Penyakit menular adalah penyakit yang dapat ditularkan atau berpindah dari orang yang sakit ke orang yang sehat atau belum terkena penyakit menular tersebut. Penularan penyakit tersebut dapat terjadi baik melalui perantara maupun secara langsung.
Berikut ini beberapa daftar penyakit menular yang dapat kami rangkum untuk anda :
1. Influenza
Influenza atau yang lebih umum dikenal dengan flu adalah penyakit menular yang paling umum diderita oleh orang-orang. Influenza ini disebabkan oleh virus. Virus influenza adalah virus yang setiap waktunya bermutasi, sehingga sistem imunitas tubuh sulit mendeteksi virus yang satu ini. Karena sulitnya sistem imun tubuh mendeteksi virus influenza ini, maka tubuh cenderung lebih mudah terkena flu. Bahkan tubuh dapat beberapa kali terkena flu dalam waktu yang berdekatan.
Media Penularan
Flu dapat ditularkan melalui sistem pernapasan juga melalui air ludah. Maka jika kita berdekatan dengan orang yang sedang flu, kemungkinan kita tertular flu sangatlah besar. Perantara udara adalah media penularan flu yang paling cepat.
Cara Pencegahan
Menjaga daya tahan tubuh agar tidak mudah terserang virus. Misalnya dengan makan teratur, istirahat yang cukup, minum air putih sesuai kebutuhan, berolah raga, dan memiliki gaya hidup yang sehat.Selain itu, menjaga daya tahan tubuh juga dapat juga didukung dengan asupan vitamin terutama Vitamin C yang bisa didapatkan di buah-buahan maupun vitamin yang dijual di toko-toko.
Pencegahan lainnya adalah dengan menggunakan masker ditempat umum, terutama bagi yang menderita influenza.
2. Tuberkulosis (TBC)
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh bakteri basil. Bakteri basil yang menginfeksi adalah bakteri basil yang sangat kuat. Akibtanya, akan membutuhkan waktu yang lama untuk mengobati penyakit ini. Bakteri ini 90% cenderung menginfeksi paru-paru jika dibandingkan dengan organ-organ lainnya pada tubuh manusia. Penyakit in
Penyakit menular adalah penyakit yang dapat ditularkan atau berpindah dari orang yang sakit ke orang yang sehat atau belum terkena penyakit menular tersebut. Penularan penyakit tersebut dapat terjadi baik melalui perantara maupun secara langsung.
Berikut ini beberapa daftar penyakit menular yang dapat kami rangkum untuk anda :
1. Influenza
Influenza atau yang lebih umum dikenal dengan flu adalah penyakit menular yang paling umum diderita oleh orang-orang. Influenza ini disebabkan oleh virus. Virus influenza adalah virus yang setiap waktunya bermutasi, sehingga sistem imunitas tubuh sulit mendeteksi virus yang satu ini. Karena sulitnya sistem imun tubuh mendeteksi virus influenza ini, maka tubuh cenderung lebih mudah terkena flu. Bahkan tubuh dapat beberapa kali terkena flu dalam waktu yang berdekatan.
Media Penularan
Flu dapat ditularkan melalui sistem pernapasan juga melalui air ludah. Maka jika kita berdekatan dengan orang yang sedang flu, kemungkinan kita tertular flu sangatlah besar. Perantara udara adalah media penularan flu yang paling cepat.
Cara Pencegahan
Menjaga daya tahan tubuh agar tidak mudah terserang virus. Misalnya dengan makan teratur, istirahat yang cukup, minum air putih sesuai kebutuhan, berolah raga, dan memiliki gaya hidup yang sehat.Selain itu, menjaga daya tahan tubuh juga dapat juga didukung dengan asupan vitamin terutama Vitamin C yang bisa didapatkan di buah-buahan maupun vitamin yang dijual di toko-toko.
Pencegahan lainnya adalah dengan menggunakan masker ditempat umum, terutama bagi yang menderita influenza.
2. Tuberkulosis (TBC)
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh bakteri basil. Bakteri basil yang menginfeksi adalah bakteri basil yang sangat kuat. Akibtanya, akan membutuhkan waktu yang lama untuk mengobati penyakit ini. Bakteri ini 90% cenderung menginfeksi paru-paru jika dibandingkan dengan organ-organ lainnya pada tubuh manusia. Penyakit in
Untuk memenuhi salah satu tugas KKN-DR Kelompok 130 Universitas Islam Negeri Sumatera Utara. Buku saku ini berisi mengenai informasi Rapid test dan Swab test - PCR, mengenai pengertian, sampel, proses, kegunaan, cara kerja, metode serta akurasinya. Dan siapa saja yang harus ikut test covid19, serta apa saja yang dilakukan jika positif atau negatif covid19. Semoga bermanfaat.
dalam rangka percepatan penanganan covid-19, maka upaya yg harus terus di tingkatkan adalah TRACING, TESTING DAN TREATMENT, agar dapat memutus mata rantai penularan. maka dari itu slide ini mengajak kita melihat kembali bagaimana upaya kita dalam berkontribusi agar pandemi dapat segera berakhir
PAPER KIMIA LINGKUNGAN MENINGKATNYA GAS RUMAH KACA IMPLIKASI DAN SOLUSI BAGI ...muhammadnoorhasby04
Gas rumah kaca memainkan peran penting dalam mempengaruhi iklim Bumi melalui mekanisme efek rumah kaca. Fenomena ini alami dan esensial untuk menjaga suhu Bumi tetap hangat dan layak huni. Namun, peningkatan konsentrasi gas rumah kaca akibat aktivitas manusia, seperti pembakaran bahan bakar fosil, deforestasi, dan praktik pertanian intensif, telah memperkuat efek ini, menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim yang signifikan.Pemanasan global membawa dampak luas pada berbagai aspek lingkungan, termasuk suhu rata-rata global, pola cuaca, kenaikan permukaan laut, serta frekuensi dan intensitas fenomena cuaca ekstrem seperti badai dan kekeringan. Dampak ini juga meluas ke ekosistem alami, menyebabkan gangguan pada habitat, distribusi spesies, dan interaksi ekologi, yang berdampak pada keanekaragaman hayati.
Untuk mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh peningkatan gas rumah kaca dan perubahan iklim, upaya mitigasi dan adaptasi menjadi sangat penting. Langkah-langkah mitigasi meliputi transisi ke sumber energi terbarukan, peningkatan efisiensi energi, dan pengelolaan lahan yang berkelanjutan. Di sisi lain, langkah-langkah adaptasi mencakup pembangunan infrastruktur yang tahan terhadap cuaca ekstrem, pengelolaan sumber daya air yang lebih baik, dan perlindungan terhadap wilayah pesisir.Selain itu, mengurangi konsumsi daging, memanfaatkan metode kompos, dan pembangunan infrastruktur yang tahan terhadap perubahan iklim adalah beberapa tindakan konkret yang dapat diambil untuk mengurangi dampak gas rumah kaca.Dengan pemahaman yang lebih baik tentang mekanisme dan dampak dari efek rumah kaca, serta melalui kolaborasi global yang kuat dan langkah-langkah konkret yang efektif, kita dapat melindungi planet kita dan memastikan kesejahteraan bagi generasi mendatang.
Untuk memenuhi salah satu tugas KKN-DR Kelompok 130 Universitas Islam Negeri Sumatera Utara. Buku saku ini berisi mengenai informasi Rapid test dan Swab test - PCR, mengenai pengertian, sampel, proses, kegunaan, cara kerja, metode serta akurasinya. Dan siapa saja yang harus ikut test covid19, serta apa saja yang dilakukan jika positif atau negatif covid19. Semoga bermanfaat.
dalam rangka percepatan penanganan covid-19, maka upaya yg harus terus di tingkatkan adalah TRACING, TESTING DAN TREATMENT, agar dapat memutus mata rantai penularan. maka dari itu slide ini mengajak kita melihat kembali bagaimana upaya kita dalam berkontribusi agar pandemi dapat segera berakhir
PAPER KIMIA LINGKUNGAN MENINGKATNYA GAS RUMAH KACA IMPLIKASI DAN SOLUSI BAGI ...muhammadnoorhasby04
Gas rumah kaca memainkan peran penting dalam mempengaruhi iklim Bumi melalui mekanisme efek rumah kaca. Fenomena ini alami dan esensial untuk menjaga suhu Bumi tetap hangat dan layak huni. Namun, peningkatan konsentrasi gas rumah kaca akibat aktivitas manusia, seperti pembakaran bahan bakar fosil, deforestasi, dan praktik pertanian intensif, telah memperkuat efek ini, menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim yang signifikan.Pemanasan global membawa dampak luas pada berbagai aspek lingkungan, termasuk suhu rata-rata global, pola cuaca, kenaikan permukaan laut, serta frekuensi dan intensitas fenomena cuaca ekstrem seperti badai dan kekeringan. Dampak ini juga meluas ke ekosistem alami, menyebabkan gangguan pada habitat, distribusi spesies, dan interaksi ekologi, yang berdampak pada keanekaragaman hayati.
Untuk mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh peningkatan gas rumah kaca dan perubahan iklim, upaya mitigasi dan adaptasi menjadi sangat penting. Langkah-langkah mitigasi meliputi transisi ke sumber energi terbarukan, peningkatan efisiensi energi, dan pengelolaan lahan yang berkelanjutan. Di sisi lain, langkah-langkah adaptasi mencakup pembangunan infrastruktur yang tahan terhadap cuaca ekstrem, pengelolaan sumber daya air yang lebih baik, dan perlindungan terhadap wilayah pesisir.Selain itu, mengurangi konsumsi daging, memanfaatkan metode kompos, dan pembangunan infrastruktur yang tahan terhadap perubahan iklim adalah beberapa tindakan konkret yang dapat diambil untuk mengurangi dampak gas rumah kaca.Dengan pemahaman yang lebih baik tentang mekanisme dan dampak dari efek rumah kaca, serta melalui kolaborasi global yang kuat dan langkah-langkah konkret yang efektif, kita dapat melindungi planet kita dan memastikan kesejahteraan bagi generasi mendatang.
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...d1051231072
Lahan gambut adalah salah satu ekosistem penting di dunia yang berfungsi sebagai penyimpan karbon yang sangat efisien. Di Asia Tenggara, lahan gambut memainkan peran krusial dalam menjaga keseimbangan ekologi dan ekonomi. Namun, seiring dengan meningkatnya tekanan terhadap lahan untuk aktivitas pertanian, perkebunan, dan pembangunan infrastruktur, degradasi lahan gambut telah menjadi masalah lingkungan yang signifikan. Degradasi lahan gambut terjadi ketika lahan tersebut mengalami penurunan kualitas, baik secara fisik, kimia, maupun biologis, yang pada akhirnya mengakibatkan pelepasan karbon dalam jumlah besar ke atmosfer.
Lahan gambut di Asia Tenggara, khususnya di negara-negara seperti Indonesia dan Malaysia, menyimpan cadangan karbon yang sangat besar. Diperkirakan bahwa lahan gambut di wilayah ini menyimpan sekitar 68,5 miliar ton karbon, yang jika terlepas, akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap emisi gas rumah kaca global.
Analisis Konten Pendekatan Fear Appeal dalam Kampanye #TogetherPossible WWF.pdfBrigittaBelva
Berada dalam kerangka Mata Kuliah Riset Periklanan, tim peneliti menganalisis penggunaan pendekatan "fear appeal" atau memicu rasa takut dalam kampanye #TogetherPossible yang dilakukan oleh World Wide Fund (WWF) untuk mengedukasi masyarakat tentang isu lingkungan.
Analisis dilakukan dengan metode kualitatif, meliputi analisis konten media sosial WWF, observasi, dan analisis naratif. Tidak hanya itu, penelitian ini juga memberikan strategi nyata untuk meningkatkan keterlibatan dan dampak kampanye serupa di masa depan.
Studi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap Ekosistemd1051231041
Pirit merupakan zat di dalam tanah yang terbawa karena adanya arus pasang surut. Zat ini dapat membahayakan ekosistem sekitar apabila mengalami reaksi oksidasi dan penyebab utama mengapa tanah menjadi masam, karena mengandung senyawa besi dan belerang. Studi kasus ini bertujuan untuk menganalisis pembentukan, dampak, peran, pengaruh, hingga upaya pengelolaan lingkungan yang dapat dilakukan guna mengatasi masalah ekosistem yang terjadi.
Hasil dari #INC4 #TraktatPlastik, #plastictreaty masih saja banyak reaksi ketidak puasan, tetapi seluruh negara anggota PBB bertekad melanjutkan putaran negosiasi
berikutnya: #INC5 di bulan November 2024 di Busan Korea Selatan
Cerita sukses desa-desa di Pasuruan kelola sampah dan hasilkan PAD ratusan juta adalah info inspiratif bagi khalayak yang berdiam di perdesaan
.
#PartisipasiASN dalam #bebersihsampah nyata biarpun tidak banyak informasinya
2. Setelah mengikuti materi ini, peserta
mampu melakukan surveilans dan
penyelidikan epidemiologi COVID-19
3. Setelah mengikuti materi ini peserta mampu :
1. Menjelaskan Definisi Operasional Terkait Covid -
19
2. Menjelaskan kegiatan surveilans dan karantina.
3. Menjelaskan deteksi dini dan respon.
4. Menjelaskan penyelidikan epidemiologi.
5. Melakukan pelacakan kontak erat-SILACAK
6. Melakukan pencatatan dan pelaporan.
4. Sumber: EPI WIN,WHO
Demam
Batuk
Lemah /
kelelahan
Sakit kepala
Mata merah/radang
Hilang perasa/pembau
Tenggorokan nyeri
Badan terasa sakit
Diare
80%PADA UMUMNYA GEJALA RINGAN-
SEDANG
15%GEJALA BERAT
Kasus berat dan kematian meningkat pada orang yang
dengan kondisi penyerta:
P.Jantung, DM Penyakit Paru Kronis, Hipertensi, Kanker,
usia >60 tahun
SARS-CoV-2 adalah virus jenis baru yang belum
pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia
dan menyebabkan Coronavirus Disease 2019
(COVID-19)
5% MEMBUTUHKAN PERAWATAN ICU
(KRITIS)
5. • Droplet: partikel ludah
berukuran >5 um
• Ditularkan melalui:
a. Kontak langsung
b. Kontak tidak langsung
• Airborne : jika dilakukan
prosedur penghasil aerosol
intubation, C
P
R
,
nebulasi.
Menjadi dasar upaya pencegahan: menggunakan masker,
jaga jarak, dan cuci tangan.
6. • Permukaan:
a. Plastik: 5 hari
b. Kayu: 4 hari
c. Stainless steel: 48 jam
d. Kertas: 4-5 hari
e. Kaca: 4 hari
• Penting untuk melakukan disinfeksi pada
permukaan yang sering disentuh oleh orang
• Cuci tangan: air dan sabun, atau hand-sanitizer berbasis
alcohol.
Sumber: EPI WIN,WHO
7.
8.
9.
10. PENGGUNAAN RDT-AG
•NAAT merupakan golden standard diagnosis COVID-19
RDT-Ag dapat digunakan untuk pelacakan kontak, penegakan diagnosis, dan skrining
COVID-19 dalam kondisi tertentu
Kondisi tertentu diantaranya: keterbatasan akses terhadap NAAT serta kecepatan waktu
pemeriksaan NAAT, dan kondisi tertentu lainnya seperti peningkatan kasus yang cukup
signifikan sesuai self assessment dinkes kabupaten/kota atau dinkes provinsi
Pemeriksaan dengan RDT-Ag optimal dilakukan pada fase akut (dalam waktu 7 hari pertama sejak
onset gejala). Performa RDT-Ag semakin menurun setelah fase akut dilalui.
11. KRITERIA PENGGUNAAN RDT -AG
Kecepatanpemeriksaan
(Dihitung sejak sampel diterima laboratorium sampai hasil keluar)
Waktu tunggu ≤ 24jam Waktu tunggu24-48 jam Waktu tunggu > 48 jam
Akses terhadap
NAAT
(Dihitung sejak
pengambilan sampel
ampai sampelditerima
laboratorium)
Waktupengiriman
≤ 24 jam
Kriteria A KriteriaB KriteriaB
Pelacakankontak dan
penegakan diagnosis:
NAAT.
Skrining: RDT-Agkonfirmasi
denganNAAT.
Pelacakankontak, penegakan
diagnosis,danskrining:
RDT-Ag
konfirmasidenganNAAT.
Pelacakankontak,
penegakan diagnosis,dan
skrining:
RDT-Ag
konfirmasidenganNAAT.
g
Waktupengiriman
>24 jam
KriteriaB KriteriaB Kriteria C
Pelacakankontak,
penegakan diagnosis,dan
skrining:
RDT-Ag
konfirmasidenganNAAT.
Pelacakankontak,
penegakan diagnosis,dan
skrining:
RDT-Ag
konfirmasidenganNAAT.
Pelacakankontak, penegakan
diagnosis, danskrining:
RDT-Ag.
12. A. Orang yang memenuhi salah satu kriteria klinis:
1) Demam akut dan batuk; atau
2) Minimal 3 gejala berikut: demam, batuk, lemas,
sakit kepala, nyeri otot, nyeri tenggorokan,
pilek/hidung tersumbat, sesak napas,
anoreksia/mual/muntah, diare, atau
penurunan kesadaran; atau
3) Pasien dengan ISPA (Infeksi Saluran
Pernapasan Akut) berat dengan riwayat
demam/demam (> 38°C) dan batuk yang
terjadi dalam 10 hari terakhir, serta
membutuhkan perawatan rumah sakit; atau
4) Anosmia (kehilangan penciuman) akut tanpa
penyebab lain yang teridentifikasi; atau
5) Ageusia (kehilangan pengecapan) akut tanpa
penyebab lain yang teridentifikasi.
KASUS SUSPEK
B. Seseorang yang memiliki riwayat kontak dengan
kasus probable/konfirmasi COVID-19/kluster
COVID-19 dan memenuhi kriteria klinis pada
huruf A.
C. Seseorang dengan hasil pemeriksaan Rapid
Diagnostic Test Antigen (RDT-Ag) positif sesuai
dengan penggunaan RDT-Ag pada kriteria
wilayah A dan B, dan tidak memiliki gejala serta
bukan merupakan kontak erat (Penggunaan
RDT-Ag mengikuti ketentuan yang berlaku).
13. Kasus suspek yang meninggal dengan
gambaran klinis meyakinkan COVID-19 dan
memiliki salah satu kriteria sebagai berikut:
a. Tidak dilakukan pemeriksaan
laboratorium Nucleic Acid Amplification
Test (NAAT) atau RDT-Ag; atau
b. Hasil pemeriksaan laboratorium NAAT/
RDT-Ag tidak memenuhi kriteria kasus
konfirmasi maupun bukan COVID-19
(discarded).
KASUS PROBABLE
Orang yang memenuhi salah satu kriteria
berikut:
a. Seseorang dengan pemeriksaan
laboratorium NAAT positif.
b. Memenuhi kriteria kasus suspek atau
kontak erat dan hasil pemeriksaan RDT-
Ag positif di wilayah sesuai penggunaan
RDT- Ag pada kriteria wilayah B dan C.
c. Seseorang dengan hasil pemeriksaan
RDT-Ag positif sesuai dengan
penggunaan RDT-Ag pada kriteria wilayah
C.
KASUS TERKONFIRMASI
14. Seseorang dengan status kasus suspek atau kontak erat DAN hasil pemeriksaan
laboratorium NAAT 2 kali negatif.
Seseorang dengan status kasus suspek atau kontak erat DAN hasil pemeriksaan
laboratorium RDT-Ag negatif diikuti NAAT 1 kali negatif sesuai penggunaan RDT-Ag
pada kriteria B.
Seseorang dengan status kasus suspek atau kontak erat DAN hasil pemeriksaan
laboratorium RDT-Ag 2 kali negatif sesuai penggunaan RDT-Ag pada kriteria C.
Orang tidak bergejala (asimtomatik) DAN bukan kontak erat DAN hasil pemeriksaan
RDT-Ag positif diikuti NAAT 1x negatif sesuai penggunaan RDT-Ag pada kriteria A
dan B.
Orang tidak bergejala (asimtomatik) DAN bukan kontak erat DAN hasil pemeriksaan
RDT-Ag negatif.
DISCARDED
15. Kriteria selesai isolasi dan sembuh pada kasus terkonfirmasi COVID-19
menggunakan gejala sebagai patokan utama:
1. Pada kasus terkonfirmasi yang tidak bergejala (asimtomatik), isolasi dilakukan
selama sekurang-kurangnya 10 hari sejak pengambilan spesimen diagnosis
konfirmasi.
2. Pada kasus terkonfirmasi yang bergejala, isolasi dilakukan selama 10 hari sejak
muncul gejala ditambah dengan sekurang-kurangnya 3 hari bebas gejala
demam dan gangguan pernapasan. Sehingga, untuk kasus-kasus yang
mengalami gejala selama 10 hari atau kurang harus menjalani isolasi selama
13 hari.
SEMBUH / SELESAI ISOLASI
16. Orang yang memiliki riwayat kontak dengan kasus probabel atau dengan kasus
terkonfirmasi COVID-19 dan memenuhi salah satu kriteria berikut:
Kontak tatap muka/berdekatan dengan kasus konfirmasi dalam radius 1 meter selama
15 menit atau lebih;
Sentuhan fisik langsung dengan pasien kasus konfirmasi (seperti bersalaman,
berpegangan tangan, dll);
Orang yang memberikan perawatan langsung terhadap kasus konfirmasi tanpa
menggunakan APD yang sesuai standar; ATAU
Situasi lainnya yang mengindikasikan adanya kontak berdasarkan penilaian risiko
lokal yang ditetapkan oleh tim penyelidikan epidemiologi setempat.
KONTAK ERAT
17.
18. Permenkes no.45 tahun 2014 : kegiatan pengamatan yang sistematis dan
terus menerus thd data dan informasi ttg kejadian penyakit dan masaah
kesehatan dan kondisi yg mempengaruhi terjadinya peningkatan dan
penularan penyakitat/masalah kesehatan utk memperoleh dan memberi
informasi guna mengarahkan tindakan pengendalian dan penanggulangan
secara efektif dan efisien.
Menurut WHO : Suatu proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan
interpretasi data kesehatan secara sistematis, terus menerus dan
penyebarluasan informasi kepada pihak terkait untuk melakukan
tindakan.
19. • Dalam waktu 24 jam, kasus terkonfirmasi harus segera memulai isolasi dan diwawancarai untuk mengidentifikasi
kontak erat.
• Dalam waktu 48 jam sejak kasus terkonfirmasi, kontak erat harus diwawancarai dan memulai karantina.
• Dalam waktu 72 jam sejak kasus terkonfirmasi, kontak erat harus dilakukan pemeriksaan dengan NAAT/RDT-Ag.
20. Prioritas pemeriksaan NAAT: probable, suspek, kontak erat, tenaga kesehatan, masyarakat yang tinggal di fasilitas
tertutup yang memiliki risiko penularan tinggi.
21. • Prioritas pemeriksaan NAAT: probable, suspek, kontak erat, tenaga kesehatan, masyarakat yang tinggal di
fasilitas tertutup yang memiliki risiko penularan tinggi.
• Pertimbangan DPJP diberikan untuk melakukan pemeriksaan selanjutnya setelah pemeriksaan kedua
22. Prioritas pemeriksaan NAAT: probable, suspek, kontak erat, tenaga kesehatan, masyarakat yang tinggal di
fasilitas tertutup yang memiliki risiko penularan tinggi.
23. ALUR PEMERIKSAAN,
PELACAKAN, KARANTINA DAN ISOLASI
• Dengan meningkatnya kapasitas pemeriksaan (baik
NAAT maupun RDT-Ag), hasil pemeriksaan dapat
digunakan untuk memperpendek masa karantina dan
isolasi.
• Setelah diidentifikasi, kontak erat (baik yang bergejala
maupun tidak) wajib diperiksa NAAT/RDT-Ag. Pada
kontak erat yang asimtomatik/ bergejala ringan,
dilakukan entry test saat memasuki karantina pada hari
pertama yang dilanjutkan dengan exit test pada hari
kelima.
• Jika hasilnya tetap negatif dan selama karantina tidak
muncul gejala, maka karantina dinyatakan selesai.
• Kontak erat tetap diwajibkan melapor jika muncul gejala
atau gejala lebih parah sampai 14 hari terhitung sejak
tanggal dimulai karantina.
24. KETENTUAN PEMERIKSAAN DAN PELACAKAN
• Pemeriksaan dilakukan berdasarkan kriteria wilayah akses dan kecepatan
pemeriksaan NAAT. Laju pemeriksaan harus ditingkatkan lebih dari 1 orang/1000
penduduk/minggu jika positivity rate masih tinggi.
• Prioritas Pemeriksaan Deteksi:
1. kasus suspek
2. kontak erat
3. tenaga kesehatan, dan
4. masyarakat yang tinggal di fasilitas tertutup yang memiliki risiko penularan
tinggi (tempat dengan kondisi jarak yang berdekatan seperti asrama, panti,
lapas, rutan, dan tempat pengungsian).
• Puskesmas dan jejaringnya melakukan pelacakan (tracing) terhadap kontak erat dari
kasus konfirmasi positif COVID-19. Dalam melaksanakan pelacakan, Puskesmas dan
jejaringnya dapat melibatkan tracer dari tenaga kesehatan maupun non-kesehatan
(kader, TNI dan POLRI atau komponen masyarakat lainnya yang telah memperoleh
OJT dari Puskesmas).
25. Kategori No Tujuan Target Strategi Testing Frekuensi
Passive case
finding
Diagnostik Orang bergejala (suspek)
Testing
individual
Setiap
diperlukan
Active case
finding
Pelacakan
kontak erat
(contact
tracing)
1. Kontak erat dari suspek
yang positif
2. Kontak erat dari
kategori Hitam
(PeduliLindungi,
notifikasi WA,
dashboard
SekolahAman)
3. Kontak erat dari kasus
positif hasil survei
berkala
Testing
individual
(entry dan exit
test)
Setiap
diperlukan
Survei
berkala
Sampel
Testing
individual
Rutin minimal
1x per bulan
1
2
3
26. 26
Sasaran
- 10% satpen yang melaksanakan PTM
- 30 orang siswa dan 3 PTK untuk satpen dengan jumlah siswa yang mengikuti PTM ≤ 300 orang
ATAU
10% siswa dan PTK dari satpen untuk satpen dengan jumlah siswa yang mengikuti PTM > 300
orang
- Sampling ditentukan oleh Disdik dan Kantor/Kanwil Kemenag Kab/Kota & Provinsi bersama
dengan Dinkes
Frekuensi
- 1 bulan sekali
- Satpen yang sudah pernah terpilih sebagai sampling tidak diikutsertakan lagi pada sampling
bulan berikutnya, kecuali Satpen dengan positivity rate >5%
Metode
Pemeriksaan
- Diutamakan dengan PCR
- RDT Antigen dapat digunakan untuk daerah yang terbatas akses PCR nya (waktu pengiriman
sampel dan waktu tunggu keluarnya hasil pemeriksaan).
Pengambilan
Sampel
- Dilakukan oleh swabber Puskesmas pembina Satpen
- Dapat dilakukan beberapa kali dalam kurun waktu 1 bulan tergantung pada jumlah sampel,
kapasitas petugas swabber dan laboratorium pemeriksa.
Lab Pemeriksa
Disepakati bersama antara Dinkes dan laboratorium pembina wilayah
berdasarkan Daftar Laboratorium Pemeriksa sesuai area/wilayah kerja
Pencatatan Dan
Pelaporan
- NAR
- SILACAK
- Google Form link: https://link.kemkes.go.id/surveiPTM
27. 27
Strategi pemilihan sampel satuan pendidikan dan warga satuan pendidikan
1 2 3 4
Minimal 10% satpen
dari total satpen yang
melaksanakan PTM
- 30 orang siswa dan 3 PTK
(jika jumlah siswa dan PTK
PTM ≤ 300 orang)
ATAU
- 10% siswa dan PTK (jika
jumlah siswa dan PTK
PTM > 300 orang)
Swab PCR
Metode tes
individual atau
pooled test
Jumlah satpen di
tingkat kab/kota
yang melaksanakan
PTM
Sampling satpen
didistribusikan secara
proporsional ke
kecamatan berdasarkan
proporsi sekolah
Random Sampling:
Identifikasi Sasaran
Sampling Kecamatan
Stratified Random Sampling Testing
Sampling Individu
Contoh perhitungan sekolah di suatu kecamatan
• Hasil perhitungan di Jakarta Timur terdapat 260 sekolah, maka target sampel di Jaktim adalah 26 sekolah (10%).
• Proporsi sekolah di Kec. Duren Sawit adalah 16% dari total sekolah di Jakarta Timur, maka jumlah sekolah yang
terpilih sebagai sampel di Kec. Duren Sawit adalah 16% dari 26 = 4 sekolah.
• Siswa dan PTK yang akan diperiksa di Kec. Duren Sawit adalah 33 per sekolah = 132 orang
28. 28
Aspek Pengaturan
Otoritas
Penghentian sementara dan pembukaan kembali PTM ditetapkan oleh Pemda, Kanwil
Kemenag Provinsi, atau Kantor Kemenag Kab/Kota (sesuai kewenangannya),
berdasarkan informasi dari:
1. satuan tugas penanganan COVID-19 setempat,
2. fasilitas layanan kesehatan; dan/atau
3. dinas kesehatan
Penghentian
sementara PTM
Penghentian PTM Total pada Satuan
Pendidikan
Penghentian PTM Parsial pada
Rombongan Belajar Terpapar
Kriteria
Jika ditemukan kasus konfirmasi dan:
1. terjadi klaster satuan pendidikan; atau
2. positivity rate > 5%
(ditentukan oleh dinas kesehatan
berdasarkan hasil surveilans)
Jika ditemukan kasus konfirmasi dan:
1. Bukan klaster satuan pendidikan;
atau
2. positivity rate < 5%
(ditentukan oleh dinas kesehatan
berdasarkan hasil surveilans)
Durasi paling singkat 5 x 24 jam
Pembukaan
kembali PTM
Kriteria:
1. penerapan protokol kesehatan dan daftar periksa siap untuk dilaksanakan; dan
2. warga satuan pendidikan yang terkonfirmasi dan kontak erat sudah tertangani
29. Disdik dan
Kantor/Kanwil
Kemenag
Kab/Kota &
Provinsi
Dinkes
Kab/Kota
(dgn melibatkan
Dinkes Prov)
Lab Pemeriksa
Puskesmas
Satuan
Pendidikan
29
Pembagian tugas dan tanggung jawab
*) Data:
• Jumlah total SatPen per kecamatan per jenjang
• Jumlah total SatPen PTM Terbatas per kecamatan per jenjang
• Jumlah total warga (PTK, peserta didik) di SatPen PTM Terbatas per kecamatan per jenjang
Penghitungan kebutuhan
reagen dan logistik lab
Penyediaan data* SatPen
dan warga SatPen
Penentuan dan
penyampaian nama
SatPen sampling
Sosialisasi internal dan
permintaan izin
orangtua (khusus anak
<18 tahun)
- Identifikasi dan penugasan
Puskesmas wilayah kerja SatPen
sbg swabber dan PJ TLI
- Distribusi VTM
Penyiapan lokasi, izin
pengambilan spesimen,
detail data subjek yang
diambil spesimen
Rekap data, input NAR,
dan pengiriman
spesimen
Pengujian spesimen,
input hasil NAR
Analisis laporan hasil uji
spesimen. Jika ada KK:
instruksi ke Puskesmas utk
TLI dan rekomendasi
penutupan sementara PTM
Persiapan dan
pelaksanaan
TLI jika ada KK
Fasilitasi
pelaksanaan
TLI
Analisis laporan hasil uji
spesimen dan penutupan
sementara PTM jika ada KK
1
2
2
3
4
5
6
7
8
8
9
9
TLI: Tes, lacak, dan isolasi
KK: Kasus konfirmasi
NAR: new all records
Input hasil
contact tracing
ke SILACAK
10
- Penghitungan sampling:
10% SatPen PTM, 10%
siswa dan PTK per SatPen
- Penghitungan kebutuhan
VTM
Penyiapan VTM, logistik,
jadwal, dan pengambilan
spesimen
Satpen: Satuan Pendidikan
PTM: Pembelajaran Tatap Muka
PTK: Pendidik dan Tenaga Kependidikan
VTM: viral transport medium
30. Aspek Pemantauan Internal oleh Satuan Pendidikan Pemantauan Eksternal
Pelaksana Satgas COVID19 Satuan Pendidikan Puskesmas
Waktu/frekuensi 1x seminggu 1x/bulan, bersamaan dengan pelaksanaan survei pemantauan PTM
Objek pemantauan • Satuan pendidikan yang dipantau adalah setiap satuan
pendidikan yang telah menyelenggarakan PTM
• Aspek pemantauan: 1) kepatuhan individu, 2)
kepatuhan institusi
• Titik pemantauan: 15 titik fasilitas di satuan pendidikan
(pintu gerbang, pintu masuk kelas, ruang kelas/belajar,
ruang guru, kantin, lapangan, mushola/masjid, tempat
ibadah lainnya, perpustakaan, ruang olahraga, taman,
aula, lab, kamar asrama, dapur umum, lainnya)
• Satuan pendidikan yang dipantau sama dengan satuan pendidikan
yang terpilih sebagai sampling survei pemantauan PTM pada bulan
tersebut
• Aspek pemantauan: kepatuhan individu dalam 1) pemakaian
masker dengan benar, 2) cuci tangan pakai sabun/hand sanitizer,
dan 3) jaga jarak minimal 1,5 meter
• Titik pemantauan: 2 titik area, yaitu 1) ruang kelas dan 2) area
pintu gerbang atau area kantin/tempat istirahat (pilih salah satu)
• Jumlah individu dipantau: 10 orang di tiap titik pemantauan
Instrumen
surveilans
Daftar tilik pemantauan kepatuhan protokol kesehatan dan
pelaporan kasus di satuan pendidikan melalui aplikasi BLC
(Bersatu Lawan COVID)
Daftar tilik surveilans perilaku kepatuhan prokes di satuan pendidikan
Tindak Lanjut • Gambaran dan tren kepatuhan & pelanggaran prokes di
satuan pendidikan
• Pemenuhan standar prokes sesuai daftar tilik
• Gambaran dan tren kepatuhan & pelanggaran prokes di satuan
pendidikan
• Satuan pendidikan dengan kategori penerapan protokol kesehatan:
baik: apresiasi dan pembinaan rutin
buruk: asesmen kembali kesiapan satuan pendidikan dalam
penerapan protokol kesehatan dan penyelenggaraan PTM
30
31.
32. KETENTUAN KARANTINA/ISOLASI
Karantina/Isolasi Mandiri
Dapat dilakukan masing-masing jika memenuhi
syarat klinis dan syarat rumah.
Jika tidak memenuhi syarat rumah:
- Kontak erat/suspek yang tidak memerlukan
perawatan RS karantina shelter karantina
desa/kel.
- Kasus konfirmasi isolasi shelter isolasi desa/kel.
Karantina/Isolasi Terpusat
Karantina terpusat kontak erat/kasus suspek yang
tidak memerlukan perawatan RS termasuk kasus
dengan penyakit penyerta yang terkontrol dan yang
tidak memenuhi syarat klinis dan syarat rumah.
Isolasi terpusat kasus suspek yang memerlukan
perawatan RS/kasus konfirmasi COVID-19 tanpa
gejala dan gejala ringan yang tidak memenuhi syarat
klinis
33. PEMANTAUAN SELAMA
KARANTINA, ISOLASI, PASCA PERAWATAN
• Pemantauan kondisi pasien selama masa karantina dan isolasi mandiri akan
dilakukan oleh petugas puskesmas dan tracer di bawah koordinasi
Puskesmas.
• Jika selama pemantauan terjadi perburukan gejala, maka kasus dirujuk ke
rumah sakit.
• Pemantauan kondisi pasien selama masa karantina dan isolasi terpusat
dilakukan di bawah koordinasi Dinas Kesehatan dan Puskemas setempat.
• Pemantauan dapat dilakukan secara luring maupun secara daring.
• Seluruh proses pemantauan selama melakukan karantina dan isolasi mandiri
maupun terpusat serta perawatan RS wajib dicatat di formulir pemantauan
harian karantina dan isolasi pada aplikasi digital Silacak.
34.
35. PENGUATAN DETEKSI
AKSELERASI TES, LACAK, ISOLASI
35
1. Pelibatan elemen masyarakat
(Babinsa/Bhabinkamtibmas, kader,
PKK, relawan mahasiswa,
Pramuka dan lainnya) sebagai
tracer COVID-19.
2. Pelatihan bagi petugas pelacakan
kontak.
3. Komunikasi risiko bagi
masyarakat untuk mendukung
kegiatan pelacakan
4. Penggunaan aplikasi SILACAK
untuk pelacakan kontak
penginputan data ke SILACAK
harus dilakukan. Jika ada tenaga
penginput khusus agar
menggunakan akun puskesmas.
1. Meningkatkan akses,
kapasitas, dan efisiensi lab.
PCR meningkatkan
pemeriksaan kasus suspek
(pasien dengan gejala
COVID-19)
2. Penggunaan Rapid
Diagnostic Test Antigen
(RDT-Ag) dalam
pemeriksaan suspek, kontak
erat (bergejala/tidak
bergejala)
3. Entry-Exit Test untuk
mendeteksi kasus lebih cepat
dan meningkatkan kepatuhan
karantina kegiatan testing
dilakukan setiap hari.
TES LACAK ISOLASI
1. Penyediaan tempat untuk
karantina/isolasi terpusat.
2. Pelibatan elemen masyarakat dalam
meningkatkan kepatuhan dan
pemantauan karantina dan isolasi
mandiri.
3. Mendorong pemberdayaan
masyarakat untuk mendukung
keberhasilan karantina dan isolasi.
4. Pemanfaatan layanan telemedicine
bagi pasien isolasi mandiri.
38. Dilakukan di fasyankes maupun di masyarakat.
Untuk menemukan adanya seseorang yang terindikasi
COVID-19 yang harus segera direspon.
Bentuk respon berupa verifikasi, notifikasi, rujukan kasus
dan respon penanggulangan
Bentuk kegiatan verifikasi adalah penyelidikan
epidemiologi. Sedangkan, kegiatan respon
penanggulangan antara lain identifikasi dan pemantauan
kontak, rujukan, komunikasi risiko dan pemutusan rantai
penularan.
39.
40.
41. Jika ditemukan satu kasus konfirmasi
COVID-19 di suatu daerah maka
dinyatakan sebagai KLB di daerah
tersebut.
42. Mengetahui karakteristik
epidemiologi
Mengidentifikasi faktor risiko
Mengidentifikasi kasus tambahan
Mengidentifikasi kontak erat
Memberikan rekomendasi upaya
penanggulangan
1
2
3
4
5
Mengetahui
besar masalah
KLB dan
mencegah
penyebaran
yang lebih luas
45. TAHAPAN PE (KONFIRMASI AWAL KLB)
Petugas surveilans atau penanggung
jawab surveilans puskesmas/Dinas
Kesehatan melakukan konfirmasi awal
untuk memastikan adanya kasus
konfirmasi COVID-19 dengan cara
wawancara dengan petugas puskesmas
atau dokter yang menangani kasus.
46. TAHAPAN PE (PELAPORAN SEGERA)
Mengirimkan laporan W1 ke
Dinkes Kabupaten/Kota dalam
waktu <24 jam, kemudian
diteruskan oleh Dinkes
Kabupaten/Kota ke Provinsi dan
PHEOC.
47. a. Persiapan formulir penyelidikan
Formulir penyelidikan epidemiologi
menggunakan lampiran 6 sesuai dengan Pedoman
pencegahan dan pengendalian Covid -19 Revisi 5.
48. b. Persiapan tim
penyelidikan epidemiologi
Pelaksana Kegiatan APD yang digunakan
Petugas
investigas/TGC
Wawancara kasus
suspek atau
konfirmasi COVID-
19 maupun kontak
erat
Tidak perlu menggunakan APD jika
wawancara dilakukan melalui telepon.
Wawancara melalui telepon merupakan
metode yang disarankan
Wawancara
langsung dengan
kasus suspek atau
konfirmasi COVID-
19 tanpa melakukan
kontak langsung
Masker bedah.
Menjaga jarak minimal 1 meter
Wawancara harus dilakukan diluar rumah
atau di luar ruangan dan kasus suspek atau
konfirmasi COVID-19 menggunakan masker
bedah
Jaga kebersihan tangan
49. Pelaksana Kegiatan APD yang digunakan
Wawancara
langsung dengan
kasus suspek atau
konfirmasi COVID-
19 dengan
melakukan kontak
langsung
Masker bedah
Sarung tangan karet sekali pakai (jika harus
kontak dengan cairan tubuh pasien).
Menjaga jarak minimal 1 meter
Wawancara sebaiknya dilakukan di ruang
terbuka dan jika diperlukan untuk masuk ke
dalam rumah maka jaga jarak minimal 1
meter, jangan menyentuh apapun di dalam
rumah, dan cek suhu kontak erat untuk
memastikan tidak demam.
50. C. Persiapan logistik (termasuk APD) dan obat-obatan jika
diperlukan
1. Formulir pemantauan harian sebagaimana terlampir
2. Alat tulis
3. Termometer (menggunakan thermometer tanpa sentuh jika
tersedia)
4. Hand sanitizer (cairan untuk cuci tangan berbasis alkohol)
5. Informasi KIE tentang COVID-19
6. Panduan pencegahan penularan di lingkungan rumah
7. Panduan alat pelindung diri (APD) untuk kunjungan rumah
8. Daftar nomor-nomor penting
9. Masker bedah
10.Identitas diri maupun surat tugas
11.Alat komunikasi (grup Whatsapp dan lain-lain)
51. d. Penyelidikan Epidemiologi
(1. Identifikasi Kasus)
Identifikasi kasus berdasarkan
definisi operasional
Terdiri dari kasus suspek, probable
dan konfirmasi.
52. PELAKU PERJALANAN
KONTAK DENGAN KASUS
KONFIRMASI
KOMORBID
PEKERJAAN (NAKES DLL)
53. 1) Latar belakang dan tujuan
2) Metodologi
3) Hasil penyelidikan epidemiologi meliputi:
a) Data umum : data demografi, wilayah dll
b) Analisis kasus COVID-19 berupa gambaran karakteristik kasus
menurut variabel epidemiologi (waktu kejadian, tempat dan
orang)
c) Analisis faktor risiko
d) Analisis kontak kasus
e) Hasil pemeriksaan laboratorium
f) Upaya yang sudah dilakukan seperti tatalaksana
kasus,pemeriksaan laboratorium, tindakan pengendalian faktor
lingkungan dan sebagainya
4) Kesimpulan dan rekomendasi
54.
55. • Pelacakan kontakproses untuk mengidentifikasi, menilai dan
mengelola orang-orang yang berkontak dengan kasus
konfirmasi/probabel untuk memutus rantai transmisi dan mencegah
penularan lebih lanjut.
Gambaran jika
tidak dilakukan
pelacakan
kontak dan
karantina
56. Apakah Pelacakan Kontak
(Contact Tracing) ini adalah hal baru?
• Apakah hal yang baru? Tidak, kita sudah lama mempraktekkan
pelacakan kontak.
- KLB Polio cVDPV, 2019 : Yahukimo, 2 kasus tambahan adalah hasil
pelacakan kontakspesimen dari anak sehat.
- Kasus Difteri dan campak pelacakan kontak dilakukan untuk
menemukan kasus tambahan dan mencegah penularan lebih luas
• Sumber daya yang dibutuhkan: banyak tenaga, waktu, dan sumber
daya lainnya -
keuntungannya penularan berhenti, kasus
turun, kematian menurun.
57. Prinsip utama adalah dengan melaksanakan tahap berikut ini,
1. Identifikasi kontak erat
2. Pendataan
3. Karantina dan pemantauan harian selama 14 hari sejak kontak terakhir dengan kasus
konfirmasi/probabel
58.
59. Orang yang berkontak dengan kasus konfirmasi/probabel, dengan memenuhi kriteria berikut:
a) Bertemu/tatap muka dalam radius 1 meter dan ≥15 menit
b) Kontak fisik langsung (berjabat tangan, berpelukan dsb)
c) Memberikan perawatan langsung tanpa APD standar.
d) Situasi lain berdasarkan penilaian epidemiologis setempat.
Symptomatic: onset
Tak bergejala: hari
pengambilan swab yang
hasilnya positif
2 hari
2 hari 14 hari atau sampai kasus diisolasi
14 hari atau sampai kasus diisolasi
60. Tanggal 10 Feb 11 Feb 12 Feb ….Feb 26 Feb
Tempat yang
dikunjungi
Rumah A Restoran Sekolah Rumah Teman Puskesmas …. Dst
Kontak erat Nama A Nama C … … Dr.A …. Dst
Nama B Nama D … … Petugas loket ……. Dst
Nama C dst dst
9 Feb 10 Feb 11 Feb 12 Feb 13 Feb dst … … … … 26 Feb
2 hari sebelum onset 14 hari setelah onset atau sampai kasus diisolasi
Onset
61.
62. • Hubungi dan wawancara kepada kontak erat
• Langkah-langkahnya:
a) Wawancara (menggunakan telepon/WA, atau kunjungan langsung)
b) Informasikan tujuan pelacakan kontak.
c) Catat informasi dasar: nama, umur, alamat, nomer yang bisa dihubungi,tanggal
kontak terakhir dengan kasus
d) Sampaikan kepada kontak erat untuk melakukan :
i. Karantina mandiri
ii. Bahwa akan dilakukan pemantauan harian, dan untuk melaporkan jika muncul
gejala.
iii. dilakukan entri test dan menjadwalkan exit test dihari kelima
63. • Untuk seluruh petugas kesehatan penilaian dan monitoring secara rutin
• Petugas kesehatan yang masuk kriteria kontak erat, maka direkomendasikanuntuk:
i. Berhenti sementara
ii. Lakukan pemeriksaan swab
iii. Karantina selama 14 hari sejak paparan terakhir tanpa menggunakan APD yang cukup.
• Semua petugas kesehatan diharapkan untuk melakukan self-monitoring dan jika memiliki komorbid
untuk sebisa mungkin tidak merawat pasien COVID-19 secara langsung.
64. a) Petugas harus cukup sehat dan telah mendapatkan
pelatihan
b) Berkoordinasi dengan tokoh/pemerintah setempat
untuk menghindari adanya stigma dan diskriminasi
c) Supervisi berjenjang dari provinsi, kabupaten dan
puskesmas.
d) Lapor dan monitoring harian
e) Kontak erat yang telah selesai masa karantina
dapat diberikan surat penyataan selesai
pemantauan
Apa yang perlu
dimonitor? :
- Gejala
- Praktik
Karantina
65. • Karantina dilakukan selama 14 hari sejak kontak terakhir dengan kasus konfirmasi
atau probabel. Atau hingga hasil exit test di hari kelima negatif
• Contoh penghitungan:
a. Terakhir bertemu: 22 Agustus 2020
b. Baru terlacak sebagai kontak erat tanggal 28 Agustus 2020
c. Selama tanggal 22-28 Agustus kontak erat mengaku tidak memiliki gejala
d. Maka kontak erat harus melakukan karantina dan pemantauan harian sampai
tanggal 5 September 2020 bila tidak melakukan exit test
66.
67. • Utamakan wawancara melalui telepon/aplikasi pesan instan untuk
memperkecil risiko penularan.
• Jika harus bertemu langsung, lakukan di luar ruangan/tempat dengan
ventilasi baik/terbuka, jaga jarak minimal 1 meter, gunakan APD yang
sesuai (masker dan pelindung wajah(jika tersedia)), dan pastikan orang
yang diwawancara juga menggunakan masker/masker medis.
• Cuci tangan dengan sabun atau gunakan hand sanitizer sebelum dan
sesudah wawancara.
• Hindari untuk menyentuh barang-barang di sekitar kontak erat.
68. PEMANTAUAN SELAMA
KARANTINA
• Pemantauan kondisi pasien selama masa karantina akan dilakukan
oleh petugas puskesmas dan tracer di bawah koordinasi Puskesmas.
• Jika selama pemantauan terjadi perburukan gejala, maka kasus
dirujuk ke rumah sakit.
• Pemantauan kondisi pasien selama masa karantina dilakukan di
bawah koordinasi Dinas Kesehatan dan Puskemas setempat.
• Pemantauan dapat dilakukan secara luring maupun secara daring.
• Seluruh proses pemantauan selama melakukan karantina wajib dicatat
di formulir pemantauan harian karantina pada aplikasi digital
Silacak.
69. Dilakukan ketika penyelidikan sedang berlangsung.
Untuk mencegah terjadinya penyebaran penyakit kewilayah yang lebih luas.
Dilakukan berdasarkan pada hasil penyelidikan epidemiologi yang dilakukan
saat itu. Upaya tersebut dilakukan terhadap masyarakat maupun lingkungan,
antara lain dengan:
a) Menjaga kebersihan/higiene tangan, saluran pernapasan.
b) Sedapat mungkin membatasi kontak dengan kasus yang sedang diselidiki
dan bila tak terhindarkan buat jarak dengan kasus.
c) Asupan gizi yang baik guna meningkatkan daya tahan tubuh.
d) Apabila diperlukan untuk mencegah penyebaran penyakit dapat dilakukan
tindakan isolasi dan karantina.
e) Penggunaan APD sesuai risiko pajanan
70.
71. Mekanisme pencatatan dan pelaporan
pemeriksaan Corona Virus Disease 2019
(COVID-19) melalui RDT-Ag sama dengan
pemeriksaan NAAT yaitu aplikasi Allrecord-
TC19, melalui Allrecord-antigen.
73. Fasyankes (Rumah Sakit, Puskesmas, dan Fasyankes lain), analisis digunakan
untuk:
1) Mengetahui perkembangan jumlah kasus suspek/probable/konfirmasi
menurut satuan waktu (harian dan mingguan) dan menurut wilayahnya.
2) Mengetahui perkembangan kasus konfirmasi menurut gejala/tanda,
karakteristik kondisi penyerta/penyakit komorbid lainnya
3) Mengetahui perbandingan angka kematian kasus konfirmasi dengan
angka kematian dengan COVID-19 sebagai penyebab kematian (cause of
death).
4) Mengetahui kapasitas fasyankes dan dapat digunakan untuk menghitung
perencanaan logistik harian dan mingguan seperti APD, beban perawatan,
bed occupancy rate (BOR), tenaga kesehatan dan lain-lain.
5) Melakukan analisis data yang akan menjadi bahan untuk melakukan
audit kinerja fasyankes, termasuk penerapan PPI dan SOP tata laksana
medis.
74. Dinas Kesehatan (Kabupaten/Kota/Provinsi): analisis
digunakan untuk mengetahui keberhasilan pengendalian
COVID-19 di level kabupaten/kota maupun provinsi sesuai
dengan indikator yang ditentukan oleh Kementerian Kesehatan
melalui pedoman ini, selain itu bermanfaat untuk:
1. Mengetahui proyeksi perkembangan kasus COVID-19 di
wilayah
2. Mengetahui laju perkembangan jumlah kasus
suspek/probable/konfirmasi sekaligus suspek discarded
menurut satuan waktu (harian dan mingguan) dan menurut
wilayahnya
3. Mengetahui perkembangan dan distribusi kasus konfirmasi
berdasarkan waktu (tanggal onset, tanggal pengambilan
spesimen, tanggal pelaporan), orang (umur, jenis kelamin),
dan tempat (wilayah provinsi, kabupaten/kota,
kecamatan/puskesmas), sehingga dapat diketahui
75. 4. Mengetahui perkembangan kasus konfirmasi menurut
gejala/tanda, karakteristik kondisi penyerta/penyakit
komorbid lainnya
5. Mengetahui perbandingan angka kematian kasus konfirmasi
dengan angka kematian dengan COVID-19 sebagai penyebab
kematian (cause of death)
6. Mengetahui perkembangan kasus konfirmasi menurut faktor
risiko (pelaku perjalanan/importasi, kontak erat, tanpa
riwayat perjalanan/kontak)
7. Mengetahui perkembangan kontak erat yang sedang
dipantau, proporsi kontak erat yang menjadi suspek/probable,
proporsi kontak erat yang menjadi konfirmasi, kontak erat
discarded dan mangkir dari pemantauan
76.
77.
78.
79.
80. UKURAN-UKURAN
EPIDEMIOLOGI (1)
Contoh proporsi :
Penduduk wanita = 30 org
Penduduk laki-laki = 50 org
Proporsi penduduk wanita :
30
x 100 = 37,5%
30 + 50
Proporsi penduduk laki-laki = 62,5%
81. UKURAN-UKURAN
EPIDEMIOLOGI (2)
2. Rate :
Adalah perbandingan antara jumlah kejadian terhadap
jumlah penduduk yang mempunyai risiko terhadap
kejadian tersebut yang menyangkut interval waktu
tertentu.
Rate untuk menyatakan dinamika atau kecepatan
kejadian dalam suatu populasi masyarakat tertentu.
82. UKURAN-UKURAN
EPIDEMIOLOGI (3)
Rate :
X = Jumlah kejadian tertentu yang terjadi dalam kurun waktu
tertentu
Y= Jumlah penduduk yang mempunyai risiko mengalami
kejadian tertentu dalam kurun waktu tertentu (pop.at
risk)
K= Konstanta (angka dasar)
Contoh : Kasus DBD tahun 2005 di kota A = 400
Penduduk kota A th. 2005 = 30.000
I.R = 400 X 1000 = 13,3 /1000 penduduk.
30.000
83. UKURAN-UKURAN
EPIDEMIOLOGI (3)
Rate :
X = Jumlah kejadian tertentu yang terjadi dalam kurun waktu
tertentu
Y= Jumlah penduduk yang mempunyai risiko mengalami
kejadian tertentu dalam kurun waktu tertentu (pop.at
risk)
K= Konstanta (angka dasar)
Contoh : Kasus Covid 19 tahun 2020 di kota A = 400
Penduduk kota A th. 2020 = 30.000
A.R = 400 X 1000 = 13,3 /1000 penduduk.
30.000
84. UKURAN-UKURAN
EPIDEMIOLOGI (4)
3. RATIO :
Merupakan perbandingan antara 2 kejadian atau 2 hal
antara numerator dan denominator tidak ada sangkut
pautnya.
Misal : Sek ratio DKI Jakarta Laki-laki = 40
Perempuan = 60
Laki-laki : Perempuan = 1 : 1,5
Populasi proporsi sakit Covid -19 = 100
Populasi proporsi tidak sakit Covid -19 =1000
Relative Risk = 100/1000 = 1/10 = 0,1
87. UKURAN-UKURAN
EPIDEMIOLOGI (5)
5. Prevalence Rate:
6. Ukuran Kematian :
a. Angka Kematian Kasar (Crude Death Rate atau CDR)
b. Angka Kematian menurut kelompok umur (ASDR)
c. Angka kematian karena penyakit tertentu (CSDR)
d. Case Fatality Rate (CFR) =
Jml.Kematian/Jml.Kasus x 100%