Dokumen tersebut membahas tentang model dinamika atmosfer dalam perubahan iklim dan pengaruhnya terhadap presipitasi pada lingkungan pertanian. Ringkasannya adalah: (1) Dokumen tersebut menjelaskan tentang iklim, perubahan iklim, dan dampak perubahan iklim termasuk peningkatan suhu dan mencairnya es di kutub. (2) Dokumen tersebut juga membahas tentang dampak perubahan iklim pada sektor pertanian di Indonesia mel
I.2 Rumusan Masalah
Masalah yang dirumuskan dalam makalah ini adalah masalah perubahan iklim global dan apa dampaknya bagi manusia. Rumusan masalah secara lebih rinci dijelaskan sebagai berikut :
1. Apakah yang di maksud dengan Perubahan Iklim ?
2. Apakah tanda-tanda perubahan iklim global ?
3. Apakah faktor-faktor penyebab terjadinya perubahan iklim global ?
4. Apakah dampak dari perubahan iklim global ?
5. Bagaimanakah pengendalian perubahan iklim ?
I.3 Tujuan Masalah
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa dapat :
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Perubahan Iklim
2. Mengetahui tanda-tanda perubahan iklim global
3. Mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya perubahan iklim global
4. Mengetahui dampak dari perubahan iklim global
5. Mengetahui bagaimana cara pengendalian perubahan iklim
Dampak Perubahan Iklim terhadap Tanaman menjadi salah satu bahasan dalam memahami bagaimana berbudidaya tanaman dengan baik.
Memahami kompleks sistem dalam budidaya tanaman akan membantu kita mendekati teks-teks alam dengan seksama dan lebih mudah, salah satunya dengan mengetahui pakem-pakem alam.
Pranata Mangsa, perubahan iklim global, el nino, la nina adalah informasi yang baik untuk kita ketahui agar kita tepat dalam memahami budidaya.
banjir dimana2, kekeringan dmana2.... dan bagaimana mengatasinya...adalah problem manusia saat ini.. maka, pengenalan dampak perubahan iklim ini terhadap tanaman akan menguatkan masing-masing kita untuk membudidayakan tanaman dengan lebih arif dan cerdas.
Meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk anorganik dan menjaga pemanfaatan pupuk organik secara rutin dan terpadu pada lahan dan daun tanaman, meningkatkan efektifitas lahan dalam produksi dengan drip irigation di musim kering panjang dan sistem budidaya vertikultur adalah alat-alat terbaik saat ini.
Pada saatnya, kita bisa mewariskan hal-hal baik bagi anak cucu kita....
I.2 Rumusan Masalah
Masalah yang dirumuskan dalam makalah ini adalah masalah perubahan iklim global dan apa dampaknya bagi manusia. Rumusan masalah secara lebih rinci dijelaskan sebagai berikut :
1. Apakah yang di maksud dengan Perubahan Iklim ?
2. Apakah tanda-tanda perubahan iklim global ?
3. Apakah faktor-faktor penyebab terjadinya perubahan iklim global ?
4. Apakah dampak dari perubahan iklim global ?
5. Bagaimanakah pengendalian perubahan iklim ?
I.3 Tujuan Masalah
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa dapat :
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Perubahan Iklim
2. Mengetahui tanda-tanda perubahan iklim global
3. Mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya perubahan iklim global
4. Mengetahui dampak dari perubahan iklim global
5. Mengetahui bagaimana cara pengendalian perubahan iklim
Dampak Perubahan Iklim terhadap Tanaman menjadi salah satu bahasan dalam memahami bagaimana berbudidaya tanaman dengan baik.
Memahami kompleks sistem dalam budidaya tanaman akan membantu kita mendekati teks-teks alam dengan seksama dan lebih mudah, salah satunya dengan mengetahui pakem-pakem alam.
Pranata Mangsa, perubahan iklim global, el nino, la nina adalah informasi yang baik untuk kita ketahui agar kita tepat dalam memahami budidaya.
banjir dimana2, kekeringan dmana2.... dan bagaimana mengatasinya...adalah problem manusia saat ini.. maka, pengenalan dampak perubahan iklim ini terhadap tanaman akan menguatkan masing-masing kita untuk membudidayakan tanaman dengan lebih arif dan cerdas.
Meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk anorganik dan menjaga pemanfaatan pupuk organik secara rutin dan terpadu pada lahan dan daun tanaman, meningkatkan efektifitas lahan dalam produksi dengan drip irigation di musim kering panjang dan sistem budidaya vertikultur adalah alat-alat terbaik saat ini.
Pada saatnya, kita bisa mewariskan hal-hal baik bagi anak cucu kita....
Makalah Pengaruh Pemanasan Global Terhadap Meningkatnya Frekuensi dan Intensi...Rimbawan Ank
Pemanasan global (Global Warming) pada dasarnya merupakan fenomena peningkatan temperatur global dari tahun ke tahun karena terjadinya efek rumah kaca (greenhouse effect) yang disebabkan oleh meningkatnya emisi gas - gas seperti karbondioksida (CO2), metana (CH4), dinitrooksida (N2O) dan CFC sehingga energi matahari terperangkap dalam atmosfer bumi. Berbagai literatur menunjukkan kenaikan temperatur global termasuk Indonesia yang terjadi pada kisaran 1,5 – 40º C pada akhir abad 21. Pemanasan global menimbulkan dampak yang luas dan serius bagi lingkungan biogeofisik (seperti pelelehan es di kutub, kenaikan muka air laut, perluasan gurun pasir, peningkatan hujan dan banjir, perubahan iklim, punahnya flora dan fauna tertentu, migrasi fauna dan hama penyakit, dan sebagainya).
Dampak Perubahan Iklim Global Pada Masalah Pembangunan Dan LingkunganEthelbert Phanias
Perubahan iklim merupakan fenomena global, dimana dampaknya akan dirasakan pula secara global oleh seluruh umat manusia di seluruh belahan bumi. Terlepas dari apakah daerah tersebut memberikan kontribusi terhadap terjadinya perubahan iklim atau tidak. Perubahan iklim pada kenyataannya sangat berdampak terhadap kelangsungan hidup umat manusia.
KEBIJAKAN PEMERINTAH MENGENAI PERUBAHAN IKLIM TERKAIT KONDISI EKONOMI DI IND...Ika Mariescha
Indonesia merupakan penghasil emisi gas rumah kaca terbesar ketiga di dunia. Tidak dapat dipungkiri, Indonesia sedang menghadapi berbagai dampak yang ditimbulkan oleh perubahan iklim. WWF Indonesia (1999) memperkirakan, temperatur akan meningkat antara 1,30° C sampai dengan 4,60° C pada tahun 2100 dengan trend sebesar 0,10° C – 0,40° C per tahun. Selanjutnya, pemanasan global akan menaikkan muka air laut sebesar 100 cm pada tahun 2100. Oleh karena itu, dalam konferensi PBB tentang Perubahan Iklim tahun 2007 yang lalu di Bali, Indonesia telah berkomitmen untuk menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) pada tahun 2020 sebesar 26 persen dari BAU (business as usual) dengan upaya sendiri dan sebesar 41 persen dengan bantuan internasional.
Provinsi Sulawesi Selatan adalah provinsi yang menjadi tolak ukur pembangunan di Indonesia Bagian Timur dan telah berkomitmen untuk melaksanakan amanat Perpres 61 Tahun 2011 tentang RAN-GRK dengan menuangkan rencana penurunan emisi karbon lewat penyusunan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAD-GRK). Serta menyadari pula bahwa aksi mitigasi yang dilakukan tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah prov. Sulsel semata, namun menjadi tanggung jawab kabupaten / kota secara bersama-sama.
Makalah Pengaruh Pemanasan Global Terhadap Meningkatnya Frekuensi dan Intensi...Rimbawan Ank
Pemanasan global (Global Warming) pada dasarnya merupakan fenomena peningkatan temperatur global dari tahun ke tahun karena terjadinya efek rumah kaca (greenhouse effect) yang disebabkan oleh meningkatnya emisi gas - gas seperti karbondioksida (CO2), metana (CH4), dinitrooksida (N2O) dan CFC sehingga energi matahari terperangkap dalam atmosfer bumi. Berbagai literatur menunjukkan kenaikan temperatur global termasuk Indonesia yang terjadi pada kisaran 1,5 – 40º C pada akhir abad 21. Pemanasan global menimbulkan dampak yang luas dan serius bagi lingkungan biogeofisik (seperti pelelehan es di kutub, kenaikan muka air laut, perluasan gurun pasir, peningkatan hujan dan banjir, perubahan iklim, punahnya flora dan fauna tertentu, migrasi fauna dan hama penyakit, dan sebagainya).
Dampak Perubahan Iklim Global Pada Masalah Pembangunan Dan LingkunganEthelbert Phanias
Perubahan iklim merupakan fenomena global, dimana dampaknya akan dirasakan pula secara global oleh seluruh umat manusia di seluruh belahan bumi. Terlepas dari apakah daerah tersebut memberikan kontribusi terhadap terjadinya perubahan iklim atau tidak. Perubahan iklim pada kenyataannya sangat berdampak terhadap kelangsungan hidup umat manusia.
KEBIJAKAN PEMERINTAH MENGENAI PERUBAHAN IKLIM TERKAIT KONDISI EKONOMI DI IND...Ika Mariescha
Indonesia merupakan penghasil emisi gas rumah kaca terbesar ketiga di dunia. Tidak dapat dipungkiri, Indonesia sedang menghadapi berbagai dampak yang ditimbulkan oleh perubahan iklim. WWF Indonesia (1999) memperkirakan, temperatur akan meningkat antara 1,30° C sampai dengan 4,60° C pada tahun 2100 dengan trend sebesar 0,10° C – 0,40° C per tahun. Selanjutnya, pemanasan global akan menaikkan muka air laut sebesar 100 cm pada tahun 2100. Oleh karena itu, dalam konferensi PBB tentang Perubahan Iklim tahun 2007 yang lalu di Bali, Indonesia telah berkomitmen untuk menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) pada tahun 2020 sebesar 26 persen dari BAU (business as usual) dengan upaya sendiri dan sebesar 41 persen dengan bantuan internasional.
Provinsi Sulawesi Selatan adalah provinsi yang menjadi tolak ukur pembangunan di Indonesia Bagian Timur dan telah berkomitmen untuk melaksanakan amanat Perpres 61 Tahun 2011 tentang RAN-GRK dengan menuangkan rencana penurunan emisi karbon lewat penyusunan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAD-GRK). Serta menyadari pula bahwa aksi mitigasi yang dilakukan tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah prov. Sulsel semata, namun menjadi tanggung jawab kabupaten / kota secara bersama-sama.
Persebaran hewan di Indonesia meliputi daerah Indonesia bagian barat, Indonesia bagian tengah dan Indonesia bagian timur. Wilayah Indonesia bagian barat dengan Indonesia bagian tengah dibatasi oleh garis wallace. Hewan yang ada di Indonesia bagian barat dikenal dengan hewan tipe oriental. Wilayah Indonesia bagian tengah dengan Indonesia bagian timur dibatasi oleh garis weber. Hewan yang ada di Indonesia bagian timur dikenal dengan hewan tipe australia sedangan hewan yang ada di Indonesia bagian tengah dikenal dengan hewan tipe peralihan. *AbdKadir*
Mata Kuliah Hidrogeologi ini Kuliah ini membahas tentang genetik, proses, dan dinamika air di dalam litosfera baik secara kuantitatif maupun kualitatif agar mahasiswa dapat melakukan analisis hidrogeologi dengan baik dan benar.
Earth Science (Kebumian) Material with Bahasa Indonesia
this material only for Secondary High School Learning or for people want to teach earth science
MATERI PRESENTASI BIOLOGI UNTUK SISWA SMP KELAS VII. SUDAH SAYA SUSUN RUNTUT, MENARIK DAN DETAIL. KUNJUNGI SAYA PADA http://aguspurnomosite.blogspot.com
Similar to Kul model dinamika atmosfer dalam perubahan iklim dan pengaruhnya terhadap presipitasi pada lingkungan pertanian (20)
Kul model dinamika atmosfer dalam perubahan iklim dan pengaruhnya terhadap presipitasi pada lingkungan pertanian
1. MODEL DINAMIKA ATMOSFER DALAM PERUBAHAN
IKLIM DAN PENGARUHNYA TERHADAP PRESIPITASI
PADA LINGKUNGAN PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNSA
2. Cuaca dan Iklim
• Pancaran Surya, bumi, atmosfer
• Suhu udara dan tanah
• Angin
• Tekanan udara
• Kelembaban udara dan tanah
• Keawanan
• Presipitasi
• Evapotranspirasi
Unsur
berubah
menyeluruh:
Perubahan
Cuaca
Perubahan
IKLIM
• Altitude
• Latitude
• Penyebaran daratan dan perairan
• Tekanan daerah
• Arus laut
• Gangguan atmosfer
4. Kutub Utara Mencair
Mengancam Kehidupan Polar Bear dan Daratan
Kenaikan temperatur menyebabkan es dan gletser di
Kutub Utara dan Selatan mencair. Peristiwa ini
menyebabkan terjadinya pemuaian massa air laut dan
kenaikan permukaan air laut.
5. Climate Change Global Warming
Perubahan iklim merujuk
pada variasi rata-rata
kondisi iklim suatu tempat
atau pada variabilitasnya
yang nyata secara statistik
untuk jangka waktu yang
panjang (biasanya dekade
atau lebih) IPCC (2001) .
Perubahan temperatur
bumi dapat mengubah
kondisi lingkungan.
Peningkatan rata-rata temperatur
atmosfer yang dekat dengan
permukaan bumi dan di troposfer,
yang dapat berkontribusi pada
perubahan pola iklim global.
Pemanasan global terjadi sebagai
akibat meningkatnya jumlah emisi
Gas Rumah Kaca (GRK) di atmosfer.
Naiknya intensitas efek rumah kaca
yang terjadi karena adanya gas
dalam atmosfer yang menyerap
sinar panas yaitu sinar infra merah
yang dipancarkan oleh bumi
menjadikan perubahan iklim global
(Budianto, 2000).
6. Definisi Iklim
• Sintesis kejadian cuaca selama kurun waktu yang
panjang, yang secara statistik cukup dapat dipakai
untuk menunjukkan nilai statistik yang berbeda dengan
keadaan pada setiap saatnya (World Climate
Conference, 1979).
• Konsep abstrak yang menyatakan kebiasaan cuaca dan
unsur-unsur atmosfer disuatu daerah selama kurun
waktu yang panjang (Glenn T. Trewartha, 1980).
• Peluang statistik berbagai keadaan atmosfer, antara
lain suhu, tekanan, angin kelembaban, yang terjadi
disuatu daerah selama kurun waktu yang panjang
(Gibbs,1987).
7. Perubahan Iklim
Perubahan iklim adalah berubahnya kondisi fisik
atmosfer bumi antara lain suhu dan distribusi curah
hujan yang membawa dampak luas terhadap berbagai
sektor kehidupan manusia (Kementerian Lingkungan
Hidup, 2001).
LAPAN (2002) mendefinisikan perubahan iklim adalah
perubahan rata-rata salah satu atau lebih elemen cuaca
pada suatu daerah tertentu. Sedangkan istilah perubahan
iklim skala global adalah perubahan iklim dengan acuan
wilayah bumi secara keseluruhan.
IPCC (2001) menyatakan bahwa perubahan iklim merujuk
pada variasi rata-rata kondisi iklim suatu tempat atau
pada variabilitasnya yang nyata secara statistik untuk
jangka waktu yang panjang (biasanya dekade atau lebih).
8. Dampak Perubahan Iklim
Sumber: Kompas.Com
Lokasi Jayapura-Puncak jaya
Topan Marokat –Taiwan
Agustus 2009
Salju Abadi Mencair
Kebakaran Hutan
Kekeringan
Angin Topan
Banjir Kenaikan Muka Air Laut
10. Iklim suatu Sistem
Interaksi dinamis antara sejumlah komponen sistem iklim seperti
atmosfer, hidrofer (terutama lautan dan sungai), kriosfer, terestrial dan
biosfer, dan pedosfer. Dengan demikian, dalam studi-studi mengenai
perubahan iklim dibutuhkan penilaian yang terintegrasi terhadap sistem
iklim atau sistem bumi.
Studi perubahan iklim melibatkan analisis iklim masa lalu, kondisi iklim
saat ini, dan estimasi kemungkinan iklim di masa yang akan datang
(beberapa dekade atau abad ke depan).
11. Atmosfer
Eksosfer
MODEL Model iklim adalah representasi numerik dari persamaan-persamaan
dasar yang menggambarkan perilaku sistem iklim dan interaksi
Model cuaca menghitung kondisi atmosfer yang digambarkan oleh
variabel-variabel atmosfer pada suatu saat di suatu wilayah misalnya
sebuah kota. Model cuaca sangat bergantung dari input kondisi awal,
kondisi skala global, dan membutuhkan resolusi grid yang tinggi
untuk menghitung kondisi cuaca secara akurat.
Pengembangan Sistem Model Iklim
Berdasarkan Sintesa Kopel
12. Pemodelan Iklim: Untuk Apa
Masalahnya bukan apakah iklim akan berubah, tetapi
menuju arah mana dan apa penyebabnya
Keadaan iklim menentukan kecendrungan
terjadinya erosi yang mencerminkan keadaan
pola hujan. Selain pola hujan, jenis dan
pertumbuhan vegetasi serta jenis tanah juga
mempengaruhi erosi di daerah tropis. Hujan
merupakan merupakan faktor yang paling
berpengaruh terhadap erosi di indonesia,
dimana besarnya curah hujan, intensitas dan
distribusi hujan menentukan kekuatan
dispersi hujan terhadap tanah, jumlah dan
kecepatan aliran permukaan dan kerusakan
erosi (Arsyad, 1989).
13. Gas Rumah Kaca (GRK): CO2 (energi), CO2 (LULUCF/perubahan lahan dan
kehutanan), CH4, N2O, PFCs, HFCs, SF6
15. Perkiraan dampak perubahan iklim
1°C 2°C 5°C4°C3°C
Kenaikan muka air
laut di kota utama
(Indonesia)
Gagal panen di banyak daerah, terutama di
kawasan yang baru berproduksi
Pangan
Air
Ekosistem
Resiko dari perubahan
mendadak & besar
Perubahan suhu global (relatif terhadap pre-industrial)
0°C
Gagal panen di daerah biasa
berproduksi
Kenaikan jumlah spesies yang punah
Naiknya resiko dari perubahan mendadak
dari iklim global
Berkurangnya ketersediaan air
di banyak daerah, terutama di
Mediterrania dan Afsel
Glasier menghilang –
ketersediaan air
terancam
Kerusakan menyeluruh
pada terumbu karang
Kejadian cuaca
ekstrim
Naiknya intensitas badai, kebakaran hutan, kekeringan, banjir
dan gelombang panas
Kemungkinan naiknya panen di
daerah lintang tinggi
Sumber: Stern’s Slide
16. Dampak di Indonesia:
Bencana
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002
Tahun
JumlahBencana
Lain-lain
Suhu
Ekstrim
Keba-
karan
Hutan &
Lahan
Longsor
Kekeringan
Angin Topan
Banjir
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
Persentase
total jumlah bencana
= 2,654
Sumber: Presentasi Rizaldi Boer
• 1993-2002: jumlah
bencana ↑
(lingkungan- iklim)
• 2003-2005: 53,3%
bencana di Indonesia
terkait dengan
lingkungan, iklim-
hidrologi (banjir,
longsor, kekeringan
dan angin topan;
Bakornas PB, 2006)
• Kerugian banjir
Jakarta: Rp4,1 trilyun
(Bappenas, 2007)
17. Perubahan Pola Hujan (Jawa)
Agt Des Mei
Resiko banjir
meningkat
Resiko kekeringan
meningkat
Sumber: Batisti et al (2006), presentasi R. Boer
19. Sumbawa
Tanaman Perubahan
Iklim
Mengancam
Ketahanan Pangan
Fenomena El
Nino
Puso terutama
tanaman jagung di
lahan kering seluas
10.197 ha (Disperta,
2012)
Evapotranspirasi
dan cekaman lengas
tanah
Efek kekeringan terhadap
ketersediaan lengas tanah
bagi tanaman tergantung
pada kapasitas tanah untuk
menyimpan air
Tingkat kerugian yang dialami oleh
tanaman akibat kekeringan
biasanya tergantung pada
beberapa faktor: kapan waktunya
tanaman mengalami kekurangan
air, dan lamanya waktu
kekurangan air
Pemanfaatan
Agroekosistem
Produksi turun
Water
Scarity
20. Beberapa penelitian terdahulu
Peningkatan variabilitas iklim memiliki konsekuensi dan
berpotensi mempengaruhi produksi tanaman, kesulitan
dalam menentukan waktu menabur benih dan panen,
pemilihan tanaman yang sesuai dengan jangka waktu
yang berbeda-beda, berkurangnya ketersediaan air,
curah hujan yang ekstrim, hilangnya air melalui
peningkatan run off, kehilangan tanaman akibat
kejadian ekstrim, penurunan kesuburan tanah,
perubahan risiko hama dan penyakit, perubahan total
curah hujan musiman, serta variabilitas suhu (Gregory
et al., 2005; Thomas et al., 2007; Rowhani et al., 2011)
21. Hujan Sumber Air Lahan
Kering
Tidak Sinkron dengan
kebutuhan air
tanaman, distribusi
tidak seragamcepat,
eratik, sebagian air
hilang dipermukaan,
sehingga tidak tersedia
pada hari tanpa hujan
Ketersediaan air
dipengaruhi oleh
kemampuan tanah
menahan air (WHC)
Air langka untuk
sektor pertanian
Ketersediaan lengas pada
lahan kering merupakan
faktor yang mempengaruhi
keberhasilan usaha pertanian
22. Tanah mempunyai peran yang besar
dalam menyimpan air dalam bentuk
lengas tanah dan air tanah.
Lengas tanah (soil moisture)
merupakan air yang tidak
bebas yang berada dalam
ruang pori. Air yang terikat
oleh gaya adhesi dan kohesi
(gaya serap matrik tanah)
yang pada kondisi tertentu
hanya bisa dimanfaatkan
secara langsung oleh
tanaman.
23. Lengas Tanah
Air yang berinfiltrasi ke
dalam tanah dapat
mengalir secara cepat
sebagai aliran dalam
(interflow), berperkolasi
ke lapisan batuan di
bawahnya dan reservoir
air tanah, atau disimpan
sementara waktu
sebagai lengas tanah.
24. • Lengas tanah memainkan fungsi-fungsi yang
vital dalam melarutkan unsur-unsur hara dan
menyokong kehidupan tanaman.
• Secara hidrologis, lengas tanah merupakan
suatu reservoir simpan yang naik turun secara
cepat akibat penyerapan air oleh akar-akar
tanaman untuk transpirasi dan evaporasi
langsung dari permukaan.
• Setelah kapasitas pada daerah perakaran
terpenuhi, air akan mengalami perkolasi dan
menjadi air tanah.
27. Neraca Air didalam Tanah
• Penafsiran kuantitatif dari daur hidrologi dapat
dicapai melalui suatu persamaan umum yang
disebut neraca air, persamaan yang
menggambarkan prinsip bahwa selama selang
waktu tertentu harus sama dengan keluaran total
ditambah perubahan bersih dalam cadangan
(Seyhan, 1995), perimbangan yang terjadi antara
curah hujan (P) dan laju evapotranspirasi
potensial (ETP) (Jackson, 1977), jumlah air yang
masuk ke, yang tersedia di, dan yang keluar dari
sistem hidrologi (Harto, 2000; Mori, 2006; Jenifa
et al., 2010; Hadisusanto, 2010).
28. • Neraca air merupakan penjelasan tentang hubungan antara
aliran ke dalam (in flow) dan aliran ke luar (out flow) di
suatu periode tertentu dari proses sirkulasi air.
• Tiga model neraca air yang didasarkan pada tujuan
penggunaannya sebagai berikut:
(1) neraca air umum, disusun menurut konsep klimatologi
dan bermanfaat untuk mengetahui berlangsungnya
periode basah (surplus air) dan periode kering
(kekurangan air) pada suatu wilayah secara umum;
(2) neraca air lahan (pertanian), yaitu analisis dengan
memperhatikan sifat dan perilaku tanah terhadap
atmosfer, dan sebagai penunjangnya diperlukan data fisik
tanah terutama kandungan air pada tingkat kapasitas
lapang dan pada titik layu permanen;
(3) (3) neraca air lahan tanaman, ruang lingkup
pemakaiannya lebih sempit, karena berlaku hanya untuk
jenis tanaman tertentu selama periode pertumbuhannya.
29. • Soemarno (2011), menyatakan bahwa
metodologi neraca air untuk menduga
kebutuhan air irigasi, adalah: (1) Precipitation
(P); (2) Actual evapotranspiration (AE); (3)
Potential evapotranspiration (PE); (4)
Simpanan lengas tanah (ST, Soil moisture
storage); (5) Perubahan simpanan lengas
tanah (ΔST, change in soil moisture storage).
30. • Analisis neraca air digunakan untuk memantau cekaman air pada
tanaman (Doraiswamy et al., 1982), mengevaluasi dinamika air
tanah dan penggunaan air oleh tanaman secara kuantitatif
(Lascano, 1991; Brisson et al., 1992; Lascano, 2000), memberikan
keterangan penting tentang jumlah air yang dapat diperoleh untuk
menentukan periode surplus atau defisit air lahan, air yang tidak
dapat tertampung dan kapan saat terjadinya (Nasir, 1993),
mengevaluasi penerapan sistem pertanian irigasi pada kondisi iklim
tertentu (Binh et al., 1994), menduga dinamika kadar air tanah
selama pertumbuhan tanaman, khususnya pada periode-periode
kritis dimana kadar air tanah sangat rendah (Handoko dan Irsal Las,
1995), terdapat parameter-parameter yang sulit diukur dilapangan
terutama yang berhubungan dengan parameter pada air tanah,
tetapi pada perumusannya sering dilakukan penyederhanaan sesuai
dengan kondisi lapangan setempat Hadisusanto (2010).
Pentingnya mempelajari
31. Neraca Air
Metode Thornwaite and Mather
• Menurut Thornthwaite and Mather (1957),
pada suatu daerah tangkapan, perhitungan
neraca air dapat dilakukan dengan
menggunakan persamaan
• P = ET + △St
Dimana: P = presipitasi (mm/bulan); ET =
evapotranspirasi (mm/bulan); △St = perubahan
cadangan air (mm/bulan).
32. • Perhitungan neraca air persamaan Thornthwaite dapat memberikan
gambaran curah hujan lebih (CH lebih) dan defisit air pada suatu kawasan.
Setelah simpan air mencapai kapasitas cadangan lengas tanah (water
holding capacity), kelebihan curah hujan akan dihitung sebagai CH lebih.
Air ini merupakan kelebihan setelah air tanah terisi kembali, dengan
demikian CH lebih dihitung sebagai nilai curah hujan dikurangi dengan
nilai evapotranspirasi dan perubahan kadar air tanah. Selanjutnya, CH
lebih akan menjadi limpasan dan pengisian air tanah. Surplus air dapat
ditentukan dengan persamaan (2).
• S = P – ETP - ΔSt ………………………………………………..................……… (2)
• dimana : S = surplus/ CH lebih (mm/bulan)
•
• Jika curah hujan yang turun lebih kecil dari evapotranspirasi aktual, akan
terjadi defisit air. Nilai defisit air merupakan jumlah air yang perlu
ditambahkan untuk memenuhi keperluan evapotrasnpirasi potensial (ETP)
tanaman.
33.
34.
35.
36. • Tanah akan mengatuskan air hingga kapasitas lapang
pada saat terjadinya hujan lebat. Kapasitas lapang
merupakan jumlah air yang dapat ditahan melawan
gaya gravitasi, atau jumlah air yang masih tertahan
dalam tanah pada saat drainase.
• Penurunan kandungan zone perakaran disebabkan
sejumlah air diserap akar-akar tanaman sehingga akan
menurunkan energi potensial dan semakin sulit untuk
diserap oleh tanaman hingga pada satu titik (kondisi
lengas tanah) yaitu tanaman tidak dapat lagi menyerap
air dari tanah.
• Kandungan air tanah diatas kapasitas lapang akan
mengalir secara gravitasi dan tidak dapat ditahan oleh
tanah, kadar air dibawah titik layu tidak dapat diserap
oleh akar sehingga total air tersedia dalam zona
perakaran adalah perbedaan antara kandungan air
kapasitas lapang dengan titik layu.
37. Total Available Water
TAW = 1000 ( FC- WP) Zr (82)
dimana: TAW = Total air tersedia dalam zona
perakaran; FC = Kandungan air tanah pada
kapasitas lapang(m3m-3); WP = Kandungan air
tanah pada titik layu (m3m-3); Zr = Kedalaman zone
akar tanaman (m).
• TAW merupakan banyaknya air yang dapat
diserap oleh tanaman dari zone perakarannya,
dan jumlahnya tergantung pada karakteristik
tanah dan kedalaman perakaran.
39. Brady dan Weil (2002) menyatakan bahwa
total ketersediaan air tanah di lapangan
adalah fungsi dari kedalam perakaran
tanaman dan jumlah air yang berada antara
kapasitas lapang dan titik layu permanen
setiap horizon yang dijangkau oleh akar
tanaman
40. Nilai Kapasitas Cadangan Lengas Tanah Pada Beberapa Kombinasi
Tekstur Tanah dan Klasifikasi Tanaman (Thornthwaite and Mather, 1957)
Klasifikasi tanaman Tekstur tanah Air tersedia
(mm/m)
Daerah
perakaran
(m)
Cadangan
lengas tanah
(mm)
Tanaman berakar
dangkal
Pasir halus Lempung berpasir halus
Lempung berdebu Lempung berliat
Liat
100
150
200
250
300
0,5
0,5
0,62
0,40
0,25
50
75
100
100
75
Tanaman berakar
sedang
Pasir halus Lempung berpasir halus
Lempung berdebu Lempung berliat
Liat
100
150
200
250
300
0,75
1,00
1,00
0,80
0,50
75
150
200
200
150
Tanaman berakar
dalam
Pasir halus Lempung berpasir halus
Lempung berdebu Lempung berliat
Liat
100
150
200
250
300
1,00
1,00
1,25
1,00
0,67
100
150
250
250
200
41. • Ketersediaan lengas-tanah dalam zone perakaran tanaman
selama musim pertumbuhan sangat menentukan
keberhasilan pertumbuhan dan produksi tanaman.
• Hasil penelitian Padilla dan Pugnaire (2007) menunjukkan
bahwa keberhasilan pertumbuhan awal tanaman
(kecambah) ditentukan oleh kedalaman perakarannya dan
kandungan lengas-tanah.
• Spesies yang perakarannya dapat mencapai lapisan tanah
yang lembab (basah) mampu bertahan terhadap kondisi
kekeringan, sedangkan jenis-jenis yang perakarannya
dangkal lebih sering mati akibat kekeringan.
42.
43. • Soemarno (2011) menjelaskan bahwa tingkat
ketersediaan air tanah dihitung berdasarkan
neraca air lahan tanaman yang merupakan
pengurangan curah hujan dan
evapotranspirasi untuk menentukan
kandungan air tanah, hingga diperoleh
ketersediaan air tanah.
Ketersediaan Air
44. • Tingkat ketersediaan air tanah di suatu tempat
ditentukan berdasarkan kedalaman jelajah akar
tanaman, yaitu antara 0 % (pada titik layu
permanen) dan 100 % (pada kapasitas lapang),
dengan asumsi lahan tadah hujan (tidak ada
irigasi). Tingkat ketersediaan air dalam tanah
dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu: (1)
Cukup (Kadar air sedalam jelajah akar tanaman
>60 %); (2) Sedang (Kadar air sedalam jelajah akar
tanaman 40 %-60 %); dan (3) Kurang (Kadar air
sedalam jelajah akar tanaman <40 %).
45. • Jumlah lengas-tanah yang tersedia untuk
diserap oleh akar tanaman ditentukan oleh
kandungan lengas-tanah tersedia dan volume
tanah yang dapat dijelajah oleh akar tanaman.
• Hasil penelitian Taylor dan Klepper (1979)
menunjukkan bahwa setiap spesies tanaman
mempunyai ciri-khas bentuk dan ukuran
system perakarannya, serta pola penyerapan
air dari dalam tanah.
• Tanaman dikotil mempunyai sistem perakaran
“tunggang”, sedangkan tanaman monokotil
mempunyai system perakaran “serabut”.
47. • Model arsitektur perakaran tanaman
mempunyai peran sangat besar dalam proses
penyerapan air dan menentukan jumlah air
yang dapat diserap dari dalam tanah. Salah
satu model perakaran tanaman adalah
“Hydraulic Tree Model”, model ini dapat
digunakan untuk mensimulasi penyerapan air
tanah oleh akar tanaman berdasarkan
arsitektur akar dan Hukum Pergerakan (Aliran)
Air.
48. • Hasil peneletian Doussan, Vercambre dan
Page (1998) menunjukkan bahwa selama
pendewasaan jaringan akar terjadi penurunan
konduktivitas radial dan peningkatan
konduktivitas aksial.
• Distribusi konduktivitas dalam system
perakraan ini mengakibatkan munculnya
gradient potensial air dalam akar, baik pada
akar-akar utama maupun pada akar-akar
cabangnya. Pada tanaman jagung, kontribusi
akar-akar cabang ini dalam penyerapan air
dapat mencapai 90%.
49. Kesetimbangan air dinyatakan sebagai
perbedaan antara jumlah yang masuk
dengan jumlah yang keluar, dari sudut
pandang pertanian, perhitungan
kesetimbangan dilakukan di zone
perakaran per unit luas lahan.
50. • Kesetimbangan di zone perakaran dinyatakan dalam
bentuk persamaan (7).
• Perubahan simpanan = Penambahan - Kehilangan
• S+V = (P+I+U)-(R+D+E+T)
• Dimana: S = perubahan simpanan air di zone
perakaran; V = perubahan kandungan air dalam
tanaman; P = hujan; I = irigasi; U = kenaikan kapiler; R =
aliran Permukaan; D = drainase; E = evaporasi dari
muka tanah; T = transpirasi tanaman.
•
51. • Kehilangan air terbesar melalui proses
evapotranspirasi pada konsep ETo yang
ditentukan oleh penyediaan energi pada
permukaan tanah oleh matahari, yang
merupakan ciri cuaca disuatu daerah atau lokasi.
Faktor ke dua, berhubungan dengan arah, hadap
dan kecepatan angin.
• Untuk masa yang cukup panjang (misalnya
musim), perubahan kandungan air pada daerah
perakaran cukup kecil dibandingkan dengan
kesetimbangan air total, jumlah hujan (P+I)
hampir sama dengan jumlah air yang hilang
melalui evapotranspirasi dan perkolasi (Et+D),
52. • Fluktuasi simpanan lengas-tanah menurut
ruang dan waktu sangat penting dalam
kaitannya dengan pertumbuhan dan produksi
tanaman di suatu hamparan lahan; fluktuasi
ini ada hubungannya dengan karakteristik
tanah, hujan dan evapotranspirasi.
• Hasil penelitian Timm et al. (2011)
menunjukkan bahwa estimasi simpanan
lengas tanah ditentukan oleh hujan
sebelumnya, evapotranspirasi, dan kandungan
lengas-tanah.
53. • Hasil penelitian Moiwo, Fulu, dan Wenxi (2011)
menunjukkan bahwa ada persesuaian yang sangat
bagus antara simpanan lengas-tanah hasil estimasi
dengan hasil pengukuran di lapangan. Metode ini juga
dapat digunakan untuk menduga perubahan simpanan
lengas-tanah secara temporer. Perubahan simpanan
lengas-tanah ini ada hubungannya dengan jumlah
irigasi atau hujan dan evapotranspirasi.
• Simpanan lengas tanah berfluktuasi secara temporer
dan beragam secara spasial, hal ini ada kaitannya
dengan perubahan faktor lingkungan dan topografi.
Hasil penelitian Salvador et al. (2012) menunjukkan
bahwa simpanan lengas dalam tanah mempunyai pola
perilaku yang baku, nilainya lebih besar pada lapisan
tanah yang lebih dalam dibandingkan dengan tanah
lapisan permukaan.