SlideShare a Scribd company logo
Program Studi Manajemen Universitas Bakrie
PERNYATAAN PENYERAHAN SKRIPSI FORMAT ARTIKEL ILMIAH
Saya yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : Ahmad Faaiz Muzakkiy
NIM : 1161001015
Telah menyelesaikan perubahan format skripsi saya menjadi artikel ilmiah sesuai ketentuan program studi
Manajemen Universitas Bakrie.
Judul Artikel : Implementasi Scrum Framework pada Produk Manajemen di
PT. Adicitarasa Indonesia
Jumlah Kata : 9980
Jakarta, 28 Agustus 2021
Yang menyerahkan, Mengetahui,
Ahmad Faaiz Muzakkiy M. Taufiq Amir, SE., MM., Ph.D
Catatan: Setelah ditandatangani mahasiswa dan pembimbing, gabungkan file Pernyataan ini dengan
artikel menjadi 1 file PDF dan dikirimkan ke program studi sesuai link yang tertera dalam pengumuman.
Implementasi Scrum Framework pada Produk Manajemen di
PT. Adicitarasa Indonesia
Ahmad Faaiz Muzakkiy1
, M. Taufiq Amir2
1
Jurusan Manajemen FEIS Universitas Bakrie
Jakarta, Indonesia
1
faaizmzk17@gmail.com
2
taufiq.amir@bakrie.ac.id
2
Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, Universitas Bakrie
Jakarta Indonesia
Abstract— This study aims to analyze the application of the scrum framework to product management that is
reviewed from 4 processes, namely sprint planning, daily scrum, sprint review, and sprint retrospective to the scrum
team at PT. Adicitarasa Indonesia. This research method uses a descriptive analysis method with qualitative
techniques through direct observation and interviews with the scrum team and customers at PT. Adicitarasa
Indonesia. This study also uses company data and literature review as secondary data. The results of this study
indicate that there is a positive impact of the scrum framework process on product management at PT. Adicitarasa.
However, the implementation of the new method in the company does not rule out the possibility of errors and failures
in carrying out the process, but with the agile principle of the scrum that upholds transparency, all problems can be
quickly inspected and made changes with adaptations that are in accordance with existing conditions. Suggestions for
further research are to conduct quantitative research to test the scrum framework and for companies to create a
human resource management system so that they can quickly deal with problems that occur internally.
Keywords— Implementation, Scrum framework, Product Management, Agile, Product Development
Abstrak— Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa penerapan scrum framework pada produk manajemen yang
dikaji dari 4 proses yaitu sprint planning, daily scrum, sprint review dan sprint retrospective terhadap scrum team di
PT. Adicitarasa Indonesia. Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis dengan teknik kualitatif
melalui observasi dan wawancara secara langsung dengan tim scrum dan pelanggan di PT. Adicitarasa Indonesia.
Penelitian ini juga menggunakan data perusahaan dan kajian literatur sebagai data sekunder. Hasil penelitian ini
menunjukan adanya dampak positif dari proses scrum framework terhadap produk manajemen di PT. Adicitarasa
Indonesia. Namun dengan implementasi metode baru pada perusahaan tidak menutup kemungkinan terjadinya
kesalahan dan kegagalan dalam menjalankan prosesnya, namun dengan prinsip agile pada scrum yang menjunjung
tinggi transparansi segala permasalahan dapat cepat terinspeksi dan dilakukan perubahan dengan adaptasi yang sesuai
dengan keadaan yang ada. Saran bagi penelitian selanjutnya adalah melakukan penelitian kuantitatif untuk menguji
scrum framework serta bagi perusahaan adalah membuat sistem manajemen sumber daya manusia agar dapat cepat
dalam menangani permasalahan yang terjadi dalam internalnya.
Kata kunci: Implementasi, Scrum Framework, Produk Manajemen, Agile, Product Development
PENDAHULUAN
Bagian PENDAHULUAN membahas latar belakang masalah,
tinjauan pustaka secara ringkas, maksud dan tujuan riset
dilakukan. Pada 2 Maret 2020 Indonesia melaporkan kasus
pertama warganya yang terjangkit virus Covid-19. Sebuah
virus yang dapat menular secara cepat yang bermula pada
bulan November di Kota Wuhan, China. Virus ini terus
bertumbuh setiap harinya, sehingga pemerintah Indonesia
menetapkan (Pembatasan Sosial Berskala Besar) PSBB untuk
seluruh wilayah di Indonesia yang dimulai pada tanggal 24
April 2020. Semua hal berubah secara drastis Kemenperin
menyebutkan setidaknya 60% industri lumpuh dan ini
diprediksi bisa semakin parah jika belum ada titik terang
berhentinya pandemi virus Covid-19. Hingga akhirnya
Indonesia berada di titik resesi pada kuartal ke III 2020
dengan minus 3.49%
PT. Adicitarasa Indonesia adalah salah satu anak
perusahaan dari Hartono Group atau PT. Hatsonsurya Electric
yang didirikan pada tahun 1978. Hartono dengan tagline
terbarunya yakni Your Lifetime Partner ini akan selalu
berusaha memberikan yang terbaik bagi setiap pelanggan setia
dan para partnernya. Kekuatan utama dalam pengembangan
jaringan outlet Hartono adalah dengan membangun kesetiaan
dengan penuh memberikan yang terbaik kepada semua
pelanggannya itulah yang menjadi kekuatan utama dalam
pengembangan Hartono. Pada tahun 2012 sesuai dengan visi
dan tagline, Hartono membuat anak perusahaan yaitu PT.
Adicitarasa Indonesia yakni kelas memasak dengan standar
internasional dan dibimbing langsung oleh chef profesional
lokal maupun internasional. Tujuan dibangunnya PT.
Adicitarasa Indonesia ini untuk menjadikan Hartono menjadi
life-time partner bagi pelanggan setia dan partner dengan misi
mengajak pelanggan mencoba langsung produk-produk
peralatan rumah tangga di Hartono Elektronika.
Dalam sebuah bisnis perusahaan diharuskan membuat
banyak strategi guna dapat memenangkan kompetisi dengan
merek pesaing. Hal ini ditunjukan dengan adanya permintaan
pasar yang berubah ubah dan kompetitor yang semakin
banyak bermunculan dengan menawarkan berbagai
kemudahan terbaru. Terlebih peluang bertumbuhnya tersebut
dapat dilihat dengan jumlah penduduk di Indonesia yang
semakin hari semakin bertumbuh. Berdasarkan survei
penduduk antar sensus (Supas) 2020. Di Tengah tekanan
ekonomi banyak perusahaan dipaksa untuk berpikir lebih
kreatif dengan mengubah strategi berbisnis dalam
perusahaannya agar dapat bertahan hidup di tengah krisis.
Sebelum terjadinya pandemi Covid-19 PT. Adicitarasa
Indonesia hanya membuka kelas hands-on yaitu kelas
Cooking Baking yang dapat dihadiri peserta secara langsung
dalam studio PT. Adicitarasa Indonesia dan langsung
dibimbing oleh chef profesional maupun international guest
chef. Kelas ini dibuka di Surabaya dan Jakarta. Kelas hands-
on ini selalu terisi penuh bahkan beberapa kelas waiting list
dengan beberapa batch pada beberapa resep yang
permintaannya tinggi. Selain hands-on class yang ramai, PT.
Adicitarasa Indonesia juga aktif mengundang chef tamu
internasional setiap bulannya, hal tersebut sangat berdampak
dengan brand awareness pelanggan terhadap PT. Adicitarasa
Indonesia.
Gambar 1. Omset PT. Adicitarasa Indonesia 2019-2020
Sumber : PT. Adicitarasa Indonesia
Namun semenjak terjadinya pandemi Covid-19 kelas di PT.
Adicitarasa Indonesia mendadak mati total selama 1 minggu,
dimana protokol kesehatan selama PSBB belum matang dan
melarang masyarakat untuk berkerumun dan seluruh
karyawan harus bekerja dari rumah. Hal ini menyebabkan
penjualan PT. Adicitarasa Indonesia turun drastis di kuartal
pertama 2020 sesuai data yang diatas yang didapat dari total
omset penjualan PT. Adicitarasa Indonesia 2019-2020 dimana
omset dari kuartal pertama 2020 turun 46.15% dari kuartal
akhir di tahun 2019. Hal ini membuat seluruh tim berpikir
secara cepat dan kreatif dalam menemukan solusi dari badai
krisis pandemi Covid-19 ini.
Strategi demi strategi pun juga terus diperbarui setiap
saat oleh PT. Adicitarasa Indonesia. Mulai dari strategi
operasional, pemasaran hingga produk. Perusahaan yang
berada di lantai 3 Hartono Elektronik Bukit Darmo, Surabaya
ini sempat mati selama 1 minggu di awal pemberlakuan PSBB,
namun berbagai cara dilakukan oleh seluruh partner agar
bisnis di PT. Adicitarasa Indonesia tetap dapat berjalan.
Di era yang sangat terbatas ini, kecepatan dan
ketepatan menjadi sebuah tuntutan bagi penggunanya.
Terbatasnya tim dengan tantangan yang fluktuatif menuntut
seluruh tim di PT. Adicitarasa Indonesia melakukan planning
dan actuating dengan efisien . Dengan kondisi seperti ini
tuntutan untuk memiliki sistem baru harus segera
direalisasikan oleh PT. Adicitarasa Indonesia agar dapat
mempermudah tim di dalamnya melakukan inovasi dan
terobosan baru dalam menghadapi krisis pandemi Covid-19.
Team Leader merupakan partner yang membutuhkan
fleksibilitas tinggi dengan tanggung jawab yang besar dalam
mengerjakan tugasnya. Oleh karena itu untuk memenuhi
kebutuhannya diperlukan sistem baru dalam bekerja agar
tujuan dan berbagai inovasi baru dapat tercapai dengan baik
dan efisien. Maka dibuatlah sistem baru dengan metode agile,
metode ini digunakan sebagai sistem dalam memunculkan
inovasi baru hingga tahap final.
Metode Agile merupakan salah satu metodologi yang
banyak digunakan pada saat ini.
Metodologi waterfall adalah metode yang banyak
digunakan dalam pengembangan perusahaan sebelum
metodologi agile. Dalam metodologi waterfall memiliki
masalah yakni proyek membutuhkan waktu yang lama hingga
berbulan bulan atau bahkan tahunan untuk dapat membuktikan
hasilnya (Bibik, 2018). Sedangkan kondisi di lapangan dimana
kebutuhan dan permintaan pasar yang cepat berubah seiring
berjalannya keadaan dan waktu membuat perubahan yang
harus disesuaikan dengan segera. Dalam metodologi waterfall
persentase keberhasilannya cenderung rendah seperti yang
digambarkan pada gambar diagram di bawah ini.
Metodologi Agile itu sendiri terdiri dari beberapa metode
atau framework yang salah satunya ada scrum. Scrum
merupakan sebuah framework di mana orang-orang dapat
menyelesaikan permasalahan kompleks yang senantiasa
berubah dan pada waktu yang sama tim dapat menghasilkan
produk dengan produktif dan kreatif namun juga memiliki
nilai yang tinggi (Schwaber & Sutherland, 2017). Rancangan
dalam metodologi scrum dalam meningkatkan kecepatan
pengembangan mengintegrasi tujuan setiap individu dengan
perusahaan, menciptakan sebuah budaya yang sesuai,
mengakomodasi setiap nilai dan kreasi dari setiap anggota,
mengembangkan komunikasi untuk kestabilan komunikasi
yang konsisten di setiap level dan menyejahterakan kualitas
hidup setiap anggota (Sutherland, et al, 2007). Metode ini
sering digunakan oleh perusahaan dengan agility yang tinggi
karena bersifat fleksibel dalam menghadapi pengembangan
perubahan organisasi. Dengan dinamika permintaan yang
selalu berubah mengikuti kebutuhan, maka penelitian ini
dibuat menggunakan Scrum framework.
PT. Adicitarasa Indonesia merupakan perusahaan
yang memiliki agility yang tinggi dalam menghadapi
perubahan. Untuk itu perusahaan ini membutuhkan sistem
produk manajemen sebagai salah satu strategi menghadapi
perubahan agar produk dari PT. Adicitarasa Indonesia dapat
sesuai dalam memenuhi kebutuhan konsumen setia.
TINJAUAN PUSTAKA
Produk Manajemen
1. Pengertian Produk Manajemen
Menurut Marty Cagan (2008) Produk manajemen adalah
suatu pekerjaan dimana membangun atau mengembangkan
suatu produk dengan memenuhi tiga hal yaitu valuable,
useable dan feasible. Produk yang dibangun maupun
dikembangkan harus valuable dimana produk harus memiliki
nilai yang dapat menyelesaikan kebutuhan pelanggan.
Kemudian useable, dimana produk yang dikembangkan harus
mudah dicapai dan digunakan oleh pelanggan. Dan yang
terakhir adalah feasible, dimana produk yang dibangun harus
bisa dikembangkan di masa yang akan datang
Hal krusial pada perusahaan adalah pengembangan produk.
Dimana dalam sebuah perusahaan, inovasi merupakan hal
penting yang menjadi tuntutan perusahaan dalam
pembaharuan berkelanjutan untuk tetap bertahan ditengah
kemajuan yang dinamis. Dalam inovasi berkelanjutan pada
perusahaan, produk manajemen adalah kunci dari keberhasilan
dari sebuah proses pada pengembangan produk di perusahaan.
Dalam perusahaan terdapat proses bisnis yang berujung pada
pemasukan, dimana produk yang dihasilkan merupakan
definisi dari sebuah solusi dari permasalahan yang terjadi pada
pelanggan.
Menurut Martin Eriksson (2011) dalam teknis
pengembangannya produk manajemen berada pada irisan
antara pengalaman pengguna, bisnis dan teknologi. Dimana
dalam produk harus berfokus pada pengalaman pengguna dan
mewakili pelanggan dalam lingkup produk tersebut tetapi
harus tetap dapat mengembangkan profit dari bisnis tersebut
sendiri melalui peranan teknologi yang dipilih.
2. Fungsi Produksi Manajemen
Fungsi produk manajemen adalah proses
pengembangan produk untuk menjamin produk yang
diproduksi perusahaan tersebut mencapai product-market fit.
Product-market fit ini dapat tercipta apabila solusi yang di
kembangkan merupakan solusi yang tepat terhadap pasar yang
ada (Marc Andreessen, 2008). Product-market fit sendiri
merupakan proses validasi dari sebuah gagasan dari ide
produk yang dirancang sehingga dalam mencapai tujuan
tersebut perusahaan harus dapat memecahkan masalah
konsumen dalam proses bisnisnya. Menurut Marty Cagan
(2008) validitas gagasan ide tersebut harus memahami 4
lingkup permasalahan yang ada yaitu:
1. User
Dimana harus memahami user atau pelanggan yang ada,
apakah produk yang diproduksi sudah sesuai dengan
permasalahan yang ada pada pelanggan. Apa yang disuka atau
tidak disukai pelanggan maupun apa yang dibutuhkan dan
tidak dibutuhkan oleh pelanggan.
2. Produk
Dimana harus memahami lingkup produk pada perusahaan
sebesar apa. Karena ada banyak permasalahan yang ada di
dunia ini, tetapi tidak semua permasalahan harus satu
perusahaan yang menjawab permasalahan itu, sehingga
perusahaan harus mengetahui dan memahami batasan yang
dimiliki oleh perusahaan tersebut.
3. Bisnis
Tujuan akhir daripada produk sendiri adalah keuntungan,
maka dari itu produk yang diproduksi harus sesuai dengan
fungsi dalam bisnis itu sendiri yaitu bagaimana mendapatkan
keuntungan dari produk yang dikembangkan.
4. Industri
Dalam produk yang diproduksi harus menyesuaikan dengan
kondisi pada industri setiap produk pada masa itu seperti apa.
Agar produk yang diproduksi selalu relevan dengan pasar
yang ada.
3. Proses Produk Manajemen
Produk manajemen adalah segala hal yang dapat
menjembatani dan menjadi solusi dari permasalahan melalui
produk yang ditemukan atau dikembangkan untuk pelanggan
Steve Blank (2003). Sehingga produk yang dikembangkan
dalam produk manajemen harus sesuai dengan kebutuhan
pelanggan. Setiap permasalahan dan kebutuhan pelanggan
terdapat beberapa solusi didalamnya. Hal ini penting dalam
manajemen produk untuk mengidentifikasi permasalahan yang
ada sebelum menyelesaikannya. Terdapat lima tahapan dalam
mengidentifikasi kebutuhan pelanggan, yaitu:
1. Merancang sistem dan proses untuk mengumpulkan
user feedback.
Dimana sebelum menentukan kebutuhan yang ada pada
pelanggan dalam produk manajemen harus secara aktif
mengumpulkan user feedback serta mengumpulkan dan
memilah permintaan fitur, ide peningkatan, laporan bug,
keluhan kegunaan, pertanyaan, saran peretasan & solusi, dan
sambutan hangat untuk fungsionalitas yang ada.
2. Mengumpulkan insight dari pelanggan.
Tidak ada yang tahu bahwa bisa jadi pelanggan memiliki
pengetahuan yang lebih baik daripada kolega dalam
perusahaan dalam hal pemasaran dan penjualan. Sehingga
mendorong pelanggan untuk memberikan sudut pandangnya
mengenai permintaan fitur dan pertanyaan penyelidikan
mendalam sehingga pelanggan dapat melaporkan kebutuhan
mendasarnya.
3. Mewawancarai pelanggan di lingkungan alaminya.
Dimana produk harus disesuaikan sesuai pengamatan yang
terjadi pada lapangan yang meliputi dari mengamati solusi
yang pernah ada dengan memperhatikan rutinitas dari
pelanggan dan mempelajari poin-poin permasalahan utama
yang terjadi di lapangan
4. Validasi ide kepada pelanggan
Setelah memiliki pemahaman tentang apa yang dibutuhkan
pelanggan, solusi tersebut dibuat dalam bentuk prototipe atau
mock-up yang selanjutnya dilakukan validitas ide apakah
penyelesaian daripada permasalahan pelanggan telah sesuai
dengan kebutuhan pelanggan. Tujuan dalam validasi ide
adalah untuk mengidentifikasi apakah solusi ini merupakan
bentuk yang tepat dari pemahaman mengenai kebutuhan
pelanggan
5. Mewawancarai pengguna yang hilang
Jika pelanggan meninggalkan produk untuk memilih
produk lain atau bahkan memutuskan untuk tidak menjadi
pelanggan maka perlu dimengerti apa alasan pelanggan
memutuskan hal tersebut. Sehinggs ditemukan kerangka dari
solusi apa yang pelanggan sukai dan apa kekurangannya yang
memiliki dampak besar dalam keputusan pelanggan dan
mengidentifikasi sesuatu hal yang hilang dari produk
sebelumnya.
Menurut Marty Cagan (2008) Terdapat tiga pola pikir
mendasar agar proses produk manajemen dapat terukur sejauh
mana produk yang diproduksi memiliki manfaat yang sesuai
dengan kebutuhan pelanggan, yaitu:
1. Emphatetic
Yakni kemampuan untuk menstimulasikan proses mental
dari berbagai jenis kepribadian. Agar dapat berjalan dengan
baik dalam situasi ini pelanggan atau user akan bereaksi
dengan caranya masing-masing.
2. Strategic
Dalam menghadapi permasalahan yang tidak menentu dan
kompleks maka diperlukan cara yang strategis dalam
membagi dalam menstrukturkan masalah yang tidak jelas
menjadi jelas agar permasalahan yang besar tersebut diubah
menjadi bite size issues.
3. Creative
Perlu melihat hal dengan berbagai sudut pandang yang bisa
dilakukan dalam menentukan berbagai cara mencapai solusi
dengan kreatif. Agar mendapat berbagai cara dalam
menyelesaikan permasalahan pelanggan.
4. Minimum Viable Product (MVP)
Teori yang pertama kali dicetuskan oleh Frank Robinson
(2001) dan dipopulerkan oleh Steve Blank dan Eric Ries
Minimum Viable Product atau MVP merupakan versi baru
sebuah produk, yang memungkinkan tim untuk
mengumpulkan jumlah maksimum pembelajaran yang
tervalidasi tentang customer dengan sedikit usaha, MVP
dalam sebuah perancangan atau pengembangan produk
memiliki perbedaan dengan prototipe, dimana pada MVP,
proses yang dilakukan bertujuan untuk mendapatkan
pembelajaran secepat mungkin dengan fitur produk yang
minimal dan dilakukan pengembangan berulang mengikuti
prinsip build-learn-measure, namun pada prototipe proses
perancangan dilakukan sesuai rencana untuk mendapatkan
keseluruhan fungsi pada suatu produk sehingga memakan
waktu yang lebih lama. Hal ini akan berdampak pada
penghematan biaya dan meminimalisir risiko pada produk.
Terdapat 4 elemen yang wajib disertakan dalam produk, yaitu:
1. Functionality, dimana produk maupun fitur yang
dikembangkan harus sesuai dengan nilai pelanggan dan target
pasar yang dituju
2. Design, dimana rancangan dari MVP ini telah
memenuhi standar industri yang terbaik
3. Reliability, memperketat penentuan standarisasi dari
kualitas produk yang ingin dicapai
4. Usability, Produk dalam MVP harus mudah
konsumsi atau digunakan dan reseptif.
Gambar 2. Proses dalam MVP
Dalam prosesnya MVP memiliki prinsip bahwa produk
yang dikembangkan tidak harus sempurna di tahap awal,
karena semakin cepat produk diluncurkan maka semakin
banyak pula feedback pelanggan yang bisa dijadikan
pembelajaran agar produk menjadi produk yang matang (Ries.
2016). Seperti pada ilustrasi diatas dapat dijelaskan bahwa
setelah MVP diluncurkan proses dari pengembangan produk
tersebut tidak berhenti disitu tetapi terdapat beberapa tahapan
dalam pengembangan produk dengan berbagai masukan dari
pelanggan hingga produk terus berkembang dan menjadi
produk yang matang.
Scrum Framework
1. Definisi Scrum
Scrum adalah kerangka kerja yang mana dapat mengatur
sebuah masalah yang kompleks dengan adaptif. Dalam waktu
yang bersamaan scrum dapat menghantarkan produk memiliki
nilai yang tinggi dengan proses yang kreatif dan produktif
(Sachwaber, 2011) Scrum memiliki sifat antara lain:
• Ringan
• Sederhana dalam memahaminya
• Tidak mudah dalam menguasainya
Metode pada kerangka kerja scrum merupakan sebuah
proses yang telah digunakan dalam mengembangkan produk
sejak awal tahun 1990-an. Selain prosesnya, teknik maupun
metodologi scrum juga dapat digunakan. Sehingga scrum
merupakan kerangka kerja dimana penggunanya dapat
menggunakan berbagai macam proses maupun teknik di
dalamnya dan dengan mengekspos ketidakefektifan
manajemen ataupun produk teknik kerja membuat scrum
dapat terus meningkatkan produktivitas dari kinerja produk,
tim dan lingkungannya. Scrum terdiri atas kerangka kerja,
yaitu tim beserta perannya, acara, artefak dan aturan. Setiap
komponen dalam kerangka kerja memiliki tujuan tertentu dan
berperan penting dalam keberhasilan proses scrum. Dalam
pelaksanaannya scrum memiliki peran-peran yang mengikat,
acara, artefak yang membangun dan menjaga interaksi antar
komponennya.
Berbagai macam cara ini lebih dari sekedar sebuah
kerangka kerja. Scrum sendiri adalah sebuah kerangka yang
mengatur dan mengelola pekerjaan khusus berdasarkan pada
seperangkat nilai, prinsip, dan praktik yang memberikan dasar
yang organisasi yang akan menambahkan implementasi untuk
mewujudkan penerapan Scrum menggunakan pendekatan
bertahap (incremental) dan berkala (iterative) untuk
meningkatkan produktivitas dan pengendalian risiko (Rubin,
2013).
2. Penggunaan Scrum
Menurut Schwaber (2011), Scrum telah dikembangkan
dalam mengelola dan mengembangkan produk sejak tahun
1990-an yang mana telah digunakan secara luas untuk :
1. Meneliti dalam menggali potensi pasar, teknologi dan
kemampuan produk
2. Meningkatkan produk dengan segala peningkatannya
3. Menciptakan peningkatan serta merilis produk setiap
waktu
4. Meningkatkan pemeliharaan sistem operasional
secara cloud maupun lingkungan operasional yang lainnya
5. Mengelola produk dengan kreatif efektif dan efisien.
Dalam implementasinya scrum dapat mengembangkan
perangkat lunak, keras perangkat integrasi, aplikasi jaringan
interaktif, sekolah, pemerintahan, pemasaran, organisasi dan
masih banyak hal dalam kehidupan sehari hari sekalipun
sebagai seorang individu dalam bermasyarakat (Schwaber,
2011)
Dengan peningkatan setiap harinya yang diiringi dengan
peningkatan pasar dan interaksi dengan teknologi, scrum
terbukti efektif dalam pelaksanaannya yang berkelanjutan.
Sehingga selain untuk peningkatan perangkat lunak scrum saat
ini telah digunakan dalam banyak produk maupun pelayanan
di berbagai perusahaan dalam manajemennya. Intisari dari
scrum ini adalah sebuah tim yang tidak terdiri dari banyak
orang, tim ini bersifat fleksibel dan mudah dalam beradaptasi.
Kekuatan inilah yang terus dikembangkan dalam tim untuk
mengembangkan ide-ide serta merealisasikan dalam prosesnya.
Dengan berkolaborasi dan berinteraksi membuat tim dapat
berkembang dengan cepat dalam mencapai target yang ada.
3. Tata Nilai Scrum
Scrum dibangun atas dasar teori empiris, dimana setiap
pengetahuan dari setiap pengalaman dan keputusan didasarkan
pada apa yang telah diketahui. Dalam mengoptimalkan
prediktabilitas dan pengendalian risiko scrum menggunakan
pendekatan yang bertahap dan berkelanjutan. Terdapat tiga
pilar yang memperkuat proses dalam implementasi kontrol
empiris yaitu transparansi, inspeksi dan adaptasi (Schwaber,
2011)
1. Transparansi merupakan aspek yang ditentukan oleh
standarisasi, sehingga setiap anggota dan pengamat dapat
memiliki pemahaman yang sama terhadap setiap tujuan,
sebagai contoh adalah setiap anggota harus memiliki
pemahaman yang sama terkait setiap istilah yang ada, selain
itu setiap anggota harus memiliki pemahaman yang sama
mengenai definisi tuntas dalam increment atau gol dalam
tujuan
2. Inspeksi merupakan hal yang harus sering dilakukan
pada metode ini, menginspeksi artefak dan perkembangan
proses menuju increment atau gol dalam sprint, hal ini
dilakukan agar dapat segera mendeteksi kesalahan sepanjang
sprint. Namun pada implementasinya inspeksi tidak baik
dilakukan dengan sering karena dapat menghambat
fleksibilitas daripada pekerjaan setiap anggota. Namun
inspeksi akan menguntungkan bilamana dilakukan oleh
pemeriksa yang memang berkompeten dalam sprint tersebut
berlangsung.
3. Adaptasi adalah jika pemeriksa menemukan ada hal
yang menyimpang di luar proses sprint yang telah disepakati,
hal ini dapat menyebabkan produk tidak dapat diterima. Maka
proses tersebut harus segera diubah dengan sesegera mungkin
agar meminimalisir kekeliruan yang semakin lebar.
Dalam penerapan nilai- nilai komitmen, keberanian,
konsentrasi, keterbukaan dan rasa hormat di dalam tim scrum
maka pilar scrum seperti transparansi, inspeksi dan adaptasi
akan tumbuh dengan baik sehingga hubungan antar anggota
tim satu sama lain akan tumbuh saling percaya. Di Dalam
menerapkannya anggota tim dapat belajar untuk menjiwai tata
nilai ini bersamaan dengan penggunaan peran dari setiap acara
dan artefak pada scrum selama proses sprint bekerja.
Keberhasilan dalam implementasi scrum ini
bergantung pada setiap anggota tim, dimana jika anggota
dapat menjiwai kelima tata nilai tersebut serta secara pribadi
setiap anggota memiliki loyalitas dalam mencapai gol di
setiap sprint dan memiliki keberanian dalam melakukan hal
dengan sebaik mungkin dalam bersinergi memecahkan
permasalahan yang ada. Keterbukaan dalam setiap pekerjaan
adalah tantangan dalam pengerjaannya, sehingga setiap
anggota wajib saling menghargai dan menghormati satu sama
lain dan bekerja dengan mandiri.
4. Scrum Team
Di dalam scrum terdapat tiga tim antara lain, product
owner, development team dan scrum master. Scrum team ini
bersifat mandiri dan lintas fungsi. Tim dengan sifat mandiri
inilah yang membuat setiap tim dapat memilih cara terbaik
dalam menjalankan sprint tanpa harus bergantung dengan
siapapun diluar anggota tim. Metode ini dirancang untuk dapat
mengoptimalkan tim dalam fleksibilitas, kreativitas dan
produktivitas. Bentuk dalam tim seperti ini dapat
membuktikan bahwa tim dapat semakin efektif dalam
mengerjakan setiap pekerjaan selama sprint dengan
permasalahan yang kompleks. Selain itu scrum team juga
memberikan produk dengan iteratif dan inkremental agar
memaksimalkan segala peluang sehingga mendapatkan umpan
balik dengan baik.
Menurut (Rubin, 2013) di dalam bukunya Essential Scrum,
menjelaskan bahwa terdapat beberapa aktor penting dalam
metode Scrum, di antaranya:
1. Product owner
Product owner adalah orang yang bertanggung jawab untuk
mengelola Product backlog. Ia berhak dalam menentukan
setiap proses dan hasil yang telah dikembangkan dalam
product backlog, antara lain:
• Menyatakan setiap isi product backlog dari setiap
item secara jelas.
• Mengurutkan setiap product backlog item dalam
menentukan proses sprint untuk mencapai increment
atau gol.
• Mengoptimalkan setiap nilai bisnis yang telah dibuat
oleh tim development
• Memastikan bahwa product backlog mudah dan
dapat dilihat serta transparan dan jelas oleh setiap
pihak agar selanjutnya dapat dikerjakan oleh anggota
scrum team.
• Memastikan bahwa tim development dapat
memahami setiap product backlog yang telah
ditentukan
2. Development team
Development team merupakan tim yang bersifat lintas
fungsi. Dimana tim ini berisi anggota dengan kemampuan-
kemampuan dan peran yang berbeda. Tim ini mengusulkan
kepada product owner dengan berdiskusi di setiap sprint yang
akan dijalankan. Tim ini memiliki karakter antara lain:
• Tim ini swakelola sehingga tidak ada anggota lain
termasuk scrum master yang memberitahu
development team bagaimana memanifestasikan
product backlog menjadi gabungan fungsionalitas
dalam potensi perilisan produk.
• Tim development bersifat lintas fungsi, dimana
semua anggota nya memiliki keahlian yang berbeda
beda namun setiap keahliannya diperlukan dalam
proses sprint menuju increment.
• Dalam metode scrum tidak ada yang namanya
jabatan dalam anggota development team terlepas
dari jenis pekerjaan yang setiap anggota lakukan.
• Seluruh anggota development team bisa saja
memiliki keahlian khusus pada bidang tertentu,
namun tanggung jawab segala hal tetap merupakan
tanggungan seluruh tim anggota tim development
3. Scrum Master
Scrum master berperan sebagai pemimpin tim dalam teknis
scrum framework, tetapi sebenarnya siapapun dapat mengisi
peran menjadi scrum master. Scrum master bertugas untuk
mengawasi keseluruhan proses scrum, membantu mengatasi
halangan yang dihadapi selama proses tersebut, menciptakan
suasana yang kondusif bagi tim pengembang dan melindungi
tim dari gangguan eksternal sehingga tim dapat bekerja
dengan baik pada zonanya. Tanggung jawab scrum master
adalah untuk melatih dan membantu anggota dalam
penggunaan scrum sebagaimana sesuai dengan panduan scrum
yang ada. Dalam lingkup ini scrum master membantu melatih
dan memperkenalkan teori, praktik, rules dan tata nilai scrum.
Hal ini membuat scrum master menjadi pemimpin dalam
melayani anggota tim. Selain anggota tim scrum, scrum
master juga bertanggung jawab dalam mengkomunikasikan
kepada tim diluar scrum tim agar memahami interaksi yang
ada.
5. Scrum Artefact
Scrum artefact adalah representasi pekerjaan dan nilai
bisnis dalam menciptakan transparansi dan kesempatan dalam
menginspeksi dan adaptasi. Artefak yang ada dijabarkan dan
dirancang untuk memaksimalkan transparansi informasi agar
setiap orang memiliki satu pandangan yang sama terhadap
artefak yang ada. (Schweber, 2011).
Menurut Rubin (2013), dalam pelaksanaan Metode Scrum,
terdapat tiga artefak yang mendokumentasikan pengerjaan
proyek yaitu:
1. Product backlog
Product backlog adalah muatan dari daftar dari seluruh
fungsi kebutuhan dan perbaikan yang tercipta dari user story
dan ide seluruh tim yang dibutuhkan untuk produk yang akan
dijalankan selama sprint. Product backlog sendiri memiliki
konten yang dinamis karena disesuaikan dengan
perkembangan produk dan lingkungan yang ada. Dalam
product backlog daftar tersebut disebut dengan product
backlog item yang dimana item tersebut telah diurutkan skala
prioritasnya oleh product owner sesuai dengan tujuan dan
kapasitas, risiko yang akan dihadapi maupun hal lainnya
tergantung keputusan product owner. Lalu item ini diberi
bobot sesuai dengan value story point.
2. Sprint backlog
Setelah menentukan kebutuhan dalam product backlog,
sprint backlog merupakan rangkaian item yang dipilih untuk
dikerjakan dalam event sprint. Agar mencapai tujuan sprint
hal-hal dalam item perlu dibuat sedetail mungkin agar
mempermudah development tim dalam pengembangannya.
Development tim bertanggung jawab dalam menentukan
sprint backlog sehingga dapat mengubah maupun menghapus
daftar yang terdapat pada item backlog. Hal ini dapat
membantu tujuan sprint agar dapat tercapai dengan baik.
3. Increment
Menurut Schwaber (2011) Increment adalah product
backlog item yang telah terselesaikan dalam sprint event. Item
dari product backlog tersebut yang telah selesai menandakan
produk bisa digunakan dan siap untuk dipublikasikan, namun
dalam perilisannya product backlog item ini tetap dipengaruhi
besar oleh keputusan product owner.
6. Scrum Ceremonies
Acara penting di Scrum disusun untuk terciptanya rutinitas
dan meminimalisir pertemuan yang bukan termasuk dalam
bagian event scrum. Setiap event memiliki batasan waktu
yang telah disepakati. Yang mana setiap event dalam sprint
telah ditentukan durasi maksimalnya dan juga sprint yang
sudah dimulai tidak bisa dipersingkat ataupun diperpanjang
durasinya. Hal tersebut diatur agar tidak ada waktu yang
terbuang selama proses sprint.
Selain sprint, setiap event pada scrum merupakan rangkaian
event formal dalam mengkaji dan mengadaptasi sesuatu,
sehingga event pada sprint dirancang agar dapat terwujud
transparansi maupun inspeksi dengan kritis. Jika tidak
menyelenggarakan event pada sprint maka hal ini dapat
menghilangkan kesempatan dalam melakukan inspeksi dan
adaptasi (Schwaber, 2011)
Inti dari metode Scrum adalah Sprint, yaitu kumpulan
proses pengembangan produk yang memiliki batasan waktu.
Sprint dapat dianggap sebagai bagian dari suatu proyek.
Event pada sprint ini juga tidak boleh melebihi durasi
waktu lebih dari satu bulan agar definisi dari tujuan tidak
berubah akibat kompleksitas dan risiko yang terjadi jika lebih
dari 1 bulan. Setiap rangkaian sprint memiliki tujuan dalam
pembangunan produk beserta rancangan dan perencanaan
yang fleksibel dalam memandu perkembangan produk
Menurut Rubin (2013), dalam pelaksanaan sprint ini,
terdapat beberapa ceremonies, antara lain adalah:
1. Sprint planning
Selama perencanaan sprint, Product owner dan
Development team menyepakati tujuan sprint yang
mendefinisikan apa sprint yang akan dicapai. Ini merupakan
tahap planning dalam menentukan product backlog, dimana
product backlog tersebut akan ditentukan berdasarkan
prioritas dalam melaksanakan kinerja yang akan dikerjakan
oleh tim yang akan dicapai dengan kecepatan yang telah
ditentukan. Dalam lingkupnya Sprint planning dilakukan agar
bisa menjawab pertanyaan sebagai berikut:
a. Apa saja yang dapat ditujukan dalam Increment dari
Sprint
b. Bagaimana cara menyelesaikan pekerjaan agar dapat
menghantarkan Increment dengan efektif dan efisien
2. Daily Scrum
Dalam keseharian scrum event terdapat daily scrum,
dimana ini merupakan acara development tim maupun seluruh
anggota yang dilakukan dengan waktu 15 menit setiap harinya,
biasanya daily scrum dilakukan waktu dan tempat yang sama
agar dapat mengurangi kompleksitas dalam kegiatan dan agar
mempercepat poin yang dibahas selama daily scrum
berlangsung. Daily Scrum berlangsung sangat singkat, dimana
seluruh anggota tim bertemu dan hanya mengemukakan tiga
hal utama, yaitu:
a. Apa yang telah dikerjakan
b. Masalah yang dihadapi.
c. Apa yang akan atau sudah diselesaikan
Scrum master pada kegiatan ini sebagai penyelenggara
rapat, notulensi, mengawasi, memfasilitasi diskusi dan juga
menyelesaikan masalah yang dialami tim selama event
berlangsung
3. Sprint Review
Sprint review merupakan kegiatan yang dilakukan pada
tahap akhir sprint dimana difungsikan sebagai proses
menginspeksi increment dan mengadaptasi product backlog
yang ada jika diperlukan. Pada saat Sprint Review, Scrum
Team dan pemegang kepentingan berkolaborasi untuk
meninjau apa yang sudah diselesaikan di dalam Sprint.
Berdasarkan dari hasil review terhadap perubahan product
backlog, tim akan berkolaborasi dalam menentukan tambahan
pekerjaan yang dapat dikerjakan sesegera mungkin untuk
mengoptimalkan nilai bisnis. Sprint review merupakan
pertemuan yang informal sehingga review yang dilakukan
akan lebih mudah dalam mendapatkan umpan balik antar tim
dan memperkuat kolaborasi.
4. Sprint Retrospective
Dalam tahapan refleksi pada scrum yakni sprint
retrospectivemerupakan wadah untuk tim dapat mengevaluasi
dan membuat rancangan perbaikan untuk sprint berikutnya.
Rapat ini dilakukan oleh seluruh tim setiap kali sprint telah
selesai dijalankan. Dalam kegiatan ini setiap tim melakukan
refleksi terhadap proses yang telah berjalan dengan baik
maupun proses yang bisa dijadikan pelajaran dalam perbaikan
scrum event selanjutnya.
Berdasarkan dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan
bahwa Scrum adalah framework yang cocok digunakan pada
perusahaan yang mengalami perubahan agility yang tinggi.
Framework ini bersifat fleksibel terhadap perubahan dengan
adaptasi waktu dan tim untuk tetap mencapai kualitas produk
yang maksimal.
Scrum Dalam Dunia Bisnis
1. Praktik Scrum dalam Bisnis
Urgensi perusahaan maupun organisasi dalam
mengadopsi scrum salah satunya adalah karena dilihat dari
dampak yang dirasakan dari mengimplementasikan metode ini.
Karena scrum merupakan metode pengembangan yang
memiliki kemungkinan dalam mendapatkan manfaat bagi
pengembang dan membuat perubahan yang cepat dalam
proses pengembangan dari proses awal hingga final. Hal ini
dapat berdampak pada peningkatan kepuasan pelanggan yang
mana bersumber dari peningkatan kualitas suatu produk.
Overhage (2011) menjelaskan bahwa dalam pengadopsian
scrum dapat memberikan dampak yang lebih signifikan
dibanding dengan metode tradisional. Yang mana metode
scrum memberikan banyak manfaat terhadap semua aspek,
tidak hanya dalam bisnis tapi juga organisasi dalam
akselerasinya. Selain itu Hanslo & Mnkandla (2018)
menguatkan dengan pernyataannya bahwa metode ini dapat
meningkatkan banyak aspek dalam bisnis dan termasuk
visibilitas produk di masa yang akan datang. Dari pandangan
bisnis, kelebihan scrum ini tentunya mendorong perusahaan
maupun organisasi untuk mengadopsi scrum sebagai metode
utamanya.
Dalam karyanya Overhage & Schlauderer (2011) dapat
dikaji bahwa kepuasan pelanggan adalah fokus utama, dimana
scrum diperuntukan agar dapat menghantarkan produk dengan
kualitas terbaik dan juga meminimalisir biaya dan resiko yang
ada didalamnya. Hal ini ditemukan bahwa dalam penggunaan
scrum dapat membangun dan meningkatkan kolaborasi
dengan pelanggan yang mana pelanggan dilibatkan dalam
rangkaian proses development product pada scrum.
Menurut pendapat Kautsar (2013) dan Liza Asnawi (2011)
mengenai keuntungan bagi tim dalam pengembangan scrum
tidak jauh berbeda. Dari hasil penemuan empiris, mereka
memiliki pendapat yang sama bahwa scrum dapat
meningkatkan produktivitas dari tim pengembang. Hal ini
juga dikuatkan dengan kajian yang dilakukan oleh Salo &
Abrahamsson (2008) yang mana implementasi scrum
memberikan dampak positif pada tim pengembang tidak
hanya dalam produktivitas, namun juga meningkatkan
komunikasi yang lebih terorganisir dan responsif dalam
menghadapi perubahan yang ada. Maka dari itu hal ini
membuktikan bahwa manfaat dari scrum ini sangat besar pada
tim pengembang, proses bisnis dan tentunya akan berdampak
pada kepuasan pelanggan akibat dari kualitas produk yang
sesuai kebutuhan pelanggan dan diikuti dengan kualitas yang
baik dalam proses produksinya.
2. Tantangan Implementasi Scrum
Dalam implementasinya harus diketahui bahwa scrum
bukanlah hal yang mudah. Meskipun mudah dalam
memahaminya scrum membutuhkan konsistensi dan kerja
keras dalam prosesnya (Lopez-Martinez et al., 2016).
Penelitian mengenai tantangan implementasi scrum yang
menggunakan metode kualitatif dalam pengungkapan masalah
dan tantangan yang dihadapi selama mengadopsi scrum pada
lingkungan perusahaan yang dilakukan oleh Kautsar (2013)
pada 21 perusahaan digital di Indonesia memperlihatkan
bahwa tantangan dalam adopsi scrum adalah pada organisasi
dan manusia. Dalam organisasi, para pimpinan harus
menyadari penerimaan scrum sebagai metode baru dalam
pengembangan modern. Selain itu tantangan lainnya dalam
scrum adalah hubungan interaksi dalam kolaborasi dengan
pelanggan. Yang mana didapati sebagian besar customer
kurang peduli terhadap proses yang ada dikarenakan
pelanggan hanya memperdulikan hasil akhir proses tersebut.
Maka kerap ditemui kesalahpahaman pada output produksi.
Hal ini yang kemudian yang menjadi tantangan pada
perusahaan terhadap pentingnya product knowledge pada
pelanggan. Dengan hal ini mengedukasi pelanggan menjadi
tantangan yang harus dilakukan perusahaan dalam
mengedukasi produknya.
Hari ini di Indonesia merupakan tahap yang masih pada
fase awal dalam adopsi scrum. Hal ini membuktikan bahwa
kesuksesan adopsi scrum di Indonesia masih belum banyak.
Maka dari itu organisasi adalah peranan penting dalam
kesuksesan adopsi ini. Dalam penelitian dengan metode
kualitatif Hanslo (2018) merancang model dalam tantangan
adopsi scrum
Tingkat kesadaran dalam peralihan dari metode tradisional
ke metode modern merupakan salah satu kunci organisasi
dalam keberhasilan scrum. Dapat dikaji dari penelitian ini
yakni tantangan yang berpengaruh terhadap organisasi ini
menunjukan adalah budaya dalam organisasi, support pihak
manajemen dan struktur pada organisasi. Selain itu Overhage
& Schlauderer (2011) mengungkapkan pendapat bahwa dalam
adopsi scrum tantangan dalam organisasi tersebut adalah
keinginan dalam beralih kepada scrum dari metodologi yang
sebelumnya. Hal ini juga dikatakan oleh penelitian yang
dilakukan Akhtar (2010) dalam pengamatannya terhadap
adopsi scrum pada perusahaan di Pakistan bahwa ada alasan
yang mendasar perusahaan dalam mengadopsi scrum antara
lain adalah kecenderungan dalam beralih ke metode yang
modern dan lebih efisien. Dalam penelitian Liza Asnawi
(2011) dalam penelitian dengan melihat sudut pandang tim
pengembang di 14 perusahaan di Malaysia menyatakan bahwa
tim pengembang tidak mudah dalam proses berkolaborasi. Hal
ini dibutuhkan kerja sama tim dan dukungan yang kuat dari
pihak pemangku kebijakan. Selain itu perbedaan kultur dan
budaya juga menjadi pengaruh dalam mengadopsi scrum.
Dikarenakan hal ini dapat mempengaruhi peran individu
terhadap keaktifan dalam bekerja, berkolaborasi dan
berkomunikasi.
Lain hal dengan penelitian diatas, Marchenko &
Abrahamsso (2008) dengan menggunakan metode
ethnography dalam memahami dan mengamati tantangan
dalam implementasi scrum dengan multi tim san multi proyek.
Dalam waktu 8 bulan observasi terhadap 20 individu di
perusahaan yang berbeda dapat ditemukan data bahwa secara
garis besar tantangan adopsi scrum selama product backlog,
sprint planning daily scrum, scrum retrospective ini
berpengaruh besar dari keaktifan individu didalamnya yang
mana hal ini dapat menentukan efektifitas dan keberhasilan
scrum. Hasil penelitian ini juga selaras dengan hasil dari
analisis survei yang dilakukan Akif & Majeed (2012) yang
mana menunjukan tantangan tim dalam rangkaian kegiatan
scrum adalah ketidaktahuan individu (lack of knowledge)
dalam menjalankan peranan individu di dalamnya. Hal ini
dipicu dari kurangnya pelatihan dalam penggunaan scrum.
3. Faktor Adopsi Scrum
Dalam penelitian Overhage & Schlauderer (2011) dengan
studi empirik mengenai konsistensi pengembangan scrum
pada suatu perusahaan yang telah menjalankan scrum sejak
tahun 2007. Penelitian yang menggunakan metode kualitatif
dalam melihat faktor yang membuat perusahaan dapat
berkomitmen dan konsisten dalam menjalankan scrum.
Penelitian ini didasari dari banyaknya perusahaan yang beralih
ke metode lain dari metode scrum. Hal ini dirasakan
perusahaan karena scrum bukanlah metode yang tepat. Dalam
penelitian yang menggunakan teori difusi inovasi ini
memperoleh faktor- faktor yang mempengaruhi tim
pengembang dalam adopsi scrum yakni relative advantage dan
compatibility. Hal ini selaras dengan pernyataan Hardgrave
(2003) yakni faktor compatibility dapat mempengaruhi niat
dalam mengadopsi scrum. Sedangkan complexity menjadi
faktor yang menghambat. Penelitian Kautsar (2003)
menemukan penemuan lain bahwa ada dua faktor dalam
penentuan keberhasilan adopsi scrum yakni faktor eksternal
dan internal. Faktor internal merupakan faktor berkaitan
dengan problem yang ada pada dalam tim. Sedangkan faktor
eksternal merupakan problematika yang berhubungan dari luar
tim. Pada faktor internal dicontohkan dengan pengetahuan tim
terhadap scrum itu sendiri. Hal ini menyebabkan tim merasa
sulit dalam menjalankan dan menentukan sikapnya. Penelitian
ini menunjukan fakta bahwa programer di Indonesia sebagian
besar kurang inisiatif dalam bekerja yang mana cenderung
menunggu diberi perintah dari atasannya. Selain itu faktor
kurangnya kepercayaan dalam mengadopsi metodologi baru
(lack of trust). Dalam faktor eksternal diberi contoh dari
kolaborasi antara tim pengembang dan pelanggan. Kurangnya
kepedulian pelanggan dalam berpartisipasi pada pelaksanaan
kegiatan scrum menjadi penyebab kesalahpahaman terhadap
visi dan tujuan dari output produk. Selain itu product
knowledge adalah hal yang tak kalah penting dalam faktor
eksternal mengenai metodologi agile. Sedangkan pendapat
yang dikemukakan Hanslo & Mnkandla (2018) ada empat
faktor yang mempengaruhi scrum, antara lain adalah faktor
individu, tim, faktor organisasi dan teknologi. Hal ini selaras
dengan pernyataan Lopez-Martinez et al. (2016) dan
Overhage (2011) yang menyatakan bahwa faktor tim dan
organisasi memiliki efek besar terhadap adopsi scrum. Namun
terdapat faktor lainnya yang dapat mendukung keberhasilan
metode ini antara lain adalah dukungan dari top manajemen
dan sumber daya manusia yang mumpuni (Khan, 2016).
Kerangka Pemikiran
Berdasarkan tinjauan pustaka serta mengacu terhadap
penelitian-penelitian terdahulu yang relevan maka dapat
ditarik sebuah kerangka pemikiran teoritis dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
Gambar 3. Kerangka Pemikiran
METODOLOGI PENELITIAN
Metode Penelitian
Pendekatan adalah cara umum dalam melihat dan bersikap
dalam suatu masalah. Penyelesaian masalah adalah proses,
cara, perbuatan, atau memecahkan masalah. Masalah dapat
diartikan setiap hal yang mengundang keragu-raguan,
ketidakpastian atau kesulitan yang harus diatasi dan
diselesaikan, yang biasanya masalah terjadi di lapangan.
Pendekatan masalah merupakan proses penyelesaian atau
pemecahan masalah melalui tahapan-tahapan, yang telah
ditentukan sehingga mencapai tujuan penelitian.
Dengan demikian pendekatan penyelesaian masalah adalah
pendekatan yang digunakan dalam mempelajari suatu ilmu
pengetahuan dengan maksud dengan melakukan analisis
terhadap masalah dan mengidentifikasinya terhadap teori
dengan aktual yang terjadi, lalu mengambil keputusan
penyelesaian masalah dengan memperhatikan prosedur
pemecahan yang sistematis.
Objek Penelitian
Objek Penelitian memiliki sebuah arti sebagai suatu atribut
maupun sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang
mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya
(Sugiyono, 2013). Atribut atau sifat atau nilai dalam hal ini
berupa sasaran ilmiah dengan tujuan tertentu. Peneliti
menetapkan objek penelitian menjadi suatu hal yang harus
dibuktikan secara objektif untuk mendapatkan data dengan
tujuan tertentu
Objek dalam penelitian ini adalah scrum team dan
konsumen perusahaan food and beverages di Surabaya
tepatnya pada PT. Adicitarasa Indonesia atau PT. Adicitarasa
Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pembentukan inovasi produk menggunakan scrum
implementation dengan berfokus pada produk manajemen
selama krisis pandemi Covid-19. Di dalam penelitian ini akan
dibahas mengenai bagaimana membuat produk yang dapat
menunjang sesuai kebutuhan konsumen selama perubahan
gaya belanja pada krisis pandemi Covid-19.
Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2009), sumber data merupakan sesuatu
yang dapat memberikan informasi perihal data yang
dibutuhkan. Berdasarkan sumbernya, data dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu:
a. Data Primer
Data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. Data primer
diperoleh dari wawancara dan observasi dengan eksekutif
perusahaan di PT. Adicitarasa Indonesia
b. Data Sekunder
Data yang telah terkumpul yang bertujuan untuk
menyelesaikan masalah yang ada. Dalam penelitian ini
literatur, artikel, jurnal, internet, dan penelitian sebelumnya
yang sejalan dengan penelitian ini menjadi data sekunder.
Data diperoleh dari suatu proses yang disebut pengumpulan
data. Menurut Silalahi (2009), pengumpulan data merupakan
suatu proses dalam mendapatkan data empiris melalui
responden dengan menggunakan metode tertentu.
Dalam penelitian ini proses pengumpulan data yang
dilakukan untuk mengumpulkan data sebagai bahan penelitian
adalah sebagai berikut:
a. Wawancara
Wawancara adalah proses mengumpulkan informasi
dengan cara tanya jawab antara peneliti dengan responden
atau subjek penelitian. Pada dasarnya wawancara digunakan
untuk mendapatkan informasi secara mendalam tentang isu
atau judul yang sedang diteliti (Emizir, 2010). Dalam hal ini
penulis akan melakukan wawancara dengan beberapa
narasumber yang terlibat dalam scrum yakni, scrum tim dan
pelanggan.
b. Observasi
Menurut Hamidi (2010) dalam buku Metode Penelitian
Kualitatif, observasi berarti peneliti melihat dan
mendengarkan (termasuk menggunakan tiga indera yang lain)
apa yang dilakukan dan dikatakan atau diperbincangkan para
responden dalam aktivitas kehidupan sehari-hari baik sebelum,
menjelang, ketika, atau sesudahnya. Aktivitas yang diamati
terutama yang berkaitan dengan topik penelitian, tanpa
melakukan intervensi atau memberi stimulus pada aktivitas
obyek penelitian. Dalam praktik penggunaannya, metode
observasi dapat dibedakan menjadi beberapa jenis sesuai
dengan tingkat keterlibatan peneliti dalam atau terhadap
aktivitas serta proses-proses yang ada pada masyarakat yang
diteliti. Dengan memperhatikan hal ini, kita pada dasarnya
dapat membedakan dua jenis metode pengamatannya, yaitu
Observasi dengan ikut terlibat dalam kegiatan kelompok yang
diteliti (participant observation) dan observasi tidak terlibat
(nonparticipant observation) yaitu observasi di mana periset
tidak memosisikan dirinya sebagai anggota kelompok yang
diteliti. Dalam penelitian ini observasi dilakukan penulis
dengan langsung terlibat dalam kegiatan.
Teknik Analisis Data
Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis
data dengan pendekatan kualitatif. Analisis data kualitatif
adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan
data, mengorganisasikan data, dan memilah-milahnya menjadi
satuan yang dapat dikelola. Proses selanjutnya dilakukan
dengan menyintesiskan data, menemukan pola dan
memutuskan apa yang dapat untuk disampaikan kepada orang
lain. (Bogdan dan Biklen dalam Moleong, 2007)
Menurut Moleong (2007), tahapan analisis data kualitatif,
yaitu (1) membaca dan mempelajari data, menandai kata-kata
kunci dan gagasan yang ada di dalam data, (2) mempelajari
kata-kata kunci itu, berupaya menemukan tema-tema yang
berasal dari data, (3) menuliskan ‘model’ yang ditemukan, (4)
koding yang telah dilakukan. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa penelitian ini mengolah data dengan cara
mengamati, memahami, memilah, dan menyimpulkan suatu
pemahaman baru agar mampu digunakan oleh pengguna.
Operasionalisasi Variabel
Variabel Dimensi Indikator
Implementasi
Scrum framework
pada Inovasi
Produk
Sprint
planning
• Apa saja yang dapat
ditujukan dalam
Increment dari Sprint
• Bagaimana cara
menyelesaikan
pekerjaan agar dapat
menghantarkan
Increment dengan
efektif dan efisien
(Rubin, 2013)
Daily Scrum
• Apa yang telah
dikerjakan
• Masalah yang dihadapi
• Apa yang telah atau
akan dikerjakan di hari
itu
(Rubin, 2013)
Sprint Review • Demo pekerjaan yang
telah selesai
• Melakukan review
product backlog
• Product owner
menjelaskan apa yang
telah selesai dan belum
(Rubin, 2013)
Sprint
Retrospective
• Apa yang berjalan
dengan baik
• Apa yang perlu di
improve
• Bagaimana action
kedepannya
(Rubin, 2013)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Objek Penelitian
PT. Adicitarasa Indonesia adalah perusahaan food and
beverages yang berada dalam fase pengembangan dan
penelitian untuk menemukan produk dan atau pasar yang tepat.
Krisis Ekonomi yang disebabkan oleh pandemi virus Covid-
19 membuat perubahan pola konsumsi masyarakat akibat
resesi yang terjadi sepanjang 2020 di Indonesia. Fase ini
kemudian menjadikan PT. Adicitarasa Indonesia terbiasa
dengan perubahan. Proses ini cukup dinamis sehingga mampu
mengubah struktur organisasi dan proses bisnis dalam waktu
yang cepat. Perubahan juga mampu mengubah kultur dari
perusahaan. Untuk itu, perusahaan harus melakukan
manajemen agility agar perubahan yang dinamis ini tidak
menimbulkan ambiguitas pemahaman dan proses kerja
karyawannya.
PT. Adicitarasa Indonesia harus memiliki aturan, kebijakan,
dan standar operasional. Penerapan standar operasional
merupakan salah satu cara untuk menetapkan aturan dan
kebijakan tersebut. Standar operasional akan menjelaskan
secara rinci bagaimana seluruh karyawan yang ada di
perusahaan bertindak sesuai dengan standar yang ada dan job
description-nya. Sehingga muncul arus kerja yang teratur dan
efektif. Dengan demikian, adanya standar operasional mampu
memudahkan kerja seluruh karyawan yang ada.
Dengan adanya standar operasional, karyawan dapat
beradaptasi dengan lebih cepat karena terdapat standar aturan
yang jelas. Dari sisi manajemen juga akan mudah melakukan
kontrol dan pengawasan terhadap alur kerja secara
menyeluruh. Jika terdapat hal yang tidak wajar atau terdapat
kesalahan, standar operasional dapat membantu mencari sebab
dan akibatnya sehingga dapat membantu membuat keputusan
dan solusi untuk mengatasinya.
1. Sejarah Perusahaan
PT. Adicitarasa Indonesia adalah salah satu anak
perusahaan dari Hartono grup atau PT. Hatsonsurya Electric
yang didirikan pada tahun 1978. Dimulai dari toko dengan
nama Hartono Elektrik sebagai toko kecil yang menjual alat-
alat listrik dan berlokasi di Jl. Kertajaya 75, Surabaya
Indonesia. Hartono Elektrik yang awalnya menjual peralatan
listrik, kemudian berkembang menjadi salah satu pemain
besar dalam bisnis elektronik di Jawa Timur. Pada tahun 1999,
manajemen baru Hartono Elektrik mengubah nama dari
Hartono Elektrik menjadi Hartono Elektronika, dan kemudian
pada tahun 2014 kata ‘Elektronika’ dihilangkan dari nama
merek, menjadi Hartono. Kini Hartono mempunyai nama
perusahaan PT. Hatsonsurya Electric. Konsep bisnis yang
dijalankan adalah bentuk B2B2C. Dimana Hartono
menyediakan dan menjual produk/jasa mereka kepada
pelanggan dan partner.
Dengan tagline baru, Your Lifetime Partner, Hartono selalu
berusaha memberikan yang terbaik bagi pelanggan setia dan
para partner. Kesetiaan penuh dan keinginan untuk
memberikan yang terbaik kepada semua pelanggannya,
menjadi kekuatan utama pengembangan jaringan outlet
Hartono. Pada tahun 2012 sesuai dengan visi dan tagline,
Hartono membuat anak perusahaan yaitu PT. Adicitarasa
Indonesia yakni kelas memasak dengan standar internasional
dan dibimbing langsung oleh chef profesional lokal maupun
internasional. Tujuan dibangun nya PT. Adicitarasa Indonesia
ini untuk menjadikan Hartono menjadi life time partner bagi
pelanggan setia dan partner dengan misi mengajak pelanggan
mencoba langsung produk-produk peralatan rumah tangga di
Hartono Elektronika.
PT. Adicitarasa Indonesia yang didirikan oleh Lin Rinny
Limanjaya ini telah berubah menjadi PT sendiri yakni PT.
Adicitarasa Indonesia pada tahun 2018. Dengan tagline
“Experience the simplicity” perusahaan ini melebarkan sayap
dengan visi menjadi “To be the most reliable company in the
world for easy access to cooking and baking class”.
2. Ruang Lingkup Perusahaan
Dalam menjalankan usaha bisnisnya, PT. Adicitarasa
Indonesia melakukan operasionalnya di 2 kantor yang berada
di Surabaya dan Jakarta. Kantor pusat terletak di Hartono
Elektronik Bukit Darmo lantai 3 Jl. Mayjen Yono Suwoyo
No.12, Surabaya. Kantor pusat Surabaya ini ditempati oleh
seluruh divisi dan 3 studio cooking and baking class.
Sedangkan kantor cabang yang dibuka pada tahun 2019
terletak di Hartono Pondok Indah Jakarta yang ditempati oleh
divisi marketing dan sebuah studio cooking and baking.
Dikarenakan penulis ditempatkan sebagai asisten Chief
Executive Chef Intern , maka penulis melakukan rutinitas di
PT. Adicitarasa Indonesia Surabaya.
Implementasi Scrum
Berdasarkan penjelasan pada bab sebelumnya, dinyatakan
bahwa Scrum adalah salah satu metode yang menggunakan
prinsip-prinsip pendekatan agile, yang bertumpu pada
kekuatan kolaborasi tim, pengerjaan produk secara bertahap
dan proses repetisi atau pengulangan untuk mewujudkan hasil
akhir dengan kualitas terbaik.
PT. Adicitarasa Indonesia adalah perusahaan bidang food
and beverages yang menghadapi perubahan yang sangat cepat,
termasuk perubahan cepat pada produknya. Dengan demikian,
penggunaan metode Scrum adalah pilihan yang tepat dalam
pelaksanaan produk manajemen perusahaan karena mampu
beradaptasi dengan agility yang tinggi.
Pada bab ini dijelaskan penyelesaian masalah penyusunan
produk dengan implementasi Scrum. Penerapan Scrum ini
dianalisis, diimplementasikan, dan dijelaskan berdasarkan
praktik kerja langsung yang dilakukan Penulis di PT.
Adicitarasa Indonesia selama satu tahun.
Sesuai penjelasan pada sub bab sebelumnya, hal pertama
dalam proses penyusunan produk, yaitu menentukan tim.
Dalam metode Scrum, terdapat tiga roles utama, yaitu product
owner, scrum master, dan development team.
PT. Adicitarasa Indonesia memiliki tim penyusun produk
yang ditempatkan di top management. Dengan menggunakan
metode Scrum, product owner dipegang langsung oleh chief
executive chef dengan tanggung-jawab produk. Product owner
akan melakukan inisiasi permintaan atas kebutuhan produk,
yang kemudian akan dibahas bersama Scrum Master. Yang
bertanggung sebagai Scrum Master adalah operation manager,
dimana ia akan menjadi team leader penyusunan produk.
Scrum Master akan membantu tim memahami semua interaksi
kerja, task, adaptasi kebutuhan, dan fleksibilitas terhadap
perubahan. Sementara itu, Development team adalah tim
perwakilan dari divisi di luar dan dari management. Tim ini
memiliki kemampuan dalam memahami prosedur yang terjadi,
kemudian melakukan pengembangan dengan Product owner
dan Scrum Master. Tiga roles penyusunan produk PT.
Adicitarasa Indonesia dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 1. Role Penyusunan Produk PT. Adicitarasa
Indonesia
The Roles
Scrum Master Ketua Tim Produk Khusus
Product owner Anggota tim penyusun Produk Khusus
Development team Tim Penyusun Produk perwakilan divisi
Ketiga roles di atas akan melakukan acara-acara Scrum
yang terdiri dari empat ceremonies, yaitu sprint planning,
daily scrum, scrum review, dan sprint retrospective. PT.
Adicitarasa Indonesia menyebut sprint planning penyusunan
produk yaitu product coordination meeting. Acara ini
dipimpin oleh product owner untuk memutuskan product
backlog yang akan dilakukan. Pada meeting ini dibahas
bagaimana cara menghasilkan produk dengan efektif dan
efisien dalam adaptasi perubahan, namun tetap memiliki
kualitas yang baik sesuai standar PT. Adicitarasa Indonesia.
Setelah product backlog disetujui oleh semua tim, daily
scrum akan dilakukan setiap harinya, selama 15 menit. Tim
penyusun product PT. Adicitarasa Indonesia menyebutkan
daily stand up, dimana pada meeting ini mendiskusikan update
sprint task produk tentang apa yang sudah dikerjakan, apa
yang akan dikerjakan, dan hambatan apa yang dialami. Jika
terdapat hambatan, Scrum Master akan membantu mencari
jalan keluar yang sesuai dengan product backlog yang sudah
disusun oleh product owner.
Sementara itu, jika satu sprint telah selesai dikerjakan,
dilakukan sprint review yang disebut product review. Acara
ini meninjau apa yang sudah diselesaikan di periode sprint,
untuk menilai hasil sprint tersebut. Kelebihan, kekurangan,
dan hambatan yang terjadi selama sprint produk akan dibahas
untuk kemudian dicari jalan keluar bersama-sama.
Setelah semua sprint selesai, tim kemudian melakukan
Sprint retrospective yang disebut Product Evaluation Meeting.
Pada acara ini, produk yang menjadi produk scrum sudah
selesai dikerjakan. Produk yang sudah selesai ini akan
dievaluasi baik dari segi kualitas terhadap kebutuhan PT.
Adicitarasa Indonesia, maupun proses-proses sprint yang
sudah dilakukan. Evaluasi ini kan berguna untuk pelaksanaan
penyusunan produk selanjutnya. Acara-acara scrum
penyusunan produk tersebut, dapat dilihat pada tabel di bawah
ini.
Tabel 2. Ceremonies Penyusunan Produk PT. Adicitarasa
Indonesia Indonesia
The Ceremonies
Sprint planning Product Coordination Meeting
Daily Scrum Daily Stand Up
Sprint Review Product Review
Sprint Retrospective Product Evaluation
Jantung dari scrum adalah Sprint, yaitu sebuah batasan
waktu pelaksanaan task tertentu untuk mencapai tujuan sprint.
Sesuai penjelasan proses penyusunan produk, tabel berikut ini
menjelaskan product backlog penyusunan produk di PT.
Adicitarasa Indonesia, yang terdiri dari tujuh sprint.
Tabel 3. Product Backlog PT. Adicitarasa Indonesia Indonesia
Backlog Item
Estimate Time
(Dalam hari)
Perencanaan Produk 3
Review Produk 2
Pengujian Produk 1
Pengesahan dan publikasi Produk 1
Persiapan, produksi dan distribusi
produk 4
Evaluasi 1
Total Estimated Day 12
Tiap backlog item dalam product backlog tersebut di atas,
memiliki task masing-masing sesuai durasi sprint yang
ditentukan oleh tim. Sprint backlog tersebut, dijelaskan pada
tabel di bawah ini.
Tabel 4. Sprint Backlog 1: Perencanaan Produk PT.
Adicitarasa Indonesia Indonesia
Backlog Item Task Estimated Day
Perencanaan
Produk
Permintaan/ Inisiasi 1/2
Penentuan Tim 1/2
Pembagian tugas 1/2
Integrasi ]business
process
1/2
Analisis standar 1/2
Integrasi sistem
perusahaan
1/2
Total Estimated
Day
3
Tabel 5. Sprint Backlog 2: Review Produk PT. Adicitarasa
Indonesia Indonesia
Backlog Item Task Estimated Day
Review Produk
Memastikan
kapasitas kebutuhan
dan permintaan telah
sesuai
1
Memastikan prosedur
telah sesuai
1/2
Memastikan seluruh
bahan baku tersedia
1/2
Total Estimated
Day
2
Tabel 6. Sprint Backlog 3: Pengujian Produk PT. Adicitarasa
Indonesia Indonesia
Backlog Item Task Estimated Day
Pengujian Produk
Menguji produk
dapat dipahami user
1/2
Menguji produk
dapat digunakan
sesuai kebutuhan
business process
1/2
Total Estimated
Day
1
Tabel 7. Sprint Backlog 4: Pengesahan dan Publikasi Produk
PT. Adicitarasa Indonesia Indonesia
Backlog Item Task Estimated Day
Pengesahan dan
Publikasi Produk
Pengesahan Produk 1/2
Publikasi melalui
website PT.
Adicitarasa
Indonesia
1/4
Publikasi melalui
sosial media
(Instagram,
Whatsapp dan
email)
1/4
Total Estimated
Day
1
Tabel 8. Sprint Backlog 5: Persiapan, Produksi dan Distribusi
Produk PT. Adicitarasa Indonesia Indonesia
Backlog Item Task Estimated Day
Persiapan,
Produksi dan
Distribusi Produk
Mempersiapkan
semua alat dan bahan
produk
1
Memproduksi produk 2
Distribusi Produk 1
Total Estimated Day 4
Tabel 9. Sprint Backlog 6: Evaluasi Produk PT. Adicitarasa
Indonesia Indonesia
Backlog Item Task Estimated Day
Evaluasi Produk
Evaluasi kualitas
produk 1/4
Evaluasi pencapaian
produk 1/4
Evaluasi proses dan
tim
penyusun
1/2
Total Estimated
Day 1
Dengan implementasi Scrum, waktu yang dibutuhkan
dalam 1 (satu) product backlog yaitu 12 (dua belas) hari kerja.
Scrum team di PT. Adicitarasa Indonesia terdiri dari 5 (lima)
anggota. Kelima anggota ini masing-masing dapat memegang
maksimal 1 (satu) product backlog. Dengan demikian, dalam
waktu 12 (dua belas) hari dapat dihasilkan 5 (lima) increment
produk. Berikut ini adalah gambar yang menjelaskan waktu
yang dibutuhkan dari Sprint 1 hingga Sprint 6.
Gambar 4. Product Burndown Chart
Scrum menjadikan penyusunan produk dapat dilakukan
dengan fleksibel. Daily stand up dan product Review (Sprint
Review) membantu tim beradaptasi dengan cepat terhadap
perubahan yang terjadi selama proses sprint berlangsung.
Dengan demikian, berikut ini beberapa keuntungan yang
diperoleh PT. Adicitarasa Indonesia dari implementasi Scrum
pada penyusunan produknya.
1. Membantu tim penyusun produk menghemat waktu
pengerjaan produk
2. Mampu menghadapi dan beradaptasi terhadap
perubahan yang cepat
3. Mengukur produktivitas tim dengan detail
4. Menghasilkan kualitas produk yang baik
5. Menyelesaikan produk sesuai waktu yang ditetapkan
6. Memberikan efek ‘sense of belonging’ karena produk
dikerjakan bersama-sama oleh semua tim.
Kegagalan dan Tantangan Dalam Implementasi Scrum
framework
Dalam implementasi baru tidak menutup kemungkinan
organisasi mengalami tantangan dan kegagalan selama proses
berlangsung. begitu juga di PT. Adicitarasa Indonesia yang
berulang kali berjuang mengalami permasalahan baik dari
sistem scrum maupun produk yang dikembangkan selama
menggunakan scrum framework. berikut beberapa kegagalan
yang dialami PT. Adicitarasa Indonesia:
1. Dalam mengimplementasi hal baru tentunya banyak
tantangan dalam mengedukasi tim mengenai metode tersebut.
Pada PT. Adicitarasa Indonesia sendiri penulis menemukan
banyak hambatan yang ditemukan dalam implementasi scrum,
mulai dari penanggung jawab yang belum ahli dalam
menggunakan scrum sehingga berdampak terhadap anggota
yang kurang memahami dengan baik maksud dan cara dalam
penggunaan metode scrum
2. Dengan karakteristik yang sudah membudaya
menjadi tantangan besar dalam mengimplementasikan hal
baru terutama metode agile pada scrum, karena kurang
tanggap dalam menerima hal baru dan kurangnya inisiatif dari
para anggota seringkali dijumpai karyawan hanya menunggu
perintah dulu baru mengerjakan sesuatu. Hal ini menjadi
hambatan yang tantangan bersama dalam mengedukasi setiap
anggota pada divisi.
3. Pada penugasannya menjadi tantangan besar produk
development untuk mengidentifikasi setiap tugas yang akan
dikerjakan, hal ini beberapa kali ditemukan oleh penulis
terhadap kesalahpahaman dalam pembagian tugas sehingga
pada prosesnya terjadi miskomunikasi antar divisi di PT.
Adicitarasa Indonesia. Tetapi dengan prinsip transparansi hal
ini dapat cepat terinspeksi oleh scrum master dan langsung
dilakukan adaptasi yang sesuai dengan kebutuhan setiap divisi.
4. Dalam proses yang sangat cepat dalam
mengembangkan produk baru tidak menutup kemungkinan
kegagalan dalam teknis produksinya. Pada penelitian ini
penulis menemukan beberapa kali kegagalan akibat dari
vendor yang mengalami masalah pada ketersediaan bahan
baku, namun hal ini dapat cepat terinspeksi oleh tim dalam
scrum sehingga produk yang mengalami masalah dapat cepat
dicarikan solusi maupun di sesuaikan ulang dengan rencana b
dan c.
5. Kurangnya pemahaman pada product knowledge
pelanggan juga menjadi permasalah yang kerap ditemui ketika
produk sudah diluncurkan, hal ini disebabkan oleh
pemahaman mengenai produk oleh pelanggan berbeda beda,
namun product owner di PT. Adicitarasa Indonesia dapat
meluruskan terkait kesalahpahaman tersebut langsung kepada
pelanggan pada komunitas pelanggan di Whatsapp Group.
Sehingga pelanggan cepat mendapatkan edukasi mengenai
produk yang telah dirilis oleh PT. Adicitarasa Indonesia
Kelebihan Dalam Implementasi Scrum Framework
Namun dengan kegagalan yang pasti terjadi dalam segala
proses, scrum framework juga memiliki banyak kelebihan
yang dapat membuat produk manajemen di PT. Adicitarasa
Indonesia berkembang dengan baik dan cepat. Antara lain
adalah:
1. Scrum dapat membuat produk manajemen di PT.
Adicitarasa Indonesia lebih efisien dalam waktu dan biaya,
dimana dalam siklus kerjanya scrum memiliki perputaran
sprint 2 minggu, sehingga produk dapat berkembang lebih
cepat dan sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Hal ini dapat
berdampak pada efisiensi anggaran dan meminimalisir
kegagalan kegagalan yang terjadi. Karena produk terus
mendapatkan feedback dari pelanggan secara langsung dan
cepat.
2. Dalam transformasinya scrum membuat bisnis di PT.
Adicitarasa Indonesia lebih mudah dalam mengukur dan
mmengembangkan pada produk manajemen nya, sehingga
dengan menggunakan scrum framework membuat PT.
Adicitarasa Indonesia lebih agile dalam mentransformasi
bisnis yang rumit ditengah krisis pandemi covid-19.
3. Dengan adanya standup meeting setiap harinya
dengan prinsip transparansi yang ada pada scrum membuat
setiap anggota tidak sungkan dalam proses pekerjaannya hal
ini membuat scrum master dapat cepat menginspeksi setiap
permasalahan yang ada dan segera diadaptasi sesuai dengan
kebutuhan yang tepat dan solutif.
4. Dengan metode yang iteratif pada scrum membuat
feedback dapat tersaring dengan banyak dan cepat dari
pelanggan, sehingga product owner dapat mudah dalam
menentukan sprint backlog dan produk yang dikeluarkan pun
sesuai dengan kebutuhan pelanggan di waktu itu.
5. Dari seluruh percepatan dan kelincahan dalam
pengembangan produk menggunakan scrum framework
hingga saat ini banyak variasi dari produk baru maupun
produk lama, sehingga hal ini berdampak pula pada kenaikan
omset di PT. Adicitarasa Indonesia
Hasil Increment Selama menggunakan Metode Scrum
1. EZ Ingredients
EZ Ingredients ini merupakan produk yang bertujuan untuk
dapat mempermudah memenuhi kebutuhan bahan baku
cooking maupun baking. EZ bekerjasama dengan PT. Sukanda
Djaya dalam memenuhi kebutuhan bahan baku di EZ
Ingredients. selain itu EZ juga memfasilitasi bundling resep
kelas dengan kit sesuai gramasi resep, sehingga peserta dapat
langsung mengikuti kelas dari rumah dan langsung
membuatnya dengan praktis melalui EZ Kit Ingredients.
2. EZ Cake Shop
EZ Cake Shop merupakan ide saat dimana kelas tidak bisa
berlangsung, namun akhirnya sekarang banyak konsumen
yang justru selama ini suka melihat sosial media EZ namun
tidak punya kemampuan atau waktu untuk membuat masakan
atau cake mendapatkan experience taste dari berbagai macam
produk EZ Cake Shop yang setiap minggu dijual dengan
berbagai macam jenis makanan dari seluruh dunia.
3. Personal Branding Chief Executive Chef
PT. Adicitarasa Indonesia memiliki chef signature yang
namanya sudah dikenal di berbagai negara yaitu chef
Billiontaste of Kemal, namun belum ada upaya untuk
membranding personal chef yang namanya sudah didengar
dimana-mana. Dari hal ini kami membuat konten personal
branding terhadap chef Billiontaste of Kemal agar
meningkatkan brand awareness Billiontaste of Kemal dan PT.
Adicitarasa Indonesia.
4. Kemal Instant Super Snacks (KISS)
Di tengah kebosanan #dirumahaja dan krisis ekonomi
membuat peningkatan drastis angka depresi di Indonesia (s:
detikhealth.com). Sesuai dengan misi EZ yakni menjadi life
time partner bagi pelanggan EZ berkolaborasi dengan Hartono
Elektronik membuat streaming live video Instagram yakni
KISS (Kemal Instant Super Snacks) dalam kegiatan ini kami
menyuguhkan video kelas memasak gratis dengan resep yang
dapat dijual kembali oleh masyarakat dan juga menjual
peralatan memasak dari Hartono dengan harga promo.
5. Special Noon Live
Untuk meningkatkan brand awareness EZ menyuguhkan
kelas free live streaming pada Instagram live di akun EZ
setiap minggunya. Dalam kegiatan ini kami menyuguhkan
video kelas memasak gratis dengan resep yang dapat dijual
kembali oleh masyarakat dan juga menjual kelas yang ada di
EZ dengan harga spesial.
6. EZ Signature Gelato
EZ Signature Gelato merupakan salah satu dari banyaknya
permintaan peserta untuk bisa merasakan gelato spesial dari
Chef Kemal, hal ini kami mewujudkan dengan menghadirkan
EZ Signature Gelato yang mana dapat dinikmati secara mudah
oleh siapapun, selain itu produk ini juga menjadi produk yang
selalu tersedia di showcase EZ
7. EZ Signature Cookies
Dengan tingginya permintaan dalam user story mengenai
classic cookies Billiontaste of Kemal kami mengeluarkan
produk baru yakni EZ Signature Cookies, produk ini memiliki
rasa dan kualitas terbaik yang dapat dikonsumsi sendiri
maupun dijadikan gift saat hari raya besar maupun kegiatan
lainnya. Sejak peluncurannya Signature Cookies selalu
diserbu habis oleh pelanggan dalam masa pre-ordernya .
8. EZ Live Streaming
Demi keamanan dan kenyamanan dalam live streaming
kelas EZ online kami menghadirkan portal EZ Live Streaming,
sehingga kelas online baking and cooking langsung dapat
diakses di website PT. Adicitarasa Indonesia.
9. EZ Video Streaming
Dalam permasalahan selama mengakses video online
kendala teknis maupun jadwal yang tidak sesuai dengan
jadwal peserta, kami meluncurkan produk baru yaitu EZ
Video Streaming, hal ini dapat mewadahi pelanggan dengan
masalah tersebut dengan hanya subscribe EZ Video Streaming
maka pelanggan dapat mengakses video kapanpun dimanapun.
10. Puff Pastry Sheets
Karena kualitas yang kurang memuaskan dan minimnya
stok puff pastry dari supplier di Indonesia kami membuat
produk EZ Puff Pastry Sheets dengan resep signature dari chef
Kemal. Hal ini juga mewadahi tingginya permintaan
pelanggan.
11. Class Menu
Selain produk baru yang ada dalam sprint kami juga
membuat increment berupa menu kelas untuk setiap chef yang
ada, hal ini kami masukan kedalam sprint karena setiap menu
yang akan datang adalah menu baru yang belum pernah
diajarkan sebelumnya. Hal ini membuat kelas dapat memiliki
peminat yang tinggi karena selalu up-to-date.
KESIMPULAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan,
diperoleh beberapa informasi mengenai penerapan scrum
framework di PT. Adicitarasa Indonesia yang ditujukan untuk
produk manajemen. Penerapan tersebut dilihat dari proses
scrum framework, yang diantaranya adalah sprint planning,
daily scrum, sprint review dan sprint retrospective, yang
diturnkan indikator didalamnya. Adapun penjelasan dari setiap
dimensi tersebut adalah sebagai berikut:
a. Sprint planning
Dilihat dari tahapan pertama yaitu sprint planning, terdapat
dua indikator didalamnya. Yakni menentukan increment
dalam sprint dan menentukan strategi agar increment dapat
tertuju dengan efektif dan efisien. Berdasarkan hasil observasi
kedua indikator ini memiliki dampak positif yaitu tujuan
dalam sprint telah sesuai dengan kebutuhan pasar sesuai hasil
dari menyaring user story yang lebih banyak. selain itu pada
proses ini berbagai ide dari setiap anggota juga lebih kreatif
dan inovatif dalam menentukan strategi.
b. Daily Scrum
Tahapan proses yang kedua yaitu daily scrum, terdapat tiga
indikator yakni apa yang telah dikerjakan, masalah apa yang
dihadapi dan apa yang telah atau akan dikerjakan di hari itu.
Dalam proses ini membuat kinerja tim lebih aktif dimana
setiap backlog yang dijalankan memiliki tantangannya yang
berbeda beda, jika terjadi suatu masalah seluruh tim dengan
cepat mengatasi masalah tersebut dengan cepat sehingga
proses kerja lebih efisien. Selain itu setiap anggota tim juga
dapat berkolaborasi dalam mengerjakan setiap backlog yang
ada, sehingga komunikasi dan kerja tim dalam daily scrum
dapat tumbuh dengan baik
c. Sprint Review
Selanjutnya adalah tahapan sprint review, tahapan ini
memiliki 3 indikator yakni demo pekerjaan yang sudah selesai,
melakukan review backlog dan product owner menjelaskan
apa yang telah selesai maupun belum. Pada tahapan ini
kapasitas permintaan dapat terukur dengan baik dengan
kebutuhan dengan product review yang sudah sesuai dengan
prosedur dan ketersediaan bahan baku di penyimpanan.
d. Sprint Retrospective
Tahapan proses yang terakhir adalah sprint retrospective,
dimana terdapat tiga indikator yakni apa saja yang berjalan
dengan baik, apa yang perlu di kembangkan dan bagaimana
action kedepannya. Tahapan ini menjadi proses evaluasi
kualitas dan pencapaian produk yang ada serta menjadi sarana
refleksi sprint yang telah selesai dan kinerja tim penyusun
untuk digunakan sebagai masukan di sprint berikutnya.
Pada hasil penelitian menunjukan bahwa produk
manajemen yang dilakukan PT. Adicitarasa Indonesia
menggunakan scrum framework berjalan dengan baik dan
mengalami peningkatan, dimana pada situasi yang dinamis
dan tidak menentu di tengah krisis ekonomi akibat pandemi
Covid-19 ini produk yang dikembangkan di dalam PT.
Adicitarasa Indonesia dapat berkembang dengan baik
mengikuti kebutuhan pelanggan dan industri. Tetapi tidak
menutup banyak hal kegagalan dan tantangan selama proses
implementasi scrum framework dalam penerapannya, tetapi
dengan prinsip dari nilai scrum sendiri yaitu transparansi
inspeksi dan adaptasi membuat tim pada PT. Adicitarasa
Indonesia dapat terus bergerak dan belajar secara agile dengan
permasalahan dan tantangan yang ada.
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha
Esa karena atas rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan
tugas akhir dengan judul “IMPLEMENTASI SCRUM
FRAMEWORK PADA PRODUK MANAJEMEN DI PT.
Adicitarasa Indonesia”.
Dalam menyelesaikan tugas akhir serta penyusunan
laporannya, penulis mendapatkan banyak dukungan dari
berbagai pihak, baik dari dosen pembimbing dan civitas
akademika Universitas Bakrie, perusahaan tempat penulis
melaksanakan penelitian, rekan kerja, keluarga, serta teman-
teman penulis. Semangat dan dukungan yang diberikan oleh
orang tua dan keluarga penulis menjadi motivasi terbesar bagi
penulis untuk menuntaskan tugas akhir ini. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada PT. Adicitarasa Indonesia,
khususnya Divisi management, yang telah menerima
membantu dengan support selama penelitian tugas akhir ini
berlangsung
Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah mendukung dan mendampingi penulis
selama penelitian, di antaranya :
1. Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa selalu
memberikan kesehatan dan kelancaran penulis dalam
menjalankan serta menyusun penelitian tugas akhir ini
2. Orang tua penulis dan kakak adik penulis Nida dan
Salma yang tidak henti-hentinya memberikan dukungan baik
dari materi maupun moral
3. Bapak M. Taufiq Amir, SE., MM., Ph.D, selaku
dosen pembimbing penulis sekaligus Kepala Program Studi
Manajemen Universitas Bakrie, yang turut mendukung penulis
dalam menjalankan magang di PT. Adicitarasa Indonesia.
4. Ibu Lin Rinny Limanjaya selaku Head director PT.
Adicitarasa Indonesia yang telah memberikan rekomendasi
kepada penulis untuk melaksanakan magang di sebagai asisten
CEC
5. Bapak Kemal Rahmat Rizki selaku Chief Executive
Chef PT. Adicitarasa Indonesia dan User yang senantiasa
membimbing penulis selama magang berlangsung dan
memberikan pengalaman baru untuk mengenali dan
memberikan kesempatan kepada penulis mengenai seluruh
produk EZ
6. Seluruh team management Pak David, Pak Wilson,
Pak Eric, Pak Teguh, Bu Anne,
7. Seluruh chef team PT. Adicitarasa Indonesia, Chef
Teguh, Chef Yanti, Chef Sam, Chef Reza, Chef Yan, Shoe
Chef Ragel, Shoe Chef Jane, Shoe Chef Cindra, Shoe Chef
Steven, Shoe Chef, Shoe Chef Qadar, Shoe ChefAri
8. Seluruh tim kreatif Raka, Adi, Goyco, Heru
9. Seluruh team kebersihan OKAMA Management.
10. Dan seluruh teman-teman penulis, Arvi, Acil, Nolek,
dan Riska yang senantiasa membantu dan memberikan
dukungannya selama penulis melakukan penelitian.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini memiliki banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari semua pihak agar pembuatan
penelitian selanjutnya dapat lebih baik lagi. Penulis berharap
semoga penelitian ini bermanfaat bagi para pembaca.
REFERENSI
Bibik, I. (2018). How to Kill the Scrum Monster. Montreal:
Apress Media.
Booch, G., Rumbaugh, J., & Jacobson, I. (2005). The Unified
Modelling
Language User Guide SECOND EDITION. Addison
Wesley Professional.
Cagan, Marty. (2008). INSPIRED: How to Create Tech
Product Customers Love. New York: Wiley.
Paul VII. (2016). Agile Product Management: Product
Backlog 21 Tips and Minimum Viable Product with
Scrum. California: CreateSpace Independent
Publishing Platform
Rubin, Kenneth S. (2013). Essential Scrum. London: Pearson
Education Inc.
Schwaber, Ken. & Sutherland, J. (2011). The Scrum Guide.
Retrieved from The Definitive Guide to Scrum: The
Rules of the Game. May 21, 2019.
https://www.scrumguides.org/docs/scrumguide/v1/Sc
rum-Guide-ID.pdf
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif
dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sutherland, J. (2014). The Scrum Handbook. Cambridge:
scruminc.
Ted Talk. (2018). 5 Top Indicators for Startup Success,
According to This TED Talk. Mei 5, 2019.
https://www.inc.com/chris-dessi/this-ted-talkexplains-
the-5-reasons-why-startups-succeed.html

More Related Content

What's hot

Pengujian Perangkat Lunak
Pengujian Perangkat LunakPengujian Perangkat Lunak
Pengujian Perangkat Lunak
Adam Mukharil Bachtiar
 
Pemrograman Mobile Unit 2 : Dasar-dasar Flutter
Pemrograman Mobile Unit 2 : Dasar-dasar FlutterPemrograman Mobile Unit 2 : Dasar-dasar Flutter
Pemrograman Mobile Unit 2 : Dasar-dasar Flutter
Akhmad Khanif Zyen
 
Pemrograman Basis Data "Trigger"
Pemrograman Basis Data "Trigger"Pemrograman Basis Data "Trigger"
Pemrograman Basis Data "Trigger"Opik Oenk
 
Tugas - Analisis BEP (2017)
Tugas - Analisis BEP (2017)Tugas - Analisis BEP (2017)
Tugas - Analisis BEP (2017)
Lulu Wildatiumi
 
Togaf
TogafTogaf
Produk bersama dan produk sampingan
Produk bersama dan produk sampinganProduk bersama dan produk sampingan
Produk bersama dan produk sampingan
Diana Marlyna
 
Pengertian sistem dan analisis sistem (1)
Pengertian sistem dan analisis sistem (1)Pengertian sistem dan analisis sistem (1)
Pengertian sistem dan analisis sistem (1)
Aldhy Kagayaki Alfaraby
 
Data envelopment analysis untuk Cost Revenue Profit
Data envelopment analysis untuk Cost Revenue Profit Data envelopment analysis untuk Cost Revenue Profit
Data envelopment analysis untuk Cost Revenue Profit
Akhid Yulianto
 
Minggu 1 - Using Alice 3
Minggu 1 - Using Alice 3Minggu 1 - Using Alice 3
Minggu 1 - Using Alice 3
SMK Nurul Jadid
 
analisis break even point
analisis break even pointanalisis break even point
analisis break even point
Tri Yulianto
 
Sistem multimedia-teknik-informatika
Sistem multimedia-teknik-informatikaSistem multimedia-teknik-informatika
Sistem multimedia-teknik-informatika
Rakhmi Khalida, M.M.S.I
 
Penerapan pengolahan citra dalam bidang kedokteran
Penerapan pengolahan citra dalam bidang kedokteranPenerapan pengolahan citra dalam bidang kedokteran
Penerapan pengolahan citra dalam bidang kedokteranBaguss Chandrass
 
Material-handling.ppt
Material-handling.pptMaterial-handling.ppt
Material-handling.ppt
BkkKramat
 
Konsep dasar otomasi sistem produksi
Konsep dasar otomasi sistem produksiKonsep dasar otomasi sistem produksi
Konsep dasar otomasi sistem produksi
Wirdi Ian
 
Data Base Tiket Pesawat
Data Base Tiket PesawatData Base Tiket Pesawat
Data Base Tiket Pesawat
naufals11
 
RPL 1 (Lama) - Perancangan Perangkat Lunak
RPL 1 (Lama) - Perancangan Perangkat LunakRPL 1 (Lama) - Perancangan Perangkat Lunak
RPL 1 (Lama) - Perancangan Perangkat Lunak
Adam Mukharil Bachtiar
 
Tugas Kelompok Manajemen Industri - Bill Of Material
Tugas Kelompok Manajemen Industri - Bill Of MaterialTugas Kelompok Manajemen Industri - Bill Of Material
Tugas Kelompok Manajemen Industri - Bill Of Material
Vicky Fakhrurrazi
 
Mengembangkan Strategi dan Program Penetapan Harga
Mengembangkan Strategi dan Program Penetapan HargaMengembangkan Strategi dan Program Penetapan Harga
Mengembangkan Strategi dan Program Penetapan Harga
Shifa Khairunnisa
 
RPL 1 (Lama) - Analisis Kebutuhan Perangkat Lunak (1)
RPL 1 (Lama) - Analisis Kebutuhan Perangkat Lunak (1)RPL 1 (Lama) - Analisis Kebutuhan Perangkat Lunak (1)
RPL 1 (Lama) - Analisis Kebutuhan Perangkat Lunak (1)
Adam Mukharil Bachtiar
 

What's hot (20)

Pengujian Perangkat Lunak
Pengujian Perangkat LunakPengujian Perangkat Lunak
Pengujian Perangkat Lunak
 
Pemrograman Mobile Unit 2 : Dasar-dasar Flutter
Pemrograman Mobile Unit 2 : Dasar-dasar FlutterPemrograman Mobile Unit 2 : Dasar-dasar Flutter
Pemrograman Mobile Unit 2 : Dasar-dasar Flutter
 
Pemrograman Basis Data "Trigger"
Pemrograman Basis Data "Trigger"Pemrograman Basis Data "Trigger"
Pemrograman Basis Data "Trigger"
 
Tugas - Analisis BEP (2017)
Tugas - Analisis BEP (2017)Tugas - Analisis BEP (2017)
Tugas - Analisis BEP (2017)
 
Togaf
TogafTogaf
Togaf
 
Produk bersama dan produk sampingan
Produk bersama dan produk sampinganProduk bersama dan produk sampingan
Produk bersama dan produk sampingan
 
Pengertian sistem dan analisis sistem (1)
Pengertian sistem dan analisis sistem (1)Pengertian sistem dan analisis sistem (1)
Pengertian sistem dan analisis sistem (1)
 
Data envelopment analysis untuk Cost Revenue Profit
Data envelopment analysis untuk Cost Revenue Profit Data envelopment analysis untuk Cost Revenue Profit
Data envelopment analysis untuk Cost Revenue Profit
 
Minggu 1 - Using Alice 3
Minggu 1 - Using Alice 3Minggu 1 - Using Alice 3
Minggu 1 - Using Alice 3
 
analisis break even point
analisis break even pointanalisis break even point
analisis break even point
 
Sistem multimedia-teknik-informatika
Sistem multimedia-teknik-informatikaSistem multimedia-teknik-informatika
Sistem multimedia-teknik-informatika
 
Penerapan pengolahan citra dalam bidang kedokteran
Penerapan pengolahan citra dalam bidang kedokteranPenerapan pengolahan citra dalam bidang kedokteran
Penerapan pengolahan citra dalam bidang kedokteran
 
Material-handling.ppt
Material-handling.pptMaterial-handling.ppt
Material-handling.ppt
 
Konsep dasar otomasi sistem produksi
Konsep dasar otomasi sistem produksiKonsep dasar otomasi sistem produksi
Konsep dasar otomasi sistem produksi
 
10. perawatan mesin dan peralatan
10. perawatan mesin dan peralatan10. perawatan mesin dan peralatan
10. perawatan mesin dan peralatan
 
Data Base Tiket Pesawat
Data Base Tiket PesawatData Base Tiket Pesawat
Data Base Tiket Pesawat
 
RPL 1 (Lama) - Perancangan Perangkat Lunak
RPL 1 (Lama) - Perancangan Perangkat LunakRPL 1 (Lama) - Perancangan Perangkat Lunak
RPL 1 (Lama) - Perancangan Perangkat Lunak
 
Tugas Kelompok Manajemen Industri - Bill Of Material
Tugas Kelompok Manajemen Industri - Bill Of MaterialTugas Kelompok Manajemen Industri - Bill Of Material
Tugas Kelompok Manajemen Industri - Bill Of Material
 
Mengembangkan Strategi dan Program Penetapan Harga
Mengembangkan Strategi dan Program Penetapan HargaMengembangkan Strategi dan Program Penetapan Harga
Mengembangkan Strategi dan Program Penetapan Harga
 
RPL 1 (Lama) - Analisis Kebutuhan Perangkat Lunak (1)
RPL 1 (Lama) - Analisis Kebutuhan Perangkat Lunak (1)RPL 1 (Lama) - Analisis Kebutuhan Perangkat Lunak (1)
RPL 1 (Lama) - Analisis Kebutuhan Perangkat Lunak (1)
 

Similar to Jurnal ahmad faaiz muzakkiy 1161001015

Be & gg asep muhamad perdiana, hapzi ali, penerapan gcg pada hi lex, universi...
Be & gg asep muhamad perdiana, hapzi ali, penerapan gcg pada hi lex, universi...Be & gg asep muhamad perdiana, hapzi ali, penerapan gcg pada hi lex, universi...
Be & gg asep muhamad perdiana, hapzi ali, penerapan gcg pada hi lex, universi...
Asep Muhamad Ferdiana
 
CONTOH Laporan praktik kerja industri (SMK) PRAKERIN PROGRAM STUDI DKV
CONTOH Laporan praktik kerja industri (SMK) PRAKERIN PROGRAM STUDI DKVCONTOH Laporan praktik kerja industri (SMK) PRAKERIN PROGRAM STUDI DKV
CONTOH Laporan praktik kerja industri (SMK) PRAKERIN PROGRAM STUDI DKV
Firdaus Firdaus
 
Laporan praktik kerja industri dkv smk negeri 2 somba opu
Laporan praktik kerja industri dkv smk negeri 2 somba opuLaporan praktik kerja industri dkv smk negeri 2 somba opu
Laporan praktik kerja industri dkv smk negeri 2 somba opu
Firdaus Filsufirst
 
Ekonomi teknik proposal bisnis
Ekonomi teknik proposal bisnisEkonomi teknik proposal bisnis
Ekonomi teknik proposal bisnis
Ibnu1810
 
Laporan Latihan Industri Diploma Rekabentuk Industri
Laporan Latihan Industri Diploma Rekabentuk IndustriLaporan Latihan Industri Diploma Rekabentuk Industri
Laporan Latihan Industri Diploma Rekabentuk Industri
MLee Official
 
Training _"Tata Kelola RUMAH SAKIT (TKRS)" mengacu pd STANDAR AKREDITASI RS ...
Training _"Tata Kelola RUMAH SAKIT  (TKRS)" mengacu pd STANDAR AKREDITASI RS ...Training _"Tata Kelola RUMAH SAKIT  (TKRS)" mengacu pd STANDAR AKREDITASI RS ...
Training _"Tata Kelola RUMAH SAKIT (TKRS)" mengacu pd STANDAR AKREDITASI RS ...
Kanaidi ken
 
Implementasi ISO PAS 45005
Implementasi ISO PAS 45005Implementasi ISO PAS 45005
Implementasi ISO PAS 45005
Instansi
 
Proposal ACP 2014 v3.1
Proposal ACP 2014 v3.1Proposal ACP 2014 v3.1
Proposal ACP 2014 v3.1
The World Bank
 
Materi TM PIS 2022 FIX - R1.pptx
Materi TM PIS 2022 FIX - R1.pptxMateri TM PIS 2022 FIX - R1.pptx
Materi TM PIS 2022 FIX - R1.pptx
AkmalZuhri3
 
Sim, elsy juliani, hapzi ali, implementasi sistem informasi pada pt. indofood...
Sim, elsy juliani, hapzi ali, implementasi sistem informasi pada pt. indofood...Sim, elsy juliani, hapzi ali, implementasi sistem informasi pada pt. indofood...
Sim, elsy juliani, hapzi ali, implementasi sistem informasi pada pt. indofood...
Elsy Juliani
 
MUTU DAN PENDIDIKAN - DJOKO AW
MUTU DAN PENDIDIKAN - DJOKO AWMUTU DAN PENDIDIKAN - DJOKO AW
MUTU DAN PENDIDIKAN - DJOKO AW
Djoko Adi Walujo
 
Pedoman pmw-koptis-7
Pedoman pmw-koptis-7Pedoman pmw-koptis-7
Pedoman pmw-koptis-7wulan8589
 
Tugas makalah spm
Tugas makalah spmTugas makalah spm
Tugas makalah spm
Elvira Elvira
 
Link-Link MATERI Training/BimTek "SISTEM CASEMIX"
Link-Link MATERI Training/BimTek "SISTEM CASEMIX"Link-Link MATERI Training/BimTek "SISTEM CASEMIX"
Link-Link MATERI Training/BimTek "SISTEM CASEMIX"
Kanaidi ken
 
Program PKKM 2022.pdf
Program PKKM 2022.pdfProgram PKKM 2022.pdf
Program PKKM 2022.pdf
Sujatmiko Wibowo
 
PEMAPARAN & Link2 MATERI Training"RISK MANAGEMENT" (Based ISO 31000_2018).
PEMAPARAN  & Link2 MATERI Training"RISK MANAGEMENT" (Based ISO 31000_2018).PEMAPARAN  & Link2 MATERI Training"RISK MANAGEMENT" (Based ISO 31000_2018).
PEMAPARAN & Link2 MATERI Training"RISK MANAGEMENT" (Based ISO 31000_2018).
Kanaidi ken
 
Uas,sim,singgih febriansyah,hapzi ali,analisis dan perencanaan sistem informa...
Uas,sim,singgih febriansyah,hapzi ali,analisis dan perencanaan sistem informa...Uas,sim,singgih febriansyah,hapzi ali,analisis dan perencanaan sistem informa...
Uas,sim,singgih febriansyah,hapzi ali,analisis dan perencanaan sistem informa...
Singgih Febriansyah
 
Improvement Method (internship)
Improvement Method (internship)Improvement Method (internship)
Improvement Method (internship)
Megitta Ignacia
 

Similar to Jurnal ahmad faaiz muzakkiy 1161001015 (20)

Be & gg asep muhamad perdiana, hapzi ali, penerapan gcg pada hi lex, universi...
Be & gg asep muhamad perdiana, hapzi ali, penerapan gcg pada hi lex, universi...Be & gg asep muhamad perdiana, hapzi ali, penerapan gcg pada hi lex, universi...
Be & gg asep muhamad perdiana, hapzi ali, penerapan gcg pada hi lex, universi...
 
CONTOH Laporan praktik kerja industri (SMK) PRAKERIN PROGRAM STUDI DKV
CONTOH Laporan praktik kerja industri (SMK) PRAKERIN PROGRAM STUDI DKVCONTOH Laporan praktik kerja industri (SMK) PRAKERIN PROGRAM STUDI DKV
CONTOH Laporan praktik kerja industri (SMK) PRAKERIN PROGRAM STUDI DKV
 
Laporan l.i
Laporan l.iLaporan l.i
Laporan l.i
 
Laporan praktik kerja industri dkv smk negeri 2 somba opu
Laporan praktik kerja industri dkv smk negeri 2 somba opuLaporan praktik kerja industri dkv smk negeri 2 somba opu
Laporan praktik kerja industri dkv smk negeri 2 somba opu
 
Ekonomi teknik proposal bisnis
Ekonomi teknik proposal bisnisEkonomi teknik proposal bisnis
Ekonomi teknik proposal bisnis
 
Laporan Latihan Industri Diploma Rekabentuk Industri
Laporan Latihan Industri Diploma Rekabentuk IndustriLaporan Latihan Industri Diploma Rekabentuk Industri
Laporan Latihan Industri Diploma Rekabentuk Industri
 
Training _"Tata Kelola RUMAH SAKIT (TKRS)" mengacu pd STANDAR AKREDITASI RS ...
Training _"Tata Kelola RUMAH SAKIT  (TKRS)" mengacu pd STANDAR AKREDITASI RS ...Training _"Tata Kelola RUMAH SAKIT  (TKRS)" mengacu pd STANDAR AKREDITASI RS ...
Training _"Tata Kelola RUMAH SAKIT (TKRS)" mengacu pd STANDAR AKREDITASI RS ...
 
Implementasi ISO PAS 45005
Implementasi ISO PAS 45005Implementasi ISO PAS 45005
Implementasi ISO PAS 45005
 
Proposal ACP 2014 v3.1
Proposal ACP 2014 v3.1Proposal ACP 2014 v3.1
Proposal ACP 2014 v3.1
 
Materi TM PIS 2022 FIX - R1.pptx
Materi TM PIS 2022 FIX - R1.pptxMateri TM PIS 2022 FIX - R1.pptx
Materi TM PIS 2022 FIX - R1.pptx
 
Sim, elsy juliani, hapzi ali, implementasi sistem informasi pada pt. indofood...
Sim, elsy juliani, hapzi ali, implementasi sistem informasi pada pt. indofood...Sim, elsy juliani, hapzi ali, implementasi sistem informasi pada pt. indofood...
Sim, elsy juliani, hapzi ali, implementasi sistem informasi pada pt. indofood...
 
Manajemen Merk dan Produk
Manajemen Merk dan ProdukManajemen Merk dan Produk
Manajemen Merk dan Produk
 
MUTU DAN PENDIDIKAN - DJOKO AW
MUTU DAN PENDIDIKAN - DJOKO AWMUTU DAN PENDIDIKAN - DJOKO AW
MUTU DAN PENDIDIKAN - DJOKO AW
 
Pedoman pmw-koptis-7
Pedoman pmw-koptis-7Pedoman pmw-koptis-7
Pedoman pmw-koptis-7
 
Tugas makalah spm
Tugas makalah spmTugas makalah spm
Tugas makalah spm
 
Link-Link MATERI Training/BimTek "SISTEM CASEMIX"
Link-Link MATERI Training/BimTek "SISTEM CASEMIX"Link-Link MATERI Training/BimTek "SISTEM CASEMIX"
Link-Link MATERI Training/BimTek "SISTEM CASEMIX"
 
Program PKKM 2022.pdf
Program PKKM 2022.pdfProgram PKKM 2022.pdf
Program PKKM 2022.pdf
 
PEMAPARAN & Link2 MATERI Training"RISK MANAGEMENT" (Based ISO 31000_2018).
PEMAPARAN  & Link2 MATERI Training"RISK MANAGEMENT" (Based ISO 31000_2018).PEMAPARAN  & Link2 MATERI Training"RISK MANAGEMENT" (Based ISO 31000_2018).
PEMAPARAN & Link2 MATERI Training"RISK MANAGEMENT" (Based ISO 31000_2018).
 
Uas,sim,singgih febriansyah,hapzi ali,analisis dan perencanaan sistem informa...
Uas,sim,singgih febriansyah,hapzi ali,analisis dan perencanaan sistem informa...Uas,sim,singgih febriansyah,hapzi ali,analisis dan perencanaan sistem informa...
Uas,sim,singgih febriansyah,hapzi ali,analisis dan perencanaan sistem informa...
 
Improvement Method (internship)
Improvement Method (internship)Improvement Method (internship)
Improvement Method (internship)
 

Recently uploaded

Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Galang Adi Kuncoro
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
lindaagina84
 
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya PositifKoneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Rima98947
 
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
mattaja008
 
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docxKisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
irawan1978
 
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
Indah106914
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
MirnasariMutmainna1
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
Nur afiyah
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
ferrydmn1999
 
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
muhammadRifai732845
 
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptxDiseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
LucyKristinaS
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
agusmulyadi08
 
penjelasan tentang tugas dan wewenang pkd
penjelasan tentang tugas dan wewenang pkdpenjelasan tentang tugas dan wewenang pkd
penjelasan tentang tugas dan wewenang pkd
jaya35ml2
 
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
ozijaya
 
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
DEVI390643
 
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdfRANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
junarpudin36
 
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
gloriosaesy
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
astridamalia20
 

Recently uploaded (20)

Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
 
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya PositifKoneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
 
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
 
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docxKisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
 
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
 
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
 
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptxDiseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
 
penjelasan tentang tugas dan wewenang pkd
penjelasan tentang tugas dan wewenang pkdpenjelasan tentang tugas dan wewenang pkd
penjelasan tentang tugas dan wewenang pkd
 
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
 
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
 
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdfRANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
 
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
 

Jurnal ahmad faaiz muzakkiy 1161001015

  • 1. Program Studi Manajemen Universitas Bakrie PERNYATAAN PENYERAHAN SKRIPSI FORMAT ARTIKEL ILMIAH Saya yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Ahmad Faaiz Muzakkiy NIM : 1161001015 Telah menyelesaikan perubahan format skripsi saya menjadi artikel ilmiah sesuai ketentuan program studi Manajemen Universitas Bakrie. Judul Artikel : Implementasi Scrum Framework pada Produk Manajemen di PT. Adicitarasa Indonesia Jumlah Kata : 9980 Jakarta, 28 Agustus 2021 Yang menyerahkan, Mengetahui, Ahmad Faaiz Muzakkiy M. Taufiq Amir, SE., MM., Ph.D Catatan: Setelah ditandatangani mahasiswa dan pembimbing, gabungkan file Pernyataan ini dengan artikel menjadi 1 file PDF dan dikirimkan ke program studi sesuai link yang tertera dalam pengumuman.
  • 2. Implementasi Scrum Framework pada Produk Manajemen di PT. Adicitarasa Indonesia Ahmad Faaiz Muzakkiy1 , M. Taufiq Amir2 1 Jurusan Manajemen FEIS Universitas Bakrie Jakarta, Indonesia 1 faaizmzk17@gmail.com 2 taufiq.amir@bakrie.ac.id 2 Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, Universitas Bakrie Jakarta Indonesia Abstract— This study aims to analyze the application of the scrum framework to product management that is reviewed from 4 processes, namely sprint planning, daily scrum, sprint review, and sprint retrospective to the scrum team at PT. Adicitarasa Indonesia. This research method uses a descriptive analysis method with qualitative techniques through direct observation and interviews with the scrum team and customers at PT. Adicitarasa Indonesia. This study also uses company data and literature review as secondary data. The results of this study indicate that there is a positive impact of the scrum framework process on product management at PT. Adicitarasa. However, the implementation of the new method in the company does not rule out the possibility of errors and failures in carrying out the process, but with the agile principle of the scrum that upholds transparency, all problems can be quickly inspected and made changes with adaptations that are in accordance with existing conditions. Suggestions for further research are to conduct quantitative research to test the scrum framework and for companies to create a human resource management system so that they can quickly deal with problems that occur internally. Keywords— Implementation, Scrum framework, Product Management, Agile, Product Development Abstrak— Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa penerapan scrum framework pada produk manajemen yang dikaji dari 4 proses yaitu sprint planning, daily scrum, sprint review dan sprint retrospective terhadap scrum team di PT. Adicitarasa Indonesia. Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis dengan teknik kualitatif melalui observasi dan wawancara secara langsung dengan tim scrum dan pelanggan di PT. Adicitarasa Indonesia. Penelitian ini juga menggunakan data perusahaan dan kajian literatur sebagai data sekunder. Hasil penelitian ini menunjukan adanya dampak positif dari proses scrum framework terhadap produk manajemen di PT. Adicitarasa Indonesia. Namun dengan implementasi metode baru pada perusahaan tidak menutup kemungkinan terjadinya kesalahan dan kegagalan dalam menjalankan prosesnya, namun dengan prinsip agile pada scrum yang menjunjung tinggi transparansi segala permasalahan dapat cepat terinspeksi dan dilakukan perubahan dengan adaptasi yang sesuai dengan keadaan yang ada. Saran bagi penelitian selanjutnya adalah melakukan penelitian kuantitatif untuk menguji scrum framework serta bagi perusahaan adalah membuat sistem manajemen sumber daya manusia agar dapat cepat dalam menangani permasalahan yang terjadi dalam internalnya. Kata kunci: Implementasi, Scrum Framework, Produk Manajemen, Agile, Product Development PENDAHULUAN Bagian PENDAHULUAN membahas latar belakang masalah, tinjauan pustaka secara ringkas, maksud dan tujuan riset dilakukan. Pada 2 Maret 2020 Indonesia melaporkan kasus pertama warganya yang terjangkit virus Covid-19. Sebuah virus yang dapat menular secara cepat yang bermula pada bulan November di Kota Wuhan, China. Virus ini terus bertumbuh setiap harinya, sehingga pemerintah Indonesia menetapkan (Pembatasan Sosial Berskala Besar) PSBB untuk seluruh wilayah di Indonesia yang dimulai pada tanggal 24 April 2020. Semua hal berubah secara drastis Kemenperin menyebutkan setidaknya 60% industri lumpuh dan ini diprediksi bisa semakin parah jika belum ada titik terang berhentinya pandemi virus Covid-19. Hingga akhirnya Indonesia berada di titik resesi pada kuartal ke III 2020 dengan minus 3.49% PT. Adicitarasa Indonesia adalah salah satu anak perusahaan dari Hartono Group atau PT. Hatsonsurya Electric yang didirikan pada tahun 1978. Hartono dengan tagline terbarunya yakni Your Lifetime Partner ini akan selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi setiap pelanggan setia dan para partnernya. Kekuatan utama dalam pengembangan jaringan outlet Hartono adalah dengan membangun kesetiaan dengan penuh memberikan yang terbaik kepada semua pelanggannya itulah yang menjadi kekuatan utama dalam pengembangan Hartono. Pada tahun 2012 sesuai dengan visi dan tagline, Hartono membuat anak perusahaan yaitu PT. Adicitarasa Indonesia yakni kelas memasak dengan standar internasional dan dibimbing langsung oleh chef profesional lokal maupun internasional. Tujuan dibangunnya PT. Adicitarasa Indonesia ini untuk menjadikan Hartono menjadi life-time partner bagi pelanggan setia dan partner dengan misi mengajak pelanggan mencoba langsung produk-produk peralatan rumah tangga di Hartono Elektronika.
  • 3. Dalam sebuah bisnis perusahaan diharuskan membuat banyak strategi guna dapat memenangkan kompetisi dengan merek pesaing. Hal ini ditunjukan dengan adanya permintaan pasar yang berubah ubah dan kompetitor yang semakin banyak bermunculan dengan menawarkan berbagai kemudahan terbaru. Terlebih peluang bertumbuhnya tersebut dapat dilihat dengan jumlah penduduk di Indonesia yang semakin hari semakin bertumbuh. Berdasarkan survei penduduk antar sensus (Supas) 2020. Di Tengah tekanan ekonomi banyak perusahaan dipaksa untuk berpikir lebih kreatif dengan mengubah strategi berbisnis dalam perusahaannya agar dapat bertahan hidup di tengah krisis. Sebelum terjadinya pandemi Covid-19 PT. Adicitarasa Indonesia hanya membuka kelas hands-on yaitu kelas Cooking Baking yang dapat dihadiri peserta secara langsung dalam studio PT. Adicitarasa Indonesia dan langsung dibimbing oleh chef profesional maupun international guest chef. Kelas ini dibuka di Surabaya dan Jakarta. Kelas hands- on ini selalu terisi penuh bahkan beberapa kelas waiting list dengan beberapa batch pada beberapa resep yang permintaannya tinggi. Selain hands-on class yang ramai, PT. Adicitarasa Indonesia juga aktif mengundang chef tamu internasional setiap bulannya, hal tersebut sangat berdampak dengan brand awareness pelanggan terhadap PT. Adicitarasa Indonesia. Gambar 1. Omset PT. Adicitarasa Indonesia 2019-2020 Sumber : PT. Adicitarasa Indonesia Namun semenjak terjadinya pandemi Covid-19 kelas di PT. Adicitarasa Indonesia mendadak mati total selama 1 minggu, dimana protokol kesehatan selama PSBB belum matang dan melarang masyarakat untuk berkerumun dan seluruh karyawan harus bekerja dari rumah. Hal ini menyebabkan penjualan PT. Adicitarasa Indonesia turun drastis di kuartal pertama 2020 sesuai data yang diatas yang didapat dari total omset penjualan PT. Adicitarasa Indonesia 2019-2020 dimana omset dari kuartal pertama 2020 turun 46.15% dari kuartal akhir di tahun 2019. Hal ini membuat seluruh tim berpikir secara cepat dan kreatif dalam menemukan solusi dari badai krisis pandemi Covid-19 ini. Strategi demi strategi pun juga terus diperbarui setiap saat oleh PT. Adicitarasa Indonesia. Mulai dari strategi operasional, pemasaran hingga produk. Perusahaan yang berada di lantai 3 Hartono Elektronik Bukit Darmo, Surabaya ini sempat mati selama 1 minggu di awal pemberlakuan PSBB, namun berbagai cara dilakukan oleh seluruh partner agar bisnis di PT. Adicitarasa Indonesia tetap dapat berjalan. Di era yang sangat terbatas ini, kecepatan dan ketepatan menjadi sebuah tuntutan bagi penggunanya. Terbatasnya tim dengan tantangan yang fluktuatif menuntut seluruh tim di PT. Adicitarasa Indonesia melakukan planning dan actuating dengan efisien . Dengan kondisi seperti ini tuntutan untuk memiliki sistem baru harus segera direalisasikan oleh PT. Adicitarasa Indonesia agar dapat mempermudah tim di dalamnya melakukan inovasi dan terobosan baru dalam menghadapi krisis pandemi Covid-19. Team Leader merupakan partner yang membutuhkan fleksibilitas tinggi dengan tanggung jawab yang besar dalam mengerjakan tugasnya. Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhannya diperlukan sistem baru dalam bekerja agar tujuan dan berbagai inovasi baru dapat tercapai dengan baik dan efisien. Maka dibuatlah sistem baru dengan metode agile, metode ini digunakan sebagai sistem dalam memunculkan inovasi baru hingga tahap final. Metode Agile merupakan salah satu metodologi yang banyak digunakan pada saat ini. Metodologi waterfall adalah metode yang banyak digunakan dalam pengembangan perusahaan sebelum metodologi agile. Dalam metodologi waterfall memiliki masalah yakni proyek membutuhkan waktu yang lama hingga berbulan bulan atau bahkan tahunan untuk dapat membuktikan hasilnya (Bibik, 2018). Sedangkan kondisi di lapangan dimana kebutuhan dan permintaan pasar yang cepat berubah seiring berjalannya keadaan dan waktu membuat perubahan yang harus disesuaikan dengan segera. Dalam metodologi waterfall persentase keberhasilannya cenderung rendah seperti yang digambarkan pada gambar diagram di bawah ini. Metodologi Agile itu sendiri terdiri dari beberapa metode atau framework yang salah satunya ada scrum. Scrum merupakan sebuah framework di mana orang-orang dapat menyelesaikan permasalahan kompleks yang senantiasa berubah dan pada waktu yang sama tim dapat menghasilkan produk dengan produktif dan kreatif namun juga memiliki nilai yang tinggi (Schwaber & Sutherland, 2017). Rancangan dalam metodologi scrum dalam meningkatkan kecepatan pengembangan mengintegrasi tujuan setiap individu dengan perusahaan, menciptakan sebuah budaya yang sesuai, mengakomodasi setiap nilai dan kreasi dari setiap anggota, mengembangkan komunikasi untuk kestabilan komunikasi yang konsisten di setiap level dan menyejahterakan kualitas hidup setiap anggota (Sutherland, et al, 2007). Metode ini sering digunakan oleh perusahaan dengan agility yang tinggi karena bersifat fleksibel dalam menghadapi pengembangan perubahan organisasi. Dengan dinamika permintaan yang selalu berubah mengikuti kebutuhan, maka penelitian ini dibuat menggunakan Scrum framework. PT. Adicitarasa Indonesia merupakan perusahaan yang memiliki agility yang tinggi dalam menghadapi perubahan. Untuk itu perusahaan ini membutuhkan sistem produk manajemen sebagai salah satu strategi menghadapi perubahan agar produk dari PT. Adicitarasa Indonesia dapat sesuai dalam memenuhi kebutuhan konsumen setia. TINJAUAN PUSTAKA Produk Manajemen 1. Pengertian Produk Manajemen
  • 4. Menurut Marty Cagan (2008) Produk manajemen adalah suatu pekerjaan dimana membangun atau mengembangkan suatu produk dengan memenuhi tiga hal yaitu valuable, useable dan feasible. Produk yang dibangun maupun dikembangkan harus valuable dimana produk harus memiliki nilai yang dapat menyelesaikan kebutuhan pelanggan. Kemudian useable, dimana produk yang dikembangkan harus mudah dicapai dan digunakan oleh pelanggan. Dan yang terakhir adalah feasible, dimana produk yang dibangun harus bisa dikembangkan di masa yang akan datang Hal krusial pada perusahaan adalah pengembangan produk. Dimana dalam sebuah perusahaan, inovasi merupakan hal penting yang menjadi tuntutan perusahaan dalam pembaharuan berkelanjutan untuk tetap bertahan ditengah kemajuan yang dinamis. Dalam inovasi berkelanjutan pada perusahaan, produk manajemen adalah kunci dari keberhasilan dari sebuah proses pada pengembangan produk di perusahaan. Dalam perusahaan terdapat proses bisnis yang berujung pada pemasukan, dimana produk yang dihasilkan merupakan definisi dari sebuah solusi dari permasalahan yang terjadi pada pelanggan. Menurut Martin Eriksson (2011) dalam teknis pengembangannya produk manajemen berada pada irisan antara pengalaman pengguna, bisnis dan teknologi. Dimana dalam produk harus berfokus pada pengalaman pengguna dan mewakili pelanggan dalam lingkup produk tersebut tetapi harus tetap dapat mengembangkan profit dari bisnis tersebut sendiri melalui peranan teknologi yang dipilih. 2. Fungsi Produksi Manajemen Fungsi produk manajemen adalah proses pengembangan produk untuk menjamin produk yang diproduksi perusahaan tersebut mencapai product-market fit. Product-market fit ini dapat tercipta apabila solusi yang di kembangkan merupakan solusi yang tepat terhadap pasar yang ada (Marc Andreessen, 2008). Product-market fit sendiri merupakan proses validasi dari sebuah gagasan dari ide produk yang dirancang sehingga dalam mencapai tujuan tersebut perusahaan harus dapat memecahkan masalah konsumen dalam proses bisnisnya. Menurut Marty Cagan (2008) validitas gagasan ide tersebut harus memahami 4 lingkup permasalahan yang ada yaitu: 1. User Dimana harus memahami user atau pelanggan yang ada, apakah produk yang diproduksi sudah sesuai dengan permasalahan yang ada pada pelanggan. Apa yang disuka atau tidak disukai pelanggan maupun apa yang dibutuhkan dan tidak dibutuhkan oleh pelanggan. 2. Produk Dimana harus memahami lingkup produk pada perusahaan sebesar apa. Karena ada banyak permasalahan yang ada di dunia ini, tetapi tidak semua permasalahan harus satu perusahaan yang menjawab permasalahan itu, sehingga perusahaan harus mengetahui dan memahami batasan yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. 3. Bisnis Tujuan akhir daripada produk sendiri adalah keuntungan, maka dari itu produk yang diproduksi harus sesuai dengan fungsi dalam bisnis itu sendiri yaitu bagaimana mendapatkan keuntungan dari produk yang dikembangkan. 4. Industri Dalam produk yang diproduksi harus menyesuaikan dengan kondisi pada industri setiap produk pada masa itu seperti apa. Agar produk yang diproduksi selalu relevan dengan pasar yang ada. 3. Proses Produk Manajemen Produk manajemen adalah segala hal yang dapat menjembatani dan menjadi solusi dari permasalahan melalui produk yang ditemukan atau dikembangkan untuk pelanggan Steve Blank (2003). Sehingga produk yang dikembangkan dalam produk manajemen harus sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Setiap permasalahan dan kebutuhan pelanggan terdapat beberapa solusi didalamnya. Hal ini penting dalam manajemen produk untuk mengidentifikasi permasalahan yang ada sebelum menyelesaikannya. Terdapat lima tahapan dalam mengidentifikasi kebutuhan pelanggan, yaitu: 1. Merancang sistem dan proses untuk mengumpulkan user feedback. Dimana sebelum menentukan kebutuhan yang ada pada pelanggan dalam produk manajemen harus secara aktif mengumpulkan user feedback serta mengumpulkan dan memilah permintaan fitur, ide peningkatan, laporan bug, keluhan kegunaan, pertanyaan, saran peretasan & solusi, dan sambutan hangat untuk fungsionalitas yang ada. 2. Mengumpulkan insight dari pelanggan. Tidak ada yang tahu bahwa bisa jadi pelanggan memiliki pengetahuan yang lebih baik daripada kolega dalam perusahaan dalam hal pemasaran dan penjualan. Sehingga mendorong pelanggan untuk memberikan sudut pandangnya mengenai permintaan fitur dan pertanyaan penyelidikan mendalam sehingga pelanggan dapat melaporkan kebutuhan mendasarnya. 3. Mewawancarai pelanggan di lingkungan alaminya. Dimana produk harus disesuaikan sesuai pengamatan yang terjadi pada lapangan yang meliputi dari mengamati solusi yang pernah ada dengan memperhatikan rutinitas dari pelanggan dan mempelajari poin-poin permasalahan utama yang terjadi di lapangan 4. Validasi ide kepada pelanggan Setelah memiliki pemahaman tentang apa yang dibutuhkan pelanggan, solusi tersebut dibuat dalam bentuk prototipe atau mock-up yang selanjutnya dilakukan validitas ide apakah penyelesaian daripada permasalahan pelanggan telah sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Tujuan dalam validasi ide adalah untuk mengidentifikasi apakah solusi ini merupakan bentuk yang tepat dari pemahaman mengenai kebutuhan pelanggan 5. Mewawancarai pengguna yang hilang Jika pelanggan meninggalkan produk untuk memilih produk lain atau bahkan memutuskan untuk tidak menjadi pelanggan maka perlu dimengerti apa alasan pelanggan memutuskan hal tersebut. Sehinggs ditemukan kerangka dari solusi apa yang pelanggan sukai dan apa kekurangannya yang memiliki dampak besar dalam keputusan pelanggan dan mengidentifikasi sesuatu hal yang hilang dari produk sebelumnya.
  • 5. Menurut Marty Cagan (2008) Terdapat tiga pola pikir mendasar agar proses produk manajemen dapat terukur sejauh mana produk yang diproduksi memiliki manfaat yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan, yaitu: 1. Emphatetic Yakni kemampuan untuk menstimulasikan proses mental dari berbagai jenis kepribadian. Agar dapat berjalan dengan baik dalam situasi ini pelanggan atau user akan bereaksi dengan caranya masing-masing. 2. Strategic Dalam menghadapi permasalahan yang tidak menentu dan kompleks maka diperlukan cara yang strategis dalam membagi dalam menstrukturkan masalah yang tidak jelas menjadi jelas agar permasalahan yang besar tersebut diubah menjadi bite size issues. 3. Creative Perlu melihat hal dengan berbagai sudut pandang yang bisa dilakukan dalam menentukan berbagai cara mencapai solusi dengan kreatif. Agar mendapat berbagai cara dalam menyelesaikan permasalahan pelanggan. 4. Minimum Viable Product (MVP) Teori yang pertama kali dicetuskan oleh Frank Robinson (2001) dan dipopulerkan oleh Steve Blank dan Eric Ries Minimum Viable Product atau MVP merupakan versi baru sebuah produk, yang memungkinkan tim untuk mengumpulkan jumlah maksimum pembelajaran yang tervalidasi tentang customer dengan sedikit usaha, MVP dalam sebuah perancangan atau pengembangan produk memiliki perbedaan dengan prototipe, dimana pada MVP, proses yang dilakukan bertujuan untuk mendapatkan pembelajaran secepat mungkin dengan fitur produk yang minimal dan dilakukan pengembangan berulang mengikuti prinsip build-learn-measure, namun pada prototipe proses perancangan dilakukan sesuai rencana untuk mendapatkan keseluruhan fungsi pada suatu produk sehingga memakan waktu yang lebih lama. Hal ini akan berdampak pada penghematan biaya dan meminimalisir risiko pada produk. Terdapat 4 elemen yang wajib disertakan dalam produk, yaitu: 1. Functionality, dimana produk maupun fitur yang dikembangkan harus sesuai dengan nilai pelanggan dan target pasar yang dituju 2. Design, dimana rancangan dari MVP ini telah memenuhi standar industri yang terbaik 3. Reliability, memperketat penentuan standarisasi dari kualitas produk yang ingin dicapai 4. Usability, Produk dalam MVP harus mudah konsumsi atau digunakan dan reseptif. Gambar 2. Proses dalam MVP Dalam prosesnya MVP memiliki prinsip bahwa produk yang dikembangkan tidak harus sempurna di tahap awal, karena semakin cepat produk diluncurkan maka semakin banyak pula feedback pelanggan yang bisa dijadikan pembelajaran agar produk menjadi produk yang matang (Ries. 2016). Seperti pada ilustrasi diatas dapat dijelaskan bahwa setelah MVP diluncurkan proses dari pengembangan produk tersebut tidak berhenti disitu tetapi terdapat beberapa tahapan dalam pengembangan produk dengan berbagai masukan dari pelanggan hingga produk terus berkembang dan menjadi produk yang matang. Scrum Framework 1. Definisi Scrum Scrum adalah kerangka kerja yang mana dapat mengatur sebuah masalah yang kompleks dengan adaptif. Dalam waktu yang bersamaan scrum dapat menghantarkan produk memiliki nilai yang tinggi dengan proses yang kreatif dan produktif (Sachwaber, 2011) Scrum memiliki sifat antara lain: • Ringan • Sederhana dalam memahaminya • Tidak mudah dalam menguasainya Metode pada kerangka kerja scrum merupakan sebuah proses yang telah digunakan dalam mengembangkan produk sejak awal tahun 1990-an. Selain prosesnya, teknik maupun metodologi scrum juga dapat digunakan. Sehingga scrum merupakan kerangka kerja dimana penggunanya dapat menggunakan berbagai macam proses maupun teknik di dalamnya dan dengan mengekspos ketidakefektifan manajemen ataupun produk teknik kerja membuat scrum dapat terus meningkatkan produktivitas dari kinerja produk, tim dan lingkungannya. Scrum terdiri atas kerangka kerja, yaitu tim beserta perannya, acara, artefak dan aturan. Setiap komponen dalam kerangka kerja memiliki tujuan tertentu dan berperan penting dalam keberhasilan proses scrum. Dalam pelaksanaannya scrum memiliki peran-peran yang mengikat, acara, artefak yang membangun dan menjaga interaksi antar komponennya. Berbagai macam cara ini lebih dari sekedar sebuah kerangka kerja. Scrum sendiri adalah sebuah kerangka yang mengatur dan mengelola pekerjaan khusus berdasarkan pada seperangkat nilai, prinsip, dan praktik yang memberikan dasar yang organisasi yang akan menambahkan implementasi untuk mewujudkan penerapan Scrum menggunakan pendekatan bertahap (incremental) dan berkala (iterative) untuk meningkatkan produktivitas dan pengendalian risiko (Rubin, 2013). 2. Penggunaan Scrum Menurut Schwaber (2011), Scrum telah dikembangkan dalam mengelola dan mengembangkan produk sejak tahun 1990-an yang mana telah digunakan secara luas untuk : 1. Meneliti dalam menggali potensi pasar, teknologi dan kemampuan produk 2. Meningkatkan produk dengan segala peningkatannya 3. Menciptakan peningkatan serta merilis produk setiap waktu 4. Meningkatkan pemeliharaan sistem operasional secara cloud maupun lingkungan operasional yang lainnya 5. Mengelola produk dengan kreatif efektif dan efisien. Dalam implementasinya scrum dapat mengembangkan perangkat lunak, keras perangkat integrasi, aplikasi jaringan
  • 6. interaktif, sekolah, pemerintahan, pemasaran, organisasi dan masih banyak hal dalam kehidupan sehari hari sekalipun sebagai seorang individu dalam bermasyarakat (Schwaber, 2011) Dengan peningkatan setiap harinya yang diiringi dengan peningkatan pasar dan interaksi dengan teknologi, scrum terbukti efektif dalam pelaksanaannya yang berkelanjutan. Sehingga selain untuk peningkatan perangkat lunak scrum saat ini telah digunakan dalam banyak produk maupun pelayanan di berbagai perusahaan dalam manajemennya. Intisari dari scrum ini adalah sebuah tim yang tidak terdiri dari banyak orang, tim ini bersifat fleksibel dan mudah dalam beradaptasi. Kekuatan inilah yang terus dikembangkan dalam tim untuk mengembangkan ide-ide serta merealisasikan dalam prosesnya. Dengan berkolaborasi dan berinteraksi membuat tim dapat berkembang dengan cepat dalam mencapai target yang ada. 3. Tata Nilai Scrum Scrum dibangun atas dasar teori empiris, dimana setiap pengetahuan dari setiap pengalaman dan keputusan didasarkan pada apa yang telah diketahui. Dalam mengoptimalkan prediktabilitas dan pengendalian risiko scrum menggunakan pendekatan yang bertahap dan berkelanjutan. Terdapat tiga pilar yang memperkuat proses dalam implementasi kontrol empiris yaitu transparansi, inspeksi dan adaptasi (Schwaber, 2011) 1. Transparansi merupakan aspek yang ditentukan oleh standarisasi, sehingga setiap anggota dan pengamat dapat memiliki pemahaman yang sama terhadap setiap tujuan, sebagai contoh adalah setiap anggota harus memiliki pemahaman yang sama terkait setiap istilah yang ada, selain itu setiap anggota harus memiliki pemahaman yang sama mengenai definisi tuntas dalam increment atau gol dalam tujuan 2. Inspeksi merupakan hal yang harus sering dilakukan pada metode ini, menginspeksi artefak dan perkembangan proses menuju increment atau gol dalam sprint, hal ini dilakukan agar dapat segera mendeteksi kesalahan sepanjang sprint. Namun pada implementasinya inspeksi tidak baik dilakukan dengan sering karena dapat menghambat fleksibilitas daripada pekerjaan setiap anggota. Namun inspeksi akan menguntungkan bilamana dilakukan oleh pemeriksa yang memang berkompeten dalam sprint tersebut berlangsung. 3. Adaptasi adalah jika pemeriksa menemukan ada hal yang menyimpang di luar proses sprint yang telah disepakati, hal ini dapat menyebabkan produk tidak dapat diterima. Maka proses tersebut harus segera diubah dengan sesegera mungkin agar meminimalisir kekeliruan yang semakin lebar. Dalam penerapan nilai- nilai komitmen, keberanian, konsentrasi, keterbukaan dan rasa hormat di dalam tim scrum maka pilar scrum seperti transparansi, inspeksi dan adaptasi akan tumbuh dengan baik sehingga hubungan antar anggota tim satu sama lain akan tumbuh saling percaya. Di Dalam menerapkannya anggota tim dapat belajar untuk menjiwai tata nilai ini bersamaan dengan penggunaan peran dari setiap acara dan artefak pada scrum selama proses sprint bekerja. Keberhasilan dalam implementasi scrum ini bergantung pada setiap anggota tim, dimana jika anggota dapat menjiwai kelima tata nilai tersebut serta secara pribadi setiap anggota memiliki loyalitas dalam mencapai gol di setiap sprint dan memiliki keberanian dalam melakukan hal dengan sebaik mungkin dalam bersinergi memecahkan permasalahan yang ada. Keterbukaan dalam setiap pekerjaan adalah tantangan dalam pengerjaannya, sehingga setiap anggota wajib saling menghargai dan menghormati satu sama lain dan bekerja dengan mandiri. 4. Scrum Team Di dalam scrum terdapat tiga tim antara lain, product owner, development team dan scrum master. Scrum team ini bersifat mandiri dan lintas fungsi. Tim dengan sifat mandiri inilah yang membuat setiap tim dapat memilih cara terbaik dalam menjalankan sprint tanpa harus bergantung dengan siapapun diluar anggota tim. Metode ini dirancang untuk dapat mengoptimalkan tim dalam fleksibilitas, kreativitas dan produktivitas. Bentuk dalam tim seperti ini dapat membuktikan bahwa tim dapat semakin efektif dalam mengerjakan setiap pekerjaan selama sprint dengan permasalahan yang kompleks. Selain itu scrum team juga memberikan produk dengan iteratif dan inkremental agar memaksimalkan segala peluang sehingga mendapatkan umpan balik dengan baik. Menurut (Rubin, 2013) di dalam bukunya Essential Scrum, menjelaskan bahwa terdapat beberapa aktor penting dalam metode Scrum, di antaranya: 1. Product owner Product owner adalah orang yang bertanggung jawab untuk mengelola Product backlog. Ia berhak dalam menentukan setiap proses dan hasil yang telah dikembangkan dalam product backlog, antara lain: • Menyatakan setiap isi product backlog dari setiap item secara jelas. • Mengurutkan setiap product backlog item dalam menentukan proses sprint untuk mencapai increment atau gol. • Mengoptimalkan setiap nilai bisnis yang telah dibuat oleh tim development • Memastikan bahwa product backlog mudah dan dapat dilihat serta transparan dan jelas oleh setiap pihak agar selanjutnya dapat dikerjakan oleh anggota scrum team. • Memastikan bahwa tim development dapat memahami setiap product backlog yang telah ditentukan 2. Development team Development team merupakan tim yang bersifat lintas fungsi. Dimana tim ini berisi anggota dengan kemampuan- kemampuan dan peran yang berbeda. Tim ini mengusulkan kepada product owner dengan berdiskusi di setiap sprint yang akan dijalankan. Tim ini memiliki karakter antara lain: • Tim ini swakelola sehingga tidak ada anggota lain termasuk scrum master yang memberitahu development team bagaimana memanifestasikan product backlog menjadi gabungan fungsionalitas dalam potensi perilisan produk. • Tim development bersifat lintas fungsi, dimana semua anggota nya memiliki keahlian yang berbeda beda namun setiap keahliannya diperlukan dalam proses sprint menuju increment.
  • 7. • Dalam metode scrum tidak ada yang namanya jabatan dalam anggota development team terlepas dari jenis pekerjaan yang setiap anggota lakukan. • Seluruh anggota development team bisa saja memiliki keahlian khusus pada bidang tertentu, namun tanggung jawab segala hal tetap merupakan tanggungan seluruh tim anggota tim development 3. Scrum Master Scrum master berperan sebagai pemimpin tim dalam teknis scrum framework, tetapi sebenarnya siapapun dapat mengisi peran menjadi scrum master. Scrum master bertugas untuk mengawasi keseluruhan proses scrum, membantu mengatasi halangan yang dihadapi selama proses tersebut, menciptakan suasana yang kondusif bagi tim pengembang dan melindungi tim dari gangguan eksternal sehingga tim dapat bekerja dengan baik pada zonanya. Tanggung jawab scrum master adalah untuk melatih dan membantu anggota dalam penggunaan scrum sebagaimana sesuai dengan panduan scrum yang ada. Dalam lingkup ini scrum master membantu melatih dan memperkenalkan teori, praktik, rules dan tata nilai scrum. Hal ini membuat scrum master menjadi pemimpin dalam melayani anggota tim. Selain anggota tim scrum, scrum master juga bertanggung jawab dalam mengkomunikasikan kepada tim diluar scrum tim agar memahami interaksi yang ada. 5. Scrum Artefact Scrum artefact adalah representasi pekerjaan dan nilai bisnis dalam menciptakan transparansi dan kesempatan dalam menginspeksi dan adaptasi. Artefak yang ada dijabarkan dan dirancang untuk memaksimalkan transparansi informasi agar setiap orang memiliki satu pandangan yang sama terhadap artefak yang ada. (Schweber, 2011). Menurut Rubin (2013), dalam pelaksanaan Metode Scrum, terdapat tiga artefak yang mendokumentasikan pengerjaan proyek yaitu: 1. Product backlog Product backlog adalah muatan dari daftar dari seluruh fungsi kebutuhan dan perbaikan yang tercipta dari user story dan ide seluruh tim yang dibutuhkan untuk produk yang akan dijalankan selama sprint. Product backlog sendiri memiliki konten yang dinamis karena disesuaikan dengan perkembangan produk dan lingkungan yang ada. Dalam product backlog daftar tersebut disebut dengan product backlog item yang dimana item tersebut telah diurutkan skala prioritasnya oleh product owner sesuai dengan tujuan dan kapasitas, risiko yang akan dihadapi maupun hal lainnya tergantung keputusan product owner. Lalu item ini diberi bobot sesuai dengan value story point. 2. Sprint backlog Setelah menentukan kebutuhan dalam product backlog, sprint backlog merupakan rangkaian item yang dipilih untuk dikerjakan dalam event sprint. Agar mencapai tujuan sprint hal-hal dalam item perlu dibuat sedetail mungkin agar mempermudah development tim dalam pengembangannya. Development tim bertanggung jawab dalam menentukan sprint backlog sehingga dapat mengubah maupun menghapus daftar yang terdapat pada item backlog. Hal ini dapat membantu tujuan sprint agar dapat tercapai dengan baik. 3. Increment Menurut Schwaber (2011) Increment adalah product backlog item yang telah terselesaikan dalam sprint event. Item dari product backlog tersebut yang telah selesai menandakan produk bisa digunakan dan siap untuk dipublikasikan, namun dalam perilisannya product backlog item ini tetap dipengaruhi besar oleh keputusan product owner. 6. Scrum Ceremonies Acara penting di Scrum disusun untuk terciptanya rutinitas dan meminimalisir pertemuan yang bukan termasuk dalam bagian event scrum. Setiap event memiliki batasan waktu yang telah disepakati. Yang mana setiap event dalam sprint telah ditentukan durasi maksimalnya dan juga sprint yang sudah dimulai tidak bisa dipersingkat ataupun diperpanjang durasinya. Hal tersebut diatur agar tidak ada waktu yang terbuang selama proses sprint. Selain sprint, setiap event pada scrum merupakan rangkaian event formal dalam mengkaji dan mengadaptasi sesuatu, sehingga event pada sprint dirancang agar dapat terwujud transparansi maupun inspeksi dengan kritis. Jika tidak menyelenggarakan event pada sprint maka hal ini dapat menghilangkan kesempatan dalam melakukan inspeksi dan adaptasi (Schwaber, 2011) Inti dari metode Scrum adalah Sprint, yaitu kumpulan proses pengembangan produk yang memiliki batasan waktu. Sprint dapat dianggap sebagai bagian dari suatu proyek. Event pada sprint ini juga tidak boleh melebihi durasi waktu lebih dari satu bulan agar definisi dari tujuan tidak berubah akibat kompleksitas dan risiko yang terjadi jika lebih dari 1 bulan. Setiap rangkaian sprint memiliki tujuan dalam pembangunan produk beserta rancangan dan perencanaan yang fleksibel dalam memandu perkembangan produk Menurut Rubin (2013), dalam pelaksanaan sprint ini, terdapat beberapa ceremonies, antara lain adalah: 1. Sprint planning Selama perencanaan sprint, Product owner dan Development team menyepakati tujuan sprint yang mendefinisikan apa sprint yang akan dicapai. Ini merupakan tahap planning dalam menentukan product backlog, dimana product backlog tersebut akan ditentukan berdasarkan prioritas dalam melaksanakan kinerja yang akan dikerjakan oleh tim yang akan dicapai dengan kecepatan yang telah ditentukan. Dalam lingkupnya Sprint planning dilakukan agar bisa menjawab pertanyaan sebagai berikut: a. Apa saja yang dapat ditujukan dalam Increment dari Sprint b. Bagaimana cara menyelesaikan pekerjaan agar dapat menghantarkan Increment dengan efektif dan efisien 2. Daily Scrum Dalam keseharian scrum event terdapat daily scrum, dimana ini merupakan acara development tim maupun seluruh anggota yang dilakukan dengan waktu 15 menit setiap harinya, biasanya daily scrum dilakukan waktu dan tempat yang sama agar dapat mengurangi kompleksitas dalam kegiatan dan agar mempercepat poin yang dibahas selama daily scrum berlangsung. Daily Scrum berlangsung sangat singkat, dimana seluruh anggota tim bertemu dan hanya mengemukakan tiga hal utama, yaitu: a. Apa yang telah dikerjakan
  • 8. b. Masalah yang dihadapi. c. Apa yang akan atau sudah diselesaikan Scrum master pada kegiatan ini sebagai penyelenggara rapat, notulensi, mengawasi, memfasilitasi diskusi dan juga menyelesaikan masalah yang dialami tim selama event berlangsung 3. Sprint Review Sprint review merupakan kegiatan yang dilakukan pada tahap akhir sprint dimana difungsikan sebagai proses menginspeksi increment dan mengadaptasi product backlog yang ada jika diperlukan. Pada saat Sprint Review, Scrum Team dan pemegang kepentingan berkolaborasi untuk meninjau apa yang sudah diselesaikan di dalam Sprint. Berdasarkan dari hasil review terhadap perubahan product backlog, tim akan berkolaborasi dalam menentukan tambahan pekerjaan yang dapat dikerjakan sesegera mungkin untuk mengoptimalkan nilai bisnis. Sprint review merupakan pertemuan yang informal sehingga review yang dilakukan akan lebih mudah dalam mendapatkan umpan balik antar tim dan memperkuat kolaborasi. 4. Sprint Retrospective Dalam tahapan refleksi pada scrum yakni sprint retrospectivemerupakan wadah untuk tim dapat mengevaluasi dan membuat rancangan perbaikan untuk sprint berikutnya. Rapat ini dilakukan oleh seluruh tim setiap kali sprint telah selesai dijalankan. Dalam kegiatan ini setiap tim melakukan refleksi terhadap proses yang telah berjalan dengan baik maupun proses yang bisa dijadikan pelajaran dalam perbaikan scrum event selanjutnya. Berdasarkan dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Scrum adalah framework yang cocok digunakan pada perusahaan yang mengalami perubahan agility yang tinggi. Framework ini bersifat fleksibel terhadap perubahan dengan adaptasi waktu dan tim untuk tetap mencapai kualitas produk yang maksimal. Scrum Dalam Dunia Bisnis 1. Praktik Scrum dalam Bisnis Urgensi perusahaan maupun organisasi dalam mengadopsi scrum salah satunya adalah karena dilihat dari dampak yang dirasakan dari mengimplementasikan metode ini. Karena scrum merupakan metode pengembangan yang memiliki kemungkinan dalam mendapatkan manfaat bagi pengembang dan membuat perubahan yang cepat dalam proses pengembangan dari proses awal hingga final. Hal ini dapat berdampak pada peningkatan kepuasan pelanggan yang mana bersumber dari peningkatan kualitas suatu produk. Overhage (2011) menjelaskan bahwa dalam pengadopsian scrum dapat memberikan dampak yang lebih signifikan dibanding dengan metode tradisional. Yang mana metode scrum memberikan banyak manfaat terhadap semua aspek, tidak hanya dalam bisnis tapi juga organisasi dalam akselerasinya. Selain itu Hanslo & Mnkandla (2018) menguatkan dengan pernyataannya bahwa metode ini dapat meningkatkan banyak aspek dalam bisnis dan termasuk visibilitas produk di masa yang akan datang. Dari pandangan bisnis, kelebihan scrum ini tentunya mendorong perusahaan maupun organisasi untuk mengadopsi scrum sebagai metode utamanya. Dalam karyanya Overhage & Schlauderer (2011) dapat dikaji bahwa kepuasan pelanggan adalah fokus utama, dimana scrum diperuntukan agar dapat menghantarkan produk dengan kualitas terbaik dan juga meminimalisir biaya dan resiko yang ada didalamnya. Hal ini ditemukan bahwa dalam penggunaan scrum dapat membangun dan meningkatkan kolaborasi dengan pelanggan yang mana pelanggan dilibatkan dalam rangkaian proses development product pada scrum. Menurut pendapat Kautsar (2013) dan Liza Asnawi (2011) mengenai keuntungan bagi tim dalam pengembangan scrum tidak jauh berbeda. Dari hasil penemuan empiris, mereka memiliki pendapat yang sama bahwa scrum dapat meningkatkan produktivitas dari tim pengembang. Hal ini juga dikuatkan dengan kajian yang dilakukan oleh Salo & Abrahamsson (2008) yang mana implementasi scrum memberikan dampak positif pada tim pengembang tidak hanya dalam produktivitas, namun juga meningkatkan komunikasi yang lebih terorganisir dan responsif dalam menghadapi perubahan yang ada. Maka dari itu hal ini membuktikan bahwa manfaat dari scrum ini sangat besar pada tim pengembang, proses bisnis dan tentunya akan berdampak pada kepuasan pelanggan akibat dari kualitas produk yang sesuai kebutuhan pelanggan dan diikuti dengan kualitas yang baik dalam proses produksinya. 2. Tantangan Implementasi Scrum Dalam implementasinya harus diketahui bahwa scrum bukanlah hal yang mudah. Meskipun mudah dalam memahaminya scrum membutuhkan konsistensi dan kerja keras dalam prosesnya (Lopez-Martinez et al., 2016). Penelitian mengenai tantangan implementasi scrum yang menggunakan metode kualitatif dalam pengungkapan masalah dan tantangan yang dihadapi selama mengadopsi scrum pada lingkungan perusahaan yang dilakukan oleh Kautsar (2013) pada 21 perusahaan digital di Indonesia memperlihatkan bahwa tantangan dalam adopsi scrum adalah pada organisasi dan manusia. Dalam organisasi, para pimpinan harus menyadari penerimaan scrum sebagai metode baru dalam pengembangan modern. Selain itu tantangan lainnya dalam scrum adalah hubungan interaksi dalam kolaborasi dengan pelanggan. Yang mana didapati sebagian besar customer kurang peduli terhadap proses yang ada dikarenakan pelanggan hanya memperdulikan hasil akhir proses tersebut. Maka kerap ditemui kesalahpahaman pada output produksi. Hal ini yang kemudian yang menjadi tantangan pada perusahaan terhadap pentingnya product knowledge pada pelanggan. Dengan hal ini mengedukasi pelanggan menjadi tantangan yang harus dilakukan perusahaan dalam mengedukasi produknya. Hari ini di Indonesia merupakan tahap yang masih pada fase awal dalam adopsi scrum. Hal ini membuktikan bahwa kesuksesan adopsi scrum di Indonesia masih belum banyak. Maka dari itu organisasi adalah peranan penting dalam kesuksesan adopsi ini. Dalam penelitian dengan metode kualitatif Hanslo (2018) merancang model dalam tantangan adopsi scrum Tingkat kesadaran dalam peralihan dari metode tradisional ke metode modern merupakan salah satu kunci organisasi dalam keberhasilan scrum. Dapat dikaji dari penelitian ini yakni tantangan yang berpengaruh terhadap organisasi ini
  • 9. menunjukan adalah budaya dalam organisasi, support pihak manajemen dan struktur pada organisasi. Selain itu Overhage & Schlauderer (2011) mengungkapkan pendapat bahwa dalam adopsi scrum tantangan dalam organisasi tersebut adalah keinginan dalam beralih kepada scrum dari metodologi yang sebelumnya. Hal ini juga dikatakan oleh penelitian yang dilakukan Akhtar (2010) dalam pengamatannya terhadap adopsi scrum pada perusahaan di Pakistan bahwa ada alasan yang mendasar perusahaan dalam mengadopsi scrum antara lain adalah kecenderungan dalam beralih ke metode yang modern dan lebih efisien. Dalam penelitian Liza Asnawi (2011) dalam penelitian dengan melihat sudut pandang tim pengembang di 14 perusahaan di Malaysia menyatakan bahwa tim pengembang tidak mudah dalam proses berkolaborasi. Hal ini dibutuhkan kerja sama tim dan dukungan yang kuat dari pihak pemangku kebijakan. Selain itu perbedaan kultur dan budaya juga menjadi pengaruh dalam mengadopsi scrum. Dikarenakan hal ini dapat mempengaruhi peran individu terhadap keaktifan dalam bekerja, berkolaborasi dan berkomunikasi. Lain hal dengan penelitian diatas, Marchenko & Abrahamsso (2008) dengan menggunakan metode ethnography dalam memahami dan mengamati tantangan dalam implementasi scrum dengan multi tim san multi proyek. Dalam waktu 8 bulan observasi terhadap 20 individu di perusahaan yang berbeda dapat ditemukan data bahwa secara garis besar tantangan adopsi scrum selama product backlog, sprint planning daily scrum, scrum retrospective ini berpengaruh besar dari keaktifan individu didalamnya yang mana hal ini dapat menentukan efektifitas dan keberhasilan scrum. Hasil penelitian ini juga selaras dengan hasil dari analisis survei yang dilakukan Akif & Majeed (2012) yang mana menunjukan tantangan tim dalam rangkaian kegiatan scrum adalah ketidaktahuan individu (lack of knowledge) dalam menjalankan peranan individu di dalamnya. Hal ini dipicu dari kurangnya pelatihan dalam penggunaan scrum. 3. Faktor Adopsi Scrum Dalam penelitian Overhage & Schlauderer (2011) dengan studi empirik mengenai konsistensi pengembangan scrum pada suatu perusahaan yang telah menjalankan scrum sejak tahun 2007. Penelitian yang menggunakan metode kualitatif dalam melihat faktor yang membuat perusahaan dapat berkomitmen dan konsisten dalam menjalankan scrum. Penelitian ini didasari dari banyaknya perusahaan yang beralih ke metode lain dari metode scrum. Hal ini dirasakan perusahaan karena scrum bukanlah metode yang tepat. Dalam penelitian yang menggunakan teori difusi inovasi ini memperoleh faktor- faktor yang mempengaruhi tim pengembang dalam adopsi scrum yakni relative advantage dan compatibility. Hal ini selaras dengan pernyataan Hardgrave (2003) yakni faktor compatibility dapat mempengaruhi niat dalam mengadopsi scrum. Sedangkan complexity menjadi faktor yang menghambat. Penelitian Kautsar (2003) menemukan penemuan lain bahwa ada dua faktor dalam penentuan keberhasilan adopsi scrum yakni faktor eksternal dan internal. Faktor internal merupakan faktor berkaitan dengan problem yang ada pada dalam tim. Sedangkan faktor eksternal merupakan problematika yang berhubungan dari luar tim. Pada faktor internal dicontohkan dengan pengetahuan tim terhadap scrum itu sendiri. Hal ini menyebabkan tim merasa sulit dalam menjalankan dan menentukan sikapnya. Penelitian ini menunjukan fakta bahwa programer di Indonesia sebagian besar kurang inisiatif dalam bekerja yang mana cenderung menunggu diberi perintah dari atasannya. Selain itu faktor kurangnya kepercayaan dalam mengadopsi metodologi baru (lack of trust). Dalam faktor eksternal diberi contoh dari kolaborasi antara tim pengembang dan pelanggan. Kurangnya kepedulian pelanggan dalam berpartisipasi pada pelaksanaan kegiatan scrum menjadi penyebab kesalahpahaman terhadap visi dan tujuan dari output produk. Selain itu product knowledge adalah hal yang tak kalah penting dalam faktor eksternal mengenai metodologi agile. Sedangkan pendapat yang dikemukakan Hanslo & Mnkandla (2018) ada empat faktor yang mempengaruhi scrum, antara lain adalah faktor individu, tim, faktor organisasi dan teknologi. Hal ini selaras dengan pernyataan Lopez-Martinez et al. (2016) dan Overhage (2011) yang menyatakan bahwa faktor tim dan organisasi memiliki efek besar terhadap adopsi scrum. Namun terdapat faktor lainnya yang dapat mendukung keberhasilan metode ini antara lain adalah dukungan dari top manajemen dan sumber daya manusia yang mumpuni (Khan, 2016). Kerangka Pemikiran Berdasarkan tinjauan pustaka serta mengacu terhadap penelitian-penelitian terdahulu yang relevan maka dapat ditarik sebuah kerangka pemikiran teoritis dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Gambar 3. Kerangka Pemikiran METODOLOGI PENELITIAN Metode Penelitian Pendekatan adalah cara umum dalam melihat dan bersikap dalam suatu masalah. Penyelesaian masalah adalah proses, cara, perbuatan, atau memecahkan masalah. Masalah dapat diartikan setiap hal yang mengundang keragu-raguan, ketidakpastian atau kesulitan yang harus diatasi dan diselesaikan, yang biasanya masalah terjadi di lapangan. Pendekatan masalah merupakan proses penyelesaian atau pemecahan masalah melalui tahapan-tahapan, yang telah ditentukan sehingga mencapai tujuan penelitian. Dengan demikian pendekatan penyelesaian masalah adalah pendekatan yang digunakan dalam mempelajari suatu ilmu pengetahuan dengan maksud dengan melakukan analisis terhadap masalah dan mengidentifikasinya terhadap teori dengan aktual yang terjadi, lalu mengambil keputusan penyelesaian masalah dengan memperhatikan prosedur pemecahan yang sistematis.
  • 10. Objek Penelitian Objek Penelitian memiliki sebuah arti sebagai suatu atribut maupun sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013). Atribut atau sifat atau nilai dalam hal ini berupa sasaran ilmiah dengan tujuan tertentu. Peneliti menetapkan objek penelitian menjadi suatu hal yang harus dibuktikan secara objektif untuk mendapatkan data dengan tujuan tertentu Objek dalam penelitian ini adalah scrum team dan konsumen perusahaan food and beverages di Surabaya tepatnya pada PT. Adicitarasa Indonesia atau PT. Adicitarasa Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pembentukan inovasi produk menggunakan scrum implementation dengan berfokus pada produk manajemen selama krisis pandemi Covid-19. Di dalam penelitian ini akan dibahas mengenai bagaimana membuat produk yang dapat menunjang sesuai kebutuhan konsumen selama perubahan gaya belanja pada krisis pandemi Covid-19. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data Menurut Sugiyono (2009), sumber data merupakan sesuatu yang dapat memberikan informasi perihal data yang dibutuhkan. Berdasarkan sumbernya, data dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: a. Data Primer Data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. Data primer diperoleh dari wawancara dan observasi dengan eksekutif perusahaan di PT. Adicitarasa Indonesia b. Data Sekunder Data yang telah terkumpul yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah yang ada. Dalam penelitian ini literatur, artikel, jurnal, internet, dan penelitian sebelumnya yang sejalan dengan penelitian ini menjadi data sekunder. Data diperoleh dari suatu proses yang disebut pengumpulan data. Menurut Silalahi (2009), pengumpulan data merupakan suatu proses dalam mendapatkan data empiris melalui responden dengan menggunakan metode tertentu. Dalam penelitian ini proses pengumpulan data yang dilakukan untuk mengumpulkan data sebagai bahan penelitian adalah sebagai berikut: a. Wawancara Wawancara adalah proses mengumpulkan informasi dengan cara tanya jawab antara peneliti dengan responden atau subjek penelitian. Pada dasarnya wawancara digunakan untuk mendapatkan informasi secara mendalam tentang isu atau judul yang sedang diteliti (Emizir, 2010). Dalam hal ini penulis akan melakukan wawancara dengan beberapa narasumber yang terlibat dalam scrum yakni, scrum tim dan pelanggan. b. Observasi Menurut Hamidi (2010) dalam buku Metode Penelitian Kualitatif, observasi berarti peneliti melihat dan mendengarkan (termasuk menggunakan tiga indera yang lain) apa yang dilakukan dan dikatakan atau diperbincangkan para responden dalam aktivitas kehidupan sehari-hari baik sebelum, menjelang, ketika, atau sesudahnya. Aktivitas yang diamati terutama yang berkaitan dengan topik penelitian, tanpa melakukan intervensi atau memberi stimulus pada aktivitas obyek penelitian. Dalam praktik penggunaannya, metode observasi dapat dibedakan menjadi beberapa jenis sesuai dengan tingkat keterlibatan peneliti dalam atau terhadap aktivitas serta proses-proses yang ada pada masyarakat yang diteliti. Dengan memperhatikan hal ini, kita pada dasarnya dapat membedakan dua jenis metode pengamatannya, yaitu Observasi dengan ikut terlibat dalam kegiatan kelompok yang diteliti (participant observation) dan observasi tidak terlibat (nonparticipant observation) yaitu observasi di mana periset tidak memosisikan dirinya sebagai anggota kelompok yang diteliti. Dalam penelitian ini observasi dilakukan penulis dengan langsung terlibat dalam kegiatan. Teknik Analisis Data Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis data dengan pendekatan kualitatif. Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, dan memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola. Proses selanjutnya dilakukan dengan menyintesiskan data, menemukan pola dan memutuskan apa yang dapat untuk disampaikan kepada orang lain. (Bogdan dan Biklen dalam Moleong, 2007) Menurut Moleong (2007), tahapan analisis data kualitatif, yaitu (1) membaca dan mempelajari data, menandai kata-kata kunci dan gagasan yang ada di dalam data, (2) mempelajari kata-kata kunci itu, berupaya menemukan tema-tema yang berasal dari data, (3) menuliskan ‘model’ yang ditemukan, (4) koding yang telah dilakukan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penelitian ini mengolah data dengan cara mengamati, memahami, memilah, dan menyimpulkan suatu pemahaman baru agar mampu digunakan oleh pengguna. Operasionalisasi Variabel Variabel Dimensi Indikator Implementasi Scrum framework pada Inovasi Produk Sprint planning • Apa saja yang dapat ditujukan dalam Increment dari Sprint • Bagaimana cara menyelesaikan pekerjaan agar dapat menghantarkan Increment dengan efektif dan efisien (Rubin, 2013) Daily Scrum • Apa yang telah dikerjakan • Masalah yang dihadapi • Apa yang telah atau akan dikerjakan di hari itu (Rubin, 2013) Sprint Review • Demo pekerjaan yang
  • 11. telah selesai • Melakukan review product backlog • Product owner menjelaskan apa yang telah selesai dan belum (Rubin, 2013) Sprint Retrospective • Apa yang berjalan dengan baik • Apa yang perlu di improve • Bagaimana action kedepannya (Rubin, 2013) HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Objek Penelitian PT. Adicitarasa Indonesia adalah perusahaan food and beverages yang berada dalam fase pengembangan dan penelitian untuk menemukan produk dan atau pasar yang tepat. Krisis Ekonomi yang disebabkan oleh pandemi virus Covid- 19 membuat perubahan pola konsumsi masyarakat akibat resesi yang terjadi sepanjang 2020 di Indonesia. Fase ini kemudian menjadikan PT. Adicitarasa Indonesia terbiasa dengan perubahan. Proses ini cukup dinamis sehingga mampu mengubah struktur organisasi dan proses bisnis dalam waktu yang cepat. Perubahan juga mampu mengubah kultur dari perusahaan. Untuk itu, perusahaan harus melakukan manajemen agility agar perubahan yang dinamis ini tidak menimbulkan ambiguitas pemahaman dan proses kerja karyawannya. PT. Adicitarasa Indonesia harus memiliki aturan, kebijakan, dan standar operasional. Penerapan standar operasional merupakan salah satu cara untuk menetapkan aturan dan kebijakan tersebut. Standar operasional akan menjelaskan secara rinci bagaimana seluruh karyawan yang ada di perusahaan bertindak sesuai dengan standar yang ada dan job description-nya. Sehingga muncul arus kerja yang teratur dan efektif. Dengan demikian, adanya standar operasional mampu memudahkan kerja seluruh karyawan yang ada. Dengan adanya standar operasional, karyawan dapat beradaptasi dengan lebih cepat karena terdapat standar aturan yang jelas. Dari sisi manajemen juga akan mudah melakukan kontrol dan pengawasan terhadap alur kerja secara menyeluruh. Jika terdapat hal yang tidak wajar atau terdapat kesalahan, standar operasional dapat membantu mencari sebab dan akibatnya sehingga dapat membantu membuat keputusan dan solusi untuk mengatasinya. 1. Sejarah Perusahaan PT. Adicitarasa Indonesia adalah salah satu anak perusahaan dari Hartono grup atau PT. Hatsonsurya Electric yang didirikan pada tahun 1978. Dimulai dari toko dengan nama Hartono Elektrik sebagai toko kecil yang menjual alat- alat listrik dan berlokasi di Jl. Kertajaya 75, Surabaya Indonesia. Hartono Elektrik yang awalnya menjual peralatan listrik, kemudian berkembang menjadi salah satu pemain besar dalam bisnis elektronik di Jawa Timur. Pada tahun 1999, manajemen baru Hartono Elektrik mengubah nama dari Hartono Elektrik menjadi Hartono Elektronika, dan kemudian pada tahun 2014 kata ‘Elektronika’ dihilangkan dari nama merek, menjadi Hartono. Kini Hartono mempunyai nama perusahaan PT. Hatsonsurya Electric. Konsep bisnis yang dijalankan adalah bentuk B2B2C. Dimana Hartono menyediakan dan menjual produk/jasa mereka kepada pelanggan dan partner. Dengan tagline baru, Your Lifetime Partner, Hartono selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi pelanggan setia dan para partner. Kesetiaan penuh dan keinginan untuk memberikan yang terbaik kepada semua pelanggannya, menjadi kekuatan utama pengembangan jaringan outlet Hartono. Pada tahun 2012 sesuai dengan visi dan tagline, Hartono membuat anak perusahaan yaitu PT. Adicitarasa Indonesia yakni kelas memasak dengan standar internasional dan dibimbing langsung oleh chef profesional lokal maupun internasional. Tujuan dibangun nya PT. Adicitarasa Indonesia ini untuk menjadikan Hartono menjadi life time partner bagi pelanggan setia dan partner dengan misi mengajak pelanggan mencoba langsung produk-produk peralatan rumah tangga di Hartono Elektronika. PT. Adicitarasa Indonesia yang didirikan oleh Lin Rinny Limanjaya ini telah berubah menjadi PT sendiri yakni PT. Adicitarasa Indonesia pada tahun 2018. Dengan tagline “Experience the simplicity” perusahaan ini melebarkan sayap dengan visi menjadi “To be the most reliable company in the world for easy access to cooking and baking class”. 2. Ruang Lingkup Perusahaan Dalam menjalankan usaha bisnisnya, PT. Adicitarasa Indonesia melakukan operasionalnya di 2 kantor yang berada di Surabaya dan Jakarta. Kantor pusat terletak di Hartono Elektronik Bukit Darmo lantai 3 Jl. Mayjen Yono Suwoyo No.12, Surabaya. Kantor pusat Surabaya ini ditempati oleh seluruh divisi dan 3 studio cooking and baking class. Sedangkan kantor cabang yang dibuka pada tahun 2019 terletak di Hartono Pondok Indah Jakarta yang ditempati oleh divisi marketing dan sebuah studio cooking and baking. Dikarenakan penulis ditempatkan sebagai asisten Chief Executive Chef Intern , maka penulis melakukan rutinitas di PT. Adicitarasa Indonesia Surabaya. Implementasi Scrum Berdasarkan penjelasan pada bab sebelumnya, dinyatakan bahwa Scrum adalah salah satu metode yang menggunakan prinsip-prinsip pendekatan agile, yang bertumpu pada kekuatan kolaborasi tim, pengerjaan produk secara bertahap dan proses repetisi atau pengulangan untuk mewujudkan hasil akhir dengan kualitas terbaik. PT. Adicitarasa Indonesia adalah perusahaan bidang food and beverages yang menghadapi perubahan yang sangat cepat, termasuk perubahan cepat pada produknya. Dengan demikian, penggunaan metode Scrum adalah pilihan yang tepat dalam pelaksanaan produk manajemen perusahaan karena mampu beradaptasi dengan agility yang tinggi. Pada bab ini dijelaskan penyelesaian masalah penyusunan produk dengan implementasi Scrum. Penerapan Scrum ini dianalisis, diimplementasikan, dan dijelaskan berdasarkan praktik kerja langsung yang dilakukan Penulis di PT. Adicitarasa Indonesia selama satu tahun.
  • 12. Sesuai penjelasan pada sub bab sebelumnya, hal pertama dalam proses penyusunan produk, yaitu menentukan tim. Dalam metode Scrum, terdapat tiga roles utama, yaitu product owner, scrum master, dan development team. PT. Adicitarasa Indonesia memiliki tim penyusun produk yang ditempatkan di top management. Dengan menggunakan metode Scrum, product owner dipegang langsung oleh chief executive chef dengan tanggung-jawab produk. Product owner akan melakukan inisiasi permintaan atas kebutuhan produk, yang kemudian akan dibahas bersama Scrum Master. Yang bertanggung sebagai Scrum Master adalah operation manager, dimana ia akan menjadi team leader penyusunan produk. Scrum Master akan membantu tim memahami semua interaksi kerja, task, adaptasi kebutuhan, dan fleksibilitas terhadap perubahan. Sementara itu, Development team adalah tim perwakilan dari divisi di luar dan dari management. Tim ini memiliki kemampuan dalam memahami prosedur yang terjadi, kemudian melakukan pengembangan dengan Product owner dan Scrum Master. Tiga roles penyusunan produk PT. Adicitarasa Indonesia dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 1. Role Penyusunan Produk PT. Adicitarasa Indonesia The Roles Scrum Master Ketua Tim Produk Khusus Product owner Anggota tim penyusun Produk Khusus Development team Tim Penyusun Produk perwakilan divisi Ketiga roles di atas akan melakukan acara-acara Scrum yang terdiri dari empat ceremonies, yaitu sprint planning, daily scrum, scrum review, dan sprint retrospective. PT. Adicitarasa Indonesia menyebut sprint planning penyusunan produk yaitu product coordination meeting. Acara ini dipimpin oleh product owner untuk memutuskan product backlog yang akan dilakukan. Pada meeting ini dibahas bagaimana cara menghasilkan produk dengan efektif dan efisien dalam adaptasi perubahan, namun tetap memiliki kualitas yang baik sesuai standar PT. Adicitarasa Indonesia. Setelah product backlog disetujui oleh semua tim, daily scrum akan dilakukan setiap harinya, selama 15 menit. Tim penyusun product PT. Adicitarasa Indonesia menyebutkan daily stand up, dimana pada meeting ini mendiskusikan update sprint task produk tentang apa yang sudah dikerjakan, apa yang akan dikerjakan, dan hambatan apa yang dialami. Jika terdapat hambatan, Scrum Master akan membantu mencari jalan keluar yang sesuai dengan product backlog yang sudah disusun oleh product owner. Sementara itu, jika satu sprint telah selesai dikerjakan, dilakukan sprint review yang disebut product review. Acara ini meninjau apa yang sudah diselesaikan di periode sprint, untuk menilai hasil sprint tersebut. Kelebihan, kekurangan, dan hambatan yang terjadi selama sprint produk akan dibahas untuk kemudian dicari jalan keluar bersama-sama. Setelah semua sprint selesai, tim kemudian melakukan Sprint retrospective yang disebut Product Evaluation Meeting. Pada acara ini, produk yang menjadi produk scrum sudah selesai dikerjakan. Produk yang sudah selesai ini akan dievaluasi baik dari segi kualitas terhadap kebutuhan PT. Adicitarasa Indonesia, maupun proses-proses sprint yang sudah dilakukan. Evaluasi ini kan berguna untuk pelaksanaan penyusunan produk selanjutnya. Acara-acara scrum penyusunan produk tersebut, dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 2. Ceremonies Penyusunan Produk PT. Adicitarasa Indonesia Indonesia The Ceremonies Sprint planning Product Coordination Meeting Daily Scrum Daily Stand Up Sprint Review Product Review Sprint Retrospective Product Evaluation Jantung dari scrum adalah Sprint, yaitu sebuah batasan waktu pelaksanaan task tertentu untuk mencapai tujuan sprint. Sesuai penjelasan proses penyusunan produk, tabel berikut ini menjelaskan product backlog penyusunan produk di PT. Adicitarasa Indonesia, yang terdiri dari tujuh sprint. Tabel 3. Product Backlog PT. Adicitarasa Indonesia Indonesia Backlog Item Estimate Time (Dalam hari) Perencanaan Produk 3 Review Produk 2 Pengujian Produk 1 Pengesahan dan publikasi Produk 1 Persiapan, produksi dan distribusi produk 4 Evaluasi 1 Total Estimated Day 12 Tiap backlog item dalam product backlog tersebut di atas, memiliki task masing-masing sesuai durasi sprint yang ditentukan oleh tim. Sprint backlog tersebut, dijelaskan pada tabel di bawah ini. Tabel 4. Sprint Backlog 1: Perencanaan Produk PT. Adicitarasa Indonesia Indonesia Backlog Item Task Estimated Day Perencanaan Produk Permintaan/ Inisiasi 1/2 Penentuan Tim 1/2 Pembagian tugas 1/2 Integrasi ]business process 1/2 Analisis standar 1/2 Integrasi sistem perusahaan 1/2 Total Estimated Day 3
  • 13. Tabel 5. Sprint Backlog 2: Review Produk PT. Adicitarasa Indonesia Indonesia Backlog Item Task Estimated Day Review Produk Memastikan kapasitas kebutuhan dan permintaan telah sesuai 1 Memastikan prosedur telah sesuai 1/2 Memastikan seluruh bahan baku tersedia 1/2 Total Estimated Day 2 Tabel 6. Sprint Backlog 3: Pengujian Produk PT. Adicitarasa Indonesia Indonesia Backlog Item Task Estimated Day Pengujian Produk Menguji produk dapat dipahami user 1/2 Menguji produk dapat digunakan sesuai kebutuhan business process 1/2 Total Estimated Day 1 Tabel 7. Sprint Backlog 4: Pengesahan dan Publikasi Produk PT. Adicitarasa Indonesia Indonesia Backlog Item Task Estimated Day Pengesahan dan Publikasi Produk Pengesahan Produk 1/2 Publikasi melalui website PT. Adicitarasa Indonesia 1/4 Publikasi melalui sosial media (Instagram, Whatsapp dan email) 1/4 Total Estimated Day 1 Tabel 8. Sprint Backlog 5: Persiapan, Produksi dan Distribusi Produk PT. Adicitarasa Indonesia Indonesia Backlog Item Task Estimated Day Persiapan, Produksi dan Distribusi Produk Mempersiapkan semua alat dan bahan produk 1 Memproduksi produk 2 Distribusi Produk 1 Total Estimated Day 4 Tabel 9. Sprint Backlog 6: Evaluasi Produk PT. Adicitarasa Indonesia Indonesia Backlog Item Task Estimated Day Evaluasi Produk Evaluasi kualitas produk 1/4 Evaluasi pencapaian produk 1/4 Evaluasi proses dan tim penyusun 1/2 Total Estimated Day 1 Dengan implementasi Scrum, waktu yang dibutuhkan dalam 1 (satu) product backlog yaitu 12 (dua belas) hari kerja. Scrum team di PT. Adicitarasa Indonesia terdiri dari 5 (lima) anggota. Kelima anggota ini masing-masing dapat memegang maksimal 1 (satu) product backlog. Dengan demikian, dalam waktu 12 (dua belas) hari dapat dihasilkan 5 (lima) increment produk. Berikut ini adalah gambar yang menjelaskan waktu yang dibutuhkan dari Sprint 1 hingga Sprint 6. Gambar 4. Product Burndown Chart Scrum menjadikan penyusunan produk dapat dilakukan dengan fleksibel. Daily stand up dan product Review (Sprint Review) membantu tim beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan yang terjadi selama proses sprint berlangsung. Dengan demikian, berikut ini beberapa keuntungan yang diperoleh PT. Adicitarasa Indonesia dari implementasi Scrum pada penyusunan produknya. 1. Membantu tim penyusun produk menghemat waktu pengerjaan produk 2. Mampu menghadapi dan beradaptasi terhadap perubahan yang cepat 3. Mengukur produktivitas tim dengan detail 4. Menghasilkan kualitas produk yang baik 5. Menyelesaikan produk sesuai waktu yang ditetapkan 6. Memberikan efek ‘sense of belonging’ karena produk dikerjakan bersama-sama oleh semua tim. Kegagalan dan Tantangan Dalam Implementasi Scrum framework
  • 14. Dalam implementasi baru tidak menutup kemungkinan organisasi mengalami tantangan dan kegagalan selama proses berlangsung. begitu juga di PT. Adicitarasa Indonesia yang berulang kali berjuang mengalami permasalahan baik dari sistem scrum maupun produk yang dikembangkan selama menggunakan scrum framework. berikut beberapa kegagalan yang dialami PT. Adicitarasa Indonesia: 1. Dalam mengimplementasi hal baru tentunya banyak tantangan dalam mengedukasi tim mengenai metode tersebut. Pada PT. Adicitarasa Indonesia sendiri penulis menemukan banyak hambatan yang ditemukan dalam implementasi scrum, mulai dari penanggung jawab yang belum ahli dalam menggunakan scrum sehingga berdampak terhadap anggota yang kurang memahami dengan baik maksud dan cara dalam penggunaan metode scrum 2. Dengan karakteristik yang sudah membudaya menjadi tantangan besar dalam mengimplementasikan hal baru terutama metode agile pada scrum, karena kurang tanggap dalam menerima hal baru dan kurangnya inisiatif dari para anggota seringkali dijumpai karyawan hanya menunggu perintah dulu baru mengerjakan sesuatu. Hal ini menjadi hambatan yang tantangan bersama dalam mengedukasi setiap anggota pada divisi. 3. Pada penugasannya menjadi tantangan besar produk development untuk mengidentifikasi setiap tugas yang akan dikerjakan, hal ini beberapa kali ditemukan oleh penulis terhadap kesalahpahaman dalam pembagian tugas sehingga pada prosesnya terjadi miskomunikasi antar divisi di PT. Adicitarasa Indonesia. Tetapi dengan prinsip transparansi hal ini dapat cepat terinspeksi oleh scrum master dan langsung dilakukan adaptasi yang sesuai dengan kebutuhan setiap divisi. 4. Dalam proses yang sangat cepat dalam mengembangkan produk baru tidak menutup kemungkinan kegagalan dalam teknis produksinya. Pada penelitian ini penulis menemukan beberapa kali kegagalan akibat dari vendor yang mengalami masalah pada ketersediaan bahan baku, namun hal ini dapat cepat terinspeksi oleh tim dalam scrum sehingga produk yang mengalami masalah dapat cepat dicarikan solusi maupun di sesuaikan ulang dengan rencana b dan c. 5. Kurangnya pemahaman pada product knowledge pelanggan juga menjadi permasalah yang kerap ditemui ketika produk sudah diluncurkan, hal ini disebabkan oleh pemahaman mengenai produk oleh pelanggan berbeda beda, namun product owner di PT. Adicitarasa Indonesia dapat meluruskan terkait kesalahpahaman tersebut langsung kepada pelanggan pada komunitas pelanggan di Whatsapp Group. Sehingga pelanggan cepat mendapatkan edukasi mengenai produk yang telah dirilis oleh PT. Adicitarasa Indonesia Kelebihan Dalam Implementasi Scrum Framework Namun dengan kegagalan yang pasti terjadi dalam segala proses, scrum framework juga memiliki banyak kelebihan yang dapat membuat produk manajemen di PT. Adicitarasa Indonesia berkembang dengan baik dan cepat. Antara lain adalah: 1. Scrum dapat membuat produk manajemen di PT. Adicitarasa Indonesia lebih efisien dalam waktu dan biaya, dimana dalam siklus kerjanya scrum memiliki perputaran sprint 2 minggu, sehingga produk dapat berkembang lebih cepat dan sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Hal ini dapat berdampak pada efisiensi anggaran dan meminimalisir kegagalan kegagalan yang terjadi. Karena produk terus mendapatkan feedback dari pelanggan secara langsung dan cepat. 2. Dalam transformasinya scrum membuat bisnis di PT. Adicitarasa Indonesia lebih mudah dalam mengukur dan mmengembangkan pada produk manajemen nya, sehingga dengan menggunakan scrum framework membuat PT. Adicitarasa Indonesia lebih agile dalam mentransformasi bisnis yang rumit ditengah krisis pandemi covid-19. 3. Dengan adanya standup meeting setiap harinya dengan prinsip transparansi yang ada pada scrum membuat setiap anggota tidak sungkan dalam proses pekerjaannya hal ini membuat scrum master dapat cepat menginspeksi setiap permasalahan yang ada dan segera diadaptasi sesuai dengan kebutuhan yang tepat dan solutif. 4. Dengan metode yang iteratif pada scrum membuat feedback dapat tersaring dengan banyak dan cepat dari pelanggan, sehingga product owner dapat mudah dalam menentukan sprint backlog dan produk yang dikeluarkan pun sesuai dengan kebutuhan pelanggan di waktu itu. 5. Dari seluruh percepatan dan kelincahan dalam pengembangan produk menggunakan scrum framework hingga saat ini banyak variasi dari produk baru maupun produk lama, sehingga hal ini berdampak pula pada kenaikan omset di PT. Adicitarasa Indonesia Hasil Increment Selama menggunakan Metode Scrum 1. EZ Ingredients EZ Ingredients ini merupakan produk yang bertujuan untuk dapat mempermudah memenuhi kebutuhan bahan baku cooking maupun baking. EZ bekerjasama dengan PT. Sukanda Djaya dalam memenuhi kebutuhan bahan baku di EZ Ingredients. selain itu EZ juga memfasilitasi bundling resep kelas dengan kit sesuai gramasi resep, sehingga peserta dapat langsung mengikuti kelas dari rumah dan langsung membuatnya dengan praktis melalui EZ Kit Ingredients. 2. EZ Cake Shop EZ Cake Shop merupakan ide saat dimana kelas tidak bisa berlangsung, namun akhirnya sekarang banyak konsumen yang justru selama ini suka melihat sosial media EZ namun tidak punya kemampuan atau waktu untuk membuat masakan atau cake mendapatkan experience taste dari berbagai macam produk EZ Cake Shop yang setiap minggu dijual dengan berbagai macam jenis makanan dari seluruh dunia. 3. Personal Branding Chief Executive Chef PT. Adicitarasa Indonesia memiliki chef signature yang namanya sudah dikenal di berbagai negara yaitu chef Billiontaste of Kemal, namun belum ada upaya untuk membranding personal chef yang namanya sudah didengar dimana-mana. Dari hal ini kami membuat konten personal branding terhadap chef Billiontaste of Kemal agar meningkatkan brand awareness Billiontaste of Kemal dan PT. Adicitarasa Indonesia. 4. Kemal Instant Super Snacks (KISS) Di tengah kebosanan #dirumahaja dan krisis ekonomi membuat peningkatan drastis angka depresi di Indonesia (s: detikhealth.com). Sesuai dengan misi EZ yakni menjadi life
  • 15. time partner bagi pelanggan EZ berkolaborasi dengan Hartono Elektronik membuat streaming live video Instagram yakni KISS (Kemal Instant Super Snacks) dalam kegiatan ini kami menyuguhkan video kelas memasak gratis dengan resep yang dapat dijual kembali oleh masyarakat dan juga menjual peralatan memasak dari Hartono dengan harga promo. 5. Special Noon Live Untuk meningkatkan brand awareness EZ menyuguhkan kelas free live streaming pada Instagram live di akun EZ setiap minggunya. Dalam kegiatan ini kami menyuguhkan video kelas memasak gratis dengan resep yang dapat dijual kembali oleh masyarakat dan juga menjual kelas yang ada di EZ dengan harga spesial. 6. EZ Signature Gelato EZ Signature Gelato merupakan salah satu dari banyaknya permintaan peserta untuk bisa merasakan gelato spesial dari Chef Kemal, hal ini kami mewujudkan dengan menghadirkan EZ Signature Gelato yang mana dapat dinikmati secara mudah oleh siapapun, selain itu produk ini juga menjadi produk yang selalu tersedia di showcase EZ 7. EZ Signature Cookies Dengan tingginya permintaan dalam user story mengenai classic cookies Billiontaste of Kemal kami mengeluarkan produk baru yakni EZ Signature Cookies, produk ini memiliki rasa dan kualitas terbaik yang dapat dikonsumsi sendiri maupun dijadikan gift saat hari raya besar maupun kegiatan lainnya. Sejak peluncurannya Signature Cookies selalu diserbu habis oleh pelanggan dalam masa pre-ordernya . 8. EZ Live Streaming Demi keamanan dan kenyamanan dalam live streaming kelas EZ online kami menghadirkan portal EZ Live Streaming, sehingga kelas online baking and cooking langsung dapat diakses di website PT. Adicitarasa Indonesia. 9. EZ Video Streaming Dalam permasalahan selama mengakses video online kendala teknis maupun jadwal yang tidak sesuai dengan jadwal peserta, kami meluncurkan produk baru yaitu EZ Video Streaming, hal ini dapat mewadahi pelanggan dengan masalah tersebut dengan hanya subscribe EZ Video Streaming maka pelanggan dapat mengakses video kapanpun dimanapun. 10. Puff Pastry Sheets Karena kualitas yang kurang memuaskan dan minimnya stok puff pastry dari supplier di Indonesia kami membuat produk EZ Puff Pastry Sheets dengan resep signature dari chef Kemal. Hal ini juga mewadahi tingginya permintaan pelanggan. 11. Class Menu Selain produk baru yang ada dalam sprint kami juga membuat increment berupa menu kelas untuk setiap chef yang ada, hal ini kami masukan kedalam sprint karena setiap menu yang akan datang adalah menu baru yang belum pernah diajarkan sebelumnya. Hal ini membuat kelas dapat memiliki peminat yang tinggi karena selalu up-to-date. KESIMPULAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh beberapa informasi mengenai penerapan scrum framework di PT. Adicitarasa Indonesia yang ditujukan untuk produk manajemen. Penerapan tersebut dilihat dari proses scrum framework, yang diantaranya adalah sprint planning, daily scrum, sprint review dan sprint retrospective, yang diturnkan indikator didalamnya. Adapun penjelasan dari setiap dimensi tersebut adalah sebagai berikut: a. Sprint planning Dilihat dari tahapan pertama yaitu sprint planning, terdapat dua indikator didalamnya. Yakni menentukan increment dalam sprint dan menentukan strategi agar increment dapat tertuju dengan efektif dan efisien. Berdasarkan hasil observasi kedua indikator ini memiliki dampak positif yaitu tujuan dalam sprint telah sesuai dengan kebutuhan pasar sesuai hasil dari menyaring user story yang lebih banyak. selain itu pada proses ini berbagai ide dari setiap anggota juga lebih kreatif dan inovatif dalam menentukan strategi. b. Daily Scrum Tahapan proses yang kedua yaitu daily scrum, terdapat tiga indikator yakni apa yang telah dikerjakan, masalah apa yang dihadapi dan apa yang telah atau akan dikerjakan di hari itu. Dalam proses ini membuat kinerja tim lebih aktif dimana setiap backlog yang dijalankan memiliki tantangannya yang berbeda beda, jika terjadi suatu masalah seluruh tim dengan cepat mengatasi masalah tersebut dengan cepat sehingga proses kerja lebih efisien. Selain itu setiap anggota tim juga dapat berkolaborasi dalam mengerjakan setiap backlog yang ada, sehingga komunikasi dan kerja tim dalam daily scrum dapat tumbuh dengan baik c. Sprint Review Selanjutnya adalah tahapan sprint review, tahapan ini memiliki 3 indikator yakni demo pekerjaan yang sudah selesai, melakukan review backlog dan product owner menjelaskan apa yang telah selesai maupun belum. Pada tahapan ini kapasitas permintaan dapat terukur dengan baik dengan kebutuhan dengan product review yang sudah sesuai dengan prosedur dan ketersediaan bahan baku di penyimpanan. d. Sprint Retrospective Tahapan proses yang terakhir adalah sprint retrospective, dimana terdapat tiga indikator yakni apa saja yang berjalan dengan baik, apa yang perlu di kembangkan dan bagaimana action kedepannya. Tahapan ini menjadi proses evaluasi kualitas dan pencapaian produk yang ada serta menjadi sarana refleksi sprint yang telah selesai dan kinerja tim penyusun untuk digunakan sebagai masukan di sprint berikutnya. Pada hasil penelitian menunjukan bahwa produk manajemen yang dilakukan PT. Adicitarasa Indonesia menggunakan scrum framework berjalan dengan baik dan mengalami peningkatan, dimana pada situasi yang dinamis dan tidak menentu di tengah krisis ekonomi akibat pandemi Covid-19 ini produk yang dikembangkan di dalam PT. Adicitarasa Indonesia dapat berkembang dengan baik mengikuti kebutuhan pelanggan dan industri. Tetapi tidak menutup banyak hal kegagalan dan tantangan selama proses implementasi scrum framework dalam penerapannya, tetapi
  • 16. dengan prinsip dari nilai scrum sendiri yaitu transparansi inspeksi dan adaptasi membuat tim pada PT. Adicitarasa Indonesia dapat terus bergerak dan belajar secara agile dengan permasalahan dan tantangan yang ada. UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul “IMPLEMENTASI SCRUM FRAMEWORK PADA PRODUK MANAJEMEN DI PT. Adicitarasa Indonesia”. Dalam menyelesaikan tugas akhir serta penyusunan laporannya, penulis mendapatkan banyak dukungan dari berbagai pihak, baik dari dosen pembimbing dan civitas akademika Universitas Bakrie, perusahaan tempat penulis melaksanakan penelitian, rekan kerja, keluarga, serta teman- teman penulis. Semangat dan dukungan yang diberikan oleh orang tua dan keluarga penulis menjadi motivasi terbesar bagi penulis untuk menuntaskan tugas akhir ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada PT. Adicitarasa Indonesia, khususnya Divisi management, yang telah menerima membantu dengan support selama penelitian tugas akhir ini berlangsung Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan mendampingi penulis selama penelitian, di antaranya : 1. Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa selalu memberikan kesehatan dan kelancaran penulis dalam menjalankan serta menyusun penelitian tugas akhir ini 2. Orang tua penulis dan kakak adik penulis Nida dan Salma yang tidak henti-hentinya memberikan dukungan baik dari materi maupun moral 3. Bapak M. Taufiq Amir, SE., MM., Ph.D, selaku dosen pembimbing penulis sekaligus Kepala Program Studi Manajemen Universitas Bakrie, yang turut mendukung penulis dalam menjalankan magang di PT. Adicitarasa Indonesia. 4. Ibu Lin Rinny Limanjaya selaku Head director PT. Adicitarasa Indonesia yang telah memberikan rekomendasi kepada penulis untuk melaksanakan magang di sebagai asisten CEC 5. Bapak Kemal Rahmat Rizki selaku Chief Executive Chef PT. Adicitarasa Indonesia dan User yang senantiasa membimbing penulis selama magang berlangsung dan memberikan pengalaman baru untuk mengenali dan memberikan kesempatan kepada penulis mengenai seluruh produk EZ 6. Seluruh team management Pak David, Pak Wilson, Pak Eric, Pak Teguh, Bu Anne, 7. Seluruh chef team PT. Adicitarasa Indonesia, Chef Teguh, Chef Yanti, Chef Sam, Chef Reza, Chef Yan, Shoe Chef Ragel, Shoe Chef Jane, Shoe Chef Cindra, Shoe Chef Steven, Shoe Chef, Shoe Chef Qadar, Shoe ChefAri 8. Seluruh tim kreatif Raka, Adi, Goyco, Heru 9. Seluruh team kebersihan OKAMA Management. 10. Dan seluruh teman-teman penulis, Arvi, Acil, Nolek, dan Riska yang senantiasa membantu dan memberikan dukungannya selama penulis melakukan penelitian. Penulis menyadari bahwa penelitian ini memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak agar pembuatan penelitian selanjutnya dapat lebih baik lagi. Penulis berharap semoga penelitian ini bermanfaat bagi para pembaca. REFERENSI Bibik, I. (2018). How to Kill the Scrum Monster. Montreal: Apress Media. Booch, G., Rumbaugh, J., & Jacobson, I. (2005). The Unified Modelling Language User Guide SECOND EDITION. Addison Wesley Professional. Cagan, Marty. (2008). INSPIRED: How to Create Tech Product Customers Love. New York: Wiley. Paul VII. (2016). Agile Product Management: Product Backlog 21 Tips and Minimum Viable Product with Scrum. California: CreateSpace Independent Publishing Platform Rubin, Kenneth S. (2013). Essential Scrum. London: Pearson Education Inc. Schwaber, Ken. & Sutherland, J. (2011). The Scrum Guide. Retrieved from The Definitive Guide to Scrum: The Rules of the Game. May 21, 2019. https://www.scrumguides.org/docs/scrumguide/v1/Sc rum-Guide-ID.pdf Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sutherland, J. (2014). The Scrum Handbook. Cambridge: scruminc. Ted Talk. (2018). 5 Top Indicators for Startup Success, According to This TED Talk. Mei 5, 2019. https://www.inc.com/chris-dessi/this-ted-talkexplains- the-5-reasons-why-startups-succeed.html