SlideShare a Scribd company logo
JUKNIS UPUK/UPUB
                       BALAI PERSUTERAAN ALAM

                                    BAB I
                                PENDAHULUAN


       Ulat sutera pada dasarnya sangat rentan terhadap kondisi lingkungan dan
penyakit. Oleh karena itu dalam pemeliharaannya harus mengikuti standar-standar
teknis pemeliharaan yang berlaku sehingga dalam pemeliharaannya ulat dapat
berkembang dan menghasilkan kokon yang berkualitas. Sering terjadi pemeliharaan
ulat sutera alam dalam pelaksanaannya kurang memperhatikan tahapan kegiatan
pemeliharaan ulat dan kebutuhan optimal dari ulat sehingga ketika kualitas kokon
yang dihasilkan rendah maka sering menimpakan kesalahan pada faktor bibit/telur
yang kurang baik.
       Ulat sutera termasuk ke dalam golongan binatang berdarah dingin sehingga
suhu badannya akan sangat mudah terpengaruh oleh suhu dan kelembaban tempat
pemeliharaannya. Selain itu ulat sutera sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim di
lokasi pemeliharaan selain suhu dan kelembaban nisbi, yaitu kualitas udara, aliran
udara, cahaya, dll. Kecocokan iklim mikro di tempat pemeliharaan ulat sutera juga
dipengaruhi oleh kesegaran udara dan tingkat pergantian udara. Ventilasi yang baik
akan menyebabkan temperatur dan kelembaban nisbi yang diinginkan dapat
dicapai. Misalnya ketika udara cukup panas atau justru terlalu lembab, maka
dengan adanya ventilasi yang baik kondisi yang lebih optimal dapat diciptakan.
       Hal yang penting juga menjadi pertimbangan adalah bahwa kondisi ruang
pemeliharaan harus disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan ulat, karena tingkat
pertumbuhan ulat yang berbeda akan berpengaruh pada kondisi optimal lingkungan
yang dibutuhkan. Sebagai contoh, ulat kecil dengan tingkat pertumbuhan yang
masih lemah akan membutuhkan suhu dan kelembaban yang berbeda dibanding ulat


                                                                                 1
besar yang kondisi tubuhnya sudah relatif lebih kuat. Oleh karena itu dalam
pemeliharaan ulat sutera harus diperhatikan untuk senantiasa menyesuaikan iklim
mikro di tempat pemeliharaan supaya cocok dengan pertumbuhan ulat sutera,
sehingga dapat memproduksi kokon yang berkualitas.
       Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas, maka petani sutera alam
hendaknya mengerti tentang kondisi-kondisi optimal lingkungan yang dibutuhkan
oleh ulat sutera dalam setiap tahapan pertumbuhannya (setiap instarnya). Selain
itu juga harus diketahui kebutuhan luas tempat untuk pemeliharaan ulat dengan
mempertimbangkan       tingkat    pertumbuhan       ulat.   Secara   garis    besar   kondisi
lingkungan ini dapat dikelompokkan dalam ulat kecil (kondisi lingkungan dalam
UPUK) dan ulat besar (kondisi lingkungan dalam UPUB). Sementara kebutuhan luas
tempat pemeliharaan ulat dapat dilihat pada Tabel 1.


Tabel 1. Kebutuhan luas tempat ulat

    Luas Tempat Ulat
                             Instar I   Instar II       Instar III   Instar IV    Instar V
          (m2)

          Awal                   0.4      1.6               3.2        5.0            15.0

          Akhir                  1.6      3.2               3.2        14.0           15.0




                                                                                             2
BAB II
                     UNIT PEMELIHARAAN ULAT KECIL (UPUK)


A. Pembuatan Unit Pemeliharaan Ulat Kecil (UPUK)

       Pemeliharaan ulat kecil sebaiknya dilaksanakan dalam ruangan khusus yang
disebut dengan Unit Pemeliharaan Ulat Kecil (UPUK), dimana kondisi pemeliharaan
seperti temperatur, kelembaban, cahaya dan aliran udara dapat diatur. UPUK
berfungsi sebagai tempat pemeliharaan ulat kecil dari hakitate sampai Instar III.
Selain itu UPUK juga berfungsi sebagai tempat penyimpanan alat dan bahan yang
berhubungan dengan pemeliharaan ulat kecil.
       Beberapa hal umum yang penting diperhatikan pada bangunan Unit
Pemeliharaan Ulat Kecil (UPUK) antara lain:
   1. Bangunan tempat pemeliharaan harus dekat dengan kebun murbei, sumber
      air dan ada tempat pencucian alat
   2. Lingkungan di sekitar bangunan bersih
   3. Ruang pemeliharaan bersih dan kering serta tersedia jendela yang cukup
      untuk pergantian udara dan ruangan cukup mendapat sinar matahari
   4. Lantai diperkeras dan lebih tinggi dari permukaan tanah disekitarnya
   5. Ruangan harus dapat dibuka dan ditutup rapat agar memudahkan dalam
      melaksanakan desinfeksi dan terhindar dari gangguan binatang
   6. Tersedia ruang atau tempat penyimpanan daun, terpisah dari ruang
      pemeliharaan
   7. Tempat pembuangan kotoran ulat diletakkan jauh dari bangunan, minimal 50
      meter dari tempat pemeliharaan atau dibuat lubang pembuangan dan
      dibakar.
   8. Suhu ruangan ideal 26O – 28O C dengan kelembaban sekitar 75 – 90%




                                                                                3
Gambar 1. Kondisi Lingkungan Sekitar Bangunan Pemeliharaan Ulat


        Sementara itu sebagai perlengkapan dari sebuat bangunan UPUK maka harus
disediakan juga peralatan serta bahan-bahan yang diperlukan dalam pemeliharaan
ulat kecil antara lain adalah:
   1. Sasag atau kotak pemeliharaan dari kayu beserta rak (sebagai contoh rak
      kayu atau besi dibuat 8 tingkat dengan jarak tingkat 15 – 20 cm)
   2. Thermometer
   3. Keranjang daun
   4. Gunting stek
   5. Pisau perajang daun
   6. Ember dan baskom plastik
   7. Jaring ulat
   8. Ayakan plastik
   9. Bulu ayam yang bersih
   10. Sumpit bambu
   11. Kain belacu
   12. Kertas alas


                                                                                4
13. Kertas parafin atau kertas minyak
   14. Sapu
   15. Sikat
   16. Lap tangan
   17. Kapur
   18. Kaporit
       Bangunan rumah/unit pemeliharaan ulat kecil menurut standar teknis,
sebaiknya posisi bangunan memanjang dari arah timur – barat agar tempat
pemeliharaan     ulat   tidak   terkena   langsung   sinar   matahari.   Apabila   tidak
memungkinkan memanjang ke arah timur – barat maka dapat juga memanjang ke
arah utara – selatan dengan syarat di kiri dan kanan ditanami pohon pelindung.
Bangunan rumah/unit pemeliharaan ulat kecil dalam Model Usaha Tani Sutera Alam
oleh Balai Persuteraan Alam terbagi menjadi 4 ruangan kapasitas bangunan dapat
untuk menampung sekitar 30 box (1 box = 20.000 butir). Keempat ruangan tersebut
adalah sbb.:
   1. ruang kerja 3 m x 3 m
   2. ruang peralatan 3 m x 3 m
   3. ruang pemeliharaan 12 m x 6 m
   4. ruang penyimpanan daun 3 m x 3 m




                                                                                       5
Gambar 2. Contoh rancangan ruang pemeliharaan ulat kecil PT Indo Jado Sutera Pratama (Ryu, 1998)
B. Kondisi Lingkungan pada Pemeliharaan Ulat Kecil

           Kondisi lingkungan optimal untuk pertumbuhan ulat kecil adalah pada
temperatur 26O – 28        O
                               C dengan kelembaban 80% - 90%. Selain itu ulat kecil
membutuhkan tempat yang cukup terang. Suhu dan kelembaban nisbi dalam ruang
pemeliharaan ulat kecil perlu disesuaikan untuk mempertahankan suhu antara 26 –
28 OC dan kelembaban nisbi 90% sebelum pemeliharaan dimulai. Kondisi ini perlu
dipertahankan selama Instar I. Pada Instar II, suhu dan kelembaban nisbi harus ada
di sekitar 26 – 28 OC dan 85% dan pada Instar III 25 - 26 OC dan 80%. Akan tetapi
pada saat ulat berganti kulit maka kelembaban nisbi di tempat pemeliharaan perlu
diturunkan sampai 70% untuk mengeringkan tempat pemeliharaan. Standar
Pemeliharaan Ulat Kecil dapat dilihat pada Tabel 2.


Tabel 2. Standar Pemeliharaan Ulat Kecil

               Temperatur              Kelembaban          Perkiraan Umur      Luas Tempat
  Instar
                 Optimal                 Optimal                 Ulat          Ulat Per Boks

    I          26 OC – 28 OC            80% - 90%             3 – 4 hari        0,4 – 1,6 m2
    II         26 OC – 28 OC            80% - 90%             2 – 3 hari        1,6 – 3,2 m2
    III            26 OC                   80%                3 – 4 hari        3,2 – 3,5 m2



                                                                                               6
BAB II
                      UNIT PEMELIHARAAN ULAT BESAR (UPUB)


A. Bangunan Unit Pemeliharaan Ulat Besar (UPUB)
         Unit Pemeliharaan Ulat Besar berfungsi sebagai tempat pemeliharaan ulat
besar dari Instar IV sampai menghasilkan kokon serta sebagai tempat penyimpanan
alat dan bahan yang berhubungan dengan pemeliharaan ulat besar. Secara umum
beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan rumah/unit pemeliharaan
ulat besar:
   1. Terdapat pembagian ruang terdiri atas tempat daun, tempat pemeliharaan
        dan tempat peralatan
   2. Cahaya dan aliran udara baik
   3. bebas dari gangguan hama dan penyakit
   4. Suhu ruangan ideal 22O – 25O C dengan kelembaban sekitar 70 – 75%
         Pemeliharaan ulat besar dapat dilakukan di tempat khusus seperti bangsal
atau di tempat yang tersedia di kolong rumah petani seperti yang biasa dilakukan
oleh para petani sutera alam di Sulawesi Selatan. Dan beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam pemeliharaan ulat besar yang dilakukan di kolong rumah antara
lain:
   1. Langit-langit dilapisi dengan lembaran plastik atau kertas, untuk mencegah
        jatuhnya kotoran dari bagian atas ke tempat ulat
   2. Tempat penyimpanan daun di tempat terpisah di luar ruang pemeliharaan
        ulat
   3. Kebersihan lingkungan agar dijaga dengan baik (sampah, kotoran ulat, dsb)
   4. Menaburkan kapur pada lantai tanah di dalam dan di luar ruang
        pemeliharaan untuk mengurangi kelembaban.
   5. Melapisi dinding yang terbuat dari bambu dengan kapur


                                                                                  7
Sementara pada pemeliharaan ulat yang dilakukan di tempat khusus berupa
bangsal pemeliharaan, diusahakan ruangan mempunyai ventilasi yang baik agar
lingkungan pemeliharaan sejuk, misalnya dengan menanami sekitar tempat
pemeliharaan dengan pohon-pohon pelindung. Ukuran bangsal tergantung kepada
kapasitas pemeliharaan ulat. Untuk memudahkan pekerjaan dalam pemeliharaan
ulat besar, sebaiknya rak dibuat bersusun dua dengan ukuran tinggi 1 meter dan
lebar kurang lebih 1,5 meter. Rak dialasi dengan karoro (karung) agar ulat dan sisa
daun tidak berjatuhan ke bagian bawah. Harus dihindari penggunaan kain untuk
alas rak. Pada setiap kaki rak dipasang wadah kecil berisi air atau diikatkan kain
yang telah dicelupkan ke dalam oli bekas untuk mencegah ganguan semut.
       Ruang penyimpanan daun ditempatkan terpisah dari ruang pemeliharaan
ulat besar pada tempat yang sejuk. Daun tidak boleh ditetakkan langsung di atas
tanah. Oleh karena itu daun dapat disimpan dengan menggunakan semacam balai-
balai yang terbuat dari bambu dan dialasi lembaran plastik.
       Pedoman luas tempat pemeliharaan ulat besar yaitu sebanyak 1 boks ulat
sutera (1 boks = 25.000 butir) untuk Instar IV adalah seluas 10 m2 dan ulat Instar V
adalah seluas 10 – 18 m2. Jika tempat pemeliharaan terlalu sempit, mengakibatkan
ulat terlalu padat dan daun yang termakan sedikit sehingga terjadi persaingan
mendapatkan daun yang menyebabkan pertumbuhan ulat tidak merata dan akhirnya
produksi kokon menjadi menurun. Jadi agar ulat dapat berkembang dengan baik,
maka tempat ulat pada rak pemeliharaan harus sering dibersihkan dan diperluas.
       Sebagaimana halnya dalam pemeliharaan ulat kecil maka sebelum
pemeliharaan dimulai ruang dan peralatan pemeliharaan ulat besar harus
dibersihkan dan desinfeksi.      Desinfeksi dilakukan minimal 2 hari sebelum
pemeliharan ulat besar dimulai. Pelaksanaannya sama seperti pada pemeliharaan
ulat kecil, menggunakan bahan desinfeksi larutan kaporit (5 gram kaporit per liter
air). Sementara setelah panen kokon, ruang dan peralatan yang digunakan dalam
pemeliharaan ulat besar segera didesinfeksi kembali. Hal tersebut dimaksudkan

                                                                                   8
agar bibit penyakit tidak berkembang dan menyebar. Setelah didesinfeksi ruang
pemeliharaan dibersihkan, alat-alat dicuci dan dijemur untuk digunakan kembali
pada periode pemeliharaan berikutnya. Apabila sampai pemeliharaan ulat periode
berikutnya terdapat tenggang waktu yang cukup lama, maka alat-alat disimpan dan
diatur dengan baik di dalam ruang pemeliharaan. Ruang dan alat pemeliharaan
tersebut didesinfeksi kembali sebelum digunakan.
       Di negara-negara tropis suhu udara pada umumnya berada pada kisaran
yang cocok untuk pemleiharaan ulat sutera atau berada di atasnya. Diberbagai
daerah terdapat musim hujan dan musim kemarau dengan batas waktu yang jelas.
Selain dari itu terdapat berbagai macam hama seperti lalat, semut, dsb. Karena itu
ruang pemeliharaan ulat sutera memerlukan atap yang memadai untuk memmberi
perlindungan terhadap hujan dan teriknya cahaya matahari dan perlu ada fasilitas
untuk menurunkan suhu dan mengatur ventilasi.         Pada saat membuat ruangan
pemeliharaan ulat perlu diusahakan fasilitas-fasilitas untuk mencegah masuknya
berbagai hama serangga. Untuk menghindari masuknya semut di sekeliling ruangan
dibuat parit kecil atau sekitar kaki rak-rak pemeliharaan ditempatkan wadah air
atau kakinya diolesi penolak serangga yang efektif.
       Ruang pemeliharaan perlu mempunyai daya insulasi yang tinggi, misalnya di
jendelanya dipasang kasa logam dan langit-langit ditempatkan tinggi-tinggi dan
dibuat lubang-lubang udara secukupnya. Jendela ventilasi sebaiknya dibuat cukup
besar, agar suhu udara di dalam ruangan tidak menjadi terlampau tinggi dan terjadi
pergantian udara segar yang memadai. Selain itu, atap dan dinding ruangan ditutup
dengan tirai alang-alang atau rumput-rumputan kering untuk menghindari cahaya
atau panas matahari langsung yang menyorot masuk ke tempat pemeliharaan.
Penanaman pohon di sekitar ruang pemeliharaan berpengaruh baik untuk
menurunkan suhu di dalam ruangan, akan tetapi pepohonan ini jangan sampai
menghalangi masuknya hawa bersih ke dalam ruangan.         Bila air mudah didapat



                                                                                 9
maka penyemprotan air ke atap sangat berpengaruh kepada penurunan suhu di
dalam ruangan, begitu pula dengan membasahkan lantai.
           Dalam pembangunan unit/rumah pemeliharaan ulat maka harus juga
dipertimbangkan      dalam    hal   kelengkapan   peralatn   pemeliharaan. Peralatan
pemeliharaan ulat besar antara lain:
   1. Rak pemeliharaan dari kayu atau bambu
   2. Alas plastik
   3. Tali plastik
   4. Ember plastik
   5. Lap tangan
   6. Kapur
   7. Alat desinfeksi
   8. Obat desinfeksi
   9. Gunting stek
   10. Timbangan besar
   11. Kain belacu untuk penyimpanan daun
           Contoh kebutuhan ruangan, peralatan pemeliharaan dan bahan penolong
untuk pemeliharaan ulat per boks (± 20.000 butir) yang disarankan oleh Omura
(1980) :
   1. Ruang pemeliharaan ulat sutera              : 16 m2
   2. Ruang penyimpanan daun murbei               : 5 m2
   3. Peralatan pemeliharaan
             Rak pemeliharaan            : 4 set @ 2 jalur rak ; 10 tingkat
             Sasag pemeliharaan          : lebar 15 m x panjang 10 m ; luas 15 m2
             Papan gantung               : 2 set x 5 rak ; lebar 1 m x panjang 3 m
             Tempat pemeliharaan
               - Pemeliharaan dalam rak : ± 80 tampah ; lebar 0,8 m x panjang 1,1 m
               - Pemeliharaan sasag       : 15 m2 dari kasa agak tebal

                                                                                      10
- Papan gantung              : ± 80 papan ; lebar 0,8 m x panjang 1,1 m
   Meja pakan murbei                   :2
   Thermometer                         :1
   Hygrometer                          :1
   Pisau                               :1
   Alas pemotongan                     :1
   Mesin rajang                        :1
   Mesin desinfeksi                    :1
   Gunting tunas                       :2
   Alat pembuang floss                 :1
   Saringan halus                      :1
   Jaring pembersih alas ulat kecil    : 20 jaring ; 1 m x 0,8 m ; mata 1 cm
   Jaring pembersih alas ulat besar    : 80 lembar; 1 m x 0,8 m; mata 3 cm
   Tempat pengokonan berombak          : 80 set
   Tempat pengokonan berputar          : 15 set
   Keranjang
     - Untuk mengumpulkan daun         : 2 keranjang ( 0,3 m x dalam 0,3 m)
     - Untuk menyimpan daun            : 8 keranjang ( 0,8 m x panjang
                                         1 meter x dalam 0,3 m)
     - Untuk memberi pakan             : 4 keranjang ( 0,3 m x dalam 0,2 m)
   Bahan penolong (untuk satu periode pemeliharaan)
   Kertas untuk ditempatkan
     - di atas tempat pemeliharaan (0,8 m x 10 m) : 80 lembar
     - di atas kertas koran tua                      : 200 lembar
   Penyapu debu dari bulu ayam         :1
   Tempat dari bambu                   : 2 pasang
   Obat desinfeksi                     : 100 gram
   Arang sekam padi                    : 50 liter

                                                                               11
B. Kondisi Lingkungan pada Pemeliharaan Ulat Besar

          Pemeliharaan ulat besar memerlukan tempat yang lebih luas, pertukaran
udara yang baik serta temperatur berkisar 24 O C – 26O C dengan kelembaban sekitar
75%. Tempat pemeliharaan dengan keadaan temperatur dan kelembaban tinggi
serta berventilasi buruk akan menghambat pertumbuhan ulat sutera (ulat besar).
Standar kebutuhan lingkungan pemeliharaan ulat besar dapat dilihat pada Tabel 3 .
Tabel 3. Standar Pemeliharaan Ulat Besar
               Temperatur      Kelembaban        Perkiraan      Luas Tempat Ulat
 Instar
                 Optimal         Optimal         Umur Ulat          Per Boks

   IV         24 OC – 26 OC        70% - 75%     4 – 5 hari        5,0 – 10 m2
   V          24 OC – 26 OC        70% - 75%     6 – 7 hari        14 – 18 m2


          Pada beberapa sumber di sebutkan bahwa ulat besar Instar IV memerlukan
suhu agak rendah yaitu 24 – 25 OC dan kelembaban udara 75% sedangkan ulat Instar
                               O
V memerlukan suhu 23 – 24          C dengan kelembaban udara 70%. Jika suhu dan
kelembaban udara melebihi kebutuhan maka nafsu makan ulat akan menurun.
Sehingga rentan terhadap penyakit dan ukuran kokon yang dihasilkan menjadi
relatif kecil dan kualitas suteranya rendah. Selain itu juga perlu diperhatikan agar
suhu tidak lebih rendah dari 20 OC selama Instar IV dan tidak melebihi 30 OC selama
Instar V dengan membiarkan udara segar memasuki ruangan dan dengan usaha-
usaha lain.
          Untuk daerah-daerah pegunungan, suhu dan kelembaban udara sudah sesuai
dan tinggal mengatur tempat pemeliharaan agar pertukaran udara lancar. Pada
musim hujan diusahakan agar ruangan pemeliharaan tidak terlalu lembab, oleh
karena itu dinding ruangan yang dilapisi dengan lembaran plastik kurang baik
terhadap ulat. Sisa air hujan jangan sampai menggenang sehingga perlu dibuatkan
saluran air agar tanah dan kotoran tidak masuk ke tempat pemeliharaan.




                                                                                   12
Penempatan tempat pemeliharaan dalam ruangan harus diatur sedemikian
rupa sehingga kegiatan pemeliharaan dan pengokonan dapat dilakukan dengan
leluasa dan ruangan dapat digunakan secara efisien. Ruang tempat mengokon
sebaiknya mempunyai aliran udara yang baik dengan pencahayaan merata serta
tidak terlalu terang. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dari segi tempat
pemeliharaan selama ulat mengokon adalah sebagai berikut:
   1. Suhu
      Bentuk kokon dipengaruhi oleh keadaan suhu, kelembaban dan peredaran
      udara di dalam ruang pengokonan. Untuk itu perlu diusahakan agar tempat
      pengokonan dalam keadaan kering dan ventilasi lancar.
      Suhu yang paling ideal untuk pengokonan adalah 24 OC. Pada daerah rendah
      yang mempunyai temperatur tinggi maka hal tersebut sulit diusahakan
      sehingga untuk mengimbanginya peredaran udara harus cukup baik
   2. Kelembaban
      Selama ulat mengokon dibutuhkan kelembaban antar 60% - 90%. Makin
      rendah kelembaban udara, maka kokon yang dihasilkan akan mempunyai
      mutu lebih baik dan benang akan rata serta bersih. Salah satu usaha untuk
      menurunkan kelembaban di ruangan pengokonan adalah dengan mengatur
      ventilasi. Kotoran dan cairan kencing ulat juga harus dibuang untuk
      menghindari timbulnya penyakit dan mengurangi kelembaban.
   3. Peredaran udara
      Di dalam ruang pengokonan, peredaran udara harus dapat diatur dengan
      baik. Oleh karena itu ruangan harus mempunyai jendela yang cukup. Apabila
      keadaan ruangan lembab, jendela-jendela dibuka agar udara dapat mengalir
      sehingga kelembaban menurun.
   4. Cahaya
      Kebutuhan cahaya antara 10 – 20 lux (seperti keadaan di bawah meja).
      Cahaya harus merata karena bila cahaya hanya datang dari salah satu arah,

                                                                             13
maka ulat akan mengokon di tempat yang lebih gelap dan mengumpul
sehingga banyak terjadi kokon kembar.




                                                              14
LAMPIRAN




           15
Gambar . Contoh Rancangan UPUB Tampak Depan.




 Gambar . Contoh Rancangan UPUB Tampak Kiri.




Gambar . Contoh Rancangan UPUB Tampak Kanan.

                                               16
Gambar . Contoh Denah Rancangan UPUK.




Gambar . Contoh Denah Rancangan UPUB

                                        17
18
19
Gambar . Contoh Desain Tempat Pemeliharaan Ulat Sutera




 Gambar . Contoh Desain Rak Pemeliharaan Ulat Sutera




       Gambar . Contoh Desain Alat Pengokonan




                                                         20

More Related Content

What's hot

Lukisan Reka Bentuk Tembikar
Lukisan Reka Bentuk TembikarLukisan Reka Bentuk Tembikar
Lukisan Reka Bentuk TembikarNorAzmi2012
 
Motif dan ukiran melayu riau
Motif dan ukiran melayu riauMotif dan ukiran melayu riau
Motif dan ukiran melayu riaufebiii24
 
Penjelasan tipologi bangunan
Penjelasan tipologi bangunanPenjelasan tipologi bangunan
Penjelasan tipologi bangunan
ahmadjaryani11
 
Motif dan Ukiran Melayu Riau
Motif dan Ukiran Melayu RiauMotif dan Ukiran Melayu Riau
Motif dan Ukiran Melayu Riau
tikha12
 
Arca Asemblaj
Arca AsemblajArca Asemblaj
Arca Asemblaj
ideaki
 
Psv 1
Psv 1Psv 1
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Boyolali
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten BoyolaliRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Boyolali
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Boyolali
Penataan Ruang
 
Powerpoint talas
Powerpoint talasPowerpoint talas
Powerpoint talas
belongstoj2000
 
Prinsip rekaan.
Prinsip rekaan.Prinsip rekaan.
Prinsip rekaan.
zainiaman
 
Sistem pertanian terpadu [compatibility mode](1)
Sistem pertanian terpadu [compatibility mode](1)Sistem pertanian terpadu [compatibility mode](1)
Sistem pertanian terpadu [compatibility mode](1)
rakhmawatirakhmawati1
 
Apresiasi Seni Budaya Kontemporer Indonesia
Apresiasi Seni Budaya Kontemporer  IndonesiaApresiasi Seni Budaya Kontemporer  Indonesia
Apresiasi Seni Budaya Kontemporer Indonesia
Agunx Pambudy Pambudy
 
Presentation psv pendekatan DBAE
Presentation psv pendekatan DBAEPresentation psv pendekatan DBAE
Presentation psv pendekatan DBAEfitri norlida
 
Ayam Kampung Unggul Balitnak (KUB)
Ayam Kampung Unggul Balitnak (KUB)Ayam Kampung Unggul Balitnak (KUB)
Ayam Kampung Unggul Balitnak (KUB)
Gufroni Arsjad Lalu Muhammad
 
Jalinan (texture)
Jalinan (texture)Jalinan (texture)
Jalinan (texture)
ilaazmil2
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pekanbaru, Riau
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pekanbaru, RiauRencana Tata Ruang Wilayah Kota Pekanbaru, Riau
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pekanbaru, Riau
Penataan Ruang
 
Perbandingan Seni Oriental & Seni Barat
Perbandingan Seni Oriental & Seni BaratPerbandingan Seni Oriental & Seni Barat
Perbandingan Seni Oriental & Seni Barat
Izzat Hakim
 
Laporan pembibitan
Laporan pembibitanLaporan pembibitan
Laporan pembibitan
Laode Syawal Fapet
 
OLIVER SACKS RESUMEN DE ALUCINACIONES
OLIVER SACKS RESUMEN DE ALUCINACIONESOLIVER SACKS RESUMEN DE ALUCINACIONES
OLIVER SACKS RESUMEN DE ALUCINACIONES
Rodrigo Aslla Suñavi
 
Kuala lumpur international air port
Kuala lumpur international air portKuala lumpur international air port
Kuala lumpur international air port
Yuwita Killua
 

What's hot (20)

Estetika sebagai teori seni
Estetika sebagai teori seniEstetika sebagai teori seni
Estetika sebagai teori seni
 
Lukisan Reka Bentuk Tembikar
Lukisan Reka Bentuk TembikarLukisan Reka Bentuk Tembikar
Lukisan Reka Bentuk Tembikar
 
Motif dan ukiran melayu riau
Motif dan ukiran melayu riauMotif dan ukiran melayu riau
Motif dan ukiran melayu riau
 
Penjelasan tipologi bangunan
Penjelasan tipologi bangunanPenjelasan tipologi bangunan
Penjelasan tipologi bangunan
 
Motif dan Ukiran Melayu Riau
Motif dan Ukiran Melayu RiauMotif dan Ukiran Melayu Riau
Motif dan Ukiran Melayu Riau
 
Arca Asemblaj
Arca AsemblajArca Asemblaj
Arca Asemblaj
 
Psv 1
Psv 1Psv 1
Psv 1
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Boyolali
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten BoyolaliRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Boyolali
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Boyolali
 
Powerpoint talas
Powerpoint talasPowerpoint talas
Powerpoint talas
 
Prinsip rekaan.
Prinsip rekaan.Prinsip rekaan.
Prinsip rekaan.
 
Sistem pertanian terpadu [compatibility mode](1)
Sistem pertanian terpadu [compatibility mode](1)Sistem pertanian terpadu [compatibility mode](1)
Sistem pertanian terpadu [compatibility mode](1)
 
Apresiasi Seni Budaya Kontemporer Indonesia
Apresiasi Seni Budaya Kontemporer  IndonesiaApresiasi Seni Budaya Kontemporer  Indonesia
Apresiasi Seni Budaya Kontemporer Indonesia
 
Presentation psv pendekatan DBAE
Presentation psv pendekatan DBAEPresentation psv pendekatan DBAE
Presentation psv pendekatan DBAE
 
Ayam Kampung Unggul Balitnak (KUB)
Ayam Kampung Unggul Balitnak (KUB)Ayam Kampung Unggul Balitnak (KUB)
Ayam Kampung Unggul Balitnak (KUB)
 
Jalinan (texture)
Jalinan (texture)Jalinan (texture)
Jalinan (texture)
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pekanbaru, Riau
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pekanbaru, RiauRencana Tata Ruang Wilayah Kota Pekanbaru, Riau
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pekanbaru, Riau
 
Perbandingan Seni Oriental & Seni Barat
Perbandingan Seni Oriental & Seni BaratPerbandingan Seni Oriental & Seni Barat
Perbandingan Seni Oriental & Seni Barat
 
Laporan pembibitan
Laporan pembibitanLaporan pembibitan
Laporan pembibitan
 
OLIVER SACKS RESUMEN DE ALUCINACIONES
OLIVER SACKS RESUMEN DE ALUCINACIONESOLIVER SACKS RESUMEN DE ALUCINACIONES
OLIVER SACKS RESUMEN DE ALUCINACIONES
 
Kuala lumpur international air port
Kuala lumpur international air portKuala lumpur international air port
Kuala lumpur international air port
 

Similar to Juknis upuk

Cara pengembang biakan sutera by izay
Cara pengembang biakan sutera by izayCara pengembang biakan sutera by izay
Cara pengembang biakan sutera by izay
nizar zulfi
 
Juknis bibit induk
Juknis bibit indukJuknis bibit induk
Juknis bibit induk
BPA_ADMIN
 
Juknis bibit induk
Juknis bibit indukJuknis bibit induk
Juknis bibit indukBPA_ADMIN
 
Daftar isi
Daftar isiDaftar isi
Daftar isi
Warnet Raha
 
Pembenihan ikan bandeng
Pembenihan ikan bandengPembenihan ikan bandeng
Pembenihan ikan bandeng
Septian Muna Barakati
 
PHPP_Hama_Annisa Lisa Andriyani_15659_Acara 1_PPT.pptx
PHPP_Hama_Annisa Lisa Andriyani_15659_Acara 1_PPT.pptxPHPP_Hama_Annisa Lisa Andriyani_15659_Acara 1_PPT.pptx
PHPP_Hama_Annisa Lisa Andriyani_15659_Acara 1_PPT.pptx
MimorinFujirumi
 
Budidaya cacing tanah
Budidaya cacing tanahBudidaya cacing tanah
Budidaya cacing tanah
Wahyu Dwi Lestari
 
Budidaya cacing tanah
Budidaya cacing tanahBudidaya cacing tanah
Budidaya cacing tanah
Wahyu Dwi Lestari
 
Kultur jaringan
Kultur jaringanKultur jaringan
Kultur jaringan
VJ Asenk
 
Sarana dan prasaran produksi Broiler.pptx
Sarana dan prasaran produksi Broiler.pptxSarana dan prasaran produksi Broiler.pptx
Sarana dan prasaran produksi Broiler.pptx
Akhmad Setya
 
Majemen ternak perah peralatan dan perkandangan
Majemen ternak perah peralatan dan perkandanganMajemen ternak perah peralatan dan perkandangan
Majemen ternak perah peralatan dan perkandanganArdhat Muhuruna
 
Bab vi kandang dan peralatan
Bab vi kandang dan peralatanBab vi kandang dan peralatan
Bab vi kandang dan peralatanRMontong
 
Budidaya jamurbptp jatim
Budidaya jamurbptp jatimBudidaya jamurbptp jatim
Budidaya jamurbptp jatim
ariobetha
 
Metode Penelitian dan Perancangan - PROPOSAL PKM PENERAPAN TEKNOLOGI
Metode Penelitian dan Perancangan - PROPOSAL PKM PENERAPAN TEKNOLOGIMetode Penelitian dan Perancangan - PROPOSAL PKM PENERAPAN TEKNOLOGI
Metode Penelitian dan Perancangan - PROPOSAL PKM PENERAPAN TEKNOLOGI
Agrillia Kendinata
 
Budidaya jamur
Budidaya jamurBudidaya jamur
Budidaya jamur
Emi Suhaemi
 
AT Modul 3 kb 2
AT Modul 3 kb 2AT Modul 3 kb 2
AT Modul 3 kb 2
PPGhybrid3
 
PPT TIK TOK SMA N 2 Klaten Biologi Lingkungan Materi Tik Tok (Itik dan Entok)
PPT TIK TOK SMA N 2 Klaten Biologi Lingkungan Materi Tik Tok (Itik dan Entok)PPT TIK TOK SMA N 2 Klaten Biologi Lingkungan Materi Tik Tok (Itik dan Entok)
PPT TIK TOK SMA N 2 Klaten Biologi Lingkungan Materi Tik Tok (Itik dan Entok)
Rico Asta
 
Teknis budidaya jagung
Teknis budidaya jagungTeknis budidaya jagung
Teknis budidaya jagung
sujononasa
 
Teknis budidaya karet
Teknis budidaya karetTeknis budidaya karet
Teknis budidaya karetsujononasa
 

Similar to Juknis upuk (20)

Cara pengembang biakan sutera by izay
Cara pengembang biakan sutera by izayCara pengembang biakan sutera by izay
Cara pengembang biakan sutera by izay
 
Juknis bibit induk
Juknis bibit indukJuknis bibit induk
Juknis bibit induk
 
Juknis bibit induk
Juknis bibit indukJuknis bibit induk
Juknis bibit induk
 
Daftar isi
Daftar isiDaftar isi
Daftar isi
 
Pembenihan ikan bandeng
Pembenihan ikan bandengPembenihan ikan bandeng
Pembenihan ikan bandeng
 
PHPP_Hama_Annisa Lisa Andriyani_15659_Acara 1_PPT.pptx
PHPP_Hama_Annisa Lisa Andriyani_15659_Acara 1_PPT.pptxPHPP_Hama_Annisa Lisa Andriyani_15659_Acara 1_PPT.pptx
PHPP_Hama_Annisa Lisa Andriyani_15659_Acara 1_PPT.pptx
 
Budidaya cacing tanah
Budidaya cacing tanahBudidaya cacing tanah
Budidaya cacing tanah
 
Budidaya cacing tanah
Budidaya cacing tanahBudidaya cacing tanah
Budidaya cacing tanah
 
Kultur jaringan
Kultur jaringanKultur jaringan
Kultur jaringan
 
Sarana dan prasaran produksi Broiler.pptx
Sarana dan prasaran produksi Broiler.pptxSarana dan prasaran produksi Broiler.pptx
Sarana dan prasaran produksi Broiler.pptx
 
Majemen ternak perah peralatan dan perkandangan
Majemen ternak perah peralatan dan perkandanganMajemen ternak perah peralatan dan perkandangan
Majemen ternak perah peralatan dan perkandangan
 
Bab vi kandang dan peralatan
Bab vi kandang dan peralatanBab vi kandang dan peralatan
Bab vi kandang dan peralatan
 
Budidaya jamurbptp jatim
Budidaya jamurbptp jatimBudidaya jamurbptp jatim
Budidaya jamurbptp jatim
 
Metode Penelitian dan Perancangan - PROPOSAL PKM PENERAPAN TEKNOLOGI
Metode Penelitian dan Perancangan - PROPOSAL PKM PENERAPAN TEKNOLOGIMetode Penelitian dan Perancangan - PROPOSAL PKM PENERAPAN TEKNOLOGI
Metode Penelitian dan Perancangan - PROPOSAL PKM PENERAPAN TEKNOLOGI
 
Budidaya jamur
Budidaya jamurBudidaya jamur
Budidaya jamur
 
AT Modul 3 kb 2
AT Modul 3 kb 2AT Modul 3 kb 2
AT Modul 3 kb 2
 
PPT TIK TOK SMA N 2 Klaten Biologi Lingkungan Materi Tik Tok (Itik dan Entok)
PPT TIK TOK SMA N 2 Klaten Biologi Lingkungan Materi Tik Tok (Itik dan Entok)PPT TIK TOK SMA N 2 Klaten Biologi Lingkungan Materi Tik Tok (Itik dan Entok)
PPT TIK TOK SMA N 2 Klaten Biologi Lingkungan Materi Tik Tok (Itik dan Entok)
 
Teknis budidaya jagung
Teknis budidaya jagungTeknis budidaya jagung
Teknis budidaya jagung
 
Sagu
SaguSagu
Sagu
 
Teknis budidaya karet
Teknis budidaya karetTeknis budidaya karet
Teknis budidaya karet
 

More from BPA_ADMIN

Pengumuman pemilihan langsung
Pengumuman pemilihan langsungPengumuman pemilihan langsung
Pengumuman pemilihan langsungBPA_ADMIN
 
Pengumuman pemilihan langsung
Pengumuman pemilihan langsungPengumuman pemilihan langsung
Pengumuman pemilihan langsungBPA_ADMIN
 
Statistik bpa 2009
Statistik bpa 2009Statistik bpa 2009
Statistik bpa 2009BPA_ADMIN
 
Rekap 2010
Rekap 2010Rekap 2010
Rekap 2010
BPA_ADMIN
 
Juknis penanganan telur f1
Juknis penanganan telur f1Juknis penanganan telur f1
Juknis penanganan telur f1
BPA_ADMIN
 
Juknis sertifikasi
Juknis sertifikasiJuknis sertifikasi
Juknis sertifikasiBPA_ADMIN
 
Selayang pandang bpa 2010
Selayang pandang bpa 2010Selayang pandang bpa 2010
Selayang pandang bpa 2010BPA_ADMIN
 
Juknis penanganan kokon
Juknis penanganan kokonJuknis penanganan kokon
Juknis penanganan kokon
BPA_ADMIN
 
Juknis penyakit ulat new
Juknis penyakit ulat newJuknis penyakit ulat new
Juknis penyakit ulat newBPA_ADMIN
 

More from BPA_ADMIN (10)

Pengumuman pemilihan langsung
Pengumuman pemilihan langsungPengumuman pemilihan langsung
Pengumuman pemilihan langsung
 
Pengumuman pemilihan langsung
Pengumuman pemilihan langsungPengumuman pemilihan langsung
Pengumuman pemilihan langsung
 
Statistik bpa 2009
Statistik bpa 2009Statistik bpa 2009
Statistik bpa 2009
 
Rekap 2010
Rekap 2010Rekap 2010
Rekap 2010
 
Juknis penanganan telur f1
Juknis penanganan telur f1Juknis penanganan telur f1
Juknis penanganan telur f1
 
Mutu kokon
Mutu kokonMutu kokon
Mutu kokon
 
Juknis sertifikasi
Juknis sertifikasiJuknis sertifikasi
Juknis sertifikasi
 
Selayang pandang bpa 2010
Selayang pandang bpa 2010Selayang pandang bpa 2010
Selayang pandang bpa 2010
 
Juknis penanganan kokon
Juknis penanganan kokonJuknis penanganan kokon
Juknis penanganan kokon
 
Juknis penyakit ulat new
Juknis penyakit ulat newJuknis penyakit ulat new
Juknis penyakit ulat new
 

Juknis upuk

  • 1. JUKNIS UPUK/UPUB BALAI PERSUTERAAN ALAM BAB I PENDAHULUAN Ulat sutera pada dasarnya sangat rentan terhadap kondisi lingkungan dan penyakit. Oleh karena itu dalam pemeliharaannya harus mengikuti standar-standar teknis pemeliharaan yang berlaku sehingga dalam pemeliharaannya ulat dapat berkembang dan menghasilkan kokon yang berkualitas. Sering terjadi pemeliharaan ulat sutera alam dalam pelaksanaannya kurang memperhatikan tahapan kegiatan pemeliharaan ulat dan kebutuhan optimal dari ulat sehingga ketika kualitas kokon yang dihasilkan rendah maka sering menimpakan kesalahan pada faktor bibit/telur yang kurang baik. Ulat sutera termasuk ke dalam golongan binatang berdarah dingin sehingga suhu badannya akan sangat mudah terpengaruh oleh suhu dan kelembaban tempat pemeliharaannya. Selain itu ulat sutera sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim di lokasi pemeliharaan selain suhu dan kelembaban nisbi, yaitu kualitas udara, aliran udara, cahaya, dll. Kecocokan iklim mikro di tempat pemeliharaan ulat sutera juga dipengaruhi oleh kesegaran udara dan tingkat pergantian udara. Ventilasi yang baik akan menyebabkan temperatur dan kelembaban nisbi yang diinginkan dapat dicapai. Misalnya ketika udara cukup panas atau justru terlalu lembab, maka dengan adanya ventilasi yang baik kondisi yang lebih optimal dapat diciptakan. Hal yang penting juga menjadi pertimbangan adalah bahwa kondisi ruang pemeliharaan harus disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan ulat, karena tingkat pertumbuhan ulat yang berbeda akan berpengaruh pada kondisi optimal lingkungan yang dibutuhkan. Sebagai contoh, ulat kecil dengan tingkat pertumbuhan yang masih lemah akan membutuhkan suhu dan kelembaban yang berbeda dibanding ulat 1
  • 2. besar yang kondisi tubuhnya sudah relatif lebih kuat. Oleh karena itu dalam pemeliharaan ulat sutera harus diperhatikan untuk senantiasa menyesuaikan iklim mikro di tempat pemeliharaan supaya cocok dengan pertumbuhan ulat sutera, sehingga dapat memproduksi kokon yang berkualitas. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas, maka petani sutera alam hendaknya mengerti tentang kondisi-kondisi optimal lingkungan yang dibutuhkan oleh ulat sutera dalam setiap tahapan pertumbuhannya (setiap instarnya). Selain itu juga harus diketahui kebutuhan luas tempat untuk pemeliharaan ulat dengan mempertimbangkan tingkat pertumbuhan ulat. Secara garis besar kondisi lingkungan ini dapat dikelompokkan dalam ulat kecil (kondisi lingkungan dalam UPUK) dan ulat besar (kondisi lingkungan dalam UPUB). Sementara kebutuhan luas tempat pemeliharaan ulat dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kebutuhan luas tempat ulat Luas Tempat Ulat Instar I Instar II Instar III Instar IV Instar V (m2) Awal 0.4 1.6 3.2 5.0 15.0 Akhir 1.6 3.2 3.2 14.0 15.0 2
  • 3. BAB II UNIT PEMELIHARAAN ULAT KECIL (UPUK) A. Pembuatan Unit Pemeliharaan Ulat Kecil (UPUK) Pemeliharaan ulat kecil sebaiknya dilaksanakan dalam ruangan khusus yang disebut dengan Unit Pemeliharaan Ulat Kecil (UPUK), dimana kondisi pemeliharaan seperti temperatur, kelembaban, cahaya dan aliran udara dapat diatur. UPUK berfungsi sebagai tempat pemeliharaan ulat kecil dari hakitate sampai Instar III. Selain itu UPUK juga berfungsi sebagai tempat penyimpanan alat dan bahan yang berhubungan dengan pemeliharaan ulat kecil. Beberapa hal umum yang penting diperhatikan pada bangunan Unit Pemeliharaan Ulat Kecil (UPUK) antara lain: 1. Bangunan tempat pemeliharaan harus dekat dengan kebun murbei, sumber air dan ada tempat pencucian alat 2. Lingkungan di sekitar bangunan bersih 3. Ruang pemeliharaan bersih dan kering serta tersedia jendela yang cukup untuk pergantian udara dan ruangan cukup mendapat sinar matahari 4. Lantai diperkeras dan lebih tinggi dari permukaan tanah disekitarnya 5. Ruangan harus dapat dibuka dan ditutup rapat agar memudahkan dalam melaksanakan desinfeksi dan terhindar dari gangguan binatang 6. Tersedia ruang atau tempat penyimpanan daun, terpisah dari ruang pemeliharaan 7. Tempat pembuangan kotoran ulat diletakkan jauh dari bangunan, minimal 50 meter dari tempat pemeliharaan atau dibuat lubang pembuangan dan dibakar. 8. Suhu ruangan ideal 26O – 28O C dengan kelembaban sekitar 75 – 90% 3
  • 4. Gambar 1. Kondisi Lingkungan Sekitar Bangunan Pemeliharaan Ulat Sementara itu sebagai perlengkapan dari sebuat bangunan UPUK maka harus disediakan juga peralatan serta bahan-bahan yang diperlukan dalam pemeliharaan ulat kecil antara lain adalah: 1. Sasag atau kotak pemeliharaan dari kayu beserta rak (sebagai contoh rak kayu atau besi dibuat 8 tingkat dengan jarak tingkat 15 – 20 cm) 2. Thermometer 3. Keranjang daun 4. Gunting stek 5. Pisau perajang daun 6. Ember dan baskom plastik 7. Jaring ulat 8. Ayakan plastik 9. Bulu ayam yang bersih 10. Sumpit bambu 11. Kain belacu 12. Kertas alas 4
  • 5. 13. Kertas parafin atau kertas minyak 14. Sapu 15. Sikat 16. Lap tangan 17. Kapur 18. Kaporit Bangunan rumah/unit pemeliharaan ulat kecil menurut standar teknis, sebaiknya posisi bangunan memanjang dari arah timur – barat agar tempat pemeliharaan ulat tidak terkena langsung sinar matahari. Apabila tidak memungkinkan memanjang ke arah timur – barat maka dapat juga memanjang ke arah utara – selatan dengan syarat di kiri dan kanan ditanami pohon pelindung. Bangunan rumah/unit pemeliharaan ulat kecil dalam Model Usaha Tani Sutera Alam oleh Balai Persuteraan Alam terbagi menjadi 4 ruangan kapasitas bangunan dapat untuk menampung sekitar 30 box (1 box = 20.000 butir). Keempat ruangan tersebut adalah sbb.: 1. ruang kerja 3 m x 3 m 2. ruang peralatan 3 m x 3 m 3. ruang pemeliharaan 12 m x 6 m 4. ruang penyimpanan daun 3 m x 3 m 5
  • 6. Gambar 2. Contoh rancangan ruang pemeliharaan ulat kecil PT Indo Jado Sutera Pratama (Ryu, 1998) B. Kondisi Lingkungan pada Pemeliharaan Ulat Kecil Kondisi lingkungan optimal untuk pertumbuhan ulat kecil adalah pada temperatur 26O – 28 O C dengan kelembaban 80% - 90%. Selain itu ulat kecil membutuhkan tempat yang cukup terang. Suhu dan kelembaban nisbi dalam ruang pemeliharaan ulat kecil perlu disesuaikan untuk mempertahankan suhu antara 26 – 28 OC dan kelembaban nisbi 90% sebelum pemeliharaan dimulai. Kondisi ini perlu dipertahankan selama Instar I. Pada Instar II, suhu dan kelembaban nisbi harus ada di sekitar 26 – 28 OC dan 85% dan pada Instar III 25 - 26 OC dan 80%. Akan tetapi pada saat ulat berganti kulit maka kelembaban nisbi di tempat pemeliharaan perlu diturunkan sampai 70% untuk mengeringkan tempat pemeliharaan. Standar Pemeliharaan Ulat Kecil dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Standar Pemeliharaan Ulat Kecil Temperatur Kelembaban Perkiraan Umur Luas Tempat Instar Optimal Optimal Ulat Ulat Per Boks I 26 OC – 28 OC 80% - 90% 3 – 4 hari 0,4 – 1,6 m2 II 26 OC – 28 OC 80% - 90% 2 – 3 hari 1,6 – 3,2 m2 III 26 OC 80% 3 – 4 hari 3,2 – 3,5 m2 6
  • 7. BAB II UNIT PEMELIHARAAN ULAT BESAR (UPUB) A. Bangunan Unit Pemeliharaan Ulat Besar (UPUB) Unit Pemeliharaan Ulat Besar berfungsi sebagai tempat pemeliharaan ulat besar dari Instar IV sampai menghasilkan kokon serta sebagai tempat penyimpanan alat dan bahan yang berhubungan dengan pemeliharaan ulat besar. Secara umum beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan rumah/unit pemeliharaan ulat besar: 1. Terdapat pembagian ruang terdiri atas tempat daun, tempat pemeliharaan dan tempat peralatan 2. Cahaya dan aliran udara baik 3. bebas dari gangguan hama dan penyakit 4. Suhu ruangan ideal 22O – 25O C dengan kelembaban sekitar 70 – 75% Pemeliharaan ulat besar dapat dilakukan di tempat khusus seperti bangsal atau di tempat yang tersedia di kolong rumah petani seperti yang biasa dilakukan oleh para petani sutera alam di Sulawesi Selatan. Dan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan ulat besar yang dilakukan di kolong rumah antara lain: 1. Langit-langit dilapisi dengan lembaran plastik atau kertas, untuk mencegah jatuhnya kotoran dari bagian atas ke tempat ulat 2. Tempat penyimpanan daun di tempat terpisah di luar ruang pemeliharaan ulat 3. Kebersihan lingkungan agar dijaga dengan baik (sampah, kotoran ulat, dsb) 4. Menaburkan kapur pada lantai tanah di dalam dan di luar ruang pemeliharaan untuk mengurangi kelembaban. 5. Melapisi dinding yang terbuat dari bambu dengan kapur 7
  • 8. Sementara pada pemeliharaan ulat yang dilakukan di tempat khusus berupa bangsal pemeliharaan, diusahakan ruangan mempunyai ventilasi yang baik agar lingkungan pemeliharaan sejuk, misalnya dengan menanami sekitar tempat pemeliharaan dengan pohon-pohon pelindung. Ukuran bangsal tergantung kepada kapasitas pemeliharaan ulat. Untuk memudahkan pekerjaan dalam pemeliharaan ulat besar, sebaiknya rak dibuat bersusun dua dengan ukuran tinggi 1 meter dan lebar kurang lebih 1,5 meter. Rak dialasi dengan karoro (karung) agar ulat dan sisa daun tidak berjatuhan ke bagian bawah. Harus dihindari penggunaan kain untuk alas rak. Pada setiap kaki rak dipasang wadah kecil berisi air atau diikatkan kain yang telah dicelupkan ke dalam oli bekas untuk mencegah ganguan semut. Ruang penyimpanan daun ditempatkan terpisah dari ruang pemeliharaan ulat besar pada tempat yang sejuk. Daun tidak boleh ditetakkan langsung di atas tanah. Oleh karena itu daun dapat disimpan dengan menggunakan semacam balai- balai yang terbuat dari bambu dan dialasi lembaran plastik. Pedoman luas tempat pemeliharaan ulat besar yaitu sebanyak 1 boks ulat sutera (1 boks = 25.000 butir) untuk Instar IV adalah seluas 10 m2 dan ulat Instar V adalah seluas 10 – 18 m2. Jika tempat pemeliharaan terlalu sempit, mengakibatkan ulat terlalu padat dan daun yang termakan sedikit sehingga terjadi persaingan mendapatkan daun yang menyebabkan pertumbuhan ulat tidak merata dan akhirnya produksi kokon menjadi menurun. Jadi agar ulat dapat berkembang dengan baik, maka tempat ulat pada rak pemeliharaan harus sering dibersihkan dan diperluas. Sebagaimana halnya dalam pemeliharaan ulat kecil maka sebelum pemeliharaan dimulai ruang dan peralatan pemeliharaan ulat besar harus dibersihkan dan desinfeksi. Desinfeksi dilakukan minimal 2 hari sebelum pemeliharan ulat besar dimulai. Pelaksanaannya sama seperti pada pemeliharaan ulat kecil, menggunakan bahan desinfeksi larutan kaporit (5 gram kaporit per liter air). Sementara setelah panen kokon, ruang dan peralatan yang digunakan dalam pemeliharaan ulat besar segera didesinfeksi kembali. Hal tersebut dimaksudkan 8
  • 9. agar bibit penyakit tidak berkembang dan menyebar. Setelah didesinfeksi ruang pemeliharaan dibersihkan, alat-alat dicuci dan dijemur untuk digunakan kembali pada periode pemeliharaan berikutnya. Apabila sampai pemeliharaan ulat periode berikutnya terdapat tenggang waktu yang cukup lama, maka alat-alat disimpan dan diatur dengan baik di dalam ruang pemeliharaan. Ruang dan alat pemeliharaan tersebut didesinfeksi kembali sebelum digunakan. Di negara-negara tropis suhu udara pada umumnya berada pada kisaran yang cocok untuk pemleiharaan ulat sutera atau berada di atasnya. Diberbagai daerah terdapat musim hujan dan musim kemarau dengan batas waktu yang jelas. Selain dari itu terdapat berbagai macam hama seperti lalat, semut, dsb. Karena itu ruang pemeliharaan ulat sutera memerlukan atap yang memadai untuk memmberi perlindungan terhadap hujan dan teriknya cahaya matahari dan perlu ada fasilitas untuk menurunkan suhu dan mengatur ventilasi. Pada saat membuat ruangan pemeliharaan ulat perlu diusahakan fasilitas-fasilitas untuk mencegah masuknya berbagai hama serangga. Untuk menghindari masuknya semut di sekeliling ruangan dibuat parit kecil atau sekitar kaki rak-rak pemeliharaan ditempatkan wadah air atau kakinya diolesi penolak serangga yang efektif. Ruang pemeliharaan perlu mempunyai daya insulasi yang tinggi, misalnya di jendelanya dipasang kasa logam dan langit-langit ditempatkan tinggi-tinggi dan dibuat lubang-lubang udara secukupnya. Jendela ventilasi sebaiknya dibuat cukup besar, agar suhu udara di dalam ruangan tidak menjadi terlampau tinggi dan terjadi pergantian udara segar yang memadai. Selain itu, atap dan dinding ruangan ditutup dengan tirai alang-alang atau rumput-rumputan kering untuk menghindari cahaya atau panas matahari langsung yang menyorot masuk ke tempat pemeliharaan. Penanaman pohon di sekitar ruang pemeliharaan berpengaruh baik untuk menurunkan suhu di dalam ruangan, akan tetapi pepohonan ini jangan sampai menghalangi masuknya hawa bersih ke dalam ruangan. Bila air mudah didapat 9
  • 10. maka penyemprotan air ke atap sangat berpengaruh kepada penurunan suhu di dalam ruangan, begitu pula dengan membasahkan lantai. Dalam pembangunan unit/rumah pemeliharaan ulat maka harus juga dipertimbangkan dalam hal kelengkapan peralatn pemeliharaan. Peralatan pemeliharaan ulat besar antara lain: 1. Rak pemeliharaan dari kayu atau bambu 2. Alas plastik 3. Tali plastik 4. Ember plastik 5. Lap tangan 6. Kapur 7. Alat desinfeksi 8. Obat desinfeksi 9. Gunting stek 10. Timbangan besar 11. Kain belacu untuk penyimpanan daun Contoh kebutuhan ruangan, peralatan pemeliharaan dan bahan penolong untuk pemeliharaan ulat per boks (± 20.000 butir) yang disarankan oleh Omura (1980) : 1. Ruang pemeliharaan ulat sutera : 16 m2 2. Ruang penyimpanan daun murbei : 5 m2 3. Peralatan pemeliharaan  Rak pemeliharaan : 4 set @ 2 jalur rak ; 10 tingkat  Sasag pemeliharaan : lebar 15 m x panjang 10 m ; luas 15 m2  Papan gantung : 2 set x 5 rak ; lebar 1 m x panjang 3 m  Tempat pemeliharaan - Pemeliharaan dalam rak : ± 80 tampah ; lebar 0,8 m x panjang 1,1 m - Pemeliharaan sasag : 15 m2 dari kasa agak tebal 10
  • 11. - Papan gantung : ± 80 papan ; lebar 0,8 m x panjang 1,1 m  Meja pakan murbei :2  Thermometer :1  Hygrometer :1  Pisau :1  Alas pemotongan :1  Mesin rajang :1  Mesin desinfeksi :1  Gunting tunas :2  Alat pembuang floss :1  Saringan halus :1  Jaring pembersih alas ulat kecil : 20 jaring ; 1 m x 0,8 m ; mata 1 cm  Jaring pembersih alas ulat besar : 80 lembar; 1 m x 0,8 m; mata 3 cm  Tempat pengokonan berombak : 80 set  Tempat pengokonan berputar : 15 set  Keranjang - Untuk mengumpulkan daun : 2 keranjang ( 0,3 m x dalam 0,3 m) - Untuk menyimpan daun : 8 keranjang ( 0,8 m x panjang 1 meter x dalam 0,3 m) - Untuk memberi pakan : 4 keranjang ( 0,3 m x dalam 0,2 m)  Bahan penolong (untuk satu periode pemeliharaan)  Kertas untuk ditempatkan - di atas tempat pemeliharaan (0,8 m x 10 m) : 80 lembar - di atas kertas koran tua : 200 lembar  Penyapu debu dari bulu ayam :1  Tempat dari bambu : 2 pasang  Obat desinfeksi : 100 gram  Arang sekam padi : 50 liter 11
  • 12. B. Kondisi Lingkungan pada Pemeliharaan Ulat Besar Pemeliharaan ulat besar memerlukan tempat yang lebih luas, pertukaran udara yang baik serta temperatur berkisar 24 O C – 26O C dengan kelembaban sekitar 75%. Tempat pemeliharaan dengan keadaan temperatur dan kelembaban tinggi serta berventilasi buruk akan menghambat pertumbuhan ulat sutera (ulat besar). Standar kebutuhan lingkungan pemeliharaan ulat besar dapat dilihat pada Tabel 3 . Tabel 3. Standar Pemeliharaan Ulat Besar Temperatur Kelembaban Perkiraan Luas Tempat Ulat Instar Optimal Optimal Umur Ulat Per Boks IV 24 OC – 26 OC 70% - 75% 4 – 5 hari 5,0 – 10 m2 V 24 OC – 26 OC 70% - 75% 6 – 7 hari 14 – 18 m2 Pada beberapa sumber di sebutkan bahwa ulat besar Instar IV memerlukan suhu agak rendah yaitu 24 – 25 OC dan kelembaban udara 75% sedangkan ulat Instar O V memerlukan suhu 23 – 24 C dengan kelembaban udara 70%. Jika suhu dan kelembaban udara melebihi kebutuhan maka nafsu makan ulat akan menurun. Sehingga rentan terhadap penyakit dan ukuran kokon yang dihasilkan menjadi relatif kecil dan kualitas suteranya rendah. Selain itu juga perlu diperhatikan agar suhu tidak lebih rendah dari 20 OC selama Instar IV dan tidak melebihi 30 OC selama Instar V dengan membiarkan udara segar memasuki ruangan dan dengan usaha- usaha lain. Untuk daerah-daerah pegunungan, suhu dan kelembaban udara sudah sesuai dan tinggal mengatur tempat pemeliharaan agar pertukaran udara lancar. Pada musim hujan diusahakan agar ruangan pemeliharaan tidak terlalu lembab, oleh karena itu dinding ruangan yang dilapisi dengan lembaran plastik kurang baik terhadap ulat. Sisa air hujan jangan sampai menggenang sehingga perlu dibuatkan saluran air agar tanah dan kotoran tidak masuk ke tempat pemeliharaan. 12
  • 13. Penempatan tempat pemeliharaan dalam ruangan harus diatur sedemikian rupa sehingga kegiatan pemeliharaan dan pengokonan dapat dilakukan dengan leluasa dan ruangan dapat digunakan secara efisien. Ruang tempat mengokon sebaiknya mempunyai aliran udara yang baik dengan pencahayaan merata serta tidak terlalu terang. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dari segi tempat pemeliharaan selama ulat mengokon adalah sebagai berikut: 1. Suhu Bentuk kokon dipengaruhi oleh keadaan suhu, kelembaban dan peredaran udara di dalam ruang pengokonan. Untuk itu perlu diusahakan agar tempat pengokonan dalam keadaan kering dan ventilasi lancar. Suhu yang paling ideal untuk pengokonan adalah 24 OC. Pada daerah rendah yang mempunyai temperatur tinggi maka hal tersebut sulit diusahakan sehingga untuk mengimbanginya peredaran udara harus cukup baik 2. Kelembaban Selama ulat mengokon dibutuhkan kelembaban antar 60% - 90%. Makin rendah kelembaban udara, maka kokon yang dihasilkan akan mempunyai mutu lebih baik dan benang akan rata serta bersih. Salah satu usaha untuk menurunkan kelembaban di ruangan pengokonan adalah dengan mengatur ventilasi. Kotoran dan cairan kencing ulat juga harus dibuang untuk menghindari timbulnya penyakit dan mengurangi kelembaban. 3. Peredaran udara Di dalam ruang pengokonan, peredaran udara harus dapat diatur dengan baik. Oleh karena itu ruangan harus mempunyai jendela yang cukup. Apabila keadaan ruangan lembab, jendela-jendela dibuka agar udara dapat mengalir sehingga kelembaban menurun. 4. Cahaya Kebutuhan cahaya antara 10 – 20 lux (seperti keadaan di bawah meja). Cahaya harus merata karena bila cahaya hanya datang dari salah satu arah, 13
  • 14. maka ulat akan mengokon di tempat yang lebih gelap dan mengumpul sehingga banyak terjadi kokon kembar. 14
  • 15. LAMPIRAN 15
  • 16. Gambar . Contoh Rancangan UPUB Tampak Depan. Gambar . Contoh Rancangan UPUB Tampak Kiri. Gambar . Contoh Rancangan UPUB Tampak Kanan. 16
  • 17. Gambar . Contoh Denah Rancangan UPUK. Gambar . Contoh Denah Rancangan UPUB 17
  • 18. 18
  • 19. 19
  • 20. Gambar . Contoh Desain Tempat Pemeliharaan Ulat Sutera Gambar . Contoh Desain Rak Pemeliharaan Ulat Sutera Gambar . Contoh Desain Alat Pengokonan 20