KESERASIAN PENATAAN RUANG ANTAR WILAYAKESERASIAN WILAYAH DI KAWASAN JABODETAB...Fitri Indra Wardhono
HAL-HAL POKOK SUBSTANSI UU No.26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG
PERPRES No. 54 TAHUN 2008 TENTANG PENATAAN RUANG KAWASAN JABODETABEKPUNJUR
ARAHAN PENGEMBANGAN KOTA TANGERANG BERDASARKAN PERPRES No. 54 TAHUN 2008
Disebagian daerah Provinsi, Kabupaten/Kota, penataan ruang belum mendapat proporsi perhatian utama sebagai instrumen dasar penyusunan Rencana Program Pembangunan Daerah, baik yang dilakukan pemerintah maupun masyarakat dan dunia usaha. Hal ini
tercermin dengan semakin luasnya lahan yang beralih fungsi seperti lahan pertanian beririgasi teknis berubah menjadi permukiman atau industri, penggundulan hutan yang berakibat banjir, dll. Konflik-konflik pemanfaatan ruang baik antara masyarakat dengan
pemerintah, antar instansi pemerintah maupun antar kewenangan
tingkatan pemerintahan semakin hari semakin marak dan dapat mengganggu pelaksanaan pembangunan. Dalam penyusunan Rencana Tata Ruang telah terjadi dikotomi
kebutuhan antara menggali sumber-sumber pendapatan asli daerah
dari sumberdaya alam yang dimiliki tanpa/kurang memperhatikan
dampak lingkungan dan penyelamatan ruang. Belum optimalnya kelembagaan penataan ruang di daerah serta
mekanisme pengawasan pemanfaatan ruang.
Pengelolaaan dalam Pelaksanaan Rencana Tata Ruang Pulau Papua dan Rencana Ta...Oswar Mungkasa
disampaikan oleh Edy Soegiharto (Direktur Fasilitasi Tata Ruang dan Lingkungan Hidup, Kemendagri) pada Sosialisasi Rancangan Peraturan Presiden tentang RTR Kepulauan Maluku dan Pulau Papua di Ambon 1 Oktober 2013
KESERASIAN PENATAAN RUANG ANTAR WILAYAKESERASIAN WILAYAH DI KAWASAN JABODETAB...Fitri Indra Wardhono
HAL-HAL POKOK SUBSTANSI UU No.26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG
PERPRES No. 54 TAHUN 2008 TENTANG PENATAAN RUANG KAWASAN JABODETABEKPUNJUR
ARAHAN PENGEMBANGAN KOTA TANGERANG BERDASARKAN PERPRES No. 54 TAHUN 2008
Disebagian daerah Provinsi, Kabupaten/Kota, penataan ruang belum mendapat proporsi perhatian utama sebagai instrumen dasar penyusunan Rencana Program Pembangunan Daerah, baik yang dilakukan pemerintah maupun masyarakat dan dunia usaha. Hal ini
tercermin dengan semakin luasnya lahan yang beralih fungsi seperti lahan pertanian beririgasi teknis berubah menjadi permukiman atau industri, penggundulan hutan yang berakibat banjir, dll. Konflik-konflik pemanfaatan ruang baik antara masyarakat dengan
pemerintah, antar instansi pemerintah maupun antar kewenangan
tingkatan pemerintahan semakin hari semakin marak dan dapat mengganggu pelaksanaan pembangunan. Dalam penyusunan Rencana Tata Ruang telah terjadi dikotomi
kebutuhan antara menggali sumber-sumber pendapatan asli daerah
dari sumberdaya alam yang dimiliki tanpa/kurang memperhatikan
dampak lingkungan dan penyelamatan ruang. Belum optimalnya kelembagaan penataan ruang di daerah serta
mekanisme pengawasan pemanfaatan ruang.
Pengelolaaan dalam Pelaksanaan Rencana Tata Ruang Pulau Papua dan Rencana Ta...Oswar Mungkasa
disampaikan oleh Edy Soegiharto (Direktur Fasilitasi Tata Ruang dan Lingkungan Hidup, Kemendagri) pada Sosialisasi Rancangan Peraturan Presiden tentang RTR Kepulauan Maluku dan Pulau Papua di Ambon 1 Oktober 2013
Sinergitas Kebijakan-Rencana-Program (KRP) dalam Konteks Pemanfaatan RuangOswar Mungkasa
disampaikan oleh OSwar Mungkasa (Direktur Tata Ruang dan Pertanahan Bappenas) pada Rakor BKPRD Provinsi Jawa Tengah di Semarang tanggal 12 Desember 2013
Sinergitas Kebijakan-Rencana-Program (KRP) dalam Konteks Pemanfaatan RuangOswar Mungkasa
disampaikan oleh OSwar Mungkasa (Direktur Tata Ruang dan Pertanahan Bappenas) pada Rakor BKPRD Provinsi Jawa Tengah di Semarang tanggal 12 Desember 2013
Sebagai salah satu pertanggungjawab pembangunan manusia di Jawa Timur, dalam bentuk layanan pendidikan yang bermutu dan berkeadilan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur terus berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat. Untuk mempercepat pencapaian sasaran pembangunan pendidikan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur telah melakukan banyak terobosan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Salah satunya adalah Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) jenjang Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, dan Sekolah Luar Biasa Provinsi Jawa Timur tahun ajaran 2024/2025 yang dilaksanakan secara objektif, transparan, akuntabel, dan tanpa diskriminasi.
Pelaksanaan PPDB Jawa Timur tahun 2024 berpedoman pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru, Keputusan Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi nomor 47/M/2023 tentang Pedoman Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan, dan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 15 Tahun 2022 tentang Pedoman Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru pada Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan dan Sekolah Luar Biasa. Secara umum PPDB dilaksanakan secara online dan beberapa satuan pendidikan secara offline. Hal ini bertujuan untuk mempermudah peserta didik, orang tua, masyarakat untuk mendaftar dan memantau hasil PPDB.
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Kelembagaan_Perencanaan_Tata_Ruang_di_Pusat dan Daerah.ppt
1. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
MATERI 2:
Kelembagaan Perencanaan Tata Ruang di Pusat
dan Daerah
Disampaikan oleh
Oswar Mungkasa (Direktur Tata Ruang dan Pertanahan)
pada
Diklat Fungsional Penjenjangan Perencana (FPP) Madya Spasial
Kerjasama Pusbindiklatren Bappenas dengan Program Magister Perencanaan
Kota dan Daerah (MPKD) UGM
Yogyakarta 13 Oktober, 2015
4. TUR, BIN, dan WAS terhadap :
- LAK PR wilayah Nasional, provinsi, &
kabupaten/kota,
- LAK PR kws. strategis nasional, provinsi, &
kabupaten/kota
LAK PR wilayah Nasional
LAK PR kws strategis Nasional
Kerja sama PR antarnegara & fasilitasi kerja
sama antarprovinsi
NEGARA
WEWENANG
PEMERINTAH
WEWENANG
PEMERINTAH
PROVINSI
WEWENANG
PEMERINTAH
KAB./KOTA
Dalam melaksanakan
tugasnya, negara
memberikan kewenangan
penyelenggaraan
penataan ruang kepada
Pemerintah dan
pemerintah daerah
Negara menyelengga-
rakan penataan ruang
untuk sebesar-besarnya
kemakmuran raktyat
TUR, BIN, dan WAS terhadap :
- LAK PR wilayah provinsi & kabupaten/kota,
- LAK PR kws. Provinsi & kabupaten/kota
LAK PR wilayah provinsi
LAK PR kws. strategis provinsi
Kerja sama PR antarprovinsi & fasilitasi kerja
sama antarprovinsi
TUR, BIN, dan WAS terhadap :
- LAK PR Wilayah kabupaten/kota,
- LAK PR kws. strategis kabupaten/kota
LAK PR wilayah kabupaten /kota
LAK PR kws. strategis kabupaten/kota
Kerja sama PR antarkabupaten/kota
Ket:
TUR = pengaturan
BIN = pembinaan
LAK = pelaksanaan
WAS = pengawasan
PR = penataan ruang
Ps. 7 ayat (1)
Ps. 7 ayat (2)
Ps. 8
Ps. 10
Ps. 11
Seorang Menteri
Ps. 9 ayat (1)
Sumber: UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Tugas dan Wewenang Penyelenggaraan Penataan
Ruang..(1)
4
5. Pengaturan
upaya pembentukan
landasan hukum bagi
Pemerintah, pemerintah
daerah, dan
masyarakat dalam
penataan ruang
Perencanaan
Tata Ruang
penyusunan
rencana tata
ruang
Pemanfaatan
Ruang
pelaksanaan
program
pemanfaatan
ruang beserta
pembiayaannya
Pengendalian
Pemanfaatan Ruang
Peraturan
zonasi
Perizinan
Insentif –
disinsentif
Pengenaan
Sanksi
penetapan ketentuan
peraturan perundang-
undangan bidang
penataan ruang
termasuk pedoman
bidang penataan ruang.
Pemerintah kepada
pemerintah daerah
dan masyarakat
Pemerintah provinsi
kepada pemerintah
kabupaten/kota dan
masyarakat
Pemerintah
kabupaten/kota
kepada masyarakat
Pemantauan
Evaluasi
Pelaporan
suatu proses
untuk
menentukan
struktur ruang
dan pola
ruang yang
meliputi
penyusunan
dan penetapan
RTR
upaya untuk
mewujudkan
struktur ruang
dan pola ruang
sesuai dengan
RTR melalui
penyusunan dan
pelaksanaan
program
beserta
pembiayaannya
upaya untuk
mewujudkan
tertib tata ruang
Pembinaan
upaya untuk
meningkatkan kinerja
penataan ruang
yang diselenggarakan
oleh Pemerintah,
pemerintah daerah,
dan masyarakat
Pelaksanaan
upaya pencapaian tujuan penataan ruang melalui
pelaksanaan perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang
Pengawasan
upaya agar
penyelenggaraan
penataan ruang
dapat diwujudkan
sesuai dengan
ketentuan peraturan
perundang-undangan
Penyelenggaraan Penataan Ruang
Ps. 1 angka 9 Ps. 1 angka 10
Ps. 1 angka 11
Ps. 1 angka 12
Ps. 12
Ps. 13
Ps.55 ayat (2)
Ps. 1 angka 13 Ps. 1 angka 14 Ps. 1 angka 15
Ps. 14 ayat (1) Ps. 32 ayat (1) Ps. 35
Sumber: UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang
Tugas dan Wewenang Penataan Penyelenggaraan
Ruang..(2)
5
6. PENGATURAN
Penetapan ketentuan peraturan per-UU-an
bidang penataan ruang (termasuk pedoman
bidang penataan ruang
PEMBINAAN
koordinasi penyelenggaraan penataan ruang;
sosialisasi peraturan per-UU-an dan
sosialisasi pedoman bidang penataan ruang;
pemberian bimbingan, supervisi, dan
konsultasi pelaksanaan penataan ruang;
pendidikan dan pelatihan;
penelitian dan pengembangan;
pengembangan sistem informasi dan
komunikasi penataan ruang;
penyebarluasan informasi penataan ruang
kepada masyarakat; dan
pengembangan kesadaran dan tanggung
jawab masyarakat.
Ps. 13 ayat (2)
Ps.12
melalui
melalui
dilakukan
kepada
Ps. 13 ayat (1)
Pemerintah
Pemerintah
Provinsi
Pemerintah
Provinsi
Masyarakat
Sumber: UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Pengaturan dan Pembinaan Penataan Ruang
6
7. PELAKSANAAN
PERENCANAAN
TATA RUANG
Pemanfaatan
Ruang
Pengendalian
Pemanfaatan Ruang
suatu proses untuk menentukan
struktur ruang & pola ruang yang
meliputi penyusunan & penetapan
RTR
upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan
pola ruang sesuai dengan RTR melalui
penyusunan dan pelaksanaan program
beserta pembiayaannya
Adalah upaya untuk mewujudkan tertib
tata ruang
upaya pencapaian tujuan penataan
ruang melalui pelaksanaan:
Ps.12
Ps. 1 angka 11
Ps. 1 angka 15
Ps. 1 angka 13
Ps. 1 angka 14
Sumber: UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Pelaksanaan Penataan Ruang
7
8. PENGAWASAN PENATAAN RUANG
Kinerja
Pengaturan
Penataan
Ruang
dilakukan terhadap
Pemantauan
Evaluasi
Pelaporan
terdiri atas
dilaksanakan oleh
Pemerintah dan
pemerintah daerah Masyarakat
melibatkan
menyampaikan laporan dan/atau
pengaduan kepada Pemerintah
dan pemerintah daerah
dilakukan dengan
dilakukan dengan
mengamati & memeriksa
kesesuaian antara
penyelenggaraan
penataan ruang dgn
ketentuan peraturan
per-UU-an
terbukti terjadi
penyimpangan
administratif
Menteri, Gubernur, &
Bupati/Walikota mengambil
langkah penyelesaian sesuai
dengan kewenangannya
Gubernur mengambil langkah
penyelesaian yang tidak
dilaksanakan Bupati/Walikota
dalam hal Bupati/Walikota tidak
melaksanakan langkah penyelesaian
Menteri mengambil langkah
penyelesaian yang tidak
dilaksanakan Gubernur
dalam hal Gubernur tidak
melaksanakan langkah penyelesaian
Kinerja
pembinaan
Penataan
Ruang
Kinerja
Pelaksanaan
Penataan
Ruang
kinerja fungsi
dan manfaat
penyelenggaraan
penataan ruang
kinerja pemenuhan
standar pelayanan
minimal bidang
penataan ruang
Ps. 55 ayat (1)
Ps. 55 ayat (2)
Ps. 55 ayat (3)
Ps. 55 ayat (4)
Ps. 55 ayat (5)
Ps. 56 ayat (1)
Ps. 56 ayat (2)
Ps. 56 ayat (3) Ps. 56 ayat (4)
Ps. 58 ayat (1)
Sumber: UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Pengawasan Penataan Ruang
8
10. PR berdasarkan Administrasi
(mempertegas aspek kewenangan
penyelenggaraan)
PR Wilayah Nasional
PR Wilayah Provinsi
PR Wilayah Kabupaten
PR Wilayah Kota
PR berdasarkan Nilai Strategis Kawasan
(kawasan yang secara spesifik berpengaruh
besar terhadap pencapaian tujuan PR)
Kawasan Strategis Nasional
Kawasan Strategis Provinsi
Kawasan Strategis Kabupaten
Kawasan Strategis Kota
Kewenangan
Pem. Pusat
Pem. Provinsi
Pem. Kabupaten
Pem. Kota
KEWENANGAN PENATAAN RUANG
Ps. 5 ayat (3) Ps. 5 ayat (5)
Dengan demikian, kewenangan penyusunan Rencana
Tata Ruang disesuaikan dengan kewenangan penataan
ruang berdasarkan administrasi dan nilai strategis
kawasan
Sumber: UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
10
11. PERENCANAAN TATA RUANG
WILAYAH
PERKOTAAN
RENCANA UMUM TATA
RUANG
RENCANA RINCI TATA RUANG
RTR KWS
METROPOLITAN
RTR PULAU / KEPULAUAN
RTR KWS STRA. NASIONAL
RTR KWS STRA KABUPATEN
RTR KWS PERKOTAAN DLM
WIL KABUPATEN
RTRW KOTA RTR BAGIAN WIL KOTA
RTR KWS STRA KOTA
RDTR WIL KABUPATEN
RTR KWS STRA. PROVINSI
RDTR WIL KOTA
RTRW NASIONAL
RTRW PROVINSI
RTRW KABUPATEN
Menghasilkan rencana umum tata ruang dan rencana rinci tata ruang
sebagai perangkat operasional
rencana umum tata ruang
Sebagai dasar penyusunan
peraturan zonasi
a. rencana umum tata ruang
belum dapat dijadikan dasar
dalam pelaksanaan
pemanfaatan ruang dan
pengendalian pemanfaatan
ruang; dan/atau
b. rencana umum tata ruang
mencakup wilayah
perencanaan yang luas dan
skala peta dalam rencana
umum tata ruang tersebut
memerlukan perincian
sebelum dioperasionalkan
disusun
apabila:
Ps. 14 ayat (1)
Ps. 14 ayat (2)
Ps. 14 ayat (3)
Ps. 14 ayat (4)
Ps. 14 ayat (5)
Ps. 14 ayat (6)
Sumber: UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
11
12. MEKANISME PENETAPAN PERDA
RTRW PROVINSI
(BERDASARKAN UNDANG-
UNDANG NO.23 TAHUN 2014)
Pasal 245 ayat 2
Koordinasi dengan Menteri Yang
Membidangi Urusan Tata Ruang
Dilakukan
MENDAGRI
Gubernur
Menetapkan
Raperda menjadi
Perda
Perda RTRWP
Hasil :
Dilaporkan
12
13. RAPERDA YANG TELAH
DISETUJUI DPRD
DIAJUKAN OLEH
BUPATI/WALIKOTA
KONSULTASI
MENDAGRI
Atas Dasar Surat
Rekomendasi Dikoordinasi
oleh BKPRN
Dihasilkan
Diselenggarakan
Dilakukan
Persetujuan
Substansi
Teknis
Surat
Permintaan
Evaluasi dari
Bupati/
Walikota
PENYUSUNAN
-Permendagri;
-Permen PU;
-Permen Kelautan dan
Perikanan;
-Dll. Substansi Teknis
GUBERNUR C.q.
BKPRD Provinsi
Surat
Reko-
mendasi
Dihasilkan
GUBERNUR
Hasil :
Dilaporkan
Bupati/Walikota
Menetapkan
Raperda menjadi
Perda
INSTANSI
PUSAT YANG
MEMBIDANGI
URUSAN TATA
RUANG
KONSULTASI KEPADA MENTERI,
DAN SELANJUTNYA MENTERI
BERKOORDINASI DENGAN MENTERI
YANG MEMBIDANGI URUSAN
TATA RUANG
EVALUASI
Raperda RTRWK/K
Konsultasi
Evaluasi
Perda RTRWK/K
Oleh
Gubernur
Pasal 245
ayat (4)
MEKANISME PENETAPAN PERDA RTRW KABUPATEN/KOTA
(BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO.23 TAHUN 2014)
Dilakukan
Hasil
Hasil Evaluasi
diikuti dengan
Pemberian
Nomor Register
13
16. Kementerian PPN/Bappenas
Persetujuan Substansi
Berdasarkan Permen PU No. 11 Tahun 2009 tentang Persetujuan
Substansi dalam Penetapan Raperda RTRW, diketahui bahwa
Evaluasi Materi Muatan Teknis Raperda RTRW Provnsi dan
Kabupaten/Kota dilakukan melalui forum koordinasi kelompok kerja
teknis BKPRN oleh Tim Evaluasi Persetujuan Subtansi BKPRN.
Adapun pembentukan Tim Evaluasi Teknis Pesetujuan Substansi
Raperda RTRW Provinsi dan Kabupaten/Kota beserta Rencana
Rincinya ditetapkan melalui Kepmen PU No. 425 Tahun 2009, yang
beranggotakan diantaranya Eselon II dari:
• Kemenko Perekonomian
• Kemenko Polhukam
• Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN
• Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat
• Kementerian PPN/Bappenas
• Kementerian Dalam Negeri
• Sekretariat Kabinet
• Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
• Kementerian Kelauatan dan Perikanan
• Kementerian Perhubungan
• Kementerian Pertanian
• Kementerian Hukum dan HAM
• Kementerian EDSM
• Kementerian Perindustrian
• Kementerian Luar Negeri
• Badan Informasi Geospatial
• Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
16
17. Kementerian PPN/Bappenas
o Berdasarkan ketentuan Pasal 18 UU No. 26 tahun 2007 tentang
Penataan Ruang, penetapan Raperda tentang RTRW Provinsi,
Kabupaten, dan Kota beserta Rencana Rincinya dilakukan setelah
mendapatkan persetujuan substansi dari menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam bidang penataan ruang.
o Berdasarkan Pasal 58 ayat (2), Pasal 62 ayat (2), Pasal 68 ayat 2), dan
Pasal 76 ayat (2) PP No.15 tahun 2010 tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang, pemberian persetujuan substansi rencana rinci
tata ruang dapat didekonsentrasikan kepada Gubernur.
o Mekanisme pelimpahan kewenangan pemberian persetujuan substansi
dalam penetapan rancangan peraturan daerah tentang rencana rinci tata
ruang kabupaten/kota dari Menteri PU kepada Gubernur telah diatur
dalam Permen PU No.: 01/PRT/M/2013.
Pelimpahan Kewenangan Persub
RRTR Kabupaten/Kota..(1)
17
18. Kementerian PPN/Bappenas
Sesuai dengan Permen PU No. 1/PRT/M/2013 tentang Pelimpahan Kewenangan
Pemberian Persetujuan Substansi dalam Penetapan Rancangan Peraturan Daerah
Tentang Rencana Rinci Tata Ruang Kabupaten/Kota, kriteria yang harus dipenuhi oleh
provinsi untuk mendapatkan dekon persetujuan substansi RDTR meliputi:
1.telah menetapkan peraturan daerah tentang RTRW provinsi;
2.paling sedikit 50% (lima puluh persen) dari jumlah kabupaten/kota yang berada di
wilayah provinsinya telah memiliki peraturan daerah tentang RTRW kabupaten/kota;
3.memiliki paling sedikit unit eselon III teknis yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan dalam bidang penataan ruang;
4.memiliki badan koordinasi penataan ruang daerah provinsi yang telah operasional
dan efektif sebagai wadah koordinasi lintas sektoral di bidang penataan ruang; dan
5.memiliki sumber daya manusia yang cukup, kompeten, dan responsif di bidang
penataan ruang, terutama pada dinas teknis yang membidangi urusan pemerintahan
bidang penataan ruang yang menjadi sekretariat pelaksana teknis pelayanan
pemberian substansi RRTR kabupaten/kota
Kriteria Pelimpahan Kewenangan Persub RRTR Kab/Kota
18
Pelimpahan Kewenangan Persub
RRTR Kabupaten/Kota..(2)
19. ditetapkan Desember minggu pertama
atau setelah ditetapkannya Perpres
Rincian Anggaran Belanja Pemerintah
Pusat
paling lambat Juli tahun
berjalan
paling lambat Juni minggu ke-2 atau
setelah ditetapkannya Pagu
Sementara – untuk tahun anggaran
berikutnya
19
Pemberitahuan Rencana Pelimpahan
Wewenang oleh Menteri kepada
Gubernur
Pernyataan Kesediaan: Jawaban tertulis
dari Gubernur
Penilaian terhadap pemenuhan Kriteria
oleh Menteri melalui Dirjen Penataan
Ruang
Keputusan Menteri tentang pelimpahan
kewenangan pemberian persetujuan
substansi
Pelaksanaan oleh Gubernur
Gubernur tidak
memberi
jawaban =
TIDAK
BERSEDIA
DAPAT DITARIK
KEMBALI melalui
Ketetapan
Menteri
Gubernur dapat
mengajukan
permohonan secara
tertulis kepada Menteri
melalui Dirjen
Pelimpahan Kewenangan Persub
RRTR Kabupaten/Kota..(3)
Mekanisme Pelimpahan Kewenangan:
20. Kementerian PPN/Bappenas
No Provinsi SK Pelimpahan Dekon
1 Jawa Barat Kepmen PU No. 233/KPTS/M/2013
2 Jawa Tengah Kepmen PU No. 234/KPTS/M/2013
3 Jawa Timur Kepmen PU No. 235/KPTS/M/2013
4 Sulawesi Selatan Kepmen PU No. 236/KPTS/M/2013
5 Jambi Kepmen PU No. 224/KPTS/M/2014
6 Sumatera Barat Kepmen PU No. 225/KPTS/M/2014
7 Sulawesi Tengah Kepmen PU No. 264/KPTS/M/2014
8 DIY Kepmen PU No. 285/KPTS/M/2014
9 Gorontalo Kepmen PU No. 325/KPTS/M/2014
10 Lampung Kepmen PU No. 326/KPTS/M/2014
20
Daftar Provinsi yang Telah Menerima Pelimpahan Kewenangan
Pemberian Persetujuan Substansi RRTR Kabupaten/Kota
Pelimpahan Kewenangan Persub
RRTR Kabupaten/Kota..(4)
22. Kementerian PPN/Bappenas
Koordinasi Penataan Ruang
Untuk mencapai tujuan penataan ruang (aman, nyaman,
produktif, berkelanjutan) diperlukan lembaga yang
mempunyai peran yang sangat strategis dalam
koordinasi penataan ruang (perencanaan, pemanfaatan,
maupun pengendalian):
Pusat: BKPRN
Provinsi/Kabupaten/Kota: BKPRD
22
23. Kementerian PPN/Bappenas
Kelembagaan Koordinasi
Penataan Ruang
BKPRN BKPRD
• Menyiapkan kebijakan
penataan ruang nasional
• Pelaksanaan RTRWN secara
terpadu
• Penanganan dan
penyelesaian masalah tata
ruang
• Pemaduserasian tata ruang
• Fasilitasi kerjasama penataan
ruang antar provinsi
• Sinkronisasi rencana umum
dan rencana rinci tata ruang
• Peningkatan kapasitas
kelembagaan penataan ruang
Wadah koordinasi penataan ruang di daerah
Menjamin terselenggaranya penataan ruang di daerah
Menserasikan dan mensinergikan penyelenggaraan
penataan ruang nasional dengan daerah
BKPRD Provinsi BKPRD Kab/Kota
Perencanaan pada
tingkat provinsi
Operasionalisasi
pemanfaatan lintas
kabupaten dan
pengelolaan kawasan
strategis (nasional)
Pengendalian dalam
bentuk pengawasan
dan penertiban
pemanfaatan ruang
Perencanaan tata ruang
kab/kota
Pemanfaatan ruang kab/kota
(keterpaduan pelaksanaan
pembangunan)
Mekanisme perizinan
(investasi)
Pengawasan (pemantauan
& evaluasi)
Penertiban (melalui sanksi)
Sumber: Keppres 4/2009 tentang BKPRN; Permendagri 50/2009 tentang Pedoman Koordinasi Penataan Ruang di Daerah
23
24. Kementerian PPN/Bappenas
Mekanisme Koordinasi
Penataan Ruang
S I S T E M I N F O R M A S I
RTRW Nasional/
RTR Pulau/Kep/KSN
RTRW Provinsi
RTR Kaw Strategis
Provinsi
RTRW Kabupaten
RTRW Kota
RTRW Kaw.
Strategis Kab/Kota
• Kebijakan Perwujudan Struktur
dan Pola Ruang sbg perangkat
operasional RTRWN di
Pulau/Kepulauan
• Kebijakan Pengemb. Kawasan:
- Kaw Strategis Nas
- Kebijakan Spasial Sektor al:
Sistranas, Pesisir & Pulau2 Kecil
• Arahan peraturan
zonasi
• Perizinan
• Insentif &
Disinsentif
• Sanksi
• Strategi Perwujudan Struktur Lintas
Kab/Kota
• Arah Pengembangan Wilayah/
Kawasan lintas Kab/Kota
• Pelaksanaan indikasi program
pembangunan sektor lintas
Kab/Kota
• Pembangunan Infrastruktur
• Pembangunan Kawasan
• Rencana Program Sektor
Rencana Rinci Tata
Ruang
• Arahan peraturan
zonasi
• Perizinan
• Insentif &
Disinsentif
• Sanksi
• Pengaturan
zonasi
• Perizinan
• Insentif &
Disinsentif
• Sanksi
PEMERINTAH
GUBERNUR
BUPATI/
WALIKOTA
PERENCANAAN PEMANFATAN PENGENDALIAN
LEMBAGA
OPERASIONAL
STRUKTURAL
LEMBAGA
KOORDINASI
BKPRN
MASY
BKPRD
Provinsi
MASY
BKPRD
Kab/Kota
MASY
24
25. Kementerian PPN/Bappenas
Hubungan Kerja BKPRN-BKPRD
Aspek BKPRN BKPRD Hubungan Kerja
Dasar Hukum
Keppres
4/2009
Permendagri
50/2009
Karena bersifat ad-hoc maka kekuatan hukum
rekomendasi BKPRN dalam penanganan konflik belum
cukup kuat sebagai dasar pelaksanaan di lapangan.
Tugas dan
Fungsi
Nasional
Provinsi dan
Kab/Kota
• Kurangnya sinergi antar K/L dan Anggota BKPRN,
karena belum adanya acuan kerja yang jelas;
• Kurangnya koordinasi antara BKPRN-BKPRD provinsi
dan BKPRD provinsi- BKPRD kab./kota;
• Perlunya penegasan fungsi dan hubungan antara
BKPRN dan BKPRD sehingga perlu disusun SOP
Struktur
Organisasi
Kementrian/
Badan/
Wasekab
SKPD
Provinsi/
Kab/Kota
Masih sering bersifat sektoral bukan bergerak/berjalan
atas nama satu kelembagaan BKPRN/BKPRD
Perencanaan,
pemanfaatan
dan
pengendalian
Internal
BKPRN
Internal
BKPRD
Belum adanya mekanisme baku yang mengatur hubungan
kerja antara BKPRN dengan BKPRD, sehingga
perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian
pemanfaatan ruang masih belum optimal.
Forum
Koordinasi
Rakernas
BKPRN
Rakerda
BKPRD
Masih kurangnya realisasi dan implementasi (tindak lanjut)
dari hasil keputusan Rakernas/Rakerda.
25
27. RTRW PROVINSI
27 Provinsi
7 Provinsi
• Total: 34 Provinsi
• Per 25 September 2015 RTRW
Provinsi yang Sudah ditetapkan: 27
RTRW Provinsi
NO. PROVINSI PERDA
1 Bengkulu No. 2 Tahun 2012
2 Lampung No. 1 Tahun 2010
3 DKI Jakarta No. 1 Tahun 2012
4 Jawa Barat No. 22 Tahun 2010
5 Jawa Tengah No. 6 Tahun 2010
6 D.I Yogyakarta No. 2 Tahun 2010
7 Jawa Timur No. 5 Tahun 2012
8 Banten No. 2 Tahun 2011
9 Bali No. 16 Tahun 2009
10 Nusa Tenggara Barat No. 3 Tahun 2010
11 Nusa Tenggara Timur No. 1 Tahun 2011
12 Sulawesi Selatan No. 9 Tahun 2009
13 Gorontalo No. 4 Tahun 2011
14 Sumatera Barat No.13 Tahun 2012
NO. PROVINSI PERDA
15 Jambi No.10 Tahun 2013
16 Maluku No. 16 Tahun 2013
17 Maluku Utara No. 2 Tahun 2013
18 Papua Barat No.2 Tahun 2013
19 Sulawesi Tengah No. 8 Tahun 2013
20 Aceh No. 19 Tahun 2013
21 Papua No. 23 Tahun 2013
22 Sulawesi Barat No.1 Tahun 2014
23 Kep. Bangka Belitung No. 2 Tahun 2014
24 Sulawesi Utara No. 1 Tahun 2014
25 Sulawesi Tenggara No. 2 Tahun 2014
26 Kalimantan Barat No. 10 Tahun 2014
27 Kalimantan Tengah No. 5 Tahun 2015
TOTAL PROVINSI: 27 PROVINSI
27
28. 68 Kabupaten
347 Kabupaten
• Total: 415 Kabupaten
• Per 25 September 2015, RTRW
Kab. yang Sudah ditetapkan: 347
RTRW Kab
28
29. 6 Kota
87 Kota
RTRW KOTA
• Total : 93 Kota
• Per 25 September 2015,
RTRW Kota yang Sudah
ditetapkan: 87 RTRW Kota
29
30. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Situs BKPRN: www.bkprn.org
Situs TRP: www.trp.or.id
Portal TRP:
www.tataruangpertanahan.com
Pustaka virtual TRP:
www.scribd.com/Tata Ruang dan
Pertanahan
Milis TRP:
http://groups.google.com/d/forum/tata-
ruang-dan pertanahan
Portal Geospasial: portal.ina-sdi.or.id
TERIMA KASIH
30