Klaster fashion bukittinggi (Oleh Roosmiharso)Kacung Abdullah
Dokumen tersebut membahas kebijakan industri nasional Indonesia yang bertujuan membangun industri-industri prioritas untuk mencapai visi Indonesia sebagai negara industri yang kuat pada tahun 2025. Dokumen ini menjelaskan strategi pembangunan industri melalui pengembangan 35 klaster industri prioritas dan kompetensi inti industri di setiap daerah.
Dokumen tersebut membahas strategi pengembangan klaster industri, mulai dari tahap diagnosis, sosialisasi dan kolaborasi, operasional, hingga pengembangan. Dibahas pula contoh-contoh klaster industri yang berhasil dikembangkan dengan pendekatan klaster serta faktor-faktor kunci keberhasilannya.
Dokumen ini berisi 14 situasi dan alternatif siasat yang dapat dilakukan oleh aktivis daya saing dalam menghadapi tantangan pelaksanaan prakarsa peningkatan daya saing daerah. Beberapa alternatif siasat yang disarankan antara lain melibatkan pemangku kepentingan lokal, mengaitkan kegiatan dengan klaster yang lebih luas, serta memastikan kelanjutan program melalui penyerahan tanggung jawab kepada pemangku kepentingan l
Diskusi kelompok fokus membahas strategi pengembangan daya saing ekonomi daerah melalui penguatan klaster industri. Diskusi mencakup identifikasi pelaku ekonomi, lingkungan usaha, dan penentuan tema klaster industri untuk mendukung kompetensi inti daerah.
Klaster fashion bukittinggi (Oleh Roosmiharso)Kacung Abdullah
Dokumen tersebut membahas kebijakan industri nasional Indonesia yang bertujuan membangun industri-industri prioritas untuk mencapai visi Indonesia sebagai negara industri yang kuat pada tahun 2025. Dokumen ini menjelaskan strategi pembangunan industri melalui pengembangan 35 klaster industri prioritas dan kompetensi inti industri di setiap daerah.
Dokumen tersebut membahas strategi pengembangan klaster industri, mulai dari tahap diagnosis, sosialisasi dan kolaborasi, operasional, hingga pengembangan. Dibahas pula contoh-contoh klaster industri yang berhasil dikembangkan dengan pendekatan klaster serta faktor-faktor kunci keberhasilannya.
Dokumen ini berisi 14 situasi dan alternatif siasat yang dapat dilakukan oleh aktivis daya saing dalam menghadapi tantangan pelaksanaan prakarsa peningkatan daya saing daerah. Beberapa alternatif siasat yang disarankan antara lain melibatkan pemangku kepentingan lokal, mengaitkan kegiatan dengan klaster yang lebih luas, serta memastikan kelanjutan program melalui penyerahan tanggung jawab kepada pemangku kepentingan l
Diskusi kelompok fokus membahas strategi pengembangan daya saing ekonomi daerah melalui penguatan klaster industri. Diskusi mencakup identifikasi pelaku ekonomi, lingkungan usaha, dan penentuan tema klaster industri untuk mendukung kompetensi inti daerah.
Lokakarya ini membahas rencana usaha untuk teknopreneur pemuda. Terdapat penjelasan tentang penyusunan dokumen rencana usaha, agenda lokakarya seperti orientasi program, penajaman rencana usaha, dan konsultasi bisnis. Lokakarya ini bertujuan membantu para teknopreneur pemuda menyusun rencana usaha yang terstruktur.
Dokumen tersebut membahas tentang Pusat Inovasi UMKM (PI-UMKM) sebagai lembaga yang berperan dalam menumbuhkembangkan UMKM berbasis inovasi. PI-UMKM diharapkan dapat memberikan layanan terpadu untuk meningkatkan kapasitas UMKM, menghubungkan UMKM dengan sumberdaya bisnis, serta mendorong terbentuknya sistem inovasi daerah.
Dokumen tersebut membahas tentang bisnis inklusif yang menyertakan kaum miskin baik di sisi pasokan, permintaan, maupun distribusi. Beberapa wilayah inklusivitas yang dijelaskan antara lain melalui rantai pasok, lapangan kerja, permintaan, dan distribusi. Contoh penerapannya diberikan pada sektor hotel, energi, dan barang elektronik.
Dokumen tersebut membahas rencana pembentukan unit-unit layanan kemasan untuk mendukung industri pangan olahan. Terdapat beberapa unit layanan yang direncanakan seperti unit konsultasi kemasan, desain grafis, pembuatan kemasan, serta serangkaian kegiatan pendukung seperti pelatihan.
Dokumen tersebut membahas tentang aktivitas klaster industri dan upaya peningkatan daya saing daerah melalui penguatan klaster industri. Dokumen ini merupakan kumpulan catatan yang dapat digunakan oleh aktivis klaster dalam menjalankan tugasnya untuk meningkatkan daya saing daerah.
Dokumen tersebut membahas strategi untuk meningkatkan daya saing daerah melalui peningkatan kapasitas inovasi, termasuk membangun sistem inovasi, memperkuat hubungan antar pelaku usaha, dan meningkatkan kolaborasi lintas lembaga.
Dokumen tersebut membahas tentang program Rumah Olah Mental Pemuda Indonesia (ROMPI) untuk membentuk pemuda yang jujur, produktif dan peduli melalui layanan pendidikan, kesehatan, dan kewirausahaan bagi anak jalanan. Program ini diinspirasi oleh berbagai inisiatif serupa di Indonesia yang memberikan layanan kependudukan dan pembinaan karakter bagi anak jalanan.
Strategi Bekerjasama Dengan Sponsor - Bima WicaksonoBima Wicaksono
Dokumen tersebut memberikan panduan untuk bekerjasama dengan sponsor, mulai dari penjelasan tentang sponsor, cara memposisikan acara, negosiasi, dan bentuk kerjasama dengan sponsor seperti dana tunai, barter, dan akomodasi. Dokumen tersebut juga menjelaskan siapa saja yang bisa menjadi sponsor dari sektor publik, privat, dan sosial serta tips dalam membuat proposal dan mempresentasikan acara kepada calon sponsor.
Materi Pertemuan 1-4 KUKM Univ. Widyatama (Kanaidi)_ Usaha Kecil di Indonesia Kanaidi ken
Dokumen tersebut membahas tentang usaha kecil di Indonesia, meliputi ciri-ciri, fakta, alasan mendirikan usaha kecil, perbandingan pelaku usaha kecil dan besar, kekuatan dan kelemahan, kapan usaha kecil berhasil, kompetensi utama untuk sukses, alasan memilih bekerja mandiri, strategi pemasaran termasuk segmentasi konsumen, pasar sasaran, posisioning produk dan bauran pemasaran, serta manajemen permodalan, SDM dan produksi
Lokakarya ini membahas rencana usaha untuk teknopreneur pemuda. Terdapat penjelasan tentang penyusunan dokumen rencana usaha, agenda lokakarya seperti orientasi program, penajaman rencana usaha, dan konsultasi bisnis. Lokakarya ini bertujuan membantu para teknopreneur pemuda menyusun rencana usaha yang terstruktur.
Dokumen tersebut membahas tentang Pusat Inovasi UMKM (PI-UMKM) sebagai lembaga yang berperan dalam menumbuhkembangkan UMKM berbasis inovasi. PI-UMKM diharapkan dapat memberikan layanan terpadu untuk meningkatkan kapasitas UMKM, menghubungkan UMKM dengan sumberdaya bisnis, serta mendorong terbentuknya sistem inovasi daerah.
Dokumen tersebut membahas tentang bisnis inklusif yang menyertakan kaum miskin baik di sisi pasokan, permintaan, maupun distribusi. Beberapa wilayah inklusivitas yang dijelaskan antara lain melalui rantai pasok, lapangan kerja, permintaan, dan distribusi. Contoh penerapannya diberikan pada sektor hotel, energi, dan barang elektronik.
Dokumen tersebut membahas rencana pembentukan unit-unit layanan kemasan untuk mendukung industri pangan olahan. Terdapat beberapa unit layanan yang direncanakan seperti unit konsultasi kemasan, desain grafis, pembuatan kemasan, serta serangkaian kegiatan pendukung seperti pelatihan.
Dokumen tersebut membahas tentang aktivitas klaster industri dan upaya peningkatan daya saing daerah melalui penguatan klaster industri. Dokumen ini merupakan kumpulan catatan yang dapat digunakan oleh aktivis klaster dalam menjalankan tugasnya untuk meningkatkan daya saing daerah.
Dokumen tersebut membahas strategi untuk meningkatkan daya saing daerah melalui peningkatan kapasitas inovasi, termasuk membangun sistem inovasi, memperkuat hubungan antar pelaku usaha, dan meningkatkan kolaborasi lintas lembaga.
Dokumen tersebut membahas tentang program Rumah Olah Mental Pemuda Indonesia (ROMPI) untuk membentuk pemuda yang jujur, produktif dan peduli melalui layanan pendidikan, kesehatan, dan kewirausahaan bagi anak jalanan. Program ini diinspirasi oleh berbagai inisiatif serupa di Indonesia yang memberikan layanan kependudukan dan pembinaan karakter bagi anak jalanan.
Strategi Bekerjasama Dengan Sponsor - Bima WicaksonoBima Wicaksono
Dokumen tersebut memberikan panduan untuk bekerjasama dengan sponsor, mulai dari penjelasan tentang sponsor, cara memposisikan acara, negosiasi, dan bentuk kerjasama dengan sponsor seperti dana tunai, barter, dan akomodasi. Dokumen tersebut juga menjelaskan siapa saja yang bisa menjadi sponsor dari sektor publik, privat, dan sosial serta tips dalam membuat proposal dan mempresentasikan acara kepada calon sponsor.
Materi Pertemuan 1-4 KUKM Univ. Widyatama (Kanaidi)_ Usaha Kecil di Indonesia Kanaidi ken
Dokumen tersebut membahas tentang usaha kecil di Indonesia, meliputi ciri-ciri, fakta, alasan mendirikan usaha kecil, perbandingan pelaku usaha kecil dan besar, kekuatan dan kelemahan, kapan usaha kecil berhasil, kompetensi utama untuk sukses, alasan memilih bekerja mandiri, strategi pemasaran termasuk segmentasi konsumen, pasar sasaran, posisioning produk dan bauran pemasaran, serta manajemen permodalan, SDM dan produksi
Dokumen tersebut membahas pertemuan kelompok kerja klaster industri yang pertama. Pertemuan tersebut membahas beberapa hal seperti konfirmasi anggota kelompok kerja, review rencana tindak lanjut klaster dan peta pelaku, aspek hukum kelompok kerja, dan langkah-langkah pendirian kelompok kerja secara resmi.
Dokumen ini berisi tentang Kawi Boedisetio yang mengunjungi beberapa tempat di Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan seperti Cahaya Bumi Selamat yang menjadi tujuan wisata, Batung Batulis sebagai markas kegiatan PUPUK, dan pasar terapung di sungai. Dokumen ini juga menampilkan berbagai produk kerajinan dari batu mulia seperti intan, akik, dan manik-manik serta peralatan pendulangan intan.
Dokumen tersebut berisi profil singkat beberapa instansi dan kelompok pengrajin di Kabupaten Banjar yang terkait dengan industri kerajinan batu permata dan batu aji. Juga diberikan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing industri tersebut seperti kondisi input, strategi perusahaan, dan kondisi permintaan serta industri terkait. Berdasarkan analisis tersebut, disusun pohon tujuan untuk meningkatkan daya saing dengan memperbaiki
Dokumen ini membahas rencana migrasi perangkat lunak komputer pemerintah kota Tegal menjadi perangkat lunak legal sesuai dengan kebijakan pemerintah. Rencana ini mencakup latar belakang, kebijakan, tujuan, cakupan, langkah-langkah, dan proses migrasi perangkat lunak secara detail.
Dokumen tersebut membahas tentang pelatihan penataan basis data dalam prakarsa peningkatan daya saing daerah berbasis klaster industri. Pelatihan ini bertujuan untuk membangun sistem pendataan yang mendukung program peningkatan daya saing daerah dengan menguasai teknik pengelolaan data serta melaksanakan pendataan dan pemutakhiran data daerah. Topik pelatihan meliputi pengertian daya saing, kapasitas inovasi, dan klaster industri s
Dokumen tersebut membahas tabel input-output yang menggambarkan aliran barang dan jasa antara industri dalam perekonomian, termasuk empat kuadran yang menunjukkan transaksi antara dan input primer industri serta permintaan akhir."
Dokumen tersebut memberikan penjelasan mengenai klasifikasi dan karakteristik empat komponen utama dalam teknobisnis yaitu: teknologi (technoware), sumber daya manusia (humanware), informasi (inforware), dan kerangka organisasi (orgaware). Setiap komponen dikelompokkan berdasarkan tingkat kecanggihannya dan masing-masing diberi skor untuk kemudahan penilaian.
Pendidikan inklusif merupakan sistem pendidikan yang
memberikan akses kepada semua peserta didik yang
memiliki kelainan, bakat istimewa,maupun potensi tertentu
untuk mengikuti pendidikan maupun pembelajaran dalam
satu lingkungan pendidikan yang sama dengan peserta didik
umumlainya
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka.
2. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Latar Belakang
Pijakan Klaster Industri merupakan ancangan yang
perlu dipertimbangkan dalam agenda peningkatan
daya saing
Dasar operasional prakarsa KI adalah “kolaboratif”
Setiap elemen pelaku memiliki “interest” sendiri
Perlu pengetahuan tentang tipologi kelompok
sasaran untuk menetapkan strategi penyampaian
konsep KI
3. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Kelompok Sasaran
Kepala Daerah
Instansi perencana
Instansi sektoral
Lembaga legislatif
Asosiasi sektoral
Asosiasi fungsional
Usaha Besar
Perguruan Tinggi
Lembaga Litbang
LPSM “lokal”
LPSM “nasional”
Pemerintah Peneliti
Pelaku Usaha
LPSM
Usaha Kecil
Bank
Non-Bank
Lemb. Pembiayaan
Komunitas “Donor”
5. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
hambatan
Hambatan Tipikal
• Belum pernah (jarang sekali) melakukan tahapan perencanaan
yang terstruktur dan komprehensif.
• “Persaingan” dipandang sebagai proses yang destruktif.
• Kurang sekali adanya prakarsa untuk melakukan perbaikan. Selalu
menunggu prakarsa pihak lain.
• Komitmen jangka menengah/panjang sulit dicapai.
• Tidak terbiasa untuk menetapkan tujuan jangka menengah /
panjang. Setiap upaya dianggap dapat memperoleh hasil secara
“instant”
7. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
PenghambatPendukung
Kelompok Instansi Perencana
• Agenda aksi kolaboratif
merupakan dambaan, karena
mendukung proses
pengendalian perencanaan
daerah
• Sebagian instansi perencana
kurang memiliki “daya rekat”
terhadap instansi sektoral
• Tidak terbiasa membuat
rencana “exit policy” pada
setiap intervensi-nya.
8. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
PenghambatPendukung
Kelompok Instansi Sektoral
• Merupakan instansi yang dekat
dengan implementasi,
sehingga mudah untuk diajak
berkolaborasi (oleh inisiator).
• Perspektif sektoral cenderung
mengarah pada “arogansi
sektoral”, sehingga sulit untuk
melibatkan instansi lain.
• Cenderung melupakan
fungsinya sebagai fasilitator.
Ingin langsung berperan
sebagai pelaku usaha.
• Sulit untuk memahami
perspektif daya saing daerah
yang merupakan dasar
tumbuhnya klaster
12. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Pendukung Penghambat
Asosiasi Sektoral
• Sangat faham akan situasi
bisnis di sektor-nya.
• Relatif lebih mudah didorong
untuk berprakarsa.
• Memiliki struktur organisasi
yang solid.
• Kolaborasi dengan “sektor” lain
lebih diartikan sebagai bantuan
kepada “sektor” nya dan bukan
membangun hubungan bisnis.
16. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Pendukung Penghambat
Lembaga litbang
• Memiliki prakarsa untuk
melakukan sesuatu
• Jarang memikirkan penerapan
hasil litbang
• Kelompok sasaran
• Mekanisme penerapan
• Tahapan penerapan
• Menganggap bahwa hasil
litbang dapat membuat
perubahan dengan otomatis.
17. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Pendukung Penghambat
LPSM “lokal”
• Terbiasa dengan skema
proteksi terhadap pelaku usaha
kecil.
• Sebagian masih sangat
bergantung pada skema pihak
“donor”.
• Lebih memiliki waktu untuk
memikirkan “inovasi”.
• Lebih faham akan dinamika
masyarakat lokal
18. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Pendukung Penghambat
LPSM “nasional”
• Terbiasa dengan skema
proteksi terhadap pelaku usaha
kecil.
• Sebagian masih sangat
bergantung pada skema pihak
“donor”.
• Masih (juga) bersifat sektoral
• Lebih terbuka terhadap
ancangan baru
• Lebih memiliki waktu untuk
memikirkan “inovasi”.
• Lebih memiliki ketrampilan
administratif.
19. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Pendukung Penghambat
Bank
• Memiliki anggapan bahwa
pihak lain harus menyesuaikan
diri dengan Bank.
• Memiliki prioritas nasabah
dengan basis “sektor”
• Sudah terbiasa dengan analisis
usaha.
• Ketika paham akan peta pelaku
dan rantai pasok di suatu
wilayah, mudah untuk ikut
berkegiatan di seputar klaster.
20. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Pendukung Penghambat
Non-Bank
• Walaupun sesungguhnya
memiliki memiliki keunikan
“produk”, masih saja cenderung
berkampanye dengan basis
“kredit”
• Kurang memiliki alokasi
sumberdaya untuk
“pemberdayaan” nasabah.
• Memiliki “produk” yang lebih
bervariasi.
• Lebih memiliki dimensi
lokalitas.
21. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Pendukung Penghambat
Komunitas “Donor”
• Tidak terbiasa untuk melakukan
kolaborasi antar lembaga
donor.
• Tidak terbiasa untuk
menerapkan “cost-benefit
analysis” secara konsekuen.
• Memiliki rentang waktu
kegiatan relatif panjang.
• Memiliki dana yang cukup
banyak.
• Lebih sadar akan “data/
informasi”
22. Wieke Irawati Kodri
fe_bandung@yahoo.com
Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Pedoman Umum
• Klaster Industri tidak bisa diciptakan, hanya bisa dirangsang
atau diperkuat.
• Lapis-lapis pemasok dan industri pendukung dapat diawali/
dilakukan oleh pemerintah selama disiapkan langkah “exit”.
• Siklus suksesi pemerintahan masih mengganggu program
pengembangan daya saing.
23. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Strategi Penyampaian
• Istilah “Klaster” banyak digunakan dengan pengertian yang
berbeda sehingga perlu diberikan penjelasan khusus
tentang ancangan “Klaster Industri”.
• Perlu dijelaskan bahwa pengertian “industri” meliputi barang
dan jasa karena seringkali “industri” hanya diartikan sebagai
“manufaktur”