SlideShare a Scribd company logo
PENGINDERAAN JAUH
(REMOTE SENSING)
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
KONSEP PENGINDERAAN JAUH
PENGINDERAAN JAUH
DEFINISI
SISTEM
DEFINISI
• Berbagai teknik yang dikembangkan untuk memperoleh dan
menganalisis informasi tentang bumi(David T.lindgren)
• Ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu objek,
daerah atau fenomena yang dikaji melalui analisis data, yang
diperoleh dengan alat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah
atau fenomena yang dikaji(Lillesand-Kieffer)
Intepretasi definisi 1:
Penginderaan Jauh adalah ilmu seni dan
teknik untuk merekam suatu benda, gejala
dan area muka bumu dari jarak jauh tanpa
kontak langsung dengan objek tersebut.
Intepretasi definisi 2:
Penginderaan Jauh adalah ilmu dan seni (teknologi) untuk memperoleh informasi
tentang objek, daerah atau gejala, dengan jalan menganalisis data yang diperoleh
dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap objek, daerah atau
gejala yang dikaji.
Intepretasi definisi 3:
Penginderaan Jauh(Remote Sensing) adalah ilmu untuk memperoleh informasi
tentang permukaan bumi tanpa melakukan kontak langsung dengan obyek.
Nama lain
• Penginderaan Jauh
• Inderaja
• PJ
• Remote Sensing
Ilustrasi Penginderaan Jauh
Apa yang dapat anda
lihat?
Ilustrasi Penginderaan jauh
Komponen dan Sistem
Penginderaan Jauh
A. Sumber Energi
B. Radiasi dan Atmosfer
C. Interaksi dengan Target
D. Perekaman energi oleh Sensor
E. Transmisi, Prosessing
F. Interpretasi dan Analisis
G. Aplikasi
Sistem Penginderaan Jauh
Ilustrasi Sistem Penginderaan Jauh
Sumber Tenaga
Sumber Tenaga
Aktif
Pasif
Sumber tenaga digunakan agar kenampakan bumi
dapat direkam dengan baik yang kemudian akan
ditangkap oleh sensor dalam sistem perekaman
Penginderaan jauh. Sumber tenaga merupakan
energi untuk mendapatkan gambaram muka bumi.
Sistem Pasif bersumber dari tenaga elektromagnetik
yang berasal dari sinar matahari – kelemahan tidak
dapat merekam pada malam hari
Sistem Aktif bersumber dari gelombang
elektromagnetik buatan yang digunakan untuk
memancarkan cahaya (berupa gelombang mikro)
PENGIDERAAN SISTEM AKTIF DAN SISTEM PASIF
Inderaja Sistem Pasif Inderaja Sistem Aktif
Atmosfer
Fungsi Armosfer adalah menyerap, memantulkan dan
melewatkan radiasi elektromagnetik
Dalam Inderaja terdapat istilah Jendela Atmosfer, yaitu
bagian spektrum elektromagnetik yang dapat mencapai
Bumi
Secara sederhana, Atmosfer adalah perantara sinar
matahari ke bumi, ketika sinar matahari mencapai
permukaan bumi dikatakan dengan Jendela Atmosfer.
Spektrum: Rentetan susunan gelombang cahaya
SPEKTRUM ELEKTROMAGNETIK
SPEKTRUM ELEKTROMAGNETIK
RADIASI ELEKTROMAGNETIK
Karakteristik radiasi
elektromagnetik
merupakan hal yang sangat
penting untuk memahami
remote sensing, yaitu :
- Panjang Gelombang
- Frekuensi
Panjang Gelombang (),
merupakan panjang satu
siklus dengan satuan meter, dan
Frekuensi () merupakan
jumlah siklus panjang gelombang
yang melalui titik tertentu per
unit waktu, dengan satuan hertz
Perambatan Gelombang
Contoh nya benda padat Contoh nya air
INTERAKSI DENGAN ATMOSFIR
Perambatan gelombang elektromagnetik
dari matahari ke bumi mengalami penyebaran
(scattering), yang disebabkan oleh partikel-
partikel dalam atmosfir.
Perhatikan pada siang hari langit menjadi
biru dan pada matahari terbit atau tenggelam,
langit menjadi kemerahan. Hal ini disebabkan
adanya scattering yang disebabkan oleh
partikel-partikel dalam atmosfir
INTERAKSI DENGAN ATMOSFIR
Scattering yang lain yang
disebabkan oleh awan atau
asap, dan disebut dengan
non selective scattering
INTERAKSI DENGAN ATMOSFIR
Selain terjadi penyebaran oleh
partikel dalam atmosfir, terjadi
pula penyerapan (absorbtion)
oleh partikel-partikel dalam atmosfir
Ozon, Carbon Dioxida dan Uap Air
merupakan tiga komponen utama dalam
penyerapan radiasi elektromagnetik
INTERAKSI DENGAN TARGET
Energi yang tidak terserap dan tersebar
pada atmosfir dapat mencapai permukaan
bumi
Energi yang mencapai target (I) akan terbagi
lagi menjadi energi yang ditransmisikan (T)
diserap target (A)) dan energi yang
dipantulkan (R).
Energi yang
dipantulkan
merupakan perhatian
yang utama
dalam remote sensing
Pantulan Sempurna
(Specular)
Pantulan segala arah
(Diffuse)
Klorofil, menyerap radiasi gelombang
merah dan biru, tetapi memantulkan
gelombang hijau dan inframerah dekat.
Bilamana kandungan klorofil berkurang
(misalnya tumbuhan tidak sehat) maka
penyerapan gelombang merah menjadi
sedikit dan lebih banyak memantulkan
gelombang merah
Air, lebih banyak menyerap gelombang
inframerah dekat dan gelombang merah,
tetapi lebih banyak memantulkan
gelombang biru dan hijau, sehingga air
nampak biru atau biru kehijauan.
Adanya sedimen terlarut akan memantul-
kan gelombang yang lebih panjang, sehingga
nampak lebih terang.
Sedangkan adanya klorofil dalam algae akan
menyebabkan pantulan gelombang hijau,
sehingga air akan nampak lebih hijau
INTERAKSI DENGAN TARGET
Pada panjang gelombang ini
(inframerah dekat)
vegetasi dan air bisa dibedakan
Pada panjang gelombang
tampak mata, air dan vegetasi
susah dibedakan
INTERAKSI DENGAN TARGET
WAHANA
SATELIT : ORBIT SATELIT
Orbit Satelit
SATELIT : CAKUPAN PEREKAMAN
DATA ANALISIS
KARAKTERISTIK CITRA
Apa perbedaan foto udara dan citra satelit ?
Dalam citra satelit, obyek direkam dengan angka,
atau numerik
95
58
106
76
76
75
56 62 82
Foto Udara merupakan
image dimana obyek
direkam dalam suatu film
fotografis.
Dalam Citra satelit, munculnya warna dibangun dengan
mengkombinasikan obyek yang direkam pada panjang gelombang
yang berbeda (band) yang diletakkan pada warna dasar yang
berbeda pula, yakni saluran merah (Red) saluran Hijau (Green) dan
saluran Biru (Blue). Bila kombinasi pada saluran RGB menggunakan
panjang gelombang yang sama, maka tidak akan muncul warna,
karena intensitas datanya sama
https://earthexplorer.usgs.gov/
Description
Band
combination
Natural Color 4 3 2
False Color (urban) 7 6 4
Color Infrared (vegetation) 5 4 3
Agriculture 6 5 2
Atmospheric Penetration 7 6 5
Healthy Vegetation 5 6 2
Land/Water 5 6 4
RESOLUSI SPASIAL, UKURAN PIXEL DAN SKALA
RESOLUSI SPASIAL,
Mendefinisikan luas liputan di permukaan bumi yang diwakili
oleh satu pixel
Satu sel mewakili
30 meter x 30 meter
A
B
Pada Citra dengan
resolusi spasial A,
lobang akan terdeteksi.
Sedangkan bila
menggunakan citra
dengan resolusi spasial B,
maka lubang sulit
untuk dikenali.
Resolusi Citra A,
lebih besar dari
Citra B
Citra SPOT PAN
Resolusi Spasial
10m x 10 m
Citra NOAA AVHRR,
dengan resolusi spasial
4 km x 4 km
Perbedaan resolusi spasial akan membedakan detail informasi yang diperoleh
RESOLUSI SPEKTRAL
Resolusi spektral mendefinisikan
kemampuan sensor untuk mende-
finisikan kehalusan interval
panjang gelombang
Resolusi spektral yang lebih
halus, maka interval panjang
gelombang lebih dekat
RESOLUSI RADIOMETRIK
RESOLUSI RADIOMETRIK
Dapat didefinisikan sebagai rentang dinamis, atau jumlah
kemungkinan nilai data pada masing masing band
Contoh :
Band 1 landsat TM dengan resolusi spektral 0,45 - 0,52 m. Energi yang
direkam pada panjang gelombang ini adalah :
256 tingkat keabuan, pada data 8 bit
128 tingkat keabuan pada data 7 bit
0 1 2 3 4 244 255
0,45 m 0,52 m
0 1 2 127
0,45 m 0,52 m
8 bit
7 bit
RESOLUSI TEMPORAL
Resolusi Temporal dapat didefinisikan, seberapa sering atau kapan
sensor dapat melakukan pengamatan pada lokasi yang sama
Landsat TM mempunyai resolusi temporal 16 hari
SPOT, mempunyai resolusi temporal 26 hari
Sampai lokasi yang sama
pada x hari
KAMERA DAN FOTO UDARA
A, Area
B, Lensa
C, Focal Plane
Film fotografi adalah film yang sensitif
pada panjang gelombang 0.3 m - 0.9 m
Film fotografi ini sering disebut dengan film
pankromatik.
UV fotografi juga menggunakan film pankromatik,
tetapi menggunakan filter untuk mencegah
gelombang tampak mata mencapai film.
Untuk film berwarna normal, layer sensitif terhadap
gelombang merah, hijau dan biru (tampak mata)
Untuk foto Color Infrared, layer sensitif terhadap
gelombang biru, hijau dan inframerah dekat
Untuk foto berwarna semu , target yang sensitif
inframerah dekat berwarna merah, sensitif merah
warna hijau dan sensitif hijau warna biru
Foto Color Foto False Color
INTERPRETASI DAN ANALISIS
Untuk dapat memanfaatkan data penginderaan jauh, kita harus
mampu mengekstrak informasi dari citra. Langkah ekstraksi
informasi ini disebut dengan interpretasi dan analisis.
Analisis dan interpretasi meliputi kegiatan identifikasi dan atau
pengukuran target dalam image, untuk memperoleh informasi.
Target dapat berbentuk fenomena titik, garis ataupun area.
Target haruslah dapat dibedakan, dalam pengertian target
haruslah kontras terhadap obyek di sekelilingnya.
ANALISIS DAN INTERPRETASI MANUAL VS
ANALISIS DIGITAL
Analisis manual dan analisis dijital, mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Dalam analisis manual, biasanya terbatas pada satu band atau satu image,
artinya tidak dapat melakukan analisis beberapa image secara bersamaan.
Sedangkan dalam anaisis dijital dapat dilakukan secara bersamaan
Dalam analisis manual, biasanya kurang konsisten hasilnya karena
bersifat subyektif, yakni sangat tergantung pada interpreter.
Sedangkan dalam analisis dijital lebih konsisten, karena anaisisnya didasarkan
pada nilai dijital (density number) dalam komputer, sehingga lebih obyektif.
Meskipun demikian, untuk menentukan tingkat validitas dan akurasi dari
analisis dijital adalah sangat sulit. Kenapa ?
INTERPRETASI SECARA MANUAL
Pengenalan target atau obyek merupakan kunci interpretasi dan
ekstraksi informasi.
Pengenalan perbedaan antara target dan latar belakangnya berdasarkan
pada perbedaan elemen visual yakni :
• tone/rona
• bentuk
• ukuran
• pola
• tekstur
• bayangan
• asosiasi
INTERPRETASI SECARA MANUAL
TONE/RONA:
Tone/rona mengacu pada kecerahan atau warna relatif suatu
obyek dalam image. Secara umum, rona merupakan elemen
yang mendasar dalam pembedaan target.
Rona akan lebih mudah
diinterpretasikan bila bervariasi
dengan elemen bentuk, tekstur,
dan pola obyek
Tanaman tua
Tanaman muda
INTERPRETASI SECARA MANUAL
Bentuk, mengacu pada struktur
dan outline obyek individu
BENTUK :
?
INTERPRETASI SECARA MANUAL
UKURAN :
Ukuran obyek dalam image
merupakan fungsi skala.
Contoh :
Ukuran antara bangunan sebagai
tempat tinggal dengan bangunan
sebagai bangunan komersial.
?
?
INTERPRETASI SECARA MANUAL
POLA :
Pola, mengacu pada susunan
kenampakan spasial obyek.
Pola perkebunan yang dikembangkan
Oleh perusahaan akan terlihat
teratur dibandingkan dengan pola
pertanian yang alami
?
?
INTERPRETASI SECARA MANUAL
TEKSTUR :
Tekstur, mengacu pada susunan
dan frekuensi rona suatu obyek,
yang nampak pada kenampakan
kasar atau halusnya permukaan
obyek.
Contoh yang jelas adalah dalam
membedakan hutan alam dengan
hutan tanaman industri, yang relatif
punya keseragaman dalam kanopi.
?
?
INTERPRETASI SECARA MANUAL
BAYANGAN/SHADOW :
Bayangan memberikan ide dalam
membedakan profil atau ketinggian suatu
obyek
tanpa bayangan
dengan bayangan
INTERPRETASI SECARA MANUAL
ASOSIASI :
Asosiasi berkaitan dengan hubungan
antara obyek terhadap obyek yang
lain.
Sebagai misal daerah pantai dimana
di situ terdapat vegetasi pada wilayah
muara sungai, mungkin dapat diaso-
siasikan dengan mangrove
mangrove
CITRA DIJITAL
• Citra dijital adalah penyajian obyek dalam format dijital.
. Citra dijital terdiri dari pixel atau picture element
95
58
106
76
76
75
56 62 82
• Digital Number (DN) digunakan untuk menandai pixel
• Nilai DN menyatakan pantulan energi yang diterima oleh sensor
• Pixel Value (Digital Number) penyajian pantulan energi semua
Obyek dalam area tertentu pada permukaan bumi (resolusi spasial)
SATELLITE SPASIAL RESOLUTION
LANDSAT-TM Non Thermal 30 meter X 30 meter
Thermal 120 meter X 120 meter
SPOT Multi Spektral 20 meter X 20 meter
Panchromatic 10 meter X 10 meter
IKONOS Multi Spektral 4 meter X 4 meter
Panchromatic 1 meter X 1 meter
95
58
106
76
76
75
56 62 82
CITRA DIJITAL
Pixel = picture element mempunyai karakteristik spasial dan spektral
Columns/Kolom/Pixels
Rows/Baris/Lines
Spatial Properties :
• Pixel Position didefinisikan dengan
lokasi kolom dan baris
1 2 3 4 5 6 7 8
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
pixel location = (5,6)
• Format Data Citra Dijital yang dibangun
dalam grid sel yang teratur disebut dengan
format raster
• Computer System : menyajikan DN dalam warna
Spectral Properties :
• Berkaitan dengan nilai DN
CITRA DIJITAL
• Citra Multispektral merupakan data inderaja dengan dua atau lebih
saluran spektral
• Masing masing band dihasilkan oleh sensor dengan resolusi spasial tertentu
• Landsat-TM Image mempunyai 7 Bands
Band-1
Band-2
Band-3
Band-4
Band-5
Band-6
Band-7
CITRA DIJITAL
Citra diperbesar
Citra Asli
CITRA DIJITAL
FORMAT DATA DIJITAL
1 2 3 4 Pixel 1 2
Pixel ke :
1 2 3 4 Band : 1 2 3 1 2 3
BIL
1
1
1
2
2
2
1,1 1,2
1,1 1,2
1,1 1,2
2,1 2,2
2,1 2,2 2,3 2,4
2,1 2,2
Band 1
Band 2
Band 3
BIP
1
2
3
4
5
6
1,1 1,1 1,1 1,2 1,2 1,2
2,1 2,1 2,1 2,2 2,2 2,2
3,1 3,1 3,1 3,2 3,2 3,2
BSQ
1
2
3
4
5
6
1
2
3
4
5
6
1
2
3
4
5
6
Band 1
Band 2
Band 3
1,1 1,2 1,3 1,4
5,1 5,2 i,j 5,4
2,1
2,1
i,j
3,1
3,1
i,j
Band 1
Note :
Band 2 Band 3
Pixel :
L
i
n
e
1.
L
i
n
e
DIGITAL IMAGE FILE :
1. Band Tunggal dalam satu file
2. Multi Bands dalam satu file
FILE FORMAT DATA SYSTEM :
1. BAND SEQUENTIAL (BSQ) :
2. BAND INTERLEAVED BY LINE (BIL) :
3. BAND INTERLEAVED BY PIXEL (BIP) :
FORMAT DATA DIJITAL
DISPLAY CITRA DIJITAL
Band-1
Band-2
Band-3
Band-4
Band-5
Band-6
Band-7
BAND 444
BAND 542
BAND 432
M U L T I S P E C T R A L I M A G E C O M P U T E R G U N
C O L O R S
Red
Green
Blue
D I S P L A Y
O N M O N I T O R
PENGOLAHAN CITRA DIJITAL
Pengolahan citra dijital mencakup berbagai aspek, yakni :
- Koreksi data, yakni koreksi geometrik, untuk menyesuaikan
dengan sistem koordinat peta, koreksi radiometrik untuk mengko-
reksi pengaruh haze
- Penajaman/Enhancement, yakni digunakan untuk mempertajam
image sehingga mudah untuk diinterpretasi
- Klasifikasi untuk ekstraksi informasi secara otomatis dengan
menggunakan nilai dijital
PENGOLAHAN CITRA
Preprocessing :
Radiometri Correction/Koreksi Radiometrik
Geometri Correction/Koreksi Geometrik
Display dan Enhancement/Penajaman :
Diplay (B/W dan Color Composite
Contrast Enhancement (Stretching)
Spatial Enhancement (Filtering)
Classification/Klasifikasi :
Unsupervised Classification
Supervised Classification
Integration ke GIS:
Generalisasi
Konversi Raster ke Vektor
Konversi Vektor ke Raster
Koreksi Geometrik, dari koordinat file ke koordinat peta atau
dari satu sistem koordinat ke sistem koordinat yang lain
KOREKSI GEOMETRI
Penajaman image, sehingga image mudah dikenali
PENAJAMAN CITRA
Klasifikasi Citra
Klasifikasi adalah proses pemilihan pixel ke dalam kelas tertentu
Berdasarkan nilai DN
Landsat-TM Band-542
Original Satellite Image Classified Image
Klasifikasi image dari berbagai saluran menjadi satu peta tematik
Spectral Responses of Typical
Targets
0,3 1 3 10
SOIL
VEGETATION
WATER
 m
Landsat & SPOT-HVR
LANDSAT SPOT
Sensor : Tematic 705 KM ALTITUDE 822 KM Sensor : HRV (X2)
Mapper – TM 99 min PERIOD 101.4 min Modes: Multispectral
6 bands- 30 x 30 m 98 INCLINATION 99 3 bands 20 x 20 m
1 band- 120 x 120 m NUMBER of PATH 269
16 days EARTH COVERAGE 26 days Panchromatic
Multi Spektral 185 km SWATH 60km/imager 1 bands 10 x 10 m
Scanner - MSS
4 bands 60 x 80 m
09:45 EQUATOR
CROSSING
10:30
MSS1 0.5 ~ 0.6 G
MSS1 0.6 ~ 0.7 R
MSS1 0.7 ~ 0.8 N-IR
MSS1 0.8 ~ 1.1 N-IR
TM1 0.45 ~ 0.53 B
TM2 0.52 ~ 0.57 G
TM3 0.63 ~ 0.69 R
TM4 0.76 ~ 0.90 N-IR
TM5 1.55 ~ 1.75 SWIR
TM7 2.08 ~ 2.35 SWIR
TM6 10.8 ~ 12.5 TIR
HRV/ PADPCM 0.51 ~ 0.73 Panchro.
HRV/MLA
HRV1 0.50 ~ 0.59 G
HRV2 0.61 ~ 0.68 R
HRV3 0.79 ~ 0.89 N-IR
233
Band-1 Band-2
Band-3 Band-4
Band-7
Band-6
Band-5
Band-1
Band-2
Band-3
Band-4
Band-5
Band-7
Landsat-TM Band-321 Landsat-TM Band-342
Landsat-TM Band-247 Landsat-TM Band-432
KLASIFIKASI CITRA
Klasifikasi dapat dilakukan dengan :
- Band Tunggal : Density Slicing
- Multi Bands : Multispectral Classification
Density Slicing :
Nilai Dijital (Digital values) didistribusikan sepanjang
Sumbu horisontal histogram citra dan dibagi dalam
Interval
KLASIFIKASI CITRA
30 60 90 140 190
A B C D E F
255
SLICING PROCEDURE
Klasifikasi Multispektral :
Untuk mengekstrak informasi yang dikumpulkan dari
berbagai spektrum elektromagnetik
Band-1
Band-2
Band-3
Band-4
Band-5
Band-6
Band-7
Band Combination 542
KLASIFIKASI CITRA
Metoda dalam klasifikasi multispektral :
1. UNSUPERVISED
2. SUPERVISED
KLASIFIKASI CITRA
Unsupervised Classification/Tak Terselia :
-Klasifikasi tanpa memerlukan/membangun sampel
- Operasi dibangun berdasarkan pengelompokan pixel
secara natural
- Pengenalan pola menggunakan proses komputer
KLASIFIKASI CITRA
Unsupervised Classification dengan metoda CLUSTERING:
Ploting pixel dalam fitur ruang, yang kemudian dikelompokkan
berdasarkan vektor ruang
KLASIFIKASI CITRA
Fitur Ruang
Beberapa parameter harus ditentukan :
1. Jumlah Cluster
2. Ukuran Cluster
3. Jarak antar Cluster
10 20 30 40
10
20
50
30
0
R=15
10 20 30 40
10
20
50
30
0
New mean of cluster-1
Cluster-2
CLUSTERING :
10 20 30 40
10
20
50
30
0
1
2
n 1
2
n
Moving Average (migration) Procedure :
Pixels
Image Band-1
Pixels
Image Band-2
Muhammad Amir Solihin, SP., MT.
KLASIFIKASI TERSELIA/SUPERVISED
• Klasifikasi multispektral dengan sampel terpilih yang homogen
• Prosedur ini memerlukan pengetahuan tentang obyek
• Klasifikasi menggunakan karakteristik spektral (minimum,
maximum, mean/average, variance, covariance, correlation, dll.)
tentang training/sample area untuk menggambarkan algoritma
klasifikasi keseluruhan
Langkah Penting dalam Klasifikasi Terselia :
1. Training sampel yang terpilih harus representatif.
2. Statistik karakteristik training sampel harus dianalisis
untuk memilih fitur yang sesuai
3. Algoritma klasifikasi yang sesuai harus dipilih.
4. Pengkelasan image dalam n kelas.
5. Tingkat akurasi klasifikasi harus dievaluasi secara statistik.
SUPERVISED CLASSIFICATION
MEMERLUKAN TRAINING SAMPLE/AREA
Vegetation
Grass
Water
Building
Statistical Characteristics for Water
Band: 1 2 3 4 5 7
Mean 61.5 23.2 18.3 9.3 5.2 2.7
Std. Dev. 1.3 0.7 0.7 0.6 0.7 1.0
Variance 1.7 0.4 0.5 0.3 0.5 1
Minimum 58 22 17 8 4 0
Maximum 65 25 20 10 7 5
Band-1 1.72
Band-2 0.06 0.43
Band-3 0.12 0.19 0.51
Band-4 0.09 0.05 0.05 0.32
Band-5 -0.2 -0.05 -0.11 -0.07 0.51
Band-7 -0.21 -0.05 -0.03 -0.07 0.05 1.03
Variance – Covariance Matrix
Band: 1 2 3 4 5 7
Digital Numbers of Training Area
SUPERVISED CLASSIFICATION
METHOD TO DERIVE DECISION REGION :
1. Parallelpiped
2. Minimum Distance to Mean
3. Mahalanobis Distance
4. Maximum Likelihood
Metoda parallelpiped menggunakan nilai minimum dan maksimum
Untuk masing masing fitur, pada masing-masing kluster.
1. Parallelpiped :
• Minimum distance menghitung jarak dari masing-masing
pixel yang tidak diketahui kelasnya ke rata-rata nilai kelas
yang ada
• Jarak dihitung dengan metoda Eucledian Distance berdasarkan
teori pitagoras
Pixel X akan menjadi kelas Y jika dan hanya jika
Jarak ke kelas Y lebih kecil daripada jarak ke kelas yang lain
2. Minimum Distance :
Dist-j = (Pi - ij )2
Pi = Pixel Value from Band-i
ij = Mean Value for Class-j from Band-i
• Maximum Likelihood menandai pixel-pixel yang tak
diketahui kelasnya ke dalam suatu kelas berdasarkan
kemungkinan nilai pixel masuk dalam suatu kelas
• Maximum Likelihood menggunakan asumsi bahwa
data sampel untuk masing-masing kelas mempunyai
distribusi normal (Gaussian Distribution)
The unkonwn pixel –X belong to Class-C, If and Only If :
Pc  Pi
Where i = 1, 2, 3, …, n possible classes
Pc = Probability Value to be class C
Pi = Probability Value to be class i
2. Maximum Likelihood :
The unkonwn pixel –X belong to Class-C, If and Only If :
Pc  Pi
Pc = [ -0.5 loge (det(Vc ))] – [0.5 (X-Mc )T (Vc
-1)(X-Mc )]
Where :
det(Vc ) = determinant of covariance matrix Vc
Mc = mean vectors for class C
X = Vector X of an unknown pixel
T = Transpose Sign
Maximum Likelihood Formula :
When a feature vector is being classified using two
decision regions C1 and C2 there are four possible
outcomes :
(1). Accepting X belongs to C1 when this is true
(2). Accepting X belongs to C2 when it actually belongs to C1
(3). Accepting X belongs to C1 when it actually belongs to C2
(4). Accepting X belongs to C2 when this is true
(2) and (3) are errors, with respect to decision region C1 :
• Error (2) is called Ommission Error
• Error (3) is called Commission Error
Ommission Error dan Commission Error
MAXIMUM LIKELIHOOD OUTPUT
Actual
Landcover Class
Classified Landcover
1 2 3 4 5 Total
Ommission Commission Accuracy
Error (%) Error (%) (%)
1. Resiential
2. Commercial
3. Wetland
4. Forest
5. Water
Total
70 5 0 13 0 88
3 55 0 0 0 58
0 0 99 0 0 99
1 0 4 37 0 42
0 0 0 0 121 121
74 60 103 50 121 408
20.5 (18/88) 4.5 (4/88) 79.5 (70/88)
5.2 (3/58) 8.6 (5/58) 94.8 (55/58)
0.0 (0/99) 4.0 (4/99) 100.0 (99/99)
11.9 (5/42) 30.9 (13/42) 88.0 (37/42)
0.0 (0/121) 0.0 (0/121) 100.0 (121/121)
ACCURACY ASSESSMENT
CONFUSION MATRIX
OVERALL ACCURACY = 382/408 pixels X 100% = 93.6 %
382 = 70 + 55 + 99 + 37 + 121
POST KLASIFIKASI
Untuk menghilangkan area yang tak dikenali atau
Area yang sangat kecil dalam citra yang diklasifikasikan,
dapat menggunakan
MOJORITY FILTERING
ANALISA KOMPONEN UTAMA
PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS (PCA)
Target :
1. Mengurangi jumlah variabel
2. Tidak ada korelasi antara variabel-variabel baru
3. Variabel baru dipilih berdasarkan heterogenitas
ANALISA KOMPONEN UTAMA
PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS (PCA)
ANALISA KOMPONEN UTAMA
PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS (PCA)
PCA-1 PCA-2
PCA-3 PCA-4
PCA-5 PCA-6
PCA-7
Konsep penginderaan jauh (remote sensing)
Konsep penginderaan jauh (remote sensing)

More Related Content

Similar to Konsep penginderaan jauh (remote sensing)

Pengindraan Jauh..pptx
Pengindraan Jauh..pptxPengindraan Jauh..pptx
Pengindraan Jauh..pptx
AhmadAlfarizi21
 
Makalah penginderaan jauh samsia
Makalah penginderaan jauh samsiaMakalah penginderaan jauh samsia
Makalah penginderaan jauh samsia
Warnet Raha
 
BAB 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan, Pengindraan Jauh dan SIG.pptx
BAB 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan, Pengindraan Jauh dan SIG.pptxBAB 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan, Pengindraan Jauh dan SIG.pptx
BAB 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan, Pengindraan Jauh dan SIG.pptx
ELLYAMUTHIARAMADHANI
 
Penginderaan Jauh.ppt
Penginderaan Jauh.pptPenginderaan Jauh.ppt
Penginderaan Jauh.ppt
suyatnoyatno10
 
Penginderaan jauh
Penginderaan jauhPenginderaan jauh
Penginderaan jauh
Tuti Rina Lestari
 
geografi Bab 2 pengideraan jauh
geografi Bab 2 pengideraan jauhgeografi Bab 2 pengideraan jauh
geografi Bab 2 pengideraan jauh
Nurul Anisa
 
Sig part-4
Sig part-4Sig part-4
Sig part-4
hedi0001
 
iv-penginderaan-jauh.pptx
iv-penginderaan-jauh.pptxiv-penginderaan-jauh.pptx
iv-penginderaan-jauh.pptx
rioprayogo2
 
436946807-Ppt-Kd-3-3-Pemanfaatan-Peta-Penginderaan-Jauh-Dan-Sig.pptx
436946807-Ppt-Kd-3-3-Pemanfaatan-Peta-Penginderaan-Jauh-Dan-Sig.pptx436946807-Ppt-Kd-3-3-Pemanfaatan-Peta-Penginderaan-Jauh-Dan-Sig.pptx
436946807-Ppt-Kd-3-3-Pemanfaatan-Peta-Penginderaan-Jauh-Dan-Sig.pptx
DoniSiahaan1
 
Makalah Penginderaan Jauh Kelautan - Citra Penginderaan Jauh (Resolusi Rendah...
Makalah Penginderaan Jauh Kelautan - Citra Penginderaan Jauh (Resolusi Rendah...Makalah Penginderaan Jauh Kelautan - Citra Penginderaan Jauh (Resolusi Rendah...
Makalah Penginderaan Jauh Kelautan - Citra Penginderaan Jauh (Resolusi Rendah...
Luhur Moekti Prayogo
 
1066 2029-1-sp
1066 2029-1-sp1066 2029-1-sp
1066 2029-1-sp
fujiwara5
 
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Pratiwi)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Pratiwi)Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Pratiwi)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Pratiwi)
Luhur Moekti Prayogo
 
Penginderaan_Jauh_pptx.pptx
Penginderaan_Jauh_pptx.pptxPenginderaan_Jauh_pptx.pptx
Penginderaan_Jauh_pptx.pptx
MelisaRonaFitri
 
Penginderaan_Jauh_pptx.pptx
Penginderaan_Jauh_pptx.pptxPenginderaan_Jauh_pptx.pptx
Penginderaan_Jauh_pptx.pptx
SyamsulAmrie1
 
118 343-3-pb
118 343-3-pb118 343-3-pb
118 343-3-pb
Adi Yahya Hamdu
 
1 2 principles_of_remote_sensing
1 2 principles_of_remote_sensing1 2 principles_of_remote_sensing
1 2 principles_of_remote_sensing
Marita Ika Joesidawati
 
Aplikasi citra hiperspektral dan 3 d hypercube pada citra hiperspektral
Aplikasi citra hiperspektral dan 3 d hypercube pada citra hiperspektralAplikasi citra hiperspektral dan 3 d hypercube pada citra hiperspektral
Aplikasi citra hiperspektral dan 3 d hypercube pada citra hiperspektral
Retno Pratiwi
 
Peran penginderaan jauh dalam perencanaan pembangunan zamria
Peran penginderaan jauh dalam perencanaan pembangunan zamriaPeran penginderaan jauh dalam perencanaan pembangunan zamria
Peran penginderaan jauh dalam perencanaan pembangunan zamriaOperator Warnet Vast Raha
 

Similar to Konsep penginderaan jauh (remote sensing) (20)

Pengindraan Jauh..pptx
Pengindraan Jauh..pptxPengindraan Jauh..pptx
Pengindraan Jauh..pptx
 
Jl
JlJl
Jl
 
Makalah penginderaan jauh samsia
Makalah penginderaan jauh samsiaMakalah penginderaan jauh samsia
Makalah penginderaan jauh samsia
 
Makalah penginderaan jauh samsia
Makalah penginderaan jauh samsiaMakalah penginderaan jauh samsia
Makalah penginderaan jauh samsia
 
BAB 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan, Pengindraan Jauh dan SIG.pptx
BAB 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan, Pengindraan Jauh dan SIG.pptxBAB 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan, Pengindraan Jauh dan SIG.pptx
BAB 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan, Pengindraan Jauh dan SIG.pptx
 
Penginderaan Jauh.ppt
Penginderaan Jauh.pptPenginderaan Jauh.ppt
Penginderaan Jauh.ppt
 
Penginderaan jauh
Penginderaan jauhPenginderaan jauh
Penginderaan jauh
 
geografi Bab 2 pengideraan jauh
geografi Bab 2 pengideraan jauhgeografi Bab 2 pengideraan jauh
geografi Bab 2 pengideraan jauh
 
Sig part-4
Sig part-4Sig part-4
Sig part-4
 
iv-penginderaan-jauh.pptx
iv-penginderaan-jauh.pptxiv-penginderaan-jauh.pptx
iv-penginderaan-jauh.pptx
 
436946807-Ppt-Kd-3-3-Pemanfaatan-Peta-Penginderaan-Jauh-Dan-Sig.pptx
436946807-Ppt-Kd-3-3-Pemanfaatan-Peta-Penginderaan-Jauh-Dan-Sig.pptx436946807-Ppt-Kd-3-3-Pemanfaatan-Peta-Penginderaan-Jauh-Dan-Sig.pptx
436946807-Ppt-Kd-3-3-Pemanfaatan-Peta-Penginderaan-Jauh-Dan-Sig.pptx
 
Makalah Penginderaan Jauh Kelautan - Citra Penginderaan Jauh (Resolusi Rendah...
Makalah Penginderaan Jauh Kelautan - Citra Penginderaan Jauh (Resolusi Rendah...Makalah Penginderaan Jauh Kelautan - Citra Penginderaan Jauh (Resolusi Rendah...
Makalah Penginderaan Jauh Kelautan - Citra Penginderaan Jauh (Resolusi Rendah...
 
1066 2029-1-sp
1066 2029-1-sp1066 2029-1-sp
1066 2029-1-sp
 
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Pratiwi)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Pratiwi)Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Pratiwi)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Pratiwi)
 
Penginderaan_Jauh_pptx.pptx
Penginderaan_Jauh_pptx.pptxPenginderaan_Jauh_pptx.pptx
Penginderaan_Jauh_pptx.pptx
 
Penginderaan_Jauh_pptx.pptx
Penginderaan_Jauh_pptx.pptxPenginderaan_Jauh_pptx.pptx
Penginderaan_Jauh_pptx.pptx
 
118 343-3-pb
118 343-3-pb118 343-3-pb
118 343-3-pb
 
1 2 principles_of_remote_sensing
1 2 principles_of_remote_sensing1 2 principles_of_remote_sensing
1 2 principles_of_remote_sensing
 
Aplikasi citra hiperspektral dan 3 d hypercube pada citra hiperspektral
Aplikasi citra hiperspektral dan 3 d hypercube pada citra hiperspektralAplikasi citra hiperspektral dan 3 d hypercube pada citra hiperspektral
Aplikasi citra hiperspektral dan 3 d hypercube pada citra hiperspektral
 
Peran penginderaan jauh dalam perencanaan pembangunan zamria
Peran penginderaan jauh dalam perencanaan pembangunan zamriaPeran penginderaan jauh dalam perencanaan pembangunan zamria
Peran penginderaan jauh dalam perencanaan pembangunan zamria
 

Recently uploaded

Daftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdf
Daftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdfDaftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdf
Daftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdf
Tsabitpattipeilohy
 
Matematika diskrit: metode pohon/trees.ppt
Matematika diskrit: metode pohon/trees.pptMatematika diskrit: metode pohon/trees.ppt
Matematika diskrit: metode pohon/trees.ppt
AzrilAld
 
Tugas 01 Penjelasan Cara Melakukan Gasifikasi.pdf
Tugas 01 Penjelasan Cara Melakukan Gasifikasi.pdfTugas 01 Penjelasan Cara Melakukan Gasifikasi.pdf
Tugas 01 Penjelasan Cara Melakukan Gasifikasi.pdf
nimrodnapitu
 
Ukuran penyebaran data berkelompok (statistika)
Ukuran penyebaran data berkelompok (statistika)Ukuran penyebaran data berkelompok (statistika)
Ukuran penyebaran data berkelompok (statistika)
hendriko8
 
Metode Kerja Borepile utk Proyek Jembantan Hauling Blok III Utara PT AGM Kals...
Metode Kerja Borepile utk Proyek Jembantan Hauling Blok III Utara PT AGM Kals...Metode Kerja Borepile utk Proyek Jembantan Hauling Blok III Utara PT AGM Kals...
Metode Kerja Borepile utk Proyek Jembantan Hauling Blok III Utara PT AGM Kals...
MichaelBluer
 
RANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptx
RANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptxRANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptx
RANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptx
muhammadiswahyudi12
 
Studi Kasus Pantai Kelan Provinsi Bali.pdf
Studi Kasus Pantai Kelan Provinsi Bali.pdfStudi Kasus Pantai Kelan Provinsi Bali.pdf
Studi Kasus Pantai Kelan Provinsi Bali.pdf
novia73231
 
SUPERVISOR K3 (MAULANA PANDU PERMANA).ppt
SUPERVISOR K3 (MAULANA PANDU PERMANA).pptSUPERVISOR K3 (MAULANA PANDU PERMANA).ppt
SUPERVISOR K3 (MAULANA PANDU PERMANA).ppt
wartonowartono11
 

Recently uploaded (8)

Daftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdf
Daftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdfDaftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdf
Daftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdf
 
Matematika diskrit: metode pohon/trees.ppt
Matematika diskrit: metode pohon/trees.pptMatematika diskrit: metode pohon/trees.ppt
Matematika diskrit: metode pohon/trees.ppt
 
Tugas 01 Penjelasan Cara Melakukan Gasifikasi.pdf
Tugas 01 Penjelasan Cara Melakukan Gasifikasi.pdfTugas 01 Penjelasan Cara Melakukan Gasifikasi.pdf
Tugas 01 Penjelasan Cara Melakukan Gasifikasi.pdf
 
Ukuran penyebaran data berkelompok (statistika)
Ukuran penyebaran data berkelompok (statistika)Ukuran penyebaran data berkelompok (statistika)
Ukuran penyebaran data berkelompok (statistika)
 
Metode Kerja Borepile utk Proyek Jembantan Hauling Blok III Utara PT AGM Kals...
Metode Kerja Borepile utk Proyek Jembantan Hauling Blok III Utara PT AGM Kals...Metode Kerja Borepile utk Proyek Jembantan Hauling Blok III Utara PT AGM Kals...
Metode Kerja Borepile utk Proyek Jembantan Hauling Blok III Utara PT AGM Kals...
 
RANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptx
RANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptxRANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptx
RANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptx
 
Studi Kasus Pantai Kelan Provinsi Bali.pdf
Studi Kasus Pantai Kelan Provinsi Bali.pdfStudi Kasus Pantai Kelan Provinsi Bali.pdf
Studi Kasus Pantai Kelan Provinsi Bali.pdf
 
SUPERVISOR K3 (MAULANA PANDU PERMANA).ppt
SUPERVISOR K3 (MAULANA PANDU PERMANA).pptSUPERVISOR K3 (MAULANA PANDU PERMANA).ppt
SUPERVISOR K3 (MAULANA PANDU PERMANA).ppt
 

Konsep penginderaan jauh (remote sensing)

  • 3. DEFINISI • Berbagai teknik yang dikembangkan untuk memperoleh dan menganalisis informasi tentang bumi(David T.lindgren) • Ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu objek, daerah atau fenomena yang dikaji melalui analisis data, yang diperoleh dengan alat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah atau fenomena yang dikaji(Lillesand-Kieffer) Intepretasi definisi 1: Penginderaan Jauh adalah ilmu seni dan teknik untuk merekam suatu benda, gejala dan area muka bumu dari jarak jauh tanpa kontak langsung dengan objek tersebut. Intepretasi definisi 2: Penginderaan Jauh adalah ilmu dan seni (teknologi) untuk memperoleh informasi tentang objek, daerah atau gejala, dengan jalan menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap objek, daerah atau gejala yang dikaji. Intepretasi definisi 3: Penginderaan Jauh(Remote Sensing) adalah ilmu untuk memperoleh informasi tentang permukaan bumi tanpa melakukan kontak langsung dengan obyek.
  • 4. Nama lain • Penginderaan Jauh • Inderaja • PJ • Remote Sensing
  • 5. Ilustrasi Penginderaan Jauh Apa yang dapat anda lihat?
  • 7. Komponen dan Sistem Penginderaan Jauh A. Sumber Energi B. Radiasi dan Atmosfer C. Interaksi dengan Target D. Perekaman energi oleh Sensor E. Transmisi, Prosessing F. Interpretasi dan Analisis G. Aplikasi
  • 10.
  • 11. Sumber Tenaga Sumber Tenaga Aktif Pasif Sumber tenaga digunakan agar kenampakan bumi dapat direkam dengan baik yang kemudian akan ditangkap oleh sensor dalam sistem perekaman Penginderaan jauh. Sumber tenaga merupakan energi untuk mendapatkan gambaram muka bumi. Sistem Pasif bersumber dari tenaga elektromagnetik yang berasal dari sinar matahari – kelemahan tidak dapat merekam pada malam hari Sistem Aktif bersumber dari gelombang elektromagnetik buatan yang digunakan untuk memancarkan cahaya (berupa gelombang mikro)
  • 12. PENGIDERAAN SISTEM AKTIF DAN SISTEM PASIF Inderaja Sistem Pasif Inderaja Sistem Aktif
  • 13. Atmosfer Fungsi Armosfer adalah menyerap, memantulkan dan melewatkan radiasi elektromagnetik Dalam Inderaja terdapat istilah Jendela Atmosfer, yaitu bagian spektrum elektromagnetik yang dapat mencapai Bumi Secara sederhana, Atmosfer adalah perantara sinar matahari ke bumi, ketika sinar matahari mencapai permukaan bumi dikatakan dengan Jendela Atmosfer.
  • 14. Spektrum: Rentetan susunan gelombang cahaya
  • 17. RADIASI ELEKTROMAGNETIK Karakteristik radiasi elektromagnetik merupakan hal yang sangat penting untuk memahami remote sensing, yaitu : - Panjang Gelombang - Frekuensi Panjang Gelombang (), merupakan panjang satu siklus dengan satuan meter, dan Frekuensi () merupakan jumlah siklus panjang gelombang yang melalui titik tertentu per unit waktu, dengan satuan hertz
  • 18. Perambatan Gelombang Contoh nya benda padat Contoh nya air
  • 19. INTERAKSI DENGAN ATMOSFIR Perambatan gelombang elektromagnetik dari matahari ke bumi mengalami penyebaran (scattering), yang disebabkan oleh partikel- partikel dalam atmosfir. Perhatikan pada siang hari langit menjadi biru dan pada matahari terbit atau tenggelam, langit menjadi kemerahan. Hal ini disebabkan adanya scattering yang disebabkan oleh partikel-partikel dalam atmosfir
  • 20. INTERAKSI DENGAN ATMOSFIR Scattering yang lain yang disebabkan oleh awan atau asap, dan disebut dengan non selective scattering
  • 21. INTERAKSI DENGAN ATMOSFIR Selain terjadi penyebaran oleh partikel dalam atmosfir, terjadi pula penyerapan (absorbtion) oleh partikel-partikel dalam atmosfir Ozon, Carbon Dioxida dan Uap Air merupakan tiga komponen utama dalam penyerapan radiasi elektromagnetik
  • 22. INTERAKSI DENGAN TARGET Energi yang tidak terserap dan tersebar pada atmosfir dapat mencapai permukaan bumi Energi yang mencapai target (I) akan terbagi lagi menjadi energi yang ditransmisikan (T) diserap target (A)) dan energi yang dipantulkan (R). Energi yang dipantulkan merupakan perhatian yang utama dalam remote sensing Pantulan Sempurna (Specular) Pantulan segala arah (Diffuse)
  • 23. Klorofil, menyerap radiasi gelombang merah dan biru, tetapi memantulkan gelombang hijau dan inframerah dekat. Bilamana kandungan klorofil berkurang (misalnya tumbuhan tidak sehat) maka penyerapan gelombang merah menjadi sedikit dan lebih banyak memantulkan gelombang merah Air, lebih banyak menyerap gelombang inframerah dekat dan gelombang merah, tetapi lebih banyak memantulkan gelombang biru dan hijau, sehingga air nampak biru atau biru kehijauan. Adanya sedimen terlarut akan memantul- kan gelombang yang lebih panjang, sehingga nampak lebih terang. Sedangkan adanya klorofil dalam algae akan menyebabkan pantulan gelombang hijau, sehingga air akan nampak lebih hijau INTERAKSI DENGAN TARGET
  • 24. Pada panjang gelombang ini (inframerah dekat) vegetasi dan air bisa dibedakan Pada panjang gelombang tampak mata, air dan vegetasi susah dibedakan INTERAKSI DENGAN TARGET
  • 25.
  • 27. SATELIT : ORBIT SATELIT
  • 29. SATELIT : CAKUPAN PEREKAMAN
  • 31. KARAKTERISTIK CITRA Apa perbedaan foto udara dan citra satelit ?
  • 32. Dalam citra satelit, obyek direkam dengan angka, atau numerik 95 58 106 76 76 75 56 62 82
  • 33. Foto Udara merupakan image dimana obyek direkam dalam suatu film fotografis.
  • 34. Dalam Citra satelit, munculnya warna dibangun dengan mengkombinasikan obyek yang direkam pada panjang gelombang yang berbeda (band) yang diletakkan pada warna dasar yang berbeda pula, yakni saluran merah (Red) saluran Hijau (Green) dan saluran Biru (Blue). Bila kombinasi pada saluran RGB menggunakan panjang gelombang yang sama, maka tidak akan muncul warna, karena intensitas datanya sama
  • 35.
  • 36.
  • 37. https://earthexplorer.usgs.gov/ Description Band combination Natural Color 4 3 2 False Color (urban) 7 6 4 Color Infrared (vegetation) 5 4 3 Agriculture 6 5 2 Atmospheric Penetration 7 6 5 Healthy Vegetation 5 6 2 Land/Water 5 6 4
  • 38. RESOLUSI SPASIAL, UKURAN PIXEL DAN SKALA
  • 39. RESOLUSI SPASIAL, Mendefinisikan luas liputan di permukaan bumi yang diwakili oleh satu pixel Satu sel mewakili 30 meter x 30 meter
  • 40. A B Pada Citra dengan resolusi spasial A, lobang akan terdeteksi. Sedangkan bila menggunakan citra dengan resolusi spasial B, maka lubang sulit untuk dikenali. Resolusi Citra A, lebih besar dari Citra B
  • 41. Citra SPOT PAN Resolusi Spasial 10m x 10 m
  • 42. Citra NOAA AVHRR, dengan resolusi spasial 4 km x 4 km
  • 43. Perbedaan resolusi spasial akan membedakan detail informasi yang diperoleh
  • 44. RESOLUSI SPEKTRAL Resolusi spektral mendefinisikan kemampuan sensor untuk mende- finisikan kehalusan interval panjang gelombang Resolusi spektral yang lebih halus, maka interval panjang gelombang lebih dekat
  • 46. RESOLUSI RADIOMETRIK Dapat didefinisikan sebagai rentang dinamis, atau jumlah kemungkinan nilai data pada masing masing band Contoh : Band 1 landsat TM dengan resolusi spektral 0,45 - 0,52 m. Energi yang direkam pada panjang gelombang ini adalah : 256 tingkat keabuan, pada data 8 bit 128 tingkat keabuan pada data 7 bit 0 1 2 3 4 244 255 0,45 m 0,52 m 0 1 2 127 0,45 m 0,52 m 8 bit 7 bit
  • 47. RESOLUSI TEMPORAL Resolusi Temporal dapat didefinisikan, seberapa sering atau kapan sensor dapat melakukan pengamatan pada lokasi yang sama Landsat TM mempunyai resolusi temporal 16 hari SPOT, mempunyai resolusi temporal 26 hari Sampai lokasi yang sama pada x hari
  • 48. KAMERA DAN FOTO UDARA A, Area B, Lensa C, Focal Plane Film fotografi adalah film yang sensitif pada panjang gelombang 0.3 m - 0.9 m Film fotografi ini sering disebut dengan film pankromatik. UV fotografi juga menggunakan film pankromatik, tetapi menggunakan filter untuk mencegah gelombang tampak mata mencapai film. Untuk film berwarna normal, layer sensitif terhadap gelombang merah, hijau dan biru (tampak mata) Untuk foto Color Infrared, layer sensitif terhadap gelombang biru, hijau dan inframerah dekat Untuk foto berwarna semu , target yang sensitif inframerah dekat berwarna merah, sensitif merah warna hijau dan sensitif hijau warna biru
  • 49. Foto Color Foto False Color
  • 50. INTERPRETASI DAN ANALISIS Untuk dapat memanfaatkan data penginderaan jauh, kita harus mampu mengekstrak informasi dari citra. Langkah ekstraksi informasi ini disebut dengan interpretasi dan analisis. Analisis dan interpretasi meliputi kegiatan identifikasi dan atau pengukuran target dalam image, untuk memperoleh informasi. Target dapat berbentuk fenomena titik, garis ataupun area. Target haruslah dapat dibedakan, dalam pengertian target haruslah kontras terhadap obyek di sekelilingnya.
  • 51. ANALISIS DAN INTERPRETASI MANUAL VS ANALISIS DIGITAL Analisis manual dan analisis dijital, mempunyai kelebihan dan kekurangan. Dalam analisis manual, biasanya terbatas pada satu band atau satu image, artinya tidak dapat melakukan analisis beberapa image secara bersamaan. Sedangkan dalam anaisis dijital dapat dilakukan secara bersamaan Dalam analisis manual, biasanya kurang konsisten hasilnya karena bersifat subyektif, yakni sangat tergantung pada interpreter. Sedangkan dalam analisis dijital lebih konsisten, karena anaisisnya didasarkan pada nilai dijital (density number) dalam komputer, sehingga lebih obyektif. Meskipun demikian, untuk menentukan tingkat validitas dan akurasi dari analisis dijital adalah sangat sulit. Kenapa ?
  • 52. INTERPRETASI SECARA MANUAL Pengenalan target atau obyek merupakan kunci interpretasi dan ekstraksi informasi. Pengenalan perbedaan antara target dan latar belakangnya berdasarkan pada perbedaan elemen visual yakni : • tone/rona • bentuk • ukuran • pola • tekstur • bayangan • asosiasi
  • 53. INTERPRETASI SECARA MANUAL TONE/RONA: Tone/rona mengacu pada kecerahan atau warna relatif suatu obyek dalam image. Secara umum, rona merupakan elemen yang mendasar dalam pembedaan target. Rona akan lebih mudah diinterpretasikan bila bervariasi dengan elemen bentuk, tekstur, dan pola obyek Tanaman tua Tanaman muda
  • 54. INTERPRETASI SECARA MANUAL Bentuk, mengacu pada struktur dan outline obyek individu BENTUK : ?
  • 55. INTERPRETASI SECARA MANUAL UKURAN : Ukuran obyek dalam image merupakan fungsi skala. Contoh : Ukuran antara bangunan sebagai tempat tinggal dengan bangunan sebagai bangunan komersial. ? ?
  • 56. INTERPRETASI SECARA MANUAL POLA : Pola, mengacu pada susunan kenampakan spasial obyek. Pola perkebunan yang dikembangkan Oleh perusahaan akan terlihat teratur dibandingkan dengan pola pertanian yang alami ? ?
  • 57. INTERPRETASI SECARA MANUAL TEKSTUR : Tekstur, mengacu pada susunan dan frekuensi rona suatu obyek, yang nampak pada kenampakan kasar atau halusnya permukaan obyek. Contoh yang jelas adalah dalam membedakan hutan alam dengan hutan tanaman industri, yang relatif punya keseragaman dalam kanopi. ? ?
  • 58. INTERPRETASI SECARA MANUAL BAYANGAN/SHADOW : Bayangan memberikan ide dalam membedakan profil atau ketinggian suatu obyek tanpa bayangan dengan bayangan
  • 59. INTERPRETASI SECARA MANUAL ASOSIASI : Asosiasi berkaitan dengan hubungan antara obyek terhadap obyek yang lain. Sebagai misal daerah pantai dimana di situ terdapat vegetasi pada wilayah muara sungai, mungkin dapat diaso- siasikan dengan mangrove mangrove
  • 60. CITRA DIJITAL • Citra dijital adalah penyajian obyek dalam format dijital. . Citra dijital terdiri dari pixel atau picture element 95 58 106 76 76 75 56 62 82 • Digital Number (DN) digunakan untuk menandai pixel • Nilai DN menyatakan pantulan energi yang diterima oleh sensor
  • 61. • Pixel Value (Digital Number) penyajian pantulan energi semua Obyek dalam area tertentu pada permukaan bumi (resolusi spasial) SATELLITE SPASIAL RESOLUTION LANDSAT-TM Non Thermal 30 meter X 30 meter Thermal 120 meter X 120 meter SPOT Multi Spektral 20 meter X 20 meter Panchromatic 10 meter X 10 meter IKONOS Multi Spektral 4 meter X 4 meter Panchromatic 1 meter X 1 meter 95 58 106 76 76 75 56 62 82 CITRA DIJITAL
  • 62. Pixel = picture element mempunyai karakteristik spasial dan spektral Columns/Kolom/Pixels Rows/Baris/Lines Spatial Properties : • Pixel Position didefinisikan dengan lokasi kolom dan baris 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 pixel location = (5,6) • Format Data Citra Dijital yang dibangun dalam grid sel yang teratur disebut dengan format raster • Computer System : menyajikan DN dalam warna Spectral Properties : • Berkaitan dengan nilai DN CITRA DIJITAL
  • 63. • Citra Multispektral merupakan data inderaja dengan dua atau lebih saluran spektral • Masing masing band dihasilkan oleh sensor dengan resolusi spasial tertentu • Landsat-TM Image mempunyai 7 Bands Band-1 Band-2 Band-3 Band-4 Band-5 Band-6 Band-7 CITRA DIJITAL
  • 65. FORMAT DATA DIJITAL 1 2 3 4 Pixel 1 2 Pixel ke : 1 2 3 4 Band : 1 2 3 1 2 3 BIL 1 1 1 2 2 2 1,1 1,2 1,1 1,2 1,1 1,2 2,1 2,2 2,1 2,2 2,3 2,4 2,1 2,2 Band 1 Band 2 Band 3 BIP 1 2 3 4 5 6 1,1 1,1 1,1 1,2 1,2 1,2 2,1 2,1 2,1 2,2 2,2 2,2 3,1 3,1 3,1 3,2 3,2 3,2 BSQ 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 Band 1 Band 2 Band 3 1,1 1,2 1,3 1,4 5,1 5,2 i,j 5,4 2,1 2,1 i,j 3,1 3,1 i,j Band 1 Note : Band 2 Band 3 Pixel : L i n e 1. L i n e
  • 66. DIGITAL IMAGE FILE : 1. Band Tunggal dalam satu file 2. Multi Bands dalam satu file FILE FORMAT DATA SYSTEM : 1. BAND SEQUENTIAL (BSQ) : 2. BAND INTERLEAVED BY LINE (BIL) : 3. BAND INTERLEAVED BY PIXEL (BIP) : FORMAT DATA DIJITAL
  • 67. DISPLAY CITRA DIJITAL Band-1 Band-2 Band-3 Band-4 Band-5 Band-6 Band-7 BAND 444 BAND 542 BAND 432 M U L T I S P E C T R A L I M A G E C O M P U T E R G U N C O L O R S Red Green Blue D I S P L A Y O N M O N I T O R
  • 68. PENGOLAHAN CITRA DIJITAL Pengolahan citra dijital mencakup berbagai aspek, yakni : - Koreksi data, yakni koreksi geometrik, untuk menyesuaikan dengan sistem koordinat peta, koreksi radiometrik untuk mengko- reksi pengaruh haze - Penajaman/Enhancement, yakni digunakan untuk mempertajam image sehingga mudah untuk diinterpretasi - Klasifikasi untuk ekstraksi informasi secara otomatis dengan menggunakan nilai dijital
  • 69. PENGOLAHAN CITRA Preprocessing : Radiometri Correction/Koreksi Radiometrik Geometri Correction/Koreksi Geometrik Display dan Enhancement/Penajaman : Diplay (B/W dan Color Composite Contrast Enhancement (Stretching) Spatial Enhancement (Filtering) Classification/Klasifikasi : Unsupervised Classification Supervised Classification Integration ke GIS: Generalisasi Konversi Raster ke Vektor Konversi Vektor ke Raster
  • 70. Koreksi Geometrik, dari koordinat file ke koordinat peta atau dari satu sistem koordinat ke sistem koordinat yang lain KOREKSI GEOMETRI
  • 71. Penajaman image, sehingga image mudah dikenali PENAJAMAN CITRA
  • 72.
  • 73.
  • 74. Klasifikasi Citra Klasifikasi adalah proses pemilihan pixel ke dalam kelas tertentu Berdasarkan nilai DN
  • 76. Original Satellite Image Classified Image
  • 77. Klasifikasi image dari berbagai saluran menjadi satu peta tematik
  • 78. Spectral Responses of Typical Targets 0,3 1 3 10 SOIL VEGETATION WATER  m
  • 79. Landsat & SPOT-HVR LANDSAT SPOT Sensor : Tematic 705 KM ALTITUDE 822 KM Sensor : HRV (X2) Mapper – TM 99 min PERIOD 101.4 min Modes: Multispectral 6 bands- 30 x 30 m 98 INCLINATION 99 3 bands 20 x 20 m 1 band- 120 x 120 m NUMBER of PATH 269 16 days EARTH COVERAGE 26 days Panchromatic Multi Spektral 185 km SWATH 60km/imager 1 bands 10 x 10 m Scanner - MSS 4 bands 60 x 80 m 09:45 EQUATOR CROSSING 10:30 MSS1 0.5 ~ 0.6 G MSS1 0.6 ~ 0.7 R MSS1 0.7 ~ 0.8 N-IR MSS1 0.8 ~ 1.1 N-IR TM1 0.45 ~ 0.53 B TM2 0.52 ~ 0.57 G TM3 0.63 ~ 0.69 R TM4 0.76 ~ 0.90 N-IR TM5 1.55 ~ 1.75 SWIR TM7 2.08 ~ 2.35 SWIR TM6 10.8 ~ 12.5 TIR HRV/ PADPCM 0.51 ~ 0.73 Panchro. HRV/MLA HRV1 0.50 ~ 0.59 G HRV2 0.61 ~ 0.68 R HRV3 0.79 ~ 0.89 N-IR 233
  • 85. Landsat-TM Band-321 Landsat-TM Band-342 Landsat-TM Band-247 Landsat-TM Band-432
  • 86. KLASIFIKASI CITRA Klasifikasi dapat dilakukan dengan : - Band Tunggal : Density Slicing - Multi Bands : Multispectral Classification
  • 87. Density Slicing : Nilai Dijital (Digital values) didistribusikan sepanjang Sumbu horisontal histogram citra dan dibagi dalam Interval KLASIFIKASI CITRA
  • 88.
  • 89. 30 60 90 140 190 A B C D E F 255 SLICING PROCEDURE
  • 90.
  • 91. Klasifikasi Multispektral : Untuk mengekstrak informasi yang dikumpulkan dari berbagai spektrum elektromagnetik Band-1 Band-2 Band-3 Band-4 Band-5 Band-6 Band-7 Band Combination 542 KLASIFIKASI CITRA
  • 92. Metoda dalam klasifikasi multispektral : 1. UNSUPERVISED 2. SUPERVISED KLASIFIKASI CITRA
  • 93. Unsupervised Classification/Tak Terselia : -Klasifikasi tanpa memerlukan/membangun sampel - Operasi dibangun berdasarkan pengelompokan pixel secara natural - Pengenalan pola menggunakan proses komputer KLASIFIKASI CITRA
  • 94. Unsupervised Classification dengan metoda CLUSTERING: Ploting pixel dalam fitur ruang, yang kemudian dikelompokkan berdasarkan vektor ruang KLASIFIKASI CITRA
  • 95.
  • 97. Beberapa parameter harus ditentukan : 1. Jumlah Cluster 2. Ukuran Cluster 3. Jarak antar Cluster 10 20 30 40 10 20 50 30 0 R=15 10 20 30 40 10 20 50 30 0 New mean of cluster-1 Cluster-2 CLUSTERING :
  • 98. 10 20 30 40 10 20 50 30 0 1 2 n 1 2 n Moving Average (migration) Procedure :
  • 100.
  • 102. KLASIFIKASI TERSELIA/SUPERVISED • Klasifikasi multispektral dengan sampel terpilih yang homogen • Prosedur ini memerlukan pengetahuan tentang obyek • Klasifikasi menggunakan karakteristik spektral (minimum, maximum, mean/average, variance, covariance, correlation, dll.) tentang training/sample area untuk menggambarkan algoritma klasifikasi keseluruhan
  • 103. Langkah Penting dalam Klasifikasi Terselia : 1. Training sampel yang terpilih harus representatif. 2. Statistik karakteristik training sampel harus dianalisis untuk memilih fitur yang sesuai 3. Algoritma klasifikasi yang sesuai harus dipilih. 4. Pengkelasan image dalam n kelas. 5. Tingkat akurasi klasifikasi harus dievaluasi secara statistik.
  • 104. SUPERVISED CLASSIFICATION MEMERLUKAN TRAINING SAMPLE/AREA Vegetation Grass Water Building
  • 105. Statistical Characteristics for Water Band: 1 2 3 4 5 7 Mean 61.5 23.2 18.3 9.3 5.2 2.7 Std. Dev. 1.3 0.7 0.7 0.6 0.7 1.0 Variance 1.7 0.4 0.5 0.3 0.5 1 Minimum 58 22 17 8 4 0 Maximum 65 25 20 10 7 5 Band-1 1.72 Band-2 0.06 0.43 Band-3 0.12 0.19 0.51 Band-4 0.09 0.05 0.05 0.32 Band-5 -0.2 -0.05 -0.11 -0.07 0.51 Band-7 -0.21 -0.05 -0.03 -0.07 0.05 1.03 Variance – Covariance Matrix Band: 1 2 3 4 5 7
  • 106. Digital Numbers of Training Area
  • 107.
  • 108.
  • 109.
  • 110. SUPERVISED CLASSIFICATION METHOD TO DERIVE DECISION REGION : 1. Parallelpiped 2. Minimum Distance to Mean 3. Mahalanobis Distance 4. Maximum Likelihood
  • 111. Metoda parallelpiped menggunakan nilai minimum dan maksimum Untuk masing masing fitur, pada masing-masing kluster. 1. Parallelpiped :
  • 112.
  • 113.
  • 114. • Minimum distance menghitung jarak dari masing-masing pixel yang tidak diketahui kelasnya ke rata-rata nilai kelas yang ada • Jarak dihitung dengan metoda Eucledian Distance berdasarkan teori pitagoras Pixel X akan menjadi kelas Y jika dan hanya jika Jarak ke kelas Y lebih kecil daripada jarak ke kelas yang lain 2. Minimum Distance : Dist-j = (Pi - ij )2 Pi = Pixel Value from Band-i ij = Mean Value for Class-j from Band-i
  • 115.
  • 116. • Maximum Likelihood menandai pixel-pixel yang tak diketahui kelasnya ke dalam suatu kelas berdasarkan kemungkinan nilai pixel masuk dalam suatu kelas • Maximum Likelihood menggunakan asumsi bahwa data sampel untuk masing-masing kelas mempunyai distribusi normal (Gaussian Distribution) The unkonwn pixel –X belong to Class-C, If and Only If : Pc  Pi Where i = 1, 2, 3, …, n possible classes Pc = Probability Value to be class C Pi = Probability Value to be class i 2. Maximum Likelihood :
  • 117. The unkonwn pixel –X belong to Class-C, If and Only If : Pc  Pi Pc = [ -0.5 loge (det(Vc ))] – [0.5 (X-Mc )T (Vc -1)(X-Mc )] Where : det(Vc ) = determinant of covariance matrix Vc Mc = mean vectors for class C X = Vector X of an unknown pixel T = Transpose Sign Maximum Likelihood Formula :
  • 118.
  • 119. When a feature vector is being classified using two decision regions C1 and C2 there are four possible outcomes : (1). Accepting X belongs to C1 when this is true (2). Accepting X belongs to C2 when it actually belongs to C1 (3). Accepting X belongs to C1 when it actually belongs to C2 (4). Accepting X belongs to C2 when this is true (2) and (3) are errors, with respect to decision region C1 : • Error (2) is called Ommission Error • Error (3) is called Commission Error
  • 120. Ommission Error dan Commission Error
  • 122. Actual Landcover Class Classified Landcover 1 2 3 4 5 Total Ommission Commission Accuracy Error (%) Error (%) (%) 1. Resiential 2. Commercial 3. Wetland 4. Forest 5. Water Total 70 5 0 13 0 88 3 55 0 0 0 58 0 0 99 0 0 99 1 0 4 37 0 42 0 0 0 0 121 121 74 60 103 50 121 408 20.5 (18/88) 4.5 (4/88) 79.5 (70/88) 5.2 (3/58) 8.6 (5/58) 94.8 (55/58) 0.0 (0/99) 4.0 (4/99) 100.0 (99/99) 11.9 (5/42) 30.9 (13/42) 88.0 (37/42) 0.0 (0/121) 0.0 (0/121) 100.0 (121/121) ACCURACY ASSESSMENT CONFUSION MATRIX OVERALL ACCURACY = 382/408 pixels X 100% = 93.6 % 382 = 70 + 55 + 99 + 37 + 121
  • 123. POST KLASIFIKASI Untuk menghilangkan area yang tak dikenali atau Area yang sangat kecil dalam citra yang diklasifikasikan, dapat menggunakan MOJORITY FILTERING
  • 124. ANALISA KOMPONEN UTAMA PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS (PCA) Target : 1. Mengurangi jumlah variabel 2. Tidak ada korelasi antara variabel-variabel baru 3. Variabel baru dipilih berdasarkan heterogenitas
  • 125. ANALISA KOMPONEN UTAMA PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS (PCA)
  • 126. ANALISA KOMPONEN UTAMA PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS (PCA)