Hasil análisis statistic indicator indies ketahanan pongan
1.
2.
3. Pendahuluan
Stunting merupakan kondisi gangguan pertumbuhan akibat pola makan yang buruk atau infeksi yang berulang dan
memiliki risiko terhadap penyakit dan kematian (WHO 2010). Stunting menurut Kemenkes (2020) merupakan anak umur 0 -
59 bulan dengan kategori status gizi berdasarkan indeks Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) atau Panjang Badan menurut
Umur (PB/U) memiliki Z-score <-2 SD (Kemenkes, 2020). Berdasarkan data survey status gizi nasional (SSGI) tahun 2022,
prevalensi stunting di Indonesia berada pada angka 21.6%. Dalam grafik, angka ini menurun Jumlah ini menurun 3.2% dari
tahun sebelumnya yaitu 24.4%. Kendati demikian, angka tersebut masih belum mencapai target yang dicanangkan (SSGI,
2022).
Kondisi stunting dapat disebabkan faktor langsung yaitu asupan makan dan penyakit infeksi yang berulang atau terjadi
dalam jangka panjang pada anak. Hal ini berkaitan dengan faktor pola asuh, ketahanan pangan, akses terhadap pelayanan
kesehatan dan sanitasi lingkungan. Sementara, optimalnya perkembangan fisik, psikis, psikomotorik, serta sosial
bergantung pada pemenuhan asupan gizi. (Utami RA, dkk., 2019). Pemenuhan asupan zat gizi merupakan faktor
fundamental yang berhubungan langsung dengan status gizi pada balita yang dapat disebabkan oleh pola asuh serta adanya
kondisi tidak tahan pangan pada rumah tangga (Faiqoh et al., 2018). Pemenuhan asupan makanan berkenaan dengan aspek
ketahanan pangan yakni ketersediaan, keterjangkauan serta pemanfaatan pangan. Faktor ketersediaan pangan dapat
mewujudkan ketahanan pangan rumah tangga dan individu (Wahyuni & Fitrayuna, 2020). Selain itu, akses pangan yang baik
pada individu, rumah tangga, bahkan populasi akan memudahkan pemanfaatan pangan tersebut menjadi asupan yang
bergizi (BPPN, 2018). Apabila ketersediaan pangan tidak tercapai secara optimal, maka sangat berisiko terhadap kondisi
stunting (Wahyuni & Fitrayuna, 2020).
4. Pangan sendiri merupakan kebutuhan dasar manusia yang mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan tubuh dan
kemudian diolah sebagai bahan bakar dalam mempertahankan kelangsungan hidup. (Damayanti & Khoirudin, 2016).
Ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang cukup baik dari segi jumlah, mutu,
keamanan pangan, merata serta terjangkau. Bentuk upaya untuk mengetahui tingkat ketahanan pangan suatu daerah serta
faktor apa saja yang berperan dinyatakan sebagai Indeks Ketahanan Pangan. Di era ini kemudian dikembangkan sistem
penilaian dalam bentuk IKP yang mengacu pada definisi ketahanan pangan dan susbsitem yang membentuknya. (BKP, 2021).
Berdasarkan data Global Food Security Index tahun 2021 menempatkan Indonesia pada urutan ke-69 dari 111 dengan
skor total 59.2% (EIU, 2021) Hasil ini menunjukkan adanya penurunan Indeks Ketahanan Pangan Indonesia dari tahun 2020.
Hal ini selaras dengan Laporan Badan Ketahanan Pangan Indonesia bahwa terdapat penurunan angka kualitas konsumsi
pangan (BKP, 2021). Pada hasil GFSI tahun 2022, Indonesia memperoleh skor 60.2 yang tentunya lebih tinggi dibanding skor
pada tahun 2021, namun masih di bawah rata-rata global dengan rata-rata skor index 62.2 (GFSI, 2022).
Angka stunting yang belum mencapai target hingga hari ini tentu mengejawantahkan kondisi tidak terpenuhinya
asupan gizi dengan ketahanan pangan keluarga sebagai permasalahan yang fundamental. Jika kondisi ini terjadi dalam jangka
waktu yang lama, maka akan memicu kekurangan gizi kronis, sehingga meningkatkan risiko terhadap permasalahan gizi
lainnya.. Oleh karena itu, peneliti ingin menganalisis hubungan karakteristik keluarga, karakteristik balita, dan ketahanan
pangan dengan kejadian stunting pada balita dengan cakupan seluruh provinsi di Indonesia.
Pendahuluan
5. Metode
Uji statistik yang digunakan
adalah regresi logistik untuk
mengetahuan faktor yang
mempengaruhi stunting dan
regresi linear berganda untuk
mengetahui faktor yang
paling berpengaruh.
Desain penelitian yang digunakan yaitu
cross-sectional menggunakan data Indeks
Ketahanan Pangan (IKP) tahun 2022.
● Variabel dependent: stunting
● Variabel independent:
8 indikator IKP yaitu NCPR, akses
listrik, persentase kemiskinan,
pengeluaran pangan, rasio tenaga
kesehatan, akses air bersih, rata-rata
lama sekolah perempuan, angka
harapan hidup ketika lahir
6. Dapat diketahui
bahwa yang paling
berpengaruh pada
nilai IKP yaitu
NCPR, water,
scholl, life
R square 0.913 makaa
91.3%
IKP
8. Stunting
Dapat diketahui
bahwa yang paling
berpengaruh pada
stunting yaitu life
atau angka harapan
hidup ketika lahir
R square 0.598
makaa 59.8%
R square 0.463
makaa 46.3%
9. Faktor stunting dengan IKP didalamnya
Hasilanya tidak berbeda jauh
dengan sebelumnya, bahwa hanya
life yang berpangruh terhadap
stunting