Tata cara umrah_praktis_jamilatravel99jamilatravel
travel umroh, travel umroh terbaik, travel umroh jakarta, travel umroh jakarta, travel umroh terpercaya, travel umroh bermasalah, travel umroh terbaik di jakarta, travel umroh sbl, travel umroh arminareka, travel umroh yusuf mansur, travel umroh bandung
Tata cara umrah_praktis_jamilatravel99jamilatravel
travel umroh, travel umroh terbaik, travel umroh jakarta, travel umroh jakarta, travel umroh terpercaya, travel umroh bermasalah, travel umroh terbaik di jakarta, travel umroh sbl, travel umroh arminareka, travel umroh yusuf mansur, travel umroh bandung
Bacaan Sholat Tahajud yang Benar Sesuai Sunnah Nabi (PDF)Hendri Syahrial
Bacaan Sholat Tahajud
Dalam Sholat Tahajud tidak ada bacaan khusus yang diwajibkan (setelah membaca al-Fatihah). Anda boleh membaca surat apa saja dalam al-Quran setelah Anda membaca al-Fatihah. Namun, jika kita ingin mencontoh teladan kita, yaitu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka beginilah gambaran Sholat Malam Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Anda dapat membayangkan panjangnya bacaan Sholat Tahajud Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Anda dapat membayangkan lamanya beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri ketika Sholat Tahajud dikarenakan panjangnya ayat dan surat yang beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam baca.
Nabi shallallahu’alaihi wa sallam membaca surat al-Quran yang panjang ketika Sholat Tahajud
Syaikh al-Albani dalam buku “Shifatu Sholaatin Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, minat Takbiir ilat Tasliim Ka-annaka Taroohaa”, atau yang biasa kita kenal dengan buku “Sifat Sholat Nabi”, beliau Syaikh al-Albani menulis bahwa terkadang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengeraskan bacaannya dan terkadang melirihkan. Terkadang beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca surah al-Quran yang pendek dan terkadang membaca surah yang panjang, dan bahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah membaca surah yang sangat panjang sehingga Abdullah bin Mas’ud mengatakan:
“Saya pernah Sholat Malam bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau berdiri sangat lama, sampai-sampai saya bermaksud melakukan sesuatu yang tidak baik.” Ada yang bertanya, “Apa maksudmu melakukan yang tidak baik itu?” Abdullah bin Mas’ud menjawab, “Saya bermaksud duduk dan meninggalkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sendirian.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Sholat – merupakan suatu kewajiban umat muslim untuk melaksanakan Ibadah sholat fardhu, yaitu sholat 5 waktu dlm sehari semalam. Hukum sholat adalah fardhu’ain, karena sejak kecil kita harus di tanamkan kebiasaan melaksanakan ibadah sholat, maka ketika akan beranjak baligh/sudah dewasa karena sudah menjadi kewajoban untuk melaksanakan sholat fardhu.
Waktu sholat dhuha: batas waktu sholat dhuha yang baikHendri Syahrial
Waktu sholat dhuha: batas waktu sholat dhuha yang baik. Waktu sholat dhuha yang benar. Waktu sholat dhuha jam berapa. Waktu sholat dhuha hari ini. Waktu sholat dhuha menurut sunnah.
Bacaan Sholat Tahajud yang Benar Sesuai Sunnah Nabi (PDF)Hendri Syahrial
Bacaan Sholat Tahajud
Dalam Sholat Tahajud tidak ada bacaan khusus yang diwajibkan (setelah membaca al-Fatihah). Anda boleh membaca surat apa saja dalam al-Quran setelah Anda membaca al-Fatihah. Namun, jika kita ingin mencontoh teladan kita, yaitu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka beginilah gambaran Sholat Malam Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Anda dapat membayangkan panjangnya bacaan Sholat Tahajud Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Anda dapat membayangkan lamanya beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri ketika Sholat Tahajud dikarenakan panjangnya ayat dan surat yang beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam baca.
Nabi shallallahu’alaihi wa sallam membaca surat al-Quran yang panjang ketika Sholat Tahajud
Syaikh al-Albani dalam buku “Shifatu Sholaatin Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, minat Takbiir ilat Tasliim Ka-annaka Taroohaa”, atau yang biasa kita kenal dengan buku “Sifat Sholat Nabi”, beliau Syaikh al-Albani menulis bahwa terkadang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengeraskan bacaannya dan terkadang melirihkan. Terkadang beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca surah al-Quran yang pendek dan terkadang membaca surah yang panjang, dan bahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah membaca surah yang sangat panjang sehingga Abdullah bin Mas’ud mengatakan:
“Saya pernah Sholat Malam bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau berdiri sangat lama, sampai-sampai saya bermaksud melakukan sesuatu yang tidak baik.” Ada yang bertanya, “Apa maksudmu melakukan yang tidak baik itu?” Abdullah bin Mas’ud menjawab, “Saya bermaksud duduk dan meninggalkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sendirian.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Sholat – merupakan suatu kewajiban umat muslim untuk melaksanakan Ibadah sholat fardhu, yaitu sholat 5 waktu dlm sehari semalam. Hukum sholat adalah fardhu’ain, karena sejak kecil kita harus di tanamkan kebiasaan melaksanakan ibadah sholat, maka ketika akan beranjak baligh/sudah dewasa karena sudah menjadi kewajoban untuk melaksanakan sholat fardhu.
Waktu sholat dhuha: batas waktu sholat dhuha yang baikHendri Syahrial
Waktu sholat dhuha: batas waktu sholat dhuha yang baik. Waktu sholat dhuha yang benar. Waktu sholat dhuha jam berapa. Waktu sholat dhuha hari ini. Waktu sholat dhuha menurut sunnah.
MENGGAPAI RIDHO ALLOH TA'ALA DENGAN MEMPERBANYAK MUHASABAH DAN MEMGIMPLEMENTASIKANNYA DALAM MENJALANI KEHIDUPAN INI UNTUK MENJADI HAMBANYA YANG LEBIH BAIK FIDDUNYA WAL AKHIROH.
1. "Hukum Mengusap Wajah Setelah Berdo’a"
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga
dan sahabatnya.
Kami sengaja mengangkat tema ini, karena ada faedah yang berharga yang kami dapatkan dari ulama
besar Saudi Arabia (Syaikh Sholeh Al Fauzan hafizhohullah) yang sikap beliau jauh berbeda dalam
menyikapi hal ini. Artinya beliau menyikapinya jauh berbeda dengan sebagian orang yang mengatakan
bid’ah dan sesat. Mengenai mengusap wajah setelah berdo’a kami sendiri sudah yakin bahwa itu tidak
disyari’atkan karena kebanyakan ulama menilai bahwa haditsnya lemah. Sehingga jika lemah, tentu saja
tidak perlu diamalkan. Namun bagaimana mengingkari orang lain yang masih mengamalkan hal ini? Kita
dapat lihat ulama besar yang sudah ma’ruf bagaimana keilmuannya mengatakan bahwa tidak perlu
bersikap keras dalam mengingkarinya. Mari kita lihat bahasan berikut. Moga bermanfaat.
Hadits Mengusap Wajah Setelah Do’a
Mengenai hadits tersebut di antaranya disebutkan oleh Ibnu Hajar dalam kitab Bulughul Marom
َعَن َْ َمَرن – ضي م هللا نه ن – َالََ: – َعلََ ْال َم َ ّللََِ – لى ص هللا يه ل ن لم ل ْ – َِذَا ّللدَر َهَيَدَي يَي َللَنَدءَِ, َمَء لَرّللددمَي, ىّللتَى َمَل َرَي لَرَمَا هَمَه َْ
– هَه َمَهَُ َلَذَر َمَذتءَِ
Dari ‘Umar radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
membentangkan tangannya ketika berdo’a, beliau tidak menurunkannya sampai beliau mengusap kedua
tangan tersebut ke wajahnya.
Hadits ini dikeluarkan oleh At Tirmidzi. Ibnu Hajar mengatakan bahwa hadits ini memiliki penguat, yaitu
dari hadits Ibnu ‘Abbas yang dikeluarkna oleh Abu Daud. Yang keseluruhan jalannya menunjukkan
bahwa hadits tersebut hasan.
Sedangkan ulama lain mendhoifkan hadits di atas. Adz Dzahabi mengatakan bahwa dalam hadits
tersebut terdapat Hammad dan dia termasuk perowi yang dho’if (lemah)[1]. Syaikh Al Albani mengatakan
bahwa hadits ini dho’if jiddan (lemah sekali).[2]
Penilaian Para Ulama Mengenai Mengusap Wajah Setelah Do’a
Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah berkata,
ال عمف ي ِدذ ، ه ُن لع َ رلمَي ْهمه عد ا دنلل ِء ال ا نع لع ى ِء .
Aku tidak mengtahui hadits yang shahih tentang amalan ini. Hanya Al Hasan yang mengusap wajah
setelah do’a.[3]
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,
لّللرَُ َْ فَيَم ّللنِءَذيَا ىّلللَص ّللَِ َهَيَلَن َمّلللَل َْ َهَيَدَي يَي َللَنَدِء : َدَََي َللَه َهيَي يحَلدَىَُ َث َيمَةََ َحَىي َىَص لّللرَُ َْ هىَلَر هَمَه َْ َهَيَدَيَا َلَيَلَي هَنَن َهيَي ّللاال َحيَدَى ََُْ َلعَةيَدَى َال
ْمََي لَرَمَا َحّللهى
Adapun mengangkat tangan saat berdo’a dilakukan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana
terdapat dalam banyak hadits yang menerangkan hal ini. Adapun mengusap wajah setelah do’a, tidak
ada yang menerangkan hal ini kecuali satu atau dua hadits yang tidak bisa dijadikan hujjah (alasan).[4]
2. Al ‘Izz bin ‘Abdis Salam rahimahullah berkata,
.ج لا َ عز ِء ع ا اد ن الم ل ِء : ال ْ لم ر ي ْهمه ه يدي ا يب َ ن دنلل ِء ال ا هلدا .
Tidak ada yang mengusap wajah dengan kedua tangan setelah do’a kecuali orang yang jahil (bodoh).[5]
Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz rahimahullah ditanya,
رل َم ى لم ر ْهه ِء ع يدي لء ا عد ا دنلل ِء صح ْهل عد ا دنلل نْت َ ِء عد ْا ا نِْي ِء ؟
Apa hukum mengusap wajah dengan kedua tangan setelah berdo’a, khususnya setelah do’a qunut atau
do’a setelah shalat sunnah?
Beliau rahimahullah menjawab,
َره ى ه ُن تىب ل ر ؛ رل ء مه َذ ظ ىلي ِء ي ي لْغ ا ِء ي ي لب ا م َذ ِء دنلل ِْء ، ْْد آهم لب ا ي ي لْغ ا ِء ه ُن ْمد ي ي ك ذء ندث
ح ُىلدي رهرْنمل ضي َ ي ه أن ا ح ىدي لع ى ، ق ْي هللا يف هر ِء الم ل ِْء َم ي ل .ن
Hukumnya adalah disunnahkan sebagaimana hadits yang disebutkan oleh Al Hafizh Ibnu Hajr dalam
kitab Bulughul Marom Bab Dzikr wa Du’a. Bab tersebut adalah akhir bab dalam Bulughul Marom. Hal ini
dijelaskan dalam beberapa hadits yang semuanya jika dikumpulkan mencapai derajat hasan. Semoga
Allah memberi taufik pada kalian seluruhnya, was salaamu ‘alaikum.[6]
Dalam soal yang lain Syaikh Ibnu Baz rahimahullah ditanya,
عتلر ُع لم ر ِء لى ن ْهه ِء عد ا دنلل ِء ،دنح ا ُْع يا ا َ ت َمآع ِء م َمي ِء ،دنح ا ل يدْن ُي نع ك؟ ذء م َِهز هللا يِ.هيم
Aku pernah mendengar ada yang mengatakan bahwa mengusap wajah setelah berdo’a termasuk bid’ah.
Berilah kami kejelasan dalam hal ini. Jazakallah khoiron.
لم ر ْهه ِء عد ا دنلل ِء يل ء ،دنح ا َع ء ه َم ت ضا ُي ح ألىلدي ء فح ي عض ِء د َْ ذدب هرلنح ى اء نمل؛ ي ل ى ت مل ألن رع لب ا
لع ى ِء ،يمه غ ء رلَ ك ذء ظ ىلي ِء ع ا ىهم ي ي آهم لْغ ا ،رمِم ِء م َْذ ك ذء ،آهمْع رع ي لدمآ رع لب ا لع ى ِء تىب ل ِ ،لم ر ِء
ْرع لدمآ رع يا ا َ يف عض ِء م ء تىب ل ي ،لم ر ِء ح لدي ِْألى يىح صى ِء يل ء يمل ي لم ر ْهه ِء عد ا ،دنلل ِء ح لدي ِألى
ح عمْير ِء ي ي ،يع يى صى ِء ُْ ي ي رلُىدد ي ي ُىد يع يى صى ِء يل ء يمل ي ،لم ر رل ان يمل ي ،دنلل ِء رع ي لم ر ال ي ،ىمج ْرع
مك ت ْم ي ضا؛ ُي ع أل ح لدي ِألى تي ِء ي ي لم ر ِء عد ا دنلل ِء لرل ة ر َدم ت ،فح ي عض َع ْء رع لم ر ال ي ،ىمج ال ْ َم ن ي
،يه ل ن ال ْ َلا ي ،دنح ا
Perlu diketahui bahwa mengusap wajah setelah shalat bukanlah bid’ah. Akan tetapi meninggalkannya itu
afdhol (lebih utama) karena dho’ifnya hadits-hadits yang menerangkan hal ini. Namun sebagian ulama
telah menghasankan hadits tersebut karena dilihat dari jalur lainnya yang menguatkan. Di antara ulama
yang menghasankannya adalah Al Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah dalam akhir kitabnya Bulughul Marom.
Demikian pula dikatakan ulama yang lainnya. Barangsiapa yang berpendapat bahwasanya haditsnya
hasan, maka disunnahkan baginya untuk mengusap wajah. Sedangkan yang mendho’ifkannya, maka
tidak disunnahkan baginya untuk mengusap wajah. Namun tidak ada hadits shahih yang menganjurkan
mengusap wajah sesudah do’a. Begitu pula hadits yang telah ma’ruf dalam Bukhari Muslim atau salah
satu dari keduanya tidak membicarakan masalah mengusap wajah setelah do’a, yang dibicarakan
hanyalah masalah do’a. Siapa saja yang mengusap wajah setelah do’a, tidaklah mengapa. Namun
meninggalkannya, itu lebih afdhol. Karena sebagaimana dikatakan tadi bahwa hadits-hadits yang
membicarakan hal itu dho’if. Namun yang mengusapnya sekali lagi, tidaklah mengapa. Hal ini pun tidak
3. perlu diingkari dan juga tidak perlu dikatakan bid’ah.[7]
Syaikh Muhammad bin Sholeh Al ‘Utsaimin rahimahullah ditanya,
رل َم ى لم ر ْهه ِء ع يدي لء ا عد ا دنلل؟ ِء
Apa hukum mengusap wajah dengan kedua tangan setelah shalat?
Beliau rahimahullah menjawab,
مى ي عض ا ُدا لم ع ِء ه ُن رع ،نح ل ِء مى ْي يخ ش الم ل ِإل ه ُن رع ،ادنح ِء ِْدذ يلانل لى ن صىح ح ىدي ِء ِْمد ِء ي ي ،ِدذ ح ىدي ِْء
ِْمد ِء ي ي ِدذ لا َ يخ ش الم ل :ِإل ه ان ضْع ْ.ر ني ع :ي َذْبر لى ن لْا م ِء لى ص هللا يه ل ن لم ل ْ. ذل ِْء ُمى ي ي ح لأء ر :ِء
ُع رع لم ر ال َم ن ي ،يه ل ن ْرع م ء لم ر ي ال َم ن ي ،يه ل ن
Sebagian ulama memang mengatakan bahwa hal ini termasuk sunnah (dianjurkan). Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah sendiri menganggap perbuatan ini termasuk bid’ah (hal yang mengada-ada dalam agama).
Bisa terjadi perbedaan semacam ini karena adanya perbedaan dalam menshahihkan hadits dalam
masalah tersebut. Syaikhul Islam sendiri mengatakan bahwa hadits yang membicarakan hal ini mawdhu’
(palsu), yaitu diriwayatkan oleh perowi yang berdusta atas nama Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Sedangkan aku sendiri berpandangan bahwa orang yang mengusap wajah (seusai do’a) tidak perlu
diingkari. Begitu pula orang yang tidak mengusap wajah, juga tidak perlu diingkari.[8]
Syaikh Ibnu ‘Utsaimin dalam perkataannya yang lain mengatakan,
لم ر ْهه ِء ع يدي لء ا عد ا دنلل ِء مب َِأل ه ُن يم غ شمْع؛ ر ع أل ح لدي ِألى ِْمدث ِء ي ي ك ذء ،فح ي عض تى ى لا َ يخ ش الم ل ِإل
– مىره هللا ى علء ت -: مل ان ال َْم ت مل ا ىهح .ِء
… ِْاذ م ء د َتأ ن ُْ لب غ ي لى ن نل ن ظ ُع ِدذ شيل ِء شمْع ر إع ي ى ِألْء ه؛ َم ت ع أل شمع ِء ال ات ة ي رهمد ا ظع ِء ال ا ِاذ لع َ
ظع ِء يل.غلءا
… ذل لء ي ُمى ي ي لم ر ْهه ِء ع يدي لء ا عد ا دنلل ِء ه ُن يل ء ،نح ل ا اي ن ِْء لى ص هللا يه ل ن لم ل ْ رلَ ْد رعمْف دنل ي ي
اح هط عحهر ِء َلل ل ت ل لال ا ف ْمي ه دي )1(ي م ْء مد ي ه ُن لم ر مرل ا ،ْهمه ك ذء َْ ي ي ندث ح ُىلدي هللت نع اي ن ِء لى ص هللا
يه ل ن لم ل ْ ه ُن دنل ف ْمي ه دي ي م ْء ات ة ي ه ُن لم ر .ْهمه
Mengusap wajah dengan kedua tangan setelah do’a yang lebih tepat, amalan tersebut bukanlah suatu
yang dianjurkan. Karena hadits yang menerangkan hal ini dho’if. Sampai-sampai Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah mengatakan bahwa hadits tersebut tidaklah bisa dijadikan hujjah (karena dho’ifnya, pen). Jika
memang menurut perasaan kita hal itu benar-benar tidak dianjurkan, maka yang utama adalah
meninggalkan amalan tersebut. Karena amalan tidaklah dibangun dengan hanya sekedar perasaan
kecuali jika perasaan tersebut benar-benar kuat. Aku pun berpendapat bahwa mengusap wajah sesudah
do’a dengan kedua tangan bukanlah termasuk yang disunnahkan. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
sebagaimana yang telah ma’ruf dalam khutbah Jum’at dan shalat Istisqo’, beliau berdo’a dengan
mengangkat tangan. Namun ketika itu tidak didapati kalau beliau mengusap wajah setelah do’a. Begitu
pula dalam beberapa hadits dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dijelaskan bahwa beliau berdo’a
dengan mengangkat kedua tangan namun tidak shahih jika dikatakan bahwa beliau mengusap wajah.[9]
Syaikh Sholeh Al Fauzan hafizhohullah ditanya, “Apa hukum mengusap wajah setelah berdo’a?”
Jawaban beliau hafizhohullah, “Hadits yang membicarakan amalan tersebut tidak shahih. Namun siapa
yang mengamalkan hal ini tidak perlu diingkari. Akan tetapi, yang tidak mengusap wajah setelah berdo’a,
itulah yang ahsan (lebih baik).”[10]
4. Penutup
Nasehat terakhir dari Syaikh Sholeh bin Fauzan bin ‘Abdillah Al Fauzan hafizhohullah, kami rasa sudah
cukup sebagai kesimpulan. Artinya hadits yang membicarakan amalan ini dho’if, sehingga tidak perlu
diamalkan. Namun tidak perlu ada ingkaru mungkar dalam hal ini karena haditsnya pun masih
diperselisihkan dho’if atau hasannya. Yang tidak mengamalkan mengusap wajah sesudah berdo’a, itulah
yang lebih baik. Wallahu waliyyut taufiq.
Muhammad Abduh Tuasikal, MSc