Tingginya angka kematian bayi dan balita di Indonesia dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti kehamilan remaja, malnutrisi, komplikasi kehamilan, dan akses terhadap pelayanan kesehatan yang terbatas. Upaya yang dilakukan pemerintah meliputi pelayanan kesehatan ibu hamil dan neonatus yang berkualitas, imunisasi, serta pelayanan kesehatan di sekolah untuk menurunkan angka kematian.
Dokumen tersebut membahas tentang masalah kesehatan anak dan balita di Indonesia, termasuk penyakit-penyakit yang sering dialami, faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta cara menjaga kesehatan anak. Penyakit seperti ISPA, stunting, diare, dan cacar air merupakan masalah kesehatan utama pada anak balita. Faktor ekonomi rendah, sanitasi buruk, serta pengetahuan dan perilaku orang tua yang kurang
Dokumen tersebut membahas tentang masalah kesehatan anak dan balita di Indonesia, termasuk penyakit-penyakit yang sering dialami, faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta cara menjaga kesehatan anak. Penyakit seperti ISPA, stunting, diare, dan cacar air merupakan masalah kesehatan utama pada anak balita. Faktor ekonomi rendah, sanitasi buruk, serta pengetahuan dan perilaku orang tua yang kurang
Dokumen tersebut membahas tentang HIV/AIDS pada anak, meliputi proses penularan, diagnosis, pencegahan, dan penatalaksanaannya. Proses penularan HIV pada anak dapat terjadi dari ibu ke anak saat kehamilan atau kelahiran, atau akibat pelecehan seksual. Diagnosis dilakukan dengan pemeriksaan darah dua kali sebelum dan sesudah umur 18 bulan. Pencegahannya meliputi pemberian obat pada ibu dan anak
Laporan ini membahas pelaksanaan kegiatan imunisasi di desa Manjeppu oleh Puskesmas Lau. Kegiatan ini bertujuan meningkatkan cakupan imunisasi rutin pada balita di desa tersebut sesuai standar pelayanan kesehatan. Kegiatan dilaksanakan pada 14 Juli 2022 dan melibatkan 5 balita. Hasil evaluasi menunjukkan antusiasme masyarakat yang tinggi terhadap program imunisasi untuk mencegah penyakit pada anak
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Upaya inovasi langkah strategis dalam pencegahan dan penanganan stunting melalui pendekatan lintas program dan lintas sektor.
2. Faktor-faktor yang berperan dalam terjadinya stunting antara lain status gizi ibu, kualitas dan praktik pemberian makanan, lingkungan rumah tangga, serta infeksi.
3. Diperlukan kerja sama multi sektoral untuk menurunkan prevalensi stunting di Indonesia.
Dokumen tersebut membahas upaya perbaikan kesehatan anak melalui berbagai program seperti imunisasi, gizi, dan pelayanan kesehatan lainnya untuk menurunkan angka kematian anak serta meningkatkan kualitas generasi mendatang. Indikator yang diawasi antara lain cakupan imunisasi, ASI eksklusif, dan prevalensi gizi buruk pada anak.
Dokumen tersebut merangkum kebijakan dan standar pelaksanaan program imunisasi di Indonesia. Program imunisasi bertujuan menurunkan penyakit menular dengan cakupan vaksinasi minimal 95% untuk mencapai kekebalan kelompok. Evaluasi tahun 2016-2018 menunjukkan peningkatan cakupan untuk sebagian besar vaksin meski masih ada tantangan akses dan kualitas pelayanan di beberapa daerah.
Dokumen tersebut membahas tentang Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT). Dokumen tersebut menjelaskan definisi, klasifikasi, etiologi, diagnosis, patofisiologi, komplikasi, pencegahan dan penatalaksanaan BBLR dan PJT. Dokumen tersebut juga membahas kebaruan dalam bidang kebidanan mengenai BBLR dan PJT.
Pedoman ini membahas pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak dengan memberikan informasi tentang penularan HIV, faktor risiko, dan tahapan infeksi. Pedoman ini juga menjelaskan empat pilar (prong) pencegahan yaitu tes HIV pada ibu hamil, pencegahan kehamilan tidak direncanakan, pemberian ARV pada ibu hamil positif HIV, dan dukungan untuk ibu dan anak. Tujuannya adalah menurunkan risiko penularan HIV dari ibu
1. Status imunisasi dasar lengkap pada anak dipengaruhi oleh faktor pendukung, pemungkin, dan penguat seperti karakteristik ibu, akses ke fasilitas kesehatan, dan dukungan masyarakat.
2. Cakupan imunisasi dasar lengkap menurun selama pandemi namun pemerintah berupaya meningkatkannya melalui program BIAN.
3. Berbagai tantangan pelaksanaan BIAN antara lain kesadaran masyarak
Dokumen tersebut membahas tentang kondisi kesehatan dan gizi anak usia dini di Indonesia yang masih memprihatinkan. Dokumen ini juga membahas tentang berbagai penyakit yang sering dialami anak usia dini seperti hepatoblastoma dan sindrom Eisenmenger serta cara penanggulangannya. Faktor gaya hidup orang tua dan pola asuh juga berpengaruh terhadap kesehatan dan tumbuh kembang anak.
Dokumen ini memberikan penjelasan tentang Universal Child Immunization (UCI) yang merupakan pencapaian imunisasi dasar yang lengkap pada bayi, ibu hamil, wanita usia subur, dan anak sekolah dasar. Dokumen ini juga menyebutkan bahwa kabupaten Sukabumi memiliki tingkat pencapaian UCI tertinggi di Jawa Barat pada tahun 2012 dengan angka 85,56%.
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFratnawulokt
Peningkatan status kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu hal prioritas di Indonesia. Status derajat kesehatan ibu dan anak sendiri dapat dinilai dari jumlah AKI dan AKB. Pemerintah berupaya menerapkan program Sustainable Development Goals (SDGs) dengan harapan dapat menekan AKI dan AKB, tetapi kenyataannya masih tinggi sehingga tujuan dari penyusunan laporan tugas akhir ini untuk memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif dari ibu hamil trimester III sampai KB.
Metode penelitian menggunakan Continuity of Care dengan pendokumentasian SOAP Notes. Subjek penelitian Ny. “H” usia 34 tahun masa kehamilan Trimester III hingga KB di PMB E Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung.
Hasil asuhan selama masa kehamilan trimester III tidak ada komplikasi pada Ny. “E”. Masa persalinan berjalan lancar meskipun terdapat kesenjangan dimana IMD dilakukan kurang dari 1 jam. Kunjungan neonatus hingga nifas normal tidak ada komplikasi, metode kontrasepsi memilih KB implant.
Kesimpulan asuhan pada Ny. “H” ditemukan kesenjangan antara kenyataan dan teori di penatalaksanaan, tetapi dalam pemberian asuhan ini kesenjangan masih dalam batas normal. Asuhan kebidanan ini diberikan untuk membantu mengurangi kemungkinan terjadi komplikasi pada saat masa kehamilan hingga KB.
Dokumen tersebut membahas tentang HIV/AIDS pada anak, meliputi proses penularan, diagnosis, pencegahan, dan penatalaksanaannya. Proses penularan HIV pada anak dapat terjadi dari ibu ke anak saat kehamilan atau kelahiran, atau akibat pelecehan seksual. Diagnosis dilakukan dengan pemeriksaan darah dua kali sebelum dan sesudah umur 18 bulan. Pencegahannya meliputi pemberian obat pada ibu dan anak
Laporan ini membahas pelaksanaan kegiatan imunisasi di desa Manjeppu oleh Puskesmas Lau. Kegiatan ini bertujuan meningkatkan cakupan imunisasi rutin pada balita di desa tersebut sesuai standar pelayanan kesehatan. Kegiatan dilaksanakan pada 14 Juli 2022 dan melibatkan 5 balita. Hasil evaluasi menunjukkan antusiasme masyarakat yang tinggi terhadap program imunisasi untuk mencegah penyakit pada anak
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Upaya inovasi langkah strategis dalam pencegahan dan penanganan stunting melalui pendekatan lintas program dan lintas sektor.
2. Faktor-faktor yang berperan dalam terjadinya stunting antara lain status gizi ibu, kualitas dan praktik pemberian makanan, lingkungan rumah tangga, serta infeksi.
3. Diperlukan kerja sama multi sektoral untuk menurunkan prevalensi stunting di Indonesia.
Dokumen tersebut membahas upaya perbaikan kesehatan anak melalui berbagai program seperti imunisasi, gizi, dan pelayanan kesehatan lainnya untuk menurunkan angka kematian anak serta meningkatkan kualitas generasi mendatang. Indikator yang diawasi antara lain cakupan imunisasi, ASI eksklusif, dan prevalensi gizi buruk pada anak.
Dokumen tersebut merangkum kebijakan dan standar pelaksanaan program imunisasi di Indonesia. Program imunisasi bertujuan menurunkan penyakit menular dengan cakupan vaksinasi minimal 95% untuk mencapai kekebalan kelompok. Evaluasi tahun 2016-2018 menunjukkan peningkatan cakupan untuk sebagian besar vaksin meski masih ada tantangan akses dan kualitas pelayanan di beberapa daerah.
Dokumen tersebut membahas tentang Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT). Dokumen tersebut menjelaskan definisi, klasifikasi, etiologi, diagnosis, patofisiologi, komplikasi, pencegahan dan penatalaksanaan BBLR dan PJT. Dokumen tersebut juga membahas kebaruan dalam bidang kebidanan mengenai BBLR dan PJT.
Pedoman ini membahas pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak dengan memberikan informasi tentang penularan HIV, faktor risiko, dan tahapan infeksi. Pedoman ini juga menjelaskan empat pilar (prong) pencegahan yaitu tes HIV pada ibu hamil, pencegahan kehamilan tidak direncanakan, pemberian ARV pada ibu hamil positif HIV, dan dukungan untuk ibu dan anak. Tujuannya adalah menurunkan risiko penularan HIV dari ibu
1. Status imunisasi dasar lengkap pada anak dipengaruhi oleh faktor pendukung, pemungkin, dan penguat seperti karakteristik ibu, akses ke fasilitas kesehatan, dan dukungan masyarakat.
2. Cakupan imunisasi dasar lengkap menurun selama pandemi namun pemerintah berupaya meningkatkannya melalui program BIAN.
3. Berbagai tantangan pelaksanaan BIAN antara lain kesadaran masyarak
Dokumen tersebut membahas tentang kondisi kesehatan dan gizi anak usia dini di Indonesia yang masih memprihatinkan. Dokumen ini juga membahas tentang berbagai penyakit yang sering dialami anak usia dini seperti hepatoblastoma dan sindrom Eisenmenger serta cara penanggulangannya. Faktor gaya hidup orang tua dan pola asuh juga berpengaruh terhadap kesehatan dan tumbuh kembang anak.
Dokumen ini memberikan penjelasan tentang Universal Child Immunization (UCI) yang merupakan pencapaian imunisasi dasar yang lengkap pada bayi, ibu hamil, wanita usia subur, dan anak sekolah dasar. Dokumen ini juga menyebutkan bahwa kabupaten Sukabumi memiliki tingkat pencapaian UCI tertinggi di Jawa Barat pada tahun 2012 dengan angka 85,56%.
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFratnawulokt
Peningkatan status kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu hal prioritas di Indonesia. Status derajat kesehatan ibu dan anak sendiri dapat dinilai dari jumlah AKI dan AKB. Pemerintah berupaya menerapkan program Sustainable Development Goals (SDGs) dengan harapan dapat menekan AKI dan AKB, tetapi kenyataannya masih tinggi sehingga tujuan dari penyusunan laporan tugas akhir ini untuk memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif dari ibu hamil trimester III sampai KB.
Metode penelitian menggunakan Continuity of Care dengan pendokumentasian SOAP Notes. Subjek penelitian Ny. “H” usia 34 tahun masa kehamilan Trimester III hingga KB di PMB E Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung.
Hasil asuhan selama masa kehamilan trimester III tidak ada komplikasi pada Ny. “E”. Masa persalinan berjalan lancar meskipun terdapat kesenjangan dimana IMD dilakukan kurang dari 1 jam. Kunjungan neonatus hingga nifas normal tidak ada komplikasi, metode kontrasepsi memilih KB implant.
Kesimpulan asuhan pada Ny. “H” ditemukan kesenjangan antara kenyataan dan teori di penatalaksanaan, tetapi dalam pemberian asuhan ini kesenjangan masih dalam batas normal. Asuhan kebidanan ini diberikan untuk membantu mengurangi kemungkinan terjadi komplikasi pada saat masa kehamilan hingga KB.
2. DATA KEMENKES DESEMBER 2021
LUAS WILAYAH :
1.910.931,32 km²
JUMLAH PENDUDUK :
273.879.750
JUMLAH BAYI 0-11 BLN : 4.448.017
JUMLAH BALITA 0-59 BLN : 22.045.261
3. PENDAHULUAN
•setiap anak berhak atas
kelangsungan hidup, tumbuh, dan
berkembang, serta berhak atas
perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi
•Upaya kesehatan anak dilaksanakan
sejak janin dalam kandungan hingga
anak berusia 18 tahun
•Tujuan: menjamin kelangsungan
hidup anak melalui upaya
menurunkan angka kematian bayi
baru lahir, bayi dan balita
Permenkes
No.25
Tahun
2014
4. PENDAHULUAN
Upaya pemeliharaan kesehatan anak
ditujukan untuk mempersiapkan generasi
akan datang yang sehat, cerdas, dan
berkualitas serta untuk menurunkan angka
kematian anak.
Upaya pemeliharaan kesehatan anak
dilakukan sejak janin masih dalam
kandungan, dilahirkan, setelah dilahirkan,
dan sampai berusia 18 tahun.
Indikator angka kematian yang berhubungan
dengan anak yakni Angka Kematian Neonatal
(AKN), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka
Kematian Balita (AKABA).
5. Angka Kematian Bayi (AKB) adalah Jumlah bayi
yang meninggal sebelum mencapai 1 tahun yang
dinyatakan dalam 1.000 kelahiran hidup pada
tahun yang sama.
Angka Kematian Balita (AKABA) adalah Jumlah
anak yang meninggal sebelum mencapai usia 5
tahun yang dinyatakan dalam 1.000 kelahiran
6. Balita
Usia 12 bulan – 59 bulan
Bayi
Usia 29 hari – 11 bulan
Neonatus
Usia 0 – 28 hari
7.
8. Tren kematian anak dari tahun ke tahun menunjukkan penurunan.
Data Kemenkes menunjukkan jumlah kematian balita pada tahun 2021
sebanyak 27.566 kematian balita, menurun dibandingkan tahun 2020, yaitu
sebanyak 28.158 kematian.
Dari seluruh kematian balita, 73,1% diantaranya terjadi pada masa neonatal
(20.154 kematian) dimana sebagian besar diantaranya (79,1%) terjadi pada
usia 0-6 hari.
Sementara itu, kematian pada masa post neonatal (usia 29 hari-11 bulan)
sebesar 18,5% (5.102 kematian) dan kematian anak balita (usia 12-59 bulan)
sebesar 8,4% (2.310 kematian)
9. ANGKA KESAKITAN DAN KEMATIAN BAYI
Angka Kematian Bayi (AKB) masih
tinggi dibandingkan dengan negara
berkembang lainnya
AKB adalah jumlah kematian bayi dalam
1 tahun pertama kehidupan per 1000
kelahiran hidup
Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2021 sebesar
32/1000 kelahiran hidup 73% dari
kematian terjadi pada usia yang sangat
10.
11. Angka ini merupakan salah satu indikator
derajat kesehatan bangsa tingginya
AKB/AKABA menjadi petunjuk bahwa pelayanan
maternal dan neonatal kurang baik
Dibutuhkan upaya untuk menurunkan angka
tersebut
Kematian neonatal disebabkan oleh BBLR,
asfiksia, dan kelainan kongenital
Kematian bayi terbanyak karena pneumonia
dan diare
Kematian balita terbanyak karena diare,
12. PENYEBAB TERJADINYA KESAKITAN
DAN KEMATIAN PADA BAYI
Angka kejadian bayi berat lahir rendah
(BBLR)
Salah satu penyebab kematian neonatus
tersering adalah BBLR baik cukup bulan
maupun kurang bulan (prematur)
Bayi yang lahir dari ibu muda mengalami
lebih sering kejadian prematuritas atau
berat badan kurang risiko melahirkan
bayi dengan BBLR pada ibu berusia <20
tahun adalah 1,34 kali dibanding ibu
13. Berat badan kurang pada bayi yang dilahirkan
dari ibu yang sangat muda ternyata
berhubungan dengan cacat bawaan fisik atau
kesiapan organ untuk berfungsi normal
Pertumbuhan dan perkembangan BBLR setelah
lahir mungkin akan mendapat banyak
hambatan
Perawatan setelah lahir diperlukan bayi untuk
dapat mencapai pertumbuhan dan
perkembangannya
14. BEBERAPA FAKTOR YANG DAPAT MENYEBABKAN
TERJADINYA PERSALINAN PRETERM (PREMATUR)
ATAU BBLR
1. Faktor ibu meliputi; gizi saat hamil yang kurang, umur kurang
dari 20 tahun atau diatas 35 tahun, jarak hamil dan bersalin
terlalu dekat, penyakit menahun ibu, hipertensi, jantung
gangguan pembuluh darah (perokok) dan faktor pekerja yang
terlalu berat
2. Faktor kehamilan meliputi; hamil dengan hidramnion, hamil
ganda, perdarahan antepartum, komplikasi hamil:
preeklampsia/eklampsia, ketuban pecah dini
3. Faktor janin meliputi; cacat bawaan, infeksi dalam rahim
4. Faktor yang masih belum diketahui
15. Apa saja faktor yang
memengaruhi penyakit pada
bayi dan balita?
20. Kondisi bayi BBLR disebabkan oleh kondisi ibu saat hamil (kehamilan remaja, malnutrisi,
dan komplikasi kehamilan), bayi kembar, janin memiliki kelainan atau kondisi bawaan, dan
gangguan pada plasenta yang menghambat pertumbuhan bayi (intrauterine growth restriction).
Bayi BBLR tanpa komplikasi dapat mengejar ketertinggalan berat badan seiring dengan
pertambahan usia. Namun, bayi BBLR memiliki risiko lebih besar untuk stunting dan mengidap
penyakit tidak menular saat dewasa, seperti diabetes, hipertensi, dan penyakit jantung
25. 2. IMUNISASI
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan atau meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat terpajan
dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan.
Beberapa penyakit menular yang termasuk ke dalam PD3I, antara lain Hepatitis B,
TBC, difteri, pertusis, tetanus,polio, campak rubela, radang selaput otak dan
radang paru-paru
Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 menyatakan bahwa setiap
anak berhak memperoleh imunisasi dasar sesuai dengan ketentuan
26.
27. IMUNISASI DASAR PADA BAYI
Di Indonesia, setiap bayi usia 0-11 bulan wajib mendapatkan imunisasi dasar lengkap,
yang terdiri dari 1 dosis Hepatitis B, 1 dosis BCG, 3 dosis DPT-HB-HiB, 4 dosis polio
tetes atau Oral Polio Vaccine (OPV), 1 dosis polio suntik atau Inactivated Polio Vaccine
(IPV) dan 1 dosis Campak Rubela.
Penentuan jenis imunisasi dan jadwal pemberian ini didasarkan atas kajian ahli dan
analisis epidemiologi atas penyakit-penyakit yang timbul.
Untuk beberapa daerah terpilih sesuai kajian epidemiologi, analisis beban penyakit
dan rekomendasi ahli, ada tambahan imunisasi tertentu, yaitu Pneumococcal
Conjugate Vaccine (PCV) dan Japanese Encephalitis
BIAS (bulan imunisasi anak sekolah) adalah salah satu cara mengejar ketertinggalan
target atau capaian imunisasi yang terlewat, yaitu untuk vaksin campak, rubella, dan
DPT yang diberikan pada pada anak SD/MI/sederajat usia kelas 1 (Campak Rubela dan
DT), kelas 2 (Td) dan kelas 5 (Td)
Cakupan imunisasi pada pelaksanaan BIAS tahun 2021 jauh di bawah target sebesar
95% Campak Rubela pada anak usia kelas 1 sebesar 58,4%, DT sebesar 57,1%, Td
pada anak usia kelas 2 sebesar 58,3%, Td pada anak usia kelas 5 sebesar 59,9%
28. Cakupan imunisasi di masa pandemic menurun dikarenakan fasilitas
kesehatan banyak yang dioptimalkan untuk perawatan COVID-19
dan orang tua takut membawa anak
30. Kebijakan Kesehatan Usia Sekolah dan Remaja
Upaya Kesehatan Anak
Upaya Kesehatan bagi anak
usia sekolah dan remaja
dilaksanakan minimal
melalui UKS dan PKPR
Standar Pelayanan
Minimal bagi Kab/Kota
Pernyataan Standar :
Pelayanan Kesehatan Bagi
Anak Usia Pendidikan Dasar
1. Skrining Kesehatan
1x/thn
2. Tindak Lanjutnya
Pelaksana : Puskesmas dan
Sekolah/Madrasah/Pesantre
n /Panti, TP UKS
, Pemerintah daerah
Gerakan Masyarakat
Hidup Sehat
- Kemendikbud : UKS Sesuai
Standar di sekolah , KTR,
Peningkatan Aktifitas Fisik
- Kemenag : UKS sesuai
standar di Madrasah dan
Pesantren , KTR,
Peningkatan Aktifitas Fisik
- Kemenkes : Kampanye
Germas dan dteksi dini
- Kemendagri : SE tuntuk
pemda entang Germas
- Pemda : kebijakan Germas,
KTR, Olahraga Komunal
Permenko
RAN No
1/2018
ttg Kes
Usia
Sekolah &
Remaja
UU No
36/2009
ttg
Kesehatan
PP No 2 /
2018 ttg
Standar
Pelayanan
Minimal
Permenkes
No 26 /
2019 ttg
Juknis SPM
Bidang
Kesehatan
Instruksi
Presiden No
1 / 2017 ttg
Gerakan
Masyarakat
Hidup Sehat
Permenkes
No 25 /
2014 ttg
Upaya
Kesehatan
Anak
PB 4 Menteri
tahun 2014 ttg
UKS/M
RAN Kesehatan
Usekrem
Indikator, target dan kegiatan
17 K/ementerian/Lembaga
terkait peningkatan kesehatan
usia sekolah dan remaja
Sehat : Fisik, Psikis,
Sosial
Pasal 79 : Kesehatan Sekolah
31. Tingginya kasus anak Positif Covid-19
Potensi kekerasan terhadap anak di
rumah
Anak di rumah : dibutuhkan
penyesuaian metode belajar dan
pengasuhan -> kecemasai
Penyesuaian Pelayanan Kesehatan Usia Sekolah dan Remaja
Ketakutan terkait pandemi covid-19
Akses pelayanan kesehatan yang
rendah
Penggunaan gadget dengan durasi
lama
Keterpaparan pornografi
Baik di fasilitas kesehatan, Institusi dimana anak berada dan komunitas
32. One Stop Service
Pemberian Informasi dan Edukasi
Pelayanan Klinis Medis (termasuk pemeriksaan
penunjang dan rujukan
Konseling
Partisipasi Remaja melalui Pembinaan
Konselor Remaja
Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat
(PKHS)
Pelayanan Rujukan Medis, Sosial dan
Hukum
PELAYANAN KESEHATAN PEDULI
REMAJA (PKPR)
34. USAHA YANG DILAKUKAN UNTUK MENURUNKAN ANGKA
KESAKITAN DAN KEMATIAN PADA BAYI DAN BALITA
Umumnya kehamilan berkembang dengan
normal dan menghasilkan kelahiran bayi sehat
cukup bulan melalui jalan lahir, namun ini
kadang tidak sesuai dengan yang diharapkan
sulit sekali diketahui sebelumnya bahwa
kehamilan akan menjadi masalah
Pelayanan antenatal/ asuhan antenatal
merupakan cara penting untuk memonitor dan
mendukung kesehatan ibu hamil normal dan
mendeteksi ibu dengan kehamilan normal
35. Antenatal Care (ANC) merupakan pemeriksaan
kehamilan untuk mengoptimalisasi kesehatan mental
fisik ibu hamil sehingga mampu menghadapi
persalinan, kala nifas, persiapan memberi ASI dan
kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar
Pada negara berkembang kunjungan ANC minimal 4
kali yaitu 1 kali pada trimester I & II dan 2 kali pada
trimester III
Ibu hamil sebaiknya dianjurkan mengunjungi bidan atau
dokter sedini mungkin setelah dirinya hamil, untuk
mendapatkan pelayanan asuhan antenatal yang lebih
lengkap
Pemeriksaan kehamilan adalah suatu cara untuk
menjamin setiap kehamilan berpuncak pada upaya
untuk melahirkan bayi yang sehat tanpa menganggu
36. Faktor penentu BBLR antara lain adalah faktor
demografi dan psikososial termasuk di dalamnya (usia
ibu, status ekonomi, pendidikan, penghasilan) faktor
berikutnya adalah faktor perawatan antenatal termasuk
didalamnya (kunjungan antenatal pertama, jumlah
kunjungan pemeriksaan kehamilan dan kualitas
perawatan antenatal).
Apabila faktor-faktor di atas tidak segera diatasi maka
jumlah kelahiran BBLR kemungkinan semakin
meningkat beban pembangunan kesehatan jangka
pendek dan jangka panjang, karena dampak jangka
pendek meningkatnya jumlah kematian bayi usia 0-28
hari, sedangkan jangka panjang BBLR rentan terhadap
timbulnya beberapa jenis penyakit pada usia dewasa.
37. UPAYA PENURUNAN ANGKA
KEMATIAN/KESAKITAN ANAK
Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan pemerataan
pelayanan kesehatan
Peletakan dasar pelayanan kesehatan pada sektor pelayanan
dasar (Puskesmas, Pustu, Posyandu)
Pemerataan pelayanan kesehatan dengan penyebaran bidan
desa, perawat, fasilitas balai kesehatan, pos kesehatan desa
dan puskesmas keliling.
Memperbaiki pelayanan kebidanan serta menyebarkan buku
KIA, alat monitor kesehatan oleh tenaga kesehatan dan alat
komunikasi antara tenaga kesehatan dengan pasien.
Meningkatkan status gizi masyarakat dengan Upaya
Perbaikan Gizi Keluarga
Meningkatkan peran serta masyarakat terhadap elaksanaan
imunisasi, penyediaan air bersih, sanitasi lingkungan, dan
perbaikan gizi
Penyebab kematian neonatal terbanyak pada tahun 2021 adalah kondisi Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR) sebesar 34,5% dan asfiksia sebesar 27,8%. Penyebab kematian lain di antaranya
kelainan kongenital, infeksi, COVID-19, tetanus neonatorium, dan lain-lain.