Dokumen tersebut membahas tentang legenda asal usul nama pulau-pulau di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat. Menurut legenda, dua orang lelaki bersaing untuk mendapatkan buah sipeu, yang menyebabkan perpecahan di desa asal. Lelaki kedua beserta keluarganya kemudian berlayar mencari pulau baru, sambil memberi nama pulau-pulau yang mereka singgahi berdasarkan kejadian yang mereka alami.
Sejak 2001, DD telah mengembangkan sebuah jaringan pelayanan kesehatan khusus untuk dhuafa di Indonesia melalui LKC dan pengembangannya. Saat ini LKC telah berkembang secara horisontal maupun vertikal.
Pengembangan secara vertikal adalah dengan membangun mekanisme pelayanan berjenjang dari mulai Pos Sehat, Gerai Sehat, dan nantinya Rumah Sehat Terpadu.
Pengembangan secara horisontal adalah dengan menginisiasi dan mendampingi pendirian cabang-cabang LKC. Saat ini yang telah berdiri dan memberi pelayanan adalah LKC Makasar dan LKC Jogja.
Kebutuhan masyarakat dhuafa terhadap akses pelayanan kesehatan memang masih sangat besar. Yang berperan utama dalam mengatasi kebutuhan ini adalah pemerintah melalui Puskesmas, Puskesmas Pembantu , dan Rumah Sakit Umum Daerah maupun Pusat.
Namun, peran swasta terutama lembaga amil zakat yang terus tumbuh dan berkembang di masyarakat untuk memberdayakan dana zakat dengan mendirikan layanan kesehatan Cuma-Cuma juga sangat membantu pelayanan kesehatan yang berkualitas bagi warga dhuafa.
mendiskripsikan mengenai bagaimana cara penulisan karya tulis yang benar untuk diajukan sebagai tugas akhir bagi pemenuhan nilai latihan penulisan mapel bahasa indonesia referensi sangat berguna bagi siswa yang baru pertama kali menulis karya tulis ataupun laporan study wisata
Legenda cerita rakyat sumatra barat legenda puti juilan kabupaten agamChia Ie
Pada saat akan menjawab pertanya ketiga, ia memekik lagi dengan suara yang sangat keras seraya melompat tinggi kebubungan rumah. Semua yang hadir menyaksikan peristiwa tersebut lari berhamburan ke luar rumah. Mereka melihat tubuh Puti Juilan di atas bubungan sedikit demi sedikit ditumbuhi oleh bulu berwarna putih. Lama-kelamaan, bulu itu semakin tebal dan memenuhi tubuhnya. Bentuk tubuh dan wajahnya pun perlahan-lahan berubah menyerupai seekor siamang/kera.
Sejak 2001, DD telah mengembangkan sebuah jaringan pelayanan kesehatan khusus untuk dhuafa di Indonesia melalui LKC dan pengembangannya. Saat ini LKC telah berkembang secara horisontal maupun vertikal.
Pengembangan secara vertikal adalah dengan membangun mekanisme pelayanan berjenjang dari mulai Pos Sehat, Gerai Sehat, dan nantinya Rumah Sehat Terpadu.
Pengembangan secara horisontal adalah dengan menginisiasi dan mendampingi pendirian cabang-cabang LKC. Saat ini yang telah berdiri dan memberi pelayanan adalah LKC Makasar dan LKC Jogja.
Kebutuhan masyarakat dhuafa terhadap akses pelayanan kesehatan memang masih sangat besar. Yang berperan utama dalam mengatasi kebutuhan ini adalah pemerintah melalui Puskesmas, Puskesmas Pembantu , dan Rumah Sakit Umum Daerah maupun Pusat.
Namun, peran swasta terutama lembaga amil zakat yang terus tumbuh dan berkembang di masyarakat untuk memberdayakan dana zakat dengan mendirikan layanan kesehatan Cuma-Cuma juga sangat membantu pelayanan kesehatan yang berkualitas bagi warga dhuafa.
mendiskripsikan mengenai bagaimana cara penulisan karya tulis yang benar untuk diajukan sebagai tugas akhir bagi pemenuhan nilai latihan penulisan mapel bahasa indonesia referensi sangat berguna bagi siswa yang baru pertama kali menulis karya tulis ataupun laporan study wisata
Legenda cerita rakyat sumatra barat legenda puti juilan kabupaten agamChia Ie
Pada saat akan menjawab pertanya ketiga, ia memekik lagi dengan suara yang sangat keras seraya melompat tinggi kebubungan rumah. Semua yang hadir menyaksikan peristiwa tersebut lari berhamburan ke luar rumah. Mereka melihat tubuh Puti Juilan di atas bubungan sedikit demi sedikit ditumbuhi oleh bulu berwarna putih. Lama-kelamaan, bulu itu semakin tebal dan memenuhi tubuhnya. Bentuk tubuh dan wajahnya pun perlahan-lahan berubah menyerupai seekor siamang/kera.
Legenda cerita rakyat sumatra utara legenda si kantan anak durhaka – labuhan ...Chia Ie
Cerita di atas termasuk cerita teladan yang berisi pesan-pesan moral. Salah satu pesan moral yang terkandung di dalamnya adalah akibat buruk dari sikap durhaka kepada orang tua. Akibat buruk itu dialami si Kantan, karena ia tidak mau mengakui ibu kandungnya sendiri setelah ia menjadi kaya raya, Padahal ada pepatah mengatakan “SURGA ADA DIBAWAH TELAPAK KAKI IBU”.
Bahkan ia berani menghardik dan mengusir ibunya, pada saat itupun sebenarnya Si Kantan telah menghardik dan mengusir “SURGA” baginya.
Maka, Tuhan pun murka kepadanya, dan akhirnya ia ditenggelamkan bersama kapalnya yang besar dan megah itu ke dasar Sungai Barumun.
Legenda cerita rakyat sumatra utara legenda batu gantung asal mula nama kota ...Chia Ie
Warga yang menyaksikan peristiwa itu menceritakan kepada warga lainnya bahwa sebelum lubang itu tertutup,
terdengar suara:
“Parapat… parapat batu… parapatlah!” Oleh karena kata “parapat” sering diucapkan orang dan banyak yang menceritakannya, maka Pekan yang berada di tepi Danau Toba itu kemudian diberi nama “Parapat”.
Parapat kini menjadi sebuah kota kecil salah satu tujuan wisata yang sangat menarik di Provinsi Sumatera Utara,
Indonesia.
Legenda cerita rakyat sumatra utara legenda sima-sima na lungunan - simalungunChia Ie
Sejak itulah Kampung Nagur berubah nama menjadi Sima-sima Nalungunan, yang artinya dalam bahasa simalungun adalah “daerah yang kesepian/sunyi”. Lama-kelamaan, orang-orang menyebutnya Simalungun. Hingga saat ini, kata Simalungun tetap dipakai untuk menyebut nama sebuah Kabupaten di Provinsi Sumatra Utara.
Legenda Cerita Rakyat Sumatra Utara Si Baroar Asal Mula Marga NasutionChia Ie
Si Baroar adalah sebuah legenda yang mengisahkan tentang asal-usul orang-orang Mandailing yang bermarga Nasution di daerah Sumatra Utara, Indonesia.
Menurut cerita, si Baroar adalah anak yatim piatu yang berwajah tampan.
Ia memiliki wajah yang sangat mirip dengan wajah putra Sutan Pulungan, Raja dari Kerajaan Huta Bargot.
Kemiripan wajah kedua anak tersebut membuat Sutan Pulungan dan permaisurinya merasa sangat terhina, karena rakyatnya seringkali keliru menyapa kedua anak itu.
Legenda sumatra utara dongeng batak karo beru sibou dan tare iluhChia Ie
Menurut cerita, pada zaman dahulu kala
di sebuah desa yang terletak di Tanah
Karo, Sumatera Utara, hiduplah
sepasang suami-istri bersama dua orang
anaknya yang masih kecil. Yang pertama
seorang laki-laki bernama Tare Iluh,
sedangkan yang kedua seorang
perempuan bernama Beru Sibou.
Legenda sumatra utara dongeng asal mula danau lau kawarChia Ie
Legenda Lau Kawar merupakan sebuah legenda yang berkembang di Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Kabupaten yang memiliki wilayah seluas 2.127,25 km2 ini terletak di dataran tinggi Karo, Bukit Barisan, Sumatera Utara. Oleh karena daerahnya terletak di dataran tinggi, sehingga kabupetan ini dijuluki Taneh Karo Simalem. Kabupaten ini memiliki iklim yang sejuk dengan suhu berkisar antara 16o sampai 17oC dan tanah yang subur. Maka tidak heran, jika daerah ini sangat kaya dengan keindahan alamnya. Salah satunya adalah keindahan Danau Lau Kawar, yang terletak di Desa Kuta Gugung, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo. Air yang bening dan tenang, serta bunga-bunga anggrek yang indah, yang mengelilingi danau ini menjadi pesona alam yang mengagumkan.
Menurut masyarakat setempat, sebelum terbentuk menjadi sebuah danau yang indah, Danau Lau Kawar adalah sebuah desa yang bernama Kawar. Dahulu, daerah tersebut merupakan kawasan pertanian yang sangat subur. Mata pencaharian utama penduduknya adalah bercocok tanam. Hasil pertanian mereka selalu melimpah ruah, meskipun tidak pernah memakai pupuk dan obat-obatan seperti sekarang ini. Suatu waktu, terjadi malapetaka besar, sehingga desa Kawar yang pada awalnya merupakan sebuah desa yang subur menjelma menjadi sebuah danau.
Legenda aceh si parkit raja parakeet yang cerdikChia Ie
Alkisah diceritakan orangtua dulu di tengah hutan belantara itu, hiduplah sekawanan burung parakeet yang hidup damai, tenteram, dan makmur. Setiap hari mereka bernyanyi riang dengan suara merdu bersahut-sahutan dan saling membantu mencari makanan. Kawanan burung tersebut dipimpin oleh seorang raja parakeet yang bernama Si Parkit. Namun, di tengah suasana bahagia itu, kedamaian mereka terusik oleh kedatangan seorang Pemburu. Ternyata, ia berniat menangkap dan menjual burung parakeet tersebut. Pelan-pelan tapi pasti, si Pemburu itu melangkah ke arah kawanan burung parakeet itu, lalu memasang perekat di sekitar sarang-sarangnya.
Legenda aceh kisah tujuh bersaudara yang berbaktiChia Ie
Pada jaman dahulu di sebuah kampung di daerah Nanggro Aceh Darussalam, ada sepasang suami-istri yang mempunyai tujuh orang anak laki-laki yang masih kecil. Anak yang paling tua berumur sepuluh tahun, sedangkan yang paling bungsu berumur dua tahun. Untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, sepasang suami-istri itu menanam sayur-sayuran untuk dimakan sehari-hari dan sisanya dijual ke pasar. Meskipun serba pas-pasan, kehidupan mereka senantiasa rukun, damai, dan tenteram.
Pada suatu waktu, kampung mereka dilanda musim kemarau yang berkepanjangan. Semua tumbuhan mati karena kekeringan. Penduduk kampung pun mulai kekurangan makanan. Persediaan makanan mereka semakin hari semakin menipis, sementara musim kemarau tak kunjung usai. Akhirnya, seluruh penduduk kampung menderita kelaparan, termasuk keluarga sepasang suami-istri bersama tujuh orang anaknya itu.
Legenda aceh kisah si kepar bocah yang bijaksanaChia Ie
Diceritakan, di sebuah daerah di Kapupaten Aceh Tenggara, hiduplah seorang janda bersama dengan seorang anak laki-lakinya yang bernama Si Kepar. Ayah dan ibu si Kepar bercerai sejak si Kepar masih berusia satu tahun, sehingga ia tidak mengenal sosok ayahnya. Sebagai anak yatim, Si Kepar sering diejek oleh teman-teman sepermainannya sebagai jazah (anak tak berayah, istilah ini belum termasuk dalam kamus besar bahasa indonesia sehingga pencarian kata jazah terbatas hanya sebagai istilah lokal saja. http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php). Oleh karena itu, Si Kepar ingin mengetahui siapa sebenarnya ayahnya.
Legenda aceh kisah putra mahkota amat mude yang murah hatiChia Ie
Pada jaman kerajaan dulu, di Negeri Alas, Nanggroe Aceh Darussalam, ada sebuah kerajaan yang diperintah oleh seorang raja yang arif dan bijaksana. Seluruh rakyatnya selalu patuh dan setia kepadanya. Negeri Alas pun senantiasa aman dan damai. Namun satu hal yang membuat sang Raja selalu bersedih, karena belum dikaruniai seorang anak. Sang Raja ingin sekali seperti adiknya yang sudah memiliki seorang anak.
Legenda aceh beungong meulu dan beungong peukeunChia Ie
Pada zaman dahulu kala, di sebuah negeri di Aceh, hidup dua orang kakak-beradik yang bernama Beungong Meulu dan Beungong Peukeun. Kedua orangtua mereka telah meninggal dunia. Tiap hari Beungong Peukeun mencari udang di danau. Suatu hari Beungong Peukun tidak mendapat seekor udang pun. Saat hendak pulang, dia melihat sebuah benda yang menarik hatinya. Ternyata benda itu sebutir telur.
Sesampainya di rumah, direbusnya telur tadi dan dimakannya. Sungguh aneh, keesokan harinya
Beungong Peukeun merasa sangat haus. Bukan hanya itu, tubuhnya pun semakin panjang dan
bersisik. Akhirnya, suatu pagi saat bangun dari tidurnya Beungong Peukun telah berubah menjadi seekor naga.
Diceritakan pada zaman dahulu di negeri Semeulue, tersebutlah seorang raja yang kaya-raya. Raja itu sangat disenangi oleh rakyatnya, karena kedermawanannya. Namun, ia tidak memiliki anak setelah sepuluh tahun menikah dengan permaisurinya. Oleh karena sudah tidak tahan lagi ingin punya keturunan, Raja itu pun pergi bersama permaisurinya ke hulu sungai yang airnya sangat dingin untuk berlimau dan bernazar, agar dikaruniai seorang anak yang kelak akan mewarisi tahta kerajaan.
Pada jaman dahulu kala, di Negeri Nanggroe Aceh Darussalam, Indonesia, hiduplah seorang Raja yang adil dan bijaksana. Sang Raja mempunyai seorang permaisuri yang sedang hamil tua. Suatu ketika, sang Raja pergi berburu binatang ke hutan. Ketika itulah permaisurinya melahirkan seorang anak laki-laki yang tampan di istana, dan diberinya nama Banta Seudang. Namun, malang nasib bagi sang Raja, karena ia tidak bisa melihat wajah tampan putranya. Kedua matanya buta terkena ranting kayu saat berburu di hutan. Sejak saat itu, ia tidak dapat melaksanakan tugas-tugas kerajaan lagi.
Pada dahulu kala, diceritakan di sebuah dusun terpencil di daerah Nanggroe Aceh Darussalam, hiduplah seorang janda bersama seorang anak laki-lakinya yang bernama Banta Berensyah. Banta Berensyah seorang anak yang rajin dan mahir bermain suling. Kedua ibu dan anak itu tinggal di sebuah gubuk bambu yang beratapkan ilalang dan beralaskan dedaunan kering dengan kondisi hampir roboh. Kala hujan turun, air dengan leluasa masuk ke dalamnya. Bangunan gubuk itu benar-benar tidak layak huni lagi. Namun apa hendak dibuat, jangankan biaya untuk memperbaiki gubuk itu, untuk makan sehari-hari pun mereka kesulitan.
Tersebutlah dua bersaudara putra Sultan Johor, Malaysia. Mereka adalah Muria dan Sengede. Suatu hari, kakak beradik itu menggembala itik di tepi laut sambil bermain la yang-layang. Tiba-tiba datang badai dahsyat sehingga benang layang-layang mereka pun putus. Sekuat tenaga mereka mengejar layang-layang tersebut. Mereka lupa bahwa pada saat itu mereka sedang menggembala itik, hingga itiknya pun pergi entah ke mana. Setelah gagal menemukan layang-layang mereka, barulah mereka teringat akan itik-itik mereka. Tetapi malang, itik-itik itu tak lagi nampak. Mereka pun pulang dengan ketakutan akan mendapat marah dari orangtua mereka.
Legenda china sejarah dan mitology tahun baru china - imlek - lunar new yearChia Ie
"Gōngxǐ fācái" (bahasa Mandarin) - "Kung hei fat choi"
(bahasa Kantonis) - "Kiong hi huat cai" (bahasa Hokkien)
- "Kiong hi fat choi" {bahasa Hakka) - "Xīnnián kuàilè" (新
年快樂) = "Selamat Tahun Baru" ……
Legenda china kisah kaisar yao dan kaisar shunChia Ie
Kira-kira pada 4,000 tahun yang lalu, dalam proses terbentuknya Bangsa Tionghoa, muncullah
beberapa tokoh yang brilian, antara lain, Yao, Shun dan Yu.
Yao, disebut dengan nama Fangxun
dalam Kitab Shangshu dan Kitab
Sejarah. Pada masa kemudian, Yao
disebut juga dengan nama Taotang,
maka ia pun mendapat nama
Tangyao.
Legenda china kisah empat naga yang baik hatiChia Ie
Dahulu kala, tidak ada sungai dan danau di bumi, hanya ada Laut Timur, yang ditinggali oleh empat
naga: Naga Panjang, Naga Kuning, Naga Hitam dan Naga Mutiara.
Suatu hari empat naga terbang dari laut menuju ke langit. Mereka bermain-main di antara awan,
melompat-lompat dan menyelam, juga bermain di petak umpet.
Suiren (Pinyin: Suìrén-Shì; Hanzi: 燧人氏
; terjemahan: "pembuat api") atau Suiren
Shi (Suku Suiren) merupakan penemu
api yang paling pertama dalam mitologi
Cina. Namanya memiliki artipria
pengambil api karena ia
membuat api dengan cara menggosok
sebatang kayu pada kayu yang lain
sampai muncul api, kemudian mengajar
masyarakat untuk menggunakannya
dalam memasak. Itulah sebabnya, ia
juga diasosiasikan dengan teknik
memangang makanan di atas api.
Legenda china, dongeng asal usul tahun china (shio)Chia Ie
Sejak hari itu tahun dinamakan mengikuti urutan nama keduabelas hewan itu, Tikus, Kerbau, Harimau,
Kelinci, Naga, Ular, Kuda, Kambing, Monyet, Ayam jantan, Anjing dan terakhir Babi.
Legenda china, cerita rakyat dongeng - asal usul perayaan kue bulanChia Ie
Lama kelamaan kegiatan sembahyangnya Hou Yi yang mereka hormati diketahui oleh rakyat dan rakyat
juga mengetahui bahwa istri Hou Yi, Chang'E yang juga mereka cintai telah naik ke khayangan dan
menjadiDEWI BULAN atau CHANG ERL yang menetap di Bulan, akhirnya rakyat China/Tiongkok
pun mengikuti tradisi sembahyang kepada bulan itu dan menyajikan makanan kesukaan Chang'E yang
kemudian disebut dengan nama KUE BULAN atau MOON CAKE atau TIONG CHIU
PIA atau GWEE PIA atau Nyekh Ppyang yang kebetulan saat itu sedang musim gugur saat para
petani sehabis memanen hasil taninya, sejak saat itulah setiap tahunnya pada hari ke lima belas
bulan delapan Kalender Tionghoa atau Biasanya jatuh pada minggu kedua
September sampai minggu kedua Oktober pada tahun masehi, rakyat
china/tiongkok merayakan festival kue bulan.
Apakah program Sekolah Alkitab Liburan ada di gereja Anda? Perlukah diprogramkan? Jika sudah ada, apa-apa saja yang perlu dipertimbangkan lagi? Pak Igrea Siswanto dari organisasi Life Kids Indonesia membagikannya untuk kita semua.
Informasi lebih lanjut: 0821-3313-3315 (MLC)
#SABDAYLSA #SABDAEvent #ylsa #yayasanlembagasabda #SABDAAlkitab #Alkitab #SABDAMLC #ministrylearningcenter #digital #sekolahAlkitabliburan #gereja #SAL
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
Legenda cerita rakyat sumatra barat legenda nama pulau-pulau di mentawai bumi sikerei
1. http://agathanicole.blogspot.com
May 11, 2014
LEGENDA CERITA RAKYAT
Provensi Sumatra Barat ‐ Indonesia
‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐
SEKILAS TENTANG KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI
Kabupaten Kepulauan Mentawai adalah salah satu kabupaten yang terletak di provinsi Sumatera Barat,
Indonesia. Kabupaten ini dibentuk berdasarkan UU RI No. 49 Tahun 1999 dan dinamai menurut nama
asli geografisnya. Kabupaten ini terdiri dari 4 kelompok pulau utama yang berpenghuni yaitu
Pulau Siberut, Pulau Sipora, Pulau Pagai Utara dan Pulau Pagai Selatan yang dihuni oleh
mayoritas masyarakat suku Mentawai. Selain itu masih ada beberapa pulau kecil lainnya yang
berpenghuni namun sebahagian besar pulau yang lain hanya ditanami dengan pohon kelapa.
Kabupaten Kepulauan Mentawai merupakan kabupaten kepulauan yang terletak memanjang dibagian
paling barat pulau Sumatera dan dikelilingi oleh Samudera Hindia. Kepulauan Mentawai merupakan
bagian dari serangkaian pulau non-vulkanik dan gugus kepulauan itu merupakan puncak-puncak dari
suatu punggung pegunungan bawah laut.
Suku Mentawai adalah penghuni asli Kepulauan Mentawai. Sebagaimana suku Nias dan suku Enggano,
mereka adalah pendukung budaya Proto-Melayu yang menetap di Kepulauan Nusantara sebelah barat,
walaupun ada di antara mereka mengenal beberapa mitologi yang kadang agak kabur dan sukar
Figure 1 West Sumatra Province _ Mentawai Islands
2. http://agathanicole.blogspot.com
May 11, 2014
dipercaya. Masyarakat setempat menyebut negeri mereka dengan nama “
. Tradisi yang khas adalah penggunaan tato di sekujur tubuh, yang terkait dengan
peran dan status sosial penggunanya agak mirip dengan budaya dayak di Kalimantan.
Sebahagian besar penghuni pulau-pulau di kabupaten Kepulauan Mentawai berasal dari pulau Siberut.
Masyarakat suku Mentawai secara fisik memiliki kebudayaan agak kuno yaitu zaman neolitikum dimana
pada masyarakat ini tidak mengenal akan teknologi pengerjaan logam, begitu pula bercocok tanam
maupun seni tenun.
Penduduk di kabupaten ini separuhnya adalah penganut animisme, kemudian sebahagian beragama
Kristen dan Islam. Setelah kemerdekaan masyarakat di kabupaten ini telah membaur dengan suku-suku
bangsa lain yang ada di Indonesia terutama setelah kabupaten ini menjadi salah satu daerah
transmigrasi.
Pusat pemerintahan dari kabupaten Kepulauan Mentawai adalah berada di Tuapejat, sebelah utara dari
pulau Sipora. Daerah ini memiliki potensi alam yang banyak, selain dalam bidang perkebunan, pertanian
dan perikanan. Daerah ini memiliki potensi untuk menjadi daerah kawasan wisata. Hasil laut merupakan
salah potensi yang terus dikembangkan di kabupaten ini terutama ikan kerapu yang laku untuk di ekspor.
Untuk menyokong pembangunan di daerah ini pemerintah pusat dan daerah merencanakan akan
membangun PLTU Tuapejat dengan kapasitas 6 MW.
Satwa Endemik :
Satwa Bumi Sikerei_ 1_BOKOI ‐ Beruk
Mentawai, Macaca pagensis
Satwa Bumi Sikerei_ 2_Monyet ekor babi,
simakobu, pig tailed langur (Simias concolor)
Satwa Bumi Sikerei_3_Tupai Kasturi Mentawai,
Tupaia chrysogaster
Satwa Bumi Sikerei_ 4_Siamang Mentawai,
Hylobates klossii
Satwa Bumi Sikerei_ 5_Lutung Mentawai,
Presbytis potenziani
Satwa Bumi Sikerei_6_ Tikus Duri Pagai,
Maxomys pagensis
4. http://agathanicole.blogspot.com
May 11, 2014
===================================== Ω =======================================
Itulah pengetahuan singkat tentang Kabupaten Mentai di Provensi Sumatra Barat, disamping fakta-fakta
tersebut ada mitos yang menjadi legenda di masyarakat tentang asal-usul penamaan pulau-pulau di
Kabupaten Mentawai, Legenda itu adalah ……..
Dahulu, suku Mentawai masih tinggal dalam satu kampung bernama Simatalu yang kini termasuk ke
dalam wilayah Kecamatan Siberut Utara. Mereka senantiasa hidup rukun dan saling menghormati satu
sama lain. Suatu ketika, kerukunan masyarakat di kampung itu terpecah akibat ulah seorang warganya
yang membuat kekacauan.
Hari itu, tampak seorang lelaki setengah baya berjalan seorang diri menuju ke hutan untuk mencari
kayu bakar. Saat sedang asyik mengumpulkan ranting-ranting kayu yang sudah kering, tiba-tiba ia
melihat sebatang pohon sipeu (nama daerah yang sejenis buah mangga yang terdapat di Siberut
Utara). Rupanya, pohon sipeu itu sedang berbuah lebat dan mulai masak. Maka, ia pun membuat garis
lingkaran di tanah mengelilingi batang pohon itu.
“Semoga buah pohon sipeu ini jatuh di dalam lingkaran yang ku buat ini sehingga akan menjadi milikku,”
gumam lelaki setengah baya itu dengan penuh harapan.
Usai berkata demikian, lelaki setengah baya itu pun pulang sambil memikul kayu bakar yang telah
dikumpulkannya. Selang beberapa saat kemudian, datang pula seorang lelaki lain di tempat itu. Saat
melihat garis lingkaran di bawah pohon sipeu itu, ia pun tertarik untuk membuat garis lingkaran yang
lebih luas.
“Ah, aku juga mau membuat garis lingkaran di sini. Semoga buah sipeu ini jatuh di dalam lingkaranku,”
harapnya seraya meninggalkan tempat itu.
Keesokan harinya, pagi-pagi sekali si lelaki yang pertama kembali mendatangi tempat itu. Mulanya, ia
merasa senang karena melihat ada sebuah sipeu yang sudah masak jatuh di garis lingkarannya.
Namun, ketika hendak mengambil buah itu, tiba-tiba pandangannya tertuju pada sebuah sipeu lain yang
lebih besar dan tergeletak di dalam garis lingkaran yang dibuat oleh orang lain. Pada saat itulah muncul
sifat serakahnya.
“Ah, masak aku yang lebih awal membuat garis lingkaran hanya mendapatkan buah sipeu kecil?”
gumamnya.
“Selagi orang itu belum datang, sebaiknya aku tukar saja buah sipeu itu.”
Lelaki yang serakah itu cepat-cepat mengambil buah sipeu yang besar kemudian menaruh sipeu kecil
miliknya ke dalam garis lingkaran orang lain. Setelah itu, ia bergegas kembali ke rumahnya dengan
Satwa Bumi Sikerei_ 16_ Rusa Sambar, Cervus
unicolor oceanus
Satwa Bumi Sikerei_ 17_ Burung
Hantu Mentawai, Otus mentawai
Satwa Bumi Sikerei_18_ Ular Pelangi Mentawai,
Calamaria klossii
5. http://agathanicole.blogspot.com
May 11, 2014
perasaan senang. Sepeninggal lelaki paruh baya itu, lelaki yang kedua pun tiba di tempat itu. Betapa
senang hatinya saat melihat sebuah sipeu kecil tergeletak di dalam garis lingkarannya.
Namun, ketika hendak mengambil buah itu, ia merasa ada sesuatu yang janggal pada tempat buah itu
terjatuh. Jejak buah yang tercetak di tanah itu tidak sama dengan buah sipeu miliknya.
“Hai, kenapa jejak buah sipeu ini jauh lebih besar daripada buahnya?” gumam lelaki itu,
“Pasti ada sesuatu yang tidak beres.”
Merasa curiga, lelaki kedua itu pun segera memeriksa garis lingkaran milik orang lain. Dugaannya benar.
Setelah mencocokkan jejak yang ada di garis lingkaran itu dengan buah sipeu yang dipegangnya
ternyata ukurannya sama persis. Dengan perasaan kecewa, ia pun membawa pulang buah sipeu itu.
Setiba di rumah, ia kemudian berpikir bahwa seseorang pasti telah berlaku tidak adil pada dirinya. Ia
merasa telah ditipu dan tenggelam dalam perasaan resah. Tak mau berlama-lama terhanyut dalam
perasaan tertipu dan resah, maka ia pun berniat untuk menyelidiki siapa yang telah melakukan
kecurangan itu.
“Ah, aku harus mencari tahu siapa orang yang telah menipuku itu,” tekadnya.
Keesokan harinya, lelaki yang kedua itu datang lebih pagi ke hutan. Ia kemudian memanjat pohon sipeu
itu lalu mengambil dua buahnya dengan ukuran yang berbeda. Buah sipeu yang lebih besar diletakkan
di garis lingkaran miliknya, sedangkan buah sipeu yang kecil diletakkan di garis lingkaran orang lain.
Setelah itu, ia bersembunyi di balik semak-semak.
Tak berapa lama kemudian, lelaki yang pertama pun datang. Dengan cepat-cepat ia kembali menukar
buah sipeu kecil yang jatuh di lingkrannya dengan buah sipeu besar milik orang lain. Lelaki kedua yang
menyaksikan kejadian itu pun jadi tahu bahwa orang yang telah menipunya selama ini adalah
tetangganya sendiri, orang sekampung di Simatalu.
6. http://agathanicole.blogspot.com
May 11, 2014
Karena tidak ingin terjadi pusabuat
(perpecahan) di antara mereka, ia memilih
mencari daerah baru untuk tempat tinggal.
Suatu hari, lelaki yang kedua beserta seluruh
sanak keluarganya meninggalkan kampung
Simatalu.
Mereka berlayar tanpa arah dan tujuan yang
jelas. Setelah beberapa hari mengarungi
samudera, sampailah mereka di suatu daerah
yang bermuara dua. Rombongan ini singgah
sejenak di daerah itu dan memeriksa keadaan
sekitar. Setelah memeriksa kondisi cuaca dan iklim, ternyata daerah tersebut dianggap tidak bagus untuk
dijadikan tempat tinggal. Akhirnya rombongan ini memutuskan untuk meninggalkan daerah itu. Namun,
sebelum pergi, mereka menamakan daerah tersebut dengan nama Dua Monga (dua muara).
Rombongan ini akhirnya melanjutkan pelayaran hingga sampai di suatu daerah yang lain. Ketika kapal
mereka tiba daerah itu, anjing yang mereka bawa mendahului turun. Maka, daerah itu pun mereka namai
Majojok. Setelah mereka memeriksa keadaan alamnya, ternyata daerah itu tidak cocok juga untuk
dijadikan tempat tinggal. Akhirnya, mereka pun memutuskan untuk mencari daerah lain.
Setelah beberapa hari berlayar, rombongan pengembara itu sampai pada suatu daerah. Ketika hendak
turun dari kapal, gelang salah seorang anggota rombongan terjatuh. Maka daerah itu mereka namakan
Bele Raksok, yang artinya gelang jatuh. Usai memeriksa keadaan di sekitarnya, daerah itu juga dinilai
masih belum cocok untuk dijadikan tempat tinggal.
Rombongan pun kembali berlayar hingga sampai di sebuah daerah di Siberut Selatan. Pemandangan di
sekitar daerah tersebut sungguh mempesona. Pantainya berpasir putih sehingga tampak bagus dan
indah. Mereka pun menamai daerah itu Bulau Buggei, yang artinya pasir putih. Namun, setelah diteliti,
ternyata daerah itu masih dianggap kurang cocok sehingga mereka pun melanjutkan pelayaran.
Setelah beberapa hari berlayar, rombongan itu kembali berlabuh di sebuah daerah di Siberut Selatan.
Oleh karena daerah itu memiliki banyak Muntei, maka mereka menamainya Muntei. Setelah diteliti,
daerah itu juga tidak juga cocok dijadikan tempat untuk menetap. Akhirnya, mereka kembali meneruskan
pelayaran. Di tengah perjalanan, rombongan itu mulai dilanda rasa putus asa.
“Sudah banyak daerah kita kunjungi, tapi belum juga ada yang cocok untuk dijadikan tempat menetap.
Ingin kembali ke Simatalu juga sudah tidak mungkin,” ungkap salah seorang rombongan itu.
“Kalau begitu, sebaiknya kita meneruskan pelayaran,” ujar seorang anggota rombongan yang lain.
Akhirnya, rombongan itu kembali melanjutkan perjalanan hingga sampai di sebuah pulau yang banyak
terdapat pohon Paddegat. Mereka pun menamai pulau itu Pulau Mapaddegat. Pulau ini kini termasuk
ke dalam wilayah Sipora. Karena tempat itu tidak cocok untuk dijadikan tempat menetap, rombongan ini
akhirnya meneruskan pelayaran.
Pelayaran kembali dilanjutkan hingga rombongan tiba di Tuapejat yang masih termasuk ke dalam
wilayah Sipora. Setelah diteliti, daerah itu memiliki cuaca dan iklim yang bagus sehingga mereka pun
memutuskan untuk menetap di sana. Mereka mulai membangun rumah dan membuka lahan perkebunan
untuk ditanami. Daerah itu terus berkembang sehingga lama-kelamaan menjadi kampung yang ramai.
7. http://agathanicole.blogspot.com
May 11, 2014
Hingga kini, Tuapejat menjadi sebuah nama desa di wilayah Kecamatan Sipora Utara sekaligus sebagai
ibukota Kabupaten Kepulauan Mentawai.
Demikian cerita Legenda Nama Pulau-Pulau Di Mentawai, Bumi Sikerei dari daerah Kepulauan
Mentawai, Sumatra Barat. Pesan moral yang dapat dipetik dari cerita di atas adalah :
Bahwa bijaksananya Pria pertama yang rela pergi mencari wilayah lain untuk hidupnya dan keluarganya
di masa depan daripada menimbulkan perpecahan/pertikaian dengan pria kedua.
Dan Pria kedua seharusnya mensyukuri apa yang telah menjadi rejekinya dan menghormati hak orang
lain.
Dan kitapun dapat mengambil pembelajaran baik pada cerita ini, baiknya MENGALAH UNTUK
MENANG (mendapatkan wilayah baru walau dengan susah payah) dan MENSYUKURI REZEKI
yang kita dapat, meskipun besar atau kecil.
Cerita-cerita legenda yang berkembang dalam masyarakat,
ternyata sangat berpengaruh pada kehidupan kita di masa
modern ini dimana kadang-kadang cerita legenda yang oleh
sebagian orang dianggap sebagai cerita mitos dan tak masuk
akal, ternyata benar-benar mempengaruhi dan menguak sejarah
masa lalu seperti pernah ditulis dalam satu buku yang berjudul
“Jejak Migrasi Orang Mentawai dalam Tradisi Lisan ” OLEH
JUNIATOR TULIUS, dan ulasannya pernah dimuat oleh Bp.
SURYADI dalam harian KOMPAS, MINGGU, 28 JULI 2 01 3,
diharian tersebut ditulis rekonstruksi atas penyebaran kelompok
suku bangsa pada dasarnya dapat dilakukan dengan
menganalisis cerita keluarga. Lewat pemetaan atas cerita
keluarga, masyarakat Mentawai yang hidup di gugusan kepulauan
Sumatera Barat dapat diperkirakan asal usulnya.
Cerita keluarga yang hidup dalam masyarakat Mentawai memiliki
karakteristik yang berbeda dengan cerita-cerita lisan yang sudah sering diperbincangkan dalam banyak
kajian mengenai tradisi lisan di berbagai belahan dunia. Menurut Juniator Tulius, penulis buku ini, cerita
keluarga dianggap hanya milik satu kelompok kekerabatan tertentu, sedangkan cerita- cerita lisan
dianggap milik kelompok masyarakat yang lebih luas dari kelompok kekerabatan. Oleh sebab itu, baik
fungsi, isi, model pertunjukan, maupun khalayaknya juga berbeda. Buku Family Stories adalah disertasi
Juniator Tulius, putra Mentawai. Seperti terefleksi dari judulnya, buku ini membahas repertoar lisan
berupa cerita-cerita keluarga milik berbagai kelompok kekerabatan (kin groups) yang hidup di Kepulauan
Mentawai. Lewat cerita tentang sengketa buah mangga (sipeu), kisah tentang babi peliharaan
(sakkoko ), dan cerita tentang kegagalan seorang ayah menangkap babi hutan untuk anaknya
(siberi), penulis merekonstruksikan pohon genealogi dan ekspansi beberapa kelompok kekerabatan
asal seperti Siribetung, Salakkau, dan Satairarak. Juniator membahas karakteristik dan makna sosio-
kultural cerita sipeu, sakkoko, dan siberi.
Berdasarkan identifikasi dan interpretasi terhadap tema-tema utama dalam ketiga cerita tersebut, ia
menyimpulkan bahwa cerita-cerita keluarga itu dapat dianggap sebagai catatan sejarah (historical
accounts) mengenai peristiwa- peristiwa pada masa lampau yang telah menyebabkan terjadinya
percabangan awal dalam kelompok kekerabatan asal (ancestors ) yang mula-mula menghuni Kepulauan
Mentawai.
Dalam penelitian lapangan yang dilakukan dari tahun 2002 sampai tahun 2006, Juniator merekam cerita
sipeu, sakkoko, dan siberi dalam beberapa kelompok kekerabatan yang berbeda di Kepulauan
Mentawai. Transkripsi dari rekaman- rekaman itu digunakan untuk merekonstruksi jalur migrasi dan
8. http://agathanicole.blogspot.com
May 11, 2014
http://agathanicole.blogspot.com ™®
penyebaran kelompok kekerabatan asal yang menjadi moyang kelompok-kelompok kekerabatan
penduduk asli Mentawai sekarang.
Dari rekonstruksi itu, yang dilengkapi dengan peta, dapat dikesan bahwa tempat asal kerabat moyang
orang Mentawai adalah lembah Simatalu di Siberut. Dari sanalah, melalui jalur sungai dan pantai,
pecahan-pecahan kerabat-kerabat asal itu menyebar ke berbagai tempat lainnya di Pulau Siberut
sebelum sebagian dari mereka melanjutkan migrasi ke Pulau Sipora. Di antara kelompok-kelompok itu
ada yang balik berimigrasi lagi ke Pulau Siberut. Lembah Simatalu terletak di pantai Pulau Siberut yang
mengarah ke Samudra Indonesia.
Hal ini seolah meninggalkan petunjuk historis bahwa asal muasal nenek moyang orang Mentawai
tidak datang dari daratan Sumatera. Dari rekonstruksi yang dilakukan Juniator, juga dapat dikesan
bahwa tidak ada migrasi kelompok- kelompok kekerabatan yang semula berasal dari Pulau Siberut ke
Pulau Pagai Utara dan Pagai Selatan yang sekarang termasuk dalam gugusan Kepulauan Mentawai.
Apakah itu berarti moyang penduduk asli kedua pulau itu berasal dari kelompok kekerabatan lain yang
datang dari tempat lain? Untuk menjawab pertanyaan ini, mungkin perlu dilakukan kajian lanjutan dengan
memfokuskan perhatian pada cerita-cerita keluarga yang hidup dalam kelompok- kelompok kekerabatan
yang ada di Pulau Pagai Utara dan Pagai Selatan.
Kekerabatan
Rupanya, cerita-cerita keluarga itu digunakan kelompok-kelompok kekerabatan di Mentawai antara lain
untuk memperkuat klaim mereka atas tanah ulayat yang dipersengketakan. Namun, cerita-cerita seperti
itu tidak memberikan informasi yang rinci dan solusi yang jelas untuk menyelesaikan konflik-konflik itu.
Seperti dipaparkan dalam sebuah buku lain mengenai masyarakat Mentawai yang terbit baru-baru ini,
Berebut Hutan Siberut: Orang Mentawai, Kekuasaan, dan Politik Ekologi oleh Darmanto dan Abidah B
Setyowati (2012), konflik pertanahan dan perebutan fungsi hutan di Mentawai, khususnya Siberut, kian
meningkat dan rumit menyusul makin ekstensifnya pengaruh luar terhadap masyarakat adat di salah
satu pulau terluar Indonesia itu sejak 50 tahun terakhir.
Penulis menyimpulkan, cerita-cerita keluarga itu setidaknya mengandung tiga fungsi penting.
Pertama, bermanfaat untuk merekonstruksi arah dan sejarah migrasi kerabat moyang dari
kelompok-kelompok kekerabatan yang ada di Mentawai sekarang.
Kedua, menjadi sumber penting untuk mengidentifikasi penyebab timbulnya konflik-konflik lahan
di kalangan kelompok-kelompok kekerabatan di Mentawai sekaligus sebagai ”referensi” dalam
mencari penyelesaian atasnya.
Ketiga, berfungsi penting sebagai ”bank data” bagi masyarakat Mentawai yang kebanyakan
masih nir- aksara. Dalam kajian tradisi lisan dikenal ungkapan, teks-teks lisan merupakan sarana
tempat segala pengetahuan suatu kelompok masyarakat nir-aksara disimpan, diawetkan, dan
diturunkan dari generasi ke generasi berikutnya.
Dalam masyarakat lokal yang hidup dalam budaya kelisanan, seorang tukang cerita berfungsi layaknya
sebagai sebuah ”perpustakaan ” dalam masyarakat modern. Penulisnya, seorang putra Mentawai yang
sudah melek huruf, menyadari bahwa isi ”perpustakaan- perpustakaan ” itu harus cepat ”difotokopi ”
sebelum terbakar (baca: sebelum para tukang cerita itu meninggal).
Sayangnya, buku ini tidak melampirkan transkripsi lengkap dari cerita-cerita itu. Buku ini jelas makin
memperkaya body of knowledge tentang tradisi lisan Indonesia, terlebih apabila bisa diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia. Dari segi akademis, buku ini besar manfaatnya bagi pengayaan perspektif teori
dan metode studi tradisi lisan di Indonesia. Bagi pengambil kebijakan dan aktivis LSM, mungkin ada
pelajaran dalam buku ini yang dapat diterapkan dalam usaha menangani konflik- konflik pertanahan yang
makin marak terjadi dalam masyarakat adat di Indonesia. [SURYADI Leiden University Institute for Area
Studies (LIAS)]