Analisis Molekuler Genotipe Parasit Untuk Melihat Potensi Terjadinya Zoonosis menjelaskan tentang isolasi DNA parasit, amplifikasi DNA menggunakan PCR, sekuensing DNA, dan analisis hasil sekuensing untuk melihat kekerabatan antar spesies parasit guna mengetahui potensi terjadinya penularan dari hewan ke manusia.
10. Tipe siklus hidup agen
penyakit
a. Orthozoonosis
b. Cyclozoonosis
c. Metazoonosis
d. Saprozoonosis
11. a. Orthozoonosis /
Direct zoonosis
Zoonosis di mana untuk siklus hidup agen penyakitnya dibutuhkan
hospes 1 spesies vertebrata
Contoh: anthrax, brucellosis, candidiasis, dermatomycosis, rabies,
influenza, trichinosis, toxoplasmosis
13. Manusia tertular melalui:
1. Kontak langsung dengan:
Hewan terinfeksi
Jaringan terinfeksi
Ekskresi
2. Kontak tidak langsung dengan:
Inhalasi droplet
Inhalasi aerosol
Inhalasi /ingesti benda-benda
14. b. Cyclozoonosis
Zoonosis di mana untuk siklus hidup agen penyakitnya
dibutuhkan hospes > satu spesies vertebrata
Contoh: hydatidosis, taeniasis & cysticercosis
16. c. Metazoonosis
Zoonosis di mana untuk siklus hidup agen penyakitnya
dibutuhkan hospes vertebrata dan invertebrata
Contoh: babesiosis, trypanosomiasis, schistosomiasis
18. 4 tipe metazoonosis
Tipe I : dibutuhkan hospes vetebrata dan 1 invertebrata
Contoh: Jungle Yellow Fever
nyamuk
kera
inv
V
19. Tipe II: dibutuhkan hospes 1 vertebrata dan 2 invertebrata
Contoh: paragonimiasis
(inv1)
(inv2)
(v)
20. Tipe III : dibutuhkan hospes 2 vertebrata dan 1 invertebrata
Contoh: Chlonorchiasis
v2
Inv
v1
21. Tipe IV : dibutuhkan hospes 1 vertebrata, 1 Invertebrata dan
penularan di antara invertebrata secara transovarial.
Contoh: Boutonneuse fever
v
inv
transovarial
inv
v
v
22. d. Saprozoonosis
Zoonosis di mana untuk siklus hidup agen penyakitnya
dibutuhkan hospes vertebrata dan reservoir non-hewan
Contoh: coccidioimycosis, histoplasmosis,
visceral larva migrans.
Reservoir non-hewan:
tempat berkembangnya agen penyakit selain pada hewan,
yaitu air, tanah, tanaman dan bahan-bahan organik
seperti makanan.
24. 3 tipe Saprozoonosis
Tipe I : dimana agen penyakitnya memperbanyak diri dalam
reservoir non-hewan. Contoh: Histoplasmosis
multiplikasi
v
RNH
25. Tipe II : di mana agen penyakitnya mengalami perkembangan
esensiil tanpa memperbanyak diri dalam reservoir non hewan
Contoh: visceral larva migrans
(telur ccg.)
V
2
RNH
(larva st.II)
RNH
26. Tipe III: (Saprometazoonosis):
Zoonosis di mana untuk siklus hidup agen penyakitnya dibutuhkan
hospes vertebrata, invertebrata dan reservoir non-hewan. Contoh:
Fascioliasis
(inv)
RNH
V
V
28. a. Anthropozoonosis
Zoonosis yang ditularkan oleh hewan vertebrata kepada
manusia dan hewan vertebrata lainnya.
Contoh: brucellosis, rabies, hydatidosis, visceral larva
migrans
hewan
vertebrata
hewan vertebrata
lain
manusia
29. b. Zooanthropozoonosis
Zoonosis yang ditularkan oleh manusia kepada hewan
vertebrata dan manusia lainnya.
Contoh: amebiasis, diphteria, tbc. manusia
hewan
vertebrata
manusia
manusia lain
30. c. Amphixenosis
Zoonosis yang ditularkan oleh manusia kepada hewan
vertebrata dan sebaliknya.
Contoh: staphyloccocis,
streptococcosis
manusia manusia
hewan
vertebrata
hewan
vertebrata
31. Menurut SPESIES Hewan Vertebrata
Zoonosis di antara manusia dan hewan liar
contoh: Rabies, Jungle Yellow Fever
Zoonosis di antara manusia dan hewan piara
contoh: Brucellosis, Leptospirosis
Zoonosis di antara manusia dan hewan
rumah
contoh: Amebiasis, Coccidioimycosis
34. Isolasi DNA
Merusak/membuka sel /lysyis dinding sel (phisik atau kimia)
Memisahkan lipid (membran sel) dengan penambahan detergen
(Buffer)
Mengeliminasi protein dengan penambahan enzim protease
Precipitasi DNA dengan alkohol — biasanya etanol atau isopropanol
yang didinginkan. Karena DNA tidak larut di dalam alkohol, maka akan
mengumpul atau menjadi pelet bila disentrifugasi.
Pemurnian dengan mengulang metode yang sama.
Larutkan dengan air atau buffer.
Jumlah DNA yang diekstrak : mg/ml atau ug/ml
35. DNA Isolasi/ekstraksi DNA dari
Jaringan/sel ( organel apa ?)
Eliminasi RNA dengan enzyme RNA-se
Kuantifikasi dengan spektrophotometer pada absobent
260 nm.
DNA disimpan dan dapat digunakan sewaktu-waktu,
disebut dengan template
DNAPenyimpanan: 4oC, -20oC, atau -80oC (tergantung
tujuan)
36.
37.
38.
39.
40. DNA Purification &
Quantification
Memisahkan DNA dari komponen seluler lainnya (protein,
lipid, RNA, dll.)
Menghindari fragmentasi molekul DNA oleh endogenous
nucleases (DNase enzymes)
Membuat DNase tidak aktif menggunakan pemanasan
atau chelating agents.
41. Ekstraksi DNA Langkah
langkah: Melisis sel Protein
Melisis sel Protein
Menyingkirkan kontaminan
Protein
RNA
Makromolekul lain
Menentukan konsentrasi DNA yang sudah dimurnikan
43. 2. Memisahkan DNA
DNA harus dipisahkan dari protein dan debris seluler.
Metode pemisahan :
a) Organic extraction
phenol: chloroform digunakan untuk ekstraksi DNA.
b) Salting out
Pada konsentrasi garam yang tinggi, protein mengalami
dehidrasi kehilangan kelarutan mengendap
Biasanya digunakan : sodium chloride, potassium acetate
or ammonium acetate.
Protein yang terpresipitasi disingkirkan dengan
sentrifugasi
DNA terdapat dalam supernatan.
44.
45. Kesimpulan isolasi DNA
Ada 3 tahapan dasar dan dua tahapan tambahan dalam
ekstraksi DNA yaitu :
lisis sel, untuk mendapatkan DNA
menyingkirkan membran sel menambahkan detergen
atau surfaktan
menyingkirkan protein dengan menambahkan protease
menyingkirkan RNA dengan menambahkan RNAse
mempresipitasikan DNA dengan alkohol biasanya ice cold
ethanol untai DNA akan beraggregasi pellet pada
sentrifugasi
46. Polymerase Chain Reaction
(PCR)
Tehnik Polymerase Chain Reaction (PCR) merupakan metode
amplifikasi (penggandaan) fragmen DNA secara in vitro.
PCR merupakan proses yang berulang dan terdiri dari tiga
tahapan utama:
1. Denaturasi DNA template menggunakan pemanasan
2. Annealing atau penempelan primer (berupa oligonukleotida
rantai tunggal dan pendek)
3. Extension atau pemanjangan primer menggunakan enzim taq
polimerase
47. Komponen Esensial Proses
Polymerase Chain Reactions
Enzim DNA polymerase (taq polymerase) yang tahan dan stabil
pada suhu tinggi untuk mengkatalisis terjadinya proses elongasi
primer pada DNA template.
Primer (tunggal atau sepasang oligonukleotida rantai pendek untuk
menginisiasi terjadinya proses ekstension oleh enzim taq
polymerase.
Deoxynucleoside triphosphate (dATP, dTTP, dCTP, and dGTP)
berupa basa nitrogen yang dibutuhkan dalam proses PCR
Kofaktor enzim taq polymerase (MgCl2)
Buffer untuk mempertahankan pH (Buffer TAE atau TBE untuk
mempertahankan pH 8,3 – 8,8 pada suhu ruangan)
Template DNA (cetakan molekul DNA dalam proses PCR)
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.
60.
61.
62.
63. Sekuensing DNA
Merupakan suatu metode untuk mengetahui
urutan basa nukleotida pada suatu gen atau
genom
Ditemukan oleh Frederick Sanger tahun 1977
Disebut juga dengan nama Chain Termination
Methods
Pada Human Genome Project, sekuensing dengan
metode Sanger
64. Metode Sanger
Memiliki prinsip seperti reaksi PCR
Tetapi terdapat salah satu bahan unik yang ditambahkan,
yaitu dideoksinukleotida (ddNTP)
ddNTP memiliki mirip dengan deoksinukleotida (dNTP)
yang biasa (adenin, guanine, sitosin dan timin), hanya
saja tidak memiliki gugus hidroksil pada molekul gula
66. Metode Sanger
Akibat tidak adanya gugus hidroksil pada molekul gula,
pemanjangan pita DNA akan terhenti
Karena gugus hiroksil ini seperti “jangkar” tempat tautan
nukleotida baru ditambahkan
72. Next Generation Sequencing
(NGS)
Merupakan metode sekuensing yang terbaru
dapat mensekuen DNA yang panjang (whole
genome) melalui proses paralel
Sehingga dapat memangkas waktu dan biaya
pengerjaan
Dengan menggunakan Metode Sanger sekuensing
genome manusia memakan waktu 10 tahun,
sedangkan dengan NGS hanya memerlukan waktu 1
hari
73.
74. Keunggulan Metode NGS
1. Mendapatkan sekuen dari DNA berukuran besar
2. Harga reaksi per basa lebih murah dibandingkan dengan
metode Sanger
76. Penggunaan NGS
Penemuan anti kanker
Sekuensing whole genome bakteri
Melihat interaksi DNA/RNA-protein
Analisis variasi genetik pada spesies
dll
77. Kelemahan Metode NGS
1. Data yang dihasilkan sangat besar, memerlukan sarana
yang memadai untuk penyimpanan
2. Harga mesin sangat mahal
78. Analisis Hasil Sekuensing
Analisa untuk melihat tingkat
kekerabatan antar spesies
melalui pensejajaran sekuens
menggunakan urutan gen
didasarkan pada akses yang
tersedia di Gene Bank