Presentation7 pemberdayaan dan advokasi - PsikoedukasiBagus Utomo
Dokumen tersebut membahas tentang psikoedukasi keluarga untuk anggota keluarga yang menderita skizofrenia. Terdiri dari empat kegiatan utama yaitu ice breaking, pemberdayaan keluarga, diskusi kelompok dan kasus, serta advokasi. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan edukasi, dukungan, dan pemberdayaan bagi keluarga pasien skizofrenia.
Dokumen tersebut berisi tentang penjelasan tentang pemberian obat antiretroviral dan asuhan keperawatan pada pasien HIV/AIDS. Terdapat 10 anggota kelompok yang terlibat dalam presentasi. Diberikan penjelasan tentang definisi, fungsi, dan golongan obat antiretroviral yang digunakan untuk pengobatan HIV/AIDS. Dilakukan pengkajian pasien dengan diagnosa HIV/AIDS di rum
Presentation7 pemberdayaan dan advokasi - PsikoedukasiBagus Utomo
Dokumen tersebut membahas tentang psikoedukasi keluarga untuk anggota keluarga yang menderita skizofrenia. Terdiri dari empat kegiatan utama yaitu ice breaking, pemberdayaan keluarga, diskusi kelompok dan kasus, serta advokasi. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan edukasi, dukungan, dan pemberdayaan bagi keluarga pasien skizofrenia.
Dokumen tersebut berisi tentang penjelasan tentang pemberian obat antiretroviral dan asuhan keperawatan pada pasien HIV/AIDS. Terdapat 10 anggota kelompok yang terlibat dalam presentasi. Diberikan penjelasan tentang definisi, fungsi, dan golongan obat antiretroviral yang digunakan untuk pengobatan HIV/AIDS. Dilakukan pengkajian pasien dengan diagnosa HIV/AIDS di rum
Kasus 1: Pria berusia 48 tahun mengeluhkan sakit kepala berdenyut unilateral yang kadang disertai air mata dan nyeri episodik. Riwayat hipertensi dan merokok.
Kasus 2: Anak laki-laki berusia 12 tahun mengalami serangan kejang sejak setengah tahun lalu, juga menderita TB dan stress karena ujian.
Kasus 3: Mahasiswa berusia 19 tahun mengeluhkan migrain unilateral disertai mual dan gangguan penglihat
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan pada pasien NAPZA (narkotika, psikotropika, dan zat adiktif). Terdapat penjelasan mengenai pengertian, jenis, penyalahgunaan, dampak, dan faktor risiko NAPZA. Dokumen juga menjelaskan proses penatalaksanaan keperawatan meliputi pengkajian, diagnosis, intervensi, implementasi, dan evaluasi untuk menangani masalah-masalah yang dialami pasien NAPZA
Dokumen tersebut membahas mengenai manfaat berhenti merokok yang meliputi peningkatan kesehatan dan penurunan risiko penyakit, serta manfaat ekonomi dengan mengurangi pengeluaran untuk rokok."
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian psikofarmaka, klasifikasi psikofarmaka seperti anti insomnia, anti obsesif kompulsif, anti psikotik, anti depresi, dan anti mania. Dokumen juga menjelaskan peran perawat dalam pemberian obat psikofarmaka seperti pengumpulan data pasien, monitoring efek samping, serta pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga.
Studi observasional faktor risiko bunuh diri pada pasienRiskadewi Agatha
Studi ini mengidentifikasi faktor risiko bunuh diri pada 8.871 pasien skizofrenia selama 3 tahun. Faktor risikonya adalah riwayat percobaan bunuh diri sebelumnya, gejala depresi, efek samping terkait prolaktin, jenis kelamin laki-laki, dan riwayat rawat inap karena skizofrenia. Studi ini menemukan 384 kasus percobaan bunuh diri dan 27 kasus kematian akibat bunuh diri.
Dokumen tersebut membahas mengenai masalah penggunaan narkoba di kalangan remaja yang terus meningkat setiap tahunnya di Indonesia. Dokumen tersebut juga membahas berbagai jenis narkoba, efek, gejala pengguna narkoba, dan upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah penggunaan narkoba di kalangan remaja seperti pendekatan agama, psikologis, dan sosial serta peran orang tua dan pendidik.
Presentation5 relaps dan krisis skizofrenia - PsikoedukasiBagus Utomo
Dokumen tersebut membahas tentang psikoedukasi keluarga untuk skizofrenia, mencakup definisi kekambuhan, gejala awal, pencegahan, dan penanganan krisis. Topik utama meliputi mengenali tanda-tanda awal kekambuhan, langkah-langkah pencegahan kekambuhan, serta tanggapan keluarga dalam menghadapi krisis.
Terapi psikoedukasi memberikan informasi kepada keluarga pasien skizofrenia untuk meningkatkan keterampilan merawat pasien. Penelitian ini menguji pengaruh terapi psikoedukasi terhadap self efficacy keluarga. Responden adalah keluarga pasien skizofrenia di Puskesmas Kebonpedes yang diukur sebelum dan sesudah terapi selama 3 tahap. Hasilnya diharapkan meningkatkan self efficacy keluarga.
antipsychotics treatment for schizophreniassuserd2f638
Comparative efficacy and tolerability of 32 oral antipsychotics for the acute treatment of adults with multi-episode schizophrenia: a systematic review and network meta-analysis
Kasus 1: Pria berusia 48 tahun mengeluhkan sakit kepala berdenyut unilateral yang kadang disertai air mata dan nyeri episodik. Riwayat hipertensi dan merokok.
Kasus 2: Anak laki-laki berusia 12 tahun mengalami serangan kejang sejak setengah tahun lalu, juga menderita TB dan stress karena ujian.
Kasus 3: Mahasiswa berusia 19 tahun mengeluhkan migrain unilateral disertai mual dan gangguan penglihat
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan pada pasien NAPZA (narkotika, psikotropika, dan zat adiktif). Terdapat penjelasan mengenai pengertian, jenis, penyalahgunaan, dampak, dan faktor risiko NAPZA. Dokumen juga menjelaskan proses penatalaksanaan keperawatan meliputi pengkajian, diagnosis, intervensi, implementasi, dan evaluasi untuk menangani masalah-masalah yang dialami pasien NAPZA
Dokumen tersebut membahas mengenai manfaat berhenti merokok yang meliputi peningkatan kesehatan dan penurunan risiko penyakit, serta manfaat ekonomi dengan mengurangi pengeluaran untuk rokok."
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian psikofarmaka, klasifikasi psikofarmaka seperti anti insomnia, anti obsesif kompulsif, anti psikotik, anti depresi, dan anti mania. Dokumen juga menjelaskan peran perawat dalam pemberian obat psikofarmaka seperti pengumpulan data pasien, monitoring efek samping, serta pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga.
Studi observasional faktor risiko bunuh diri pada pasienRiskadewi Agatha
Studi ini mengidentifikasi faktor risiko bunuh diri pada 8.871 pasien skizofrenia selama 3 tahun. Faktor risikonya adalah riwayat percobaan bunuh diri sebelumnya, gejala depresi, efek samping terkait prolaktin, jenis kelamin laki-laki, dan riwayat rawat inap karena skizofrenia. Studi ini menemukan 384 kasus percobaan bunuh diri dan 27 kasus kematian akibat bunuh diri.
Dokumen tersebut membahas mengenai masalah penggunaan narkoba di kalangan remaja yang terus meningkat setiap tahunnya di Indonesia. Dokumen tersebut juga membahas berbagai jenis narkoba, efek, gejala pengguna narkoba, dan upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah penggunaan narkoba di kalangan remaja seperti pendekatan agama, psikologis, dan sosial serta peran orang tua dan pendidik.
Presentation5 relaps dan krisis skizofrenia - PsikoedukasiBagus Utomo
Dokumen tersebut membahas tentang psikoedukasi keluarga untuk skizofrenia, mencakup definisi kekambuhan, gejala awal, pencegahan, dan penanganan krisis. Topik utama meliputi mengenali tanda-tanda awal kekambuhan, langkah-langkah pencegahan kekambuhan, serta tanggapan keluarga dalam menghadapi krisis.
Terapi psikoedukasi memberikan informasi kepada keluarga pasien skizofrenia untuk meningkatkan keterampilan merawat pasien. Penelitian ini menguji pengaruh terapi psikoedukasi terhadap self efficacy keluarga. Responden adalah keluarga pasien skizofrenia di Puskesmas Kebonpedes yang diukur sebelum dan sesudah terapi selama 3 tahap. Hasilnya diharapkan meningkatkan self efficacy keluarga.
antipsychotics treatment for schizophreniassuserd2f638
Comparative efficacy and tolerability of 32 oral antipsychotics for the acute treatment of adults with multi-episode schizophrenia: a systematic review and network meta-analysis
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxEmohAsJohn
PENGKAJIAN MUSKULOSKELETAL
Gangguan neurologi sangat beragam bentuknya, banyak dari pasien yang menderita gangguan memori dan tidak mampu menjalani aktivitas sehari-hari secara normal. Penyakit-penyakit neurologi kebanyakan memiliki efek melemahkan kehidupan pasien, sehingga memberikan pengobatan neurologis sangat penting bagi kehidupan pasien.
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFratnawulokt
Peningkatan status kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu hal prioritas di Indonesia. Status derajat kesehatan ibu dan anak sendiri dapat dinilai dari jumlah AKI dan AKB. Pemerintah berupaya menerapkan program Sustainable Development Goals (SDGs) dengan harapan dapat menekan AKI dan AKB, tetapi kenyataannya masih tinggi sehingga tujuan dari penyusunan laporan tugas akhir ini untuk memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif dari ibu hamil trimester III sampai KB.
Metode penelitian menggunakan Continuity of Care dengan pendokumentasian SOAP Notes. Subjek penelitian Ny. “H” usia 34 tahun masa kehamilan Trimester III hingga KB di PMB E Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung.
Hasil asuhan selama masa kehamilan trimester III tidak ada komplikasi pada Ny. “E”. Masa persalinan berjalan lancar meskipun terdapat kesenjangan dimana IMD dilakukan kurang dari 1 jam. Kunjungan neonatus hingga nifas normal tidak ada komplikasi, metode kontrasepsi memilih KB implant.
Kesimpulan asuhan pada Ny. “H” ditemukan kesenjangan antara kenyataan dan teori di penatalaksanaan, tetapi dalam pemberian asuhan ini kesenjangan masih dalam batas normal. Asuhan kebidanan ini diberikan untuk membantu mengurangi kemungkinan terjadi komplikasi pada saat masa kehamilan hingga KB.
14. Apa arti
skor
ASSIST?
INTERPRETASI SKOR KETERLIBATAN ZAT
SPESIFIK
Alkohol Semua jenis zat
psikoaktif
0 – 10 Risiko rendah 0 - 3 Risiko rendah
11 - 26 Risiko sedang 4 - 26 Risiko sedang
27 + Risiko tinggi 27 + Risiko tinggi
15. Tidak, tidak pernah
Skor 0 = risiko rendah
Ya, tapi tdk dlm 3 bulan terakhir
Skor 1 = Risiko rendah – sedang (menggunakan penilaian klinis)
Ya, dlm 3 bulan terakhir
Skor 2, utk menentukan pola penggunaan menyuntik & penilaian klinis:
Sekali seminggu atau kurang, atau kurang dr 3 hari berturut2: risiko sedang
Lebih dari sekali seminggu, 3 atau lebih hari berturut-turut: risiko tinggi
Arti Skor Pengguna
Napza Suntik
17. Intervensi Singkat
Teknik konseling :
1. Untuk membantu pecandu & korban
penyalahgunaan narkoba;
2. Untuk meningkatkan tilikan diri (insight)
3. Mendorong terjadinya perubahan tingkah laku
4. Dilakukan pendekatan berintensitas rendah &
berdurasi pendek
19. 1. Tanyakan kesediaan melihat dan membahas hasil
ASSIST
2. Berikan umpan balik menggunakan kartu umpan balik
• Gunakan kartu laporan untuk menyediakan umpan balik
• Pengantar untuk memberikan advis dan info
• Catat skor ASSIST dalam tabel dan perlihatkan tingkat
risiko & arti masing-masing skor
• Beri tanda rendah, sedang atau tinggi untuk masing-
masing zat
10 Langkah Intervensi
Singkat
22. 3. Sarankan mengurangi risiko dengan membantu klien menyadari kerterkaitannya
dengan penggunaan zat
4. Tekankan bahwa klien juga bertanggung jawab dalam membuat keputusan
Klien bertanggungjawab pada keputusan mereka tentang penggunaan zat
Memelihara kontrol diri adalah faktor motivasi penting untuk mau berubah
“keputusan apa yang akan Anda ambil berkaitan dengan zat yang kamu gunakan
adalah terserah pada Anda… kami hanya mengajak Anda untuk mengetahui
berbagai dampak yang kamu alami berkaitan dengan pola penggunaan zat anda saat
ini”
23. 5. Tanyakan pendapat klien terkait hasil skor ASSIST
(peduli pada skor ASSIST)
6. Tanyakan hal-hal baik terkait penggunaan zat
(penggunaan kalimat terbuka dan tertutup)
7. Tanyakan hal-hal yang kurang baik atau negatif
terkait penggunaan zat (penggunaan kalimat terbuka
dan tertutup)
24. 8. Rangkum apa yang dikatakan klien pada langkah 6 dan 7
“Sekalipun ada manfaat yang Anda rasakan ketika
menggunakan … tapi Anda juga mengatakan bahwa ini
membuat Anda merasa ……..”
9. Tanyakan tingkat kekhawatiran mereka terkait hal-hal
yang kurang baik dari penggunaan zat
10. Berikan laporan umpan balik atau bahan bacaan untuk
dibawa pulang. Informasi khusus (leaflet) tentang
penggunaan zat
26. Latihan Kasus
• Kita akan berlatih menggunakan ASSIST dengan
contoh kasus.
• Siapkan lembar ASSIST anda dan alat tulis
(pensil).
27. Tn. Nicholas, 40 tahun, datang dengan keluhan dalam sebulan terakhir tidak dapat konsentrasi, tidak dapat melakukan
aktivitas sehari-hari yang biasa dia lakukan setelah 3 hari tidak memakai sabu. Klien juga mengeluh badannya mulai tidak
enak, gemeteran dan mulut terasa kering. Klien ingin mencoba menurunkan penggunaan sabu dan menggantinya dengan
minum alkohol lebih dari biasanya dalam 1 bulan terakhir ini, tetapi hal itu sulit dilakukan. Klien mulai menggunakan alkohol
sejak 2 tahun yang lalu 1-2 kali dalam seminggu. Selain itu klien juga pernah mencoba menggunakan ganja pada usia 18
tahun, tetapi tidak berlanjut, karena klien kurang menyukai efek yang ditimbulkannya.
Klien sebelumnya mengunakan sabu kira-kira 2 hari sekali atau kalau ada permasalahan berat yang dihadapi dia akan
menggunakannya lebih sering. Hal tersebut dia lakukan mulai kurang lebih 5 bulan yang lalu. Keinginan kuat untuk
menggunakan sabu muncul setiap hari, tetapi klien menahan diri untuk tidak menggunakan karena alasan keuangan. Klien
mulai menggunakan sabu kurang lebih 2 tahun yang lalu, pada saat-saat tertentu saja (sekitar 1 bulan sekali ).
Satu bulan belakangan klien mulai mengalami masalah sulit tidur, setelah mendapatkan informasi dari teman, klien mulai
mencoba mengonsumsi obat-obatan seperti alprazolam pada malam hari, sekitar satu minggu sekali agar dapat beristirahat.
Klien juga seorang perokok aktif yang hampir setiap hari menghisap 4 -8 batang rokok. Dalam 3 bulan terakhir pasien pernah
merasa agak sesak, batuk-batuk dan nyeri ulu hati 1-2 hari dalam seminggu. Dalam 3 bulan terakhir istrinya pernah
menyarankannya untuk mengikuti terapi supaya berhenti merokok, minum alkohol dan tidak lagi menggunakan sabu.
Kasus I
28. Ariel (18 thn), mahasiswa tingkat I sebuah universitas, dibawa oleh orang tuanya ke klinik setelah
diketahui jarang masuk kuliah dan prestasi akademiknya kian menurun. Saat bersama petugas medis,
Ariel mengakui bahwa dalam 3 bulan terakhir ia merokok hampir setiap hari, dan mengonsumsi alkohol
dua hingga tingga kali dalam satu minggu, terutama di akhir minggu, bersama dengan teman-
temannya. Hampir setiap mengonsumsi alkohol, klien minum hingga tidak sadarkan diri, sehingga
harus dibawa pulang oleh teman-temannya. Teman-teman nongkrongnya mulai menunjukkan
ketidaksukaan terhadap kebiasaan Ariel yang mabuk hingga tak sadarkan diri, dan mengingatkan Ariel
tentang hal ini.
Ariel juga pernah mengonsumsi obat-obatan jenis tramadol saat SMA. Belakangan Ia menggunakan
obat-obatan alprazolam, riclona (jenis benzodiazepine) untuk mengurangi kecemasan dan rasa
tertekan tidak dapat mengikuti mata kuliah dengan baik dan kesepian karena tidak memiliki teman
dekat di kampusnya. Ariel memiliki keinginan yang kuat untuk menggunakan obat-obatan hampir setiap
hari.
Kira-kira sebulan yang lalu, klien ditawari tembakau sintetik (gorila) oleh teman satu kostnya. Saat ini
Kasus II
29. Kasus III
Kirana 37 tahun datang ke klinik setelah mengalami kecelakaan tunggal, menabrak pembatas jalan. Petugas
kesehatan kemudian melakukan skrining terhadap klien dan diketahui klien saat ini aktif mengonsumsi obat-
obatan dan alkohol. Klien merokok hampir setiap hari, dan menjalani pengobatan dari psikiater dengan pola
konsumsi obat yang tidak teratur. Jika klien merasa moodnya tidak enak, Ia akan menambah dosis konsumsi
obat-obatan jenis benzodiazepine. Jika obat yang diresepkan sudah habis, klien akan membeli dari pasar
gelap. Hal ini berlangsung hampir setiap hari. Setiap akhir minggu klien sering "nongkrong" dengan teman-
temannya dan mengonsumsi alkohol. Sekitar satu bulan sekali jika memiliki uang, mereka membeli sabu
secara patungan kemudian mengonsumsinya.
Kirana memiliki riwayat penggunaan heroin (putaw) dengan cara disuntikkan. Sekitar 6 bulan yang lalu Kirana
kembali mencoba menggunakan putaw, tetapi tidak berlanjut karena Ia takut kembali mengalami overdosis
dan ketergantungan. Akibat penggunaan obat-obatan yang tidak teratur, emosi klien sering tidak terkendali,
dan menyebabkan pertengkaran dengan pasangannya hampir setiap minggu saat mereka bertemu. Kirana
tidak mengalami pekerjaan tetap, sehingga pola penggunaan zatnya (terutama obat-obatan) menyebabkan Ia
hampir setiap hari mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dirinya dan anaknya. Sekitar 1 minggu
sekali Kirana tidak dapat mengantarkan anaknya ke sekolah karena malam sebelumnya mengonsumsi