Dokumen tersebut membahas upaya meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar matematika siswa SMA melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD. Penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas siswa dan prestasi belajar mereka dalam mata pelajaran matematika."
Penerapan model pembelajaran group investigation untuk meningkatkan kemampuan...Dhayu Dayu
Teks tersebut membahas penerapan model pembelajaran Group Investigation untuk meningkatkan pemahaman konsep dan sikap sosial siswa kelas X SMA. Model ini diharapkan dapat mengatasi masalah pembelajaran konvensional dan meningkatkan interaksi sosial siswa. Group Investigation melibatkan pengelompokan siswa, perencanaan, penyelidikan kelompok, presentasi hasil, dan evaluasi."
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DAN JIGSAW IIdina suci
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa yang mempelajari sub konsep ciri-ciri makhluk hidup menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dan tipe jigsaw II.
2. Variabel bebasnya adalah model pembelajaran (group investigation dan jigsaw II) sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar siswa.
3. Populasinya adal
Dokumen tersebut membahas upaya meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar matematika siswa SMA melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD. Penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas siswa dan prestasi belajar mereka dalam mata pelajaran matematika."
Penerapan model pembelajaran group investigation untuk meningkatkan kemampuan...Dhayu Dayu
Teks tersebut membahas penerapan model pembelajaran Group Investigation untuk meningkatkan pemahaman konsep dan sikap sosial siswa kelas X SMA. Model ini diharapkan dapat mengatasi masalah pembelajaran konvensional dan meningkatkan interaksi sosial siswa. Group Investigation melibatkan pengelompokan siswa, perencanaan, penyelidikan kelompok, presentasi hasil, dan evaluasi."
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DAN JIGSAW IIdina suci
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa yang mempelajari sub konsep ciri-ciri makhluk hidup menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dan tipe jigsaw II.
2. Variabel bebasnya adalah model pembelajaran (group investigation dan jigsaw II) sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar siswa.
3. Populasinya adal
Dokumen tersebut merangkum 15 model pembelajaran dan metode pembelajaran yang dapat digunakan guru untuk memfasilitasi proses pembelajaran siswa sesuai dengan karakteristik mereka. Beberapa model yang dijelaskan antara lain pembelajaran kooperatif, kontekstual, berbasis masalah, langsung, terbuka, dan bermain peran. Dokumen ini memberikan gambaran singkat tentang prinsip dan sintaks setiap model pembelajaran.
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INVESTIGASI KELOMPOK TERHADAP HASIL BEL...Fela Aziiza
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INVESTIGASI KELOMPOK TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SEMESTER GANJIL SMP AL-AZHAR 3 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014. compre 28 februari 2014
Artikel ptk (Penelitian tinddakan Kelas) SMA KimiaM Wahyudi Haidar
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP REAKSI REDUKSI OKSIDASI MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) DENGAN MEDIA PEMBELAJARAN ULAR TANGGA REDOKS DI KELAS X 2 SMA NEGERI 1 TANJUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Definisi model, metode, pendekatan dan strategi pembelajaranDani Novita Rahma
Ada perbedaan antara model, metode, dan pendekatan pembelajaran. Metode pembelajaran adalah cara untuk mengimplementasikan rencana pembelajaran dalam bentuk kegiatan nyata, model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran terstruktur dari awal hingga akhir, sedangkan pendekatan pembelajaran adalah sudut pandang terhadap proses pembelajaran.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar sosiologi siswa kelas XI SMA Negeri 3 Boyolali dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT).
2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model TGT meningkatkan prestasi belajar siswa, dengan peningkatan rata-rata nilai dari 34,49% menjadi 86,20%.
3
Dokumen tersebut membahas tentang efektivitas pembelajaran dan model Problem Based Learning. Efektivitas diukur dari hasil belajar siswa, apabila hasil belajar meningkat, model pembelajaran dianggap efektif. Model Problem Based Learning mengajak siswa memecahkan masalah secara sistematis dengan menganalisis masalah, mencari data, dan menyimpulkan jawaban. Model ini menuntut peran guru sebagai fasilitator dan membimbing siswa.
Analisis kritis artikel nasional vs internasionalSugiarti ELfishy
1. Kedua artikel meneliti model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together (NHT) dan membandingkannya dengan model lain seperti STAD untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
2. Salah satu penelitian menemukan bahwa NHT secara signifikan meningkatkan aktivitas, sikap, dan prestasi belajar siswa dalam kimia.
3. Penelitian kedua membuktikan bahwa prestasi belajar siswa lebih baik
Dokumen tersebut meringkas hasil penelitian tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran kubus dan balok di SMP Negeri 2 Rantau Panjang. Penelitian ini menunjukkan bahwa aktivitas siswa dalam pembelajaran menjadi lebih aktif dengan skor rata-rata 8,25. Hasil belajar siswa juga meningkat dengan rata-rata nilai 79,73 yang termasuk dalam kategori baik.
Dokumen tersebut merangkum hasil penelitian tentang peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran biologi melalui model pembelajaran kooperatif Numbered Head Together (NHT) di SMA Negeri 2 Yogyakarta. Penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi model NHT sesuai prosedur dan meningkatkan aktivitas serta pemahaman konsep siswa.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VII.A SMPN 5 Takalar pada konsep ekosistem melalui model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT). Hasilnya menunjukkan peningkatan aktivitas belajar siswa menjadi 63% pada siklus pertama dan 72% pada siklus kedua, serta peningkatan hasil belajar menjadi 42,86% pada siklus pertama dan 67,86% pada sik
Dokumen tersebut merangkum 15 model pembelajaran dan metode pembelajaran yang dapat digunakan guru untuk memfasilitasi proses pembelajaran siswa sesuai dengan karakteristik mereka. Beberapa model yang dijelaskan antara lain pembelajaran kooperatif, kontekstual, berbasis masalah, langsung, terbuka, dan bermain peran. Dokumen ini memberikan gambaran singkat tentang prinsip dan sintaks setiap model pembelajaran.
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INVESTIGASI KELOMPOK TERHADAP HASIL BEL...Fela Aziiza
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INVESTIGASI KELOMPOK TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SEMESTER GANJIL SMP AL-AZHAR 3 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014. compre 28 februari 2014
Artikel ptk (Penelitian tinddakan Kelas) SMA KimiaM Wahyudi Haidar
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP REAKSI REDUKSI OKSIDASI MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) DENGAN MEDIA PEMBELAJARAN ULAR TANGGA REDOKS DI KELAS X 2 SMA NEGERI 1 TANJUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Definisi model, metode, pendekatan dan strategi pembelajaranDani Novita Rahma
Ada perbedaan antara model, metode, dan pendekatan pembelajaran. Metode pembelajaran adalah cara untuk mengimplementasikan rencana pembelajaran dalam bentuk kegiatan nyata, model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran terstruktur dari awal hingga akhir, sedangkan pendekatan pembelajaran adalah sudut pandang terhadap proses pembelajaran.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar sosiologi siswa kelas XI SMA Negeri 3 Boyolali dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT).
2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model TGT meningkatkan prestasi belajar siswa, dengan peningkatan rata-rata nilai dari 34,49% menjadi 86,20%.
3
Dokumen tersebut membahas tentang efektivitas pembelajaran dan model Problem Based Learning. Efektivitas diukur dari hasil belajar siswa, apabila hasil belajar meningkat, model pembelajaran dianggap efektif. Model Problem Based Learning mengajak siswa memecahkan masalah secara sistematis dengan menganalisis masalah, mencari data, dan menyimpulkan jawaban. Model ini menuntut peran guru sebagai fasilitator dan membimbing siswa.
Analisis kritis artikel nasional vs internasionalSugiarti ELfishy
1. Kedua artikel meneliti model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together (NHT) dan membandingkannya dengan model lain seperti STAD untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
2. Salah satu penelitian menemukan bahwa NHT secara signifikan meningkatkan aktivitas, sikap, dan prestasi belajar siswa dalam kimia.
3. Penelitian kedua membuktikan bahwa prestasi belajar siswa lebih baik
Dokumen tersebut meringkas hasil penelitian tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran kubus dan balok di SMP Negeri 2 Rantau Panjang. Penelitian ini menunjukkan bahwa aktivitas siswa dalam pembelajaran menjadi lebih aktif dengan skor rata-rata 8,25. Hasil belajar siswa juga meningkat dengan rata-rata nilai 79,73 yang termasuk dalam kategori baik.
Dokumen tersebut merangkum hasil penelitian tentang peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran biologi melalui model pembelajaran kooperatif Numbered Head Together (NHT) di SMA Negeri 2 Yogyakarta. Penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi model NHT sesuai prosedur dan meningkatkan aktivitas serta pemahaman konsep siswa.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VII.A SMPN 5 Takalar pada konsep ekosistem melalui model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT). Hasilnya menunjukkan peningkatan aktivitas belajar siswa menjadi 63% pada siklus pertama dan 72% pada siklus kedua, serta peningkatan hasil belajar menjadi 42,86% pada siklus pertama dan 67,86% pada sik
Kajian ini melibatkan beberapa pengkaji yang menggunakan kaedah-kaedah tertentu seperti simulasi, pembelajaran berasaskan masalah, dan pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan minat dan prestasi pelajar dalam subjek-subjek seperti biologi, pendidikan Islam, dan sains. Hasil kajian menunjukkan kaedah-kaedah ini berkesan dalam menarik minat pelajar dan meningkatkan pemahaman mereka.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) untuk meningkatkan prestasi belajar matematika siswa. 2. Model NHT melibatkan siswa dalam kelompok kecil untuk menjawab pertanyaan guru secara acak untuk mengecek pemahaman materi. 3. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa penggunaan media pembelajaran dan model kooperatif dapat
During this time, there are still many teachers who likens the learning process with students as blank paper and still found a teacher who suppress learning through rote formulas and specific strategies to solve specific problems so that the knowledge gained survive only in short-term memory of the child. Learning through the use of props at SDN 1 Sukowetan encourage students to make observations on an object independently, to train students to learn to find new ideas and their relationships with the concepts that have been known, and can increase the concentration of learning and student learning outcomes. It can be seen from the observation of students in learning activities changes in the shapes of objects through the use of props that have increased as well as the completeness achieved from 60% in the first cycle increased to 90% in the second cycle.
Penelitian ini menguji penerapan model pembelajaran kooperatif scramble untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas 4 SD dalam mata pelajaran IPS tentang sumber daya alam. Hasilnya menunjukkan peningkatan skor rata-rata siswa dan partisipasi siswa setelah penerapan model tersebut.
Dokumen tersebut merangkum tentang penelitian tindakan kelas yang dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran IPS melalui model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 9 Lawa untuk menangani rendahnya capaian nilai rata-rata siswa dalam IPS.
Ada empat tipe pembelajaran kooperatif menurut Arends (2001), yaitu STAD, investigasi kelompok, pendekatan struktural, dan jigsaw. Masing-masing tipe memiliki cara yang berbeda dalam pembentukan kelompok siswa dan penugasan tugas belajar.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
(1) Dokumen tersebut membahas pengaruh model pembelajaran discovery learning terhadap motivasi belajar dan hasil belajar fisika siswa di MAN Bondowoso; (2) Hasil penelitian menunjukkan bahwa model discovery learning berpengaruh signifikan terhadap peningkatan motivasi belajar siswa dan hasil belajar fisika siswa.
Dokumen tersebut membahas tentang metode pembelajaran kooperatif jigsaw. Metode ini dikembangkan oleh Elliot Aronson dan mampu meningkatkan kerja sama tim, penguasaan pengetahuan, serta motivasi belajar siswa. Metode ini melibatkan pembentukan kelompok asal dan ahli dimana siswa belajar secara kolaboratif dan saling mengajarkan teman satu kelompoknya.
1. 1
EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK
MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN KONSEP
EKOSISTEM PADA MATA PELAJARAN IPA DI SMP
Juanda
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pembelajaran kooperatif tipe
terhadap peningkatan aktivitas belajar dan penguasaan konsep ekosistem pada mata
pelajaran IPA di SMP. Populasi yang dijadikan bahan penelitian adalah siswa kelas
VII SMP Negeri 2 Cililin sebanyak 6 kelas dan yang dijadikan sampel penelitian 2
kelas yang terdiri dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Metode
penelitian yang digunakan adalah Quasi Eksperimen yang dilakukan selama tiga kali
pertemuan. Istrumen yang digunakan yaitu tes dan observasi. Hasil dari uji hipotesis
menunjukkan adanya perbedaan secara signifikan dalam aktivitas belajar siswa dan
penguassan kosep ekosistem dengan rata-rata nilai kelompok eksperimen 76.47,
kelompok kontrol 59.17 untuk penguasaan konsep, kelompok eksperimen 68.82,
kelompok kontrol 51.56 untuk aktivitas belajar. Rata-rata nilai ini menunjukkan
bahwa pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dapat meingkatkan aktivitas belajar dan
penguasaan konsep ekosistem pada mata pelajaran IPA di SMP Negeri 2 Cililin.
EFFECTIVENESS OF COOPERATIVE LEARNING TYPE JIGSAW TO
IMPROVE ACTIVITY LEARNING AND MASTERY OF THE CONCEPTS
ECOSYSTEM ON THE SUBJECTS IPA IN JUNIOR HIGH SCHOOL
Juanda
ABSTRACT
This research’s aimed to find out the effectiveness of cooperative learning type jigsaw to
improve activity learning and mastery of the concepts ecosystem on the subjects IPA in
junior high school. The populations in this research were two classes, the experimental
class and the control class. the research method that used was quasi-experimental which
is done for three times the meeting. the research instrument used was test and
observation. Based on the research that showed there is a difference of significant
activity learning and mastery of the concepts ecosystem with average score experiment
group 76 47, control group 59,17 for mastery of the concepts, group experiment 68.82,
group control 51.56 for activity learning. The average score showed that cooperative
learning type jigsaw can be increase to activity learning and mastery of the concepts
ecosystem on the subjects IPA in SMPN 2 Cililin.
2. 2
PENDAHULUAN
Pembelajaran IPA bukan hanya untuk menguasai sejumlah pengetahuan
sebagai produk IPA, tetapi juga harus menyediakan ruang yang cukup untuk
tumbuh berkembangnya sikap ilmiah, berlatih melakukan proses pemecahan
masalah, dan penerapan IPA dalam kehidupan nyata. Kecenderungan
pembelajaran IPA pada masa kini adalah peserta didik hanya mempelajari IPA
sebagai produk, menghafalkan konsep, prinsip, hukum, dan teori. Keadaan ini
diperparah oleh pembelajaran yang berorientasi pada tes/ujian. Akibatnya IPA
sebagai sikap, proses, dan aplikasi tidak tersentuh dalam pembelajaran.
Kenyataan dilapangan bahwa proses pembelajaran yang berlangsung
khususnya IPA, pembelajaran kurang menekankan kepada aktivitas belajar siswa,
sesuai dengan pendapat Sanjaya (2009) yaitu : Salah satu masalah yang dihadapi
dunia pendidikan kita adalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses
pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk
menghapal informasi, otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun
berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu
untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Belajar bukanlah
menghafal sejumlah fakta atau informasi. Belajar adalah berbuat memperoleh
pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Karena itu, strategi
pembelajaran harus dapat mendorong aktivitas siswa. Aktivitas siswa tidak
dimaksudkan terbatas pada aktivitas fisik, akan tetapi juga meliputi aktivitas yang
bersifat psikis seperti aktivitas mental (Sanjaya, 2009: 130).
Keaktifan siswa dapat dilihat dalam hal turut serta dalam melaksanakan
tugas belajarnya, terlibat dalam pemecahan masalah, bertanya kepada siswa lain
atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapi, berusaha
mencari berbagai informasi yang diperlukan pemecahan masalah, melaksanakan
diskusi kelompok sesuai pentunjuk guru, menilai kemampuan dirinya dan hasil-
hasil yang diperolehnya, melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang
sejenis, dan kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah
3. 3
diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya (
Sudjana, 2009:61).
Lara dan Hasan (Kamarga, 2011) Belajar aktif adalah pendekatan
pembelajaran yang dapat menggunakan berbagai model belajar seperti kooperatif
learning, experiential learning, transpormative learning. Dengan demikian bahwa
pembelajaran dengan menggunakan kooperatif diyakini dapat megatasi
permasalahan-permasalahan dalam proses pembelajaran terutama untuk
mengaktifkan siswa atau meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar.
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang
mendukung pembelajaran kontekstual. Pembelajaran yang melibatkan siswa
secara aktif dalam kelompok secara bergotong royong (kooperatif) akan
menimbulkan suasana belajar partisipatif dan menjadi lebih hidup. Teknik
pembelajaran kooperatif dapat mendorong timbulnya gagasan yang lebih
bermutu dan dapat meningkatkan kreativitas siswa (Rusman. 2011).
Slavin (Sanjaya,2009) mengemukakan dua alasan, pertama, beberapa hasil
penelitian membuktikan bahwa penggunaan kooperatif dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan
sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri. Kedua, pembelajaran
kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berpikir,
memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan.
Dari dua alasan tersebut, maka pembelajaran kooperatif merupakan bentuk
pembelajaran yang dapat memperbaiki sistem pembelajaran yang selama ini
memiliki kelemahan.
Jigsaw merupakan bagian dari teknik-teknik pembelajaran kooperatif. Jika
pelaksanaan prosedur pembelajaran kooperatif ini benar, akan memungkinkan
untuk dapat mengaktifkan siswa sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa. Kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dimana
siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 6 orang secara heterogen
dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas
ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan
materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain (Arends R.I., 1997).
4. 4
Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap
pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya
mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan
dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan
demikian, “siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama
secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan” (Lie A., 2008).
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif eksperimen (quasi
eksperiment). Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian eksperimen ini
adalah Randomized Control Group Pretest-Posttest Design. Penelitian diawali
dengan pemilihan dua kelompok secara acak, yaitu kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol, kemudian diberikan tes awal untuk masing-masing kelompok
guna mengidentifikasi kemampuan awal siswa. Selanjutnya dilaksanakan
pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada
kelas eksperimen dan pembelajaran diskusi kelompok secara konvensional pada
kelas kontrol. Selama proses pembelajaran berlangsung dilakukan observasi
untuk mengetahui aktivitas belajar siswa dan setelah pembelajaran selesai
dilakukan tes akhir untuk mengidentifikasi penguasaan konsep siswa.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII sebanyak enam kelas.
Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah kelas VII sebanyak dua kelas
yang dipilih secara acak yaitu kelas VII.B dan kelas VII.C dengan pertimbangan
bahwa pada waktu pembagian kelas sekolah telah membagi siswa atas dasar
pembagian yang sama dan dianggap homogen.
Untuk memperoleh data dalam penelitian ini digunakan tiga macam
instrumen, yang terdiri dari tes,observasi,dan angket. Tes adalah alat atau
prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dengan cara
dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. Metode tes dalam penelitian ini
digunakan untuk mengukur penguasaan konsep siswa dalam materi pelajaran
ekosistem. Observasi dilakukan untuk melihat keterlaksanaan pembelajaran
Kooperatif tipe jigsaw dan pembelajaran diskusi kelompok dalam pembelajaran
yang dilakukan. Tujuannya adalah untuk melihat aktivitas belajar siswa selama
5. 5
dalam proses pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw pada kelas eksperimen dan pembelajaran diskusi kelompok pada kelas
kontrol. Lembar pedoman angket digunakan untuk memperoleh tanggapan siswa
terhadap model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang digunakan pada
pembelajaan IPA. Angket ini menggunakan skala likert, setiap siswa diminta
untuk menjawab pertanyaan dengan jawaban Sangat Setuju (SS), Setuju (S),
Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS).
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Penguasaan Konsep
1. Tes Awal (Pre-Test)
Berdasar hasil tes awal (pre-test) dari kelas yang akan mendapatkan
pemebelajaran kooperatif tipe jigsaw (kelompok eksperimen) dan kelas yang
akan mendapat pembelajaran menggunakan diskusi kelompok biasa (kelompok
kontrol) diperoleh nilai rata-rata kelompok eksperimen 48.60 dan kelompok
kontrol 48.40. Setelah dilakukan uji prasyarat menunjukan sampel berasal dari
populasi yang berdistribusi normal dan homogen.
Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan Uji t Independent Samples Test
menunjukan t hitung < t tabel (0.059 < 2.021 ) dan Sig.(2-tailed) = 0,953 > α =
0.05 maka Ho diterima dan H1 ditolak. Dengan demikian tidak terdapat
perbedaan penguasaan konsep siswa pada tes awal antara kelompok kontrol
dengan kelompok eksperimen. Dengan kata lain kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen memiliki kemampuan yang sama dalam penguasaan konsep pada
materi ekosistem.
2. Tes Akhir (Post-Test)
Berdasar hasil tes akhir (Post-test) dari kelompok eksperimen kelompok
control diperoleh nilai rata-rata kelompok eksperimen 76.47 dan kelompok
kontrol 59.17. Setelah dilakukan uji prasyarat menunjukan sampel berasal dari
populasi yang berdistribusi normal dan homogen.
Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan Uji t Independent Samples Test
menunjukan t hitung > t tabel (4.931 > 2.021 ) dan Sig.(2-tailed) = 0.00 < α =
6. 6
0.05 maka Ho ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian terdapat perbedaan
hasil post-test penguasaan konsep siswa antara kelompok kontrol dengan
kelompok eksperimen. Dengan kata lain kelompok eksperimen memiliki
kemampuan yang berbeda dengan kelompok kontrol dalam penguasaan konsep
pada materi ekosistem. Hal ini dapat dilihat pula dari rata-rata tes akhir (Post-test)
penguasaan konsep kelompok eksperimen (76.47) lebih tinggi dari kelompok
kontrol (59.17). untuk lebih jelasnya tertera dalam rekavitulasi pada tabel berikut.
Rekavitulasi nilai rata-rata hasil pre-tes dan pos-tes pada kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol dapat dilihat pada tabel 1.1
Tabel 1.1
Rekapitulasi Nilai Rata-rata
Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
Pre-Test Post-Test Pre-Test Post-Test
Rata-rata 48.40 59.17 48.60 76.47
Nilai Min 27 23 23 55
Nilai Max 73 86 77 100
Meningkatnya penguasaan konsep siswa pada materi ekosistem dengan
menggunakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini, dikarenakan pada
pembelajaran ini ada tahap saling mengajar (peer tutorial). Seperti yang
diungkapkan (Anita Lie, 2008) proses belajar tidak harus berasal dari guru
menuju siswa. Siswa bisa juga saling mengajar dengan sesama siswa yang
lainnya dengan kata lain siswa memiliki dua tanggung jawab, yaitu mereka
belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok untuk
belajar. Bahkan, banyak penelitian menunjukkan bahwa pengajaran oleh rekan
sebaya ternyata lebih efektif daripada pengajaran oleh guru.
Dalam pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terjadi komunikasi banyak
arah, komunikasi ini tidak hanya melibatkan interaksi dinamis antara guru dengan
siswa tetapi juga melibatkan interaksi yang dinamis antara siswa yang satu
dengan siswa yang lainnya. Proses belajar mengajar dengan pola komunikasi ini
mengarah kepada proses pengajaran yang mengembangkan kegiatan siswa yang
7. 7
optimal, sehingga menumbuhkan siswa belajar aktif (Fathurrohman, 2007).
Menurut Litlejohn (Whardana, 2010), komunikasi adalah kebutuhan yang paling
mendasar. Manusia dapat melakukan interaksi sosialnya dengan baik hanya
dengan perantara komunikasi. Melalui interaksi sosial, manusia mendapatkan
informasi tentang segala hal yang dibutuhkan untuk memenuhi kelangsungan
hidupnya. Dengan demikian penguasaan konsep dalam penelitian ini yang
menggunakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw diperoleh siswa bukan dari
guru semata, melainkan dari berbagai sumber termasuk dari siswa lain melalui
proses diskusi.
B. Aktivitas Belajar
Berdasarkan hasil analisis uji statistik dari tiga pertemuan tersebut
menunjukan bahwa aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran pada kelas
eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan aktivitas belajar siswa pada kelas
kontrol. Rekavitulasi aktivitas belajar siswa selama tiga pertemuan dapat dilihat pada
tabel 1.2
Tabel 1.2
Rekavitulasi Aktivitas Belajar Siswa
Pertemuan
Ke.
Nilai Rata-rata Aktivitas
Kel.Eksperimen Kel.Kontrol
1 70.47 50.03
2 66.30 48.93
3 69.70 55.73
Rata-rata 68.82 51.56
Dilihat dari hasil observasi dari kelas ekperimen yang menggunakan
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw menunjukan aktivitas belajar siswa yang cukup baik
dibandingkan dengan aktivitas belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran diskusi
kelompok biasa dan kerjasama kelompok pada kelas eksperimen menunjukan lebih baik
dari pada kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran diskusi kelompok biasa.
Pembelajaran kooperatif berbeda dengan strategi pembelajaran yang lain. Perbedaan
tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih menekankan kepada proses
8. 8
kerja sama dalam kelompok. Tujuan yang ingin dicapai tidak hanya kemampuan
akademik dalam pengertian penguasaan bahan pelajaran, tetapi juga adanya unsur kerja
sama untuk penguasaan materi. Adanya kerja sama inilah yang menjadi ciri khas dari
pembelajaran kooperatif (Sanjaya, 2009).
Rusman ( 2011), menyatakan bahwa model kooperatif jigsaw ini siswa memiliki
banyak kesempatan untuk megemukakan pendapat dan mengolah informasi yang didapat
dan dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi, anggota kelompok bertanggung
jawab terhadap keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yag dipelajari
dan dapat menyampaikan informasi kepada kelompok lain.
Menurut Hamalik (2005: 172), belajar tidak cukup hanya dengan mendengar dan
melihat tetapi harus dengan melakukan aktivitas yang lain diantaranya membaca,
bertanya, menjawab, berpendapat, mengerjakan tugas, menggambar,
mengkomunikasikan, presentasi, diskusi, menyimpulkan, dan memanfaatkan peralatan.
Aktivitas dalam suatu pembelajaran bukan hanya siswa yang aktif belajar tetapi
di lain pihak, guru juga harus mengorganisasi suatu kondisi yang dapat mengaktifkan
siswa dalam belajar. Oleh karena itu, salah satu usaha yang dapat dilakukan guru adalah
merencanakan dan menggunakan model pembelajaran yang dapat mengkondisikan siswa
agar belajar secara aktif. Menurut Anita Lie (2002: 8), salah satu model pembelajaran
yang dapat mengaktifkan siswa adalah pembelajaran kooperatif. Terdapat beberapa tipe
dalam pembelajaran kooperatif, salah satunya adalah tipe jigsaw.
KESIMPULAN
Berdasarkan analisis hasil post-test penguasaan dengan menggunakan uji t
Independent Samples Test menunjukan perbedaan yang signifikan antara kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Dengan demikian pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa pada materi ekossitem.
Pembelajaran koooperatif tipe jigsaw selain dapat meningkatkan penguasaan
konsep, juga menunjukkan aktivitas belajar siswa di kelas eksperimen dengan
mengunakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw lebih baik dibandingkan dengan
aktivitas belajar siswa pada kelas kontrol.
9. 9
DAFTAR PUSTAKA
Arends, R. I. (1997). Classroom Instruction and Management. New York:
McGraw Hill Companies.
Arends, R. I. (2001). Learning to Teach. New York: McGraw Hill Companies.
Budimansyah D. , Suparlan & Meirawan D. (2010). PAKEM : Pembelajaran
Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Bandung : Genesindo
Depdiknas (2009). Srategi Pembelajaran MIPA. Jakarta : Departemen Pendidikan
Nasional
Dimyati & Mudjiono (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta
Fathurrohman P. & Sutikno S. (2010).Strategi Belajar Mengajar : Melalui
Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami. Bandung : Refika
Aditama
Howe, A.C. & Jones, L. (1993). Engaging Children in Science. New York:
Macmilan Publishing Company.
Hamalik O. ( 2010). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
__________. ( 2009). Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Bumi
aksara.
Hermawan H. (2000). Dasar-Dasar Komunikasi dan Keterampilan Dasar
Mengajar. Bandung : Citra Praya.
Ibrahim, M. (2000). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Program Pasca Sarjana
Unesa
Isjoni. (2010). Cooperative Learning: Efektifitas Pembelajaran Kelompok.
Bandung: Alfabeta
Joyce B, Weil M, & Calhoun E. (2009). Models Of Teaching. USA.Pearson
Education, Inc, Publishing as Allyn & Bacon
Johnson L. A.( 2005). Teaching Outside the Box: How to Grab Your Students by
Their Brains Author. San Fransisco: Jossey-Bass a Wiley Imprint 989
Market Stret
Johnson E. B. (2002). Contextual Teaching and Learning : what it is and why it’s
here to stay. California : Corwin Press, Inc., Thousand Oaks
Kamarga H., Ahmad A.R. & Wan Mamat W.H (2011). “ Educational
Comparative in Curriculum For Aktive Learning”, dalam Proceedings
Internasional Seminar. Bandung : HIPKIN
10. 10
Lie A. ( 2008). Cooperative Learning. Jakarta : Gramedia
Rusman .(2011), Model-Model Pembelajaran, Mengembangkan
Profesionalisme Guru. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Rustaman, N. et al. (2003). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Bandung : Jurusan
Pendidikan Biologi FPMIPA UPI.
Sanjaya W, (2009), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group
___________, (2010), Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta :
Kencana Prenada Media Group
__________.( 2007). Interaksi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo
Sudjana N. ( 2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya.
Slavin R.E. (2005). Cooperative Learning: theory, research and Practice.
London : Allymand Bacon.
Sugiyono, (2008). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV Alfabeta
Wahyudin ( 2008). Pembelajaran dan Model-Model Pembelajaran. Jakarta : CV
IPA Abong
Wardhana Y. (2010). Teori Belajar dan Mengajar. Bandung : PT Pribumi Mekar.