Presentasi hasil penelitian Misi Pembangunan Sosial: Misi Gereja di Poso Kota Bersaudara dalam Pemulihan Poso Setelah Seperempat Abad Pascakonflik.
Makalah ini dipresentasikan pada "Konferensi Nasional Mahasiswa Kristen Pascasarjana 2024."
Dilaksanakan oleh Asosiasi Misiolog Indonesia (AMI).
ALIRAN ALIRAN ILMU KALAMyang ada di indonesia .pptx
Jalur Pembangunan Sosial: Misi Gereja di Poso Kota Bersaudara Dalam Pemulihan Poso Setelah Seperempat Abad Pasca Konflik
1. Pieter G.O. Sunkudon (Mahasiswa Pascasarjana STTII Surabaya)
STTII Palu
Jalur Pembangunan Sosial:
Misi Gereja di Poso Kota Bersaudara Dalam Pemulihan Poso
Setelah Seperempat Abad Pascakonflik
KONFERENSI PERAN INTELEKTUAL KRISTEN (KPIK)
Konferensi Nasional Mahasiswa Kristen Pascasarjana 2024
”Meningkatkan Peran Kristen dalam Mewujudkan Masyarakat Sejahtera”
Penyelenggara:
Asosiasi Misiolog Indonesia (AMI) & Perhimpunan Mahasiswa Keagamaan Kristen Indonesia (PMKKI)
2. Daftar Isi
Latar Belakang. Penelitian Terdahulu. Pernyataan Kebaruan.
Tujuan
PENDAHULUAN
I
Metode Penelitian Kualitatif (Literatur, Wawancara, Observasi)
METODE PENELITIAN
II
Pembangunan Sosial Pascakonflik. Gereja dalam Misi
Pembangunan Sosial. Indikator Tercapainya Pembangunan
Sosial Pascakonflik.
KONSTRUKSI TEORITIS
III
Konteks Gereja. Rekonsiliasi. Pelayanan Multidimensi:
Pendidikan, Ekumenis, Hubungan Antarumat, Rehabilitasi,
Rekonstruksi, Ekonomi.
HASIL & PEMBAHASAN
IV
Bagi Gereja. Bagi Pemerintah & Lembaga Terkait. Bagi
Penelitian Selanjutnya
IMPLIKASI
V
KESIMPULAN
VI
3. Des. ‘23- Jan. ‘24
Penelitian ini bertujuan
untuk mengevaluasi
kesuksesan dan tantangan
yang dihadapi oleh Gereja
dalam menjalankan misi
pembangunan sosial di
Poso setelah 25 tahun
pasca konflik.
Abstrak
FOTO : facebook Wisata Sulawesi Tengah
5. Konflik Poso (1998-2001) melibatkan
penduduk Kristen dan Islam karena
rivalitas ekonomi, menimbulkan 557
korban tewas, 384 terluka, dan
kerusakan infrastruktur. Pemulihan
melibatkan restrukturisasi pemerintahan,
rekonsiliasi antar-etnis, dan peran
Gereja Kristen dalam rekonstruksi
pasca-konflik. Tantangan termasuk
kurangnya sumber daya dan
kompleksitas rekonsiliasi. Evaluasi peran
Gereja menjadi kunci dalam menilai
keberhasilan pemulihan Poso.
Latar Belakang
Pendahuluan
Ilustrasi: www.detik.com
6. Sejumlah kajian telah dilakukan mengenai konflik
komunal di Poso. Alganih (2016) membahas sejarah
konflik, sementara Laha, Sudarman, dan Nutfa (2021)
mengkaji dampak sosial pasca konflik, menemukan
bahwa masyarakat Poso masih terikat ingatan konflik
masa lalu. Panjili (2022) meneliti rekonsiliasi
masyarakat pascakonflik, fokus pada pemberdayaan
perempuan. Penelitian pada 2014 mengevaluasi
strategi pemerintah daerah Poso dalam menghadapi
konflik sosial. Ulum (2013) memahami pembangunan
masyarakat pascakonflik, meskipun di wilayah
Sambas. Terbaru, Yakobus dkk. (2023) menganalisis
penanganan teroris Mujahidin Indonesia Timur pasca
konflik di Poso.
Meskipun banyak kajian, belum ditemukan
evaluasi khusus terkait tantangan dan kesuksesan
Gereja Kristen dalam misi pembangunan sosial di
Poso setelah 25 tahun pascakonflik.
Penelitian Terdahulu
Pendahuluan
Ilustrasi: www.gramedia.com
7. Evaluasi peran Gereja Kristen dalam
pembangunan sosial Poso pascakonflik
penting. Sebagai pusat keagamaan dan
agen rekonsiliasi, Gereja memiliki peran
unik dalam mendorong masyarakat
menuju perdamaian berkelanjutan.
Namun, belum ada penelitian
menyeluruh mengenai kesuksesan atau
tantangan Gereja Kristen di Poso setelah
seperempat abad pasca-konflik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengisi
kesenjangan pengetahuan tersebut dan
memberikan kontribusi pada
pemahaman pembangunan sosial
pascakonflik di wilayah yang pernah
terkena dampak konflik bersenjata.
Pernyataan Kebaruan
Pendahuluan
Ilustrasi: https://pdb-lawfirm.id
8. • Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas
dan tantangan yang dihadapi oleh Gereja Kristen
dalam mencapai misi pembangunan sosial di Poso
setelah 25 tahun pascakonflik.
• Penelitian ini diharapkan memberikan wawasan
mendalam mengenai kontribusi Gereja dalam proses
rekonsiliasi holistik, pemulihan spiritual dan psikis,
serta pembangunan masyarakat di Poso Kota
Bersaudara.
• Implikasi temuan diharapkan dapat memberikan
panduan strategis bagi Gereja dan pemerintah dalam
merancang program-program pembangunan sosial
yang efektif dan berkelanjutan di masa depan.
• Selain itu, penelitian ini memiliki potensi untuk
memberikan sumbangan signifikan pada literatur
penelitian konflik dan pembangunan sosial, tidak hanya
di Poso, tetapi juga pada konteks konflik serupa di
daerah lain di Indonesia maupun global.
Tujuan
Pendahuluan
9. Pendekatan kualitatif dipilih karena memberikan ruang yang luas
untuk eksplorasi mendalam melalui tinjauan literatur, observasi, dan
wawancara mendalam.
METODE
PENELITIAN
Kualitatif
11. KONSTRUKSI
TEORITIS
Pembangunan sosial pascakonflik merujuk pada upaya untuk memulihkan
kondisi fisik dan mental masyarakat serta sarana dan prasarana umum
setelah terjadinya konflik. Hal ini meliputi serangkaian kegiatan untuk
mengembalikan keadaan dan memperbaiki hubungan yang tidak
harmonis dalam masyarakat akibat konflik.
Pembangunan Sosial
Pascakonflik
Fokus penelitian mencakup aspek
rekonsiliasi dan pemulihan masyarakat,
dengan penekanan pada dampak konflik
terhadap dimensi spiritual, psikologis,
ekonomi, dan sosial.
Gereja dalam Misi
Pembangunan Sosial
Gereja memegang peran krusial dalam
pembangunan sosial pascakonflik,
termasuk dalam rekonsiliasi, reintegrasi
sosial, dan penguatan modal sosial.
Indikator Tercapainya Misi
PSP
Tercapainya misi pembangunan sosial pascakonflik
dapat diukur melalui indikator-intikator seperti
reintegrasi sosial, pemulihan dan stabilisasi
komunitas, rekonsiliasi, pemenuhan keadilan, dan
pencegahan konflik rekuren.
Hasil penelitian diharapkan memberikan
panduan strategis bagi Gereja dan
pemerintah dalam merancang program
pembangunan sosial yang efektif dan
berkelanjutan, dengan mempertimbangkan
kompleksitas tantangan pasca-konflik.
Gereja, sebagai elemen integral, menjadi
kunci dalam pemulihan dan
pembangunan masyarakat pasca konflik,
dengan kolaborasi sebagai kunci untuk
mengoptimalkan dampak positif.
Indikator-indikator ini esensial dalam
mengevaluasi keberhasilan upaya
pembangunan sosial pascakonflik dan
memastikan tercapainya perdamaian,
rekonsiliasi, dan keadilan dalam konteks
masyarakat yang terdampak konflik.
12. HASIL & PEMBAHASAN
Kesuksesan Pembangunan Sosial Pascakonflik di Kabupaten Poso,
termasuk Poso Kota Bersaudara, tidak terlepas dari kontribusi Gereja.
Gereja ini telah aktif terlibat dalam beragam
program pembangunan sosial selama periode
25 tahun pasca konflik, walaupun rincian
lengkap terkait program-program tersebut tidak
sepenuhnya terdokumentasi.
Walau begitu, peran Gereja perlu
disempurnakan dan diperkuat guna mencapai
hasil yang lebih optimal.
13. Hasil & Pembahasan
Gereja telah memainkan peran yang substansial dalam mempromosikan ketentraman,
kerukunan, dan pembangunan masyarakat pascakonflik.
B
C
A
Gereja di Poso Kota Bersaudara tetap berkomitmen pada
pemeliharaan ketentraman, promosi kerukunan, dan kontribusi
pada pemulihan masyarakat melalui upaya pelayanan multidimensi,
meskipun dihadapkan pada berbagai kendala.
“Gereja telah memainkan peran yang signifikan dalam
pembinaan jemaat dan mencapai kesuksesan dalam konteks
rekonsiliasi, yang tercermin dalam komitmen bersama yang
tertuang dalam Deklarasi Malino.”
Konteks mengindikasikan dinamika agama yang unik di Poso Kota
Bersaudara, di mana mayoritas penduduk menganut agama Islam,
tetapi terdapat pula keberagaman agama Kristen yang signifikan. A Konteks
B Rekonsiliasi
C Pelayanan
Multidimensi
14. Pelayanan Multidimensi
Gereja
Kontinuitas
Peran
Dalam Misi PSP
Pendidikan
Kontinuitas dan progres sekolah-sekolah
Kristen mencerminkan tekad Gereja untuk
berperan secara positif dalam sektor
pendidikan
Ekumenis
Semangat ekumenis ini dianggap
urgen dalam membangun harmoni
di tengah tantangan perpecahan
gereja, sekaligus menjadi inspirasi
bagi gereja-gereja lain dalam
upaya pembangunan sosial.
Hubungan Antarumat
Gereja telah mendukung pemerintah dalam
program “moderasi beragama” meski
menghadapi banyak kendala
Rehabilitasi
Program Pelayanan Pemulihan Luka-luka Batin
untuk mendukung jemaat yang mengalami
trauma, mencerminkan peran gereja dalam
membantu masyarakat mengatasi dampak
traumatis konflik pascakonflik
Rekonstrusi
Gereja, telah aktif berpartisipasi
dalam inisiatif pemulihan dan
rekonstruksi fisik pascakonflik,
Ekonomi
Gereja telah mendorong Masyarakat dalam
pengembangan potensi ekonomi pascakonflik.
Gereja dalam pelbagai tantangan, telah memainkan peran yang substansial dalam
mempromosikan ketentraman, kerukunan, dan pembangunan masyarakat pascakonflik.
15. implikasi signifikan bagi peran dan tanggung jawab Gereja
IMPLIKASI
BAGI GEREJA
Gereja Kristen dapat mempertimbangkan
perluasan dan penyesuaian program-
programnya untuk lebih efektif memenuhi
kebutuhan masyarakat terdampak konflik.
Perluasan dan Penyesuaian
Program
Gereja perlu menjalin kerjasama yang lebih erat
dengan pihak eksternal, termasuk pemerintah dan
lembaga non-pemerintah, untuk mendukung dan
memperkuat inisiatif pembangunan sosialnya.
Kerjasama dengan Pihak
Eksternal
Gereja perlu memperkuat kapasitas
internalnya, baik dari segi sumber
daya manusia maupun manajemen,
guna meningkatkan efektivitas dan
kelancaran pelaksanaan program
pembangunan sosialnya.
Penguatan Kapasitas
16. Pemerintah dan lembaga terkait memiliki tanggung jawab besar dalam mendukung upaya
pembangunan sosial yang dilakukan oleh Gereja Kristen di Poso Kota Bersaudara.
IMPLIKASI
B a g i P e m e r i n t a h d a n
L e m b a g a T e r k a i t
Pemerintah perlu memberikan dukungan
kelembagaan yang lebih besar kepada
gereja dan lembaga sosial lainnya yang
terlibat dalam pembangunan sosial.
Pemberian Dukungan
Kelembagaan
Pemerintah dan lembaga terkait sebaiknya
melakukan kolaborasi yang erat dan konsultasi
dengan gereja serta lembaga non-pemerintah
lainnya dalam perumusan kebijakan dan program
pembangunan sosial, untuk memastikan adanya
sinergi dan efektivitas.
Kolaborasi dan Konsultasi
Pemerintah dapat memberikan
bantuan dan fasilitas dalam bentuk
sumber daya, termasuk dukungan
teknis, pelatihan, dan alokasi
anggaran yang memadai.
Penyediaan Sumber Daya
17. Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar bagi penelitian selanjutnya yang lebih
mendalam dan komprehensif.
IMPLIKASI
B a g i P e n e l i t i a n
S e l a n j u t n y a
Penelitian selanjutnya dapat lebih memfokuskan
pada studi dampak jangka panjang dari
program-program Gereja Kristen, untuk
memahami perubahan dan keberlanjutan yang
terjadi dalam masyarakat.
Studi Dampak Jangka Panjang
Studi mendalam mengenai faktor-faktor
keberhasilan dan tantangan dalam implementasi
program Gereja Kristen dapat memberikan
wawasan lebih lanjut bagi pemahaman dan
perbaikan di masa mendatang.
Analisis Faktor-Faktor
Keberhasilan dan Tantangan Penelitian selanjutnya dapat merumuskan
model kolaboratif antara Gereja Kristen,
pemerintah, dan lembaga non-pemerintah
lainnya untuk membangun kerangka kerja
yang efektif dalam pembangunan sosial.
Pengembangan Model Kolaboratif
18. Foto: FB Tana Poso
Dengan melibatkan Gereja Kristen
secara lebih proaktif, menerapkan
dukungan kebijakan yang lebih
baik, dan mendalami pemahaman
melalui penelitian yang lebih
komprehensif, dapat diharapkan
pembangunan sosial di Poso Kota
Bersaudara menjadi lebih
berkelanjutan dan memberikan
dampak positif bagi masyarakat
secara menyeluruh.
IMPLIKASI
Monumen 100 Tahun Injil Masuk Tanah Poso
(Papa I Wunte_Baptisan Pertama)
19. Setelah Seperempat abad
pasca konflik komunal di
wilayah Poso, yang telah
mengguncang struktur
sosial, pendidikan, spiritual,
psikologi dan ekonomi
Masyarakat, Gereja telah
berperan aktif di dalamnya.
Meski tidak banyak
terpublikasi, dampak positif
dalam memperkuat
hubungan antar gereja,
antar umat beragama,
meningkatkan kualitas
hidup masyarakat, hingga
memberikan dukungan bagi
individu dan komunitas
secara spiritual, selama ini
telah diupayakan.
KESIMPULAN
Dalam menarik kesimpulan dari penelitian mengenai evaluasi kesuksesan atau tantangan
yang dihadapi Gereja dalam mencapai misi pembangunan sosial di Poso setelah 25 tahun
pasca konflik, perlu diperhatikan bahwa upaya yang telah dilakukan oleh Gereja-gereja di
Poso Kota Bersaudara cenderung masih bersifat lokal dan denominasional.
Meskipun Gereja telah berkontribusi secara multidimensi untuk mendukung pembangunan
sosial di wilayah ini, namun perlu diakui bahwa pengaruhnya masih terbatas pada tingkat lokal
dan denominasional. Hal ini menunjukkan perlunya meningkatkan kolaborasi dan koordinasi
antar-gereja serta mengembangkan strategi yang lebih inklusif untuk mencapai dampak yang
lebih luas di masyarakat Poso.
Juga, tantangan yang muncul dalam upaya ini mencakup perlunya penyatuan persepsi di
antara Orang Percaya, baik pemimpin gereja maupun jemaat, terkait konsep "moderasi
beragama". Kesamaan pandangan ini dianggap penting sebagai landasan bersama untuk
mencapai tujuan pembangunan sosial secara holistik. Oleh karena itu, perlu ditekankan bahwa
peningkatan komunikasi dan dialog antar anggota gereja serta pemangku kepentingan lainnya
perlu terus diupayakan agar tercipta pemahaman yang sama terkait nilai-nilai moderasi
beragama ini.
Keseluruhan penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi penting dalam
memberikan panduan bagi Gereja dan pihak terkait yang menghadapi tantangan serupa di
lingkungan pasca konflik. Informasi dan temuan yang diperoleh dari penelitian ini dapat
menjadi dasar untuk merumuskan strategi yang lebih efektif dan berkelanjutan dalam
mendukung misi pembangunan sosial di Poso dan mungkin juga di konteks konflik lainnya.