Cyber crime - Kejahatan di Dunia Maya / InternetHendi Hendratman
Cybercrime merupakan bentuk-bentuk kejahatan yang timbul karena pemanfaatan teknologi internet. Juga perbuatan melawan hukum yang dilakukan dengan menggunakan internet yang berbasis pada kecanggihan teknologi komputer dan telekomunikasi. Di artikel ini dibahas prinsip-prinsip kejahatan dan cara pencegahannya secara umum.
Cyber crime - Kejahatan di Dunia Maya / InternetHendi Hendratman
Cybercrime merupakan bentuk-bentuk kejahatan yang timbul karena pemanfaatan teknologi internet. Juga perbuatan melawan hukum yang dilakukan dengan menggunakan internet yang berbasis pada kecanggihan teknologi komputer dan telekomunikasi. Di artikel ini dibahas prinsip-prinsip kejahatan dan cara pencegahannya secara umum.
Cybercrime adalah tindak kriminal yang dilakukan dengan menggunakan teknologi computer sebagai alat kejahatan utama. Cybercrime merupakan kejahatan yang memanfaatkan perkembangan teknologi komputer khusunya internet.
Cybercrime adalah tindak kriminal yang dilakukan dengan menggunakan teknologi computer sebagai alat kejahatan utama. Cybercrime merupakan kejahatan yang memanfaatkan perkembangan teknologi komputer khusunya internet.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
1. KATA
PENGANTAR
Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan kasih sayang-nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas ini.
Etika Profesi Teknologi Informasi & Komunikasi adalah salah satu mata kuliah
pada semester VI untuk program studi Komputerisasi Akuntansi di Akademi
Manajemen Informatika dan Komputer Bina Sarana Informatika. Mata kuliah ini
bisa dikatakan penting, karena di era globalisasi seperti sekarang ini profesi
teknologi informasi dan komunikasi sudah sangat diminati oleh banyak orang.
Makalah Cybercrime dan Cyberlaw ini merupakan salah satu tugas atau syarat
dalam memenuhi nilai UAS pada mata kuliah Etika Profesi Teknologi Informasi &
Komunikasi. Dengan terselesaikannya makalah ini kami mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada kami,
yakni :
1. Orang tua kami tercinta yang telah mendukung kami dengan segala doa dan
materil.
2. Dosen pengajar Mata Kuliah Etika Profesi Teknologi Informasi & Komunikasi
yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk menyusun makalah ini.
3. Rekan-rekan seperjuangan kelas 11.6D.04 Jurusan Komputer Akuntansi di Bina
2. Sarana Informatika yang selama ini telah bahu membahu saling menolong dan
saling memberi dorongan semangat dalam berbagai hal.
Serta banyak pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan
kesalahan, unutk itu kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk
kedepan nya menjadi acuan kami sehingga dapat menjadi lebih baik. Akhir kata,
kami berharap kiranya makalah ini dapat bermanfaat untuk pembaca pada umum
nya dan untuk kami sendiri pada khususnya.
Bekasi, April 2016
Penulis
3. BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kebutuhan akan teknologi jaringan komputer saat ini sudah semakin meningkat. Selain
sebagai media penyedia informasi, melalui internet pula kegiatan komunitas komersial menjadi
bagian terbesar dan pesat pertumbuhannya serta menembus berbagai batas negara. Bahkan
melalui jaringan ini kegiatan pasar di dunia bisa diketahui selama 24 jam. Melalui dunia
internet atau disebut juga cyberspace, apapun dapat dilakukan.
Segi positif dari dunia maya ini tentu saja menambah trend perkembangan teknologi
dunia dengan segala bentuk kreatifitas manusia. Namun dampak negatif pun tidak bisa
dihindari. Yang paling meresahkan adalah pornografi marak di media Internet, masyarakat pun
tak bisa berbuat banyak. Seiring dengan perkembangan teknologi Internet, menyebabkan
munculnya kejahatan yang disebut dengan cybercrime atau kejahatan melalui jaringan Internet.
Munculnya beberapa kasus cybercrime di Indonesia, seperti pencurian kartu kredit,
hacking beberapa situs, menyadap transmisi data orang lain, misalnya email dan
memanipulasi data dengan cara menyiapkan perintah yang tidak dikehendaki ke dalam
programmer komputer. Sehingga dalam kejahatan komputer dimungkinkan adanya
delik formil dan delik materil. Delik formil adalah perbuatan seseorang yang memasuki
komputer orang lain tanpa ijin, sedangkan delik materil adalah perbuatan yang
menimbulkan akibat kerugian bagi orang lain. Adanya cybercrime telah menjadi
ancaman stabilitas, sehingga pemerintah sulit mengimbangi teknik kejahatan yang
dilakukan dengan teknologi komputer, khususnya jaringan internet dan intranet.
4. B. TUJUAN MAKALAH
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Memenuhi syarat nilai UAS dalam mata kuliah Etika Profesi Teknologi danInformasi
2. Melatih mahasiswa untuk aktif mencari masalah cyber crime yang terjadidi indonesia
3. Menambah wawasan mengenai cryber crime dan carapenanggulangannya.
5. BAB II
PEMBAHASAN
2.1 CYBERCRIME
Cybercrime adalah tindakan pidana kriminal yang dilakukan pada teknologi internet
(cyberspace), baik yang menyerang fasilitas umum di dalam cyberspace ataupun kepemilikan
pribadi. Secara teknik tindak pidana tersebut dapat dibedakan menjadi off-line crime, semi on-
line crime, dan cybercrime. Masing-masing memiliki karakteristik tersendiri, namun perbedaan
utama antara ketiganya adalah keterhubungan dengan jaringan informasi publik (internet).
Cybercrime dapat didefinisikan sebagai perbuatan melawan hukum yang dilakukan
dengan menggunakan internet yang berbasis pada kecanggihan teknologi komputer dan
telekomunikasi. The Prevention of Crime and The Treatment of Offlenderes di Havana, Cuba
pada tahun 1999 dan di Wina, Austria tahun 2000, menyebutkan ada 2 istilah yang dikenal:
1. Cybercrime dalam arti sempit disebut computer crime, yaitu prilaku ilegal/ melanggar
yang secara langsung menyerang sistem keamanan komputer dan/atau data yang diproses
oleh komputer.
2. Cybercrime dalam arti luas disebut computer related crime, yaitu prilaku ilegal/
melanggar yang berkaitan dengan sistem komputer ataujaringan.
Dari beberapa pengertian di atas, cybercrime dirumuskan sebagai perbuatan melawan
hukum yang dilakukan dengan memakai jaringan komputer sebagai sarana/ alat atau komputer
sebagai objek, baik untuk memperoleh keuntungan ataupun tidak, dengan merugikan pihak lain.
6. MOTIF CYBERCRIME
Motif pelaku kejahatan di dunia maya (cybercrime) pada umumnya dapat dikelompokkan
menjadi dua kategori, yaitu :
1. Motif intelektual, yaitu kejahatan yang dilakukan hanya untuk kepuasan pribadi dan
menunjukkan bahwa dirinya telah mampu untuk merekayasa dan mengimplementasikan
bidang teknologi informasi. Kejahatan dengan motif ini pada umumnya dilakukan oleh
seseorang secara individual.
2. Motif ekonomi, politik, dan kriminal,yaitu kejahatan yang dilakukan untuk keuntungan
pribadi atau golongan tertentu yang berdampak pada kerugian secara ekonomi dan politik
pada pihak lain. Karena memiliki tujuan yang dapat berdampak besar, kejahatan dengan
motif ini pada umumnya dilakukan oleh sebuahkorporasi.
FAKTOR PENYEBAB MUNCULNYA CYBERCRIME
Jika dipandang dari sudut pandang yang lebih luas, latar belakang terjadinya kejahatan di
dunia maya ini terbagi menjadi dua faktor penting, yaitu :
1. Faktor Teknis
Dengan adanya teknologi internet akan menghilangkan batas wilayah negara yang
menjadikan dunia ini menjadi begitu dekat dan sempit. Saling terhubungnya antara
jaringan yang satu dengan yang lain memudahkan pelaku kejahatan untuk melakukan
aksinya. Kemudian, tidak meratanya penyebaran teknologi menjadikan pihak yang satu
lebih kuat daripada yang lain.
7. 2. Faktor Sosial ekonomi
Cybercrime dapat dipandang sebagai produk ekonomi. Isu global yang kemudian
dihubungkan dengan kejahatan tersebut adalah keamanan jaringan. Keamanan jaringan
merupakan isu global yang muncul bersamaan dengan internet. Sebagai komoditi
ekonomi, banyak negara yang tentunya sangat membutuhkan perangkat keamanan
jaringan. Melihat kenyataan seperti itu, Cybercrime berada dalam skenerio besar dari
kegiatan ekonomi dunia.
JENIS-JENIS CYBERCRIME
Pengelompokan jenis-jenis cybercrime dapat dikelompokkan dalam banyak kategori.
Bernstein, Bainbridge, Philip Renata, As’ad Yusuf, sampai dengan seorang Roy Suryo pun
telah membuat pengelompokkan masing-masing terkait dengan cybercrime ini. Salah satu
pemisahan jenis cybercrime yang umum dikenal adalah kategori berdasarkan motif pelakunya :
1. Sebagai tindak kejahatan Murni
Kejahatan terjadi secara sengaja dan terencana untuk melakukan perusakan, pencurian,
tindakan anarkis terhadap sistem informasi atau sistem komputer. (tindak kriminal dan
memiliki motif kriminalitas) dan biasanya menggunakan internet hanya sebagai sarana
kejahatan. Contoh Kasus: Carding, yaitu pencurian nomor kartu kredit milik orang lain
untuk digunakan dalam transaksi perdagangan di internet, Pengirim e-mail anonim yang
berisi promosi (spamming).
2. Sebagai tindak kejahatan Abu-abu (tidak jelas)
Kejahatan terjadi terhadap sistem komputer tetapi tidak melakukan perusakan, pencurian,
tindakan anarkis terhadap sistem informasi atau sistem komputer. Contoh Kasus: Probing
8. atau Portscanning; yaitu semacam tindakan pengintaian terhadap sistem milik orang lain
dengan mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari sistem yang diintai, termasuk
sistem operasi yang digunakan, port-port yang ada, baik yang terbuka maupun tertutup,
dan sebagainya.
Convention on Cybercrime yang diadakan oleh Council of Europe dan terbuka untuk
ditandatangani mulai tanggal 23 November 2001 di Budapest menguraikan jenis-jenis kejahatan
yang harus diatur dalam hukum pidana substantif oleh negara-negara pesertanya, terdiri dari :
1. Tindak pidana yang berkaitan dengan kerahasiaan, integritas dan keberadaan data dan
sistem komputer: Illegal access (melakukan akses tidak sah), Illegal interception
(intersepsi secara tidak sah), Data interference (menggangu data), System interference
(mengganggu pada sistem), Misuse of devices (menyalahgunakan alat).
2. Tindak pidana yang berkaitan dengan komputer: Computer-related forgery (pemalsuan
melalui komputer), Computer-related fraud (penipuan melaluikomputer).
3. Tindak pidana yang berhubungan dengan isi atau muatan data atau sistem komputer:
Offences related to child pornography (Tindak pidana yang berkaitan dengan pornografi
anak).
4. Tindak pidana yang berkaitan dengan pelanggaran hak cipta dan hak-hak terkait.
9. CYBERLAW
Cybercrime adalah masalah dalam dunia internet yang harus ditangani secara serius.
Sebagai kejahatan, penanganan terhadap cybercrime dapat dianalogikan sama dengan dunia
nyata, harus dengan hukum legal yang mengatur. Berikut ini ada beberapa Cara Penanganan
Cybercrime :
1. Dengan Upaya non Hukum
Adalah segala upaya yang lebih bersifat preventif dan persuasif terhadap para pelaku,
korban dan semua pihak yang berpotensi terkait dengan kejahatan dunia maya.
2. Dengan Upaya Hukum (Cyberlaw)
Adalah segala upaya yang bersifat mengikat, lebih banyak memberikan informasi
mengenai hukuman dan jenis pelanggaran/ kejahatan dunia maya secara spesifik.
PENGERTIAN CYBERLAW
Cyberlaw dapat didefinisikan sebagai seperangkat aturan hukum yang diberlakukan untuk
menanggulangi perbuatan melawan hukum yang dilakukan dengan menggunakan teknologi
internet (Cybercrime).
CYBERLAW DI INDONESIA
Sejak satu dekade terakhir Indonesia cukup serius menangani berbagai kasus terkait
Cybercrime. Menyusun berbagai rancangan peraturan dan perundang-undangan yang mengatur
aktivitas user di dunia maya. Dengan peran aktif pemerintah seperti itu, dapat dikatakan
Cyberlaw telah mulai diterapkan dengan baik di Indonesia. Berikut ini adalah beberapa kategori
kasus Cybercrime yang telah ditangani dalam UU Informasi dan Transaksi Elektronik (Pasal 27
sampai dengan Pasal 35) :
10. Pasal 27
Illegal Contents
muatan yang melanggar kesusilaan (Pornograph)
muatan perjudian ( Computer-related betting)
muatan penghinaan dan pencemaran nama baik
muatan pemerasan dan ancaman (Extortion and Threats)
Pasal 28
Illegal Contents
berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi
Elektronik. (Service Offered fraud) informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa
kebencian atau permusuhan (SARA).
Pasal 29
Illegal Contents
Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang berisi ancaman kekerasan atau
menakut-nakuti yang ditujukan secara pribadi.
Pasal 30
Illegal Access
Dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses Komputer dan/atau
Sistem Elektronik milik Orang lain dengan cara apa pun.
Dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses Komputer dan/atau Sistem
Elektronik dengan cara apa pun dengan tujuan untuk memperoleh Informasi Elektronik
dan/atau DokumenElektronik.
Dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses Komputer dan/atau
Sistem Elektronik dengan cara apa pun dengan melanggar, menerobos, melampaui, atau
menjebol sistempengamanan.
11. Pasal 31
Illegal Interception
Intersepsi atau penyadapan atas Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dalam
suatu Komputer dan/atau Sistem Elektronik tertentu milik Orang lain.
Intersepsi atas transmisi Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang tidak
bersifat publik dari, ke, dan di dalam suatu Komputer dan/atau Sistem Elektronik tertentu
milik Orang lain, baik yang tidak menyebabkan perubahan apa pun maupun yang
menyebabkan adanya perubahan, penghilangan, dan/atau penghentian Informasi
Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang sedangditransmisikan.
Pasal 32
Data Leakage and Espionag
Mengubah, menambah, mengurangi, melakukan transmisi, merusak, menghilangkan,
memindahkan, menyembunyikan suatu Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik
milik Orang lain atau milik publik.
Pasal 33
System Interferenc
Melakukan tindakan apa pun yang berakibat terganggunya Sistem Elektronik dan/atau
mengakibatkan Sistem Elektronik menjadi tidak bekerja sebagaimana mestinya.
12. Pasal 34
Misuse Of Device
Memproduksi, menjual, mengadakan untuk digunakan, mengimpor, mendistribusikan,
menyediakan, atau memiliki: perangkat keras atau perangkat lunak Komputer yang dirancang
atau secara khusus dikembangkan untuk memfasilitasi cybercrime, sandi lewat Komputer, Kode
Akses, atau hal yang sejenis dengan itu yang ditujukan agar Sistem Elektronik menjadi dapat
diakses dengan tujuan memfasilitasi cybercrime.
Pasal 35
Data Interferenc
Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan manipulasi,
penciptaan, perubahan, penghilangan, pengrusakan Informasi Elektronik dan/atau Dokumen
Elektronik dengan tujuan agar Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik tersebut
dianggap seolah-olah data yang otentik.
CONTOH KASUS CYBERCRIME TERKAIT CYBERLAW DI INDONESIA
Seperti yang kita ketahui, kasus Prita Mulyasari merupakan kasus pelanggaran terhadap
UU ITE yang mengemparkan Indonesia. Nyaris berbulan-bulan kasus ini mendapat sorotan
masyarakat lewat media elektronik, media cetak dan jaringan sosial seperti facebook dan twitter.
Prita Mulyasari adalah seorang ibu rumah tangga, mantan pasien Rumah Sakit Omni
Internasional Alam Sutra Tangerang. Saat dirawat di Rumah Sakit tersebut Prita tidak mendapat
kesembuhan namun penyakitnya malah bertambah parah. Pihak rumah sakit tidak memberikan
keterangan yang pasti mengenai penyakit Prita, serta pihak Rumah Sakitpun tidak memberikan
rekam medis yang diperlukan oleh Prita. Kemudian Prita Mulyasari mengeluhkan pelayanan
rumah sakit tersebut melalui surat elektronik yang kemudian menyebar ke berbagai mailing list di
dunia maya. Akibatnya, pihak Rumah Sakit Omni Internasional marah, dan merasa dicemarkan.
13. Lalu RS Omni International mengadukan Prita Mulyasari secara pidana. Sebelumnya Prita
Mulyasari sudah diputus bersalah dalam pengadilan perdata. Dan waktu itupun Prita sempat
ditahan di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Tangerang sejak 13 Mei 2009 karena dijerat pasal
pencemaran nama baik dengan menggunakan Undang-Undang Informasi dan Transaksi
Elektronik (UU ITE). Kasus ini kemudian banyak menyedot perhatian publik yang berimbas
dengan munculnya gerakan solidaritas “Koin Kepedulian untuk Prita”. Pada tanggal 29 Desember
2009, Ibu Prita Mulyasari divonis Bebas oleh Pengadilan Negeri Tangerang.
Contoh kasus di atas merupakan contoh kasus mengenai pelanggaran Undang-Undang
Nomor 11 pasal 27 ayat 3 tahun 2008 tentang UU ITE. Dalam pasal tersebut tertuliskan bahwa:
Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/ atau mentransmisikan dan/ atau
membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan /atau Dokumen Elektronik yang memiliki
muatan penghinaan dan/ atau pencemaran nama baik.
ISI SURAT ELEKTRONIK YANG DIBUAT OLEH PRITA ADALAH SEBAGAI BERIKUT :
RS OMNI DAPATKAN PASIEN DARI HASIL LAB FIKTIF
Prita Mulyasari - suaraPembaca
Jangan sampai kejadian saya ini menimpa ke nyawa manusia lainnya. Terutama anak-anak,
lansia, dan bayi. Bila anda berobat berhati-hatilah dengan kemewahan rumah sakit (RS) dan title
international karena semakin mewah RS dan semakin pintar dokter maka semakin sering uji
coba pasien, penjualan obat, dan suntikan.
Saya tidak mengatakan semua RS international seperti ini tapi saya mengalami kejadian ini di
RS Omni International. Tepatnya tanggal 7 Agustus 2008 jam 20.30 WIB. Saya dengan kondisi
panas tinggi dan pusing kepala datang ke RS OMNI Internasional dengan percaya bahwa RS
tersebut berstandar International, yang tentunya pasti mempunyai ahli kedokteran dan
manajemen yang bagus.
Saya diminta ke UGD dan mulai diperiksa suhu badan saya dan hasilnya 39 derajat. Setelah itu
dilakukan pemeriksaan darah dan hasilnya adalah trombosit saya 27.000 dengan kondisi
normalnya adalah 200.000. Saya diinformasikan dan ditangani oleh dr I (umum) dan dinyatakan
saya wajib rawat inap. dr I melakukan pemeriksaan lab ulang dengan sample darah saya yang
sama dan hasilnya dinyatakan masih sama yaitu thrombosit 27.000.
14. dr I menanyakan dokter specialist mana yang akan saya gunakan. Tapi, saya meminta referensi
darinya karena saya sama sekali buta dengan RS ini. Lalu referensi dr I adalah dr H. dr H
memeriksa kondisi saya dan saya menanyakan saya sakit apa dan dijelaskan bahwa ini sudah
positif demam berdarah.
Mulai malam itu saya diinfus dan diberi suntikan tanpa penjelasan atau izin pasien atau keluarga
pasien suntikan tersebut untuk apa. Keesokan pagi, dr H visit saya dan menginformasikan
bahwa ada revisi hasil lab semalam. Bukan 27.000 tapi 181.000 (hasil lab bisa dilakukan revisi?).
Saya kaget tapi dr H terus memberikan instruksi ke suster perawat supaya diberikan berbagai
macam suntikan yang saya tidak tahu dan tanpa izin pasien atau keluarga pasien.
Saya tanya kembali jadi saya sakit apa sebenarnya dan tetap masih sama dengan jawaban
semalam bahwa saya kena demam berdarah. Saya sangat khawatir karena di rumah saya
memiliki 2 anak yang masih batita. Jadi saya lebih memilih berpikir positif tentang RS dan dokter
ini supaya saya cepat sembuh dan saya percaya saya ditangani oleh dokter profesional standard
Internatonal.
Mulai Jumat terebut saya diberikan berbagai macam suntikan yang setiap suntik tidak ada
keterangan apa pun dari suster perawat, dan setiap saya meminta keterangan tidak
mendapatkan jawaban yang memuaskan. Lebih terkesan suster hanya menjalankan perintah
dokter dan pasien harus menerimanya. Satu boks lemari pasien penuh dengan infus dan
suntikan disertai banyak ampul.
Tangan kiri saya mulai membengkak. Saya minta dihentikan infus dan suntikan dan minta
ketemu dengan dr H. Namun, dokter tidak datang sampai saya dipindahkan ke ruangan. Lama
kelamaan suhu badan saya makin naik kembali ke 39 derajat dan datang dokter pengganti yang
saya juga tidak tahu dokter apa. Setelah dicek dokter tersebut hanya mengatakan akan
menunggu dr H saja.
Esoknya dr H datang sore hari dengan hanya menjelaskan ke suster untuk memberikan obat
berupa suntikan lagi. Saya tanyakan ke dokter tersebut saya sakit apa sebenarnya dan
dijelaskan saya kena virus udara. Saya tanyakan berarti bukan kena demam berdarah. Tapi, dr
H tetap menjelaskan bahwa demam berdarah tetap virus udara. Saya dipasangkan kembali infus
sebelah kanan dan kembali diberikan suntikan yang sakit sekali.
Malamnya saya diberikan suntikan 2 ampul sekaligus dan saya terserang sesak napas selama
15 menit dan diberikan oxygen. Dokter jaga datang namun hanya berkata menunggu dr H saja.
Jadi malam itu saya masih dalam kondisi infus. Padahal tangan kanan saya pun mengalami
pembengkakan seperti tangan kiri saya. Saya minta dengan paksa untuk diberhentikan infusnya
dan menolak dilakukan suntikan dan obat-obatan.
Esoknya saya dan keluarga menuntut dr H untuk ketemu dengan kami. Namun, janji selalu
diulur-ulur dan baru datang malam hari. Suami dan kakak-kakak saya menuntut penjelasan dr H
mengenai sakit saya, suntikan, hasil lab awal yang 27.000 menjadi revisi 181.000 dan serangan
sesak napas yang dalam riwayat hidup saya belum pernah terjadi. Kondisi saya makin parah
dengan membengkaknya leher kiri dan mata kiri.
dr H tidak memberikan penjelasan dengan memuaskan. Dokter tersebut malah mulai
memberikan instruksi ke suster untuk diberikan obat-obatan kembali dan menyuruh tidak
digunakan infus kembali. Kami berdebat mengenai kondisi saya dan meminta dr H bertanggung
jawab mengenai ini dari hasil lab yang pertama yang seharusnya saya bisa rawat jalan saja. dr H
menyalahkan bagian lab dan tidak bisa memberikan keterangan yang memuaskan.
Keesokannya kondisi saya makin parah dengan leher kanan saya juga mulai membengkak dan
15. panas kembali menjadi 39 derajat. Namun, saya tetap tidak mau dirawat di RS ini lagi dan mau
pindah ke RS lain. Tapi, saya membutuhkan data medis yang lengkap dan lagi-lagi saya
dipermainkan dengan diberikan data medis yang fiktif.
Dalam catatan medis diberikan keterangan bahwa bab (buang air besar) saya lancar padahal itu
kesulitan saya semenjak dirawat di RS ini tapi tidak ada follow up-nya sama sekali. Lalu hasil lab
yang diberikan adalah hasil thrombosit saya yang 181.000 bukan 27.000.
Saya ngotot untuk diberikan data medis hasil lab 27.000 namun sangat dikagetkan bahwa hasil
lab 27.000 tersebut tidak dicetak dan yang tercetak adalah 181.000. Kepala lab saat itu adalah
dr M dan setelah saya komplain dan marah-marah dokter tersebut mengatakan bahwa catatan
hasil lab 27.000 tersebut ada di Manajemen Omni. Maka saya desak untuk bertemu langsung
dengan Manajemen yang memegang hasil lab tersebut.
Saya mengajukan komplain tertulis ke Manajemen Omni dan diterima oleh Og(Customer Service
Coordinator) dan saya minta tanda terima. Dalam tanda terima tersebut hanya ditulis saran
bukan komplain. Saya benar-benar dipermainkan oleh Manajemen Omni dengan staff Og yang
tidak ada service-nya sama sekali ke customer melainkan seperti mencemooh tindakan saya
meminta tanda terima pengajuan komplain tertulis.
Dalam kondisi sakit saya dan suami saya ketemu dengan manajemen. Atas nama Og (Customer
Service Coordinator) dan dr G (Customer Service Manager) dan diminta memberikan keterangan
kembali mengenai kejadian yang terjadi dengan saya.
Saya benar-benar habis kesabaran dan saya hanya meminta surat pernyataan dari lab RS ini
mengenai hasil lab awal saya adalah 27.000 bukan 181.000. Makanya saya diwajibkan masuk
ke RS ini padahal dengan kondisi thrombosit 181.000 saya masih bisa rawat jalan.
Tanggapan dr G yang katanya adalah penanggung jawab masalah komplain saya ini tidak
profesional sama sekali. Tidak menanggapi komplain dengan baik. Dia mengelak bahwa lab
telah memberikan hasil lab 27.000 sesuai dr M informasikan ke saya. Saya minta duduk bareng
antara lab, Manajemen, dan dr H. Namun, tidak bisa dilakukan dengan alasan akan dirundingkan
ke atas (Manajemen) dan berjanji akan memberikan surat tersebut jam 4 sore.
Setelah itu saya ke RS lain dan masuk ke perawatan dalam kondisi saya dimasukkan dalam
ruangan isolasi karena virus saya ini menular. Menurut analisa ini adalah sakitnya anak-anak
yaitu sakit gondongan namun sudah parah karena sudah membengkak. Kalau kena orang
dewasa laki-laki bisa terjadi impoten dan perempuan ke pankreas dan kista.
Saya lemas mendengarnya dan benar-benar marah dengan RS Omni yang telah membohongi
saya dengan analisa sakit demam berdarah dan sudah diberikan suntikan macam-macam
dengan dosis tinggi sehingga mengalami sesak napas. Saya tanyakan mengenai suntikan
tersebut ke RS yang baru ini dan memang saya tidak kuat dengan suntikan dosis tinggi sehingga
terjadi sesak napas.
Suami saya datang kembali ke RS Omni menagih surat hasil lab 27.000 tersebut namun malah
dihadapkan ke perundingan yang tidak jelas dan meminta diberikan waktu besok pagi datang
langsung ke rumah saya. Keesokan paginya saya tunggu kabar orang rumah sampai jam 12
siang belum ada orang yang datang dari Omni memberikan surat tersebut.
Saya telepon dr G sebagai penanggung jawab kompain dan diberikan keterangan bahwa
kurirnya baru mau jalan ke rumah saya. Namun, sampai jam 4 sore saya tunggu dan ternyata
belum ada juga yang datang ke rumah saya. Kembali saya telepon dr G dan dia mengatakan
bahwa sudah dikirim dan ada tanda terima atas nama Rukiah.
16. Ini benar-benar kebohongan RS yang keterlaluan sekali. Di rumah saya tidak ada nama Rukiah.
Saya minta disebutkan alamat jelas saya dan mencari datanya sulit sekali dan membutuhkan
waktu yang lama. LOgkanya dalam tanda terima tentunya ada alamat jelas surat tertujunya ke
mana kan? Makanya saya sebut Manajemen Omni pembohon besar semua. Hati-hati dengan
permainan mereka yang mempermainkan nyawa orang.
Terutama dr G dan Og, tidak ada sopan santun dan etika mengenai pelayanan customer, tidak
sesuai dengan standard international yang RS ini cantum.
Saya bilang ke dr G, akan datang ke Omni untuk mengambil surat tersebut dan ketika suami
saya datang ke Omni hanya dititipkan ke resepsionis saja dan pas dibaca isi suratnya sungguh
membuat sakit hati kami.
Pihak manajemen hanya menyebutkan mohon maaf atas ketidaknyamanan kami dan tidak
disebutkan mengenai kesalahan lab awal yang menyebutkan 27.000 dan dilakukan revisi
181.000 dan diberikan suntikan yang mengakibatkan kondisi kesehatan makin memburuk dari
sebelum masuk ke RS Omni.
Kenapa saya dan suami saya ngotot dengan surat tersebut? Karena saya ingin tahu bahwa
sebenarnya hasil lab 27.000 itu benar ada atau fiktif saja supaya RS Omni mendapatkan pasien
rawat inap.
Dan setelah beberapa kali kami ditipu dengan janji maka sebenarnya adalah hasil lab saya
27.000 adalah fiktif dan yang sebenarnya saya tidak perlu rawat inap dan tidak perlu ada
suntikan dan sesak napas dan kesehatan saya tidak makin parah karena bisa langsung
tertangani dengan baik.
Saya dirugikan secara kesehatan. Mungkin dikarenakan biaya RS ini dengan asuransi makanya
RS ini seenaknya mengambil limit asuransi saya semaksimal mungkin. Tapi, RS ini tidak
memperdulikan efek dari keserakahan ini.
Sdr Og menyarankan saya bertemu dengan direktur operasional RS Omni (dr B). Namun, saya
dan suami saya sudah terlalu lelah mengikuti permainan kebohongan mereka dengan kondisi
saya masih sakit dan dirawat di RS lain.
Syukur Alhamdulilah saya mulai membaik namun ada kondisi mata saya yang selaput atasnya
robek dan terkena virus sehingga penglihatan saya tidak jelas dan apabila terkena sinar saya
tidak tahan dan ini membutuhkan waktu yang cukup untuk menyembuhkan.
Setiap kehidupan manusia pasti ada jalan hidup dan nasibnya masing-masing. Benar. Tapi,
apabila nyawa manusia dipermainkan oleh sebuah RS yang dipercaya untuk menyembuhkan
malah mempermainkan sungguh mengecewakan.
Semoga Allah memberikan hati nurani ke Manajemen dan dokter RS Omni supaya diingatkan
kembali bahwa mereka juga punya keluarga, anak, orang tua yang tentunya suatu saat juga
sakit dan membutuhkan medis. Mudah-mudahan tidak terjadi seperti yang saya alami di RS
Omni ini.
Saya sangat mengharapkan mudah-mudahan salah satu pembaca adalah karyawan atau dokter
atau Manajemen RS Omni. Tolong sampaikan ke dr G, dr H, dr M, dan Og bahwa jangan sampai
pekerjaan mulia kalian sia-sia hanya demi perusahaan Anda. Saya informasikan juga dr H
praktek di RSCM juga. Saya tidak mengatakan RSCM buruk tapi lebih hati-hati dengan
perawatan medis dari dokter ini.
17. Salam,
Prita Mulyasari
Alam Sutera
Tuntutan RS. Omni Internasional kepada Prita
Dalam kasus pidananya Prita didakwa telah melanggar UU ITE terkait testimoninya atas
ketidakpuasannya terhadap RS Omni International Alam Sutra, Tangerang. Namun Prita
Mulyasari yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga itu divonis bebas oleh PN Tangerang. Lebih
lanjut dalam tulisan ini tidak akan dibahas mengenai kasus pidananya.
Selain dilaporkan secara pidana, Sdri Prita Mulyasari mendapat tuntutan perdata, dari RS Omni
Internasional tersebut, dan dalam petitum gugatan penggugat meminta tuntutan ganti rugi sebesar
Rp 559.623.064.960,- (lima ratus lima puluh Sembilan milyar enam ratus dua puluh tiga juta
enam puluh empat ribu Sembilan ratus enam puluh rupiah).
Dalam kasus perdata ini, sdr. Prita Mulyasari diposisikan sebagai pihak Tergugat, sedangkan
untuk Pihak Penggugat terdiri dari Penggugat I yaitu Pengelola Rumah Sakit, Penggugat II adalah
Dokter yang merawat dan Penggugat III adalah Penanggung Jawab atas keberatan atas pelayanan
Rumah Sakit.
Pada intinya Para Penggugat merasa dirugikan atas tindakan sdri.Prita Mulyasari yang tidak
cukup menyampaikan keluhan dengan mengisi lembar " masukan dan saran", tetapi ternyata
Tergugat membuat surat elektronik terbuka pada situs : customercare@banksinarmas.com dengan
judul "penipuan Omni Internasional Hospital Alam Sutera Tangerang" dan "manajemen Omni
Pembohong besar semua" dan "saya informasikan juga Penggugat II pratik di di RSCM juga, saya
tidak mengatakan RSCM buruk tetapi hati-hati dengan perawatan medis dokter ini" serta
"tanggapan Penggugat III yang katanya adalah Penanggung jawab masalah complain saya ini
tidak professional sama sekali…." Dan " tidak ada sopan santun dan etika mengenai pelayanan
customer…." Yang disebarkan keberbagai email.
Akibat pengiriman email tersebut, Para penggugat merasa dirugikan dan tercemar nama baiknya.
Perkara Perdata tersebut di sidang di Pengadilan Negeri Tangerang dengan nomor register perkara
Nomor 300/PDT.G/2008/PN.TNG. Atas perkara tersebut Majelis Hakim Pengadilan Negeri
tangerang pada tanggal 11 Mei 2009 telah menjatuhkan putusan yang mana pada pokoknya :
1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk sebagian
2. Menyatakan Tergugat telah melakukan perbuatan melawan hukum terhadap para
penggugat
3. Menghukum Tergugat untuk membayar ganti kerugian sebesar Rp 314.268.360,- (tiga
ratus empat belas juta dua ratus enam puluh delapan ribu tiga ratus enam puluh rupiah)…
4. Dst….
Atas putusan tersebut Tergugat mengajukan upaya hukum banding ke Pengadilan Tinggi Banten.
Ditingkat banding perkara Perdata gugatan terhadap prita mendapat nomor register perkara
Nomor 71/Pdt/2009/PT.Btn. Pada tanggal 08 Sepetember 2009 Majelis Hakim pengadilan Tinggi
banten menjatuhkan putusan yang pada pokoknya menguatkan putusan PN Tangerang, namun
dengan perbaikan sekedar mengenai Kehilangan keuntungan dan besarnya ganti rugi.
18. Dalam putusan Pengadilan Tinggi Banten di sebutkan secara terpisah nilai ganti kerugian yang
harus ditanggung tergugat baik secara materiiil dan immaterial. Secara materiil Tergugat harus
membayar ganti rugi sebesar Rp 164.286.380,- (seratus enam puluh empat juta dua ratus delapan
puluh enam ribu tiga ratus delapan puluh rupiah) dang anti rugi immaterial sebesar Rp
40.000.000,- (empat puluh juta rupiah);
Tergugat tidak menerima putusan banding tersebut dan mengajukan upaya hukum Kasasi. Dalam
pemeriksaan tingkat kasasi perkara mendapat nomor register 300K/pdt/2010. Majelis Hakim
tingkat kasasi pada tanggal 29 Sepetember 2010 telah menjatuhkan putusan yang pada pokoknya
Mengabulkan permohonan kasasi dan membatalkan putusan Pengadilan Tinggi Banten.
Majelis Hakim tingkat Kasasi dalam putusannya adalah menolak seluruh gugatan dari Para
Penggugat.
19. BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Di dunia ini banyak hal yang memiliki dualisme yang kedua sisinya saling berlawanan.
Seperti teknologi informasi dan komunikasi, hal ini diyakini sebagai hasil karya cipta
peradaban manusia tertinggi pada zaman ini. Namun karena keberadaannya yang bagai
memiliki dua mata pisau yang saling berlawanan, satu mata pisau dapat menjadi manfaat bagi
banyak orang, sedangkan mata pisau lainnya dapat menjadi sumber kerugian bagi yang lain,
banyak pihak yang memilih untuk tidak berinteraksi dengan teknologi informasi dan
komunikasi. Sebagai manusia yang beradab, dalam menyikapi dan menggunakan teknologi ini,
mestinya kita dapat memilah mana yang baik, benar dan bermanfaat bagi sesama, kemudian
mengambilnya sebagai penyambung mata rantai kebaikan terhadap sesama, kita juga mesti
pandai melihat mana yang buruk dan merugikan bagi orang lain untuk selanjutnya kita
menghindari atau memberantasnya jika hal itu ada di hadapankita.
SARAN
Cybercrime adalah bentuk kejahatan yang mestinya kita hindari atau kita berantas
keberadaannya. Cyberlaw adalah salah satu perangkat yang dipakai oleh suatu negara untuk
melawan dan mengendalikan kejahatan dunia maya (cybercrime) khususnya dalam hal kasus
cybercrime yang sedang tumbuh di wilayah negara tersebut. Seperti layaknya pelanggar hukum
dan penegak hukum.
20. Demikian makalah ini kami susun dengan usaha yang maksimal dari tim kami, kami
mengharapkan yang terbaik bagi kami dalam penyusunan makalah ini maupun bagi para
pembaca semoga dapat mengambil manfaat dengan bertambahnya wawasan dan pengetahuan
baru setelah membaca tulisan yang ada pada makalah ini. Namun demikian, sebagai manusia
biasa kami menyadari keterbatasan kami dalam segala hal termasuk dalam penyusunan makalah
ini, maka dari itu kami mengharapkan kritik atau saran yang membangun demi terciptanya
penyusunan makalah yang lebih sempurna di masa yang akan datang. Atas segala perhatiannya
kami ucapkan terimakasih.