respon penanggulangan antara lain identifikasi dan pemantauan kontak, rujukan, komunikasi risiko dan pemutusan rantai penularan.
  • 39.
  • 40.
  • 41. Jika ditemukan satu kasus konfirmasi COVID-19 di suatu daerah maka dinyatakan sebagai KLB di daerah tersebut.
  • 42. Mengetahui karakteristik epidemiologi Mengidentifikasi faktor risiko Mengidentifikasi kasus tambahan Mengidentifikasi kontak erat Memberikan rekomendasi upaya penanggulangan 1 2 3 4 5 Mengetahui besar masalah KLB dan mencegah penyebaran yang lebih luas
  • 43.
  • 45. TAHAPAN PE (KONFIRMASI AWAL KLB) Petugas surveilans atau penanggung jawab surveilans puskesmas/Dinas Kesehatan melakukan konfirmasi awal untuk memastikan adanya kasus konfirmasi COVID-19 dengan cara wawancara dengan petugas puskesmas atau dokter yang menangani kasus.
  • 46. TAHAPAN PE (PELAPORAN SEGERA) Mengirimkan laporan W1 ke Dinkes Kabupaten/Kota dalam waktu <24 jam, kemudian diteruskan oleh Dinkes Kabupaten/Kota ke Provinsi dan PHEOC.
  • 47. a. Persiapan formulir penyelidikan Formulir penyelidikan epidemiologi menggunakan lampiran 6 sesuai dengan Pedoman pencegahan dan pengendalian Covid -19 Revisi 5.
  • 48. b. Persiapan tim penyelidikan epidemiologi Pelaksana Kegiatan APD yang digunakan Petugas investigas/TGC Wawancara kasus suspek atau konfirmasi COVID- 19 maupun kontak erat Tidak perlu menggunakan APD jika wawancara dilakukan melalui telepon. Wawancara melalui telepon merupakan metode yang disarankan Wawancara langsung dengan kasus suspek atau konfirmasi COVID- 19 tanpa melakukan kontak langsung Masker bedah. Menjaga jarak minimal 1 meter Wawancara harus dilakukan diluar rumah atau di luar ruangan dan kasus suspek atau konfirmasi COVID-19 menggunakan masker bedah Jaga kebersihan tangan
  • 49. Pelaksana Kegiatan APD yang digunakan Wawancara langsung dengan kasus suspek atau konfirmasi COVID- 19 dengan melakukan kontak langsung Masker bedah Sarung tangan karet sekali pakai (jika harus kontak dengan cairan tubuh pasien). Menjaga jarak minimal 1 meter Wawancara sebaiknya dilakukan di ruang terbuka dan jika diperlukan untuk masuk ke dalam rumah maka jaga jarak minimal 1 meter, jangan menyentuh apapun di dalam rumah, dan cek suhu kontak erat untuk memastikan tidak demam.
  • 50. C. Persiapan logistik (termasuk APD) dan obat-obatan jika diperlukan 1. Formulir pemantauan harian sebagaimana terlampir 2. Alat tulis 3. Termometer (menggunakan thermometer tanpa sentuh jika tersedia) 4. Hand sanitizer (cairan untuk cuci tangan berbasis alkohol) 5. Informasi KIE tentang COVID-19 6. Panduan pencegahan penularan di lingkungan rumah 7. Panduan alat pelindung diri (APD) untuk kunjungan rumah 8. Daftar nomor-nomor penting 9. Masker bedah 10.Identitas diri maupun surat tugas 11.Alat komunikasi (grup Whatsapp dan lain-lain)
  • 51. d. Penyelidikan Epidemiologi (1. Identifikasi Kasus)  Identifikasi kasus berdasarkan definisi operasional  Terdiri dari kasus suspek, probable dan konfirmasi.
  • 52.  PELAKU PERJALANAN  KONTAK DENGAN KASUS KONFIRMASI  KOMORBID  PEKERJAAN (NAKES DLL)
  • 53. 1) Latar belakang dan tujuan 2) Metodologi 3) Hasil penyelidikan epidemiologi meliputi: a) Data umum : data demografi, wilayah dll b) Analisis kasus COVID-19 berupa gambaran karakteristik kasus menurut variabel epidemiologi (waktu kejadian, tempat dan orang) c) Analisis faktor risiko d) Analisis kontak kasus e) Hasil pemeriksaan laboratorium f) Upaya yang sudah dilakukan seperti tatalaksana kasus,pemeriksaan laboratorium, tindakan pengendalian faktor lingkungan dan sebagainya 4) Kesimpulan dan rekomendasi
  • 54.
  • 55. • Pelacakan kontakproses untuk mengidentifikasi, menilai dan mengelola orang-orang yang berkontak dengan kasus konfirmasi/probabel untuk memutus rantai transmisi dan mencegah penularan lebih lanjut. Gambaran jika tidak dilakukan pelacakan kontak dan karantina
  • 56. Apakah Pelacakan Kontak (Contact Tracing) ini adalah hal baru? • Apakah hal yang baru? Tidak, kita sudah lama mempraktekkan pelacakan kontak. - KLB Polio cVDPV, 2019 : Yahukimo, 2 kasus tambahan adalah hasil pelacakan kontakspesimen dari anak sehat. - Kasus Difteri dan campak  pelacakan kontak dilakukan untuk menemukan kasus tambahan dan mencegah penularan lebih luas • Sumber daya yang dibutuhkan: banyak tenaga, waktu, dan sumber daya lainnya - keuntungannya  penularan berhenti, kasus turun, kematian menurun.
  • 57. Prinsip utama adalah dengan melaksanakan tahap berikut ini, 1. Identifikasi kontak erat 2. Pendataan 3. Karantina dan pemantauan harian selama 14 hari sejak kontak terakhir dengan kasus konfirmasi/probabel
  • 58.
  • 59. Orang yang berkontak dengan kasus konfirmasi/probabel, dengan memenuhi kriteria berikut: a) Bertemu/tatap muka dalam radius 1 meter dan ≥15 menit b) Kontak fisik langsung (berjabat tangan, berpelukan dsb) c) Memberikan perawatan langsung tanpa APD standar. d) Situasi lain berdasarkan penilaian epidemiologis setempat. Symptomatic: onset Tak bergejala: hari pengambilan swab yang hasilnya positif 2 hari 2 hari 14 hari atau sampai kasus diisolasi 14 hari atau sampai kasus diisolasi
  • 60. Tanggal 10 Feb 11 Feb 12 Feb ….Feb 26 Feb Tempat yang dikunjungi Rumah A Restoran Sekolah Rumah Teman Puskesmas …. Dst Kontak erat Nama A Nama C … … Dr.A …. Dst Nama B Nama D … … Petugas loket ……. Dst Nama C dst dst 9 Feb 10 Feb 11 Feb 12 Feb 13 Feb dst … … … … 26 Feb 2 hari sebelum onset 14 hari setelah onset atau sampai kasus diisolasi Onset
  • 61.
  • 62. • Hubungi dan wawancara kepada kontak erat • Langkah-langkahnya: a) Wawancara (menggunakan telepon/WA, atau kunjungan langsung) b) Informasikan tujuan pelacakan kontak. c) Catat informasi dasar: nama, umur, alamat, nomer yang bisa dihubungi,tanggal kontak terakhir dengan kasus d) Sampaikan kepada kontak erat untuk melakukan : i. Karantina mandiri ii. Bahwa akan dilakukan pemantauan harian, dan untuk melaporkan jika muncul gejala. iii. dilakukan entri test dan menjadwalkan exit test dihari kelima
  • 63. • Untuk seluruh petugas kesehatan  penilaian dan monitoring secara rutin • Petugas kesehatan yang masuk kriteria kontak erat, maka direkomendasikanuntuk: i. Berhenti sementara ii. Lakukan pemeriksaan swab iii. Karantina selama 14 hari sejak paparan terakhir tanpa menggunakan APD yang cukup. • Semua petugas kesehatan diharapkan untuk melakukan self-monitoring dan jika memiliki komorbid untuk sebisa mungkin tidak merawat pasien COVID-19 secara langsung.
  • 64. a) Petugas harus cukup sehat dan telah mendapatkan pelatihan b) Berkoordinasi dengan tokoh/pemerintah setempat untuk menghindari adanya stigma dan diskriminasi c) Supervisi berjenjang dari provinsi, kabupaten dan puskesmas. d) Lapor dan monitoring harian e) Kontak erat yang telah selesai masa karantina dapat diberikan surat penyataan selesai pemantauan Apa yang perlu dimonitor? : - Gejala - Praktik Karantina
  • 65. • Karantina dilakukan selama 14 hari sejak kontak terakhir dengan kasus konfirmasi atau probabel. Atau hingga hasil exit test di hari kelima negatif • Contoh penghitungan: a. Terakhir bertemu: 22 Agustus 2020 b. Baru terlacak sebagai kontak erat tanggal 28 Agustus 2020 c. Selama tanggal 22-28 Agustus kontak erat mengaku tidak memiliki gejala d. Maka kontak erat harus melakukan karantina dan pemantauan harian sampai tanggal 5 September 2020 bila tidak melakukan exit test
  • 66.
  • 67. • Utamakan wawancara melalui telepon/aplikasi pesan instan untuk memperkecil risiko penularan. • Jika harus bertemu langsung, lakukan di luar ruangan/tempat dengan ventilasi baik/terbuka, jaga jarak minimal 1 meter, gunakan APD yang sesuai (masker dan pelindung wajah(jika tersedia)), dan pastikan orang yang diwawancara juga menggunakan masker/masker medis. • Cuci tangan dengan sabun atau gunakan hand sanitizer sebelum dan sesudah wawancara. • Hindari untuk menyentuh barang-barang di sekitar kontak erat.
  • 68. PEMANTAUAN SELAMA KARANTINA • Pemantauan kondisi pasien selama masa karantina akan dilakukan oleh petugas puskesmas dan tracer di bawah koordinasi Puskesmas. • Jika selama pemantauan terjadi perburukan gejala, maka kasus dirujuk ke rumah sakit. • Pemantauan kondisi pasien selama masa karantina dilakukan di bawah koordinasi Dinas Kesehatan dan Puskemas setempat. • Pemantauan dapat dilakukan secara luring maupun secara daring. • Seluruh proses pemantauan selama melakukan karantina wajib dicatat di formulir pemantauan harian karantina pada aplikasi digital Silacak.
  • 69. Dilakukan ketika penyelidikan sedang berlangsung. Untuk mencegah terjadinya penyebaran penyakit kewilayah yang lebih luas. Dilakukan berdasarkan pada hasil penyelidikan epidemiologi yang dilakukan saat itu. Upaya tersebut dilakukan terhadap masyarakat maupun lingkungan, antara lain dengan: a) Menjaga kebersihan/higiene tangan, saluran pernapasan. b) Sedapat mungkin membatasi kontak dengan kasus yang sedang diselidiki dan bila tak terhindarkan buat jarak dengan kasus. c) Asupan gizi yang baik guna meningkatkan daya tahan tubuh. d) Apabila diperlukan untuk mencegah penyebaran penyakit dapat dilakukan tindakan isolasi dan karantina. e) Penggunaan APD sesuai risiko pajanan
  • 70.
  • 71. Mekanisme pencatatan dan pelaporan pemeriksaan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) melalui RDT-Ag sama dengan pemeriksaan NAAT yaitu aplikasi Allrecord- TC19, melalui Allrecord-antigen.
  • 73.  Fasyankes (Rumah Sakit, Puskesmas, dan Fasyankes lain), analisis digunakan untuk:  1) Mengetahui perkembangan jumlah kasus suspek/probable/konfirmasi menurut satuan waktu (harian dan mingguan) dan menurut wilayahnya.  2) Mengetahui perkembangan kasus konfirmasi menurut gejala/tanda, karakteristik kondisi penyerta/penyakit komorbid lainnya  3) Mengetahui perbandingan angka kematian kasus konfirmasi dengan angka kematian dengan COVID-19 sebagai penyebab kematian (cause of death).  4) Mengetahui kapasitas fasyankes dan dapat digunakan untuk menghitung perencanaan logistik harian dan mingguan seperti APD, beban perawatan, bed occupancy rate (BOR), tenaga kesehatan dan lain-lain.  5) Melakukan analisis data yang akan menjadi bahan untuk melakukan audit kinerja fasyankes, termasuk penerapan PPI dan SOP tata laksana medis.
  • 74. Dinas Kesehatan (Kabupaten/Kota/Provinsi): analisis digunakan untuk mengetahui keberhasilan pengendalian COVID-19 di level kabupaten/kota maupun provinsi sesuai dengan indikator yang ditentukan oleh Kementerian Kesehatan melalui pedoman ini, selain itu bermanfaat untuk: 1. Mengetahui proyeksi perkembangan kasus COVID-19 di wilayah 2. Mengetahui laju perkembangan jumlah kasus suspek/probable/konfirmasi sekaligus suspek discarded menurut satuan waktu (harian dan mingguan) dan menurut wilayahnya 3. Mengetahui perkembangan dan distribusi kasus konfirmasi berdasarkan waktu (tanggal onset, tanggal pengambilan spesimen, tanggal pelaporan), orang (umur, jenis kelamin), dan tempat (wilayah provinsi, kabupaten/kota, kecamatan/puskesmas), sehingga dapat diketahui
  • 75. 4. Mengetahui perkembangan kasus konfirmasi menurut gejala/tanda, karakteristik kondisi penyerta/penyakit komorbid lainnya 5. Mengetahui perbandingan angka kematian kasus konfirmasi dengan angka kematian dengan COVID-19 sebagai penyebab kematian (cause of death) 6. Mengetahui perkembangan kasus konfirmasi menurut faktor risiko (pelaku perjalanan/importasi, kontak erat, tanpa riwayat perjalanan/kontak) 7. Mengetahui perkembangan kontak erat yang sedang dipantau, proporsi kontak erat yang menjadi suspek/probable, proporsi kontak erat yang menjadi konfirmasi, kontak erat discarded dan mangkir dari pemantauan
  • 76.
  • 77.
  • 78.
  • 79.
  • 80. UKURAN-UKURAN EPIDEMIOLOGI (1) Contoh proporsi : Penduduk wanita = 30 org Penduduk laki-laki = 50 org Proporsi penduduk wanita : 30 x 100 = 37,5% 30 + 50 Proporsi penduduk laki-laki = 62,5%
  • 81. UKURAN-UKURAN EPIDEMIOLOGI (2) 2. Rate : Adalah perbandingan antara jumlah kejadian terhadap jumlah penduduk yang mempunyai risiko terhadap kejadian tersebut yang menyangkut interval waktu tertentu. Rate untuk menyatakan dinamika atau kecepatan kejadian dalam suatu populasi masyarakat tertentu.
  • 82. UKURAN-UKURAN EPIDEMIOLOGI (3) Rate : X = Jumlah kejadian tertentu yang terjadi dalam kurun waktu tertentu Y= Jumlah penduduk yang mempunyai risiko mengalami kejadian tertentu dalam kurun waktu tertentu (pop.at risk) K= Konstanta (angka dasar) Contoh : Kasus DBD tahun 2005 di kota A = 400 Penduduk kota A th. 2005 = 30.000 I.R = 400 X 1000 = 13,3 /1000 penduduk. 30.000
  • 83. UKURAN-UKURAN EPIDEMIOLOGI (3) Rate : X = Jumlah kejadian tertentu yang terjadi dalam kurun waktu tertentu Y= Jumlah penduduk yang mempunyai risiko mengalami kejadian tertentu dalam kurun waktu tertentu (pop.at risk) K= Konstanta (angka dasar) Contoh : Kasus Covid 19 tahun 2020 di kota A = 400 Penduduk kota A th. 2020 = 30.000 A.R = 400 X 1000 = 13,3 /1000 penduduk. 30.000
  • 84. UKURAN-UKURAN EPIDEMIOLOGI (4) 3. RATIO : Merupakan perbandingan antara 2 kejadian atau 2 hal antara numerator dan denominator tidak ada sangkut pautnya. Misal : Sek ratio DKI Jakarta Laki-laki = 40 Perempuan = 60 Laki-laki : Perempuan = 1 : 1,5 Populasi proporsi sakit Covid -19 = 100 Populasi proporsi tidak sakit Covid -19 =1000 Relative Risk = 100/1000 = 1/10 = 0,1
  • 85. UKURAN-UKURAN EPIDEMIOLOGI (4) 4. Insidens Rate: Incidence pada periode singkat dan terbatas (epidemi) disebut : Attack Rate (dalam persen)
  • 86. UKURAN-UKURAN EPIDEMIOLOGI (4) 4. Insidens Rate: Incidence pada periode singkat dan terbatas (epidemi) disebut : Attack Rate (dalam persen)
  • 87. UKURAN-UKURAN EPIDEMIOLOGI (5) 5. Prevalence Rate: 6. Ukuran Kematian : a. Angka Kematian Kasar (Crude Death Rate atau CDR) b. Angka Kematian menurut kelompok umur (ASDR) c. Angka kematian karena penyakit tertentu (CSDR) d. Case Fatality Rate (CFR) = Jml.Kematian/Jml.Kasus x 100%