SlideShare a Scribd company logo
i
MAKALAH AGAMA ISLAM II
IMAN KEPADA ALLAH S.W.T
ABDUL HAMID ALY,SPd.,M.Pd
Oleh Kelompok 04:
FIA ADILIA ALFINA CHUSWANDONO 2190108184
ERIKA DIAH SAFITRI 21901081185
ELFANA DWI FIRDAUS 21901081189
MOHAMAD RAMADHANY IDRIS 21901081191
M. HAIDAR ALI 21901081240
SHAFA AURELIA AZZAHRA 219010842
SALMAN AL FRIZY 21901081245
Kelas M-06
PRODI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2020
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah pengatur dan pemelihara seluruh alam. Shalawat serta salam
Kepada nabi dan Rasulnya Muhammad SAW, juga keluarganya, sahabatnya, serta seluruh
umatnya yang mengikuti sunnahnya.
Makalah ini yang terkait dengan pengenalan dan dasar keimana kepada Allah.. Tujuan kami
membuat makalah ini agar seluruh mahasiswa dan mahasiswi dapat meninjau dan mengetahui
tentang dasar dan pengenalan kepada Allah dengan melalui beberapa cara seperti, berdiskusi dan
sebagainya. Karena itu sangat diharapkan bagi mahasiswa dan mahasiswi jurusan Manajemen
untuk memahaminya.
Kami meyakini bahwa makalah ini tidak terlepas dari kekurangan. Oleh karena itu saran dan
kritik dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita. Amin
Malang 14 Maret 2020
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................................................ii
DAFRAR ISI ..................................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ..........................................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................................................1
1.3 Tujuan .......................................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................................................2
2.1 Pengenalan Terhadap Allah SWT..............................................................................................................2
2.2 Dasar Keimanan Kepada Allah SWT ........................................................................................................10
BAB III PENUTUP..........................................................................................................................................17
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................................18
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai umat Muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, tentunya
wajib meyakini adanya Allah SWT. Maka dari itu, perlu adanya ilmu pengetahuan untuk
meningkatkan dan memperkokoh keimanan Kita kepad Allah. Hal tersebut penting
dilakukan agar Kita tidak terjerumus kepada kesesatan dan jalur yang menyimpang dari
ajaran keesaan Allah SWT seperti kemusyrikan, syirik dan lain sebagainya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa makna pengenalan terhadap Allah SWT?
2. Apa dasar keimanan kepada Allah SWT ?
1.3 Tujuan
1.Untuk mengetahui dan memahami makna pengenalan terhadap Allah SWT
2. Untuk mengetahui dan memahami dasar keimanan kepada Allah SWT
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengenalan Terhadap Allah S.W.T
Kemuliaan suatu ilmu tergantung pada perkara yang dipelajari dalam ilmu tersebut. Karena
tidak ada yang lebih mulia daripada Allâh Subhanahu wa Ta’ala, maka ilmu mengenal Allâh
merupakan ilmu yang paling mulia. Cara mengenal Allâh itu bisa dilakukan melalui :
• Ayat-ayat kauniyah (tanda-tanda keagungan Allâh pada alam semesta atau seluruh
makhlukNya), dan
• Ayat-ayat syar’iyah (tanda-tanda keagungan Allâh, pada syari’at atau agama-Nya).
Mengenal Allâh Azza wa Jalla mencakup 4 bagian yaitu :
1. Mengenal keberadaan Allâh.
2. Mengenal keesaan rububiyah Allâh.
3. Mengenal keesaan uluhiyah Allâh (hak Allâh untuk diibadahi)
4. Mengenal nama-nama dan sifat-sifat Allâh Azza wa Jalla
Keempat bagian ini merupakan satu kesatuan, tidak boleh dipisah-pisahkan. Berikut ini
penjelasan singkat tentang empat perkara di atas.
1. MENGENAL ADANYA ALLAH SUBHANAHU WA TA’ALA
Kita wajib meyakini bahwa Allâh Pencipta seluruh makhluk benar-benar ada, walaupun kita
tidak pernah bertemu, melihat, mendengar secara langsung. Banyak sekali dalil-dalil yang
menunjukkan hal ini. Diantaranya firman Allâh Subhanahu wa Ta’ala :
َ‫ون‬ُ‫ق‬ِ‫ل‬‫َا‬‫خ‬ْ‫ل‬‫ا‬ ُ‫م‬ُ‫ه‬ ْ‫م‬َ‫أ‬ ٍ‫ء‬ْ‫ي‬َ‫ش‬ ِ‫ْر‬‫ي‬َ‫غ‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ‫وا‬ُ‫ق‬ِ‫ل‬ُ‫خ‬ ْ‫م‬َ‫أ‬
Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun (yakni tanpa Pencipta), ataukah mereka yang
menciptakan (diri mereka sendiri)? [ath-Thûr/52:35]
3
Maksudnya, keadaan manusia atau makhluk yang sudah ada ini tidak lepas dari salah satu dari
tiga keadaan :
a. Mereka ada tanpa Pencipta. Ini tidak mungkin. Tidak ada akal sehat yang bisa menerima
bahwa sesuatu itu ada tanpa ada yang membuatnya.
b. Mereka menciptakan diri mereka sendiri. Ini lebih tidak mungkin lagi. Karena bagaimana
mungkin sesuatu yang awalnya tidak ada menciptakan sesuatu yang ada.
c. Inilah yang haq, yaitu Allâh Azza wa Jalla yang telah menciptakan mereka, Dialah Sang
Pencipta, Penguasa, tidak ada sekutu bagi-Nya.
Seorang Arab Baduwi ditanya, “Apakah bukti tentang adanya Allâh Azza wa Jalla?” Dia
menjawab, “Subhânallâh (Maha Suci Allâh)! Sesungguhnya kotoran onta menunjukkan adanya
onta, bekas telapak kaki menunjukkan adanya perjalanan! Maka langit yang memiliki bintang-
bintang, bumi yang memiliki jalan-jalan, lautan yang memiliki ombak-ombak, tidakkah hal itu
menunjukkan adanya al-Lathîf (Allâh Yang Maha Baik) al-Khabîr (Maha Mengetahui).”
Imam Ahmad rahimahullah ditanya tentang hal ini, beliau menjawab, “Ada sebuah
benteng yang kokoh, halus, tidak ada pintu dan jendela. Luarnya seperti perak putih, dalamnya
seperti emas murni. Ketika dalam keadaan demikian, tiba-tiba temboknya terbelah, lalu keluarlah
darinya seekor binatang yang dapat mendengar dan melihat, memiliki bentuk yang indah dan
suara yang merdu.”
Yang dimaksudkan oleh Imam Ahmad adalah seekor ayam yang keluar dari telurnya. [Lihat
Tafsîr Ibnu Katsîr, surat al-Baqarah, ayat ke-21]
Sesungguhnya keyakinan adanya Sang Pencipta, Allâh Azza wa Jalla , merupakan fithrah
makhluk. Oleh karena itulah Fir’aun, bahkan Iblis, juga meyakini hal ini. Allâh Subhanahu wa
Ta’ala berfirman tentang Fir’aun dan kaumnya yang mengingkari mu’jizat Nabi Musa
Alaihissallam :
4
َ‫ين‬ِ‫د‬ِ‫س‬ْ‫ف‬ُ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ُ‫ة‬َ‫ب‬ِ‫ق‬‫ا‬َ‫ع‬ َ‫ان‬َ‫ك‬ َ‫ْف‬‫ي‬َ‫ك‬ ْ‫ر‬ُ‫ظ‬ْ‫ن‬‫ا‬َ‫ف‬ ۚ ‫ا‬ ًّ‫و‬ُ‫ل‬ُ‫ع‬ َ‫و‬ ‫ا‬ً‫م‬ْ‫ل‬ُ‫ظ‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ُ‫س‬ُ‫ف‬ْ‫ن‬َ‫أ‬ ‫ا‬َ‫ه‬ْ‫ت‬َ‫ن‬َ‫ق‬ْ‫ي‬َ‫ت‬ْ‫س‬‫ا‬ َ‫و‬ ‫ا‬َ‫ه‬ِ‫ب‬ ‫ُوا‬‫د‬َ‫ح‬َ‫ج‬ َ‫و‬
Dan mereka (Fir’aun dan kaumnya) mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan
(mereka) padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya. Maka perhatikanlah betapa kesudahan
orang-orang yang berbuat kebinasaan. [an-Naml/27:14]
Oleh karena itu, tidaklah semata-mata seseorang meyakini adanya Allâh berarti dia adalah orang
Islam atau beriman.
2. MENGENAL KEESAAN RUBUBIYAH ALLAH SUBHANAHU WA TA’ALA
Kita wajib meyakini keesaan rububiyah Allâh, yaitu bahwa hanya Allâh yang mencipta,
memiliki, menguasai, dan mengatur seluruh makhluk. Hanya Allâh Azza wa Jalla yang
menghidupkan, mematikan, memberi rizqi, mendatangkan kebaikan, mendatangkan bencana.
Tidak ada sekutu bagi Allâh Azza wa Jalla dalam seluruh perkara di atas, baik malaikat, nabi,
wali, jin, ruh, atau lainnya.
Rububiyah (mencipta, memiliki, dan mengatur/menguasai) seluruh alam semesta ini hanyalah
bagi Allâh semata. Allâh Azza wa Jalla berfirman :
َ‫ين‬ِ‫م‬َ‫ل‬‫ا‬َ‫ع‬ْ‫ل‬‫ا‬ ِ‫ب‬َ‫ر‬ ِ ‫ه‬ ِ‫ّلِل‬ ُ‫د‬ْ‫م‬َ‫ح‬ْ‫ل‬‫ا‬
Segala puji bagi Allah, Rabb (Pemilik, Penguasa) semesta alam. [al-Fâtihah/1:2]
Jenis tauhid ini tidak diingkari oleh orang-orang musyrik di zaman Rasûlullâh, bahkan mereka
mengakuinya, sebagaimana dinyatakan oleh beberapa ayat al-Qur’ân. Antara lain, firman Allâh
Azza wa Jalla .
‫ه‬‫ي‬َ‫ح‬ْ‫ل‬‫ا‬ ُ‫ج‬ ِ‫ر‬ْ‫خ‬ُ‫ي‬ ْ‫ن‬َ‫م‬ َ‫و‬ َ‫ار‬َ‫ص‬ْ‫ب‬َ ْ‫اْل‬ َ‫و‬ َ‫ع‬ْ‫م‬‫ه‬‫س‬‫ال‬ ُ‫ك‬ِ‫ل‬ْ‫م‬َ‫ي‬ ْ‫ن‬‫ه‬‫م‬َ‫أ‬ ِ‫ض‬ ْ‫ر‬َ ْ‫اْل‬ َ‫و‬ ِ‫اء‬َ‫م‬‫ه‬‫س‬‫ال‬ َ‫ن‬ِ‫م‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ُ‫ق‬ُ‫ز‬ْ‫ر‬َ‫ي‬ ْ‫ن‬َ‫م‬ ْ‫ل‬ُ‫ق‬ُ‫ي‬ ْ‫ن‬َ‫م‬ َ‫و‬ ِ‫ي‬َ‫ح‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫ن‬ِ‫م‬ َ‫ت‬ِ‫ي‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ُ‫ج‬ ِ‫ر‬ْ‫خ‬ُ‫ي‬ َ‫و‬ ِ‫ت‬ِ‫ي‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫ن‬ِ‫م‬ُ‫ر‬ِ‫ب‬َ‫د‬
َ‫ون‬ُ‫ق‬‫ه‬‫ت‬َ‫ت‬ َ‫َل‬َ‫ف‬َ‫أ‬ ْ‫ل‬ُ‫ق‬َ‫ف‬ ۚ ُ ‫اّلِله‬ َ‫ون‬ُ‫ل‬‫و‬ُ‫ق‬َ‫ي‬َ‫س‬َ‫ف‬ ۚ َ‫ر‬ْ‫م‬َ ْ‫اْل‬
5
“Katakanlah, “Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah
yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang
hidup dari yang mati dan yang mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang
mengatur segala urusan” Maka mereka (orang-orang musyrik jahiliyah) menjawab, “Allâh”.
Maka katakanlah: “Mengapa kamu tidak bertaqwa (kepada-Nya)?” [Yunus/10: 31]
Demikian juga Iblis mengakui hal ini, dia mengakui bahwa Allâh-lah yang telah menciptakannya
dari api.
‫َا‬‫ن‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ‫ي‬ِ‫ن‬َ‫ت‬ْ‫ق‬َ‫ل‬َ‫خ‬ ُ‫ه‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ ٌ‫ْر‬‫ي‬َ‫خ‬ ‫َا‬‫ن‬َ‫أ‬ َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ ۖ َ‫ك‬ُ‫ت‬ْ‫ر‬َ‫م‬َ‫أ‬ ْ‫ذ‬ِ‫إ‬ َ‫د‬ُ‫ج‬ْ‫س‬َ‫ت‬ ‫ه‬‫َّل‬َ‫أ‬ َ‫ك‬َ‫ع‬َ‫ن‬َ‫م‬ ‫ا‬َ‫م‬ َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ٍ‫ين‬ِ‫ط‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ُ‫ه‬َ‫ت‬ْ‫ق‬َ‫ل‬َ‫خ‬ َ‫و‬ ٍ‫ر‬
Allah berfirman, “Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku
menyuruhmu?” Iblis menjawab “Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api
sedang dia Engkau ciptakan dari tanah”. [al-A’râf/7:12]
Oleh karena itulah, seseorang yang meyakini adanya Allâh dan keesaan kekuasaan-Nya belum
bisa disebut orang Islam atau orang beriman, sampai dia mengimani keesaan uluhiyah Allâh,
juga mengimani nama-nama dan sifat-sifat Allâh, sebagaimana akan dijelaskan di bawah ini.
3. MENGENAL KEESAAN ULUHIYAH ALLAH (HAK-NYA UNTUK DIIBADAHI).
Kita meyakini bahwa yang berhak diibadahi hanya Allâh Subhanahu wa Ta’ala . Tidak boleh
memberikan ibadah kepada selain Allâh, walaupun kepada makhluk yang dekat kepada-Nya,
seperti malaikat atau rasul Allâh Azza wa Jalla . Apalagi kepada makhluk yang derajatnya di
bawah mereka, seperti: manusia, jin, binatang, pohon, batu, senjata, planet, bintang, ataupun
lainnya.
Tauhid inilah makna yang terkandung di dalam perkataan Lâ ilâha illa Allâh, karena maknanya
adalah tidak ada yang berhak diibadahi selain Allâh. Dia Azza wa Jalla berfirman :
ُ‫ين‬ِ‫ع‬َ‫ت‬ْ‫س‬َ‫ن‬ َ‫هاك‬‫ي‬ِ‫إ‬ َ‫و‬ ُ‫د‬ُ‫ب‬ْ‫ع‬َ‫ن‬ َ‫هاك‬‫ي‬ِ‫إ‬
6
Hanya Engkaulah yang kami ibadahi dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan. [al-
Fâtihah/1:5]
Allâh Azza wa Jalla juga berfirman :
َ‫ون‬ُ‫م‬ِ‫ل‬ْ‫س‬ُ‫م‬ ْ‫م‬ُ‫ت‬ْ‫ن‬َ‫أ‬ ْ‫ل‬َ‫ه‬َ‫ف‬ ۖ ٌ‫د‬ ِ‫اح‬ َ‫و‬ ٌ‫ه‬َٰ‫ل‬ِ‫إ‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ُ‫ه‬َٰ‫ل‬ِ‫إ‬ ‫ا‬َ‫م‬‫ه‬‫ن‬َ‫أ‬ ‫ه‬‫ي‬َ‫ل‬ِ‫إ‬ ٰ‫ى‬َ‫ح‬‫ُو‬‫ي‬ ‫ا‬َ‫م‬‫ه‬‫ن‬ِ‫إ‬ ْ‫ل‬ُ‫ق‬
Katakanlah, “Sesungguhnya yang diwahyukan kepadaku adalah,”Bahwasanya Ilahmu (yang
kamu ibadahi) adalah Ilah Yang Esa, maka hendaklah kamu berserah diri (kepada-Nya)”. [al-
Anbiyâ’/21:108]
Keimanan terhadap keesaan uluhiyah Allâh (hakNya untuk diibadahi) ini adalah inti dakwah
seluruh rasul. Dan inilah yang diingkari oleh orang-orang musyrik dan kafir. Allâh Azza wa Jalla
berfirman.
﴿ٌ‫اب‬‫ه‬‫ذ‬َ‫ك‬ ٌ‫ر‬ ِ‫اح‬َ‫س‬ ‫ا‬َ‫ذ‬َٰ‫ه‬ َ‫ون‬ُ‫ر‬ِ‫ف‬‫ا‬َ‫ك‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ َ‫و‬ ۖ ْ‫م‬ُ‫ه‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ ٌ‫ر‬ِ‫ذ‬ْ‫ن‬ُ‫م‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬َ‫ء‬‫ا‬َ‫ج‬ ْ‫ن‬َ‫أ‬ ‫ُوا‬‫ب‬ ِ‫ج‬َ‫ع‬ َ‫و‬٤ٌ‫اب‬َ‫ج‬ُ‫ع‬ ٌ‫ء‬ْ‫ي‬َ‫ش‬َ‫ل‬ ‫ا‬َ‫ذ‬َٰ‫ه‬ ‫ه‬‫ن‬ِ‫إ‬ ۖ ‫ًا‬‫د‬ ِ‫اح‬ َ‫و‬ ‫ا‬ً‫ه‬َٰ‫ل‬ِ‫إ‬ َ‫ة‬َ‫ه‬ِ‫ل‬ ْ‫اْل‬ َ‫ل‬َ‫ع‬َ‫ج‬َ‫أ‬﴾
“Dan mereka heran karena mereka kedatangan seorang pemberi peringatan (rasul) dari kalangan
mereka; dan orang-orang kafir berkata, “ini adalah seorang ahli sihir yang banyak berdusta”.
Mengapa ia menjadikan ilah-ilah itu Ilah Yang Satu saja. Sesungguhnya ini benar-benar suatu
hal yang sangat mengherankan. [Shad/38: 4-5]
Tujuan dari pengenalan keesaan uluhiyah Allâh ini adalah supaya kita mencintai Allâh, tunduk
kepada-Nya, takut dan berharap kepada-Nya, serta mengesakan ibadah hanya kepada-Nya.
Ibadah kepada Allâh yaitu merendahkan diri dan taat kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala dengan
penuh kecintaan, pengagungan, mengharapkan rahmat, dan takut terhadap siksa. Hal itu
dilakukan dengan cara melaksanakan perintah Allâh Azza wa Jalla dan menjauhi larangan-Nya.
7
Adapun ruang lingkup ibadah yaitu segala yang dicintai dan diridhai oleh Allâh Azza wa Jalla ,
baik berupa perkataan dan perbuataan, yang lahir maupun yang batin.
Ibadah akan diterima oleh Allâh dengan dua syarat yaitu ikhlas dan mutâba’ah. Ikhlas yaitu:
mencari ridha Allâh semata, sedangkan mutâba’ah, yaitu mengikuti Sunnah (ajaran) Nabi
Muhammad.
Oleh karena itu orang yang meyakini keesaan hak Allâh untuk diibadahi, dia akan
mempersembahkan segala jenis ibadah hanya kepada-Nya semata. Di antara jenis-jenis ibadah
adalah ketaatan yang mutlak dengan harap dan takut; kecintaan yang disertai ketundukan mutlak;
do’a; niat di dalam beribadah (ikhlas); menyembelih binatang; takut; tawakal; dan lainnya.
4. MENGENAL NAMA-NAMA DAN SIFAT ALLAH
Yaitu mengimani dan menetapkan seluruh nama-nama Allâh dan sifat-sifat-Nya, yang tersebut di
dalam Kitab al-Qur’ân dan Sunnah yang shahih, dengan tanpa menyerupakan dengan makhluk.
Allâh Azza wa Jalla berfirman,
ُ‫ن‬‫ا‬َ‫ك‬ ‫ا‬َ‫م‬ َ‫ن‬ ْ‫و‬َ‫ز‬ْ‫ج‬ُ‫ي‬َ‫س‬ ۚ ِ‫ه‬ِ‫ئ‬‫ا‬َ‫م‬ْ‫س‬َ‫أ‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ َ‫ُون‬‫د‬ ِ‫ح‬ْ‫ل‬ُ‫ي‬ َ‫ين‬ِ‫ذ‬‫ه‬‫ل‬‫ا‬ ‫وا‬ُ‫ر‬َ‫ذ‬ َ‫و‬ ۖ ‫ا‬َ‫ه‬ِ‫ب‬ ُ‫ه‬‫و‬ُ‫ع‬ْ‫د‬‫ا‬َ‫ف‬ ٰ‫َى‬‫ن‬ْ‫س‬ُ‫ح‬ْ‫ل‬‫ا‬ ُ‫ء‬‫ا‬َ‫م‬ْ‫س‬َ ْ‫اْل‬ ِ ‫ه‬ ِ‫ّلِل‬ َ‫و‬‫و‬ُ‫ل‬َ‫م‬ْ‫ع‬َ‫ي‬ ‫وا‬َ‫ن‬
“Hanya milik Allâh asmâ-ul husnâ, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmâ-ul
husnâ itu dan tinggalakanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut)
nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.
[al-A’râf/7: 180]
ُ‫ير‬ ِ‫ص‬َ‫ب‬ْ‫ل‬‫ا‬ ُ‫ع‬‫ي‬ِ‫م‬‫ه‬‫س‬‫ال‬ َ‫و‬ُ‫ه‬ َ‫و‬ ۖ ٌ‫ء‬ْ‫ي‬َ‫ش‬ ِ‫ه‬ِ‫ل‬ْ‫ث‬ِ‫م‬َ‫ك‬ َ‫ْس‬‫ي‬َ‫ل‬
8
Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha
Melihat. [asy-Syûrâ/42:11]
Sesungguhnya Allâh Subhanahu wa Ta’ala adalah Yang Paling Tahu segala perkara, termasuk
yang paling tahu tentang Allâh adalah Allah Azza wa Jalla sendiri. Allah Azza wa Jalla
berfirman :
ُ ‫اّلِله‬ ِ‫م‬َ‫أ‬ ُ‫م‬َ‫ل‬ْ‫ع‬َ‫أ‬ ْ‫م‬ُ‫ت‬ْ‫ن‬َ‫أ‬َ‫أ‬ ْ‫ل‬ُ‫ق‬
Katakanlah: “Apakah kamu lebih mengetahui ataukah Allâh?” [al-Baqarah/2: 140]
Demikian juga yang paling mengetahui tentang Allâh di antara semua makhluk adalah Rasul-
Nya. Sehingga penjelasan para Rasul tentang Allâh Azza wa Jalla adalah haq. Sedangkan
perkataan orang-orang kafir dan musyrik tentang Allâh hanyalah dugaan semata. Allâh berfirman
:
﴿َ‫ون‬ُ‫ف‬ ِ‫ص‬َ‫ي‬ ‫ا‬‫ه‬‫م‬َ‫ع‬ ِ‫ة‬ ‫ه‬‫ز‬ِ‫ع‬ْ‫ل‬‫ا‬ ِ‫ب‬َ‫ر‬ َ‫ك‬ِ‫ب‬َ‫ر‬ َ‫ان‬َ‫ح‬ْ‫ب‬ُ‫س‬٠٨١﴿َ‫ين‬ِ‫ل‬َ‫س‬ ْ‫ر‬ُ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ٌ‫م‬ َ‫َل‬َ‫س‬ َ‫﴾و‬٠٨٠َ‫ين‬ِ‫م‬َ‫ل‬‫ا‬َ‫ع‬ْ‫ل‬‫ا‬ ِ‫ب‬َ‫ر‬ ِ ‫ه‬ ِ‫ّلِل‬ ُ‫د‬ْ‫م‬َ‫ح‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫و‬ ﴾
Maha suci Rabbmu yang mempunyai keperkasaan dari apa yang mereka katakan, dan
kesejahteraan dilimpahkan atas Para rasul, dan segala puji bagi Allah Rabb seru sekalian alam.
[ash-Shâffât/37: 180-182]
Oleh karena itulah mengenal nama dan sifat Allâh Azza wa Jalla hanyalah lewat jalan wahyu.
Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah berkata tentang sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
:
‫ا‬َ‫ي‬ْ‫ن‬ُّ‫د‬‫ال‬ ِ‫اء‬َ‫م‬َ‫س‬ ‫ى‬َ‫ل‬ِ‫إ‬ ُ‫ل‬ ِ‫ز‬ْ‫ن‬َ‫ي‬ َ‫هللا‬ ‫ه‬‫ن‬ِ‫إ‬
Sesungguhnya Allâh turun ke langit dunia
9
Atau :
ِ‫ة‬َ‫م‬‫ا‬َ‫ي‬ِ‫ق‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ ‫ى‬َ‫ُر‬‫ي‬ َ‫هللا‬ ‫ه‬‫ن‬ِ‫إ‬
Sesungguhnya Allâh akan dilihat pada hari kiamat
Dan yang serupa dengan hadits-hadits ini, “Kami beriman kepadanya dan
membenarkannya, dengan tanpa (bertanya) bagaimana, tanpa (menetapkan) makna (yang lain),
tanpa menolak sesuatu darinya. Dan kami mengetahui bahwa semua yang dibawa oleh
Rasûlullâh n adalah haq, kami tidak menolak Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan kami
tidak mensifati Allâh lebih dari yang Dia menyifati diri-Nya dengan tanpa batasan dan akhir.
(Allâh Azza wa Jalla berfirman :)
َ‫ب‬ْ‫ل‬‫ا‬ ُ‫ع‬‫ي‬ِ‫م‬‫ه‬‫س‬‫ال‬ َ‫و‬ُ‫ه‬ َ‫و‬ ۖ ٌ‫ء‬ْ‫ي‬َ‫ش‬ ِ‫ه‬ِ‫ل‬ْ‫ث‬ِ‫م‬َ‫ك‬ َ‫ْس‬‫ي‬َ‫ل‬ُ‫ير‬ ِ‫ص‬
Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha
Melihat. [asy-Syûrâ/42:11]
Dan kami mengatakan (tentang sifat Allâh) sebagaimana Dia berkata; Kami menyifati-
Nya dengan semua sifat yang Allâh pergunakan untuk menyifati diri-Nya; Dan kami tidak
melanggar batasan itu. Dan penyifatan dari orang-orang yang menyifati-Nya tidak sampai
kepada hakikat-Nya. Kami beriman kepada al-Qur’ân semuanya, baik yang muhkam (maknanya
jelas) dan mutasyabih (maknanya samar). Dan kami tidak akan menghilangkan dari-Nya satu
sifat pun dari sifat-sifat-Nya karena kekejian yang dibuat-buat, kami tidak melanggar batas al-
Qur’ân dan al-Hadîts. Dan kami tidak mengetahui hakekatnya keculai dengan membenarkan
Rasûlullâh n dan menetapkan al-Qur’ân.” [Lum’atul I’tiqâd, hlm. 3]
10
2.2 Dasar Keimanan Kepada Allah S.W.T
1.Dasar beriman kepada Allah
Jika di perhatikan proses pengamatan manusia, mula-mula panca indera menerima rangsangan
dari luar , kesan dan rangsangan itu disalurkan ke otak, otak menerima dan menyadari rangsangan
itu, lalu meminta pertimbangan kepada hati, hasil pertimbangan dilaporkan kembali ke otak,
melalui saraf, otak mengintruksikan anggota tubuh untuk berbuat.
Semua kesan / rangsangan dari luar tentang alam ini dipertimbangkan oleh hati, hati yang
memberi pertimbangan atau berkeyakinan untuk berbicara berbuat, adanya alam semesta ini dan
zat yang menciptakannya, yakni Allah di yakini oleh hati. Keyakinan ini di ikuti dengan ucapan
pengakuan akan adanya Allah serta dibarengi pula dengan perbuatan berupa amal ibadah
kepadanya, pengakuan hati merupakan dasar iman. Perlu di ingat bahwa hanya pengakuan tidak
akan ada artinya tanpa ucapan lisan dan pengalaman anggota badan, sebab pengakuan hati,
pengucapan lisan dan pengalaman anggota badan merupakan satu kesatuan yang tak dapat di
pisahkan.
Namun demikian untuk mencapai iman yang benar tidak cukup adanyan dengan pengakuan
hati,pengucapan lisan dan mengamalkan angota badan tetapi juga harus di padukan dengan
tuntunan oleh Allah (Alquran)serta hadis rasullulah.
2.Cara beriman kepada Allah
a.Bersifat Ijamli
Cara beriman bersifat ini,maksudnya mempercayai Allah secara umum atau secara garis
Allah,kita percaya akan allah itu ada dan allah maha pencipta,maha pengatur,maha pengusa
hanya Allah yang pantas di sembah oleh manusia dan meminta pertolongan dan tempat manusia
akan kembali.
b.Bersifat Tafsili
Cara beriman dengan tafsili yaitu mempercaiyai Allah secara terperenci,mempercai dengan
sepenuh hati bahwa Allah mempunyai sifat wajib,dan Allah,mempunyai sifat mustahil yang
jumlahnya sama dan memiliki sifat jaiz dalam hal kutrat dan iradatnya.
B. Bukti-Bukti adanya Allah
1.hakikat manusia sebagai makluk yang bertuhan
11
Pada hakikat manusia membutuhkan yang maha kuasa tempat berlindung dan semua agama
mengakui adanya tuhan
2.ayat-ayat Alquran
Di dalam kitap alquran terdapat ayat-ayat adanya Allah tuhan yang maha kuasa di antaranya:
a.surat Albaqarah ayat 163
َ‫ل‬ِ‫إ‬ َ‫َّل‬ ٌ‫د‬ ِ‫اح‬ َ‫و‬ ٌ‫ه‬َ‫ل‬ِ‫إ‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ُ‫ه‬َ‫ل‬ِ‫إ‬ َ‫و‬(ُ‫م‬‫ي‬ ِ‫ح‬‫ه‬‫الر‬ ُ‫ن‬َ‫م‬ْ‫ح‬‫ه‬‫الر‬ َ‫و‬ُ‫ه‬ ‫ه‬‫َّل‬ِ‫إ‬ َ‫ه‬361)
Artinya : Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah)
melainkan Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
b.surat ar rum ayat 25
َ ْ‫اْل‬ َ‫و‬ ُ‫ء‬‫ا‬َ‫م‬‫ه‬‫س‬‫ال‬ َ‫م‬‫و‬ُ‫ق‬َ‫ت‬ ْ‫ن‬َ‫أ‬ ِ‫ه‬ِ‫ت‬‫ا‬َ‫ي‬‫ا‬َ‫ء‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ َ‫و‬(َ‫ون‬ُ‫ج‬ُ‫ر‬ْ‫خ‬َ‫ت‬ ْ‫م‬ُ‫ت‬ْ‫ن‬َ‫أ‬ ‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫إ‬ ِ‫ض‬ ْ‫ر‬َ ْ‫اْل‬ َ‫ن‬ِ‫م‬ ً‫ة‬ َ‫و‬ْ‫ع‬َ‫د‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬‫ا‬َ‫ع‬َ‫د‬ ‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫إ‬ ‫ه‬‫م‬ُ‫م‬ ِ‫ه‬ ِ‫ر‬ْ‫م‬َ‫م‬ِ‫ب‬ ُ‫ض‬ ْ‫ر‬52)
Artinya : Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah berdirinya langit dan bumi dengan
iradat-Nya. Kemudian apabila Dia memanggil kamu sekali panggil dari bumi, seketika itu (juga)
kamu keluar (dari kubur).
c.surat arrad ayat 2 s/d 4
َ‫ر‬َ‫م‬َ‫ق‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫و‬ َ‫س‬ْ‫م‬‫ه‬‫ش‬‫ال‬ َ‫ر‬‫ه‬‫خ‬َ‫س‬ َ‫و‬ ِ‫ش‬ْ‫ر‬َ‫ع‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ‫ى‬ َ‫و‬َ‫ت‬ْ‫س‬‫ا‬ ‫ه‬‫م‬ُ‫م‬ ‫ا‬َ‫ه‬َ‫ن‬ ْ‫و‬َ‫ر‬َ‫ت‬ ٍ‫د‬َ‫م‬َ‫ع‬ ِ‫ْر‬‫ي‬َ‫غ‬ِ‫ب‬ ِ‫ت‬‫ا‬ َ‫و‬َ‫م‬‫ه‬‫س‬‫ال‬ َ‫ع‬َ‫ف‬َ‫ر‬ ‫ي‬ِ‫ذ‬‫ه‬‫ل‬‫ا‬ ُ ‫اّلِله‬ُ‫ر‬ِ‫ب‬َ‫د‬ُ‫ي‬ ‫ى‬ًّ‫م‬َ‫س‬ُ‫م‬ ٍ‫ل‬َ‫ج‬َ ِ‫ْل‬ ‫ي‬ ِ‫ر‬ْ‫ج‬َ‫ي‬ ‫ل‬ُ‫ك‬َ‫ر‬ْ‫م‬َ ْ‫اْل‬
(َ‫ون‬ُ‫ن‬ِ‫ق‬‫و‬ُ‫ت‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ِ‫ب‬َ‫ر‬ ِ‫اء‬َ‫ق‬ِ‫ل‬ِ‫ب‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬‫ه‬‫ل‬َ‫ع‬َ‫ل‬ ِ‫ت‬‫ا‬َ‫ي‬ ْ‫اْل‬ ُ‫ل‬ ِ‫ص‬َ‫ف‬ُ‫ي‬5ِ‫ْن‬‫ي‬َ‫ج‬ ْ‫و‬َ‫ز‬ ‫ا‬َ‫ه‬‫ي‬ِ‫ف‬ َ‫ل‬َ‫ع‬َ‫ج‬ ِ‫ت‬‫ا‬َ‫ر‬َ‫م‬‫ه‬‫ث‬‫ال‬ ِ‫ل‬ُ‫ك‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ َ‫و‬ ‫ا‬ً‫ار‬َ‫ه‬ْ‫ن‬َ‫أ‬ َ‫و‬ َ‫ي‬ِ‫س‬‫ا‬ َ‫و‬َ‫ر‬ ‫ا‬َ‫ه‬‫ي‬ِ‫ف‬ َ‫ل‬َ‫ع‬َ‫ج‬ َ‫و‬ َ‫ض‬ ْ‫ر‬َ ْ‫اْل‬ ‫ه‬‫د‬َ‫م‬ ‫ي‬ِ‫ذ‬‫ه‬‫ل‬‫ا‬ َ‫و‬ُ‫ه‬ َ‫)و‬
ْ‫و‬َ‫ق‬ِ‫ل‬ ٍ‫ت‬‫ا‬َ‫ي‬ َ‫ْل‬ َ‫ك‬ِ‫ل‬َ‫ذ‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ ‫ه‬‫ن‬ِ‫إ‬ َ‫ار‬َ‫ه‬‫ه‬‫ن‬‫ال‬ َ‫ل‬ْ‫ي‬‫ه‬‫ل‬‫ال‬ ‫ي‬ِ‫ش‬ْ‫غ‬ُ‫ي‬ ِ‫ْن‬‫ي‬َ‫ن‬ْ‫م‬‫ا‬(َ‫ون‬ُ‫ر‬‫ه‬‫ك‬َ‫ف‬َ‫ت‬َ‫ي‬ ٍ‫م‬1)ٌ‫ل‬‫ي‬ ِ‫َخ‬‫ن‬ َ‫و‬ ٌ‫ع‬ْ‫ر‬َ‫ز‬ َ‫و‬ ٍ‫ب‬‫َا‬‫ن‬ْ‫ع‬َ‫أ‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ٌ‫ات‬‫ه‬‫ن‬َ‫ج‬ َ‫و‬ ٌ‫ات‬َ‫ر‬ِ‫و‬‫ا‬َ‫ج‬َ‫ت‬ُ‫م‬ ٌ‫ع‬َ‫ط‬ِ‫ق‬ ِ‫ض‬ ْ‫ر‬َ ْ‫اْل‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ َ‫و‬
‫ا‬َ‫ي‬ َ‫ْل‬ َ‫ك‬ِ‫ل‬َ‫ذ‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ ‫ه‬‫ن‬ِ‫إ‬ ِ‫ل‬ُ‫ك‬ُ ْ‫اْل‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ ٍ‫ض‬ْ‫ع‬َ‫ب‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ‫ا‬َ‫ه‬َ‫ض‬ْ‫ع‬َ‫ب‬ ُ‫ل‬ ِ‫ض‬َ‫ف‬ُ‫ن‬ َ‫و‬ ٍ‫د‬ ِ‫اح‬ َ‫و‬ ٍ‫اء‬َ‫م‬ِ‫ب‬ ‫ى‬َ‫ق‬ْ‫س‬ُ‫ي‬ ٍ‫ان‬ َ‫و‬ْ‫ن‬ ِ‫ص‬ ُ‫ْر‬‫ي‬َ‫غ‬ َ‫و‬ ٌ‫ان‬ َ‫و‬ْ‫ن‬ ِ‫ص‬(َ‫ون‬ُ‫ل‬ِ‫ق‬ْ‫ع‬َ‫ي‬ ٍ‫م‬ ْ‫و‬َ‫ق‬ِ‫ل‬ ٍ‫ت‬4)
Artinya : Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat,
kemudian Dia bersemayam di atas `Arsy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing
beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan
tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan (mu) dengan Tuhanmu. Dan
Dia-lah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai
padanya. Dan menjadikan padanya semua buah-buahan berpasang-pasangan, Allah menutupkan
malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran
Allah) bagi kaum yang memikirkan. Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan,
dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon korma yang bercabang dan yang tidak
bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebahagian tanam-tanaman itu atas
sebahagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-
tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir.
12
3.kejadian alam semesta
Akal yang sehat tentu akan menyandari bahwa adanya sesuatu adanya yang
mengadakannya.demikiaan pula dengan alam semesta ini beserta isi nya pasti ada yang
menciptakan dan pencipta jagat raya ini pasti zat pencipta alam.
4.kejadian manusia
Lewat kejadian manusia terbukti manusia di ciptakan oleh zat maha kuasa.tidak mungkin
manusia ada dengan sendirinya Allah berfirman Almukminun ayat 12-14
(ٍ‫ين‬ِ‫ط‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ٍ‫ة‬َ‫ل‬ َ‫َل‬ُ‫س‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ َ‫ان‬َ‫س‬ْ‫ن‬ِ ْ‫اْل‬ ‫َا‬‫ن‬ْ‫ق‬َ‫ل‬َ‫خ‬ ْ‫د‬َ‫ق‬َ‫ل‬ َ‫و‬35‫ا‬َ‫ر‬َ‫ق‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ ً‫ة‬َ‫ف‬ْ‫ط‬ُ‫ن‬ ُ‫ه‬‫َا‬‫ن‬ْ‫ل‬َ‫ع‬َ‫ج‬ ‫ه‬‫م‬ُ‫م‬)(ٍ‫ين‬ِ‫ك‬َ‫م‬ ٍ‫ر‬31ْ‫ق‬َ‫ل‬َ‫خ‬َ‫ف‬ ً‫ة‬َ‫غ‬ْ‫ض‬ُ‫م‬ َ‫ة‬َ‫ق‬َ‫ل‬َ‫ع‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫َا‬‫ن‬ْ‫ق‬َ‫ل‬َ‫خ‬َ‫ف‬ ً‫ة‬َ‫ق‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َ‫ة‬َ‫ف‬ْ‫ط‬ُّ‫ن‬‫ال‬ ‫َا‬‫ن‬ْ‫ق‬َ‫ل‬َ‫خ‬ ‫ه‬‫م‬ُ‫م‬)‫َا‬‫ن‬
ِ‫ل‬‫َا‬‫خ‬ْ‫ل‬‫ا‬ ُ‫ن‬َ‫س‬ْ‫ح‬َ‫أ‬ ُ ‫اّلِله‬ َ‫ك‬َ‫ار‬َ‫ب‬َ‫ت‬َ‫ف‬ َ‫َر‬‫خ‬‫ا‬َ‫ء‬ ‫ا‬ً‫ق‬ْ‫ل‬َ‫خ‬ ُ‫ه‬‫َا‬‫ن‬ْ‫َم‬‫ش‬ْ‫ن‬َ‫أ‬ ‫ه‬‫م‬ُ‫م‬ ‫ا‬ً‫م‬ْ‫ح‬َ‫ل‬ َ‫م‬‫ا‬َ‫ظ‬ِ‫ع‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫َا‬‫ن‬ ْ‫و‬َ‫س‬َ‫ك‬َ‫ف‬ ‫ا‬ً‫م‬‫ا‬َ‫ظ‬ِ‫ع‬ َ‫ة‬َ‫غ‬ْ‫ض‬ُ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬(َ‫ين‬ِ‫ق‬34)
Artinya : Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari
tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh
(rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami
jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang
belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang
(berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.
C.Aspek-Aspek yang mencakup iman kepada Allah SWT
Adapun yang mencakup aspek iman kepada Allah SWT ialah:
1.Iman Akan adanya Allah
Kebesaran Allah ini dapat dibuktikan oleh fitrah, akal, syara’ (Al-Quran dan Hadis)
danperasaan, hal ini sebagaimana terperinci di dalam poin-poin berikut ini :
a.Dalil kebesaran Allah berdasarkan fitrah.
Semua mahkluk di ciptakan oleh Allah dalam keadaan beriman kepada penciptanya, tanpa
melalui proses berputar. Seseorang tidak akan berpaling dari fitrah ini kecuali jika ada sesuatu
yang memalingkan hatinya dari fitrah tersebut. Sebagaimana sabda nabi “tidak ada anak yang
terlahir kecuali di lahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanya yang menjadikannya
Yahudi dan Nasrani atau Majusi” (H.R Bukhari)
b. Dalil Keberadaan Allah Berdasarka Akal
Semua makhluk baik yang pada zaman dulu pmaupun yang kan dating pasti membutuhkan
pencipta yang menciptakannya. Sedang mereka tidak mungkin ada dengan sendirinya atau
mungkin ada secara kebetulan.Allah telah menyebutkan dalil ‘aqli (aqal) dan bukti yang qath’I
(pasti) pada surah at-thur yang artinya : “ apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu pun
ataukah mereka yang menciptakan diri mereka sendiri”.Maksudnya ialah bahwa mereka tidak
13
mungkin diciptakan tanpa ada yang menciptakannya. Dan tidak mungkin mereka menciptakan
dirinya sendiri sehingga tidak ada yang lain kecuali Allah lah yang menciptakannya.
2. Mengimani Allah Sebagai Rabbi
Maksudnya ialah mengimani bahwa Allah satu-satunya Rabbi, dimana tidak ada sesuatu
ataupun penolong baginya dalam masalah ini. Yang dimaksud dengan rabi adalah zat yang
menciptakan, menguasai dan memerintah, yaitu tidak ada pencipta selain Allah, tidak ada raja
kecuali Allah dan hak memerintah hanya miliknya semata.
Allah berfirman : Q.S Al-A’raf : 54
‫ا‬ ‫ي‬ِ‫ش‬ْ‫غ‬ُ‫ي‬ ِ‫ش‬ْ‫ر‬َ‫ع‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ‫ى‬ َ‫و‬َ‫ت‬ْ‫س‬‫ا‬ ‫ه‬‫م‬ُ‫م‬ ٍ‫هام‬‫ي‬َ‫أ‬ ِ‫ة‬‫ه‬‫ت‬ِ‫س‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ َ‫ض‬ ْ‫ر‬َ ْ‫اْل‬ َ‫و‬ ِ‫ت‬‫ا‬ َ‫و‬َ‫م‬‫ه‬‫س‬‫ال‬ َ‫ق‬َ‫ل‬َ‫خ‬ ‫ي‬ِ‫ذ‬‫ه‬‫ل‬‫ا‬ ُ ‫اّلِله‬ ُ‫م‬ُ‫ك‬‫ه‬‫ب‬َ‫ر‬ ‫ه‬‫ن‬ِ‫إ‬ْ‫ي‬‫ه‬‫ل‬‫ل‬َ‫و‬ ‫ا‬ً‫ث‬‫ي‬ِ‫ث‬َ‫ح‬ ُ‫ه‬ُ‫ب‬ُ‫ل‬ْ‫ط‬َ‫ي‬ َ‫ار‬َ‫ه‬‫ه‬‫ن‬‫ال‬ َ‫ل‬َ‫ر‬َ‫م‬َ‫ق‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫و‬ َ‫س‬ْ‫م‬‫ه‬‫ش‬‫ال‬
(َ‫ين‬ِ‫م‬َ‫ل‬‫ا‬َ‫ع‬ْ‫ل‬‫ا‬ ُّ‫ب‬َ‫ر‬ ُ ‫اّلِله‬ َ‫ك‬َ‫ار‬َ‫ب‬َ‫ت‬ ُ‫ر‬ْ‫م‬َ ْ‫اْل‬ َ‫و‬ ُ‫ق‬ْ‫ل‬َ‫خ‬ْ‫ل‬‫ا‬ ُ‫ه‬َ‫ل‬ َ‫َّل‬َ‫أ‬ ِ‫ه‬ ِ‫ر‬ْ‫م‬َ‫م‬ِ‫ب‬ ٍ‫ت‬‫ا‬َ‫ر‬‫ه‬‫خ‬َ‫س‬ُ‫م‬ َ‫م‬‫و‬ُ‫ج‬ُّ‫ن‬‫ال‬ َ‫و‬24)
Artinya : Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam
enam masa, lalu Dia bersemayam di atas `Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang
mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang
(masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah
hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.
Q.S Fathir : 13
ُ‫م‬ ٍ‫ل‬َ‫ج‬َ ِ‫ْل‬ ‫ي‬ ِ‫ر‬ْ‫ج‬َ‫ي‬ ‫ل‬ُ‫ك‬ َ‫ر‬َ‫م‬َ‫ق‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫و‬ َ‫س‬ْ‫م‬‫ه‬‫ش‬‫ال‬ َ‫ر‬‫ه‬‫خ‬َ‫س‬ َ‫و‬ ِ‫ل‬ْ‫ي‬‫ه‬‫ل‬‫ال‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ َ‫ار‬َ‫ه‬‫ه‬‫ن‬‫ال‬ ُ‫ج‬ِ‫ل‬‫ُو‬‫ي‬ َ‫و‬ ِ‫ار‬َ‫ه‬‫ه‬‫ن‬‫ال‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ َ‫ل‬ْ‫ي‬‫ه‬‫ل‬‫ال‬ ُ‫ج‬ِ‫ل‬‫ُو‬‫ي‬ْ‫ل‬ُ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ُ‫ه‬َ‫ل‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ُّ‫ب‬َ‫ر‬ ُ ‫اّلِله‬ ُ‫م‬ُ‫ك‬ِ‫ل‬َ‫ذ‬ ‫ى‬ًّ‫م‬َ‫س‬‫ه‬‫ل‬‫ا‬ َ‫و‬ ُ‫ك‬َ‫ون‬ُ‫ع‬ْ‫د‬َ‫ت‬ َ‫ين‬ِ‫ذ‬
( ٍ‫ير‬ِ‫م‬ْ‫ط‬ِ‫ق‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ َ‫ون‬ُ‫ك‬ِ‫ل‬ْ‫م‬َ‫ي‬ ‫ا‬َ‫م‬ ِ‫ه‬ِ‫ن‬‫ُو‬‫د‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬31)
Artinya : Dia memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan
menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan.
Yang (berbuat) demikian Allah Tuhanmu, kepunyaan-Nyalah kerajaan. Dan orang-orang yang
kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari.Dalam hal
ini tak ada seorang pun manusia yang meningkari bahwa Allah adalah Rabbi kecuali orang-orang
yang sombong yang ia sendiri tak yakin dengan apa yang ia katakan.
3. Mengimani Allah sebagai Illah
Maksudnya adalah mengimani bahwa Allah adalah satu-satunya Illah yang sebenarnya dan
tidak ada sekutu baginya. Yang dimaksud dengan Illah ialah Al-ma’luuh atau Al-Ma’buud yang
berarti zat yang disembah oleh manusia dengan maksud untuk mencintai dan
mengangungkannya. Allah berfirman (Q.S Al-Baqarah : 163)
(ُ‫م‬‫ي‬ ِ‫ح‬‫ه‬‫الر‬ ُ‫ن‬َ‫م‬ْ‫ح‬‫ه‬‫الر‬ َ‫و‬ُ‫ه‬ ‫ه‬‫َّل‬ِ‫إ‬ َ‫ه‬َ‫ل‬ِ‫إ‬ َ‫َّل‬ ٌ‫د‬ ِ‫اح‬ َ‫و‬ ٌ‫ه‬َ‫ل‬ِ‫إ‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ُ‫ه‬َ‫ل‬ِ‫إ‬ َ‫و‬361)
14
Artinya : Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah)
melainkan Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Al-Imran : 18
َ‫و‬ُ‫ه‬ ‫ه‬‫َّل‬ِ‫إ‬ َ‫ه‬َ‫ل‬ِ‫إ‬ َ‫َّل‬ ِ‫ط‬ْ‫س‬ِ‫ق‬ْ‫ل‬‫ا‬ِ‫ب‬ ‫ا‬ً‫م‬ِ‫ئ‬‫ا‬َ‫ق‬ ِ‫م‬ْ‫ل‬ِ‫ع‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫و‬ُ‫ل‬‫و‬ُ‫أ‬ َ‫و‬ ُ‫ة‬َ‫ك‬ِ‫ئ‬ َ‫َل‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫و‬ َ‫و‬ُ‫ه‬ ‫ه‬‫َّل‬ِ‫إ‬ َ‫ه‬َ‫ل‬ِ‫إ‬ َ‫َّل‬ ُ‫ه‬‫ه‬‫ن‬َ‫أ‬ ُ ‫اّلِله‬ َ‫د‬ِ‫ه‬َ‫ش‬‫ا‬(ُ‫م‬‫ي‬ِ‫ك‬َ‫ح‬ْ‫ل‬‫ا‬ ُ‫يز‬ ِ‫ز‬َ‫ع‬ْ‫ل‬31)
Artinya : Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan
Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan
yang demikian itu). Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa
lagi Maha Bijaksana.
4. Mengimani sifat-sifat dan Nama-nama Allah
Maksudnya Adalah menetapkan dan nama-nama sifat yang telah ditetapkan oleh Allah
untuk dirinya sendiri baik dalam tetapnya maupun dalam sunnah Rasulnya. Tentunya dengan
gambaran yang sesuai dengan keagungan Allah, tanpa harus merubah, mengingkari, memuaskan,
tentang bentuk atau caranya ataupun menyerupakannya dengan sesuatu apapun. Allah SWT
berfirman :
(Q.S Al-A’raaf : 180)
ُ‫ء‬‫ا‬َ‫م‬ْ‫س‬َ ْ‫اْل‬ ِ ‫ه‬ ِ‫ّلِل‬ َ‫و‬(َ‫ون‬ُ‫ل‬َ‫م‬ْ‫ع‬َ‫ي‬ ‫وا‬ُ‫ن‬‫ا‬َ‫ك‬ ‫ا‬َ‫م‬ َ‫ن‬ ْ‫و‬َ‫ز‬ْ‫ج‬ُ‫ي‬َ‫س‬ ِ‫ه‬ِ‫ئ‬‫ا‬َ‫م‬ْ‫س‬َ‫أ‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ َ‫ُون‬‫د‬ ِ‫ح‬ْ‫ل‬ُ‫ي‬ َ‫ين‬ِ‫ذ‬‫ه‬‫ل‬‫ا‬ ‫وا‬ُ‫ر‬َ‫ذ‬ َ‫و‬ ‫ا‬َ‫ه‬ِ‫ب‬ ُ‫ه‬‫و‬ُ‫ع‬ْ‫د‬‫ا‬َ‫ف‬ ‫َى‬‫ن‬ْ‫س‬ُ‫ح‬ْ‫ل‬‫ا‬311)
Artinya : Hanya milik Allah asma-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut
asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam
(menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah
mereka kerjakan.
(Q.S Ar-Rum : 27)
‫ى‬َ‫ل‬ْ‫ع‬َ ْ‫اْل‬ ُ‫ل‬َ‫ث‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ُ‫ه‬َ‫ل‬ َ‫و‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫ن‬ َ‫و‬ْ‫ه‬َ‫أ‬ َ‫و‬ُ‫ه‬ َ‫و‬ ُ‫ه‬ُ‫د‬‫ي‬ِ‫ع‬ُ‫ي‬ ‫ه‬‫م‬ُ‫م‬ َ‫ق‬ْ‫ل‬َ‫خ‬ْ‫ل‬‫ا‬ ُ‫أ‬َ‫د‬ْ‫ب‬َ‫ي‬ ‫ي‬ِ‫ذ‬‫ه‬‫ل‬‫ا‬ َ‫و‬ُ‫ه‬ َ‫و‬(ُ‫م‬‫ي‬ِ‫ك‬َ‫ح‬ْ‫ل‬‫ا‬ ُ‫يز‬ ِ‫ز‬َ‫ع‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫و‬ُ‫ه‬ َ‫و‬ ِ‫ض‬ ْ‫ر‬َ ْ‫اْل‬ َ‫و‬ ِ‫ت‬‫ا‬ َ‫و‬َ‫م‬‫ه‬‫س‬‫ال‬ ‫ي‬ِ‫ف‬52)
Artinya : Dan Dialah yang menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian mengembalikan
(menghidupkan) nya kembali, dan menghidupkan kembali itu adalah lebih mudah bagi-Nya. Dan
bagi-Nyalah sifat yang Maha Tinggi di langit dan di bumi; dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana.
(Q.S As-Syura : 11)
(َ‫ون‬ُ‫ق‬‫ه‬‫ت‬َ‫ي‬ َ‫َّل‬َ‫أ‬ َ‫ن‬ ْ‫و‬َ‫ع‬ْ‫ر‬ِ‫ف‬ َ‫م‬ ْ‫و‬َ‫ق‬33)
15
Artinya : (yaitu) kaum Fir`aun. Mengapa mereka tidak bertakwa?"
D. Sifat-sifat Allah.
Sifat wajib bagi Allah adalah sifat yang harus ada pada Zat Allah sebagai kesempurnaan
baginya. Allah adalah Khaliq zat yang memiliki sifat yang tidak mungkin sama dengan sifat
yang dimiliki oleh mahluknya. Zat Allah tidak bisa dibayangkan bagaimana bentuknya, rupa dan
ciri-cirinya begitu juga sifat-sifatnya. Tidak bisa disamakan dengan sifat-sifat mahluk.
Sifat-sifat wajib bagi Allah itu diyakini melalui akal (wajib ‘Aqli) dan berdasarkan dalil
naqli (Al-Quran dan Hadist).
Pembagian sifat-sifat wajib bagi Allah:
Menurut para ulama ilmu kalam sifat-sifat wajib bagi Allah terdiri dari atas 20 sifat, dari 20
sifat itu dikelompokkan menjadi 4 kelompok sebagai berikut :
a. Sifat Nafsiyah
Yaitu sifat yang berhubungan dengan zat Allah. Sifat Nafsiyah ini ada satu, yaitu wujud.
b. Sifat Shalbiyah
Yaitu sifat yang meniadakan adanya sifat sebaliknya. Sifat shalbiyah ini ada lima, yaitu :
Qidam, Baqa, Mukhalafatuhu lilhawadist, Qiyamuhu Binafsihi, Wahdaniyah.
c. Sifat Ma’ani
Yaitu sifat-sifat abstrak yang wajib ada pada Allah. Yang termasuk sifat ma’ani ada tujuh,
yaitu : Qudrah, Iradah, ‘ilmu, Hayat, Sama’, Bashar, kalam.
d. Sifat Ma’nawiyah
Sifat ma’nawiyah adalah kezaliman dari sifat ma’ani, sifat ma’nawiyah tidak dapat berdiri
sendiri, sebab setiap ada sifat ma’ani tentu ada sifat ma’nawiyah. Jumlah sifat ma’nawiyah sama
dengan jumlah sifat ma’ani, yaitu : Qadiran, Muridan, ‘Aliman, Hayyan, Sami’an, Bashiran,
Mutakalliman.
E. Manfaat Beriman Kepada Allah
16
 Manfaat besar yang dapat kita petik karena beriman kepada Allah diantaranya
:menguatkan Tauhid kepada Allah sehingga seseorang yang telah beriman kepada Allah
tidak akan mengagungkan dirinya kepada sesuaatu selain Allah, baik dengan cara
berharap ataupun takut kepadanya, dan ia tidak akan menyembah selain Allah.
 Sesorang akan mencintai Allah secara sempurna dan akan mengagungkannya sesuai
dengan nama-namanya yang baik dan sifat yang mulia.
 mewujudkan penghambaaan diri kepada Allah yaitu dengan melakukan apa yang
diperintahkannya dan menjauhi apa yang dilarangya.
Adapun fungsi beriman kepada Allah yang ketentuannya dalam sikap dan kepribadian manusia
sebagai berikut :
 Menyadari kelemahan diri di depan Allah
 Menyadari bahwa segala sesuatu yang dinikmati dalam kehidupan ini berasal dari Allah
SWT.
 Menyadari bahwa dirinya pasti akan kembali kepada Allah dan dimintai pertanggung
jawaban atas segala perbuatan yang pernah dilakukan.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kita sebagai mahluk ciptaan Allah SWT wajib meyakini adanya keberadaan Allah
SWT walau tidak pernah melihat,bertemu ataupun mendengar suaranya secara langsung. Kita
juga wajib meyakini bahwa hanya Allah lah sang pencipta,pengatur serta penguasa seluruh
ciptaan nya dan tiada daya yang dapat menandingi keagungan Allah SWT. Selain itu jika Kita
mengaku beriman kepada Allah, maka kita wajib mengimani seluruh nama nama Allah serta sifat
sifat nya.
Dengan Kita percaya,mengimani dan meyakini keberadaan Allah SWT sebagai Tuhan
pencipta seluruh semesta alam ini maka, Kita akan senantiasa mendapatkan perlindungan
,ketentraman hati dan jiwa. Kita wajib percaya bahwa yang pantas sekaligus layak untuk di
ibadahi hannyalah Allah SWT. Tiada mahluk, benda atau sesuatupun yang layak disembah selain
Allah SWT.
18
DAFTAR PUSTAKA
https://almanhaj.or.id/3880-mengenal-allah-subhanahu-wa-taala.html

More Related Content

What's hot

Pai 7 iman kepada allah makna dan cakupan
Pai  7  iman kepada allah makna dan cakupanPai  7  iman kepada allah makna dan cakupan
Pai 7 iman kepada allah makna dan cakupan
Bryan Haryono
 
Takdir jodoh seorang manusia
Takdir jodoh seorang manusiaTakdir jodoh seorang manusia
Takdir jodoh seorang manusiaFarid Rohman
 
Iam muslim malay
Iam muslim malayIam muslim malay
Iam muslim malay
iam-muslim
 
UITM-(CTU) AQIDAH TERAS PEMBANGUNAN MUSLIM
UITM-(CTU) AQIDAH TERAS PEMBANGUNAN MUSLIMUITM-(CTU) AQIDAH TERAS PEMBANGUNAN MUSLIM
UITM-(CTU) AQIDAH TERAS PEMBANGUNAN MUSLIM
sakura rena
 
CTU101 Konsep Rukun Iman (Hari Akhirat, Qada' & Qadar)
CTU101 Konsep Rukun Iman (Hari Akhirat, Qada' & Qadar)CTU101 Konsep Rukun Iman (Hari Akhirat, Qada' & Qadar)
CTU101 Konsep Rukun Iman (Hari Akhirat, Qada' & Qadar)Adlina Zainuri
 
Fahri priandana agama qada dan qadarr
Fahri priandana agama qada dan qadarrFahri priandana agama qada dan qadarr
Fahri priandana agama qada dan qadarr
Fahri Priandana
 
Menjemput Jodoh Impian
Menjemput Jodoh ImpianMenjemput Jodoh Impian
Menjemput Jodoh Impian
Slamet Wahyudin
 
UITM-(CTU) islam sebagai ad-din
UITM-(CTU) islam sebagai ad-dinUITM-(CTU) islam sebagai ad-din
UITM-(CTU) islam sebagai ad-dinsakura rena
 
Ppt agama kel_4[1] Iman Kepada Allah S.W.T
Ppt agama kel_4[1] Iman Kepada Allah S.W.TPpt agama kel_4[1] Iman Kepada Allah S.W.T
Ppt agama kel_4[1] Iman Kepada Allah S.W.T
MRamadhanyI
 
Pengertian qadha dan qadar
Pengertian qadha dan qadarPengertian qadha dan qadar
Pengertian qadha dan qadarDami Aozora
 
Pengertian qadha
Pengertian qadhaPengertian qadha
Pengertian qadha
Syukri Muhammad
 
Asmaul Husna
Asmaul HusnaAsmaul Husna
Sifat2 Zat Nya Allah
Sifat2 Zat Nya AllahSifat2 Zat Nya Allah
Sifat2 Zat Nya Allah
E13248
 
Terjemah jawahirul kalamiyyah
Terjemah jawahirul kalamiyyahTerjemah jawahirul kalamiyyah
Terjemah jawahirul kalamiyyah
Firdaus Imadudin
 
Akidah islam
Akidah islam Akidah islam
Akidah islam
Afshan Mbo
 
Sistem Khalifah
Sistem Khalifah Sistem Khalifah
Sistem Khalifah
m10ehebat
 
Pel. 1 al quran menjana kecemerlangan hidup
Pel. 1 al quran menjana kecemerlangan hidupPel. 1 al quran menjana kecemerlangan hidup
Pel. 1 al quran menjana kecemerlangan hidupZainifatimah Othman
 
Iman Kepada Allah Swt2dani Yahya
Iman Kepada Allah Swt2dani YahyaIman Kepada Allah Swt2dani Yahya
Iman Kepada Allah Swt2dani Yahya
iwanmahmudi
 

What's hot (20)

Qada dan qadar
Qada dan qadarQada dan qadar
Qada dan qadar
 
Pai 7 iman kepada allah makna dan cakupan
Pai  7  iman kepada allah makna dan cakupanPai  7  iman kepada allah makna dan cakupan
Pai 7 iman kepada allah makna dan cakupan
 
Takdir jodoh seorang manusia
Takdir jodoh seorang manusiaTakdir jodoh seorang manusia
Takdir jodoh seorang manusia
 
Iam muslim malay
Iam muslim malayIam muslim malay
Iam muslim malay
 
UITM-(CTU) AQIDAH TERAS PEMBANGUNAN MUSLIM
UITM-(CTU) AQIDAH TERAS PEMBANGUNAN MUSLIMUITM-(CTU) AQIDAH TERAS PEMBANGUNAN MUSLIM
UITM-(CTU) AQIDAH TERAS PEMBANGUNAN MUSLIM
 
CTU101 Konsep Rukun Iman (Hari Akhirat, Qada' & Qadar)
CTU101 Konsep Rukun Iman (Hari Akhirat, Qada' & Qadar)CTU101 Konsep Rukun Iman (Hari Akhirat, Qada' & Qadar)
CTU101 Konsep Rukun Iman (Hari Akhirat, Qada' & Qadar)
 
Fahri priandana agama qada dan qadarr
Fahri priandana agama qada dan qadarrFahri priandana agama qada dan qadarr
Fahri priandana agama qada dan qadarr
 
Menjemput Jodoh Impian
Menjemput Jodoh ImpianMenjemput Jodoh Impian
Menjemput Jodoh Impian
 
UITM-(CTU) islam sebagai ad-din
UITM-(CTU) islam sebagai ad-dinUITM-(CTU) islam sebagai ad-din
UITM-(CTU) islam sebagai ad-din
 
Ppt agama kel_4[1] Iman Kepada Allah S.W.T
Ppt agama kel_4[1] Iman Kepada Allah S.W.TPpt agama kel_4[1] Iman Kepada Allah S.W.T
Ppt agama kel_4[1] Iman Kepada Allah S.W.T
 
Pengertian qadha dan qadar
Pengertian qadha dan qadarPengertian qadha dan qadar
Pengertian qadha dan qadar
 
Pengertian qadha
Pengertian qadhaPengertian qadha
Pengertian qadha
 
Asmaul Husna
Asmaul HusnaAsmaul Husna
Asmaul Husna
 
Sifat2 Zat Nya Allah
Sifat2 Zat Nya AllahSifat2 Zat Nya Allah
Sifat2 Zat Nya Allah
 
Terjemah jawahirul kalamiyyah
Terjemah jawahirul kalamiyyahTerjemah jawahirul kalamiyyah
Terjemah jawahirul kalamiyyah
 
Akidah islam
Akidah islam Akidah islam
Akidah islam
 
Presentation1
Presentation1Presentation1
Presentation1
 
Sistem Khalifah
Sistem Khalifah Sistem Khalifah
Sistem Khalifah
 
Pel. 1 al quran menjana kecemerlangan hidup
Pel. 1 al quran menjana kecemerlangan hidupPel. 1 al quran menjana kecemerlangan hidup
Pel. 1 al quran menjana kecemerlangan hidup
 
Iman Kepada Allah Swt2dani Yahya
Iman Kepada Allah Swt2dani YahyaIman Kepada Allah Swt2dani Yahya
Iman Kepada Allah Swt2dani Yahya
 

Similar to Kel.04 iman kepada_allah[1]

2. akidah teras pembangunan muslim
2. akidah teras pembangunan muslim2. akidah teras pembangunan muslim
2. akidah teras pembangunan muslim
Shahirah Said
 
Makalah aqidah iman kepada allah
Makalah aqidah iman kepada allah Makalah aqidah iman kepada allah
Makalah aqidah iman kepada allah
Afshan Mbo
 
Sudahkah Kita Mengenal Allah?
Sudahkah Kita Mengenal Allah?Sudahkah Kita Mengenal Allah?
Sudahkah Kita Mengenal Allah?
Kelompok1PAI_FF14
 
Tiga serangkai sendi agama
Tiga serangkai sendi agama Tiga serangkai sendi agama
Tiga serangkai sendi agama
Al-Islami Caligrafi
 
Makalah Rukun Iman
Makalah Rukun ImanMakalah Rukun Iman
Makalah Rukun Iman
Akfar ikifa
 
Makalah 1 kelompok 3. "Konsepsi Tentang Ketuhanan"
Makalah 1 kelompok 3. "Konsepsi Tentang Ketuhanan"Makalah 1 kelompok 3. "Konsepsi Tentang Ketuhanan"
Makalah 1 kelompok 3. "Konsepsi Tentang Ketuhanan"
Dian Widdyastutik
 
Makalah aqidah (iman kepada allah)
Makalah aqidah (iman kepada allah)Makalah aqidah (iman kepada allah)
Makalah aqidah (iman kepada allah)hilman shodri
 
null.pptx
null.pptxnull.pptx
null.pptx
BAMZESPORT
 
Makalah aqidah kelompok 3
Makalah aqidah kelompok 3Makalah aqidah kelompok 3
Makalah aqidah kelompok 3
Vivera Saja
 
Hadis 3
Hadis 3Hadis 3
Hadis 3
Abdul Muchith
 
Ruang lingkup agama
Ruang lingkup agamaRuang lingkup agama
Ruang lingkup agama
Yunus Moershal
 
hadis 2.pptx
hadis 2.pptxhadis 2.pptx
hadis 2.pptx
ShahrilAidiAhmad1
 
Tugas tik(makalah)
Tugas tik(makalah)Tugas tik(makalah)
Tugas tik(makalah)
widiDealaWijaya
 
Hakekat Beragama Islam
Hakekat Beragama IslamHakekat Beragama Islam
Hakekat Beragama Islam
Marhamah Saleh
 
Materi pengisian sku penegak bantara
Materi pengisian sku penegak bantaraMateri pengisian sku penegak bantara
Materi pengisian sku penegak bantara
Saidi Saidi
 
Materi pengisian sku penegak bantara
Materi pengisian sku penegak bantaraMateri pengisian sku penegak bantara
Materi pengisian sku penegak bantara
Saidi Saidi
 
Aa kelas x
Aa kelas xAa kelas x
Aa kelas x
Sartika Putri H
 

Similar to Kel.04 iman kepada_allah[1] (20)

2. akidah teras pembangunan muslim
2. akidah teras pembangunan muslim2. akidah teras pembangunan muslim
2. akidah teras pembangunan muslim
 
Makalah aqidah iman kepada allah
Makalah aqidah iman kepada allah Makalah aqidah iman kepada allah
Makalah aqidah iman kepada allah
 
Sudahkah Kita Mengenal Allah?
Sudahkah Kita Mengenal Allah?Sudahkah Kita Mengenal Allah?
Sudahkah Kita Mengenal Allah?
 
Tiga serangkai sendi agama
Tiga serangkai sendi agama Tiga serangkai sendi agama
Tiga serangkai sendi agama
 
Makalah Rukun Iman
Makalah Rukun ImanMakalah Rukun Iman
Makalah Rukun Iman
 
Aqidah salaf dan khalaf ust hasrizal
Aqidah salaf dan khalaf ust hasrizalAqidah salaf dan khalaf ust hasrizal
Aqidah salaf dan khalaf ust hasrizal
 
Makalah 1 kelompok 3. "Konsepsi Tentang Ketuhanan"
Makalah 1 kelompok 3. "Konsepsi Tentang Ketuhanan"Makalah 1 kelompok 3. "Konsepsi Tentang Ketuhanan"
Makalah 1 kelompok 3. "Konsepsi Tentang Ketuhanan"
 
Makalah aqidah (iman kepada allah)
Makalah aqidah (iman kepada allah)Makalah aqidah (iman kepada allah)
Makalah aqidah (iman kepada allah)
 
null.pptx
null.pptxnull.pptx
null.pptx
 
Ringkasan materi pai kelas 7 bab 2 iman kepada allah
Ringkasan materi pai kelas 7 bab 2 iman kepada allahRingkasan materi pai kelas 7 bab 2 iman kepada allah
Ringkasan materi pai kelas 7 bab 2 iman kepada allah
 
Makalah aqidah kelompok 3
Makalah aqidah kelompok 3Makalah aqidah kelompok 3
Makalah aqidah kelompok 3
 
Hadis 3
Hadis 3Hadis 3
Hadis 3
 
Ruang lingkup agama
Ruang lingkup agamaRuang lingkup agama
Ruang lingkup agama
 
Ruang Lingkup Agama
Ruang Lingkup AgamaRuang Lingkup Agama
Ruang Lingkup Agama
 
hadis 2.pptx
hadis 2.pptxhadis 2.pptx
hadis 2.pptx
 
Tugas tik(makalah)
Tugas tik(makalah)Tugas tik(makalah)
Tugas tik(makalah)
 
Hakekat Beragama Islam
Hakekat Beragama IslamHakekat Beragama Islam
Hakekat Beragama Islam
 
Materi pengisian sku penegak bantara
Materi pengisian sku penegak bantaraMateri pengisian sku penegak bantara
Materi pengisian sku penegak bantara
 
Materi pengisian sku penegak bantara
Materi pengisian sku penegak bantaraMateri pengisian sku penegak bantara
Materi pengisian sku penegak bantara
 
Aa kelas x
Aa kelas xAa kelas x
Aa kelas x
 

Kel.04 iman kepada_allah[1]

  • 1. i MAKALAH AGAMA ISLAM II IMAN KEPADA ALLAH S.W.T ABDUL HAMID ALY,SPd.,M.Pd Oleh Kelompok 04: FIA ADILIA ALFINA CHUSWANDONO 2190108184 ERIKA DIAH SAFITRI 21901081185 ELFANA DWI FIRDAUS 21901081189 MOHAMAD RAMADHANY IDRIS 21901081191 M. HAIDAR ALI 21901081240 SHAFA AURELIA AZZAHRA 219010842 SALMAN AL FRIZY 21901081245 Kelas M-06 PRODI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM MALANG 2020
  • 2. ii KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah pengatur dan pemelihara seluruh alam. Shalawat serta salam Kepada nabi dan Rasulnya Muhammad SAW, juga keluarganya, sahabatnya, serta seluruh umatnya yang mengikuti sunnahnya. Makalah ini yang terkait dengan pengenalan dan dasar keimana kepada Allah.. Tujuan kami membuat makalah ini agar seluruh mahasiswa dan mahasiswi dapat meninjau dan mengetahui tentang dasar dan pengenalan kepada Allah dengan melalui beberapa cara seperti, berdiskusi dan sebagainya. Karena itu sangat diharapkan bagi mahasiswa dan mahasiswi jurusan Manajemen untuk memahaminya. Kami meyakini bahwa makalah ini tidak terlepas dari kekurangan. Oleh karena itu saran dan kritik dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita. Amin Malang 14 Maret 2020 Penyusun
  • 3. iii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ....................................................................................................................................ii DAFRAR ISI ..................................................................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................................................................1 1.1 Latar Belakang ..........................................................................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................................................1 1.3 Tujuan .......................................................................................................................................................1 BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................................................2 2.1 Pengenalan Terhadap Allah SWT..............................................................................................................2 2.2 Dasar Keimanan Kepada Allah SWT ........................................................................................................10 BAB III PENUTUP..........................................................................................................................................17 3.1 Kesimpulan..................................................................................................................................................17 DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................................18
  • 4. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai umat Muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, tentunya wajib meyakini adanya Allah SWT. Maka dari itu, perlu adanya ilmu pengetahuan untuk meningkatkan dan memperkokoh keimanan Kita kepad Allah. Hal tersebut penting dilakukan agar Kita tidak terjerumus kepada kesesatan dan jalur yang menyimpang dari ajaran keesaan Allah SWT seperti kemusyrikan, syirik dan lain sebagainya. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa makna pengenalan terhadap Allah SWT? 2. Apa dasar keimanan kepada Allah SWT ? 1.3 Tujuan 1.Untuk mengetahui dan memahami makna pengenalan terhadap Allah SWT 2. Untuk mengetahui dan memahami dasar keimanan kepada Allah SWT
  • 5. 2 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengenalan Terhadap Allah S.W.T Kemuliaan suatu ilmu tergantung pada perkara yang dipelajari dalam ilmu tersebut. Karena tidak ada yang lebih mulia daripada Allâh Subhanahu wa Ta’ala, maka ilmu mengenal Allâh merupakan ilmu yang paling mulia. Cara mengenal Allâh itu bisa dilakukan melalui : • Ayat-ayat kauniyah (tanda-tanda keagungan Allâh pada alam semesta atau seluruh makhlukNya), dan • Ayat-ayat syar’iyah (tanda-tanda keagungan Allâh, pada syari’at atau agama-Nya). Mengenal Allâh Azza wa Jalla mencakup 4 bagian yaitu : 1. Mengenal keberadaan Allâh. 2. Mengenal keesaan rububiyah Allâh. 3. Mengenal keesaan uluhiyah Allâh (hak Allâh untuk diibadahi) 4. Mengenal nama-nama dan sifat-sifat Allâh Azza wa Jalla Keempat bagian ini merupakan satu kesatuan, tidak boleh dipisah-pisahkan. Berikut ini penjelasan singkat tentang empat perkara di atas. 1. MENGENAL ADANYA ALLAH SUBHANAHU WA TA’ALA Kita wajib meyakini bahwa Allâh Pencipta seluruh makhluk benar-benar ada, walaupun kita tidak pernah bertemu, melihat, mendengar secara langsung. Banyak sekali dalil-dalil yang menunjukkan hal ini. Diantaranya firman Allâh Subhanahu wa Ta’ala : َ‫ون‬ُ‫ق‬ِ‫ل‬‫َا‬‫خ‬ْ‫ل‬‫ا‬ ُ‫م‬ُ‫ه‬ ْ‫م‬َ‫أ‬ ٍ‫ء‬ْ‫ي‬َ‫ش‬ ِ‫ْر‬‫ي‬َ‫غ‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ‫وا‬ُ‫ق‬ِ‫ل‬ُ‫خ‬ ْ‫م‬َ‫أ‬ Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun (yakni tanpa Pencipta), ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)? [ath-Thûr/52:35]
  • 6. 3 Maksudnya, keadaan manusia atau makhluk yang sudah ada ini tidak lepas dari salah satu dari tiga keadaan : a. Mereka ada tanpa Pencipta. Ini tidak mungkin. Tidak ada akal sehat yang bisa menerima bahwa sesuatu itu ada tanpa ada yang membuatnya. b. Mereka menciptakan diri mereka sendiri. Ini lebih tidak mungkin lagi. Karena bagaimana mungkin sesuatu yang awalnya tidak ada menciptakan sesuatu yang ada. c. Inilah yang haq, yaitu Allâh Azza wa Jalla yang telah menciptakan mereka, Dialah Sang Pencipta, Penguasa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Seorang Arab Baduwi ditanya, “Apakah bukti tentang adanya Allâh Azza wa Jalla?” Dia menjawab, “Subhânallâh (Maha Suci Allâh)! Sesungguhnya kotoran onta menunjukkan adanya onta, bekas telapak kaki menunjukkan adanya perjalanan! Maka langit yang memiliki bintang- bintang, bumi yang memiliki jalan-jalan, lautan yang memiliki ombak-ombak, tidakkah hal itu menunjukkan adanya al-Lathîf (Allâh Yang Maha Baik) al-Khabîr (Maha Mengetahui).” Imam Ahmad rahimahullah ditanya tentang hal ini, beliau menjawab, “Ada sebuah benteng yang kokoh, halus, tidak ada pintu dan jendela. Luarnya seperti perak putih, dalamnya seperti emas murni. Ketika dalam keadaan demikian, tiba-tiba temboknya terbelah, lalu keluarlah darinya seekor binatang yang dapat mendengar dan melihat, memiliki bentuk yang indah dan suara yang merdu.” Yang dimaksudkan oleh Imam Ahmad adalah seekor ayam yang keluar dari telurnya. [Lihat Tafsîr Ibnu Katsîr, surat al-Baqarah, ayat ke-21] Sesungguhnya keyakinan adanya Sang Pencipta, Allâh Azza wa Jalla , merupakan fithrah makhluk. Oleh karena itulah Fir’aun, bahkan Iblis, juga meyakini hal ini. Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang Fir’aun dan kaumnya yang mengingkari mu’jizat Nabi Musa Alaihissallam :
  • 7. 4 َ‫ين‬ِ‫د‬ِ‫س‬ْ‫ف‬ُ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ُ‫ة‬َ‫ب‬ِ‫ق‬‫ا‬َ‫ع‬ َ‫ان‬َ‫ك‬ َ‫ْف‬‫ي‬َ‫ك‬ ْ‫ر‬ُ‫ظ‬ْ‫ن‬‫ا‬َ‫ف‬ ۚ ‫ا‬ ًّ‫و‬ُ‫ل‬ُ‫ع‬ َ‫و‬ ‫ا‬ً‫م‬ْ‫ل‬ُ‫ظ‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ُ‫س‬ُ‫ف‬ْ‫ن‬َ‫أ‬ ‫ا‬َ‫ه‬ْ‫ت‬َ‫ن‬َ‫ق‬ْ‫ي‬َ‫ت‬ْ‫س‬‫ا‬ َ‫و‬ ‫ا‬َ‫ه‬ِ‫ب‬ ‫ُوا‬‫د‬َ‫ح‬َ‫ج‬ َ‫و‬ Dan mereka (Fir’aun dan kaumnya) mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka) padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya. Maka perhatikanlah betapa kesudahan orang-orang yang berbuat kebinasaan. [an-Naml/27:14] Oleh karena itu, tidaklah semata-mata seseorang meyakini adanya Allâh berarti dia adalah orang Islam atau beriman. 2. MENGENAL KEESAAN RUBUBIYAH ALLAH SUBHANAHU WA TA’ALA Kita wajib meyakini keesaan rububiyah Allâh, yaitu bahwa hanya Allâh yang mencipta, memiliki, menguasai, dan mengatur seluruh makhluk. Hanya Allâh Azza wa Jalla yang menghidupkan, mematikan, memberi rizqi, mendatangkan kebaikan, mendatangkan bencana. Tidak ada sekutu bagi Allâh Azza wa Jalla dalam seluruh perkara di atas, baik malaikat, nabi, wali, jin, ruh, atau lainnya. Rububiyah (mencipta, memiliki, dan mengatur/menguasai) seluruh alam semesta ini hanyalah bagi Allâh semata. Allâh Azza wa Jalla berfirman : َ‫ين‬ِ‫م‬َ‫ل‬‫ا‬َ‫ع‬ْ‫ل‬‫ا‬ ِ‫ب‬َ‫ر‬ ِ ‫ه‬ ِ‫ّلِل‬ ُ‫د‬ْ‫م‬َ‫ح‬ْ‫ل‬‫ا‬ Segala puji bagi Allah, Rabb (Pemilik, Penguasa) semesta alam. [al-Fâtihah/1:2] Jenis tauhid ini tidak diingkari oleh orang-orang musyrik di zaman Rasûlullâh, bahkan mereka mengakuinya, sebagaimana dinyatakan oleh beberapa ayat al-Qur’ân. Antara lain, firman Allâh Azza wa Jalla . ‫ه‬‫ي‬َ‫ح‬ْ‫ل‬‫ا‬ ُ‫ج‬ ِ‫ر‬ْ‫خ‬ُ‫ي‬ ْ‫ن‬َ‫م‬ َ‫و‬ َ‫ار‬َ‫ص‬ْ‫ب‬َ ْ‫اْل‬ َ‫و‬ َ‫ع‬ْ‫م‬‫ه‬‫س‬‫ال‬ ُ‫ك‬ِ‫ل‬ْ‫م‬َ‫ي‬ ْ‫ن‬‫ه‬‫م‬َ‫أ‬ ِ‫ض‬ ْ‫ر‬َ ْ‫اْل‬ َ‫و‬ ِ‫اء‬َ‫م‬‫ه‬‫س‬‫ال‬ َ‫ن‬ِ‫م‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ُ‫ق‬ُ‫ز‬ْ‫ر‬َ‫ي‬ ْ‫ن‬َ‫م‬ ْ‫ل‬ُ‫ق‬ُ‫ي‬ ْ‫ن‬َ‫م‬ َ‫و‬ ِ‫ي‬َ‫ح‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫ن‬ِ‫م‬ َ‫ت‬ِ‫ي‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ُ‫ج‬ ِ‫ر‬ْ‫خ‬ُ‫ي‬ َ‫و‬ ِ‫ت‬ِ‫ي‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫ن‬ِ‫م‬ُ‫ر‬ِ‫ب‬َ‫د‬ َ‫ون‬ُ‫ق‬‫ه‬‫ت‬َ‫ت‬ َ‫َل‬َ‫ف‬َ‫أ‬ ْ‫ل‬ُ‫ق‬َ‫ف‬ ۚ ُ ‫اّلِله‬ َ‫ون‬ُ‫ل‬‫و‬ُ‫ق‬َ‫ي‬َ‫س‬َ‫ف‬ ۚ َ‫ر‬ْ‫م‬َ ْ‫اْل‬
  • 8. 5 “Katakanlah, “Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan yang mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan” Maka mereka (orang-orang musyrik jahiliyah) menjawab, “Allâh”. Maka katakanlah: “Mengapa kamu tidak bertaqwa (kepada-Nya)?” [Yunus/10: 31] Demikian juga Iblis mengakui hal ini, dia mengakui bahwa Allâh-lah yang telah menciptakannya dari api. ‫َا‬‫ن‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ‫ي‬ِ‫ن‬َ‫ت‬ْ‫ق‬َ‫ل‬َ‫خ‬ ُ‫ه‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ ٌ‫ْر‬‫ي‬َ‫خ‬ ‫َا‬‫ن‬َ‫أ‬ َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ ۖ َ‫ك‬ُ‫ت‬ْ‫ر‬َ‫م‬َ‫أ‬ ْ‫ذ‬ِ‫إ‬ َ‫د‬ُ‫ج‬ْ‫س‬َ‫ت‬ ‫ه‬‫َّل‬َ‫أ‬ َ‫ك‬َ‫ع‬َ‫ن‬َ‫م‬ ‫ا‬َ‫م‬ َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ٍ‫ين‬ِ‫ط‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ُ‫ه‬َ‫ت‬ْ‫ق‬َ‫ل‬َ‫خ‬ َ‫و‬ ٍ‫ر‬ Allah berfirman, “Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?” Iblis menjawab “Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah”. [al-A’râf/7:12] Oleh karena itulah, seseorang yang meyakini adanya Allâh dan keesaan kekuasaan-Nya belum bisa disebut orang Islam atau orang beriman, sampai dia mengimani keesaan uluhiyah Allâh, juga mengimani nama-nama dan sifat-sifat Allâh, sebagaimana akan dijelaskan di bawah ini. 3. MENGENAL KEESAAN ULUHIYAH ALLAH (HAK-NYA UNTUK DIIBADAHI). Kita meyakini bahwa yang berhak diibadahi hanya Allâh Subhanahu wa Ta’ala . Tidak boleh memberikan ibadah kepada selain Allâh, walaupun kepada makhluk yang dekat kepada-Nya, seperti malaikat atau rasul Allâh Azza wa Jalla . Apalagi kepada makhluk yang derajatnya di bawah mereka, seperti: manusia, jin, binatang, pohon, batu, senjata, planet, bintang, ataupun lainnya. Tauhid inilah makna yang terkandung di dalam perkataan Lâ ilâha illa Allâh, karena maknanya adalah tidak ada yang berhak diibadahi selain Allâh. Dia Azza wa Jalla berfirman : ُ‫ين‬ِ‫ع‬َ‫ت‬ْ‫س‬َ‫ن‬ َ‫هاك‬‫ي‬ِ‫إ‬ َ‫و‬ ُ‫د‬ُ‫ب‬ْ‫ع‬َ‫ن‬ َ‫هاك‬‫ي‬ِ‫إ‬
  • 9. 6 Hanya Engkaulah yang kami ibadahi dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan. [al- Fâtihah/1:5] Allâh Azza wa Jalla juga berfirman : َ‫ون‬ُ‫م‬ِ‫ل‬ْ‫س‬ُ‫م‬ ْ‫م‬ُ‫ت‬ْ‫ن‬َ‫أ‬ ْ‫ل‬َ‫ه‬َ‫ف‬ ۖ ٌ‫د‬ ِ‫اح‬ َ‫و‬ ٌ‫ه‬َٰ‫ل‬ِ‫إ‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ُ‫ه‬َٰ‫ل‬ِ‫إ‬ ‫ا‬َ‫م‬‫ه‬‫ن‬َ‫أ‬ ‫ه‬‫ي‬َ‫ل‬ِ‫إ‬ ٰ‫ى‬َ‫ح‬‫ُو‬‫ي‬ ‫ا‬َ‫م‬‫ه‬‫ن‬ِ‫إ‬ ْ‫ل‬ُ‫ق‬ Katakanlah, “Sesungguhnya yang diwahyukan kepadaku adalah,”Bahwasanya Ilahmu (yang kamu ibadahi) adalah Ilah Yang Esa, maka hendaklah kamu berserah diri (kepada-Nya)”. [al- Anbiyâ’/21:108] Keimanan terhadap keesaan uluhiyah Allâh (hakNya untuk diibadahi) ini adalah inti dakwah seluruh rasul. Dan inilah yang diingkari oleh orang-orang musyrik dan kafir. Allâh Azza wa Jalla berfirman. ﴿ٌ‫اب‬‫ه‬‫ذ‬َ‫ك‬ ٌ‫ر‬ ِ‫اح‬َ‫س‬ ‫ا‬َ‫ذ‬َٰ‫ه‬ َ‫ون‬ُ‫ر‬ِ‫ف‬‫ا‬َ‫ك‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ َ‫و‬ ۖ ْ‫م‬ُ‫ه‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ ٌ‫ر‬ِ‫ذ‬ْ‫ن‬ُ‫م‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬َ‫ء‬‫ا‬َ‫ج‬ ْ‫ن‬َ‫أ‬ ‫ُوا‬‫ب‬ ِ‫ج‬َ‫ع‬ َ‫و‬٤ٌ‫اب‬َ‫ج‬ُ‫ع‬ ٌ‫ء‬ْ‫ي‬َ‫ش‬َ‫ل‬ ‫ا‬َ‫ذ‬َٰ‫ه‬ ‫ه‬‫ن‬ِ‫إ‬ ۖ ‫ًا‬‫د‬ ِ‫اح‬ َ‫و‬ ‫ا‬ً‫ه‬َٰ‫ل‬ِ‫إ‬ َ‫ة‬َ‫ه‬ِ‫ل‬ ْ‫اْل‬ َ‫ل‬َ‫ع‬َ‫ج‬َ‫أ‬﴾ “Dan mereka heran karena mereka kedatangan seorang pemberi peringatan (rasul) dari kalangan mereka; dan orang-orang kafir berkata, “ini adalah seorang ahli sihir yang banyak berdusta”. Mengapa ia menjadikan ilah-ilah itu Ilah Yang Satu saja. Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan. [Shad/38: 4-5] Tujuan dari pengenalan keesaan uluhiyah Allâh ini adalah supaya kita mencintai Allâh, tunduk kepada-Nya, takut dan berharap kepada-Nya, serta mengesakan ibadah hanya kepada-Nya. Ibadah kepada Allâh yaitu merendahkan diri dan taat kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala dengan penuh kecintaan, pengagungan, mengharapkan rahmat, dan takut terhadap siksa. Hal itu dilakukan dengan cara melaksanakan perintah Allâh Azza wa Jalla dan menjauhi larangan-Nya.
  • 10. 7 Adapun ruang lingkup ibadah yaitu segala yang dicintai dan diridhai oleh Allâh Azza wa Jalla , baik berupa perkataan dan perbuataan, yang lahir maupun yang batin. Ibadah akan diterima oleh Allâh dengan dua syarat yaitu ikhlas dan mutâba’ah. Ikhlas yaitu: mencari ridha Allâh semata, sedangkan mutâba’ah, yaitu mengikuti Sunnah (ajaran) Nabi Muhammad. Oleh karena itu orang yang meyakini keesaan hak Allâh untuk diibadahi, dia akan mempersembahkan segala jenis ibadah hanya kepada-Nya semata. Di antara jenis-jenis ibadah adalah ketaatan yang mutlak dengan harap dan takut; kecintaan yang disertai ketundukan mutlak; do’a; niat di dalam beribadah (ikhlas); menyembelih binatang; takut; tawakal; dan lainnya. 4. MENGENAL NAMA-NAMA DAN SIFAT ALLAH Yaitu mengimani dan menetapkan seluruh nama-nama Allâh dan sifat-sifat-Nya, yang tersebut di dalam Kitab al-Qur’ân dan Sunnah yang shahih, dengan tanpa menyerupakan dengan makhluk. Allâh Azza wa Jalla berfirman, ُ‫ن‬‫ا‬َ‫ك‬ ‫ا‬َ‫م‬ َ‫ن‬ ْ‫و‬َ‫ز‬ْ‫ج‬ُ‫ي‬َ‫س‬ ۚ ِ‫ه‬ِ‫ئ‬‫ا‬َ‫م‬ْ‫س‬َ‫أ‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ َ‫ُون‬‫د‬ ِ‫ح‬ْ‫ل‬ُ‫ي‬ َ‫ين‬ِ‫ذ‬‫ه‬‫ل‬‫ا‬ ‫وا‬ُ‫ر‬َ‫ذ‬ َ‫و‬ ۖ ‫ا‬َ‫ه‬ِ‫ب‬ ُ‫ه‬‫و‬ُ‫ع‬ْ‫د‬‫ا‬َ‫ف‬ ٰ‫َى‬‫ن‬ْ‫س‬ُ‫ح‬ْ‫ل‬‫ا‬ ُ‫ء‬‫ا‬َ‫م‬ْ‫س‬َ ْ‫اْل‬ ِ ‫ه‬ ِ‫ّلِل‬ َ‫و‬‫و‬ُ‫ل‬َ‫م‬ْ‫ع‬َ‫ي‬ ‫وا‬َ‫ن‬ “Hanya milik Allâh asmâ-ul husnâ, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmâ-ul husnâ itu dan tinggalakanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan. [al-A’râf/7: 180] ُ‫ير‬ ِ‫ص‬َ‫ب‬ْ‫ل‬‫ا‬ ُ‫ع‬‫ي‬ِ‫م‬‫ه‬‫س‬‫ال‬ َ‫و‬ُ‫ه‬ َ‫و‬ ۖ ٌ‫ء‬ْ‫ي‬َ‫ش‬ ِ‫ه‬ِ‫ل‬ْ‫ث‬ِ‫م‬َ‫ك‬ َ‫ْس‬‫ي‬َ‫ل‬
  • 11. 8 Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat. [asy-Syûrâ/42:11] Sesungguhnya Allâh Subhanahu wa Ta’ala adalah Yang Paling Tahu segala perkara, termasuk yang paling tahu tentang Allâh adalah Allah Azza wa Jalla sendiri. Allah Azza wa Jalla berfirman : ُ ‫اّلِله‬ ِ‫م‬َ‫أ‬ ُ‫م‬َ‫ل‬ْ‫ع‬َ‫أ‬ ْ‫م‬ُ‫ت‬ْ‫ن‬َ‫أ‬َ‫أ‬ ْ‫ل‬ُ‫ق‬ Katakanlah: “Apakah kamu lebih mengetahui ataukah Allâh?” [al-Baqarah/2: 140] Demikian juga yang paling mengetahui tentang Allâh di antara semua makhluk adalah Rasul- Nya. Sehingga penjelasan para Rasul tentang Allâh Azza wa Jalla adalah haq. Sedangkan perkataan orang-orang kafir dan musyrik tentang Allâh hanyalah dugaan semata. Allâh berfirman : ﴿َ‫ون‬ُ‫ف‬ ِ‫ص‬َ‫ي‬ ‫ا‬‫ه‬‫م‬َ‫ع‬ ِ‫ة‬ ‫ه‬‫ز‬ِ‫ع‬ْ‫ل‬‫ا‬ ِ‫ب‬َ‫ر‬ َ‫ك‬ِ‫ب‬َ‫ر‬ َ‫ان‬َ‫ح‬ْ‫ب‬ُ‫س‬٠٨١﴿َ‫ين‬ِ‫ل‬َ‫س‬ ْ‫ر‬ُ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ٌ‫م‬ َ‫َل‬َ‫س‬ َ‫﴾و‬٠٨٠َ‫ين‬ِ‫م‬َ‫ل‬‫ا‬َ‫ع‬ْ‫ل‬‫ا‬ ِ‫ب‬َ‫ر‬ ِ ‫ه‬ ِ‫ّلِل‬ ُ‫د‬ْ‫م‬َ‫ح‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫و‬ ﴾ Maha suci Rabbmu yang mempunyai keperkasaan dari apa yang mereka katakan, dan kesejahteraan dilimpahkan atas Para rasul, dan segala puji bagi Allah Rabb seru sekalian alam. [ash-Shâffât/37: 180-182] Oleh karena itulah mengenal nama dan sifat Allâh Azza wa Jalla hanyalah lewat jalan wahyu. Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah berkata tentang sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam : ‫ا‬َ‫ي‬ْ‫ن‬ُّ‫د‬‫ال‬ ِ‫اء‬َ‫م‬َ‫س‬ ‫ى‬َ‫ل‬ِ‫إ‬ ُ‫ل‬ ِ‫ز‬ْ‫ن‬َ‫ي‬ َ‫هللا‬ ‫ه‬‫ن‬ِ‫إ‬ Sesungguhnya Allâh turun ke langit dunia
  • 12. 9 Atau : ِ‫ة‬َ‫م‬‫ا‬َ‫ي‬ِ‫ق‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ ‫ى‬َ‫ُر‬‫ي‬ َ‫هللا‬ ‫ه‬‫ن‬ِ‫إ‬ Sesungguhnya Allâh akan dilihat pada hari kiamat Dan yang serupa dengan hadits-hadits ini, “Kami beriman kepadanya dan membenarkannya, dengan tanpa (bertanya) bagaimana, tanpa (menetapkan) makna (yang lain), tanpa menolak sesuatu darinya. Dan kami mengetahui bahwa semua yang dibawa oleh Rasûlullâh n adalah haq, kami tidak menolak Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan kami tidak mensifati Allâh lebih dari yang Dia menyifati diri-Nya dengan tanpa batasan dan akhir. (Allâh Azza wa Jalla berfirman :) َ‫ب‬ْ‫ل‬‫ا‬ ُ‫ع‬‫ي‬ِ‫م‬‫ه‬‫س‬‫ال‬ َ‫و‬ُ‫ه‬ َ‫و‬ ۖ ٌ‫ء‬ْ‫ي‬َ‫ش‬ ِ‫ه‬ِ‫ل‬ْ‫ث‬ِ‫م‬َ‫ك‬ َ‫ْس‬‫ي‬َ‫ل‬ُ‫ير‬ ِ‫ص‬ Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat. [asy-Syûrâ/42:11] Dan kami mengatakan (tentang sifat Allâh) sebagaimana Dia berkata; Kami menyifati- Nya dengan semua sifat yang Allâh pergunakan untuk menyifati diri-Nya; Dan kami tidak melanggar batasan itu. Dan penyifatan dari orang-orang yang menyifati-Nya tidak sampai kepada hakikat-Nya. Kami beriman kepada al-Qur’ân semuanya, baik yang muhkam (maknanya jelas) dan mutasyabih (maknanya samar). Dan kami tidak akan menghilangkan dari-Nya satu sifat pun dari sifat-sifat-Nya karena kekejian yang dibuat-buat, kami tidak melanggar batas al- Qur’ân dan al-Hadîts. Dan kami tidak mengetahui hakekatnya keculai dengan membenarkan Rasûlullâh n dan menetapkan al-Qur’ân.” [Lum’atul I’tiqâd, hlm. 3]
  • 13. 10 2.2 Dasar Keimanan Kepada Allah S.W.T 1.Dasar beriman kepada Allah Jika di perhatikan proses pengamatan manusia, mula-mula panca indera menerima rangsangan dari luar , kesan dan rangsangan itu disalurkan ke otak, otak menerima dan menyadari rangsangan itu, lalu meminta pertimbangan kepada hati, hasil pertimbangan dilaporkan kembali ke otak, melalui saraf, otak mengintruksikan anggota tubuh untuk berbuat. Semua kesan / rangsangan dari luar tentang alam ini dipertimbangkan oleh hati, hati yang memberi pertimbangan atau berkeyakinan untuk berbicara berbuat, adanya alam semesta ini dan zat yang menciptakannya, yakni Allah di yakini oleh hati. Keyakinan ini di ikuti dengan ucapan pengakuan akan adanya Allah serta dibarengi pula dengan perbuatan berupa amal ibadah kepadanya, pengakuan hati merupakan dasar iman. Perlu di ingat bahwa hanya pengakuan tidak akan ada artinya tanpa ucapan lisan dan pengalaman anggota badan, sebab pengakuan hati, pengucapan lisan dan pengalaman anggota badan merupakan satu kesatuan yang tak dapat di pisahkan. Namun demikian untuk mencapai iman yang benar tidak cukup adanyan dengan pengakuan hati,pengucapan lisan dan mengamalkan angota badan tetapi juga harus di padukan dengan tuntunan oleh Allah (Alquran)serta hadis rasullulah. 2.Cara beriman kepada Allah a.Bersifat Ijamli Cara beriman bersifat ini,maksudnya mempercayai Allah secara umum atau secara garis Allah,kita percaya akan allah itu ada dan allah maha pencipta,maha pengatur,maha pengusa hanya Allah yang pantas di sembah oleh manusia dan meminta pertolongan dan tempat manusia akan kembali. b.Bersifat Tafsili Cara beriman dengan tafsili yaitu mempercaiyai Allah secara terperenci,mempercai dengan sepenuh hati bahwa Allah mempunyai sifat wajib,dan Allah,mempunyai sifat mustahil yang jumlahnya sama dan memiliki sifat jaiz dalam hal kutrat dan iradatnya. B. Bukti-Bukti adanya Allah 1.hakikat manusia sebagai makluk yang bertuhan
  • 14. 11 Pada hakikat manusia membutuhkan yang maha kuasa tempat berlindung dan semua agama mengakui adanya tuhan 2.ayat-ayat Alquran Di dalam kitap alquran terdapat ayat-ayat adanya Allah tuhan yang maha kuasa di antaranya: a.surat Albaqarah ayat 163 َ‫ل‬ِ‫إ‬ َ‫َّل‬ ٌ‫د‬ ِ‫اح‬ َ‫و‬ ٌ‫ه‬َ‫ل‬ِ‫إ‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ُ‫ه‬َ‫ل‬ِ‫إ‬ َ‫و‬(ُ‫م‬‫ي‬ ِ‫ح‬‫ه‬‫الر‬ ُ‫ن‬َ‫م‬ْ‫ح‬‫ه‬‫الر‬ َ‫و‬ُ‫ه‬ ‫ه‬‫َّل‬ِ‫إ‬ َ‫ه‬361) Artinya : Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. b.surat ar rum ayat 25 َ ْ‫اْل‬ َ‫و‬ ُ‫ء‬‫ا‬َ‫م‬‫ه‬‫س‬‫ال‬ َ‫م‬‫و‬ُ‫ق‬َ‫ت‬ ْ‫ن‬َ‫أ‬ ِ‫ه‬ِ‫ت‬‫ا‬َ‫ي‬‫ا‬َ‫ء‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ َ‫و‬(َ‫ون‬ُ‫ج‬ُ‫ر‬ْ‫خ‬َ‫ت‬ ْ‫م‬ُ‫ت‬ْ‫ن‬َ‫أ‬ ‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫إ‬ ِ‫ض‬ ْ‫ر‬َ ْ‫اْل‬ َ‫ن‬ِ‫م‬ ً‫ة‬ َ‫و‬ْ‫ع‬َ‫د‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬‫ا‬َ‫ع‬َ‫د‬ ‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫إ‬ ‫ه‬‫م‬ُ‫م‬ ِ‫ه‬ ِ‫ر‬ْ‫م‬َ‫م‬ِ‫ب‬ ُ‫ض‬ ْ‫ر‬52) Artinya : Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah berdirinya langit dan bumi dengan iradat-Nya. Kemudian apabila Dia memanggil kamu sekali panggil dari bumi, seketika itu (juga) kamu keluar (dari kubur). c.surat arrad ayat 2 s/d 4 َ‫ر‬َ‫م‬َ‫ق‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫و‬ َ‫س‬ْ‫م‬‫ه‬‫ش‬‫ال‬ َ‫ر‬‫ه‬‫خ‬َ‫س‬ َ‫و‬ ِ‫ش‬ْ‫ر‬َ‫ع‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ‫ى‬ َ‫و‬َ‫ت‬ْ‫س‬‫ا‬ ‫ه‬‫م‬ُ‫م‬ ‫ا‬َ‫ه‬َ‫ن‬ ْ‫و‬َ‫ر‬َ‫ت‬ ٍ‫د‬َ‫م‬َ‫ع‬ ِ‫ْر‬‫ي‬َ‫غ‬ِ‫ب‬ ِ‫ت‬‫ا‬ َ‫و‬َ‫م‬‫ه‬‫س‬‫ال‬ َ‫ع‬َ‫ف‬َ‫ر‬ ‫ي‬ِ‫ذ‬‫ه‬‫ل‬‫ا‬ ُ ‫اّلِله‬ُ‫ر‬ِ‫ب‬َ‫د‬ُ‫ي‬ ‫ى‬ًّ‫م‬َ‫س‬ُ‫م‬ ٍ‫ل‬َ‫ج‬َ ِ‫ْل‬ ‫ي‬ ِ‫ر‬ْ‫ج‬َ‫ي‬ ‫ل‬ُ‫ك‬َ‫ر‬ْ‫م‬َ ْ‫اْل‬ (َ‫ون‬ُ‫ن‬ِ‫ق‬‫و‬ُ‫ت‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ِ‫ب‬َ‫ر‬ ِ‫اء‬َ‫ق‬ِ‫ل‬ِ‫ب‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬‫ه‬‫ل‬َ‫ع‬َ‫ل‬ ِ‫ت‬‫ا‬َ‫ي‬ ْ‫اْل‬ ُ‫ل‬ ِ‫ص‬َ‫ف‬ُ‫ي‬5ِ‫ْن‬‫ي‬َ‫ج‬ ْ‫و‬َ‫ز‬ ‫ا‬َ‫ه‬‫ي‬ِ‫ف‬ َ‫ل‬َ‫ع‬َ‫ج‬ ِ‫ت‬‫ا‬َ‫ر‬َ‫م‬‫ه‬‫ث‬‫ال‬ ِ‫ل‬ُ‫ك‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ َ‫و‬ ‫ا‬ً‫ار‬َ‫ه‬ْ‫ن‬َ‫أ‬ َ‫و‬ َ‫ي‬ِ‫س‬‫ا‬ َ‫و‬َ‫ر‬ ‫ا‬َ‫ه‬‫ي‬ِ‫ف‬ َ‫ل‬َ‫ع‬َ‫ج‬ َ‫و‬ َ‫ض‬ ْ‫ر‬َ ْ‫اْل‬ ‫ه‬‫د‬َ‫م‬ ‫ي‬ِ‫ذ‬‫ه‬‫ل‬‫ا‬ َ‫و‬ُ‫ه‬ َ‫)و‬ ْ‫و‬َ‫ق‬ِ‫ل‬ ٍ‫ت‬‫ا‬َ‫ي‬ َ‫ْل‬ َ‫ك‬ِ‫ل‬َ‫ذ‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ ‫ه‬‫ن‬ِ‫إ‬ َ‫ار‬َ‫ه‬‫ه‬‫ن‬‫ال‬ َ‫ل‬ْ‫ي‬‫ه‬‫ل‬‫ال‬ ‫ي‬ِ‫ش‬ْ‫غ‬ُ‫ي‬ ِ‫ْن‬‫ي‬َ‫ن‬ْ‫م‬‫ا‬(َ‫ون‬ُ‫ر‬‫ه‬‫ك‬َ‫ف‬َ‫ت‬َ‫ي‬ ٍ‫م‬1)ٌ‫ل‬‫ي‬ ِ‫َخ‬‫ن‬ َ‫و‬ ٌ‫ع‬ْ‫ر‬َ‫ز‬ َ‫و‬ ٍ‫ب‬‫َا‬‫ن‬ْ‫ع‬َ‫أ‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ٌ‫ات‬‫ه‬‫ن‬َ‫ج‬ َ‫و‬ ٌ‫ات‬َ‫ر‬ِ‫و‬‫ا‬َ‫ج‬َ‫ت‬ُ‫م‬ ٌ‫ع‬َ‫ط‬ِ‫ق‬ ِ‫ض‬ ْ‫ر‬َ ْ‫اْل‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ َ‫و‬ ‫ا‬َ‫ي‬ َ‫ْل‬ َ‫ك‬ِ‫ل‬َ‫ذ‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ ‫ه‬‫ن‬ِ‫إ‬ ِ‫ل‬ُ‫ك‬ُ ْ‫اْل‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ ٍ‫ض‬ْ‫ع‬َ‫ب‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ‫ا‬َ‫ه‬َ‫ض‬ْ‫ع‬َ‫ب‬ ُ‫ل‬ ِ‫ض‬َ‫ف‬ُ‫ن‬ َ‫و‬ ٍ‫د‬ ِ‫اح‬ َ‫و‬ ٍ‫اء‬َ‫م‬ِ‫ب‬ ‫ى‬َ‫ق‬ْ‫س‬ُ‫ي‬ ٍ‫ان‬ َ‫و‬ْ‫ن‬ ِ‫ص‬ ُ‫ْر‬‫ي‬َ‫غ‬ َ‫و‬ ٌ‫ان‬ َ‫و‬ْ‫ن‬ ِ‫ص‬(َ‫ون‬ُ‫ل‬ِ‫ق‬ْ‫ع‬َ‫ي‬ ٍ‫م‬ ْ‫و‬َ‫ق‬ِ‫ل‬ ٍ‫ت‬4) Artinya : Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas `Arsy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan (mu) dengan Tuhanmu. Dan Dia-lah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai padanya. Dan menjadikan padanya semua buah-buahan berpasang-pasangan, Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan. Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon korma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebahagian tanam-tanaman itu atas sebahagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda- tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir.
  • 15. 12 3.kejadian alam semesta Akal yang sehat tentu akan menyandari bahwa adanya sesuatu adanya yang mengadakannya.demikiaan pula dengan alam semesta ini beserta isi nya pasti ada yang menciptakan dan pencipta jagat raya ini pasti zat pencipta alam. 4.kejadian manusia Lewat kejadian manusia terbukti manusia di ciptakan oleh zat maha kuasa.tidak mungkin manusia ada dengan sendirinya Allah berfirman Almukminun ayat 12-14 (ٍ‫ين‬ِ‫ط‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ٍ‫ة‬َ‫ل‬ َ‫َل‬ُ‫س‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ َ‫ان‬َ‫س‬ْ‫ن‬ِ ْ‫اْل‬ ‫َا‬‫ن‬ْ‫ق‬َ‫ل‬َ‫خ‬ ْ‫د‬َ‫ق‬َ‫ل‬ َ‫و‬35‫ا‬َ‫ر‬َ‫ق‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ ً‫ة‬َ‫ف‬ْ‫ط‬ُ‫ن‬ ُ‫ه‬‫َا‬‫ن‬ْ‫ل‬َ‫ع‬َ‫ج‬ ‫ه‬‫م‬ُ‫م‬)(ٍ‫ين‬ِ‫ك‬َ‫م‬ ٍ‫ر‬31ْ‫ق‬َ‫ل‬َ‫خ‬َ‫ف‬ ً‫ة‬َ‫غ‬ْ‫ض‬ُ‫م‬ َ‫ة‬َ‫ق‬َ‫ل‬َ‫ع‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫َا‬‫ن‬ْ‫ق‬َ‫ل‬َ‫خ‬َ‫ف‬ ً‫ة‬َ‫ق‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َ‫ة‬َ‫ف‬ْ‫ط‬ُّ‫ن‬‫ال‬ ‫َا‬‫ن‬ْ‫ق‬َ‫ل‬َ‫خ‬ ‫ه‬‫م‬ُ‫م‬)‫َا‬‫ن‬ ِ‫ل‬‫َا‬‫خ‬ْ‫ل‬‫ا‬ ُ‫ن‬َ‫س‬ْ‫ح‬َ‫أ‬ ُ ‫اّلِله‬ َ‫ك‬َ‫ار‬َ‫ب‬َ‫ت‬َ‫ف‬ َ‫َر‬‫خ‬‫ا‬َ‫ء‬ ‫ا‬ً‫ق‬ْ‫ل‬َ‫خ‬ ُ‫ه‬‫َا‬‫ن‬ْ‫َم‬‫ش‬ْ‫ن‬َ‫أ‬ ‫ه‬‫م‬ُ‫م‬ ‫ا‬ً‫م‬ْ‫ح‬َ‫ل‬ َ‫م‬‫ا‬َ‫ظ‬ِ‫ع‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫َا‬‫ن‬ ْ‫و‬َ‫س‬َ‫ك‬َ‫ف‬ ‫ا‬ً‫م‬‫ا‬َ‫ظ‬ِ‫ع‬ َ‫ة‬َ‫غ‬ْ‫ض‬ُ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬(َ‫ين‬ِ‫ق‬34) Artinya : Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik. C.Aspek-Aspek yang mencakup iman kepada Allah SWT Adapun yang mencakup aspek iman kepada Allah SWT ialah: 1.Iman Akan adanya Allah Kebesaran Allah ini dapat dibuktikan oleh fitrah, akal, syara’ (Al-Quran dan Hadis) danperasaan, hal ini sebagaimana terperinci di dalam poin-poin berikut ini : a.Dalil kebesaran Allah berdasarkan fitrah. Semua mahkluk di ciptakan oleh Allah dalam keadaan beriman kepada penciptanya, tanpa melalui proses berputar. Seseorang tidak akan berpaling dari fitrah ini kecuali jika ada sesuatu yang memalingkan hatinya dari fitrah tersebut. Sebagaimana sabda nabi “tidak ada anak yang terlahir kecuali di lahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanya yang menjadikannya Yahudi dan Nasrani atau Majusi” (H.R Bukhari) b. Dalil Keberadaan Allah Berdasarka Akal Semua makhluk baik yang pada zaman dulu pmaupun yang kan dating pasti membutuhkan pencipta yang menciptakannya. Sedang mereka tidak mungkin ada dengan sendirinya atau mungkin ada secara kebetulan.Allah telah menyebutkan dalil ‘aqli (aqal) dan bukti yang qath’I (pasti) pada surah at-thur yang artinya : “ apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu pun ataukah mereka yang menciptakan diri mereka sendiri”.Maksudnya ialah bahwa mereka tidak
  • 16. 13 mungkin diciptakan tanpa ada yang menciptakannya. Dan tidak mungkin mereka menciptakan dirinya sendiri sehingga tidak ada yang lain kecuali Allah lah yang menciptakannya. 2. Mengimani Allah Sebagai Rabbi Maksudnya ialah mengimani bahwa Allah satu-satunya Rabbi, dimana tidak ada sesuatu ataupun penolong baginya dalam masalah ini. Yang dimaksud dengan rabi adalah zat yang menciptakan, menguasai dan memerintah, yaitu tidak ada pencipta selain Allah, tidak ada raja kecuali Allah dan hak memerintah hanya miliknya semata. Allah berfirman : Q.S Al-A’raf : 54 ‫ا‬ ‫ي‬ِ‫ش‬ْ‫غ‬ُ‫ي‬ ِ‫ش‬ْ‫ر‬َ‫ع‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ‫ى‬ َ‫و‬َ‫ت‬ْ‫س‬‫ا‬ ‫ه‬‫م‬ُ‫م‬ ٍ‫هام‬‫ي‬َ‫أ‬ ِ‫ة‬‫ه‬‫ت‬ِ‫س‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ َ‫ض‬ ْ‫ر‬َ ْ‫اْل‬ َ‫و‬ ِ‫ت‬‫ا‬ َ‫و‬َ‫م‬‫ه‬‫س‬‫ال‬ َ‫ق‬َ‫ل‬َ‫خ‬ ‫ي‬ِ‫ذ‬‫ه‬‫ل‬‫ا‬ ُ ‫اّلِله‬ ُ‫م‬ُ‫ك‬‫ه‬‫ب‬َ‫ر‬ ‫ه‬‫ن‬ِ‫إ‬ْ‫ي‬‫ه‬‫ل‬‫ل‬َ‫و‬ ‫ا‬ً‫ث‬‫ي‬ِ‫ث‬َ‫ح‬ ُ‫ه‬ُ‫ب‬ُ‫ل‬ْ‫ط‬َ‫ي‬ َ‫ار‬َ‫ه‬‫ه‬‫ن‬‫ال‬ َ‫ل‬َ‫ر‬َ‫م‬َ‫ق‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫و‬ َ‫س‬ْ‫م‬‫ه‬‫ش‬‫ال‬ (َ‫ين‬ِ‫م‬َ‫ل‬‫ا‬َ‫ع‬ْ‫ل‬‫ا‬ ُّ‫ب‬َ‫ر‬ ُ ‫اّلِله‬ َ‫ك‬َ‫ار‬َ‫ب‬َ‫ت‬ ُ‫ر‬ْ‫م‬َ ْ‫اْل‬ َ‫و‬ ُ‫ق‬ْ‫ل‬َ‫خ‬ْ‫ل‬‫ا‬ ُ‫ه‬َ‫ل‬ َ‫َّل‬َ‫أ‬ ِ‫ه‬ ِ‫ر‬ْ‫م‬َ‫م‬ِ‫ب‬ ٍ‫ت‬‫ا‬َ‫ر‬‫ه‬‫خ‬َ‫س‬ُ‫م‬ َ‫م‬‫و‬ُ‫ج‬ُّ‫ن‬‫ال‬ َ‫و‬24) Artinya : Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas `Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam. Q.S Fathir : 13 ُ‫م‬ ٍ‫ل‬َ‫ج‬َ ِ‫ْل‬ ‫ي‬ ِ‫ر‬ْ‫ج‬َ‫ي‬ ‫ل‬ُ‫ك‬ َ‫ر‬َ‫م‬َ‫ق‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫و‬ َ‫س‬ْ‫م‬‫ه‬‫ش‬‫ال‬ َ‫ر‬‫ه‬‫خ‬َ‫س‬ َ‫و‬ ِ‫ل‬ْ‫ي‬‫ه‬‫ل‬‫ال‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ َ‫ار‬َ‫ه‬‫ه‬‫ن‬‫ال‬ ُ‫ج‬ِ‫ل‬‫ُو‬‫ي‬ َ‫و‬ ِ‫ار‬َ‫ه‬‫ه‬‫ن‬‫ال‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ َ‫ل‬ْ‫ي‬‫ه‬‫ل‬‫ال‬ ُ‫ج‬ِ‫ل‬‫ُو‬‫ي‬ْ‫ل‬ُ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ُ‫ه‬َ‫ل‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ُّ‫ب‬َ‫ر‬ ُ ‫اّلِله‬ ُ‫م‬ُ‫ك‬ِ‫ل‬َ‫ذ‬ ‫ى‬ًّ‫م‬َ‫س‬‫ه‬‫ل‬‫ا‬ َ‫و‬ ُ‫ك‬َ‫ون‬ُ‫ع‬ْ‫د‬َ‫ت‬ َ‫ين‬ِ‫ذ‬ ( ٍ‫ير‬ِ‫م‬ْ‫ط‬ِ‫ق‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ َ‫ون‬ُ‫ك‬ِ‫ل‬ْ‫م‬َ‫ي‬ ‫ا‬َ‫م‬ ِ‫ه‬ِ‫ن‬‫ُو‬‫د‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬31) Artinya : Dia memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Yang (berbuat) demikian Allah Tuhanmu, kepunyaan-Nyalah kerajaan. Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari.Dalam hal ini tak ada seorang pun manusia yang meningkari bahwa Allah adalah Rabbi kecuali orang-orang yang sombong yang ia sendiri tak yakin dengan apa yang ia katakan. 3. Mengimani Allah sebagai Illah Maksudnya adalah mengimani bahwa Allah adalah satu-satunya Illah yang sebenarnya dan tidak ada sekutu baginya. Yang dimaksud dengan Illah ialah Al-ma’luuh atau Al-Ma’buud yang berarti zat yang disembah oleh manusia dengan maksud untuk mencintai dan mengangungkannya. Allah berfirman (Q.S Al-Baqarah : 163) (ُ‫م‬‫ي‬ ِ‫ح‬‫ه‬‫الر‬ ُ‫ن‬َ‫م‬ْ‫ح‬‫ه‬‫الر‬ َ‫و‬ُ‫ه‬ ‫ه‬‫َّل‬ِ‫إ‬ َ‫ه‬َ‫ل‬ِ‫إ‬ َ‫َّل‬ ٌ‫د‬ ِ‫اح‬ َ‫و‬ ٌ‫ه‬َ‫ل‬ِ‫إ‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ُ‫ه‬َ‫ل‬ِ‫إ‬ َ‫و‬361)
  • 17. 14 Artinya : Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Al-Imran : 18 َ‫و‬ُ‫ه‬ ‫ه‬‫َّل‬ِ‫إ‬ َ‫ه‬َ‫ل‬ِ‫إ‬ َ‫َّل‬ ِ‫ط‬ْ‫س‬ِ‫ق‬ْ‫ل‬‫ا‬ِ‫ب‬ ‫ا‬ً‫م‬ِ‫ئ‬‫ا‬َ‫ق‬ ِ‫م‬ْ‫ل‬ِ‫ع‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫و‬ُ‫ل‬‫و‬ُ‫أ‬ َ‫و‬ ُ‫ة‬َ‫ك‬ِ‫ئ‬ َ‫َل‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫و‬ َ‫و‬ُ‫ه‬ ‫ه‬‫َّل‬ِ‫إ‬ َ‫ه‬َ‫ل‬ِ‫إ‬ َ‫َّل‬ ُ‫ه‬‫ه‬‫ن‬َ‫أ‬ ُ ‫اّلِله‬ َ‫د‬ِ‫ه‬َ‫ش‬‫ا‬(ُ‫م‬‫ي‬ِ‫ك‬َ‫ح‬ْ‫ل‬‫ا‬ ُ‫يز‬ ِ‫ز‬َ‫ع‬ْ‫ل‬31) Artinya : Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. 4. Mengimani sifat-sifat dan Nama-nama Allah Maksudnya Adalah menetapkan dan nama-nama sifat yang telah ditetapkan oleh Allah untuk dirinya sendiri baik dalam tetapnya maupun dalam sunnah Rasulnya. Tentunya dengan gambaran yang sesuai dengan keagungan Allah, tanpa harus merubah, mengingkari, memuaskan, tentang bentuk atau caranya ataupun menyerupakannya dengan sesuatu apapun. Allah SWT berfirman : (Q.S Al-A’raaf : 180) ُ‫ء‬‫ا‬َ‫م‬ْ‫س‬َ ْ‫اْل‬ ِ ‫ه‬ ِ‫ّلِل‬ َ‫و‬(َ‫ون‬ُ‫ل‬َ‫م‬ْ‫ع‬َ‫ي‬ ‫وا‬ُ‫ن‬‫ا‬َ‫ك‬ ‫ا‬َ‫م‬ َ‫ن‬ ْ‫و‬َ‫ز‬ْ‫ج‬ُ‫ي‬َ‫س‬ ِ‫ه‬ِ‫ئ‬‫ا‬َ‫م‬ْ‫س‬َ‫أ‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ َ‫ُون‬‫د‬ ِ‫ح‬ْ‫ل‬ُ‫ي‬ َ‫ين‬ِ‫ذ‬‫ه‬‫ل‬‫ا‬ ‫وا‬ُ‫ر‬َ‫ذ‬ َ‫و‬ ‫ا‬َ‫ه‬ِ‫ب‬ ُ‫ه‬‫و‬ُ‫ع‬ْ‫د‬‫ا‬َ‫ف‬ ‫َى‬‫ن‬ْ‫س‬ُ‫ح‬ْ‫ل‬‫ا‬311) Artinya : Hanya milik Allah asma-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan. (Q.S Ar-Rum : 27) ‫ى‬َ‫ل‬ْ‫ع‬َ ْ‫اْل‬ ُ‫ل‬َ‫ث‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ُ‫ه‬َ‫ل‬ َ‫و‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫ن‬ َ‫و‬ْ‫ه‬َ‫أ‬ َ‫و‬ُ‫ه‬ َ‫و‬ ُ‫ه‬ُ‫د‬‫ي‬ِ‫ع‬ُ‫ي‬ ‫ه‬‫م‬ُ‫م‬ َ‫ق‬ْ‫ل‬َ‫خ‬ْ‫ل‬‫ا‬ ُ‫أ‬َ‫د‬ْ‫ب‬َ‫ي‬ ‫ي‬ِ‫ذ‬‫ه‬‫ل‬‫ا‬ َ‫و‬ُ‫ه‬ َ‫و‬(ُ‫م‬‫ي‬ِ‫ك‬َ‫ح‬ْ‫ل‬‫ا‬ ُ‫يز‬ ِ‫ز‬َ‫ع‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫و‬ُ‫ه‬ َ‫و‬ ِ‫ض‬ ْ‫ر‬َ ْ‫اْل‬ َ‫و‬ ِ‫ت‬‫ا‬ َ‫و‬َ‫م‬‫ه‬‫س‬‫ال‬ ‫ي‬ِ‫ف‬52) Artinya : Dan Dialah yang menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian mengembalikan (menghidupkan) nya kembali, dan menghidupkan kembali itu adalah lebih mudah bagi-Nya. Dan bagi-Nyalah sifat yang Maha Tinggi di langit dan di bumi; dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Q.S As-Syura : 11) (َ‫ون‬ُ‫ق‬‫ه‬‫ت‬َ‫ي‬ َ‫َّل‬َ‫أ‬ َ‫ن‬ ْ‫و‬َ‫ع‬ْ‫ر‬ِ‫ف‬ َ‫م‬ ْ‫و‬َ‫ق‬33)
  • 18. 15 Artinya : (yaitu) kaum Fir`aun. Mengapa mereka tidak bertakwa?" D. Sifat-sifat Allah. Sifat wajib bagi Allah adalah sifat yang harus ada pada Zat Allah sebagai kesempurnaan baginya. Allah adalah Khaliq zat yang memiliki sifat yang tidak mungkin sama dengan sifat yang dimiliki oleh mahluknya. Zat Allah tidak bisa dibayangkan bagaimana bentuknya, rupa dan ciri-cirinya begitu juga sifat-sifatnya. Tidak bisa disamakan dengan sifat-sifat mahluk. Sifat-sifat wajib bagi Allah itu diyakini melalui akal (wajib ‘Aqli) dan berdasarkan dalil naqli (Al-Quran dan Hadist). Pembagian sifat-sifat wajib bagi Allah: Menurut para ulama ilmu kalam sifat-sifat wajib bagi Allah terdiri dari atas 20 sifat, dari 20 sifat itu dikelompokkan menjadi 4 kelompok sebagai berikut : a. Sifat Nafsiyah Yaitu sifat yang berhubungan dengan zat Allah. Sifat Nafsiyah ini ada satu, yaitu wujud. b. Sifat Shalbiyah Yaitu sifat yang meniadakan adanya sifat sebaliknya. Sifat shalbiyah ini ada lima, yaitu : Qidam, Baqa, Mukhalafatuhu lilhawadist, Qiyamuhu Binafsihi, Wahdaniyah. c. Sifat Ma’ani Yaitu sifat-sifat abstrak yang wajib ada pada Allah. Yang termasuk sifat ma’ani ada tujuh, yaitu : Qudrah, Iradah, ‘ilmu, Hayat, Sama’, Bashar, kalam. d. Sifat Ma’nawiyah Sifat ma’nawiyah adalah kezaliman dari sifat ma’ani, sifat ma’nawiyah tidak dapat berdiri sendiri, sebab setiap ada sifat ma’ani tentu ada sifat ma’nawiyah. Jumlah sifat ma’nawiyah sama dengan jumlah sifat ma’ani, yaitu : Qadiran, Muridan, ‘Aliman, Hayyan, Sami’an, Bashiran, Mutakalliman. E. Manfaat Beriman Kepada Allah
  • 19. 16  Manfaat besar yang dapat kita petik karena beriman kepada Allah diantaranya :menguatkan Tauhid kepada Allah sehingga seseorang yang telah beriman kepada Allah tidak akan mengagungkan dirinya kepada sesuaatu selain Allah, baik dengan cara berharap ataupun takut kepadanya, dan ia tidak akan menyembah selain Allah.  Sesorang akan mencintai Allah secara sempurna dan akan mengagungkannya sesuai dengan nama-namanya yang baik dan sifat yang mulia.  mewujudkan penghambaaan diri kepada Allah yaitu dengan melakukan apa yang diperintahkannya dan menjauhi apa yang dilarangya. Adapun fungsi beriman kepada Allah yang ketentuannya dalam sikap dan kepribadian manusia sebagai berikut :  Menyadari kelemahan diri di depan Allah  Menyadari bahwa segala sesuatu yang dinikmati dalam kehidupan ini berasal dari Allah SWT.  Menyadari bahwa dirinya pasti akan kembali kepada Allah dan dimintai pertanggung jawaban atas segala perbuatan yang pernah dilakukan.
  • 20. 17 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Kita sebagai mahluk ciptaan Allah SWT wajib meyakini adanya keberadaan Allah SWT walau tidak pernah melihat,bertemu ataupun mendengar suaranya secara langsung. Kita juga wajib meyakini bahwa hanya Allah lah sang pencipta,pengatur serta penguasa seluruh ciptaan nya dan tiada daya yang dapat menandingi keagungan Allah SWT. Selain itu jika Kita mengaku beriman kepada Allah, maka kita wajib mengimani seluruh nama nama Allah serta sifat sifat nya. Dengan Kita percaya,mengimani dan meyakini keberadaan Allah SWT sebagai Tuhan pencipta seluruh semesta alam ini maka, Kita akan senantiasa mendapatkan perlindungan ,ketentraman hati dan jiwa. Kita wajib percaya bahwa yang pantas sekaligus layak untuk di ibadahi hannyalah Allah SWT. Tiada mahluk, benda atau sesuatupun yang layak disembah selain Allah SWT.