Dokumen tersebut membahas tentang reforma agraria di Indonesia. Reforma agraria dimaksudkan untuk menata ulang sistem pertanahan agar lebih adil dengan mendistribusikan tanah kepada petani miskin. Hal ini sejalan dengan konstitusi dan undang-undang pertanahan untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Dokumen ini juga menjelaskan prinsip, tujuan, subjek, objek, dan mekanisme pelaksanaan reforma agraria di Indonesia.
Kebijakan Satu Peta merupakan kebijakan pemerintah untuk menyatukan semua peta yang dibuat oleh berbagai instansi menjadi satu peta tunggal guna menyelesaikan permasalahan tumpang tindih penggunaan lahan di Indonesia. Kebijakan ini bertujuan untuk menciptakan tata kelola pertanahan dan hutan yang baik serta mendukung perencanaan pembangunan berkelanjutan.
Dokumen tersebut membahas hak, kewajiban, dan peran masyarakat dalam penataan ruang sesuai dengan Undang-Undang No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Masyarakat berhak untuk mengetahui rencana tata ruang dan berkewajiban mematuhi rencana tersebut. Peran masyarakat meliputi partisipasi dalam perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan ruang guna mencapai tujuan penataan ruang yang ber
Dokumen tersebut membahas tentang reforma agraria di Indonesia. Reforma agraria dimaksudkan untuk menata ulang sistem pertanahan agar lebih adil dengan mendistribusikan tanah kepada petani miskin. Hal ini sejalan dengan konstitusi dan undang-undang pertanahan untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Dokumen ini juga menjelaskan prinsip, tujuan, subjek, objek, dan mekanisme pelaksanaan reforma agraria di Indonesia.
Kebijakan Satu Peta merupakan kebijakan pemerintah untuk menyatukan semua peta yang dibuat oleh berbagai instansi menjadi satu peta tunggal guna menyelesaikan permasalahan tumpang tindih penggunaan lahan di Indonesia. Kebijakan ini bertujuan untuk menciptakan tata kelola pertanahan dan hutan yang baik serta mendukung perencanaan pembangunan berkelanjutan.
Dokumen tersebut membahas hak, kewajiban, dan peran masyarakat dalam penataan ruang sesuai dengan Undang-Undang No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Masyarakat berhak untuk mengetahui rencana tata ruang dan berkewajiban mematuhi rencana tersebut. Peran masyarakat meliputi partisipasi dalam perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan ruang guna mencapai tujuan penataan ruang yang ber
Dokumen tersebut membahas tentang kedudukan hak atas tanah masyarakat hukum adat dalam pembangunan perkebunan berdasarkan perundang-undangan di Indonesia. Secara khusus membahas pengaturan hukum pertanahan hak atas tanah masyarakat hukum adat dan perlindungan hukum hak atas tanah masyarakat hukum adat di Sumatera Selatan.
Urun Rembuk. Permukiman dan Ketahanan PanganOswar Mungkasa
Dokumen tersebut membahas tentang permukiman dan ketahanan pangan di Indonesia, termasuk masalah konversi lahan pertanian menjadi non-pertanian, faktor penyebabnya, dan solusi untuk mengatasinya seperti komitmen pemerintah, pembenahan data, penegakan hukum, insentif, penataan ruang, dan konsep bank tanah dan konsolidasi tanah."
Undang-undang ini mengatur tentang penataan ruang di Indonesia. Tujuannya adalah mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan dengan terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan buatan serta keterpaduan penggunaan sumber daya alam, buatan dan manusia dengan melindungi fungsi ruang dan lingkungan. Penataan ruang diklasifikasikan berdasarkan sistem, fungsi kawasan, wilayah administratif,
Undang-undang ini mengatur tentang penataan ruang di Indonesia. Tujuannya adalah mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan dengan terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan buatan serta keterpaduan penggunaan sumber daya alam, buatan dan manusia dengan melindungi fungsi ruang dan lingkungan. Penataan ruang diklasifikasikan berdasarkan sistem, fungsi kawasan, wilayah administratif,
Undang-undang ini mengatur tentang penataan ruang di Indonesia. Tujuannya adalah mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan dengan terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan buatan serta keterpaduan penggunaan sumber daya alam, buatan dan manusia dengan melindungi fungsi ruang dan lingkungan. Penataan ruang diklasifikasikan berdasarkan sistem, fungsi kawasan, wilayah administratif,
Undang-undang ini mengatur tentang penataan ruang di Indonesia. Tujuannya adalah mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan dengan terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan buatan serta keterpaduan penggunaan sumber daya alam, buatan dan manusia dengan melindungi fungsi ruang dan lingkungan. Penataan ruang diklasifikasikan berdasarkan sistem, fungsi kawasan, wilayah administratif,
Analisis Perbandingan Tingkat Keefektifan Sistem Kebijakan yang Mendorong In...Fajar Rian Wulandari
Ringkasan dokumen tersebut adalah: Dokumen tersebut membandingkan kebijakan lahan di Indonesia dan China serta faktor yang mempengaruhi industrialisasi lahan. Kebijakan China yang melepas status kepemilikan bersama lahan berhasil mendorong industrialisasi, namun sulit diterapkan di Indonesia karena perbedaan pola pikir masyarakat terhadap hutan.
Undang-undang ini membahas penataan ruang di Indonesia. Ruang didefinisikan sebagai wilayah darat, laut, dan udara termasuk ruang di dalam bumi. Penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan berdasarkan Pancasila dan Ketahanan Nasional. Penataan ruang diklasifikasikan berdasarkan sistem, fungsi kawasan, wilayah administratif, kegiatan kawasan, dan nilai strategisny
Dokumen tersebut membahas tentang sistem kepemilikan tanah di Indonesia, termasuk definisi land tenure, kategori hak atas tanah menurut UUPA 1960, dan perkembangan kebijakan kepemilikan tanah di Indonesia."
Dokumen tersebut membahas falsafah agraria dalam perspektif konstitusi. Secara ontologi, dokumen menjelaskan cakupan dan hakikat sumber daya agraria serta hubungan bangsa Indonesia dengannya berdasarkan UUPA. Secara aksiologi, dokumen menjelaskan tujuan kemakmuran rakyat dan pandangan idealisme dan realisme dalam UUPA. Secara epistemologi, dokumen menjelaskan pelaksanaan kewenangan negara berdasarkan pand
PP No. 68 Tahun 2010 Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat dalam Penataan RuangPenataan Ruang
Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang bentuk dan tata cara peran masyarakat dalam penataan ruang di tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten/kota. Bentuk peran masyarakat meliputi memberikan masukan, kerja sama, pemantauan, dan pelaporan. Tata cara pelaksanaannya melalui forum, laporan tertulis, dan pemantauan pelaksanaan rencana tata ruang sesuai ketentuan. Pemerintah berkewajiban memberikan informasi, sosial
PREMIUM!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Pintu Dobel Minimalis di Denpasar.pdfFORTRESS
"PREMIUM!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Pintu Dobel Minimalis di Denpasar; Pintu Double Besi Rumah Minimalis di Buleleng; Pintu Double Rumah Minimalis di Sawan; Pintu Dua Daun Minimalis di Abang; Pintu Garis Minimalis di Manggis.
FORTRESS adalah produk Pintu Baja Motif Kayu Sebuah terobosan inovasi terbaru sebagai alternatif pengganti pintu rumah konvensional yang mengunakan material baja sebagai bahan baku utamanya.
Tingkatkan Keamanan Rumah Anda dengan 13 Keunggulan Fortress Pintu Baja!
- Material Baja Berkualitas Tinggi.
- Finishing dengan Pola Serat Kayu Alami.
- Kusen Baja dengan Detail Architrave yang Anggun.
- Engsel Baja Tersembunyi dalam 4 Set.
- Sistem Penguncian 5 Titik dengan Kunci Utama.
- Sistem Keamanan A-B Lock dengan 7 Kunci Elektronik.
- Dilengkapi dengan Slot/Grendel untuk Penguncian Tambahan.
- Terdapat Lubang Pengintip.
- Pelindung Karet pada Kusen dan Daun Pintu.
- Lapisan Honeycomb Paper sebagai Penyerap Suara.
- Lapisan PE-Film untuk Perlindungan Tambahan.
- Dilengkapi dengan 6 Set Baut Pemasangan.
- Memiliki Ambang Pintu yang Kokoh.
Dapatkan keamanan yang tak tertandingi dengan Fortress Pintu Baja; solusi pintu yang kuat dan tahan lama untuk melindungi rumah Anda.
Hubungi Kami Segera (0821-7001-0763)
Head Office (Kantor Pusat) :
Jl. Raya Binong Jl. Kp. Cijengir No. 99; Rt.005/Rw.003; Binong; Kec. Curug; Kabupaten Tangerang; Banten 15810
Kantor Cabang JBS : (Solo; Pekanbaru; Surabaya; Lampung; Palembang; Kendari; Makassar; Balikpapan; Medan; Dan Kota Lainnya Menyusul)
Provinsi Bali Meliputi : Kab Badung-Mangupura; Kab Bangli; Kab Buleleng-Singaraja; Kab Gianyar; Kab Jembrana-Negara; Kab Karangasem-Amlapura; Kab Klungkung-Semarapura; Kab Tabanan; Kota Denpasar Dan Seluruh Kota Se-Indonesia.
#pintudobelminimalisdidenpasar #pintudoublebesirumahminimalisdibuleleng #pintudoublerumahminimalisdisawan #pintuduadaunminimalisdiabang #pintugarisminimalisdimanggis
Pintu Dobel Minimalis di Denpasar; Pintu Double Minimalis Motif Kayu di Busung Biu; Pintu Double Rumah Modern di Seririt; Pintu Dua Minimalis Terbaru di Bebandem; Pintu Hitam Minimalis di Rendang."
More Related Content
Similar to KONSOLIDASI TANAH PERKOTAAN DALAM RANGKA PENYEDIAAN TANAH UNTUK PENATAAN PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN KUMUH.pdf
Dokumen tersebut membahas tentang kedudukan hak atas tanah masyarakat hukum adat dalam pembangunan perkebunan berdasarkan perundang-undangan di Indonesia. Secara khusus membahas pengaturan hukum pertanahan hak atas tanah masyarakat hukum adat dan perlindungan hukum hak atas tanah masyarakat hukum adat di Sumatera Selatan.
Urun Rembuk. Permukiman dan Ketahanan PanganOswar Mungkasa
Dokumen tersebut membahas tentang permukiman dan ketahanan pangan di Indonesia, termasuk masalah konversi lahan pertanian menjadi non-pertanian, faktor penyebabnya, dan solusi untuk mengatasinya seperti komitmen pemerintah, pembenahan data, penegakan hukum, insentif, penataan ruang, dan konsep bank tanah dan konsolidasi tanah."
Undang-undang ini mengatur tentang penataan ruang di Indonesia. Tujuannya adalah mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan dengan terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan buatan serta keterpaduan penggunaan sumber daya alam, buatan dan manusia dengan melindungi fungsi ruang dan lingkungan. Penataan ruang diklasifikasikan berdasarkan sistem, fungsi kawasan, wilayah administratif,
Undang-undang ini mengatur tentang penataan ruang di Indonesia. Tujuannya adalah mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan dengan terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan buatan serta keterpaduan penggunaan sumber daya alam, buatan dan manusia dengan melindungi fungsi ruang dan lingkungan. Penataan ruang diklasifikasikan berdasarkan sistem, fungsi kawasan, wilayah administratif,
Undang-undang ini mengatur tentang penataan ruang di Indonesia. Tujuannya adalah mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan dengan terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan buatan serta keterpaduan penggunaan sumber daya alam, buatan dan manusia dengan melindungi fungsi ruang dan lingkungan. Penataan ruang diklasifikasikan berdasarkan sistem, fungsi kawasan, wilayah administratif,
Undang-undang ini mengatur tentang penataan ruang di Indonesia. Tujuannya adalah mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan dengan terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan buatan serta keterpaduan penggunaan sumber daya alam, buatan dan manusia dengan melindungi fungsi ruang dan lingkungan. Penataan ruang diklasifikasikan berdasarkan sistem, fungsi kawasan, wilayah administratif,
Analisis Perbandingan Tingkat Keefektifan Sistem Kebijakan yang Mendorong In...Fajar Rian Wulandari
Ringkasan dokumen tersebut adalah: Dokumen tersebut membandingkan kebijakan lahan di Indonesia dan China serta faktor yang mempengaruhi industrialisasi lahan. Kebijakan China yang melepas status kepemilikan bersama lahan berhasil mendorong industrialisasi, namun sulit diterapkan di Indonesia karena perbedaan pola pikir masyarakat terhadap hutan.
Undang-undang ini membahas penataan ruang di Indonesia. Ruang didefinisikan sebagai wilayah darat, laut, dan udara termasuk ruang di dalam bumi. Penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan berdasarkan Pancasila dan Ketahanan Nasional. Penataan ruang diklasifikasikan berdasarkan sistem, fungsi kawasan, wilayah administratif, kegiatan kawasan, dan nilai strategisny
Dokumen tersebut membahas tentang sistem kepemilikan tanah di Indonesia, termasuk definisi land tenure, kategori hak atas tanah menurut UUPA 1960, dan perkembangan kebijakan kepemilikan tanah di Indonesia."
Dokumen tersebut membahas falsafah agraria dalam perspektif konstitusi. Secara ontologi, dokumen menjelaskan cakupan dan hakikat sumber daya agraria serta hubungan bangsa Indonesia dengannya berdasarkan UUPA. Secara aksiologi, dokumen menjelaskan tujuan kemakmuran rakyat dan pandangan idealisme dan realisme dalam UUPA. Secara epistemologi, dokumen menjelaskan pelaksanaan kewenangan negara berdasarkan pand
PP No. 68 Tahun 2010 Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat dalam Penataan RuangPenataan Ruang
Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang bentuk dan tata cara peran masyarakat dalam penataan ruang di tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten/kota. Bentuk peran masyarakat meliputi memberikan masukan, kerja sama, pemantauan, dan pelaporan. Tata cara pelaksanaannya melalui forum, laporan tertulis, dan pemantauan pelaksanaan rencana tata ruang sesuai ketentuan. Pemerintah berkewajiban memberikan informasi, sosial
Similar to KONSOLIDASI TANAH PERKOTAAN DALAM RANGKA PENYEDIAAN TANAH UNTUK PENATAAN PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN KUMUH.pdf (20)
PREMIUM!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Pintu Dobel Minimalis di Denpasar.pdfFORTRESS
"PREMIUM!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Pintu Dobel Minimalis di Denpasar; Pintu Double Besi Rumah Minimalis di Buleleng; Pintu Double Rumah Minimalis di Sawan; Pintu Dua Daun Minimalis di Abang; Pintu Garis Minimalis di Manggis.
FORTRESS adalah produk Pintu Baja Motif Kayu Sebuah terobosan inovasi terbaru sebagai alternatif pengganti pintu rumah konvensional yang mengunakan material baja sebagai bahan baku utamanya.
Tingkatkan Keamanan Rumah Anda dengan 13 Keunggulan Fortress Pintu Baja!
- Material Baja Berkualitas Tinggi.
- Finishing dengan Pola Serat Kayu Alami.
- Kusen Baja dengan Detail Architrave yang Anggun.
- Engsel Baja Tersembunyi dalam 4 Set.
- Sistem Penguncian 5 Titik dengan Kunci Utama.
- Sistem Keamanan A-B Lock dengan 7 Kunci Elektronik.
- Dilengkapi dengan Slot/Grendel untuk Penguncian Tambahan.
- Terdapat Lubang Pengintip.
- Pelindung Karet pada Kusen dan Daun Pintu.
- Lapisan Honeycomb Paper sebagai Penyerap Suara.
- Lapisan PE-Film untuk Perlindungan Tambahan.
- Dilengkapi dengan 6 Set Baut Pemasangan.
- Memiliki Ambang Pintu yang Kokoh.
Dapatkan keamanan yang tak tertandingi dengan Fortress Pintu Baja; solusi pintu yang kuat dan tahan lama untuk melindungi rumah Anda.
Hubungi Kami Segera (0821-7001-0763)
Head Office (Kantor Pusat) :
Jl. Raya Binong Jl. Kp. Cijengir No. 99; Rt.005/Rw.003; Binong; Kec. Curug; Kabupaten Tangerang; Banten 15810
Kantor Cabang JBS : (Solo; Pekanbaru; Surabaya; Lampung; Palembang; Kendari; Makassar; Balikpapan; Medan; Dan Kota Lainnya Menyusul)
Provinsi Bali Meliputi : Kab Badung-Mangupura; Kab Bangli; Kab Buleleng-Singaraja; Kab Gianyar; Kab Jembrana-Negara; Kab Karangasem-Amlapura; Kab Klungkung-Semarapura; Kab Tabanan; Kota Denpasar Dan Seluruh Kota Se-Indonesia.
#pintudobelminimalisdidenpasar #pintudoublebesirumahminimalisdibuleleng #pintudoublerumahminimalisdisawan #pintuduadaunminimalisdiabang #pintugarisminimalisdimanggis
Pintu Dobel Minimalis di Denpasar; Pintu Double Minimalis Motif Kayu di Busung Biu; Pintu Double Rumah Modern di Seririt; Pintu Dua Minimalis Terbaru di Bebandem; Pintu Hitam Minimalis di Rendang."
Project Bab 1 - Kelompok 1 Dari kami yang sudah membuat.pptxabiddah0606
"Mie Gacoan" adalah sebuah merk dagang dari jaringan restaurant mie pedas No. 1 di Indonesia, yang menjadi anak perusahaan PT Pesta Pora Abadi. Nama "Gacoan" berasal dari bahasa Jawa yang berarti "jagoan" atau "andalan". Berdiri sejak awal tahun 2016, saat ini merk "Mie Gacoan" telah tumbuh menjadi market leader F&B terbesar di Indonesia. Mengusung konsep bersantap modern dengan harga yang affordable, kehadiran "Mie Gacoan" telah mendapatkan apresiasi luar biasa di setiap market dimana "Mie Gacoan" hadir untuk melayani puluhan ribu pelanggan setiap bulannya. Oleh karena itu, inovasi akan selalu dikedepankan agar "Mie Gacoan" tetap relevan dan menjadi pilihan terbaik bagi para customer loyal.
Pengembangan Strategi Pemasaran UMKM Melalui Media Online pada Komunitas Ibu-...Habibatut Tijani
Program Pengembangan Strategi Pemasaran UMKM Melalui Media Online di Kecamatan Sambikerep bertujuan untuk memberdayakan ibu-ibu PKK dan masyarakat sekitar dengan memberikan edukasi dan bimbingan dalam mempromosikan produk melalui media sosial. Program ini dirancang untuk meningkatkan keterampilan pemasaran digital, membantu mendaftarkan usaha ke marketplace, dan mengelola media online secara efektif. Dengan pendekatan teori jaringan sosial dan partisipatif aktif, program ini diharapkan dapat memperluas jangkauan pasar UMKM, meningkatkan penjualan, dan pada akhirnya meningkatkan kesejahteraan ekonomi peserta dan komunitas secara keseluruhan.
UNIKBET : Daftar Slot Pragmatic Play Yang Ada Deposit Sesama Bank DKI Promo B...unikbetslotbankmaybank
Pada hari ini 13 Juni 2024, Link Slot Gacor Pragmatic Play Deposit Bank DKI Promo Bonus Terbesar Banyak Promo Spektakuler di provider Pragmatic Play adalah Unikbet karena berlicensi resmi internasional. Maka dari itu, Untuk anda para pemain slot online yang berada di kota Pematang Siantar, bisa bermain dengan tenang dan aman. Berikut rekomendasi daftar situs slot bisa deposit pakai Bank DKI khusus untuk anda yang berlokasi di Kota Pematang Siantar:
1. Slot Nexus Gates of Olympus™
2. Slot Thor vs Hercules
3. Slot Gates of Gatot Kaca
4. Slot Sugar Rush™
5. Slot Sweet Bonanza Xmas™
6. Slot Mahjong Wins
Kepada anda para warga kota Pematang Siantar, jangan menunggu terlalu lama lagi. Buruan daftar akun slot Bank DKI resmi anda hanya di unikbet sekarang juga.
Hubungi kontak resmi kami :
» Telegram : 0813 7044 7146
» Link Daftar : unikbet . link / daftar
» Whatsapp : 0813 7044 7146
Atau Langsung ketik di Google : " UNIKBET "
#PematangSiantar #slotBankDKI #slotviaBankDKI #daftarslotBankDKI #unikbet
UNIKBET : Daftar Slot Pragmatic Play Yang Ada Deposit Sesama Bank DKI Promo B...
KONSOLIDASI TANAH PERKOTAAN DALAM RANGKA PENYEDIAAN TANAH UNTUK PENATAAN PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN KUMUH.pdf
1. e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 4 Nomor 3 November 2021)
773
KONSOLIDASI TANAH PERKOTAAN DALAM RANGKA PENYEDIAAN
TANAH UNTUK PENATAAN PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN
KUMUH
Rahayu Subekti, Purwono Sungkowo Raharjo,
Waluyo, Sapto Hermawan, Asianto Nugroho
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Email: rahayusubekti0211@staff.uns.ac.id,
purwonosungkowo@staff.uns.ac.id,Waluyo.fh@staff.uns.ac.id
saptohermawan_fh@staff.uns.ac.id, asiantonugroho@staff.uns.ac.id
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis konsolidasi tanah perkotaan dalam rangka penyediaan tanah untuk
penataan perumahan dan pemukiman kumuh. Metode yang digunakan adalah metode metode yuridis normatif
yang bersifat preskriptif. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa, pertama Konsolidasi tanah perkotaan untuk
pembangunan perumahan berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 dengan cara pelaksanaan konsolidasi tanah
bertujuan untuk menyediakan tanah bagi pembangunan rumah, perumahan, dan kawasan permukiman, juga
dapat dilaksanakan bagi pembangunan rumah tunggal, rumah deret, atau rumah susun yang meliputi penataan
kembali bidang-bidang tanah termasuk hak atas tanah dan/atau penggunaan tanahnya dengan dilengkapi
prasarana jalan, irigasi, fasilitas lingkungan dan/atau fasilitas penunjang lainnya yang diperlukan, dengan
melibatkan partisipasi para pemilik tanah dan/atau penggarap tanah Kedua konsolidasi tanah bagi penyediaan
tanah sebagai kebijakan pembangunan terhadap penataan perumahan di Perkotaan bisa dilakukan dengan
melalui penerapan konsep konsolidasi tanah vertikal dan bank tanah.
Kata kunci: Penyediaan Tanah, Konsolidasi Tanah, Penataan perumahan
Abstract
This research aims to analyze the consolidation of urban land in the attempt of providing land for housing and
settlement arrangement. In providing this land, land consolidation will be discussed based on Law No.11 of
2011 and land consolidation as the act of providing land for housing and settlement arrangement, recalling the
limited width of land and the increasing demand for land. The method employed was a juridical normative
method that is prescriptive in nature.. From the result of research, it can be concluded that firstly the
consolidation of urban land for housing development based on Law No.1 of 2011 is conducted by implementing
land consolidation aiming to providing land for house, housing, and settlement area development, and it is also
conducted for single house, row house or flat development involving the rearrangement of lots including right
to land and/land use equipped with road infrastructure, irrigation, environment facility and other necessary
supporting facilities, by involving land owner and/or land cultivator participation. Secondly, land consolidation
for providing land as the development policy over housing arrangement in urban areas can be conducted through
implementing vertical land consolidation and Land Bank concepts.
Keywords: Land Providing, Land Consolidation, Housing Arrangement
2. e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 4 Nomor 3 November 2021)
774
PENDAHULUAN
Penduduk Indonesia yang selalu bertambah dari tahun ke tahun, jumlah tanah yang
terbatas, tingkat urbanisasi yang tinggi, tingkat kepadatan penduduk, dan kebutuhan hunian
meningkat namun jumlah supply tanah yang terbatas menyebabkan munculnya kawasan
permukiman baru.
Keadaan tersebut membuat sosial masyarakat satu dengan yang lain berbeda
kondisinya. Ada golongan mampu dimana mereka memiliki rumah sebagai tempat bernaung
sehari-hari atau paling tidak dapat mengontrak rumah. Namun, di sisi lain banyak golongan
yang tidak mampu secara ekonomi untuk membangun rumah atau setidaknya untuk mengontrak
rumah sebagai tempat bernaung. Kondisi parahnya kemiskinan yang menimbulkan
ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan bertempat tinggal membuat masyarakat
mendirikan tempat tinggal yang tidak layak seperti perkampungan kumuh.
Gambaran fisik munculnya lingkungan kumuh di perkotaan adalah jalan lingkungan
kecil, tidak mendapatkan sinar matahari, tidak memiliki ruang yang cukup di rumah, Bangunan
yang ada non permanen, menggunakan prasarana sarana utilitas umum, tidak sesuai tata ruang,
dan berada pada tanah non milik .
Perbedaan adanya masyarakat yang terpenuhi kebutuhan untuk rumah dan masyarakat
yang mendirikan rumah di area kumuh menjelaskan adanya kesenjangan sosial yang seharusnya
tidak terjadi ketika suatu bangsa menginginkan dirinya sebagai bangsa yang sejahtera.
Kelemahan dalam manajemen perkotaan kemudian secara tidak langsung akan menyebabkan
timbulnya spekulasi, kelangkaan pengembangan tanah perkotaan untuk pemukiman, tumbuh
dan berkembangnya penguasaan dan pemilikan tanah serta pemanfaatan tanah secara liar atau
tidak sah, perkampungan kumuh (slum area), dan sebagainya. (Maria S.W Sumardjono,
2008:31). Hak Asasi Manusia dari masyarakat di dalam bangsa itu sendiri juga tidak terpenuhi
bagi golongan yang kurang mampu. Oleh karena itu, konsolidasi tanah dengan membangunkan
perumahan bagi masyarakat yang hidup di pemukiman kumuh merupakan langkah bijak yang
sudah seharusnya diambil pemerintah demi memenuhi kesetaraan hak sosial masyarakatnya.
Konsolidasi Tanah diharapkan dapat mengatasi permasalahan yang terkait penataan
kembali penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah di antaranya: Perwujudan
rencana tata ruang dan pengembangan wilayah, Menurunnya kualitas lingkungan hidup akibat
aktivitas manusia dan bencana alam, Penyediaan tanah untuk pembangunan bagi kepentingan
umum, Peningkatan kebutuhan lahan permukiman perkotaan akibat urbanisasi, Peremajaan dan
penataan kembali kawasan kumuh perkotaan, Penyelesaian sengketa dan konflik pertanahan.
Kondisi ini tentunya perlu adanya pengaturan dari pemerintah sesuai dengan Pasal 2
ayat (2) UUPA yang memberikan wewenang untuk :
a.Mengatur dan menyelenggarakan pembentukan, peruntukkan, penggunaan, persediaan, dan
pemeliharaan tanah, termasuk dalam wewenang ini adalah:
1) Membuat suatu rencana umum mengenai persediaan, peruntukan, dan penggunaan
tanah untuk berbagai keperluan (Pasal 14 UUPA jo. Undang-Undang Nomor 26
Tahun 2007 tentang Penataan Ruang).
3. e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 4 Nomor 3 November 2021)
775
2) Mewajibkan kepada pemegang hak atas tanah untuk memelihara tanah, termasuk
menambah kesuburan dan mencegah kerusakannya (Pasal 15 UUPA).
3) Mewajibkan kepada pemegang hak atas tanah (pertanian) untuk mengerjakan atau
mengusahakan tanahnya sendiri secara aktif dengan mencegah cara-cara pemerasan
(Pasal 10 UUPA).
b. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dengan tanah.
Termasuk dalam wewenang ini adalah:
1) Menentukan hak-hak atas tanah yang bisa diberikan kepada warga negara Indonesia
baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama dengan orang lain, atau kepada badan
hukum. Demikian juga hak atas tanah yang dapat diberikan kepada warga negara
asing (Pasal 16 UUPA).
2) Menetapkan dan mengatur mengenai pembatasan jumlah bidang dan luas tanah yang
dapat dimiliki atau dikuasai oleh seseorang atau badan hukum (Pasal 7 jo. Pasal 17
UUPA).
c.Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dan perbuatan-
perbuatan hukum yang mengenai tanah. Termasuk dalam wewenang ini adalah:
1) Mengatur pelaksanaan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia
(Pasal 19 UUPA jo. PP No. 24 tahun 1997 tentang pendaftaran tanah).
2) Mengatur pelaksanaan peralihan hak atas tanah.
3) Mengatur penyelesaian sengketa - sengketa pertanahan baik yang bersifat perdata
maupun tata usaha negara, dengan mengutamakan cara musyawarah untuk mencapai
kesepakatan.
Berdasarkan Wewenang tersebut maka negara mengatur dan menyelenggarakan
pembentukan, peruntukkan, penggunaan, persediaan, dan pemeliharaan tanah.
Dalam Pasal 1 angka (1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun
2004 tentang Penatagunaan Tanah, dijelaskan bahwa penatagunaan tanah adalah sama dengan
pola pengelolaan tata guna tanah yang meliputi penguasaan, penggunaan, dan pemanfaaatan
tanah yang berwujud konsolidasi pemanfaatan tanah melalui pengaturan kelembagaan yang
terkait dengan pemanfaatan tanah sebagai satu kesatuan sistem untuk kepentingan masyarakat
secara adil. Oleh sebab itu, pemerintah selalu berupaya mengatur dan membuat rencana umum
mengenai persediaan peruntukkan dan penggunaan bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam
yang terkandung di dalamnya demi tercapainya kesejahteraan masyarakat pada umumnya.
Sekarang yang dituntut adalah kesadaran dari masyarakat itu sendiri, terutama partisipasinya
kepada negara demi kelangsungan pembangunan nasional terutama yang menyangkut masalah
tanah. (Mudijono, 1997:25)
Pembangunan perumahan bagi masyarakat pemukiman kumuh tentunya memerlukan
konsolidasi tanah yang baik sebagai dasar dari pembangunan tersebut. Konsolidasi tanah dilihat
dari sisi yuridis adalah sebuah kebijakan pertanahan mengenai penataan kembali penguasaan
dan penggunaan tanah serta usaha pengadaan tanah untuk kepentingan pembangunan, untuk
meningkatkan kualitas lingkungan dan pemeliharaan sumber daya alam dengan melibatan
partisipasi aktif masyarakat. Menurut sisi yuridis yang demikian, konsolidasi tanah merupakan
kebijakan berarti sebuah aturan mengenai tanah dimana aturan tersebut menjadi dasar kuat
pembangunan dan pemeliharaan sumber daya alam dengan partisipasi aktif masyarakat.
4. e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 4 Nomor 3 November 2021)
776
Konsolidasi tanah adalah jawaban dari bagaimana untuk mengelola, melestarikan, dan
memanfaatkan tanah dengan maksimal demi kesejahteraan Bangsa Indonesia. Konsolidasi
tanah dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan daya guna tanah dan hasil guna penggunaan
tanah, serta menyelaraskan kepentingan individu dengan fungsi sosial tanah dalam rangka
pelaksanaan pembangunan. Tujuan konsolidasi tanah sebagai penyelenggara kepentingan
individu dengan fungsi sosial dalam pelaksanaan pembangunan dapat ditarik kesimpulan
sebagai pemanfaatan tanah untuk kepentingan masyarakat adalah hal pembangunan sehingga
mencapai suatu kesetaraan di dalam fungsi sosial.
METODE
Metode yang digunakan adalah metode metode yuridis normatif yang bersifat
preskriptif. Sifat penelitian hukum yang digunakan adalah terapan dan menggunakan
pendekatan peraturan perundang-undangan, dan konseptual dalam menjawab rumusan masalah
PEMBAHASAN
1. Pelaksanaan Konsolidasi Tanah di Perkotaan Berdasarkan UU No.1 Tahun 2011
tentang Perumahan dan Kawasan Pemukiman Kumuh
Didalam melaksanakan konsolidasi tanah yang pertama kali dilakukan ialah lokasi
mana yang cocok untuk dijadikan lokasi konsolidasi tanah. Konsolidasi tanah perkotaan
dimulai dengan penerapan model tanah di pinggiran kota, karena permasalahan di tengah
kota, lebih-lebih di pusat kota rumit sekali.
Sasaran lokasi pembangunan perumahan dan permukiman model konsolidasi tanah
ialah wilayah perkotaan yang ada di pinggiran kota yang belum terbangun dan sudah masuk
dalam rencana kota untuk dijadikan wilayah permukiman serta mempunyai potensi besar
dalam waktu yang singkat berkembang menjadi wilayah permukiman perkotaan. Manfaat
dari adanya konsolidasi tanah bagi peserta konsolidasi tanah yaitu: (Sindung Sitorus,
Antonius Sriono, Oloan Sitorus : 122 )
a. Terpenuhinya kebutuhan hidup lingkungan teratur, tertib, dan sehat; Memberikan
keuntungan estetika atau keindahan yang lebih baik kepada pemilik tanah;
b. Meningkatkan pemerataan pembangunan (membangun tanpa menggusur);
c. Dalam proses penataan dan penyediaan tanah, dapat dihindari akses akses yang
mungkin akan timbul akibat proses tersebut;
d. Memicu terjadinya percepatan pertumbuhan wilayah;
e. Membantu penertiban administrasi pertanahan;
f. Menghemat biaya pemerintah;
g. Meningkatkan efisiensi dan produktifitas penggunaan tanah;
h. Meningkatkan harga properti peserta konsolidasi tanah.
Lokasi konsolidasi tanah dapat dilakukan di wilayah pinggiran kota yang fungsi
ruangnya semula untuk pertanian, namun rencana tata ruang wilayahnya sudah diubah
menjadi non-pertanian untuk dikembangkan menjadi perumahan dan permukiman yang baru
di perkotaan. Lokasi konsolidasi tanah juga dapat dilakukan di perumahan yang padat
penduduk dan kumuh lingkungannya di pusat kota untuk diubah menjadi perumahan yang
layak huni dan sehat lingkungannya melalui pembangunan rumah susun.
5. e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 4 Nomor 3 November 2021)
777
Dalam Konsolidasi tanah perkotaan terdapat dua macam konsolidasi tanah, yaitu
Konsolidasi tanah Proyek dan konsolidasi tanah perkotaan swadaya. Konsolidasi Tanah
Proyek adalah konsolidasi tanah yang pelaksanaannya dibiayai oleh Pemerintah, konsolidasi
tanah jenis ini pemohon tidak perlu mengajukan permohonan konsolidasi juga lokasi
konsolidasi karena semuanya ditentukan dan diatur oleh Kantor Pertanahan setempat.
Sedangkan Konsolidasi Tanah Perkotaaan secara Swadaya yaitu Konsolidasi tanah yang
dibiayai sendiri oleh masyarakat peserta konsolidasi tanah, dalam Konsolidasi Tanah
Perkotaan secara swadaya ini pemohon harus membuat surat permohonan sebagai peserta
Konsolidasi Tanah Perkotaaan dan membuat skets lokasi konsolidasi tanah. (Boedi Harsono,
1999:399)
Konsolidasi Tanah diselenggarakan oleh: Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional; dan/atau pemangku kepentingan. Dalam hal penyelenggaraan
Konsolidasi Tanah oleh pemangku kepentingan, Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional berkewajiban melakukan verifikasi dan pengawasan
terhadap tahapan penyelenggaraan konsolidasi tanah. Tim Koordinasi Konsolidasi Tanah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (4) ditetapkan oleh: a. Bupati/Walikota untuk
Konsolidasi Tanah skala kecil; dan b. Gubernur untuk Konsolidasi Tanah skala besar.
(Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 12 Tahun 2019 tentang Konsolidasi
Tanah)
Tim Koordinasi Konsolidasi Tanah skala kecil paling sedikit terdiri atas: Bupati /
Walikota, Kepala Kantor Pertanahan, Kepala Seksi Penataan Pertanahan pada Kantor
Pertanahan; Kepala Bidang Penataan Pertanahan atau pejabat yang ditunjuk; Kepala Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah atau pejabat yang ditunjuk; Sekretaris Daerah atau
pejabat yang ditunjuk; Kepala Organisasi Pemerintah Daerah yang membidangi Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang atau pejabat yang ditunjuk;
Tim Koordinasi Konsolidasi Tanah skala Besar paling sedikit terdiri atas
Gubernur; Kepala Kantor Wilayah; Kepala Bidang Penataan Pertanahan pada Kanwil;
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah atau pejabat yang ditunjuk; Sekretariat
Daerah atau pejabat yang ditunjuk; Kepala Organisasi Pemerintah Daerah yang
membidangi Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang atau pejabat yang ditunjuk;
Kepala Organisasi Pemerintah Daerah yang membidangi Pertanian atau pejabat yang
ditunjuk dalam hal Konsolidasi Tanah Pertanian; Kepala Organisasi Pemerintah Daerah
yang membidangi perumahan rakyat dan kawasan permukiman atau pejabat yang ditunjuk
dalam hal Konsolidasi Tanah nonpertanian; Perwakilan instansi terkait dan/atau pemangku
kepentingan lain yang berkompeten sesuai kebutuhan penataan.( Peraturan Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 12 Tahun 2019 tentang Konsolidasi Tanah).Tim Koordinasi
Konsolidasi Tanah bertugas untuk:
a. mengoordinasikan kebijakan antar pemangku kepentingan dalam penyelenggaraan
konsolidasi tanah;
b. memberikan pertimbangan dalam penetapan lokasi Konsolidasi Tanah;
c. mengarahkan dan mengevaluasi penyusunan Desain Konsolidasi Tanah;
d. mengoordinasikan sumber pembiayaan dan bentuk kerja sama penyelenggaraan
Konsolidasi Tanah;
e. melakukan sinkronisasi dan koordinasi rencana aksi pembangunan Konsolidasi Tanah
6. e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 4 Nomor 3 November 2021)
778
dengan seluruh pemangku kepentingan;
f. melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan Konsolidasi Tanah;
g. melakukan penanganan masalah yang timbul dalam penyelenggaraan Konsolidasi
Tanah;
h. mengevaluasi dan menetapkan kebijakan peremajaan/pembangunan kembali
kawasan dalam hal Konsolidasi Tanah Vertikal; dan
i. melaksanakan tugas lain yang dibutuhkan.
Adapun peran serta pemilik tanah pada UU No. 1 Tahun 2011 bahwa konsolidasi tanah
dilaksanakan dengan tujuan meningkatkan kualitas lingkungan dan pemeliharaan sumber
daya alam dengan partisipasi aktif masyarakat. Partisipasi aktif masyarakat misalnya pada
sharing (saham/kepemilikan) yang diberikan untuk digunakan sebagai fasilitas umum dan
fasilitas sosial. Sharing ini tidak perlu dibayar/adanya ganti rugi. Hasil yang dapat diperoleh
berupa keuntungan bagi para peserta Konsolidasi tanah yaitu harga tanah akan naik dan
derahnya akan berkembang menjadi daerah yang tertata, tertib dan teratur.
Dewasa ini, konsolidasi tanah ini dianggap penting dan strategis dalam rangka
mewujudkan pembangunan nasional. Hal tersebut dikarenakan konsolidasi tanah memiliki
ciri ciri pokok sebagai berikut:
a. Prosedur pelaksanaannya menjunjung tinggi aspek keadilan dan yang terpenting
menghormati hak atas tanah.
b. Pemilik tanah diumpamakan agar tidak tergusur dari lingkungannya.
c. Keuntungan yang diperoleh dari hasil peningkatan nilai tambah tanah dan biaya
pelaksanaannya didistribusikan secara adil di antara pemilik tanah atau peserta.
d. Penataan penguasaan tanah dilakukan sekaligus dengan penataan penggunaan tanah.
e. Biaya pelaksanaan tidak mengandalkan biaya dari pemerintah, melainkan
diumpamakan dari pemilik tanah.
Penggunaan tanah mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah/Rencana
Pembangunan Wilayah yang ditata secara efisien, sekaligus menyediakan tanah untuk sarana
dan prasarana yang dibutuhkan sehingga dapat mendukung kebijakan Pemerintah Daerah.
(Sindung Sitorus, Antonius Sriono, Oloan Sitorus )
2. Konsep Konsolidasi Tanah Dalam Penataan Perumahan Dan Pemukiman
Rumah merupakan bangunan atau gedung yang fungsinya sebagai suatu tempat tinggal
ataupun suatu hunian yang layak untuk huni, sebagai sarana pembinaan keluarga, cerminan
pada harkat dan juga martabat penghuninya, serta asset bagi pemiliknya. Rumah yaitu salah
satu dari kebutuhan dasar setiap orang, di samping kebutuhan pangan (makanan) dan
sandang (pakaian).( Urip Santoso , 2014:213)
Kebutuhan perumahan yang layak huni semakin hari kian meningkat, khususnya di
wilayah perkotaan. Pasal 28 H Ayat (1) UUD 1945 menjelaskan bahwa setiap orang berhak
hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapat lingkungan hidup yang baik
dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Hal tersebut memaknai bahwa
perumahan dan permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar setiap manusia.
Guna mewujudkan hal tersebut, upaya yang sangat ditekankan dalam konsolidasi tanah
yaitu adanya penataan kembali seluruh aspek yang meliputi: (Ni Made Desy Ariyani dan I
Wayan Parsa : 10 )
7. e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 4 Nomor 3 November 2021)
779
a. Penataan kembali aspek yang berkaitan dengan pengaturan pengusaan, pengadaan dan
penggunaan tanah, dimana tidak hanya berfokus pada penataan dan penerbitan bentuk
fisik bidang-bidang tanah, tetapi termasuk juga hubungan hukum antara pemilik tanah
dengan tanahnya;
b. Penataan kembali aspek yang berkaitan dengan penyerasian pengguna tanah dengan
rencana tata ruang maupun tata guna tanah;
c. Penataan kembali aspek yang berkaitan dengan penyediaan tanah untuk kepentingan
pembangunan prasarana dan fasilitas umum yang diperlukan; dan
d. Penataan kembali aspek yang berkaitan dengan peningkatan kualitas lingkungan hidup
atau konservasi sumber daya alam.
Rumah dapat dimiliki oleh orang perorang baik warga negara Indonesia maupun orang
asing yang juga berkedudukan di Indonesia, badan hukum didirikan menurut hukum
Indonesia dan berkedudukan di negara Indonesia atau badan hukum asing yang memiliki
perwakilan di Indonesia, badan hukum privat atau badan hukum publik. Beberapa cara yang
dapat ditempuh oleh orang ataupun badan hukum untuk mempunyai rumah yaitu: (Ni Made
DesyAriyani dan I Wayan Parsa : 10 )
1. Membangun suatu rumah di atas tanah haknya sendiri;
2. Membeli rumah milik orang lain;
3. Mendapatkan hibah rumah dari orang lain;
4. Melakukan tukar-menukar rumah;
5. Memenangkan lelang rumah; dan
6. Mendapatkan warisan rumah.
Namun, lain halnya pada Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) dalam mendapatkan
rumah untuk tempat tinggal. Untuk mendapatkan rumah bagi MBR perlu ada dukungan dari
pemerintah. Sebagaimana pada pengertian MBR yang diatur oleh beberapa peraturan Undang-
undang menerangkan bahwa Masyarakat Berpenghasilan Rendah yang selanjutnya disingkat
MBR merupakan masyarakat yang memiliki keterbatasan daya beli, sehingga perlu adanya
dukungan dari pemerintah untuk memperoleh rumah.
Di sisi lain luas wilayah perkotaan relatif tetap, namun kebutuhan ruang tanah terus
meningkat. Oleh sebab itu, timbul ketidakseimbangan antara ketersediaan dan kebutuhan tanah
yang diperlukan untuk perluasan ruang kota. Fenomena yang terjadi di masyarakat adalah
tumbuh dan berkembangnya penguasaan, pemilikan, dan pemanfaatan tanah secara tidak sah,
lingkungan kumuh (slum area), dan timbul spekulan tanah karena harga tanah yang terus naik
secara tidak wajar dan lain sebagainya. Keadaan tersebut menimbulkan upaya-upaya
pemerintah yang secara spesifik pemerintah kota (pemkot) untuk membenahi slum area pada
wilayah perkotaan dinilai sulit, bahkan gagal. Kesulitan yang dihadapi pada saat pembebasan
tanah-tanah yang diperlukan untuk pembangunan.
Keterbatasan tanah di perkotaan menyebabkan pemerintah kota dituntut untuk dapat
memanfaatkan tanah secara efisien dengan meningkatkan intensitas penggunanya. Perlunya
partisipasi masyarakat dengan pembangunan tanpa menggusur, yaitu melalui konsolidasi tanah.
Pemanfaatan tanah yang optimal dalam hal ini dilakukan konsolidasi tanah secara vertikal
(KTV). Konsolidasi tanah secara vertikal dinilai jauh lebih efisien, mengingat tanah di wilayah
perkotaan yang tidak sebanding dengan kebutuhan ruang tanah yang terus meningkat.
8. e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 4 Nomor 3 November 2021)
780
Konsep konsolidasi tanah vertikal sangat tepat untuk membantu dan mengatasi kebutuhan
perumahan bagi masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah dengan mengedepankan
efisiensi penggunaan tanah dan penataan permukiman di kawasan perkotaan. Tetapi sebelum
dilaksanakan pembangunan, perlu sosialisasi secara intensif. Sosialisasi harus mampu
memberikan kesadaran masyarakat yang akan dikonsolidasi dengan melibatkan Perhimpunan
Penghuni Rumah Susun.
Di luar negeri seperti Taiwan, pelaksanaan sosialisasi dalam rangka konsolidasi bisa
mencapai ratusan kali pertemuan. Adapun penghuni lama harus diprioritaskan dalam
menempati lokasi baru dan dibuatkan perjanjian dihadapan pejabat yang berwenang dengan
prinsip kesetaraan. Prinsip ini memungkinkan adanya persamaan kedudukan antara penggarap
tanah negara dan/atau pemegang hak atas tanah dan badan hukum yang bekerja sama dalam
pelaksanaan konsolidasi tanah dengan prinsip saling memerlukan, memercayai, memperkuat,
dan menguntungkan.
Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2021 tentang Badan Bank Tanah dalam Pasal 1
(angka 1) menyatakan Bank Tanah adalah badan khusus (sui geneis) yang merupakan badan
hukum Indonesia yang dibentuk oleh pemerintah pusat yang diberi kewenangan khusus untuk
men gelola tanah. Bank Tanah diberi kewenangan khusus untuk menjamin ketersediaan tanah
dalam rangka ekonomi berkeadilan, untuk:
a) kepentingan umum;
b) kepentingan sosial;
c) kepentinganpembangunannasional;
d) pemerataan ekonomi;
e) konsolidasi lahan; dan
f) reforma agraria.
Dukungan untuk jaminan ketersediaan tanah untuk kepentingan umum dapat terdiri atas:
pertahanan dan keamanan nasional; jalan umum, jalan tol, terowongan, jalur kereta api, stasiun
kereta api, dan fasilitas operasi kereta api; waduk, bendungan, bendung, irigasi, saluran air clan
sanitasi, dan bangunan pengairan lainnya; pelabuhan, bandar udara, dan terminal; infrastruktur
minyak, gas, dan panas bumi; pembangkit, transmisi, gardu, jaringan, dan/atau distribusi tenaga
listrik; jaringan telekomunikasi dan informatika; tempat pembuangan dan pengolahan sampah
serta pengelolaan limbah; pembangunan produksi dan jaringan air bersih; fasilitas
keselamatan umum; pemakaman umum; fasilitas sosial, fasilitas umum, dan rllang terbuka
hijau publik; cagar alam dan cagar budaya; kantor Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,
atar: Desa; penataan permukiman kumuh perkotaan dan/atau konsolidasi tanah serta
perumahan untuk masyarakat berpenghasilan rendah; rumah sakit; prasarana pendidikan
atau sekolah; (Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2021)
Perolehan tanah berasal dari: tanah hasil penetapan pemerintah; dan/atau tanah dari
pihak lain. Tanah hasil penetapan pemerintah terdiri atas tanah negara yang berasal dari: tanah
bekas hak; kawasan dan tanah telantar; tanah pelepasan kawasan hutan; tanah timbul; tanah
hasil reklamasi; tanah bekas tambang; tanah pulau-pulau kecil; tanah yang terkena kebijakan
perubahan tata ruang; dan tanah yang tidak ada penguasaan di atasnya. Tanah dari pihak lain
berasal dari: Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah; badan usaha milik negara; badan usaha
milik daerah;
9. e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 4 Nomor 3 November 2021)
781
Sistem Pelaksanaan Konsolidasi Tanah Sebagai Upaya Meningkatkan Efisiensi dan
Produktivitas Pemanfaatan Tanah Perkotan Secara Optimal Pelaksanaan konsolidasi tanah
terdiri dari mendaftarkan subjek dan objek tanah, pengukuran bidang tanah, serta pemetaan
topografi dan penggunaan tanah. Hasil pendaftaran tersebut selanjutanya dijadikan dasar untuk
pembuatan desain blok, yang kemudian dibawa dalam musyawarah bersama masyarakat.
(Waksito dan Hadi Arnowo, 2017: 272)
Konsolidasi tanah mengenal adanya 2 (dua) sistem pelaksanaan yang terdiri dari: (Hasni 331-
334)
a. Sistem Sukarela
Sistem sukarela dapat dilakukan apabila telah diperolehnya suatu persetujuan dari pemilik
tanah di wilayah yang akan dikonsolidasi.
Penerapan sistem sukarela dalam konsolidasi tanah akan menimbulkan keuntungan bagi
pemilik tanah berupa:
1. Pemilik tanah dapat secara langsung menikmati peningkatan nilai tanah;
2. Akan terbentuk petak-petak tanah yang teratur dan menghadap ke jalan serta
meningkatkan efisiensi penggunaan tanah;
3. Mempermudah terciptanya lingkungan hidup yang lebih baik;
4. Realisasi pembangunan prasarana umum akan lebih cepat;
5. Mengurangi adanya pihak-pihak yang dirugikan seperti yang biasa terjadi dalam
pembangunan sistem konvensional;
6. Dapat mewujudkan administrasi pertanahan yang tertib karena setiap bidang tanah secara
langsung diterbitkan haknya saat pemberian sertifikat tanah.
b. Sistem Wajib
Dasar pelaksanaan sistem wajib adalah ikatan peraturan perundang-undangan yang berlaku
untuk itu. Prinsip yang dianut dalam pelaksanaan konsolidasi tanah adalah prinsip penyediaan
tanah untuk pembangunan prasarana berupa jalan serta fasilitas umum lainnya tanpa melalui
pembebasan tanah. Dimana, penyediaan tanah tersebut diperoleh melalui sumbangan sebagian
tanah dari pemiliknya yang disebut dengan istilah Sumbangan Wajib Tanah untuk
Pembangunan (SWTP).
Dalam menetapkan besarnya Sumbangan Wajib tanah untuk Pembangunan (SWTP),
lazimnya menggunakan sistem berdasarkan perhitungan luas tanah; perhitungan nilai atau
harga tanah serta perhitungan campuran baik antara luas tanah dengan harga tanah.
Pelaksanaan konsolidasi tanah dengan sistem wajib pada dasarnya dibiayai oleh pemilik tanah
melalui sumbangan yang telah ditentukan, sehingga terkait penyediaan tanah untuk
kepentingan prasarana jalan dan fasilitas umum lainnya melalui konsolidasi tanah dengan
sistem wajib, dapat dikembangkan alternatif kebijaksanaan sebagai berikut :
1. Kebijaksanaan jalur swadaya mayarakat, dimana pengadaan tanah prasarana dan fasilitas
umum lainnya serta pembangunannya dilakukan oleh warga masyarakat itu sendiri.
Pemilihan alternatif ini sangat ideal untuk diterapkan karena beban pemerintah akan
diringankan. Namun dalam pengembangannya, harus memerlukan landasan hukum yang
kuat bagi pelaksana yang berkaitan dengan sistem dan metode kerja dari perencanaan
sampai pelaksanaan pengawasan.
2. Kebijaksanaan jalur campuran antara swadaya masyarakat dengan pemerintah, dimana
pengadaan tanah untuk prasarana dan kepentingan umum lainnya dilakukan oleh warga
10. e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 4 Nomor 3 November 2021)
782
masyarakat sendiri sementara pemerintah melaksanakan pembangunannya melalui
APBN/APBD. Pemilihan alternatif ini merupakan langkah awal untuk mewujudkan
partisipasi masyarakat secara penuh dalam melaksanakan konsolidasi tanah.
3. Kebijaksanaan jalur campuran antara pemerintah dengan swadaya masyarakat yang
dikaitkan dengan konsolidasi tanah, dimana pemerintah yang melaksanakan pengadaan
tanah dan pembangunannya sementara tanah-tanah warga masyarakat yang langsung dapat
memanfaatkan prasarana, dilakukan konsolidasi. Alternatif ini dilaksanakan agar hasil dari
pembangunan prasarana yang dibangun oleh pemerintah dapat langsung dimanfaatkan oleh
masyarakat.
4. Kebijaksanaan khusus pada tanah-tanah objek landreform, dimana tanah untuk prasarana
dan fasilitas umum serta bidang tanah yang dikonsolidasikan adalah tanah yang langsung
dikuasai oleh negara sebagai objek dari landreform tersebut. Alternatif ini dikembangkan
dalam mengatur penguasaan pemilikan dan penggunaan tanah sesuai dengan kebijaksanaan
pemerintah.
KESIMPULAN
Konsolidasi tanah perkotaan untuk pembangunan perumahan berdasarkan UU No. 1 Tahun
2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman dengan cara pelaksanaan konsolidasi tanah
bertujuan untuk menyediakan tanah bagi pembangunan rumah, perumahan, dan kawasan
permukiman, juga dapat dilaksanakan bagi pembangunan rumah tunggal, rumah deret, atau rumah
susun. Konsolidasi tanah untuk pembangunan perumahan meliputi penataan kembali bidang-
bidang tanah termasuk hak atas tanah dan/atau penggunaan tanahnya dengan dilengkapi prasarana
jalan, irigasi, fasilitas lingkungan dan/atau fasilitas penunjang lainnya yang diperlukan, dengan
melibatkan partisipasi para pemilik tanah dan/atau penggarap tanah. Model konsolidasi tanah
bagi penyediaan tanah sebagai kebijakan pembangunan terhadap perumahan dan pemukiman di
Perkotaan bisa dilakukan dengan yaitu melalui pelaksanaan konsep konsolidasi tanah vertikal.
Disamping itu dalam penyediaan tanah untuk penataan perumahan dan pemukiman bisa
dilakukan melalui dan model Land Banking (Bank Tanah) untuk menghimpun dan mengelola
ketersediaan tanah sebanyak banyaknya guna mengimbangi pemenuhan kebutuhan suatu
perumahan bagi masyarakat .
DAFTAR PUSTAKA
Buku
A.P. Parlindungan. 1997. Beberapa Pelaksanaan Kegiatan Undang-Undang Pokok Agraria.
Bandung: Mandar Maju
Boedi Harsono, 1999. Sejarah Pembentukan UUPA, Isi dan Pelaksanaannya. Jakarta: Djambatan.
Djanggih Hardianto dan Salle Salle, Aspek Hukum Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, Research Law Journal 12, no. 2 (2017)
Hasni. 2008. Hukum Penataan Ruang dan Penatagunaan Tanah. Jakarta: Rajawali Pers.
11. e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 4 Nomor 3 November 2021)
783
H. Ali Achmad Chomzah. 2001.Hukum Agraria (Pertanahan Indonesia) Jilid 1. Jakarta: Prestasi
Pustaka Publishe Idham. 2004. Konsolidasi Tanah Perkotaan dalam Perspektif Otonomi
Daerah. Bandung: PT Alumni
Jayadinata, T. Johara (1999). Tata Guna Tanah dalam Perencanaan Pedesaan Perkotaan dan
Wilayah. Institut Teknologi Bandung 1999 .
Maria S.W. Sumardjono.2001.Kebijakan Pertanahan antara Regulasi dan Implementasi. Jakarta:
Buku Kompas.
Premonowati,Widhyasih. 2006. Konsolidasi Tanah Perkotaan secara Swadaya untuk Perumahan
di Kota Tegal. Tesis. Tegal:Universitas Diponegoro
Mertokusumo, S. (1988). Hukum dan Politik Agraria. Dalam S. Metokusumo, Hukum dan Politik
Agraria (hal. 445). Jakarta: Karunika - Universitas Terbuka.
Mudijono, 1997. Politik dan Hukum Agraria, Yogyakarta: Liberty
Sindung Sitorus, Antonius Sriono, Oloan Sitorus. 2007. Buku Materi MKK 73529/3 SKS/Modul I-
IX Konsolidasi Tanah. Yogyakarta: STPN Press Urip Santoso. 2014. Hukum Perumahan.
Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.
Santoso, U. (2015). Hak Atas Tanah. Dalam U. Santoso, Pendaftaran dan Peralihan Hak atas
Tanah (hal. 19). Jakarta: Prenada Media Group.
Jurnal
Djanggih Hardianto dan Salle Salle, Aspek Hukum Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, Research Law Journal 12, no. 2 (2017)
Ni Made Desy Ariyani dan I Wayan Parsa, Konsolidasi Tanah sebagai Upaya Meningkatkan
Efisiensi dan Produktivitas Pemanfataan Tanah Perkotaan secara Optimal, Kerta Negara
Volume 7 Nomor 4, 2019
Rahayu Subekti, Adi Sulistiyono and I Gusti Ayu Ketut Rachmi Handayani, “Solidifying the just
law protection for farmland to anticipate land conversion”, International Journal of
Economic Research, Volume 14, Number 13 (2017)
Rahayu Subekti, Purwono Sungkowo Raharjo, Waluyo, Actualization Of Pawn Of Agricultural
Land To Ensure Justice In Achieving Food Security, Journal of Legal, Ethical and
Regulatory Issues, Volume 24 Issue 7 (2021)
Sudiman Sihotang. 2017, Optimalisasi Hukum Perumahan Untuk Percepatan Penyediaan Rumah
Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). Makalah Ujian Kualifikasi Program
Doktor Ilmu Hukum Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret: Surakarta
Perundang –Undangan
UU No.1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Pemukiman
Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2021 tentang Badan Bank Tanah dalam Pasal 1 (angka 1)
menyatakan Bank Tanah
Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 12 Tahun 2019 tentang Konsolidasi Tanah.