Papua dan Papua Barat adalah dua provinsi di Indonesia yang
terletak di ujung bagian timur wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI). Dengan posisinya tersebut, Papua dan Papua
Barat memiliki peran yang sangat strategis sebagai beranda bagian
Timur Indonesia karena menjadi wilayah yang berbatasan langsung
dengan negara tetangga.
Dinamika yang ada di ‘Beranda Timur’ Indonesia ini tentunya
menjadi sangat menarik untuk dicermati, apakah itu dinamika
pembangunan, politik, ekonomi, sosial budaya dan berbagai aspek
kehidupan lainnya. Dan kami hadir untuk menambah khasanah
informasi mengenai dinamika di bumi Papua yang indah dan penuh
potensi ini.
Inmendagri ppkm level 3 level 2 level 1 no 26 tahun 2021polisisumbar
INSTRUKSI MENTERI DALAM NEGERI
NOMOR 26 TAHUN 2021
TENTANG
PEMBERLAKUAN PEMBATASAN KEGIATAN MASYARAKAT LEVEL 3, LEVEL 2
DAN LEVEL 1 SERTA MENGOPTIMALKAN POSKO PENANGANAN CORONA
VIRUS DISEASE 2019 DI TINGKAT DESA DAN KELURAHAN UNTUK
PENGENDALIAN PENYEBARAN CORONA VIRUS DISEASE 2019
Papua dan Papua Barat adalah dua provinsi di Indonesia yang
terletak di ujung bagian timur wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI). Dengan posisinya tersebut, Papua dan Papua
Barat memiliki peran yang sangat strategis sebagai beranda bagian
Timur Indonesia karena menjadi wilayah yang berbatasan langsung
dengan negara tetangga.
Dinamika yang ada di ‘Beranda Timur’ Indonesia ini tentunya
menjadi sangat menarik untuk dicermati, apakah itu dinamika
pembangunan, politik, ekonomi, sosial budaya dan berbagai aspek
kehidupan lainnya. Dan kami hadir untuk menambah khasanah
informasi mengenai dinamika di bumi Papua yang indah dan penuh
potensi ini.
Inmendagri ppkm level 3 level 2 level 1 no 26 tahun 2021polisisumbar
INSTRUKSI MENTERI DALAM NEGERI
NOMOR 26 TAHUN 2021
TENTANG
PEMBERLAKUAN PEMBATASAN KEGIATAN MASYARAKAT LEVEL 3, LEVEL 2
DAN LEVEL 1 SERTA MENGOPTIMALKAN POSKO PENANGANAN CORONA
VIRUS DISEASE 2019 DI TINGKAT DESA DAN KELURAHAN UNTUK
PENGENDALIAN PENYEBARAN CORONA VIRUS DISEASE 2019
PERATURAN MENTERI KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA
NOMOR : KM.18/HM.001/MKP/2011
TENTANG PEDOMAN
PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
(PNPM) MANDIRI PARIWISATA
Renstra Kementerian Kesehatan merupakan dokumen perencanaan yang bersifat indikatif dan memuat berbagai program pembangunan kesehatan yang akan dilaksanakan langsung oleh Kementerian Kesehatan untuk kurun waktu tahun 2010-2014, dengan penekanan pada pencapaian sasaran Prioritas Nasional, Standar Pelayanan Minimal (SPM), dan Millenium Development Goals (MDG’s).
PERATURAN MENTERI KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA
NOMOR : KM.18/HM.001/MKP/2011
TENTANG PEDOMAN
PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
(PNPM) MANDIRI PARIWISATA
Renstra Kementerian Kesehatan merupakan dokumen perencanaan yang bersifat indikatif dan memuat berbagai program pembangunan kesehatan yang akan dilaksanakan langsung oleh Kementerian Kesehatan untuk kurun waktu tahun 2010-2014, dengan penekanan pada pencapaian sasaran Prioritas Nasional, Standar Pelayanan Minimal (SPM), dan Millenium Development Goals (MDG’s).
Kebijakan dan Strategi Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal, bahan Paparan Kepala Biro Perencanaan dan KLN dalam acara Rakorpus PPDT tanggal 18 Maret 2013
Dear readers of the West Papua Update tabloid, in this 3rd edition, we are presenting the major topic of marine and sheries resource potentials in Indonesia, particularly in West Papua Province. The potential of sustainable sh in Indonesia is estimated to reach about 6.4 million tons per year making it potential for the development of the shery industry.
In addition, Indonesian waters are also known as the largest source of germ plasma in the world, as more than 37 percent of sh species that have been identi ed worldwide are in Indonesian waters.
On the other hand, marine and shery resources in the province of West Papua are also known to have considerable potential, both in the form of aquaculture and capture sheries, as well as various marine biota and other aquatic ecosystems.
The shery sector contributes about 4.36 percent to the GRDP of West Papua Province, and the largest contributor in this sector is the aquaculture sub-sector. This sub-sector has greater value added than other sub-sectors because it is managed sustainably with relatively meager nancing.
Sorong City, Fakfak Regency, and Manokwari Regency are the areas with the highest shery production in West Papua. The shery industry in these three regions is even projected to drive the economy of West Papua and give positive effect to other sectors.
In order to develop the shery industry in a maximum and sustainable manner, the West Papua Provincial Government
needs full support from entrepreneurs, investors, and all other related parties. With the development of West Papua’s sheries industry, it is expected to encourage the realization of the community’s welfare, especially the shermen.
Another topic we are presenting in this 3rd edition is about the sense of belonging of all West Papuans to jointly develop West Papua, as well as the Government’s full attention to West Papua’s development.
Next is the commitment of the West Papua Provincial Government to provide rst-rate service and passion to serve the whole community in order to deal with the third phase of the medium-term development.
We also are featuring a topic on the various strategic activities that will be implemented by the West Papua Provincial Government until 2019, including a new scheme for the use of the special autonomy fund, accelerated infrastructure development and increased economic growth and exports.
Complementing the main topics of this 3rd edition, several other interesting topics are also featured, including the potential and development of the tourism sector in West Papua, including the hotel and investment businesses. Today, the tourism business is a major driver of socio-economic progress in West Papua.
In addition to the mining and agricultural industries, the marine and shery industries, as well as the tourism industry, are important contributors to the GRDP of West Papua Province.
These are the featured topics in this edition, enjoy reading.
Kenapa Ganjar Pranowo adalah Capres Terbaik tahun 2024 ?SARIVARASH
Materi Presentasi Sony Danang Caksono (Ketua Alumni UI Gerakan Anak Muda Juara dan Garda Pancasila) dalam acara Diskusi Publik "Kenapa Ganjar Pranowo adalah Capres Terbaik tahun 2024, Sabtu, 8 Juli 2023.
Keberadaan Nganjuk sebagai kabupaten yang memiliki resiko bencana berskala sedang menjadi fokus pembahasan dalam FGD Lingkungan yang di gelar di Dinas Lingkungan Hidup Kab. Nganjuk.
Dalam kegiatan FGD yang di hadiri seluruh Komunitas, Pemangku Kebijakan (Dinas Kehutanan Jawa Timur, FPRB Nganjuk, BPBD Nganjuk) tersebut menyoroti pentingnya kolaborasi antar pihak untuk melakukan aksi mitigasi pengurangan resiko bencana.
Dalam Paparan ini, Pelestari Kawasan Wilis memaparkan konsep mitigasi yang bertumpu pada perlindungan sumber mata Air. Hal ini selaras dengan aksi & kegiatan yang telah dilakukan sejak 2020, dimana Perkawis mengambil peran konservasi di sekitar lereng Wilis
Disampaikan pada PKN Tingkat II Angkatan XVI, LAN RI
Jakarta, 6 Juni 2024
Dr. Tri Widodo W. Utomo, SH. MA.
Deputi Bidang Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN RI
Kesejahteraan hewan (KESRAWAN) dalam pemotongan hewan kurban.pptx
Inpres nomor 9_tahun_2017
1. SATINAN
r'tll .l lt)EN
REPUlJI.II( INDONESIA
INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 9 TAHUN 2OI7
TENTANG
PERCEPATAN PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN
DI PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Dalam rangka Percepatan Pembangunan Kesejahteraan di Provinsi Papua dan
Provinsi Papua Barat di bidang kesehatan dan pendidikan, pengembangan
ekonomi lokal, infrastruktur dasar, infrastruktur digital, serta konektivitas guna
mewujudkan masyarakat Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat yang damai
dan sejahtera, dengan ini menginstruksikan:
Kepada 1. Menteri Perencanaan Pembangunan
PerencanaanNasional/Kepala Badan
Pembangunan Nasional;
Menteri Keuangan;
Menteri Kesehatan;
Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi;
Menteri Komunikasi dan Informatika;
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan;
Menteri Agama;
Menteri Sosial;
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak;
Menteri Pertanian;
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan;
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah;
Menteri Perindustrian ;
Menteri Kelautan dan Perikanan;
Menteri Pariwisata;
16.Menteri...
2. Untuk
PERTAMA
PIIESIDEN
REPLJNI I1( INDONESIA
-2-
16. Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal,
dan Transmigrasi;
L7. Menteri Perdagangan;
18. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Ralryat;
19. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral;
20. Menteri Perhubungan;
2L. Menteri Dalam Negeri;
22. Menteri Luar Negeri;
23. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia;
24. Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional;
25. Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi;
26. Kepala Staf Kepresidenan;
27. Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan;
28. Gubernur Provinsi Papua dan Gubernur Provinsi
Papua Barat;
29. Para Bupati/Walikota di Provinsi Papua dan
Provinsi Papua Barat.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional:
1. mengoordinasikan, menyinergikan penyusunan, dan
menetapkan Rencana Aksi Tahunan Program
Percepatan Pembangunan Kesejahtera€rn di Provinsi
Papua dan Provinsi Papua Barat sampai dengan
Tahun 2019, yang sumber pendanaannya berasal
dari belanja kementerian/lembaga, belanja non-
kementerian/lembaga, transfer ke daerah, dan dana
desa;
2. melakukan
3. PRESIDEN
REPUELIK INDON ESIA
-3-
2. melakukan penyusunan dan penajaman program,
kegiatan, proyek, lokasi, dan output (keluaran)
Percepatan Pembangunan Kesejahteraan di Provinsi
Papua dan Provinsi Papua Barat bersama indikasi
pendanaannya yang bersumber dari belanja
kementerian/lembaga, belanja non-
kementerian/lembaga, transfer ke daerah, dan dana
desa;
3. bersama-sama dengan Menteri Keuangan
mengalokasikan anggaran dalam rangka Percepatan
Pembangunan Kesejahteraan di Provinsi papua dan
Provinsi Papua Barat yang bersumber dari belanja
kementerian/lembaga, transfer ke daerah, dan dana
desa sesuai dengan ketentuan peraturan
undangan;
4. melaksanakan pemantauan dan
perundang-
pelaksanaan Rencana Aksi Tahunan
Percepatan Pembangunan Kesej ahteraan di
Papua dan Provinsi Papua Barat;
bersama-sama dengan Kepala Staf Kepresidenan
serta Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan melakukan pengendalian dan
pengawasan pelaksanaan Instruksi Presiden ini;
mengoordinasikan dukungan mitra pembangunan
internasional, masyarakat, organlsasl
kemasyarakatan yang didirikan oleh warga negara
Indonesia, swasta, dan pemangku kepentingan
lainnya; dan
7. mengoordinasikan pelaksanaan Instruksi presiden
ini dan melaporkan kepada Presiden setiap 4 (empat)
bulan sekali atau sewaktu-waktu apabila diperlukan.
evaluasi
Program
Provinsi
5.
6.
KEDUA
4. KEDUA
KETIGA
PRESIDEN
REPUBLIK IN OON ES IA
-4-
Menteri Keuangan:
1. bersama-sama dengan Menteri Perencanaan
Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional mengalokasikan anggaran dalam
rangka Percepatan Pembangunan Kesejahteraan di
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat yang bersumber
dari belanja kementerian/lembaga, belanja non
kementerian/lembaga, transfer ke daerah, dan dana desa
sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
2. bersama-sama dengan Menteri Perencanaan
Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional menetapk€rn pagu indikatif dan
pagu anggaran dalam rangka Percepatan Pembangunan
Kesejahteraan di Provinsi Papua dan Provinsi Papua
Barat yang bersumber dari belanja kementerian/lembaga,
belanja non kementerian/lembaga, transfer ke daerah,
dan dana desa sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; dan
3. menetapkan harga biaya satuan khusus belanja
kementerian/lembaga untuk Percepatan Pembangunan
Kesejahteraan di Provinsi Papua dan Provinsi Papua
Barat berdasarkan usulan dari kementerian/lembaga.
Kepala Staf Kepresidenan dan Kepala Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan bersama dengan Menteri
Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badal
Perencanaan Pembangunan Nasional melakukan
pengendalian dan pengawasan pelaksanaan Instruksi
Presiden ini.
Menteri Kesehatan mempercepat peningkatan akses dan
kualitas pelayanan kesehatan melalui, antara lain:
1. pelaksanaan program peningkatan kesehatan ibu dan
anak, serta pengendalian reproduksi remaja;
KEEMPAT
2. pencegahan
5. KELIMA
KEENAM
PRES IDEN
REPU ELIK IN OO N ESIA
-5-
2. pencegahan dan pengendalian penyakit;
3. penyediaan tenaga kesehatan strategis serta
penguatan sistem pelayanan kesehatan dasar dan
rujukan;
4. peningkatan gerakan masyarakat hidup sehat; dan
5. pelayanan kesehatan jarak jauh dengan
memanfaatkan teknologi komunikasi {telemedicinel.
Menteri Komunikasi dan Informatika mempercepat
penyediaan jaringan dan infrastruktur teknologi
informasi dan komunikasi untuk mendukung, antara
lain pelayanan kesehatan jarak jauh (telemedicinel,
pelayanan pendidikan berbasis digital I e-learning, dan
pelayanan publik.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Agama,
serta Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi
mempercepat peningkatan akses dan kualitas pelayanan
pendidikan melalui, antara lain:
1. penerapan dan penguatan sekolah berpola asrama
dan pengembangan pendidikan vokasi;
2, pemberantasan tuna aksara dan penerapan
pendidikan kurikulum kontekstual Papua;
3. penyediaan tambahan kuota guru untuk pemenuhan
kekurangan guru dan pemberdayaan Kolese
Pendidikan Guru;
4. peningkatan kualitas guru dengan memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi (pendidikan
berbasi s digitalI e -leamingl ;
5. pemberian kesempatan yang lebih luas untuk
menempuh jenjang pendidikan menengah dan tinggi
bagi putra-putri Orang Asli Papua; dan
6. pemberian
{,,D
6. F}RI SiIDt N
REPUBL IK INI)ONESIA
6. pemberian dukungan pendampingan, pelatihan, dan
penyediaan dosen dan tenaga ahli.
Menteri Sosial dan Menteri Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak memastikan efektivitas
pelaksanaan kebijakan jaminan sosial masyarakat,
Program Keluarga Harapan, serta sistem perlindungan
dan kesejahteraarn anak, perempuan, dan kelompok
berkebutuhan khusus.
Menteri Pertanian, Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah, Menteri Perindustrian, Menteri Kelautan dan
Perikanan, Menteri Pariwisata, Menteri Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi,
serta Menteri Perdagangan memastikan:
1. peningkatan kedaulatan pangan lokal;
2. pengembangan lumbung pangan nasional Merauke,
dan pengembangan industri komoditas ekonomi
lokal, antara lain sagu, ubi jalar, kopi, coklat, pala,
buah merah, vanili dan merica, serta industri
peternakan dari hulu ke hilir untuk meningkatkan
pendapatan Orang Asli Papua;
3. peningkatan industri kelautan dan
memprioritaskan pemberdayaan
dan pariwisata bahari;
4. fasilitasi dan penyediaan tenaga
penyuluh;
perikanan dengan
ekonomi nelayan
pendamping dan
5. penyediaan bantuan permodalan usaha mikro kecil
dan menengah; dan
6. peningkatan keterampilan berwirausaha untuk
Orang Asli Papua dan kewirausahaan mama-mama
Papua.
-6-
KETUJUH
KEDELAPAN
KESEMBILAN
#D
7. KESEMBILAN
KESEPULUH
KESEBELAS
KEDUABELAS
l-IFlt (;lL)l N
REPUBT-II( INI)ONI SIA
-7-
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat,
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral,
dan Menteri Perhubungan, memastikan tersedianya
cakupan layanan air bersih, sanitasi dan perumahan,
peningkatan konektivitas antar provinsi,
kabupaten/kota, distrik, dan kampung, serta
peningkatan rasio elektrifikasi.
Menteri Dalam Negeri dan Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia:
1. memfasilitasi dan mengawal proses penyusunan dan
pelaksanaan peraturan daerah provinsi (perdasi),
dan peraturan daerah khusus (perdasus);
2. mendorong dan memastikan efektivitas pelaksanaan
program wawasan kebangsaan; dan
3. memastikan peningkatan akses pelayanan kualitas
kelembagaan sistem administrasi kependudukan,
catatan sipil, dan statistik hayati yang inklusif,
lengkap, akurat, dan tePat waktu.
Menteri Luar Negeri secara aktif melaksanakan
diplomasi Indonesia di luar negeri untuk mendukung
Percepatan Pembangunan Kesejahteraan di Provinsi
Papua dan Provinsi PaPua Barat,
Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional, Gubernur Provinsi Papua,
Gubernur Provinsi Papua Barat, dan Bupati/walikota di
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat memfasilitasi
penarlganan masalah hukum terkait pemanfaatan tanah
adat/ulayat untuk kepentingan Percepatan
Pembangunan Kesejahteraan di Provinsi Papua dan
Provinsi Papua Barat.
KETIGABELAS
8. KETIGABELAS
KEEMPATBELAS
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-8-
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi memastikan peningkatan kapasitas
kelembagaan provinsi, kabupatenfkota, dan distrik
untuk memberikan pelayanan dasar publik.
Pelaksanaan Percepatan Pembangunan Kesejahteraan di
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat dilaksanakan
dengan strategi sebagai berikut:
1. pendekatan pembangunan berbasis budaya, wilayah
adat, dan fokus pada Orang Asli Papua;
2. fokus pelaksanaan program pembangunan di
kampung di wilayah terdepan (perbatasan), terpencil,
dan tertinggal, utamanya di daerah pedalaman dan
pegunungan yang sulit dijangkau;
3. penerapan pendekatan dialog dengan semua
komponen masyarakat, organisasi kemasyarakatan,
dan lembaga penyelenggara pemerintahan daerah;
4. pendampingan terhadap aparatur pemerintah daerah
dan masyarakat;
5. pemberdayaan dan pelibatan aktif masyarakat lokal
dalam pengawasan dan peningkatan kualitas
pelayanan publik;
6. pemberdayaan pengusaha Orang Asli Papua dan
pengusaha lokal yang berdomisili di Provinsi Papua
dan Provinsi Papua Barat; dan
7. peningkatan kerja sama kemitraan dengan mitra
pembangunan internasional, masyarakat, organisasi
kemasyarakatan yang didirikan oleh warga negara
Indonesia, swasta, dan pemangku kepentingan
lainnya.
KELIMABELAS .
9. PR ES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
KELIMABELAS : Gubernur Provinsi Papua, Gubernur Provinsi Papua
Barat, dan Bupati/Walikota di Provinsi Papua dan
Provinsi Papua Barat bersama-sama dengan
kementerian/lembaga terkait melaksanakan Rencana
Aksi Tahunan Program Percepatan Pembangunan
Kesejahteraan di Provinsi Papua dan provinsi papua
Barat sampai dengan Tahun 2019.
KEENAMBELAS : Mendukung secara penuh tanggung jawab dan
bersinergi dalam melaksanakan Instruksi presiden ini.
KETUJUHBELAS : Pembiayaan pelaksanaan Instruksi presiden ini
dibebankan pada Anggaran pendapatan dan Belanja
Negara, Anggaran pendapatan dan Belanja Daerah, serta
sumber pembiayaan lain yang sah dan tidak mengikat
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang_
undangan.
Instruksi Presiden ini mulai berlaku pada tanggal dikeluarkan.
Dikeluarkan di Jakarta
pada tanggal 1l Desember 2017
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd
JOKO WIDODO
Salinan sesuai dengan aslinya
KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
Plt. Asisten Deputi Bidang pemerintahan
dan Otonomi Daerah,
Perundang-undangan
-9-
4
m