Cara Menulis Berita â Teknik & Tips Lengkap untuk PemulaRomel Tea
Â
Cara Menulis Berita â Teknik & Tips Lengkap untuk Pemula. pengertian berita, jenis-jenis berita, nilai berita, unsur berita, kode etik menulis berita, dan struktur berita.
Powerpoint ini berisi materi tentang berita yang meliputi pengertian berita, objek berita, sifat berita, unsur berita, nilai berita, dan struktur penulisan berita. semoga bermanfaat. :)
Cara Menulis Berita â Teknik & Tips Lengkap untuk PemulaRomel Tea
Â
Cara Menulis Berita â Teknik & Tips Lengkap untuk Pemula. pengertian berita, jenis-jenis berita, nilai berita, unsur berita, kode etik menulis berita, dan struktur berita.
Powerpoint ini berisi materi tentang berita yang meliputi pengertian berita, objek berita, sifat berita, unsur berita, nilai berita, dan struktur penulisan berita. semoga bermanfaat. :)
Jurnalistik adalah sebuah ketrampilan yang membutuhkan kemampuan menulis dan berkomunikasi dengan banyak orang, buku Pengantar Jurnalistik ini cukup handal untuk dijadikan pedoman praktis
ini materi bagi peserta Diklat Pranata Humas Tingkat Ahli yang diselenggarakan oleh Diklat Kementerian Kominfo di wisma Diklat jalan Kelapa Dua Kebon Jeruk Jakarta
menulis memang gampang-gampang susah, tetapi pekerjaan ini sangat menyenangkan bagi siapa saja. Materi ini adalah materi pelatihan jurnalistik yang disampaikan oleh instruktur dari Universitas Multimedia Nusantara, Indiwan seto wahyu. Penjelasan materi ini sangat sederhana tetapi dilampiri sejumlah contoh agar bisa lebih mudah dipahami. Selamat membaca. Viva Jurnalism
Indiwan seto (082112297660) WA
Saya bikin presentasi soal Sepuluh Elemen Jurnalisme dari buku Bill Kovach dan Tom Rosenstiel "The Elements of Journalism." Ini karya klasik dalam jurnalisme. Saya juga singgung buku mereka "Blur" soal internet.
anak-anak SMA sejak dini sagat bags dikenalkan dengan dunia jurnalistik agar tercipta insan pers yang bagus sekalligus bertanggugjawab. Pelatihan ini terselenggara atas kerjasama yang baik antara UMN dan DPC Ikatan Penulis dan Jurnalis Kota Tangerang, dengan narasumber Dr Indiwan seto wahjuwibowo
Slide ini disiapkan untuk peserta pelatihan penulisan press release, dari Para pelaksana humas pada Kejaksaan Tinggi Seluruh Indonesia dan di lingkungan Kejaksaan Agung RI, bertempat di Arion Swiss Bell Hotel Kemang Jakarta Selatan pada 2 September 2015
Jurnalistik adalah sebuah ketrampilan yang membutuhkan kemampuan menulis dan berkomunikasi dengan banyak orang, buku Pengantar Jurnalistik ini cukup handal untuk dijadikan pedoman praktis
ini materi bagi peserta Diklat Pranata Humas Tingkat Ahli yang diselenggarakan oleh Diklat Kementerian Kominfo di wisma Diklat jalan Kelapa Dua Kebon Jeruk Jakarta
menulis memang gampang-gampang susah, tetapi pekerjaan ini sangat menyenangkan bagi siapa saja. Materi ini adalah materi pelatihan jurnalistik yang disampaikan oleh instruktur dari Universitas Multimedia Nusantara, Indiwan seto wahyu. Penjelasan materi ini sangat sederhana tetapi dilampiri sejumlah contoh agar bisa lebih mudah dipahami. Selamat membaca. Viva Jurnalism
Indiwan seto (082112297660) WA
Saya bikin presentasi soal Sepuluh Elemen Jurnalisme dari buku Bill Kovach dan Tom Rosenstiel "The Elements of Journalism." Ini karya klasik dalam jurnalisme. Saya juga singgung buku mereka "Blur" soal internet.
anak-anak SMA sejak dini sagat bags dikenalkan dengan dunia jurnalistik agar tercipta insan pers yang bagus sekalligus bertanggugjawab. Pelatihan ini terselenggara atas kerjasama yang baik antara UMN dan DPC Ikatan Penulis dan Jurnalis Kota Tangerang, dengan narasumber Dr Indiwan seto wahjuwibowo
Slide ini disiapkan untuk peserta pelatihan penulisan press release, dari Para pelaksana humas pada Kejaksaan Tinggi Seluruh Indonesia dan di lingkungan Kejaksaan Agung RI, bertempat di Arion Swiss Bell Hotel Kemang Jakarta Selatan pada 2 September 2015
Slide ini disiapkan untuk peserta pelatihan penulisan press release bagi Para pelaksana humas pada Kejaksaan Tinggi Seluruh Indonesia dan di lingkungan Kejaksaan Agung RI, bertempat di Arion Swiss Bell Hotel Kemang Jakarta Selatan pada 2 September 2015
Media Online dan Inspiring Journalism yang akan dipresentasikan di kegiatan Cipasung Journalism Camp yang akan diselenggarakan di Pondok Pesantren Cipasung, Tasikmalaya, pada 6 sampai 8 Juli 2011.
ini bahan pelatihan jurnalistik buat anak-anak SMA se Banten yang digelar oleh Ikatan Penulis dan Jurnalis Indonesia (IPJI) DPC Kota Tangerang bekerjasama dengan Universitas Multimedia Nusantara Gading Serpong Tangerang Banten
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Â
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Â
John Parlyn Halomoan Sinaga
1. Ruang Lingkup Jurnalistik
- Pengetahuan (knowledge) Tentang Jurnalistik
- Keterampilan (skill) Jurnalistik/Karya
Oleh: John Parlyn Halomoan Sinaga
2. R Eep Saefulloh Fatah:
Pers sebagai pilar keempat demokrasi:
eksekutif, legislatif, dan yudikatif....PERS
Pasal 3 Ayat (1) UU No. 40 Tahun 1999 Tentang Pers
mengatakan bahwa pers nasional mempunyai
fungsi sebagai media informasi, pendidikan,
hiburan, dan kontrol sosial.
Dalam Pasal 6 UU No. 40 Tahun 1999 Tentang Pers
juga disebutkan bahwa pers harus bisa
menjalankan fungsi kontrol perilaku, kritik,
koreksi, dan saran terhadap hal-hal yang
menjadi keprihatinan publik.
3. 1. Pengetahuan (Umum)
Surat Kabar /Kegiatan Jurnalistik Pertama Surat kabar tulisan tangan
pertama dibuat sejak jaman Julius Caesar (100 â 44 sebelum Masehi).
Papan Pengumuman: Menulis hal-hal penting yang harus diketahui
oleh anggota senat dan masyarakat luas.
Isinya, kegiatan kerajaan yang hasilnya diumumkan di tempat umum.
Isi pengumuman itu dibagi menjadi dua :
1. Acta Senatus : Berisi laporan singkat tentang jalannya persidangan
yang diikuti oleh anggota senat. Keputusan yang diambil dalam rapat
senat dipajang dalam papan pengumuman ini.
2. Acta Diurna: Berisi keputusan hasil rapat-rapat dan kejadian
penting lainnya. Tidak hanya berisi berita atau pengumuman, tetapi
juga berisi hal-hal menarik, hangat atau yang tengah menjadi
perhatian umum (aktual).
4. Acta Senatus & Acta Diurna
ditulis dan diisi secara kontinyu atau terus
menerus setiap hari yang isinya kejadian aktual
dan universal.
Papan pengumuman itu oleh masyarakat Roma
dikenal dengan Forum Romanum
Karena sifat dan bentuk isinya itu maka
pengumuman itu disebut
Diurnarius.
5. Jurnalistik (journalistic) artinya
kewartawanan atau kepenulisan.
Kata dasarnya âjurnalâ (journal),
artinya laporan atau catatan, atau
âjourâ dalam bahasa Prancis yang
berarti âhariâ (day).
Kata Diurnarius itu oleh orang Inggris
diucapkan dengan journalist yang
kemudian digunakan untuk menyebut
kegiatan berkaitan dengan pencarian,
pengumpulan, pengolahan dan penyiaran
berita atau kewartawanan.
6. Secara konseptual..
jurnalistik dapat dipahami
dari tiga sudut pandang:
Proses. Teknik. Ilmu.
Koran tulisan tangan pertama yang terbit di
Indonesia adalah Memorie der Neuvelles tahun
1615 atas insiatif Gubernur Belanda waktu itu Jan
Pieterzooncoon untuk mendukung semangat
tentaranya melawan raja Banten, Mangkubumi
dan raja Jakarta, Widjajakarta.
7. Sebagai proses, jurnalistik adalah âaktivitasâ mencari,
mengolah, menulis, dan menyebarluaskan informasi
kepada publik melalui media massa. Aktivitas ini
dilakukan oleh wartawan (jurnalis).
Sebagai teknik, jurnalistik adalah âkeahlianâ
(expertise) atau âketerampilanâ (skill) menulis karya
jurnalistik (berita, artikel, feature) termasuk keahlian
dalam pengumpulan bahan penulisan seperti peliputan
peristiwa (reportase) dan wawancara
Sebagai ilmu, jurnalistik adalah âbidang kajianâ
mengenai pembuatan dan penyebarluasan informasi
(peristiwa, opini, pemikiran, ide) melalui media massa.
8. Jurnalistik termasuk ilmu terapan (applied
science), dinamis, berkembang sesuai TI dan
dinamika masyarakat itu sendiri.
Secara praktis, proses pembuatan informasi
atau berita (news processing) dan
penyebarluasannya melalui media massa.
Kris Budiman (2005):
Jurnalistik:
Kegiatan penyiapan, penulisan,
penyuntingan, dan penyampaian berita
kepada khalayak melalui saluran media
tertentu.
9. M. Ridwan, adalah suatu kepandaian praktis mengumpulkan,
mengedit berita untuk pemberitaan dalam surat kabar, majalah,
atau terbitan terbitan berkala lainnya. Selain bersifat ketrampilan
praktis, jurnalistik merupakan seni.
Onong U. Effendi, jurnalistik adalah teknik mengelola berita
sejak dari mendapatkan bahan sampai kepada
menyebarluaskannya kepada khalayak. Pada mulanya jurnalistik
hanya mengelola hal-hal yang sifatnya informatif saja.
Adinegoro, jurnalistik adalah semacam kepandaian karang-
mengarang yang pokoknya memberi perkabaran pada masyarakat
dengan selekas-lekasnya agar tersiar seluas-luasnya.
Summanang, mengutarakan lebih singkat lagi, jurnalistik
adalah segala sesuatu yang menyangkut kewartawanan.
10. Kegiatan: Jurnalistik
Kini, tidak lagi sebatas
penyampai informasi kepada
masyarakat, tapi mempunyai
tanggung jawab dalam
menampilkan fakta-fakta
untuk selalu bertindak objektif
dalam setiap pemberitaan.
11. Berdasarkan media yang digunakan:
- jurnalistik cetak (print journalism),
- elektronik (electronic journalism).
- jurnalistik secara tersambung
(online journalism).
Output: jurnalistik tidak lagi
sebatas media cetak seperti surat
kabar, majalah, dsb., namun meluas
menjadi media elektronik seperti
radio atau televisi dan online.
12. Dari Kegiatan dan Output
Jurnalistik, terdapat empat
komponen dalam dunia
jurnalistik:
1. Informasi
2. Penyusunan informasi
3. Penyebarluasan informasi
4. Media massa.
13. Ad 1. Informasi adalah:
pesan, ide, laporan, keterangan, atau
pemikiran. Dalam jurnalistik, informasi
dimaksud adalah news (berita)
Berita adalah:
laporan peristiwa yang bernilai jurnalistik
atau memiliki nilai berita (news values) â
aktual, faktual, penting dan menarik.
Berita disebut juga âinformasi terbaruâ.
14. Ad 2. Penyusun Informasi
Yang bertugas: mulai dari Pemimpin
Redaksi, Redaktur Pelaksana,
Redaktur Desk, Reporter, Fotografer,
Koresponden, hingga Kontributor
UU No. 40/1999: wartawan adalah âorang yang
melakukan aktivitas jurnalistik secara rutinâ. Untuk
menjadi wartawan, seseorang harus memenuhi
kualifikasi berikut ini:
1. Menguasai teknik jurnalistik, yaitu skill meliput
dan menulis berita, feature, dan tulisan opini.
2. Menguasai bidang liputan (beat).
3. Menguasai dan menaati Kode Etik Jurnalistik.
15. Ad 3. Penyebarluasan Informasi
Informasi yang sudah dikemas dalam
bentuk media massa (cetak).
Diserbarluaskan bagian marketing atau
bagian usahaâsirkulasi/distribusi,
promosi, dan iklan.
Ad 4. Media Massa
Media Massa: sarana komunikasi massa
(channel of mass communication).
Komunikasi massa artinya proses
penyampaian pesan, gagasan, atau
informasi kepada orang banyak (publik)
secara serentak.
16. Ciri-ciri Jurnalistik/Jurnalisme
(Luwi Ishwara, 2005):
a. Skeptis
Sikap untuk selalu mempertanyakan segala sesuatu,
meragukan apa yang diterima, dan mewaspadai segala
kepastian agar tidak mudah tertipu. Inti dari skeptis adalah
keraguan.
b. Bertindak (action)
Tidak menunggu sampai peristiwa itu muncul, tetapi mencari
dan mengamati dengan ketajaman naluri seorang wartawan.
17. c. Berubah
Perubahan merupakan hukum utama jurnalisme. Media
bukan lagi sebagai penyalur informasi, tapi fasilitator,
penyaring dan pemberi makna dari sebuah informasi.
d. Seni dan Profesi
Wartawan melihat dengan mata yang segar pada setiap
peristiwa untuk menangkap aspek-aspek yang unik.
e. Peran Pers
Pers sebagai pelapor, bertindak sebagai mata dan telinga
publik, melaporkan peristiwa-peristiwa di luar pengetahuan
masyarakat dengan netral dan tanpa prasangka. (wakil publik,
peran jaga, dan pembuat kebijaksanaan serta advokasi)
18. 2. Keterampilan
Membahas jurnalistik = "berita" / "news".
a. Apa itu berita?
Kris Budiman (2005):
- laporan suatu peristiwa atau
kejadian yang terbaru (aktual);
- laporan mengenai fakta-fakta yang
aktual, menarik perhatian,
dinilai penting, atau luar biasa.
19. b. Sumber Berita:
Beberapa petunjuk yang dapat membantu
pengumpulan informasi (Eugene J. Webb dan Jerry R.
Salancik dalam Luwi Iswara, 2005) berikut ini.
- Observasi
- Wawancara.
- Pencarian /penelitian melalui dokumen
publik.
- Partisipasi dalam peristiwa.
20. c. Nilai Berita (Kris Budiman,2005)
Berita haruslah memuat nilai berita:
- Objektif: berdasarkan fakta, tidak
memihak.
- Aktual: terbaru, belum "basi".
- Luar biasa: besar, aneh, janggal, tidak
umum.
- Penting: pengaruh atau dampaknya bagi
orang banyak; menyangkut orang
penting/terkenal.
- Jarak: familiaritas, kedekatan (geografis,
kultural, psikologis).
21. Masri Sareb Putra (2006):
-sesuatu yang unik,
- sesuatu yang luar biasa,
-sesuatu yang langka,
- sesuatu yang dialami/dilakukan/menimpa
orang (tokoh) penting,
-menyangkut keinginan publik,
- yang tersembunyi,
- sesuatu yang sulit untuk dimasuki,
- sesuatu yang belum banyak/umum diketahui,
- pemikiran dari tokoh penting,
- komentar/ucapan dari tokoh penting,
- kelakuan/kehidupan tokoh penting, dan
- hal lain yang luar biasa.
22. Stovall (2005)
1. Berdampak;
Informasi yang memiliki dampak terhadap
aktivitas sehari-hari masyarakat bahkan secara
fundamental mempengaruhi seluruh sistem di
mana masyarakat itu berada.
Contoh:
Pemberitaan tentang pemilihan kepala daerah,
menghilangnya barang-barang kebutuhan
pokok.
23. 2. Dibatasi tenggat waktu;
Informasi menjadi kurang penting jika sudah
terlalu lama berlangsung namun baru saja diulas.
Contoh:
Tragedi terowongan maut di Mina pada musim haji
tahun 1996 akan menjadi biasa-biasa saja ketika
baru disampaikan sekarang.
3. Selebritas;
Keterkenalan seseorang sebagai daya tarik.
Contoh:
Wajar-wajar saja orang berpoligami, namun ketika
Aa Gym â seorang ulama favorit, maka akan
menjadi bahan perbincangan publik
24. 4. Proksimitas;
Kedekatan geografis dan atau psikologis dengan
pembaca/ pemirsa akan menjadikan suatu
informasi mendapat atensi yang besar.
Contoh:
Ketika kita tinggal di Bogor, segala informasi
yang berkait dengan Bogor menjadi lebih
diperhatikan, ketimbang mereka yang tidak
tinggal di kota hujan ini. Namun, dapat saja
meskipun tidak tinggal di Bogor, seorang alumni
IPB akan selalu memiliki emosi-psikologis
dengan sesuatu yang berkaitan dengan Bogor
meskipun dia tidak lagi tinggal di kota ini.
25. 5. Bermuatan Konflik;
Informasi akan menarik ketika di dalamnya
memuat unsur-unsur yang saling berbeda.
Contoh:
Pembunuhan Munir menyedot perhatian banyak
khalayak, tidak hanya karena sosok Munir yang
dicitrakan sebagai pejuang HAM, melainkan
karena adanya dugaan kontroversial
keterlibatan Intelejen dibalik peristiwa tersebut.
26. 6. Unik;
Sesuatu yang biasa-biasa saja tidak akan mendapat
perhatian dibandingkan yang berbeda bahkan tidak lazim
Contoh:
Kalau seorang lelaki berpoligami mungkin sudah dianggap
angin lalu, namun jika perempuan berpoliandri?
7. Isu Kekinian;
Hal yang sedang menjadi fokus perbincangan, akan
menarik untuk dikemukakan di depan publik.
Contoh :
Ketika HM Soeharto harus dilarikan ke rumah sakit karena
kegagalan fungsi-fungsi vital tubuh, media sibuk
memberitakannya dari berbagai skema, dari perbandingan
pelayanan kesehatan antara sesama mantan presiden,
masalah yang berkait dengan hukum dan politik, bahkan
kemungkinannya meninggal dunia
27. d. Angle
Angle adalah sudut pandang.
Menulis berita yang baik hanya dapat dilakukan setelah terlebih
dahulu memastikan sudut pandang berita.
Angle yang diambil adalah yang paling menarik.
Setiap sudut pandang yang diambil
harus ditentukan
peristiwa/narasumber/data
pendukungnya
28. Wartawan terkadang tidak bebas menulis sudut
pandangnya. Ada beberapa faktor yang menentukan
sudut pandang wartawan:
Misalnya: Liputan Banjir di Jakarta
1. Ditentukan politik pemberitaan media.
Jika media pendukung Gubernur Jokowi, sudut pandang yang diambil,
bagaimana semangat sang Gubernur membantu pengungsi.
Wartawan akan menulis Jokowi dengan sukarela menerobos air keruh, tidak ada
rasa sungkan. Dan menggambarkan bagaimana Jokowi sangat ramah kepada
penduduk yang menyambutnya. Jokowi bak pahlawan!
Jika media berseberangan dengan Jokowi?
Angle. Jokowi yang hanya suka blusukan tidak jelas konsep dalam menangani
banjir. Wartawan akan mencari penduduk yang bisa menceritakan tuntutan dia
kepada Jokowi agar bekerja lebih baik. Wartawan juga akan menghubungi
pengamat perkotaan tentang perlunya penanganan banjir secara menyeluruh,
bukan hanya meninjau banjir, kemudian dilupakan.
29. 2, ditentukan jenis media (umum/khusus).
Umum, hanya akan memuat banjir dalam gambaran umum, seperti
berapa luas banjir, pengungsinya berapa banyak, bantuan yang
sudah datang apa saja dan sebagainya.
Media bersifat khusus (majalah ekonomi), akan menulis dampak
banjir terhadap kehidupan ekonomi masyarakat/pemerintahan.
Mis, dampak pada saham.
3, ditentukan karakter penulisan (top down/button up)
top down akan melihat banjir dari sudut pandang pejabat.
Mis, tentang batuan untuk pengungsi.
button up tentang bagaimana perasaan/penderitaan masyarakat dan
harapannya kepada pemerintah.
Tapi yang perlu diingat, apapaun angle yang ditulis, fakta
tetap harus nomor satu.
30. e. Penulisan Berita
Berita harus memuat âfaktaâ, di dalamnya
terkandung 5W + 1H. (Lasswell, dalam Masri Sareb
2006)
Who - siapa yang terlibat di dalamnya?
What - apa yang terjadi di dalam suatu peristiwa?
Where- di mana terjadinya peristiwa itu?
Why - mengapa peristiwa itu terjadi?
When - kapan terjadinya?
How- bagaimana terjadinya?
31. f. Bahasa Jurnalistik.
Bahasa yang di gunakan oleh para
jurnalis/wartawan dalam menyusun dan
menyajikan, memuat, menyiarkan, dan
menayangkan berita serta laporan peristiwa atau
pernyataan yang benar, aktual, penting dan atau
menarik dengan tujuan agar mudah dipahami
isinya dan cepat di tangkap maknanya.
Secara spesifik: ada jurnalistik surat kabar,
bahasa jurnalistik tabloid, bahasa jurnalistik
majalah, bahas jurnalistik radio siaran, bahasa
jurnalistik tv, dan bahasa jurnalistik media media
online internet.
32. 17 ciri utama bahasa jurnalistik:
(Sumadiria, 2010)
1. Sederhana
Mengutamakan/ memilih kata atau kalimat yang paling banyak di
ketahui maknanya oleh khalayak pembaca yang sangat heterogen.
2. Singkat
Langsung ke pokok masalah, tidak memboroskan waktu pembaca yang
sangat berharga.
3. Padat
Setiap kalimat dan paragrap memuat banyak informasi penting dan
menarik untuk pembaca.
4. Lugas
Lugas berarti tegas, tidak ambigu (memiliki banyak makna alias tidak
jelas maksudnya sehingga membuat bingung & salah paham),
33. 5. Jelas
Mudah di tangkap maksudnya tidak baur dan kabur.
6. Jernih
Transparan/tidak menyembunyikan sesuatu yang lain yang
bersifat negatif seperti prasangka atau fitnah.
7. Menarik
Mampu membangkitkan minat dan perhatian pembaca,
memicu selara pembaca.
8. Demokratis
Tidak mengenal tingkatan, pangkat, kasta. Bahasa jurnalistik
memperlakukan siapa pun apakah wakil DPR ataukah tukang
ojek, bahkan pengemis dan pemulung secara sama.
34. 9. Populis
Akrab di telinga, di mata, dan di pikiran khalayak pembaca,
pendengar, atau pemirsa.
10. Logis
Dapat diterima tanpa adanya pertentangan dengan akal sehat.
Sekaligus mencerminkan nalar.
11. Gramatikal
Mengikuti kaidah tata bahasa baku.
12. Menghindari kata tutur
Kata yang biasa digunakan dalam percakapan sehari-hari secara
informal.
13. Menghindari kata dan istilah asing
Harus tahu arti/makna setiap kata yang dibaca dan didengar.
35. 14. Pilih kata (diksi) yang tepat
Tidak keluar dari asas efektivtas. Harus tepat dan akurat
15. Menguatkan kalimat aktif
Untuk mempermudah dan memperjelas pemahaman sehingga
tidak menyesatkan dan mengaburkan pemahaman.
Dalam kalimat aktif, subjek sebagai pelaku tindakanâyang
menyatakan/melakukan sesuatu. Sedangkan dalam kalimat
pasif, subjek dikenai tindakan.
16. Menghindari kata atau istilah tekhnis
Harus sederhana, mudah dipahami, ringan dibaca, dan yang
paling penting tidak membuat pusing
17. Tunduk pada kaidah etika
Terkait fungsi utama pers yaitu, edukasi (mendidik).
36. Tapi, terkadang Bahasa Jurnalistik tidak
mengikuti Konsep EYD.
Bisa saja, namun tidak boleh luput dari
fungsi pokoknya sebagai penyampai fakta.
Mis. Mâsia. Sâpur
Dengan Catatan.. selaras dan
semakna dengan apa yang diucapkan
narasumber.
37. Tersusun secara terpadu dalam sebuah
berita. Susunan yang paling sering
âpiramida terbalikâ. Metode ini
lebih menonjolkan inti berita saja
g. Anatomi Berita/Unsur-Unsur
Seperti tubuh kita, berita juga mempunyai
bagian-bagian, di antaranya:
Judul atau kepala berita (headline).
Baris tanggal (dateline).
Teras berita (lead atau intro).
Tubuh berita (body).
38.
39.
40. Jam Pasir
Bentuk modifikasi dari piramida terbalik: ===> âjam pasir.â
Dimulai dengan informasi yang paling penting â tapi setelah
beberapa paragraf terjadi pembelokan dan menjadi sebuah narasi,
biasanya diceritakan dalam susunan kronologis.
Berlian
Struktur ini akan mulai dengan sebuah anekdot, memperkenalkan
seorang tokoh yang pengalamannya menggambarkan ihwal berita
itu. Kisah kecil ini kemudian akan melebar untuk menunjukkan
maknanya yang lebih luas. Menjelang akhir berita, wartawan akan
kembali ke masing-masing tokoh dalam berita itu sebagai cara untuk
menutup narasi.
41. h. Berdasarkan jenisnya:
1. "straight newsâ
berisi laporan peristiwa politik, ekonomi, masalah
sosial, dan kriminalitas. (BERITA KERAS/hard
news).
2. "feature" atau berita kisah.
bersifat naratif, berkisah mengenai aspek-aspek
insani (human interest). Tidak terikat pada
nilai- nilai berita dan faktualitas.
3. berita investigatif (investigative news),
berupa hasil penyelidikan seorang/tim secara
lengkap dan mendalam dalam pelaporannya.
42. Mesin cetak pertama kali di dunia dibuat Johann Gutenbuerg
(1450) di Kota Minz Jerman.
Koran pertama di Eropa (1609) di kota Wolfenbuttel nama
Avisa Relation Order Zeitung, kemudian surat kabar Relation
dicetak di Strassburg. Tak lama setelah itu, tahun 1618 koran
pertama di Belanda terbit di Amsterdam Belanda diterbitkan
oleh Casper van Hibben yang diberi nama Courante Mijn
Italien Duijtschabladtee.
Menyusul kemudian terbit Tijdighe Mijn Verathy de Qualteren
diterbitkan oleh Janszen dalam edisi bahasa Belanda, Prancis
dan Inggris. Koran pertama yang terbit di Inggris tahun 1622
bernama Courant of General News, sedangkan surat kabar
pertama di Prancis terbit pada tahun 1631 oleh Theopraste
Renoudot yang diberi nama Gazette. AS menerbitkan surat
kabar pertama The Boston News Letter pada tahun 1704.
43. Surat kabar harian pertama di Eropa adalah Leiziger Zeitung
(Jerman/ 1660), Inggris menerbitkan harian pertama Daily
Courant (1702). Di Prancis Journal de Paris (1777), di AS
harian pertama Pensylvania Packet (1784).
Tapi dalam Ensiklopedia Indonesia menyebutkan surat kabar
tertua di dunia adalah Tjin Tie Kwan Po dan Hino Tsjao
diterbitkan di Cina 400 SM.
Kata Pers yang digunakan untuk
orang/bidang yang bergerak dalam bidang
jurnalistik berasal dari kata bahasa Inggris
Press, sedangkan dalam bahasa Prancis
disebut Preses yang berarti tekanan, jepitan
atau pipitan.
44. Berita Online
Jurnalisme online mengandung
ciri jurnalisme cetak dan siaran/elektronik.
Jurnalistik online =
âjurnalistik generasi ketigaâ
(setelah cetak dan elektronik )
(Kombinasi) sebuah berita (teks) yang
mencakup unsur-unsur tambahan seperti foto,
audio, dan video, atau hyperlink ke lebih
banyak informasi lain.
45. Jurnalisme daring:
Gabungan kata âjurnalismeâ yang
memiliki makna penyajian informasi
dan fakta secara luas melalui media
massa kepada publik, dengan kata
âdaringâ, yang merupakan bentuk
singkatan dari kata "dalam jaringan"
(online), yang dapat diartikan sebagai
segala sesuatu yang berhubungan
dengan teknologi dan media
internet.
46. Jadi... jurnalisme daring adalah
sebuah metode baru penyajian
informasi dan fakta dengan
menggunakan bantuan atau
perantara teknologi internet.
Salah satu contoh dari
perwujudan jurnalisme daring
adalah weblog, atau yang sering
disebut sebagai blog.
47. Prinsip-prinsip dasar jurnalisme daring: Paul Bradshaw
B-A-S-I-C, yakni 'Brevity â Adaptability â Scannability â
Interactivity âCommunity and Coversationâ
â˘Keringkasan (Brevity). Dituntut bersifat ringkas, sesuai
kebutuhan manusia dan kesibukannya. âKISSâ, yakni Keep It Short
and Simple.
â˘Adaptabilitas (Adaptabilty). Dituntut mampu menyesuaikan diri
dengan kebutuhan publik, membuat berbagai keragaman format
suara, video, gambar dan lain-lain dalam suatu berita.
â˘Dapat dipindai (Scannability). Untuk memudahkan audiens,
situs-situs terkait dengan jurnalisme daring memiliki sifat dapat
dipindai, agar pembaca tidak merasa terpaksa dalam membaca
informasi atau berita.
48. Perubahan penting dengan kehadiran jurnalistik
online :
- cepat
- berita menjadi âgratisâ.
- tidak perlu menunggu hari baru (besok)
untuk mengetahui peristiwa hari ini.
â˘Interaktivitas (Interactivity). Pemirsa (viewer) sekaligus
menjadi pengguna (user). Karena semakin audiens merasa
dirinya dilibatkan, maka mereka akan semakin dihargai dan
senang membaca berita yang ada.
â˘Komunitas dan percakapan (Community and Conversation).
Peran Media daring lebih besar daripada media konvensional,
yakni sebagai penjaring komunitas. Karena itu, Jurnalis daring
harus memberi jawaban atau timbal balik kepada publik sebagai
sebuah balasan atas interaksi yang dilakukan publik.
49. Penulisan Online
Ringkas dan lugas
sehingga lebih mudah diikuti.
Lead harus memberi pembaca alasan kuat
untuk meneruskan bacaannya; salah-salah
pembaca akan mengklik ke berita lain.
Berita online:
lebih pendek dari koran.
Pedoman:
membatasi sampai 800 kata dan kalau
bisa tetap dalam satu halaman.
50. Pers Bebas dan Bertanggung Jawab
Kebebasan pers diartikan kebebasan untuk memiliki dan
menyatakan pendapat di dunia pers.
Pers Nasional = Pers Pancasila = Pers Bertanggungjawab.
Karena itu, Pers harus
bertanggung jawab dalam
pemberitaan dan berusaha
menghindari pemberitaan
yang dapat memicu
pertentangan meskipun
memiliki kebebasan
51. Kode Etik
Kode etik jurnalistik adalah acuan moral
yang mengatur tindak-tanduk seorang
wartawan.
Kode etik jurnalistik bisa berbeda dari satu
organisasi ke organisasi lain, dari satu
koran ke koran yang lain.
Tapi secara umum berisi hal-hal yang
menjamin terpenuhinya tanggung jawab
seorang wartawan kepada publik
pembacanya.
52. Hal-hal tersebut adalah sebagai berikut:
1. Tanggung jawab
tugas atau kewajiban seorang wartawan adalah
mengabdikan diri kepada kesejahteraan umum dengan
memberi masyarakat informasi yang memungkinkan
masyarakat membuat penilaian terhadap sesuatu masalah
yang mereka hadapi. Wartawan tak boleh
menyalahgunakan kekuasaan untuk motif pribadi atau
tujuan yang tak berdasar.
2. Kebebasan
Kebebasan berbicara dan menyatakan pendapat adalah
milik setiap anggota masyarakat (milik publik) dan
wartawan menjamin bahwa urusan publik harus
diselenggarakan secara publik. Wartawan harus berjuang
melawan siapa saja yang mengeksploitasi pers untuk
keuntungan pribadi atau kelompok
53. 3. Independensi
Wartawan harus mencegah terjadinya benturan
kepentingan (conflict of interest) dalam dirinya. Dia
tak boleh menerima apapun dari sumber berita atau
terlibat dalam aktifitas yang bisa melemahkan
integritasnya sebagai penyampai informasi atau
kebenaran.
4. Kebenaran
Wartawan adalah mata, telinga dan indera dari
pembacanya. Dia harus senantiasa berjuang untuk
memelihara kepercayaan pembaca dengan
meyakinkan kepada mereka bahwa berita yang
ditulisnya adalah akurat, berimbang dan bebas dari
bias.
54. 5. Tak Memihak
Laporan berita dan opini harus secara jelas dipisahkan.
6. Adil dan Fair
Wartawan harus menghormati hak-hak orang yang
terlibat dalam berita yang ditulisnya serta
mempertanggungjawabkan kepada publik bahwa berita
itu akurat serta fair. Orang yang dipojokkan oleh sesuatu
fakta dalam berita harus diberi hak untuk menjawab.
55. Tugas Wartawan(Bill Kovach dan Tom Rosenstiel):
1. authenticator, wartawan harus bisa memeriksa
keabsahan suatu informasi.
2. sense maker, mampu menerangkan apakah
informasi itu masuk akal atau tidak.
3. investigator, mampu mengawasi kekuasaan dan
membongkar kejahatan.
4. witness bearer, kejadian-kejadian tertentu harus
diteliti dan dipantau kembali dan dapat bekerja sama
dengan reporter warga.
56. 5. empowerer, saling melakukan pemberdayaan antara
wartawan dan warga untuk menghasilkan dialog yang terus-
menerus pada keduanya.
6. smart aggregator, harus cerdas berbagi sumber berita
yang bisa diandalkan
7. forum organizer, organisasi berita (baik lama/baru),
dapat berfungsi sebagai alun-alun di mana warga bisa
memantau suara dari semua pihak, tak hanya kelompok
mereka sendiri.
8. role model, tak hanya bagaimana karya dan
bagaimana cara wartawan menghasilkan karya
tersebut, namun juga tingkah laku wartawan masuk
dalam ranah publik untuk dijadikan contoh.
57. Asep Syamsul M. Romli
(dalam http://romeltea.com/sejauh-mana-sih-peran-seorang-wartawan/)
Standar Profesi Wartawan (real journalist) setidaknya ada enam:
â˘Well selected, harus terseleksi dengan baik. Memenuhi kriteria profesionalisme/
keterampilan jurnalistik serta menaati kode etik jurnalistik.
â˘Well educated, terdidik dengan baik. Seyogianya melalui tahap pendidikan
kewartawanan/melalui pelatihan jurnalistik yang terpola dan terarah secara baik.
â˘Well trained, terlatih dengan baik. Akibat kurang terlatih banyak berita muncul di
media, kurang cermat, tidak enak dibaca, dan bahkan menyesatkan.
â˘Well equipped, peralatan memadai. Tidak akan optimal tanpa dukungan fasilitas.
â˘Well paid, digaji secara layak. âbudaya amplopâ. Kasus pemerasan dan
penyalahgunaan profesi wartawan akan terus muncul akibat âtuntutan perutâ.
â˘Well motivated, memiliki motivasi yang baik. Motivasi di sini lebih pada idealisme,
bukan materi. Jika motivasiya berlatar uang, maka tidak bisa diharapkan menjadi
wartawan profesional atau wartawan sejati.
59. -Budiman, Kris. 2005. "Dasar-Dasar Jurnalistikâ, Artikel Kristina Dwi Lestari dalam
http://pelitaku.sabda.org/dasar_dasar_jurnalistik
- Ishwara, Luwi. 2005. "Catatan-Catatan Jurnalisme Dasar". Jakarta: Penerbit Buku
Kompas.
-Putra, R. Masri Sareb. 2006. "Teknik Menulis Berita dan Feature". Jakarta: Indeks.
- âDasar-Dasar Jurnalistik untuk Pemulaâ dalam
http://www.romelteamedia.com/dasar-dasar-jurnalistik-untuk-
pemula/#.UyMYH_l_vHQ
-âJurnalisme Dasarâ dalam http://vivixtopz.wordpress.com/modul-
kuliah/jurnalistik-2/jurnalisme-dasar/
-- âDasar Dasar Jurnalistikâ dalam
http://sinaukomunikasi.wordpress.com/2011/10/06/dasar-dasar-jurnalistik/
- http://id.wikipedia.org/wiki/Jurnalisme_daring
- http://romeltea.com/sejauh-mana-sih-peran-seorang-wartawan/
-http://www.kabar24.com/inspirasi/read/20121228/22/119368/8-fungsi-wartawan-di-
tengah-banjirnya-informasi
-Haris Sumadiria , 2010,Bahasa Jurnalistik Panduan Praktis Penulis dan Jurnalis,
Bandung Ekspres
âPemateri MEMOHON MAAF, apabila
dalam paparan ini ada pemakaian
tulisan/kutipan/photo/gambar tanpa
seizin pemilik hak ciptaâ
60. KODE ETIK JURNALISTIK (KEJ)
Kemerdekaan berpendapat, berekspresi, dan pers adalah hak asasi manusia
yang dilindungi Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Deklarasi
Universal Hak Asasi Manusia PBB. Kemerdekaan pers adalah sarana
masyarakat untuk memperoleh informasi dan berkomunikasi, guna
memenuhi kebutuhan hakiki dan meningkatkan kualitas kehidupan manusia.
Dalam mewujudkan kemerdekaan pers itu, wartawan Indonesia juga
menyadari adanya kepentingan bangsa, tanggung jawab sosial, keberagaman
masyarakat, dan norma-norma agama.
Dalam melaksanakan fungsi, hak, kewajiban dan peranannya, pers
menghormati hak asasi setiap orang, karena itu pers dituntut profesional dan
terbuka untuk dikontrol oleh masyarakat.
Untuk menjamin kemerdekaan pers dan memenuhi hak publik untuk
memperoleh informasi yang benar, wartawan Indonesia memerlukan landasan
moral dan etika profesi sebagai pedoman operasional dalam menjaga
kepercayaan publik dan menegakkan integritas serta profesionalisme. Atas
dasar itu, wartawan Indonesia menetapkan dan menaati Kode Etik Jurnalistik:
61. Pasal 1
Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat,
berimbang, dan tidak beritikad buruk.
Pasal 2
Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam melaksanakan
tugas jurnalistik.
Pasal 3
Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang, tidak
mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta menerapkan asas praduga tak
bersalah.
Pasal 4
Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan cabul.
Pasal 5
Wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan identitas korban kejahatan
susila dan tidak menyebutkan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan.
Pasal 6
Wartawan Indonesia tidak menyalahgunakan profesi dan tidak menerima suap.
62. Pasal 7
Wartawan Indonesia memiliki hak tolak untuk melindungi narasumber yang tidak
bersedia diketahui identitas maupun keberadaannya, menghargai ketentuan
embargo, informasi latar belakang, dan âoff the recordâ sesuai dengan kesepakatan
Pasal 8
Wartawan Indonesia tidak menulis atau menyiarkan berita berdasarkan prasangka
atau diskriminasi terhadap seseorang atas dasar perbedaan suku, ras, warna kulit,
agama, jenis kelamin, dan bahasa serta tidak merendahkan martabat orang lemah,
miskin, sakit, cacat jiwa atau cacat jasmani.
Pasal 9
Wartawan Indonesia menghormati hak narasumber tentang kehidupan pribadinya,
kecuali untuk kepentingan publik.
Pasal 10
Wartawan Indonesia segera mencabut, meralat, dan memperbaiki berita yang keliru
dan tidak akurat disertai dengan permintaan maaf kepada pembaca, pendengar, dan
atau pemirsa.
Pasal 11
Wartawan Indonesia melayani hak jawab dan hak koreksi secara proporsional.
Jakarta, Selasa, 14 Maret 2006
63. 1. Aliansi Jurnalis Independen (AJI); Abdul Manan
2. Aliansi Wartawan Independen (AWI); Alex Sutejo
3. Asosiasi Televisi Swasta Indonesia (ATVSI); Uni Z Lubis
4. Asosiasi Wartawan Demokrasi Indonesia (AWDI); OK. Syahyan Budiwahyu
5. Asosiasi Wartawan Kota (AWK); Dasmir Ali Malayoe
6. Federasi Serikat Pewarta; Masfendi
7. Gabungan Wartawan Indonesia (GWI); Fowaâa Hia
8. Himpunan Penulis dan Wartawan Indonesia (HIPWI); RE Hermawan S
9. Himpunan Insan Pers Seluruh Indonesia (HIPSI); Syahril
10. Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI); Bekti Nugroho
11. Ikatan Jurnalis Penegak Harkat dan Martabat Bangsa (IJAP HAMBA); Boyke M. Nainggolan
12. Ikatan Pers dan Penulis Indonesia (IPPI); Kasmarios SmHk
13. Kesatuan Wartawan Demokrasi Indonesia (KEWADI); M. Suprapto
14. Komite Wartawan Reformasi Indonesia (KWRI); Sakata Barus
15. Komite Wartawan Indonesia (KWI); Herman Sanggam
16. Komite Nasional Wartawan Indonesia (KOMNAS-WI); A.M. Syarifuddin
17. Komite Wartawan Pelacak Profesional Indonesia (KOWAPPI); Hans Max Kawengian
18. Korp Wartawan Republik Indonesia (KOWRI); Hasnul Amar
19. Perhimpunan Jurnalis Indonesia (PJI); Ismed Hasan Putro
20. Persatuan Wartawan Indonesia (PWI); Wina Armada Sukardi
21. Persatuan Wartawan Pelacak Indonesia (PEWARPI); Andi A. Mallarangan
22. Persatuan Wartawan Reaksi Cepat Pelacak Kasus (PWRCPK); Jaja Suparja Ramli
23. Persatuan Wartawan Independen Reformasi Indonesia (PWIRI); Ramses Ramona S.
24. Perkumpulan Jurnalis Nasrani Indonesia (PJNI); Ev. Robinson Togap Siagian
25. Persatuan Wartawan Nasional Indonesia (PWNI); Rusli
26. Serikat Penerbit Suratkabar (SPS) Pusat; Mahtum Mastoem
27. Serikat Pers Reformasi Nasional (SEPERNAS); Laode Hazirun
28. Serikat Wartawan Indonesia (SWI); Daniel Chandra
29. Serikat Wartawan Independen Indonesia (SWII); Gunarso Kusumodiningrat.