SlideShare a Scribd company logo
Keberuntung orang Miskin
Aisyah pernah mendengar Rasulullah SAW berdoa, ” Ya Allah, jadikanlah aku
hidup sebagai seorang yang miskin. Cabutlah nyawaku dalam keadaan
miskin. Lalu kumpulkanlah aku pada hari Kiamat nantibersama kelompok
orang-orang miskin”.
Mendengar doa itu, Aisyah bertanya, “Mengapa engkau berdoa seperti itu
wahai Rasulullah?”
Beliau menjawab, “Orang-orang miskin masuk surga lebih awal 40 tahun (1
hari = 1000 tahun dunia) daripada orang-orang kaya. Wahai Aisyah, jangan
pernah menolak orang miskin meski engkau hanya memberinya separuh biji
kurma” (HR Tirmidzi).
Maka, disaat orang-orang kaya penuh kekhawatiran, cemas, ketakutan
menghadapi nasib yang akan menimpa mereka, orang-orang miskin sudah
menikmati kenikmatan istana surga 14.600.000 tahun lebih awal.
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat
sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan
dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia
itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (Ali „Imran: 185)
Kemiskinan adalah fenomena yang begitu mudah dijumpai di mana-mana.
Tak hanya di desa-desa, tapi juga di kota-kota. Di balik kemegahan
gedung-gedung pencakar langit di Jakarta, misalnya, tidak terlalu sulit kita
jumpai rumah-rumah kumuh berderet di bantaran sungai, atau para
pengemis yang berkeliaran di perempatan-perempatan jalan.
Harus diakui, Kapitalisme memang telah gagal menyelesaikan problem
kemiskinan. Alih-alih dapat menyelesaikan, yang terjadi justru menciptakan
kemiskinan
Pengertian Kemiskinan Menurut Islam
Menurut bahasa, miskin berasal dari bahasa Arab yang sebenarnya
menyatakan kefakiran yang sangat. Allah Swt. menggunakan istilah itu dalam
firman-Nya:
] [
“..atau orang miskin yang sangat fakir” (QS al-Balad [90]: 16)
Dalam pengertian yang lebih definitif, Syekh An-Nabhani mengategorikan
yang punya harta (uang), tetapi tak mencukupi kebutuhan pembelanjaannya
sebagai orang fakir. Sementara itu, orang miskin adalah orang yang tak
punya harta (uang), sekaligus tak punya penghasilan. (Nidzamul Iqtishadi fil
Islam, hlm. 236, Darul Ummah-Beirut). Pembedaan kategori ini tepat untuk
menjelaskan pengertian dua pos mustahiq zakat, yakni al-fuqara (orang-
orang faqir) dan al-masakiin (orang-orang miskin), sebagaimana firman-Nya
dalam QS at-Taubah [9]: 60.
Kemiskinan atau kefakiran adalah suatu fakta, yang dilihat dari kacamata
dan sudut mana pun seharusnya mendapat pengertian yang sesuai dengan
realitasnya. Sayang peradaban Barat Kapitalis, pengemban sistem ekonomi
Kapitalis, memiliki gambaran/fakta tentang kemiskinan yang berbeda-beda.
Mereka menganggap bahwasannya kemiskinan adalah ketidakmampuan
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan atas barang ataupun jasa secara
mutlak. Karena kebutuhan berkembang seiring dengan berkembang dan
majunya produk-produk barang ataupun jasa, maka –mereka menganggap–
usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan atas barang dan jasa itu pun
mengalami perkembangan dan perbedaan.
Akibatnya, standar kemiskinan/kefakiran di mata para Kapitalis tidak
memiliki batasan-batasa yang fixed. Di AS atau di negara-negara Eropa
Barat misalnya, seseorang yang tidak dapat memenuhi kebutuhan-
kebutuhan sekundernya sudah dianggap miskin. Pada saat yang sama, di
Irak, Sudan, Bangladesh misalnya, seseorang yang tidak dapat memenuhi
kebutuhan sekundernya, tidak dikelompokkan dalam kategori fakir/miskin.
Perbedaan-perbedaan ini–meski fakta tentang kemiskinan itu sama saja di
mana pun–akan mempengaruhi mekanisme dan cara-cara pemecahan
masalah kemiskinan.
Berbeda halnya dengan pandangan Islam, yang melihat fakta
kefakiran/kemiskinan sebagai perkara yang sama, baik di Eropa, AS maupun
di negeri-negeri Islam. Bahkan, pada zaman kapan pun, kemiskinan itu sama
saja hakikatnya. Oleh karena itu, mekanisme dan cara penyelesaian atas
problem kemiskinan dalam pandangan Islam tetap sama, hukum-hukumnya
fixed, tidak berubah dan tidak berbeda dari satu negeri ke negeri lainnya.
Islam memandang bahwa kemiskinan adalah fakta yang dihadapi umat
manusia, baik itu muslim maupun bukan muslim.
Islam memandang bahwa masalah kemiskinan adalah masalah tidak
terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan primer secara menyeluruh. Syariat Islam
telah menentukan kebutuhan primer itu (yang menyangkut eksistensi
manusia) berupa tiga hal, yaitu sandang, pangan, dan papan. Allah Swt.
berfirman:
] [
“Kewajiban ayah adalah memberikan makan dan pakaian kepada para ibu
dengan cara yang makruf” (QS al-Baqarah [2]:233).
] [
“Tempatkanlah mereka (para istri) di mana kamu bertempat tinggal, sesuai
dengan kemmpuanmu” (QS ath-Thalaaq [65]:6).
Rasulullah saw. bersabda:
“Ingatlah, bahwa hak mereka atas kalian adalah agar kalian berbuat baik
kepada mereka dalam (memberikan) pakaian dan makanan” (HR Ibnu Majah).
Dari ayat dan hadis di atas dapat di pahami bahwa tiga perkara (yaitu
sandang, pangan, dan papan) tergolong pada kebutuhan pokok (primer),
yang berkait erat dengan kelangsungan eksistensi dan kehormatan manusia.
Apabila kebutuhan pokok (primer) ini tidak terpenuhi, maka dapat berakibat
pada kehancuran atau kemunduran (eksistensi) umat manusia. Karena itu,
Islam menganggap kemiskinan itu sebagai ancaman yang biasa
dihembuskan oleh setan, sebagaimana firman Allah Swt.“Setan menjanjikan
(menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan” (TQS al- Baqarah [2]:268).
Dengan demikian, siapa pun dan di mana pun berada, jika seseorang tidak
dapat memenuhi kebutuhan pokok (primer)nya, yaitu sandang, pangan, dan
papan, dapat digolongkan pada kelompok orang-orang yang fakir ataupun
miskin. Oleh karena itu, setiap program pemulihan ekonomi yang ditujukan
mengentaskan fakir miskin, harus ditujukan kepada mereka yang tergolong
pada kelompok tadi. Baik orang tersebut memiliki pekerjaan, tetapi tetap
tidak dapat memenuhi kebutuhan pokoknya dengan cara yang makruf, yakni
fakir, maupun yang tidak memiliki pekerjaan karena PHK atau sebab lainnya,
yakni miskin.
Jika tolok ukur kemiskinan Islam dibandingkan dengan tolok ukur lain, maka
akan didapati perbedaan yang sangat mencolok. Tolok ukur kemiskinan
dalam Islam memiliki nilai yang jauh lebih tinggi dari tolok ukur lain. Sebab,
tolok ukur kemisknan dalam Islam mencakup tiga aspek pemenuhan
kebutuhan pokok bagi individu manusia, yaitu pangan, sandang, dan
pangan. Adapun tolok ukur lain umumnya hanya menitikberatkan pada
pemenuhan kebutuhan pangan semata. Tolok ukur kemiskinan dari berbagai
versi dan perbandingannya dapat dilihat pada tabel berikut.
Kemiskinan Versi PBS
Biro Pusat Statistik (BPS)menggunakan batas garis kemiskinan berdasarkan data
konsumsi dan pengeluaran komoditas pangan dan non pangan. Komoditas pangan
terpilih terdiri dari 52 macam, sedangkan komoditas non pangan terdiri dari 27
jenis untuk kota dan 26 jenis untuk desa. Garis kemiskinan yang telah ditetapkan
BPS dari tahun ketahun mengalami perubahan.
Menurut Indonesian Nutrition Network (INN) tahun 2003 adalah Rp 96.956 untuk
perkotaan dan Rp 72.780 untuk pedesaan.
Kemudian menteri sosial menyebutkan berdasarkan indikator BPS garis kemiskinan
yang diterapkannya adalah keluarga yang memilki penghasilan di bawah Rp
150.000 perbulan. Bahkan Bappenas yang sama mendasarkan pada indikator BPS
tahun 2005 batas kemiskinan keluarga adalah yang memiliki penghasilan di bawah
Rp 180.000 perbulan.
Dalam penanggulangan masalah kemiskinan melalui program bantuan langsung
tunai (BLT) BPS telah menetapkan 14 (empat belas) kriteria keluarga miskin, seperti
yang telah disosialisasikan oleh Departemen Komunikasi dan Informatika (2005),
rumah tangga yang memiliki ciri rumah tangga miskin, yaitu:
1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang
2. Jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan.
3. Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu/rumbia/kayu berkualitas
rendah/tembok tanpa diplester.
4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah tangga
lain.
5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.
6. Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air hujan.
7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak tanah.
8. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu.
9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun.
10. Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari.
11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik.
12. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan 0, 5
ha. Buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, atau pekerjaan
lainnya dengan pendapatan di bawah Rp 600.000 per bulan.
13. Pendidikan tertinggi kepala kepala rumah tangga: tidak sekolah/tidak tamat
SD/hanya SD.
14. Tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai Rp 500.000,
seperti: sepeda motor (kredit/non kredit), emas, ternak, kapal motor, atau
barang modal lainnya.
Ada satu kriteria tambahan lagi, hanya tidak terdapat dalam leaflet bahan sosialisasi
Departemen Komunikasi dan Informatika tentang kriteria rumah tangga miskin,
yaitu rumah tangga yang tidak pernah menerima kredit usaha UKM/KUKM setahun
lalu.
Kemiskinan dalam Pandangan Syariah
Kalau anda bertanya kepada kami, maka jawabannya adalah jawaban yang bersifat
fiqhiyah, sebagaimana yang ditulis oleh para ulama sepanjang zaman.
Namun sifatnya tidak sedetail apa yang sudah dibuat oleh BPS di atas. Sifatnya
masih terlalu umum, dan tidak ada salahnya para ulama bekerja sama dengan BPS
dalam menetapkan detail kriteria orang miskin.
Ambillah Al-Quran, di sana akan kita temukan kata miskin diulang-ulang. Kalau
kita rajin menghitungnya, kita akan menemukan paling tidak 11 kali kali kata itu
disebut di dalamnya. Selain miskin, ada juga istilah yang sangat berdekatan dan
nyaris tumpang tindih dengannya, yaitu faqir.
Bahkan dalam bahasa Indonesia, keduanya sering dijadikan dua kata yang melekat,
fakir miskin. Padahal masing-masing kata itu punya makna sendiri yang spesifik.
Orang-orang Faqir (Fuqara')
Mazhab Asy-Syafi'iyah dan Al-Hanabilah memandang bahwa yang dimaksud
dengan faqir adalah orang yang tidak punya harta serta tidak punya penghasilan
yang mencukupi kebutuhan dasarnya. Atau mencukupi hajat paling asasinya.
Termasuk di antaranya adalah seorang wanita tidak punya suami yang bisa
menafkahinya.
Hajat dasar itu sendiri berupa kebutuhan untuk makan yang bisa meneruskan
hidupnya, pakaian yang bisa menutupi sekedar auratnya atau melindungi dirinya
dari udara panas dan dingin, serta sekedar tempat tinggal untuk berteduh dari
panas dan hujan atau cuaca yang tidak mendukung.
Orang-orang Miskin (Masakin)
Sedangkan miskin adalah orang yang tidak punya harta yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan dasar hidupnya, namun masih ada sedikit kemampuan untuk
mendapatkannya. Dia punya sesuatu yang bisa menghasilkan kebutuhan dasarnya,
namun dalam jumlah yang teramat kecil dan jauh dari cukup untuk sekedar
menyambung hidup dan bertahan.
Dari sini bisa kita komparasikan ada sedikit perbedaan antara faqir dan miskin,
yaitu bahwa keadaan orang faqir itu lebih buruk dari orang miskin. Sebab orang
miskin masih punya kemungkian pemasukan meski sangat kecil dan tidak
mencukupi. Sedangkan orang faqir memang sudah tidak punya apa-apa dan tidak
punya kemampuan apapun untuk mendapatkan hajat dasar hidupnya.
Pembagian kedua istilah ini bukan sekedar mengada-ada, namun didasari oleh
firman Allah SWT berikut ini:
Adapun bahtera itu adalah kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut, dan
aku bertujuan merusakkan bahtera itu, karena di hadapan mereka ada seorang raja
yang merampas tiap-tiap bahtera.(QS. Al-Kahfi: 79)
Di ayat ini disebutkan bahwa orang-orang miskin itu masih bekerja di laut. Artinya
meski mereka miskin, namun mereka masih punya hal yang bisa dikerjakan, masih
punya penghasilan dan pemasukan, meski tidak mencukupi apa yang menjadi hajat
kebutuhan pokoknya.
Namun Al-Hanafiyah dan Al-Malikiyah menyatakan sebaliknya, bahwa orang miskin
itu lebih buruk keadaannya dari orang faqir. Hal ini didasarkan kepada makna
secara bahasa dan juga nukilan dari ayat Al-Quran juga.
atau kepada orang miskin yang sangat fakir.(QS. Al-Balad: 16)
Maka tidak ada salahnya buat para ulama untuk duduk bersama dengan para
umara' serta para ahli di bidang kemiskinan untuk menetapkan ambang batas
kemiskinan itu.
Kesepakatan ini mutlak diperlukan, karena dari sisi tataran dalil syariah, kita hanya
mendapatkan kriteria yang sangat umum, kurang detail dan kurang bisa langsung
diterapkan untuk masalah distribusi penanggulangan kemiskinan.
Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Keberuntung orang miskin

More Related Content

Similar to Keberuntung orang miskin

Lmcp1552 slide tugasan 3
Lmcp1552 slide tugasan 3Lmcp1552 slide tugasan 3
Lmcp1552 slide tugasan 3
RUQAIYAHRUSDI
 
2. urgensi dan landasan ekonomi islam
2. urgensi dan landasan ekonomi islam2. urgensi dan landasan ekonomi islam
2. urgensi dan landasan ekonomi islamHamzah Robbani
 
Ekonomi syariah - Zakat
Ekonomi syariah - ZakatEkonomi syariah - Zakat
Ekonomi syariah - Zakat
Ditto Ditto
 
Portofoli ooktober
Portofoli ooktoberPortofoli ooktober
Portofoli ooktober
Citra Indarto
 
Makalah zakat
Makalah zakatMakalah zakat
Makalah zakat
MIN12KOTAMEDAN
 
LMCP 1552 Pembangunan Mapan Dalam Islam
LMCP 1552 Pembangunan Mapan Dalam IslamLMCP 1552 Pembangunan Mapan Dalam Islam
LMCP 1552 Pembangunan Mapan Dalam Islam
Fathin Mohd Yunus
 
A169730 Intan Syahirah Abu Bakar: Amalan Terbaik Kesejahteraan Sosial
A169730 Intan Syahirah Abu Bakar: Amalan Terbaik Kesejahteraan SosialA169730 Intan Syahirah Abu Bakar: Amalan Terbaik Kesejahteraan Sosial
A169730 Intan Syahirah Abu Bakar: Amalan Terbaik Kesejahteraan Sosial
IntanSyahirah7
 
Fiqh Zakat
Fiqh ZakatFiqh Zakat
Fiqh Zakat
Yousef al-Khattab
 
Agama islam
Agama islam Agama islam
Agama islam
Thoriq Aziz
 
SOLUSI ISLAM DALAM MENGENTASKAN KEMISKINAN
SOLUSI  ISLAM  DALAM MENGENTASKAN KEMISKINAN SOLUSI  ISLAM  DALAM MENGENTASKAN KEMISKINAN
SOLUSI ISLAM DALAM MENGENTASKAN KEMISKINAN
Mas Nurman Nurman
 
Amalan terbaik dalam pembangunan sosial
Amalan terbaik dalam pembangunan sosialAmalan terbaik dalam pembangunan sosial
Amalan terbaik dalam pembangunan sosial
Rashidah Rosdan
 
Perlindungan Sosial Dan Jaminan Sosial dalam Perspektif Islam
Perlindungan Sosial Dan Jaminan Sosial dalam Perspektif IslamPerlindungan Sosial Dan Jaminan Sosial dalam Perspektif Islam
Perlindungan Sosial Dan Jaminan Sosial dalam Perspektif Islam
Esti Rahayu Suwondo
 
Menjana jati diri muslim
Menjana jati diri muslimMenjana jati diri muslim
fiqh zakat
fiqh zakatfiqh zakat
fiqh zakat
Edwin_Bakhtiar
 
Fiqh zakat
Fiqh zakatFiqh zakat
Fiqh zakat
Abu Jakaria
 
Seri sejarah pemikiran ekonomi Islam: perkembangan fiskal negara di masa perm...
Seri sejarah pemikiran ekonomi Islam: perkembangan fiskal negara di masa perm...Seri sejarah pemikiran ekonomi Islam: perkembangan fiskal negara di masa perm...
Seri sejarah pemikiran ekonomi Islam: perkembangan fiskal negara di masa perm...
Muhammad Jamhuri
 
Ekonomi syari’ah
Ekonomi syari’ahEkonomi syari’ah
Ekonomi syari’ah
Presdir Sutrisno
 
Zakat
ZakatZakat
Lkti aaaaa
Lkti aaaaaLkti aaaaa

Similar to Keberuntung orang miskin (20)

Lmcp1552 slide tugasan 3
Lmcp1552 slide tugasan 3Lmcp1552 slide tugasan 3
Lmcp1552 slide tugasan 3
 
2. urgensi dan landasan ekonomi islam
2. urgensi dan landasan ekonomi islam2. urgensi dan landasan ekonomi islam
2. urgensi dan landasan ekonomi islam
 
Ekonomi syariah - Zakat
Ekonomi syariah - ZakatEkonomi syariah - Zakat
Ekonomi syariah - Zakat
 
Portofoli ooktober
Portofoli ooktoberPortofoli ooktober
Portofoli ooktober
 
Makalah zakat
Makalah zakatMakalah zakat
Makalah zakat
 
LMCP 1552 Pembangunan Mapan Dalam Islam
LMCP 1552 Pembangunan Mapan Dalam IslamLMCP 1552 Pembangunan Mapan Dalam Islam
LMCP 1552 Pembangunan Mapan Dalam Islam
 
A169730 Intan Syahirah Abu Bakar: Amalan Terbaik Kesejahteraan Sosial
A169730 Intan Syahirah Abu Bakar: Amalan Terbaik Kesejahteraan SosialA169730 Intan Syahirah Abu Bakar: Amalan Terbaik Kesejahteraan Sosial
A169730 Intan Syahirah Abu Bakar: Amalan Terbaik Kesejahteraan Sosial
 
Fiqh Zakat
Fiqh ZakatFiqh Zakat
Fiqh Zakat
 
Agama islam
Agama islam Agama islam
Agama islam
 
SOLUSI ISLAM DALAM MENGENTASKAN KEMISKINAN
SOLUSI  ISLAM  DALAM MENGENTASKAN KEMISKINAN SOLUSI  ISLAM  DALAM MENGENTASKAN KEMISKINAN
SOLUSI ISLAM DALAM MENGENTASKAN KEMISKINAN
 
Amalan terbaik dalam pembangunan sosial
Amalan terbaik dalam pembangunan sosialAmalan terbaik dalam pembangunan sosial
Amalan terbaik dalam pembangunan sosial
 
Perlindungan Sosial Dan Jaminan Sosial dalam Perspektif Islam
Perlindungan Sosial Dan Jaminan Sosial dalam Perspektif IslamPerlindungan Sosial Dan Jaminan Sosial dalam Perspektif Islam
Perlindungan Sosial Dan Jaminan Sosial dalam Perspektif Islam
 
Menjana jati diri muslim
Menjana jati diri muslimMenjana jati diri muslim
Menjana jati diri muslim
 
Keuangan publik 1
Keuangan publik 1Keuangan publik 1
Keuangan publik 1
 
fiqh zakat
fiqh zakatfiqh zakat
fiqh zakat
 
Fiqh zakat
Fiqh zakatFiqh zakat
Fiqh zakat
 
Seri sejarah pemikiran ekonomi Islam: perkembangan fiskal negara di masa perm...
Seri sejarah pemikiran ekonomi Islam: perkembangan fiskal negara di masa perm...Seri sejarah pemikiran ekonomi Islam: perkembangan fiskal negara di masa perm...
Seri sejarah pemikiran ekonomi Islam: perkembangan fiskal negara di masa perm...
 
Ekonomi syari’ah
Ekonomi syari’ahEkonomi syari’ah
Ekonomi syari’ah
 
Zakat
ZakatZakat
Zakat
 
Lkti aaaaa
Lkti aaaaaLkti aaaaa
Lkti aaaaa
 

More from Helmon Chan

We believe in_all_the_prophets_and_the_messengers
We believe in_all_the_prophets_and_the_messengersWe believe in_all_the_prophets_and_the_messengers
We believe in_all_the_prophets_and_the_messengers
Helmon Chan
 
Understand quran
Understand   quranUnderstand   quran
Understand quran
Helmon Chan
 
The message of_islam
The message of_islamThe message of_islam
The message of_islam
Helmon Chan
 
My lord i_love_you
My   lord i_love_youMy   lord i_love_you
My lord i_love_you
Helmon Chan
 
Hajj and umrah
Hajj    and  umrahHajj    and  umrah
Hajj and umrah
Helmon Chan
 
Haji and umrah
Haji   and umrahHaji   and umrah
Haji and umrah
Helmon Chan
 
Haji and umrah
Haji and umrahHaji and umrah
Haji and umrah
Helmon Chan
 
Turkish Islam 08
Turkish Islam      08Turkish Islam      08
Turkish Islam 08
Helmon Chan
 
Turkish Islam 09
Turkish Islam   09Turkish Islam   09
Turkish Islam 09
Helmon Chan
 
Turkish Islam 10
Turkish Islam  10Turkish Islam  10
Turkish Islam 10
Helmon Chan
 
Turkish Islam 15
Turkish Islam  15Turkish Islam  15
Turkish Islam 15
Helmon Chan
 
Turkish Islam 16
Turkish Islam  16Turkish Islam  16
Turkish Islam 16
Helmon Chan
 
Turkish Islam 17
Turkish Islam  17Turkish Islam  17
Turkish Islam 17
Helmon Chan
 
Turkish Islam 18
Turkish Islam  18Turkish Islam  18
Turkish Islam 18
Helmon Chan
 
Turkish Islam 03
Turkish Islam 03Turkish Islam 03
Turkish Islam 03
Helmon Chan
 
Turkish Islam 02
Turkish Islam  02Turkish Islam  02
Turkish Islam 02
Helmon Chan
 
Yoruba Islam 01
Yoruba Islam  01Yoruba Islam  01
Yoruba Islam 01
Helmon Chan
 
Yoruba Islam 03
Yoruba Islam  03Yoruba Islam  03
Yoruba Islam 03
Helmon Chan
 
Yoruba Islam 05
Yoruba Islam  05Yoruba Islam  05
Yoruba Islam 05
Helmon Chan
 
telugu islam 13
telugu  islam 13telugu  islam 13
telugu islam 13
Helmon Chan
 

More from Helmon Chan (20)

We believe in_all_the_prophets_and_the_messengers
We believe in_all_the_prophets_and_the_messengersWe believe in_all_the_prophets_and_the_messengers
We believe in_all_the_prophets_and_the_messengers
 
Understand quran
Understand   quranUnderstand   quran
Understand quran
 
The message of_islam
The message of_islamThe message of_islam
The message of_islam
 
My lord i_love_you
My   lord i_love_youMy   lord i_love_you
My lord i_love_you
 
Hajj and umrah
Hajj    and  umrahHajj    and  umrah
Hajj and umrah
 
Haji and umrah
Haji   and umrahHaji   and umrah
Haji and umrah
 
Haji and umrah
Haji and umrahHaji and umrah
Haji and umrah
 
Turkish Islam 08
Turkish Islam      08Turkish Islam      08
Turkish Islam 08
 
Turkish Islam 09
Turkish Islam   09Turkish Islam   09
Turkish Islam 09
 
Turkish Islam 10
Turkish Islam  10Turkish Islam  10
Turkish Islam 10
 
Turkish Islam 15
Turkish Islam  15Turkish Islam  15
Turkish Islam 15
 
Turkish Islam 16
Turkish Islam  16Turkish Islam  16
Turkish Islam 16
 
Turkish Islam 17
Turkish Islam  17Turkish Islam  17
Turkish Islam 17
 
Turkish Islam 18
Turkish Islam  18Turkish Islam  18
Turkish Islam 18
 
Turkish Islam 03
Turkish Islam 03Turkish Islam 03
Turkish Islam 03
 
Turkish Islam 02
Turkish Islam  02Turkish Islam  02
Turkish Islam 02
 
Yoruba Islam 01
Yoruba Islam  01Yoruba Islam  01
Yoruba Islam 01
 
Yoruba Islam 03
Yoruba Islam  03Yoruba Islam  03
Yoruba Islam 03
 
Yoruba Islam 05
Yoruba Islam  05Yoruba Islam  05
Yoruba Islam 05
 
telugu islam 13
telugu  islam 13telugu  islam 13
telugu islam 13
 

Recently uploaded

SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKANSAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
NURULNAHARIAHBINTIAH
 
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdfJuknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
HendraSagita2
 
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdfTokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Mutia Rini Siregar
 
92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf
92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf
92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf
tsuroyya38
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx
5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx
5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx
StevanusOkiRudySusan
 
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila SD.pdf.pdf
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila SD.pdf.pdfProjek Penguatan Profil Pelajar Pancasila SD.pdf.pdf
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila SD.pdf.pdf
anikdwihariyanti
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
SABDA
 
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pdf.pdf
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pdf.pdfRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pdf.pdf
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pdf.pdf
OswaldusDiwaDoka
 
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F  kelasModul Ajar Statistika Data Fase F  kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
ananda238570
 
peluang kejadian total dan kaidah nbayes
peluang kejadian total dan kaidah nbayespeluang kejadian total dan kaidah nbayes
peluang kejadian total dan kaidah nbayes
ayyurah2004
 
Tugas Refleksi Dwi Mingguan Modul 1.4.pdf
Tugas Refleksi Dwi Mingguan Modul 1.4.pdfTugas Refleksi Dwi Mingguan Modul 1.4.pdf
Tugas Refleksi Dwi Mingguan Modul 1.4.pdf
Thahir9
 
Biografi Presiden Republik Indonesia.pdf
Biografi Presiden Republik Indonesia.pdfBiografi Presiden Republik Indonesia.pdf
Biografi Presiden Republik Indonesia.pdf
pristayulianabila
 
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
Arumdwikinasih
 
Lembar Kerja Asesmen Awal Paud ke sd.pptx
Lembar Kerja Asesmen Awal Paud ke sd.pptxLembar Kerja Asesmen Awal Paud ke sd.pptx
Lembar Kerja Asesmen Awal Paud ke sd.pptx
opkcibungbulang
 
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdfPanduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
MildayantiMildayanti
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan Regulasi Terbaru P...
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan  Regulasi  Terbaru P...PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan  Regulasi  Terbaru P...
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan Regulasi Terbaru P...
Kanaidi ken
 
Laporan bulanan Dosen Pembimbing lapangan dalam pelaksanaan kampus mengajar a...
Laporan bulanan Dosen Pembimbing lapangan dalam pelaksanaan kampus mengajar a...Laporan bulanan Dosen Pembimbing lapangan dalam pelaksanaan kampus mengajar a...
Laporan bulanan Dosen Pembimbing lapangan dalam pelaksanaan kampus mengajar a...
Sathya Risma
 
laporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputih
laporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputihlaporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputih
laporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputih
SDNBotoputih
 

Recently uploaded (20)

SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKANSAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
 
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdfJuknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
 
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdfTokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
 
92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf
92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf
92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
 
5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx
5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx
5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx
 
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila SD.pdf.pdf
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila SD.pdf.pdfProjek Penguatan Profil Pelajar Pancasila SD.pdf.pdf
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila SD.pdf.pdf
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
 
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pdf.pdf
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pdf.pdfRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pdf.pdf
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pdf.pdf
 
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F  kelasModul Ajar Statistika Data Fase F  kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
 
peluang kejadian total dan kaidah nbayes
peluang kejadian total dan kaidah nbayespeluang kejadian total dan kaidah nbayes
peluang kejadian total dan kaidah nbayes
 
Tugas Refleksi Dwi Mingguan Modul 1.4.pdf
Tugas Refleksi Dwi Mingguan Modul 1.4.pdfTugas Refleksi Dwi Mingguan Modul 1.4.pdf
Tugas Refleksi Dwi Mingguan Modul 1.4.pdf
 
Biografi Presiden Republik Indonesia.pdf
Biografi Presiden Republik Indonesia.pdfBiografi Presiden Republik Indonesia.pdf
Biografi Presiden Republik Indonesia.pdf
 
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
 
Lembar Kerja Asesmen Awal Paud ke sd.pptx
Lembar Kerja Asesmen Awal Paud ke sd.pptxLembar Kerja Asesmen Awal Paud ke sd.pptx
Lembar Kerja Asesmen Awal Paud ke sd.pptx
 
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdfPanduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan Regulasi Terbaru P...
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan  Regulasi  Terbaru P...PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan  Regulasi  Terbaru P...
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan Regulasi Terbaru P...
 
Laporan bulanan Dosen Pembimbing lapangan dalam pelaksanaan kampus mengajar a...
Laporan bulanan Dosen Pembimbing lapangan dalam pelaksanaan kampus mengajar a...Laporan bulanan Dosen Pembimbing lapangan dalam pelaksanaan kampus mengajar a...
Laporan bulanan Dosen Pembimbing lapangan dalam pelaksanaan kampus mengajar a...
 
laporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputih
laporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputihlaporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputih
laporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputih
 

Keberuntung orang miskin

  • 1. Keberuntung orang Miskin Aisyah pernah mendengar Rasulullah SAW berdoa, ” Ya Allah, jadikanlah aku hidup sebagai seorang yang miskin. Cabutlah nyawaku dalam keadaan miskin. Lalu kumpulkanlah aku pada hari Kiamat nantibersama kelompok orang-orang miskin”. Mendengar doa itu, Aisyah bertanya, “Mengapa engkau berdoa seperti itu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Orang-orang miskin masuk surga lebih awal 40 tahun (1 hari = 1000 tahun dunia) daripada orang-orang kaya. Wahai Aisyah, jangan pernah menolak orang miskin meski engkau hanya memberinya separuh biji kurma” (HR Tirmidzi).
  • 2. Maka, disaat orang-orang kaya penuh kekhawatiran, cemas, ketakutan menghadapi nasib yang akan menimpa mereka, orang-orang miskin sudah menikmati kenikmatan istana surga 14.600.000 tahun lebih awal. “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (Ali „Imran: 185) Kemiskinan adalah fenomena yang begitu mudah dijumpai di mana-mana. Tak hanya di desa-desa, tapi juga di kota-kota. Di balik kemegahan gedung-gedung pencakar langit di Jakarta, misalnya, tidak terlalu sulit kita jumpai rumah-rumah kumuh berderet di bantaran sungai, atau para pengemis yang berkeliaran di perempatan-perempatan jalan. Harus diakui, Kapitalisme memang telah gagal menyelesaikan problem kemiskinan. Alih-alih dapat menyelesaikan, yang terjadi justru menciptakan kemiskinan
  • 3. Pengertian Kemiskinan Menurut Islam Menurut bahasa, miskin berasal dari bahasa Arab yang sebenarnya menyatakan kefakiran yang sangat. Allah Swt. menggunakan istilah itu dalam firman-Nya: ] [ “..atau orang miskin yang sangat fakir” (QS al-Balad [90]: 16) Dalam pengertian yang lebih definitif, Syekh An-Nabhani mengategorikan yang punya harta (uang), tetapi tak mencukupi kebutuhan pembelanjaannya sebagai orang fakir. Sementara itu, orang miskin adalah orang yang tak punya harta (uang), sekaligus tak punya penghasilan. (Nidzamul Iqtishadi fil Islam, hlm. 236, Darul Ummah-Beirut). Pembedaan kategori ini tepat untuk
  • 4. menjelaskan pengertian dua pos mustahiq zakat, yakni al-fuqara (orang- orang faqir) dan al-masakiin (orang-orang miskin), sebagaimana firman-Nya dalam QS at-Taubah [9]: 60. Kemiskinan atau kefakiran adalah suatu fakta, yang dilihat dari kacamata dan sudut mana pun seharusnya mendapat pengertian yang sesuai dengan realitasnya. Sayang peradaban Barat Kapitalis, pengemban sistem ekonomi Kapitalis, memiliki gambaran/fakta tentang kemiskinan yang berbeda-beda. Mereka menganggap bahwasannya kemiskinan adalah ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan atas barang ataupun jasa secara mutlak. Karena kebutuhan berkembang seiring dengan berkembang dan majunya produk-produk barang ataupun jasa, maka –mereka menganggap– usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan atas barang dan jasa itu pun mengalami perkembangan dan perbedaan. Akibatnya, standar kemiskinan/kefakiran di mata para Kapitalis tidak memiliki batasan-batasa yang fixed. Di AS atau di negara-negara Eropa Barat misalnya, seseorang yang tidak dapat memenuhi kebutuhan- kebutuhan sekundernya sudah dianggap miskin. Pada saat yang sama, di Irak, Sudan, Bangladesh misalnya, seseorang yang tidak dapat memenuhi kebutuhan sekundernya, tidak dikelompokkan dalam kategori fakir/miskin. Perbedaan-perbedaan ini–meski fakta tentang kemiskinan itu sama saja di mana pun–akan mempengaruhi mekanisme dan cara-cara pemecahan masalah kemiskinan.
  • 5. Berbeda halnya dengan pandangan Islam, yang melihat fakta kefakiran/kemiskinan sebagai perkara yang sama, baik di Eropa, AS maupun di negeri-negeri Islam. Bahkan, pada zaman kapan pun, kemiskinan itu sama saja hakikatnya. Oleh karena itu, mekanisme dan cara penyelesaian atas problem kemiskinan dalam pandangan Islam tetap sama, hukum-hukumnya fixed, tidak berubah dan tidak berbeda dari satu negeri ke negeri lainnya. Islam memandang bahwa kemiskinan adalah fakta yang dihadapi umat manusia, baik itu muslim maupun bukan muslim. Islam memandang bahwa masalah kemiskinan adalah masalah tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan primer secara menyeluruh. Syariat Islam telah menentukan kebutuhan primer itu (yang menyangkut eksistensi manusia) berupa tiga hal, yaitu sandang, pangan, dan papan. Allah Swt. berfirman: ] [ “Kewajiban ayah adalah memberikan makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang makruf” (QS al-Baqarah [2]:233). ] [
  • 6. “Tempatkanlah mereka (para istri) di mana kamu bertempat tinggal, sesuai dengan kemmpuanmu” (QS ath-Thalaaq [65]:6). Rasulullah saw. bersabda: “Ingatlah, bahwa hak mereka atas kalian adalah agar kalian berbuat baik kepada mereka dalam (memberikan) pakaian dan makanan” (HR Ibnu Majah). Dari ayat dan hadis di atas dapat di pahami bahwa tiga perkara (yaitu sandang, pangan, dan papan) tergolong pada kebutuhan pokok (primer), yang berkait erat dengan kelangsungan eksistensi dan kehormatan manusia. Apabila kebutuhan pokok (primer) ini tidak terpenuhi, maka dapat berakibat pada kehancuran atau kemunduran (eksistensi) umat manusia. Karena itu, Islam menganggap kemiskinan itu sebagai ancaman yang biasa dihembuskan oleh setan, sebagaimana firman Allah Swt.“Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan” (TQS al- Baqarah [2]:268). Dengan demikian, siapa pun dan di mana pun berada, jika seseorang tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok (primer)nya, yaitu sandang, pangan, dan papan, dapat digolongkan pada kelompok orang-orang yang fakir ataupun miskin. Oleh karena itu, setiap program pemulihan ekonomi yang ditujukan mengentaskan fakir miskin, harus ditujukan kepada mereka yang tergolong pada kelompok tadi. Baik orang tersebut memiliki pekerjaan, tetapi tetap tidak dapat memenuhi kebutuhan pokoknya dengan cara yang makruf, yakni fakir, maupun yang tidak memiliki pekerjaan karena PHK atau sebab lainnya, yakni miskin.
  • 7. Jika tolok ukur kemiskinan Islam dibandingkan dengan tolok ukur lain, maka akan didapati perbedaan yang sangat mencolok. Tolok ukur kemiskinan dalam Islam memiliki nilai yang jauh lebih tinggi dari tolok ukur lain. Sebab, tolok ukur kemisknan dalam Islam mencakup tiga aspek pemenuhan kebutuhan pokok bagi individu manusia, yaitu pangan, sandang, dan pangan. Adapun tolok ukur lain umumnya hanya menitikberatkan pada pemenuhan kebutuhan pangan semata. Tolok ukur kemiskinan dari berbagai versi dan perbandingannya dapat dilihat pada tabel berikut. Kemiskinan Versi PBS Biro Pusat Statistik (BPS)menggunakan batas garis kemiskinan berdasarkan data konsumsi dan pengeluaran komoditas pangan dan non pangan. Komoditas pangan terpilih terdiri dari 52 macam, sedangkan komoditas non pangan terdiri dari 27 jenis untuk kota dan 26 jenis untuk desa. Garis kemiskinan yang telah ditetapkan BPS dari tahun ketahun mengalami perubahan. Menurut Indonesian Nutrition Network (INN) tahun 2003 adalah Rp 96.956 untuk perkotaan dan Rp 72.780 untuk pedesaan. Kemudian menteri sosial menyebutkan berdasarkan indikator BPS garis kemiskinan yang diterapkannya adalah keluarga yang memilki penghasilan di bawah Rp 150.000 perbulan. Bahkan Bappenas yang sama mendasarkan pada indikator BPS
  • 8. tahun 2005 batas kemiskinan keluarga adalah yang memiliki penghasilan di bawah Rp 180.000 perbulan. Dalam penanggulangan masalah kemiskinan melalui program bantuan langsung tunai (BLT) BPS telah menetapkan 14 (empat belas) kriteria keluarga miskin, seperti yang telah disosialisasikan oleh Departemen Komunikasi dan Informatika (2005), rumah tangga yang memiliki ciri rumah tangga miskin, yaitu: 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang 2. Jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan. 3. Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu/rumbia/kayu berkualitas rendah/tembok tanpa diplester. 4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah tangga lain. 5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik. 6. Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air hujan. 7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak tanah. 8. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu. 9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun. 10. Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari. 11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik. 12. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan 0, 5 ha. Buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan di bawah Rp 600.000 per bulan. 13. Pendidikan tertinggi kepala kepala rumah tangga: tidak sekolah/tidak tamat SD/hanya SD. 14. Tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai Rp 500.000, seperti: sepeda motor (kredit/non kredit), emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya. Ada satu kriteria tambahan lagi, hanya tidak terdapat dalam leaflet bahan sosialisasi Departemen Komunikasi dan Informatika tentang kriteria rumah tangga miskin, yaitu rumah tangga yang tidak pernah menerima kredit usaha UKM/KUKM setahun lalu.
  • 9. Kemiskinan dalam Pandangan Syariah Kalau anda bertanya kepada kami, maka jawabannya adalah jawaban yang bersifat fiqhiyah, sebagaimana yang ditulis oleh para ulama sepanjang zaman. Namun sifatnya tidak sedetail apa yang sudah dibuat oleh BPS di atas. Sifatnya masih terlalu umum, dan tidak ada salahnya para ulama bekerja sama dengan BPS dalam menetapkan detail kriteria orang miskin. Ambillah Al-Quran, di sana akan kita temukan kata miskin diulang-ulang. Kalau kita rajin menghitungnya, kita akan menemukan paling tidak 11 kali kali kata itu disebut di dalamnya. Selain miskin, ada juga istilah yang sangat berdekatan dan nyaris tumpang tindih dengannya, yaitu faqir. Bahkan dalam bahasa Indonesia, keduanya sering dijadikan dua kata yang melekat, fakir miskin. Padahal masing-masing kata itu punya makna sendiri yang spesifik. Orang-orang Faqir (Fuqara') Mazhab Asy-Syafi'iyah dan Al-Hanabilah memandang bahwa yang dimaksud dengan faqir adalah orang yang tidak punya harta serta tidak punya penghasilan yang mencukupi kebutuhan dasarnya. Atau mencukupi hajat paling asasinya. Termasuk di antaranya adalah seorang wanita tidak punya suami yang bisa menafkahinya. Hajat dasar itu sendiri berupa kebutuhan untuk makan yang bisa meneruskan hidupnya, pakaian yang bisa menutupi sekedar auratnya atau melindungi dirinya dari udara panas dan dingin, serta sekedar tempat tinggal untuk berteduh dari panas dan hujan atau cuaca yang tidak mendukung. Orang-orang Miskin (Masakin) Sedangkan miskin adalah orang yang tidak punya harta yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar hidupnya, namun masih ada sedikit kemampuan untuk
  • 10. mendapatkannya. Dia punya sesuatu yang bisa menghasilkan kebutuhan dasarnya, namun dalam jumlah yang teramat kecil dan jauh dari cukup untuk sekedar menyambung hidup dan bertahan. Dari sini bisa kita komparasikan ada sedikit perbedaan antara faqir dan miskin, yaitu bahwa keadaan orang faqir itu lebih buruk dari orang miskin. Sebab orang miskin masih punya kemungkian pemasukan meski sangat kecil dan tidak mencukupi. Sedangkan orang faqir memang sudah tidak punya apa-apa dan tidak punya kemampuan apapun untuk mendapatkan hajat dasar hidupnya. Pembagian kedua istilah ini bukan sekedar mengada-ada, namun didasari oleh firman Allah SWT berikut ini: Adapun bahtera itu adalah kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut, dan aku bertujuan merusakkan bahtera itu, karena di hadapan mereka ada seorang raja yang merampas tiap-tiap bahtera.(QS. Al-Kahfi: 79) Di ayat ini disebutkan bahwa orang-orang miskin itu masih bekerja di laut. Artinya meski mereka miskin, namun mereka masih punya hal yang bisa dikerjakan, masih punya penghasilan dan pemasukan, meski tidak mencukupi apa yang menjadi hajat kebutuhan pokoknya.
  • 11. Namun Al-Hanafiyah dan Al-Malikiyah menyatakan sebaliknya, bahwa orang miskin itu lebih buruk keadaannya dari orang faqir. Hal ini didasarkan kepada makna secara bahasa dan juga nukilan dari ayat Al-Quran juga. atau kepada orang miskin yang sangat fakir.(QS. Al-Balad: 16) Maka tidak ada salahnya buat para ulama untuk duduk bersama dengan para umara' serta para ahli di bidang kemiskinan untuk menetapkan ambang batas kemiskinan itu. Kesepakatan ini mutlak diperlukan, karena dari sisi tataran dalil syariah, kita hanya mendapatkan kriteria yang sangat umum, kurang detail dan kurang bisa langsung diterapkan untuk masalah distribusi penanggulangan kemiskinan. Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,