This Slideshare presentation is a partial preview of the full business document. To view and download the full document, please go here:
http://flevy.com/browse/business-document/manage-to-lead-system-workshop-1620
BENEFITS OF DOCUMENT
1. Clear context for change in support of each of the most important issues currently constraining performance and growth.
2. A head-start to turn any Initiative into Action using the IntelliVen Initiative-to-Action template.
3. A foundation for governance that ensures what leaders want to have happen actually happens!
DOCUMENT DESCRIPTION
The Manage to Lead System is a proven approach to driving change in organizations. The slides presented here guide a leadership team to identify and work on what is most important to change next in their organization in order to achieve its potential to perform and grow.
Many annual leadership off-sites end up with a list of important things to do that happen to be a lot of the same things that were on last year's list and will likely be on next year's as well. What is missing is a context for, and a way to launch, envisioned change that drives home for the entire organization how things are now, why they must change, how things will be when change occurs, what must be done to change, what will make it hard to change, and who will do what next to make the change happen.
These slides and templates change the game for leadership teams that are serious about unlocking their full potential to perform and grow.
Berisi berbagai hal yang menjelaskan kurikulum 2013. perkembangan kurikulum di Indonesia, Landasan yuridis, komponen utama kurikulum 2013, Rasional kurikulum 2013, Pengembangan kurikulum 2013, Elemen perubahan, Perbedaan esensi, Standar kompetensi lulusan, Sistem penilaian, Model pembelajaran penemuan, Penilaian authentic, dan stuktur kurikulum.
Acuan kata kerja operasional untu aspek afektif pada tugas Dasar-dasar Pendidikan MIPA T.A 2014/2015 mahasiswa pendidikan MIPA Universitas Muhammadiyah Metro
Apakah program Sekolah Alkitab Liburan ada di gereja Anda? Perlukah diprogramkan? Jika sudah ada, apa-apa saja yang perlu dipertimbangkan lagi? Pak Igrea Siswanto dari organisasi Life Kids Indonesia membagikannya untuk kita semua.
Informasi lebih lanjut: 0821-3313-3315 (MLC)
#SABDAYLSA #SABDAEvent #ylsa #yayasanlembagasabda #SABDAAlkitab #Alkitab #SABDAMLC #ministrylearningcenter #digital #sekolahAlkitabliburan #gereja #SAL
Sebagai salah satu pertanggungjawab pembangunan manusia di Jawa Timur, dalam bentuk layanan pendidikan yang bermutu dan berkeadilan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur terus berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat. Untuk mempercepat pencapaian sasaran pembangunan pendidikan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur telah melakukan banyak terobosan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Salah satunya adalah Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) jenjang Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, dan Sekolah Luar Biasa Provinsi Jawa Timur tahun ajaran 2024/2025 yang dilaksanakan secara objektif, transparan, akuntabel, dan tanpa diskriminasi.
Pelaksanaan PPDB Jawa Timur tahun 2024 berpedoman pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru, Keputusan Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi nomor 47/M/2023 tentang Pedoman Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan, dan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 15 Tahun 2022 tentang Pedoman Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru pada Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan dan Sekolah Luar Biasa. Secara umum PPDB dilaksanakan secara online dan beberapa satuan pendidikan secara offline. Hal ini bertujuan untuk mempermudah peserta didik, orang tua, masyarakat untuk mendaftar dan memantau hasil PPDB.
2. menjadi warga
negara yang
“demokratis”
serta
“bertanggung
jawab”.
...pendidikan
dilakukan
agar “potensi
peserta didik
berkembang”
(1) beriman dan
bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, (2)
berakhlak mulia, (3)
sehat, (4) berilmu, cakap,
kreatif, mandiri,
SIKAP, PENGETAHUAN dan KETERAMPILAN
Memerlukan perubahan yang revolusioner tentang
isi, prosesdan penilaian
Memerlukan perubahan mindset, pengetahuan dan keterampilan
guru serta kinerja guru mengimplementasikan kurikulum
Oleh sebab itu, kita sedang bicara pelatihan guru yang juga secara
revolusioner mengubah perilaku membelajarkan dan menilai siswa
sesuai karakteristik kurikulum 2013 sehingga secara utuh menghasilkan
lulusan yang sesuai dengan cita-cita dan tujuan nasional pendidikan
kemampuan dan watak
serta peradaban bangsa
yang bermartabat
3. KERANGKA BERPIKIR PADA KURIKULUM 2013
PROSES
BELAJAR
SKL
KOMPETENSI
INTI
KOMPETENSI
DASAR
MATERI
AJAR
PENILAIAN
3
TUJUAN
PEMB
IPK
KEBUTUHAN
4. Gradasi antar Satuan Pendidikan memperhatikan;
1. Perkembangan psikologis anak
2. Lingkup dan kedalaman materi
3. Kesinambungan
4. Fungsi satuan pendidikan
5. Lingkungan
STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) - RINGKAS
DOMAIN SD SMP SMA-SMK
SIKAP
Menerima + Menjalankan + Menghargai + Menghayati +
Mengamalkan
PRIBADI YANG BERIMAN, BERAKHLAK MULIA, PERCAYADIRI, DAN BERTANGGUNG
JAWAB DALAM BERINTERAKSI SECARA EFEKTIF DENGAN LINGKUNGAN SOSIAL,
ALAM SEKITAR, SERTA DUNIA DAN PERADABANNYA
KETERAMPILAN
Mengamati + Menanya + Mencoba + Menalar + Menyaji +
Mencipta
PRIBADI YANG BERKEMAMPUAN PIKIR DAN TINDAK YANGPRODUKTIF DAN
KREATIF DALAM RANAH ABSTRAK DAN KONKRET
PENGETAHUAN
Mengetahui + Memahami + Menerapkan + Menganalisa + Mengevaluasi
+Mencipta
PRIBADI YANG MENGUASAI ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI, SENI, BUDAYADAN
BERWAWASAN KEMANUSIAAN, KEBANGSAAN, KENEGARAAN, DAN PERADABAN
4
5. 5
Standar Kompetensi Lulusan
SIKAP
KETERAMPILAN
PENGETAHUAN
Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap.
Orang yang beriman, berakhlak mulia, percaya diri, dan
bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam.
Serta dalam menempatkan dirinya sebagai cerminan bangsa
dalam pergaulan dunia.
Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif
dalam ranah abstrak dan konkret.
Terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya.
Memiliki Pengetahuan Prosedural dan Metakognitif dalam ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, humaniora, dengan
wawasan kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban.
Terkait penyebab fenomena dan kejadian yang tampak mata
yang mencakup penyebab, alternatif solusi, kendala dan solusi
akhir.
6. DOMAIN ELEMEN SD SMP SMA-SMK
SIKAP
Proses Menerima + Menjalankan + Menghargai + Menghayati + Mengamalkan
Individu
BERIMAN, BERAKHLAK MULIA (JUJUR, DISIPLIN, TANGGUNG JAWAB,
PEDULI, SANTUN), RASA INGIN TAHU, ESTETIKA, PERCAYA DIRI,
MOTIVASI INTERNAL
Sosial TOLERANSI, GOTONG ROYONG, KERJASAMA, DAN MUSYAWARAH
Alam POLA HIDUP SEHAT, RAMAH LINGKUNGAN, PATRIOTIK, DAN CINTA
PERDAMAIAN
KETERAMPILAN
Proses Mengamati + Menanya + Mencoba + Mengolah + Menyaji + Menalar +
Mencipta
Abstrak MEMBACA, MENULIS, MENGHITUNG, MENGGAMBAR, MENGARANG
Konkret MENGGUNAKAN, MENGURAI, MERANGKAI, MEMODIFIKASI,
MEMBUAT, MENCIPTA
PENGETAHUAN
Proses Mengetahui + Memahami + Menerapkan + Menganalisis +
Mengevaluasi
Obyek ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI, SENI, DAN BUDAYA
Subyek MANUSIA, BANGSA, NEGARA, TANAH AIR, DAN DUNIA
Standar Kompetensi Lulusan
6
7. STANDAR KOMPETENSI LULUSAN – DOMAIN SIKAP
SD SMP SMA/SMK DIKTI-SARJANA
Memiliki perilakuyang
mencerminkansikap.
Memilikiperilaku
yang mencerminkan
sikap.
Memilikiperilaku
yang mencerminkan
sikap.
Memiliki perilakuyang
mencerminkansikap
Orangberiman,
berakhlak mulia,
percaya diri, dan
bertanggung jawab
dalam berinteraksi
secara efektif dengan
lingkungan sosial dan
alam.
Orangberiman,
berakhlak mulia,
percaya diri, dan
bertanggung jawab
dalam berinteraksi
secara efektif dengan
lingkungan sosial dan
alam.
Orangberiman,
berakhlak mulia,
percaya diri, dan
bertanggung jawab
dalam berinteraksi
secara efektif dengan
lingkungan sosial dan
alam.
Orang beriman,berakhlak
mulia, mandiri, kreatif,
bertanggung jawab ,
berbudaya, dan
berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial
danalam.
Di sekitar rumah,
sekolah, dan tempat
bermain.
Dalam jangkauan
pergaulan dan
keberadaannya.
Serta dalam
menempatkan dirinya
sebagai cerminan
bangsa dalam
pergaulan dunia.
Serta berkontribusi aktif
dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara
termasuk berperan dalam
pergaulan dunia dengan
menjunjung tinggi
penegakanhukum.
7
8. STANDAR KOMPETENSI LULUSAN – DOMAIN PENGETAHUAN
SD SMP SMA/SMK DIKTI-SARJANA
Memiliki
pengetahuan
faktual dan
konseptual dalam
Memiliki
pengetahuan
faktual, konseptual
dan prosedural dalam
Memiliki
pengetahuan
prosedural dan
metakognitif dalam
Memiliki pengetahuan
prosedural dan
metakognitif dalam
Ilmu pengetahuan,
teknologi, seni,
budaya, humaniora,
dengan wawasan
kebangsaan,
kenegaraan, dan
peradaban
Ilmu pengetahuan,
teknologi, seni,
budaya, humaniora,
dengan wawasan
kebangsaan,
kenegaraan, dan
peradaban
Ilmu pengetahuan,
teknologi, seni,
budaya, humaniora,
dengan wawasan
kebangsaan,
kenegaraan, dan
peradaban
konsep teoretis bidang
pengetahuan tertentu
secara umum dan
khusus serta
mendalam dengan
wawasan kebangsaan,
kenegaraan, dan
peradaban
terkait fenomena dan
kejadian di
lingkungan rumah,
sekolah, dan tempat
bermain
terkait fenomena dan
kejadian yang tampak
mata
terkait penyebab
fenomena dan
kejadian
terkait dengan
fenomena dan
kejadian yang
mencakup penyebab,
alternatif solusi,
kendala dan solusi
akhir 8
9. STANDAR KOMPETENSI LULUSAN – DOMAIN KETERAMPILAN
SD SMP SMA/SMK DIKTI-SARJANA
Memiliki kemampuan
pikir dan tindak yang
efektif dan kreatif
dalam ranah abstrak
dan konkret.
Memiliki kemampuan
pikir dan tindak yang
efektif dan kreatif
dalam ranah abstrak
dan konkret.
Memiliki kemampuan
pikir dan tindak yang
efektif dan kreatif
dalam ranah abstrak
dan konkret.
Memiliki kemampuan
pikir dan tindak yang
efektif, kreatif dan
inovatif dalam ranah
abstrak dan konkret.
Terkait dengan yang
ditugaskan
kepadanya.
Terkait dengan yang
dipelajari di sekolah.
Terkait dengan
pengembangan dari
yang dipelajarinya di
sekolah.
Terkait dengan
pengembangan dir
sesuai dengan bakat,
minat, dan
kemampuannya.
(Sesuai dengan apa
yang dipelajari di
sekolah yang
ditugaskan
kepadanya.)
(Sesuai dengan yang
dipelajari di sekolah
dan dari berbagai
sumber lainnya yang
sama dalam sudut
pandang /teori)
(Dari berbagai
sumber berbeda
dalam informasi dan
sudut pandang/teori
yang dipelajarinya di
sekolah, masyarakat,
dan belajar mandiri).
Serta mampu
memberikan petunjuk
dalam memilih
berbagai alternatif
solusi secara mandiri
dan/ atau kelompok.
9
10. KOMPETENSI INTI (KI)
DALAM KURIKULUM 2013
1. KI SATU
2. KI DUA
3. KI TIGA
: SIKAP SPIRITUAL
: SIKAP SOSIAL
: PENGETAHUAN
4. KI EMPAT: KETERAMPILAN
Berlaku semua untuk semua mata pelajaran,
jenis, satuan, dan tingkat pendidikan dasar dan
sekolah menengah.
Semua KI ditulis/disalin dalamRPP
12. KOMPETENSI INTI MAPEL DAN KD
X Y Z
SIKAP SPIRITUAL (KI-1) KD-1 KD-1 KD-1
SIKAP SOSIAL (KI-2) KD-2 KD2 KD-2
PENGETAHUAN (KI – 3) KD-3 KD-3 KD-3
KETERAMPILAN (KI – 4) KD-4 KD-4 KD-4
ORGANISASI KONTEN
14. STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL)
SKL KOMPETENSI INTI
SIKAP DAN PERILAKU: Menerima +
Menjalankan + Menghargai +
Menghayati + Mengamalkan
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran
agama yang dianutnya
2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli, santun, ramah
lingkungan, gotong royong, kerjasama,
cinta damai, responsif dan pro-aktif) dan
menunjukan sikap sebagai bagian dari
solusi atas berbagai permasalahan bangsa
dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan
bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami dan menerapkan
pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural dalam ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora
dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
terkait fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural
pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam
ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah secara mandiri,
dan mampu menggunakan metoda sesuai
kaidah keilmuan. 1
1. Beriman, berakhlak mulia (jujur, disiplin,
tanggung jawab, peduli, santun), rasa ingin
tahu, estetika, percaya diri, motivasiinternal
2. Toleransi, gotong royong, kerjasama, dan
musyawarah
3. Pola hidup sehat, ramah lingkungan, patriotik,
dan cintaperdamaian
KETERAMPILAN: Mengamati + Menanya
+ Mencoba + Mengolah + Menyaji +
Menalar + Mencipta
1. Membaca, menulis, menghitung, menggambar,
mengarang
2. Menggunakan, mengurai, merangkai,
memodifikasi, membuat,mencipta
PENGETAHUAN: Mengetahui +
Memahami + Menerapkan +
Menganalisa + Mengevaluasi
1. Ilmu pengetahuan, teknologi, seni, danbudaya
2. Manusia, bangsa, negara, tanah air, dan
dunia
4
15. PERUBAHAN KURIKULUM 2013 WUJUD PADA:
• Konstruskiyang
holistik
• Didukung oleh Semua
Materi atau Mapel
• Terintegrasi secara
Vertikal maupun
Horizontal
• Dikembangkan
Berbasis Kompetensi
sehingga Memenuhi
Aspek Kesesuaiandan
Kecukupan
• Mengakomodasi
Content Lokal,
Nasional dan
Internasional (antara
lain TIMMS, PISA,
PIRLS)
• Berorientasi pada karakteristik
kompetensi:
• Sikap (Krathwohl) : Menerima +
Menjalankan + Menghargai +
Menghayati + Mengamalkan
• Keterampilan (Dyers) : Mengamati
+ Menanya + Mencoba + Menalar +
Menyaji + Mencipta
• Pengetahuan (Bloom & Anderson):
Mengetahui + Memahami +
Menerapkan + Menganalisa +
Mengevaluasi +Mencipta
• Menggunakan Pendekatan
Saintifik, Karakteristik
Kompetensi sesuai Jenjang (SD:
Tematik Terpadu, SMP: Tematik
Terpadu-IPA & IPS- dan Mapel,
SMA : Tematik dan Mapel
• Mengutamakan Discovery
Learning dan Project Based
Learning
• Berbasis Tes
dan Non Tes
(porfolio)
• Menilai Proses
dan Output
dengan
menggunakan
authentic
assesment
• Rapor memuat
penilaian
kuantitatif
tentang
pengetahuan
dan deskripsi
kualitatif
tentang sikap
dan
keterampilan
Kecukupan
15
16. ESENSI KURIKULUM 2013: ...1/4
SAAT BERTINDAK :
SIKAP
MEMANDU
PENGETAHUAN KETERAMPILAN
MENDAHULUI PEMBENTUKAN
(DIINTEGRASIKAN DALAM
AKTIVITAS PENGETAHUAN
DAN KETERAMPILAN
SIKAP
PENGETAHUAN KETERAMPILAN
DIBIASAKAN (DIBUDAYAKAN)
DAN DIAMATI ATAU DINILAI
DITUANGKAN DALAM RPP DAN
DILAKUKAN DALAM PEMBELAJARAN
PROSES PEMBENTUKAN :
17. BEBERAPA PRINSIP UTAMA KUR-2013
1. SKL diturunkan dari kebutuhan.
2. Standar Isi (KD) diturunkan dari SKL melalui KI (bebasmata
pelajaran).
3. Semua mapel harus berkontribusi terhadap pencapaian
kompetensi peserta didik (pengetahuan, keterampilan, dan
pembentukan siap).
4. Mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin
dicapai.
5. Semua mata elajaran diikat oleh kompetensi inti.
6. Keselarasan tuntutan kompetensi lulusan, isi, proses
pembelajaran, dan penilaian.
Oleh karena itu, untuk merancang RPP dengan baik,
maka SKL, KI, dan KD perlu dianalisis dan diselaraskan
dengan isi/materi, proses pembelajaran (pendekatan/
model/strategi/metode), IPK, tujuan pembelajaran,
dan penilaian atau asesmen.
19. ANALISIS KI/KD dan PERANCANGAN RPP
19
Dalam proses perancangan dan pembelajaran
alur yang digunakan adalah: bermula di KD pada
KI-3 KD pada KI 4 danselanjutnya
berdampak pada terbentuknya KD pada KI-2 dan
KI-1
Setelah KI-3 dan KI-4 tuntas dianalisis, lalu
diturunkan materi yang relevan dan rancangan
skenario pembelajaran termasuk penugasandan
penilaian.
Berdasarkan aktivitas belajar dan penugasan
tersebut dirancang indikator KD pada KI-1 dan
KI-2 secara terintegrasi. Rumusan indikator dari
KD pada KI-1 dan KI-2 tidak harusdimuat/ditulis
dalam RPP,namun diintegrasiandan terbentuk
dalam proses memperoleh pengetahuan dan
keterampilan.
20. STRATEGI ANALISIS SKL, KI, DAN KD
Mencermati SKL, KI, dan KD yang ada/tertulis di BukuGuru
apakah sesuai dan konsisten dengan regulasi Kur-2013 atau
tidak?
Mencermati apakah rumusan IPK benar, diturunkan dariKD
dan mencerminkan pencapaian kompetensi pesertadidik?
Mencermati apakah rumusan tujuan pembelajaran benar,
diturunkan dari IPK dan mencerminkan pencapaiankomptensi
pesertadidik?
Mencermati apakah kesesuaian, cakupan, dan keakuratan
materi pembelajaran terpenuhi dan mencerminkanpencapaian
komptensi pesertadidik?
Mencermati apakah kegiatan pembelajaran sesuasi dengan
tujuan pembelajaran dan mencerminkan pencapaiankomptensi
pesertadidik?
21. STRATEGI ANALISIS SKL, KI, DAN KD
Mencermati apakah rancangan pembelajaran
menggunakan pendekatan dan model pembelajaranyang
disarankan dalam regulasi Kur-2013 atautidak?
Mencermati apakah alat, media dan sumber belajar yang
digunakan sesuai dengan karakteristik siswa, materi dan
dapat mendukung pencapaian kompetensi peserta didik
atau tidak?
Mencermati apakah penilaian yang digunakan mengacu
padasistem penilainyang disarankan dalam Kur-2013 atau
tidak?
Mencermati apakah penilaian yang digunakan sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan dan
mencerminkan aspek kompetensiyang dicapai atau tidak?
22. Analisis SKL, KI, KD, IPK, Tujuan
Pembelajaran, Materi Pembelajaran,
Alat, Media dan Sumber Belajar,
Kegiatan Pembelajaran, dan Sistem
Penilaian dalam Buku Guru dan Buku
Siswa dapat menggunakan format-
format yang tersedia sebagaiperangkat
analisis Kur-2013
26. Kriteria Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik
1. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena
yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran
tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau
dongeng semata.
2.Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif
guru-siswa terbebas dari prasangka yang serta-merta,
pemikiran subjektif, atau penalaran yangmenyimpang
dari alur berpikirlogis.
3.Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara
kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi,
memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan
materi pembelajaran.
26
27. 4. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir
hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan
tautan satu sama lain dari materipembelajaran.
5. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu
memahami, menerapkan, dan mengembangkanpola
berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon
materi pembelajaran.
6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empirisyang
dapatdipertanggungjawabkan.
7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secarasederhana
dan jelas, namun menarik sistempenyajiannya.
27
Kriteria Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik
(Lanjutan)
29. Ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi
ajar agar peserta didik “tahumengapa.”
Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau
materi ajar agar peserta didik “tahubagaimana”.
Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau
materi ajaragarpeserta didik “tahu apa.”
Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbanganantara
kemampuan untuk menjadi manusia yang baik(soft skills)
dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan
untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang
meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan.
29
Prinsip Pembelajarandengan Pendekatan Saintifik
(Lanjtan)
30. 3
1. peserta didik difasilitasi untuk mencaritahu;
2. peserta didik belajar dari berbagai sumberbelajar;
3. proses pembelajaran menggunakan pendekatanilmiah;
4. pembelajaran berbasiskompetensi;
5. pembelajaranterpadu;
6. pembelajaran yang menekankan pada jawabandivergen
yang memiliki kebenaran multi dimensi;
7. pembelajaran berbasis keterampilanaplikatif;
8. peningkatan keseimbangan, kesinambungan, dan
keterkaitan antara hard-skills dansoft-skills;
PRINSIP-PRINSIP KEGIATAN PEMBELAJARAN
31. 9. pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajarsepanjang
hayat;
10. pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi
keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan
(ing madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas
peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri
handayani);
11. pembelajaranyang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di
masyarakat;
12. pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitaspembelajaran;
13. pengakuan atas perbedaan individualdan latarbelakang
budaya peserta didik;dan
14. suasana belajar menyenangkan danmenantang.
3
PRINSIP-PRINSIP KEGIATAN PEMBELAJARAN
(Lanjutan)
32. 32
Langkah-Langkah Pembelajaran
dengan Pendekatan Saintifik
Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah pembelajaran
dengan langkah utama yang terdiri atas kegiatan mengamati
(untuk mengidentifikasi hal-hal yang ingin diketahui), menanya
atau merumuskan pertanyaan (dan merumuskan
mencoba/mengumpulkan data (informasi) dengan
hipotesis),
berbagai
teknik, mengasosiasi/menganalisis/mengolah data (informasi)
dan menarik kesimpulan serta mengkomunikasikan hasil yang
terdiri dari kesimpulan untuk memperoleh pengetahuan,
keterampilan dansikap.
Langkah-langkah tersebut dapat dilanjutkan dengan kegiatan
mencipta.
34. LANGKAH PEMBELAJARAN
LANGKAH
PEMBELAJARAN
KEGIATAN BELAJAR KOMPETENSIYANG
DIKEMBANGKAN
MENGAMATI MEMBACA, MENDENGAR,
MENYIMAK, MELIHAT
(TANPA ATAUDENGAN
ALAT)
MELATIH KESUNGGUHAN,
KESABARAN, KETELITIAN
DAN KEMAMPUAN
MEMBEDAKAN INFORMASI
YANG UMUM DAN KHUSUS,
KEMAMPUAN BERPIKIR
ANALITIS, KRITIS, DEDUKTIF,
DAN KOMPREHENSIF
MENANYA MENGAJUKAN
PERTANYAAN TENTANG
INFORMASI YANG TIDAK
DIPAHAMI DARI APA YANG
DIAMATI ATAU
PERTANYAAN UNTUK
MENDAPATKAN INFORMASI
TAMBAHAN TENTANG APA
YANGDIAMATI
(DIMULAI DARI
PERTANYAANFAKTUAL
MENGEMBANGKAN
KREATIVITAS, RASA INGIN
TAHU, KEMAMPUAN
MERUMUSKAN PERTANYAAN
UNTUK MEMBENTUKCRITICAL
MINDS YANG PERLU UNTUK
HIDUP CERDAS DAN BELAJAR
SEPANJANG HAYAT
35. LANGKAH
PEMBELAJARAN
KEGIATAN BELAJAR KOMPETENSI YANG
DIKEMBANGKAN
MENGUMPULKAN
INFORMASI/
EKSPERIMEN
MELAKUKAN EKSPERIMEN
-MEMBACA SUMBERLAIN
SELAIN BUKUTEKS
-MENGAMATI OBJEK/KEJADIAN/
AKTIVITAS
-WAWANCARA DENGANNARA
SUMBER
MENGEMBANGKAN
SIKAP TELITI,
JUJUR,SOPAN,
MENGHARGAI
PENDAPAT ORANG LAIN,
KEMAMPUAN
BERKOMUNIKASI,
MENERAPKAN
KEMAMPUAN
MENGUMPULKAN
INFORMASI MELALUI
BERBAGAI CARA YANG
DIPELAJARI,
MENGEMBANGKAN
KEBIASAAN BELAJAR
DAN BELAJAR
SEPANJANG HAYAT.
36. LANGKAH
PEMBELAJARAN
KEGIATAN BELAJAR KOMPETENSI YANG
DIKEMBANGKAN
MENGASOSIASI -MENGOLAH INFORMASI YAG
SUDAH DIKUMPULKAN BAIK
TERBATAS DARI HASILKEGIATAN
MENGUMPULKAN/
EKSPERIMEN MAU PUN HASIL
DARI KEGIATAN MENGAMATI
DAN KEGIATAN
MENGUMPULKANINFORMASI.
-PENGOLAHAN INFORMASIYANG
DIKUMPULKAN DARI YANG
BERSIFAT MENAMBAH
KELUASAN DAN KEDALAMAN
SAMPAI KEPADA PENGOLAHAN
INFORMASI YANG BERSIFAT
MENCARI SOLUSI DARI
BERBAGAI SUMBER YANG
MEMILIKI PENDAPAT YANG
BERBEDA SAMPAI KEPADA YANG
BERTENTANGAN
MENGEMBANGKAN
SIKAP JUJUR, TELITI,
DISIPLIN, TAAT ATURAN,
KERJA KERAS,
KEMAMPUAN BERPIKIR
KORELATIF DAN
ASOSIASI, KEMAMPUAN
MENERAPKAN
PROSEDUR DAN
KEMAMPUAN BERPIKIR
INDUKTIF SERTA
DEDUKTIF DALAM
MENYIMPULKAN.
37. LANGKAH
PEMBELAJARAN
KEGIATAN BELAJAR KOMPETENSI YANG
DIKEMBANGKAN
MENGOMUNIKASIKAN MENYAMPAIKAN HASIL
PENGAMATAN,
KESIMPULAN
BERDASARKAN HASIL
ANALISIS SECARALISAN,
TERTULIS, ATAUMEDIA
LAINNYA
MENGEMBANGKAN
SIKAP JUJUR, TELITI,
TOLERANSI,
KEMAMPUAN BERPIKIR
SISTEMATIS,
MENGUNGKAPKAN
PENDAPAT DENGAN
SINGKAT DAN JELAS,
DAN MENGEMBANGKAN
KEMAMPUAN
BERBAHASA YANG BAIK
DAN BENAR.
Dapat dilanjutkan dengan Mencipta:
Peserta didik menginovasi, mencipta,
mendisain model, rancangan, produk (karya)
berdasarkan pengetahuan yang dipelajari.
38. PERAN GURU DALAM PEMBELAJARAN
DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK
1. Bertindak sebagai fasilitator.
2. Mengatur/mengarahkan kegiatan-kegiatan belajar.
3. Memberi umpan balik.
4. Memberikan penjelasan.
5. Memberi konfirmasi
6. ...
GURU TIDAK SEKEDAR MEMBIARKAN
PESERTA DIDIK MEMPEROLEH/
MENGKONSTRUK PENGETAHUAN SENDIRI.
GURU MEMBERI SETIAP BANTUAN YANG
DIPERLUKAN OLEH PESERTA DIDIK.
3
39. PERAN GURU DALAM PEMBELAJARAN
DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK
1. Tahap mengamati: Membantu peserta didik menemukan/
mendaftar/menginventarisasi apa saja yang ingin/perlu
diketahui sehingga dapat melakukan/menciptakansesuatu.
2. Tahap Menanya: Membantu peseserta didik merumuskan
pertanyaan berdasarkan daftar hal-hal yang perlu/ingin
diketahui agar dapat melakukan/menciptakansesuatu.
3. Tahap Mencoba/mengumpulkan data (informasi):
Membantu peserta didik merencanakan dan memperoleh
data/informasi untuk menjawab pertanyaan yang telah
dirumuskan.
4. Tahap Mengasosiasikan/menganalisis/mengolah data
(informasi): Membantu peserta didik mengolah/
menganalisis data/informasi dan menarik kesimpulan.
3
40. PERAN GURU DALAM PEMBELAJARAN
DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK
5.Tahap Mengkomunikasikan: Manager, pemberi
umpan balik, pemberi penguatan, pemberi
penjelasan/ informasi lebih luas.
6.Tahap Mencipta: memberi contoh/gagasan,
menyediakan pilihan, memberi dorongan, memberi
penghargaan, sebagai anggota yang terlibat
langsung.
4
41. PERAN GURU DALAM
PEMBELAJARAN
DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK
1. Bertindak sebagai fasilitator.
2. Mengatur/mengarahkan kegiatan-kegiatan belajar.
3. Memberi umpan balik.
4. Memberikan penjelasan.
5. Memberi konfirmasi
6. ...
GURU TIDAK SEKEDAR MEMBIARKAN PESERTA
DIDIK MEMPEROLEH/MENGKONSTRUK
PENGETAHUAN SENDIRI.
GURU MEMBERI SETIAP BANTUAN YANG
DIPERLUKAN OLEH PESERTA DIDIK.
4
42. PERAN GURU DALAM
PEMBELAJARAN
DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK
1. Tahap mengamati: Membantu peserta didik
menemukan/mendaftar/menginventarisasi apa saja yang
ingin/perlu diketahui sehingga dapat
melakukan/menciptakansesuatu.
2. Tahap Menanya: Membantu peseserta didik
merumuskan pertanyaan berdasarkan daftar hal-halyang
perlu/ingin diketahui agar dapat
melakukan/menciptakansesuatu.
3. Tahap Mencoba/mengumpulkan data (informasi):
Membantu peserta didik merencanakan dan
memperoleh data/informasi untuk menjawab pertanyaan
yang telahdirumuskan.
4. Tahap Mengasosiasikan/menganalisis/mengolah data
(informasi): Membantu peserta didik
menarikmengolah/menganalisis data/informasi dan
kesimpulan.
4
43. PERAN GURU DALAM
PEMBELAJARAN
DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK
5.Tahap Mengkomunikasikan: Manager, pemberi
umpan balik, pemberi penguatan, pemberipenjelasan/
informasi lebih luas.
6.Tahap Mencipta: memberi contoh/gagasan,
menyediakan pilihan, memberi dorongan, memberi
penghargaan, sebagai anggota yang terlibatlangsung.
4
46. A. Pengertian Penilain Autentik
1. Penilaian autentik (Authentic Assessment) adalah pengukuran yang
bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk
ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
2. Istilah Assessment merupakan sinonim dari penilaian, pengukuran,
pengujian, atau evaluasi.
3. Istilah autentik merupakan sinonim dariasli, nyata, valid, atau
reliabel.
4. Secara konseptual penilaian autentik lebih bermakna secara
signifikan dibandingkan dengantes pilihanganda terstandar
sekali pun.
5. Ketika menerapkan penilaian autentik untuk mengetahuihasil
dan prestasi belajar peserta didik, guru menerapkan kriteria
yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, aktivitas
mengamati dan mencoba, dan nilai prestasi luarsekolah.
46
47. B. Penilaian Autentik dan Tuntutan Kurikulum 2013
1. Penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan
ilmiah dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum
2013.
2. Penilaian tersebut mampu menggambarkan peningkatan hasil
belajar peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi, menalar,
mencoba, membangun jejaring, dan lain-lain.
3. Penilaian autentik cenderung fokus pada tugas-tugas kompleks
atau kontekstual, memungkinkan peserta didik untuk
menunjukkan kompetensi mereka dalam pengaturan yang lebih
autentik.
4. Penilaian autentik sangat relevan dengan pendekatan tematik
terpadu dalam pembejajaran, khususnya jenjang sekolah dasar
atau untuk mata pelajaran yang sesuai.
47
48. B. Penilaian Autentik dan Tuntutan Kurikulum 2013
(lanjutan)
5. Penilaian autentik sering dikontradiksikan dengan penilaian
yang menggunakan standar tes berbasis norma, pilihan
ganda, benar-salah, menjodohkan, atau membuat jawaban
singkat.
6. Tentu saja, pola penilaian seperti ini tidak diantikan dalam
proses pembelajaran, karena memang lazim digunakan dan
memperoleh legitimasi secara akademik.
7. Penilaian autentik dapat dibuat oleh guru sendiri, guru secara
tim, atau guru bekerja sama denganpeserta didik.
8. Dalam penilaian autentik, seringkali pelibatan siswa sangat
penting. Asumsinya, peserta didik dapat melakukan aktivitas
belajar lebih baik ketika mereka tahu bagaimana akan dinilai.
48
49. B. Penilaian Autentik dan Tuntutan Kurikulum 2013
(Lanjutan)
9. Peserta didik diminta untuk merefleksikan dan mengevaluasi
kinerja mereka sendiri dalam rangka meningkatkan pemahaman
yang lebih dalam tentang tujuan pembelajaran serta mendorong
kemampuan belajar yang lebih tinggi.
10. Pada penilaian autentik guru menerapkan kriteria yang berkaitan
dengan konstruksi pengetahuan, kajian keilmuan, dan pengalaman
yang diperoleh dari luar sekolah.
11. Penilaian autentik mencoba menggabungkan kegiatanguru
mengajar, kegiatan siswa belajar, motivasi dan keterlibatan
peserta didik, serta keterampilanbelajar.
12. Karena penilaian itu merupakan bagian dari proses
pembelajaran, guru dan pesertadidik berbagi pemahaman
tentang kriteria kinerja.
49
50. remedial harusdilakukan.50
B. Penilaian Autentik dan Tuntutan Kurikulum 2013
(Lanjutan)
13. Dalam beberapa kasus, peserta didik bahkan berkontribusi untuk
mendefinisikan harapan atas tugas-tugas yang harus mereka
lakukan.
14. Penilaian autentik sering digambarkan sebagaipenilaianatas
perkembangan peserta didik, karena berfokus pada
kemampuan mereka berkembang untuk belajar bagaimana
belajar tentang subjek.
15. Penilaian autentik harus mampu menggambarkan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan apayang sudah atau belum
dimiliki oleh peserta didik, bagaimanamereka menerapkan
pengetahuannya, dalam hal apa mereka sudah atau belum
mampu menerapkan perolehan belajar, dansebagainya.
16. Atasdasar itu, guru dapat mengidentifikasi materi apayang
sudah layak dilanjutkan dan untuk materi apa pula kegiatan
51. C. Penilaian Autentik dan Pembelajaran Autentik
1. Penilaian autentik mengharuskan pembelajaran yang autentik
pula.
2. Menurut Ormiston, belajar autentik mencerminkan tugas dan
pemecahan masalah yang diperlukan dalam kenyataannya di
luar sekolah.
3. Penilaian autentik terdiri dari berbagai teknik penilaian.
Pertama, pengukuran langsung keterampilan peserta didik yang
berhubungan dengan hasil jangka panjang pendidikan seperti
kesuksesan di tempat kerja. Kedua, penilaian atas tugas-tugas
yang memerlukan keterlibatan yang luas dan kinerja yang
kompleks. Ketiga, analisis proses yang digunakan untuk
menghasilkan respon peserta didik atas perolehan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan yang ada.
51
52. 4. Penilaian autentik akan bermakna bagi guru untuk
menentukan cara-cara terbaik agar semua siswa dapat
mencapai hasil akhir, meski dengan satuan waktu yang
berbeda.
5. Konstruksi sikap, keterampilan, dan pengetahuan
dicapai melalui penyelesaian tugas di mana peserta
didik telah memainkan peran aktif dan kreatif.
6. Keterlibatan peserta didik dalam melaksanakan tugas
sangat bermakna bagi perkembangan pribadi mereka.
52
C. Penilaian Autentik dan Pembelajaran Autentik
53. 7. Dalam pembelajaran autentik, peserta didik diminta
mengumpulkan informasi dengan pendekatan scientific,
memahami aneka fenomena atau gejala dan hubungannya satu
sama lain secara mendalam, serta mengaitkan apa yang
dipelajari dengan dunia nyata yang ada di luar sekolah.
8. Guru dan peserta didik memiliki tanggung jawab atas apa yang
terjadi. Peserta didik pun tahu apa yang mereka ingin pelajari,
memiliki parameter waktu yang fleksibel, dan
bertanggungjawab untuk tetap pada tugas.
9. Penilaian autentik pun mendorong peserta didik
mengkonstruksi, mengorganisasikan, menganalisis,
mensintesis, menafsirkan, menjelaskan, dan mengevaluasi
informasi untuk kemudian mengubahnya menjadi pengetahuan
baru.
53
C. Penilaian Autentik dan Pembelajaran Autentik
54. Pada pembelajaran autentik, guru harus menjadi “guru autentik.” Peran guru
bukan hanya pada proses pembelajaran, melainkan juga pada penilaian.
Untuk bisa melaksanakan pembelajaran autentik, guru harus memenuhi
kriteria tertentu:
1. Mengetahui bagaimana menilai kekuatan dan kelemahanpeserta
didik serta desainpembelajaran.
2. Mengetahui bagaimana cara membimbing peserta didik untuk
mengembangkan pengetahuan mereka sebelumnya dengan cara
mengajukan pertanyaandan menyediakan sumberdaya memadai
bagi peserta didik untuk melakukanakuisisi pengetahuan.
3. Menjadi pengasuh proses pembelajaran, melihat informasi baru, dan
mengasimilasikan pemahaman pesertadidik.
4. Menjadi kreatif tentang bagaimanaproses belajarpesertadidik dapat
diperluas dengan menimba pengalaman dari dunia di luar tembok
sekolah.
54
C. Penilaian Autentik dan Pembelajaran Autentik
56. 1. Penilaian Kinerja
Penilaian autentik sebisa mungkin melibatkan parsisipasi peserta
didik, khususnya dalam proses dan aspek-aspek yang akan dinilai.
Guru dapat melakukannya dengan meminta para peserta didik
menyebutkan unsur-unsur proyek/tugas yang akan mereka
gunakan untuk menentukan kriteria penyelesaiannya.
Berikut ini caramerekam hasil penilaian berbasis kinerja.
1. Daftar cek (checklist).
2. Catatan anekdot/narasi (anecdotal/narative records).
3. Skala penilaian (rating scale).
4. Memori atau ingatan (memory approach).
56
57. 2. Penilaian Proyek
Penilaian proyek (project assessment) merupakan kegiatan penilaian
terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik menurut
periode/waktu tertentu. Penyelesaian tugas dimaksud berupa investigasi
yang dilakukan oleh peserta didik, mulai dari perencanaan, pengumpulan
data, pengorganisasian, pengolahan, analisis, dan penyajian data.
Berikut ini tiga hal yang perlu diperhatian guru dalam penilaian proyek.
1. Keterampilan peserta didik dalam memilih topik, mencari dan
mengumpulkan data, mengolah dan menganalisis, memberi makna atas
informasi yang diperoleh, dan menulis laporan.
2. Kesesuaian atau relevansi materi pembelajaran dengan pengembangan
sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dibutuhkan oleh peserta didik.
3. Keaslian sebuah proyek pembelajaran yang dikerjakan atau dihasilkan oleh
peserta didik.
57
58. 3. Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian atas
kumpulan artefak yang menunjukkan kemajuan
dan dihargai sebagai hasil kerja dari dunia nyata.
Penilaian portofolio bisa berangkat dari hasil kerja
peserta didik secara perorangan atau diproduksi
secara berkelompok, memerlukan refleksi peserta
didik, dan dievaluasi berdasarkan beberapa
dimensi.
58
59. Penilaian portofolio dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah
seperti berikut ini.
1. Guru menjelaskan secara ringkas esensi penilaian portofolio.
2. Guru atau guru bersama peserta didik menentukan jenis portofolio yang
akan dibuat.
3. Peserta didik, baik sendiri maupun kelompok, mandiri atau di bawah
bimbingan guru menyusun portofolio pembelajaran.
4. Guru menghimpun dan menyimpan portofolio peserta didik pada
tempat yang sesuai, disertai catatan tanggal pengumpulannya.
5. Guru menilai portofolio peserta didik dengan kriteria tertentu.
6. Jika memungkinkan, guru bersama peserta didik membahas bersama
dokumen portofolio yang dihasilkan.
7. Guru memberi umpan balik kepada peserta didik atas hasil penilaian
portofolio.
59
3. Portofolio (lanjutan)
60. 4. Penilaian Tertulis
Tes tertulis berbentuk uraian atau esai menuntut
peserta didik mampu mengingat, memahami,
mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis,
mensintesis, mengevaluasi, dan sebagainya atas
materi yang sudah dipelajari. Tes tertulis
berbentuk uraian sebisa mungkin bersifat
komprehensif, sehingga mampu menggambarkan
ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan
peserta didik.
60
63. BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYAMANUSIA PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN
DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN
(DISCOVERY LEARNING)
64. Metode Discovery Learning adalah teori belajar yang
didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila
pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk
finalnya, tetapi diharapkan siswa mengorganisasi sendiri.
Sebagai strategi belajar, Discovery Learning mempunyai
prinsip yang sama dengan inkuiri (inquiry) dan Problem
Solving. Tidak ada perbedaan yang prinsipil pada ketiga
istilah ini, pada Discovery Learning lebih menekankan pada
ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak
diketahui. Perbedaannya dengan discovery ialah bahwapada
discovery masalah yang diperhadapkan kepada siswa
semacam masalah yang direkayasa olehguru
Definisi/Konsep
65. Dalam mengaplikasikan metode Discovery Learning guru berperan sebagai
pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar
secara aktif, sebagaimana pendapat guru harus dapat membimbing dan
mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan. Kondisi seperti
ini ingin merubah kegiatan belajar mengajar yang teacher orientedmenjadi
student oriented.
Dalam Discovery Learning, hendaknya guru harus memberikan kesempatan
muridnya untuk menjadi seorang problem solver, seorang scientis, historin,
atau ahli matematika. Bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, tetapi
siswa dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan menghimpuninformasi,
membandingkan, mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan,
mereorganisasikan bahan serta membuatkesimpulan-kesimpulan.
Definisi/Konsep
66. Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan
keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha
penemuan merupakan kunci dalam proses ini, seseorang
tergantung bagaimana carabelajarnya.
Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangatpribadi
dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan
transfer.
Menimbulkan rasa senang padasiswa, karena tumbuhnya rasa
menyelidiki dan berhasil.
Metode ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepatdan
sesuai dengan kecepatannyasendiri.
Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnyasendiri
dengan melibatkan akalnya dan motivasisendiri.
Keuntungan Model Pembelajaran Penemuan
67. Metode ini dapat membantu siswa memperkuat konsepdirinya,
karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang
lainnya.
Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif
mengeluarkan gagasan-gagasan. Bahkan gurupun dapat
bertindak sebagai siswa, dan sebagai peneliti di dalam situasi
diskusi.
Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan)
karena mengarah padakebenaran yang final dantertentu atau
pasti.
Siswa akan mengerti konsep dasardan ide-ide lebih baik;
Membantu dan mengembangkan ingatan dan transferkepada
situasi proses belajaryang baru;
Keuntungan Model Pembelajaran Penemuan
68. Mendorong siswa berfikir dan bekerja atas inisiatifsendiri;
Mendorong siswa berfikir intuisi dan merumuskanhipotesis
sendiri;
Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik; Situasiproses
belajar menjadi lebihterangsang;
Proses belajar meliputi sesamaaspeknya siswa menuju pada
pembentukan manusiaseutuhnya;
Meningkatkan tingkat penghargaan padasiswa;
Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkanberbagai
jenis sumberbelajar;
Dapat mengembangkan bakat dan kecakapanindividu.
Keuntungan Model Pembelajaran Penemuan
69. Metode ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran
untuk belajar. Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami
kesulitan abstrak atau berfikiratau mengungkapkan hubungan
antara konsep-konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga pada
gilirannya akan menimbulkanfrustasi.
Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang
banyak, karena membutuhkan waktu yang lama untuk
membantu mereka menemukan teori atau pemecahanmasalah
lainnya.
Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat
buyar berhadapandengan siswa dan guru yang telah terbiasa
dengan cara-cara belajar yanglama.
Kelemahan Model Pembelajaran Penemuan
70. Pengajaran discovery lebih cocok untuk
mengembangkan pemahaman, sedangkan
mengembangkan aspek konsep, keterampilandan
emosi secara keseluruhan kurang mendapat
perhatian.
Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang
fasilitas untuk mengukur gagasanyang dikemukakan
oleh parasiswa
Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk
berfikiryang akan ditemukanoleh siswa karena telah
dipilih terlebih dahulu olehguru.
Kelemahan Pembelajaran Penemuan
72. Fase 1: Pemberian Rangsangan (Stimulation)
a. Peserta didik dihadapkan pada sesuatu yang
menimbulkan kebingungannya, kemudian
dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi,
agar timbul keinginan untuk menyelidikisendiri.
b. Guru memulai kegiatan pembelajaran dengan
mengajukan pertanyaan, anjuran membacabuku,
dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada
persiapan pemecahan masalah.
c. Stimulasi pada fase ini berfungsi untuk
menyediakan kondisi interaksi belajar yangdapat
mengembangkan dan membantu siswa dalam
mengeksplorasi bahan.
Langkah-Langkah Operasional
73. Fase 2: Identifikasi Masalah (Problem Identification)
a. Guru memberi kesempatan kepadasiswa untuk
mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda
masalah yang relevan dengan bahan pelajaran,
kemudian salah satunyadipilihdan dirumuskan dalam
bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan
masalah).
a. Permasalahan yang dipilih ituselanjutnya harus
dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, atauhipotesis,
yakni pernyataan sebagai jawaban sementara atas
pertanyaan yangdiajukan.
Lanjutan
74. Fase 3: Pengumpulan Data (Data Collection)
a. Ketika eksplorasi berlangsung gurujuga memberi
kesempatan kepada para siswa untukmengumpulkan
informasi yang relevan sebanyak-banyaknya untuk
membuktikan benar atau tidaknyahipotesis.
a. Pada tahap ini berfungsi untukmenjawab pertanyaan
atau membuktikan benar tidaknyahipotesis. Dengan
demikian peserta didik diberi kesempatan untuk
mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang
relevan, membaca literatur, mengamati objek,
wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba
sendiri dansebagainya.
lanjutan
75. Fase 4: Pengolahan Data (Data Processing)
a. Pengolahan data merupakan kegiatanmengolah data
dan informasi baik melalui wawancara, observasi,dan
sebagainya, lalu ditafsirkan.
a. Semua informasi hasil bacaan, wawancara, observasi,
dan sebagainya, semuanya diolah, diacak,
diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perludihitung
dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat
kepercayaan tertentu
lanjutan
76. Fase 5: Pembuktian (Verification)
a. Peserta didikmelakukan pemeriksaan secara cermat
untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesisyang
ditetapkan tadi dengan temuan alternatif,dihubungkan
dengan hasil pengolahan data.
a. Verifikasi menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar
akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menemukan suatu konsep, teori, aturan atau
pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai
dalam kehidupannya.
lanjutan
77. Fase 6: Menarik Kesimpulan (Generalization)
a. Menarik kesimpulan adalah prosesmenarik sebuah
kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan
berlaku untuk semua kejadian atau masalahyang sama,
dengan memperhatikan hasilverifikasi.
a. Berdasarkan hasil verifikasi makadirumuskan prinsip-
prinsip yang mendasarigeneralisasi.
lanjutan
78. Dalam Model Pembelajaran Discovery Learning, penilaian
dapat dilakukan dengan menggunakan tes maupunnontes.
Penilaian yang digunakan dapat berupa penilaian kognitif,
proses, sikap, atau penilaian hasil kerja siswa. Jika bentuk
penialainnya berupa penilaian kognitif, maka dalammodel
pembelajaran discovery learning dapat menggunakan tes
tertulis. Jika bentuk penilaiannyamenggunakan penilaian
proses, sikap, atau penilaian hasil kerja siswa maka
pelaksanaan penilaiandapatdilakukandengan
pengamatan.
SISTEM PENILAIAN
80. BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYAMANUSIA PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN
DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
MODEL PEMBELAJARAN
BERBASIS MASALAH
(PROBLEM BASED LEARNING)
81. Definisi/Konsep
Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah
pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah
kontekstual sehingga merangsang peserta didikuntuk
belajar.
Dalam kelas yang menerapkan pembelajaranberbasis
masalah, peserta didik bekerja dalam tim untuk
memecahkan masalah dunia nyata (realworld)
81
82. KELEBIHAN PBL
1) Dengan PBL akan terjadi pembelajaran bermakna.
Peserta didik/mahapeserta didik yang belajar
memecahkan suatu masalah maka mereka akan
menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau
berusaha mengetahui pengetahuan yangdiperlukan.
Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas
ketika peserta didik/mahapeserta didik berhadapan
dengan situasi di mana konsepditerapkan
82
83. KELEBIHAN PBL
(2) Dalam situasi PBL, peserta didik/mahapeserta
didik mengintegrasikan pengetahuan danketrampilan
secara simultan dan mengaplikasikannya dalam
konteks yangrelevan
(3) PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir
kritis, menumbuhkan inisiatif peserta
didik/mahapeserta didik dalam bekerja, motivasi
internal untuk belajar, dan dapatmengembangkan
hubungan interpersonal dalam bekerjakelompok.
83
84. Proses Pembelajaran
1. Konsep Dasar (BasicConcept)
Fasilitator memberikan konsepdasar, petunjuk,
referensi, atau link dan skill yang diperlukandalam
pembelajaran tersebut. Hal ini dimaksudkan agar
peserta didik lebih cepat masuk dalam atmosfer
pembelajaran dan mendapatkan ‘peta’ yang akurat
tentang arah dan tujuanpembelajaran
84
85. Proses Pembelajaran
2. Pendefinisian Masalah (Defining the
Problem)
Dalam langkah ini fasilitator menyampaikan skenario
atau permasalahan dan peserta didik melakukan
berbagai kegiatan brainstorming dan semua anggota
kelompok mengungkapkan pendapat, ide, dan
tanggapan terhadap skenario secara bebas, sehingga
dimungkinkan muncul berbagai macam alternatif
pendapat
85
86. . Pembelajaran Mandiri (Self Learning)
Peserta didik mencari berbagai sumber yang dapat memperjelas
isu yang sedang diinvestigasi. Sumber yang dimaksud dapat
dalam bentuk artikel tertulis yang tersimpan di perpustakaan,
halaman web, atau bahkan pakar dalam bidang yang relevan.
Tahap investigasi memiliki dua tujuan utama, yaitu: (1) agar
peserta didik mencari informasi dan mengembangkan
pemahaman yang relevan dengan permasalahan yang telah
didiskusikan di kelas, dan (2) informasi dikumpulkan dengan
satu tujuanyaitu dipresentasikandi kelasdan informasi tersebut
haruslah relevandan dapatdipahami.
86
87. 4. Pertukaran Pengetahuan (Exchange knowledge)
Setelah mendapatkan sumber untuk keperluan
pendalaman materi dalam langkah pembelajaran
mandiri, selanjutnya pada pertemuan berikutnya
peserta didik berdiskusi dalam kelompoknya untuk
mengklarifikasi capaiannya dan merumuskan solusi
dari permasalahan kelompok. Pertukaran
pengetahuan ini dapatdilakukandengan cara peserrta
didik berkumpul sesuai kelompok danfasilitatornya.
87
88. 5. Penilaian (Assessment)
Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek
pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill), dan sikap
(attitude). Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan
yang mencakup seluruh kegiatan pembelajaran yang
dilakukan dengan ujianakhirsemester (UAS), ujian tengah
semester (UTS), kuis, PR, dokumen, danlaporan.
Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari
penguasaan alat bantu pembelajaran, baiksoftware,
hardware, maupun kemampuan perancangan dan
pengujian.
88
89. Contoh Penerapan
Sebelum memulai proses belajar-mengajar di dalam
kelas, peserta didik terlebih dahulu diminta untuk
mengobservasi suatu fenomena terlebihdahulu.
Kemudian peserta didik diminta mencatatmasalah-
masalah yang muncul.
Setelah itu tugasguru adalah meransang pesertadidik
untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah
yang ada. Tugas guru adalah mengarahkan peserta
didik untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan
mendengarkan pendapat yang berbeda darimereka.
89
90. Contoh Penerapan
Memanfaatkan lingkungan peserta didik untukmemperoleh
pengalaman belajar. Guru memberikan penugasan yang
dapat dilakukan di berbagai konteks lingkungan peserta
didik, antara lain di sekolah, keluarga danmasyarakat.
Penugasan yang diberikan oleh guru memberikan
kesempatan bagi peserta didik untuk belajar diluar kelas.
Peserta didik diharapkan dapat memperoleh pengalaman
langsung tentang apa yang sedang dipelajari.Pengalaman
belajar merupakan aktivitas belajar yang harus dilakukan
pesertadidik dalam rangka mencapai penguasaan standar
kompetensi, kemampuan dasar dan materipembelajaran.
90
91. Contoh Penerapan
91
FASE-FASE PERILAKU GURU
Fase 1 Tahapan-Ta
Orientasi peserta didik kepada
masalah
hap aMnenMjeloasdkaenltuPjuBanLpembelajaran,
menjelaskan
logistik yg dibutuhkan
Memotivasi peserta didik untuk terlibat aktif
dalam pemecahan masalah yang dipilih
Fase 2
Mengorganisasikan peserta didik
Membantu peserta didik mendefinisikan
danmengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah tersebut
Fase 3
Membimbing penyelidikan individu
dan kelompok
Mendorong peserta didik untuk mengumpulkan
informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen
untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan
masalah
Fase 4
Mengembangkan dan menyajikan
hasil karya
Membantu peserta didik dalam merencanakan
dan menyiapkan karya yang sesuai seperti
laporan, model dan berbagi tugas dengan teman
Fase 5
Menganalisa dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah
Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang
telah dipelajari /meminta kelompok presentasi
hasil kerja
92. SISTEM PENILAIAN
Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek
pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill), dan sikap
(attitude). Penilaian terhadap penguasaan pengetahuanyang
mencakup seluruh kegiatan pembelajaran yang dilakukan
dengan ujian akhir semester (UAS), ujian tengah semester
(UTS), kuis, PR, dokumen, danlaporan.
Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari penguasaan
alat bantu pembelajaran, baik software, hardware, maupun
kemampuan perancangan dan pengujian. Sedangkanpenilaian
terhadap sikap dititikberatkan pada penguasaan soft skill,
yaitu keaktifan dan partisipasi dalam diskusi, kemampuan
bekerjasama dalam tim, dan kehadirandalam pembelajaran.
Bobot penilaian untuk ketigaaspek tersebut ditentukanoleh
guru mata pelajaran yangbersangkutan.
92
93. SISTEM PENILAIAN
Penilaian pembelajaran dengan PBL dilakukandengan
authentic assesment. Penilaian dapat dilakukandengan
portfolio yang merupakan kumpulan yang sistematis pekerjaan-pekerjaan
peserta didik yang dianalisis untuk melihat kemajuan belajar dalam kurun
waktu tertentu dalam kerangka pencapaian tujuanpembelajaran.
Penilaian dalam pendekatan PBL dilakukan dengan cara evaluasi diri (self-
assessment) danpeer-assessment.
Self-assessment. Penilaian yang dilakukan oleh pebelajar itu sendiri
terhadap usaha-usahanyadan hasil pekerjaannya dengan merujuk pada
tujuan yang ingin dicapai (standard) oleh pebelajar itu sendiri dalam
belajar.
Peer-assessment. Penilaian di mana pebelajar berdiskusi untuk
memberikan penilaian terhadap upaya dan hasil penyelesaiantugas-tugas
yang telah dilakukannya sendiri maupun oleh teman dalamkelompoknya
93
94. BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYAMANUSIA PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN
DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK
(PROJECT BASED LEARNING)
95. Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based
Learning=PjBL) adalah metoda pembelajaran yang
menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Peserta
didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi,
sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai
bentuk hasil belajar.
Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan metode belajar
yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam
mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuanbaru
berdasarkan pengalamannya dalam beraktifitas secara
nyata.
Definisi/Konsep
96. Pembelajaran Berbasis Proyek dirancang untuk digunakan pada
permasalahan komplek yang diperlukan peserta didik dalam
melakukan insvestigasi dan memahaminya. Melalui PjBL, proses
inquiry dimulai dengan memunculkan pertanyaan penuntun (a
guiding question) dan membimbing peserta didik dalam sebuah
proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek
(materi) dalamkurikulum.
Pada saat pertanyaan terjawab, secara langsung peserta didik
dapat melihat berbagai elemen utamasekaligus berbagai prinsip
dalam sebuah disiplin yang sedang dikajinya. PjBL merupakan
investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini
akan berharga bagi atensi dan usaha pesertadidik.
97. Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar,
mendorong kemampuan mereka untuk melakukanpekerjaan
penting, dan mereka perlu untukdihargai.
Meningkatkan kemampuan pemecahanmasalah.
Membuat pesertadidik menjadi lebih aktif dan berhasil
memecahkan problem-problem yangkompleks.
Meningkatkan kolaborasi.
Mendorong peserta didik untuk mengembangkandan
mempraktikkan keterampilan komunikasi.
Meningkatkan keterampilan pesertadidik dalam mengelola
sumber.
Keuntungan Pembelajaran Berbasis Proyek
98. Memberikan pengalaman kepada pesertadidik pembelajaran
dan praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat
alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan
untuk menyelesaikantugas.
Menyediakan pengalaman belajaryang melibatkan peserta
didik secara kompleks dan dirancang untuk berkembang
sesuai dunianyata.
Melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil
informasi dan menunjukkan pengetahuan yang dimiliki,
kemudian diimplementasikandengan dunia nyata.
Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan,sehingga
peserta didik maupun pendidik menikmati proses
pembelajaran.
Keuntungan Pembelajaran Berbasis Proyek
99. Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikanmasalah.
Membutuhkan biaya yang cukupbanyak
Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas
tradisional, di mana instruktur memegang peran utamadi
kelas.
Banyaknya peralatan yang harusdisediakan.
Peserta didik yang memiliki kelemahan dalampercobaan
dan pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan.
Ada kemungkinan pesertadidik yang kurang aktif dalam
kerja kelompok.
Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing
kelompok berbeda, dikhawatirkan peserta didik tidakbisa
memahami topik secarakeseluruhan
Kelemahan Pembelajaran Berbasis Proyek
101. Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap
suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode/waktu
tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejakdari
perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian,
pengolahan dan penyajiandata.
Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui
pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan
penyelidikan dan kemampuan menginformasikanpeserta
didik pada matapelajaran tertentu secara jelas.
SISTEM PENILAIAN
102. Pada penilaian proyek setidaknya ada 3 hal yang perlu dipertimbangkan
yaitu:
Kemampuan pengelolaan
Kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasidan
mengelola waktu pengumpulan data serta penulisanlaporan.
Relevansi
Kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkantahap
pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalampembelajaran.
Keaslian
Proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasilkaryanya,
dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan
dukungan terhadap proyek pesertadidik.
SISTEM PENILAIAN
104. Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based
Learning=PjBL) adalah metoda pembelajaran yang
menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Peserta
didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi,
sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai
bentuk hasil belajar.
Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan metode belajar
yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam
mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuanbaru
berdasarkan pengalamannya dalam beraktifitas secara
nyata.
Definisi/Konsep
105. Pembelajaran Berbasis Proyek dirancang untuk digunakan
pada permasalahan komplek yang diperlukan peserta didik
dalam melakukan insvestigasi dan memahaminya. Melalui
PjBL, proses inquiry dimulai dengan memunculkan
pertanyaan penuntun (a guiding question) dan membimbing
peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang
mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalamkurikulum.
Pada saat pertanyaan terjawab, secara langsung peserta didik
dapat melihat berbagai elemen utama sekaligus berbagai
prinsip dalam sebuah disiplin yang sedang dikajinya. PjBL
merupakan investigasi mendalam tentang sebuah topikdunia
nyata, hal ini akan berharga bagi atensi dan usaha peserta
didik.
106. Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk
belajar, mendorong kemampuan mereka untuk
melakukan pekerjaan penting, dan mereka perluuntuk
dihargai.
Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
Membuat pesertadidik menjadi lebih aktif dan berhasil
memecahkan problem-problem yang kompleks.
Meningkatkan kolaborasi.
Mendorong peserta didik untuk mengembangkandan
mempraktikkan keterampilan komunikasi.
Meningkatkan keterampilan peserta didikdalam
mengelolasumber.
Keuntungan Pembelajaran Berbasis Proyek
107. Memberikan pengalaman kepada pesertadidik pembelajaran
dan praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat
alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan
untuk menyelesaikantugas.
Menyediakan pengalaman belajaryang melibatkan peserta
didik secara kompleks dan dirancang untuk berkembang
sesuai dunianyata.
Melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil
informasi dan menunjukkan pengetahuan yang dimiliki,
kemudian diimplementasikandengan dunia nyata.
Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan,sehingga
peserta didik maupun pendidik menikmati proses
pembelajaran.
Keuntungan Pembelajaran Berbasis Proyek
108. Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikanmasalah.
Membutuhkan biaya yang cukupbanyak
Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas
tradisional, di mana instruktur memegang peran utamadi
kelas.
Banyaknya peralatan yang harusdisediakan.
Peserta didik yang memiliki kelemahan dalampercobaan
dan pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan.
Ada kemungkinan pesertadidik yang kurang aktif dalam
kerja kelompok.
Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing
kelompok berbeda, dikhawatirkan peserta didik tidakbisa
memahami topik secarakeseluruhan
Kelemahan Pembelajaran Berbasis Proyek
110. Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap
suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode/waktu
tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejakdari
perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian,
pengolahan dan penyajiandata.
Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui
pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan
penyelidikan dan kemampuan menginformasikanpeserta
didik pada matapelajaran tertentu secara jelas.
SISTEM PENILAIAN
111. Pada penilaian proyek setidaknya ada 3 hal yang perlu dipertimbangkan
yaitu:
Kemampuan pengelolaan
Kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasidan
mengelola waktu pengumpulan data serta penulisanlaporan.
Relevansi
Kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkantahap
pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalampembelajaran.
Keaslian
Proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasilkaryanya,
dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan
dukungan terhadap proyek pesertadidik.
SISTEM PENILAIAN