Materi Urgensi Dakwah Kampus disampaikan pada Diklat Ekonomi Islam 2018 FOIES STIEM Bongaya Makassar, Bertempat di SIT Al-Ikhtiar Perdos UNHAS Makassar
JURNAL PANCASILA KELOMPOK 2 MANAJEMEN FEB UNS 2017 DI PUBLIKASIKAN DI https://pancasilamanajemena.com JIKA ANDA MENGINKAN SALINAN DARI FILE INI SILAHKAN KUNJUNGI WEBSITE KAMI DI https://pancasilamanajemena.com
KELOMPOK 1: https://pancasilamanajemena.com/Kelompok-1
KELOMPOK 2: https://pancasilamanajemena.com/Kelompok-2
KELOMPOK 3: https://pancasilamanajemena.com/Kelompok-3
KELOMPOK 4: https://pancasilamanajemena.com/Kelompok-4
KELOMPOK 5: https://pancasilamanajemena.com/Kelompok-5
KELOMPOK 6: https://pancasilamanajemena.com/Kelompok-6
KELOMPOK 7: https://pancasilamanajemena.com/Kelompok-7
Materi Urgensi Dakwah Kampus disampaikan pada Diklat Ekonomi Islam 2018 FOIES STIEM Bongaya Makassar, Bertempat di SIT Al-Ikhtiar Perdos UNHAS Makassar
JURNAL PANCASILA KELOMPOK 2 MANAJEMEN FEB UNS 2017 DI PUBLIKASIKAN DI https://pancasilamanajemena.com JIKA ANDA MENGINKAN SALINAN DARI FILE INI SILAHKAN KUNJUNGI WEBSITE KAMI DI https://pancasilamanajemena.com
KELOMPOK 1: https://pancasilamanajemena.com/Kelompok-1
KELOMPOK 2: https://pancasilamanajemena.com/Kelompok-2
KELOMPOK 3: https://pancasilamanajemena.com/Kelompok-3
KELOMPOK 4: https://pancasilamanajemena.com/Kelompok-4
KELOMPOK 5: https://pancasilamanajemena.com/Kelompok-5
KELOMPOK 6: https://pancasilamanajemena.com/Kelompok-6
KELOMPOK 7: https://pancasilamanajemena.com/Kelompok-7
1. 1/4/2014 Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » Kemenangan Makin Terang
http://m.hizbut-tahrir.or.id/2014/04/01/kemenangan-makin-terang/ 1/3
Kemenangan Makin Terang
April 1st, 2014 by kafi
Oleh: Muhammad Rahmat Kurnia
Pertengahan bulan Maret 2014 lalu, saya bertemu dengan Ketua Umum Majelis Ulama
Indonesia (MUI), Prof. Din Syamsuddin. Dalam kesempatan itu, saya berkata kepada beliau,
“Menarik sekali pernyataan Pak Din terkait air dalam Musyawarah Nasional Tarjih
Muhammadiyah ke-28 di Palembang pada akhir Februari lalu.”
Beliau pun segera menjawab, “Air seharusnya dikuasai negara dan tidak boleh diprivatisasi
apalagi dikuasai oleh pihak asing. Yang tidak boleh itu adalah mata air yang dikuasai oleh
swasta apalagi asing, khususnya perusahaan yang menjadikan masyarakat menjadi tidak lagi
dapat memanfaatkan air tersebut.”
Ketua Umum PP Muhammadiyah ini pun segera menambahkan, “Bahkan, kehilangan air.
Mereka tidak memiliki air untuk irigasi dan minum sehari-hari.”
Beliau juga menegaskan bahwa pihaknya sedang berjuang untuk menggugat Undang-undang
(UU) Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. “Sudah beberapa kali sidang,”
ungkapnya.
Saya menyampaikan kepada beliau, “Pak Din, memang saat ini liberalisasi dan privatisasi
terus berlangsung, termasuk penjualan panas bumi Ciremai kepada perusahaan AS, Chevron.
Begitu juga dengan sumber daya air. Padahal Rasulullah saw. mengatakan dalam hadis
riwayat Abu Dawud, Ibnu Majah dan Ahmad bahwa kaum Muslim berserikat dalam tiga hal: air,
padang gembalaan, dan api. Barang-barang tersebut secara syar’i tidak boleh diserahkan
kepada sekelompok orang, baik pribumi ataupun asing.” Beliau sepakat akan hal itu.
Dalam kesempatan berikutnya, saya berkesempatan menghadiri Forum Ukhuwah Islamiyah
yang merupakan forum rutin para pimpinan ormas/lembaga Islam yang diselenggarakan MUI
Pusat. Banyak persoalan yang diperbincangkan. Di antaranya tentang gonjang-ganjing
sertifikasi halal, RUU Jaminan Produk Halal, dan permasalahan keumatan lainnya. Berkaitan
dengan sertifikasi halal, MUI di antaranya dituding Tempo menerima kucuran dana dari
perusahaan sertifikasi di Australia yang nilainya mencapai Aus$ 78 juta atau sekitar 820 miliar.
Semua tuduhan tersebut dibantah dan diklarifikasi saat itu oleh Ketua MUI KH Amidhan. “Ini
upaya untuk mendiskreditkan ulama. Semua ini adalah fitnah,” pungkas Pak Amidhan.
Pada forum tersebut saya menyampaikan beberapa hal. Pertama: upaya untuk
mendiskreditkan ulama bukan hal yang baru. Bahkan beberapa tahun lalu setelah munculnya
fakwa MUI tentang keharaman paham sekularisme, pluralisme, dan liberalisme (yang kelak
2. 1/4/2014 Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » Kemenangan Makin Terang
http://m.hizbut-tahrir.or.id/2014/04/01/kemenangan-makin-terang/ 2/3
dikenal dengan paham sipilis), kaum liberal menuntut pembubaran MUI. Begitu juga, saat ini.
Kedua: persoalannya adalah tidak mungkin ada asap kalau tidak ada api. Oleh sebab itu, para
ulama, khususnya yang ada di MUI perlu melakukan introspeksi dan tidak melakukan perbuatan
yang justru akan menjadi pembenar bagi tuduhan tersebut.
Ketiga: berkaitan dengan sertifikasi halal itu merupakan tugas Pemerintah. Negara harus
menjamin kehalalan produk yang beredar di tengah masyarakat. Hanya saja, pihak yang
paham tentang hukum halal dan haram itu, tentu saja, para ulama. Para ulama semestinya
yang mengeluarkan sertifikasi halal-haram sebagai hukum syariah terkait berbagai produk.
Seusai saya bicara, tidak tahu siapa yang berkomentar, dari belakang muncul celetukan,
“Kalau semua harus negara, ya harus Negara Islam. Kita ‘kan bukan Negara Islam.”
Moderator ketika itu, KH Umar Shihab, segera mengambil-alih. Saya hanya sempat
mengatakan, “Memang negara itu wajib menerapkan syariah Islam.”
Berbeda dengan nuansa tersebut, semangat keislaman sangat tampak pada kalangan
intelektual. Pada 15 Maret 2014, saya mendapatkan nikmat besar dapat menghadiri acara
Halqah Intelektual Muslim di Institut Pertanian Bogor. Temanya sangat menarik, “Kerusakan
Demokrasi dan Keagungan Khilafah”. Peserta yang hadir adalah para mahasiswa
pascasarjana, doktor dan beberapa profesor. Sebagai pembicara, saya menyampaikan
betapa rusaknya demokrasi mulai dari sekularisme sebagai akarnya, liberalisme sebagai
prinsipnya, hingga kebobrokannya dalam realitas kehidupan saat ini. Begitu juga berkaitan
dengan Khilafah, saya menegaskan tentang prinsip Khilafah, hukum menegakkan Khilafah,
hingga keagungannya dalam berbagai bidang dalam kurun waktu dua belas abad. “Kaum
intelektual harus juga menguasai ilmu keislaman, berjuang dan mendukung penegakkan
syariah dan Khilafah,” pungkas saya.
Antusias! Antusiasme tersebut tergambar dari banyaknya pertanyaan yang disampaikan.
Pertanyaan beragam. Ada pertanyaan yang mengandung unsur keingintahuan, klarifikasi,
hingga pertanyaan yang mempertanyakan. Ada yang bertanya tentang bagaimana sikap
terhadap partai Islam tapi berkoalisi dengan partai sekuler, metode penegakan Khilafah,
peluang keberhasilan menegakkan Khilafah, mekanisme kontrol dalam Khilafah, posisi
ilmuwan dalam konteks Khilafah, mengapa Hizbut Tahrir berjuangoutside of ring, cara
menyatukan umat yang saat ini sudah terkotak-kotak dalam berbagai paham dan organisasi,
dan sebagainya. Pertanyaan-pertanyaan dan komentar yang muncul menggambarkan betapa
para intelektual yang hadir sudah pesimis dengan demokrasi, dan menaruh harapan besar
pada Khilafah untuk dapat menerapkan keadilan dan membawa kesejahteraan bagi umat
manusia.
Prof. Ari mengungkapkan komentarnya, “Syariah dan Khilafah harus merasuki para intelektual
Muslim. Acara ini lebih merupakan TOT (training of trainer) sehingga kita yang hadir harus
3. 1/4/2014 Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » Kemenangan Makin Terang
http://m.hizbut-tahrir.or.id/2014/04/01/kemenangan-makin-terang/ 3/3
menyampaikannya kepada yang lain.”
Kalau komentar serupa lahir dari seorang ulama barangkali merupakan perkara biasa.
Berbeda apabila komentar demikian keluar dari mulut seorang intelektual dan guru besar, tentu
merupakan hal yang luar biasa.
Hal senada diungkapkan oleh tokoh intelektual lain. “Saya sudah berkecimpung dengan
berbagai organisasi Islam. Untuk mencari kebenaran. Namun, hasilnya mengecewakan. Tidak
ada pembinaan umat yang kontinu dan fokus pada tujuan,” ungkap Prof. Amin Arif. Beliau
menambahkan, “Hingga akhirnya, saya berkenalan dengan Hizbut Tahrir. Saya melihat Hizbut
Tahrir serius membina umat untuk menegakkan Islam dengan syariah dan Khilafah. Saya
menaruh harapan kepada Hizbut Tahrir.”
Semangat berjuang pun terlihat. “Alhamdulillah, umur saya ini sudah hampir mencapai
maghrib. Pangkat pun sudah mentok semua,” begitu ungkap Prof. Istiqlal. Beliau melanjutkan,
“Alhamdulillah, saya bertemu dengan teman-teman yang berjuang untuk Islam. Saya akan
berikan sisa hidup ini untuk perjuangan Islam.”
Di tengah berbagai kalangan yang pesimis, ternyata harapan datangnya kemenangan semakin
terang. Allâhu Akbar.[]
Baca juga :
1. Talkshow Muslimah Peduli Umat: “Habis Gelap Terbitlah Terang dalam Naungan
Khilafah”
2. Penasehat Khamenei: Kemenangan Rezim Assad Kemenangan Bagi Iran
3. Demi Kemenangan, Ia “Gadaikan” Iman!
4. Jalan Terang Menuju Khilafah (Menjawab Keraguan)
5. Liqa’ Ulama Lampung: Bersama Ulama Songsong Kemenangan dengan Tegaknya
Khilafah