SlideShare a Scribd company logo
1 of 16
Download to read offline
Uraian Materi

   A. Gelombang mekanik dan elektromagnetik.


              Saat kita kecil, kita mungkin sering memandang ke arah bintang-
      bintang ketika malam hari. Kita pun sering menunjuk-nunjuk bintang yang
      terlihat paling terang. Lalu kita belajar bahwa bintang memancarkan cahaya.
      Tapi saat kita kecil dulu kita tidak pernah berfikir bagaimana cahaya bintang
      itu bisa sampai ke mata kita, padahal bintang berada di ruang angkasa yang
      hampa udara. Lalu bagaimana cahaya dari bintang-bintang itu bisa merambat
      hingga mengenai mata kita, dan dikesani oleh retina sebagai rangsangan
      cahaya? Jawabannya baru kita temukan saat ini, setelah kita mengetahui
      bahwa cahaya merupakan gelombang elektromagnetik yang tidak memerlukan
      medium untuk merambat.
              Fenomena gelombang jenis lain pun telah kita temukan sejak lahir.
      Ketika pertama kali terlahir ke bumi, biasanya orangtua kita langsung
      mengazani telinga kanan kita. Saat itu kita belum bisa berfikir, bagaimana
      suara ayah kita bisa tertangkap oleh gendang telinga dan dikesani sebagai
      rangsangan bunyi. Lalu kita mengenal bahwa daerah di sekeliling kita
      dipenuhi udara yang terdiri dari molekul-molekul yang dapat bergerak.
      Akhirnya kita mengetahui bahwa bunyi merupakan gelombang mekanik yang
      merambat karena adanya medium.
              Dari fenomena-fenomena fisis yang nyata terjadi di sekitar kita itu,
      maka dilihat dari kebutuhannya terhadap medium untuk merambat,
      gelombang dibedakan atas dua kelompok, yaitu gelombang mekanik dan
      gelombang elektromagnetik. Gelombang mekanik yaitu gelombang yang
      dalam     perambatannya   memerlukan     medium,     sedangkan    gelombang
      elektromagnetik dalam perambatannya tidak memerlukan medium.
Yang termasuk ke dalam kelompok gelombang mekanik diantaranya
   gelombang tali, gelombang permukaan air, dan gelombang bunyi. Yang
   termasuk ke dalam kelompok gelombang elektromagnetik diantaranya
   gelombang cahaya.


B. Sifat dan ciri gelombang bunyi dan cahaya
          Fenomena fisis yang menyangkut gelombang sangat mudah dijumpai,
   bahkan kita bisa merencanakan untuk membuktikannya. Seperti saat kita kecil
   dulu menyukai permainan ular-ularan dengan tali. Jika tali itu digoyangkan ke
   atas dan ke bawah atau ke kanan dan ke kiri secara terus-menerus, kita dapat
   mengamati bahwa dari tali terbentuk suatu pola bukit dan lembah yang
   kontinyu. Itulah kemudian yang kita kenal sebagai gelombang transversal,
   karena arah rambatannya tegak lurus dengan arah getarnya.
          Lalu bagaimana jika arah rambatnya sejajar dengan arah getarnya? Hal
   ini bisa kita jumpai pada pegas. Saat kita menarik suatu pegas lalu
   melepasnya kembali, maka akan kita dapati bahwa pegas membentuk pola
   rapat-renggang yang kontinyu. Inilah kemudian yang kita kenal sebagai
   gelombang longitudinal. Kembali lagi kita menyadari bahwa ilmu fisika
   merupakan refleksi dari kehidupan nyata yang kemudian diimplementasikan
   dalam sebuah konsep ilmu pengetahuan.
          Pada dasarnya, pengelompokkan bunyi ke dalam gelombang mekanik,
   dan cahaya ke dalam gelombang elektromagnetik didasarkan pada sifat-sifat
   khas yang dimiliki oleh kelompok-kelompok gelombang tersebut. Bunyi
   memiliki sifat yang dimiliki gelombang mekanik, sedangkan cahaya memiliki
   sifat gelombang elektromagnetik.
          Gelombang bunyi yang termasuk gelombang mekanik, memiliki
   beberapa sifat/ciri gelombang mekanik, seperti :
          1. Memerlukan medium untuk merambat (air, udara, zat padat).
Bunyi selalu kita temukan dimana pun, asalkan di tempat itu
           terdapat udara, air atau benda padat. Tapi saat kita mengamati
           sumber bunyi yang bergetar di ruang angkasa yang hampa udara,
           maka kita tidak akan mendengar bunyi seperti yang kita dengar di
           bumi.
       2. Merupakan gelombang longitudinal.
           Gelombang mekanik ada yang berbentuk longitudinal, contohnya
           bunyi. Namun ada juga yang berbentuk transversal, contohnya
           gelombang pada tali.
       3. Dihasilkan oleh gangguan berupa getaran alat musik, ataupun
           benda bergetar lainnya.
           Setiap benda bergetar pasti menghasilkan bunyi. Namun tidak
           semuanya dapat terdengar oleh telinga kita, tergantung frekuensi,
           energi gelombang dan jarak sumber bunyi tersebut dari kita.
       4. Tidak dapat mengalami difraksi, polarisasi, pembiasan, dan gejala
           lainnya yang hanya dialami gelombang transversal.

       Sedangkan,     gelombang        cahaya    yang    termasuk   gelombang
elektromagnetik, memiliki ciri/sifat gelombang elektromagnetik, seperti :

       1. Tidak memerlukan medium untuk merambat (dapat merambat,
           baik di tempat berpartikel/medium, maupun tempat tidak
           berpartikel/ruang hampa).
           Cahaya tetap dapat terlihat meskipun di luar angkasa, seperti yang
           kita amati dari bintang.
       2. Merupakan gelombang transversal.
           Semua     gelombang        elektromagnetik   merupakan   gelombang
           transversal.
       3. Dihasilkan oleh perubahan medan listrik dan medan magnet yang
           memiliki laju yang sama.
4. Dapat mengalami semua gejala yang ada pada gelombang
              transversal : interferensi, difraksi, polarisasi, pemantulan, dan
              pembiasan.

          Dari sifat dan ciri-ciri diatas, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa
   gelombang elektromagnetik merambat lebih cepat daripada gelombang
   mekanik, karena tidak memerlukan medium dalam perambatannya. Hal itu
   dapat kita amati juga pada fenomena petir. Cahaya kilat selalu kita lihat lebih
   dulu daripada suara gunturnya, meskipun keduanya datang bersamaan.

C. Gelombang bunyi.

          Bunyi tidak selalu dapat didengar oleh telinga manusia. Bunyi suara
   kelelawar saat berkomunikasi misalnya, hal itu tidak mampu ditangkap oleh
   telinga manusia karena frekuensinya yang sangat besar. Bunyi senar gitar
   yang dipetik di Jakarta tidak dapat ditangkap oleh orang yang ada di Bandung,
   karena jaraknya terlalu jauh sekalipun frekuensinya sesuai dengan frekuensi
   dengar telinga manusia. Selain itu, bunyi kedipan mata manusia pun tidak
   mampu kita dengar karena energinya yang terlalu kecil. Oleh karenanya, ada
   beberapa syarat agar bunyi dapat didengar oleh telinga manusia, yaitu :

            Memiliki frekuensi alamiah yang sesuai ambang batas pendengaran
             manusia
            Berada pada jarak yang dapat didengar.
            Memiliki energi yang cukup untuk sampai ke gendang telinga
             manusia.

          Sekarang, kita hanya akan membatasi pembahasan kita pada bunyi
   yang mampu didengar telinga manusia. Pada gelombang bunyi yang
   merupakan gelombang longitudinal, bunyi merambat dalam arah sejajar
dengan getaran mediumnya. Umumnya gejala gelombang bunyi lebih sering
   kita amati dalam medium udara, karena lebih mudah diamati.

           Seperti yang kita bahas diatas mengenai sifat/ciri gelombang bunyi,
   ternyata bunyi dihasilkan oleh gangguan pada benda bergetar, terutama alat-
   alat musik, seperti gitar, suling, dll. Lalu bagaimana dengan suara manusia?
   Apakah itu termasuk gelombang bunyi? Ternyata suara manusia pun termasuk
   gelombang bunyi, yang timbul akibat getaran pada pita suara manusia, dan
   merambat melalui medium udara sehinggan suara itu dapat sampai ke telinga
   kita.

           Bunyi termasuk gelombang longitudinal karena daerah di sekitar
   rambatan bunyi itu mengalami rapatan dan renggangan. Contohnya adalah
   fenomena bergetarnya garpu tala. Gerakan gigi garpu tala masuk dan keluar
   menimbulkan     perbedaan    tekanan   udara   disekitarnya.   Daerah-daerah
   bertekanan rendah di sekitar sumber bunyi itulah yang kita kenal dengan
   renggangan, dan daerah bertekanan tinggi-lah yang kita kenal dengan rapatan.

           Gelombang bunyi dapat kita kenali melalui gejala-gejala yang
   ditimbulkannya, diantaranya resonansi, pelayangan, dan efek Doppler. Kita
   akan membahasnya satu per satu.

D. Resonansi

           Semua benda ketika bergetar/digetarkan pasti akan menimbulkan
   bunyi, walaupun terkadang bunyi itu tidak terdengar jelas pada benda-benda
   yang bergetar dengan intensitas yang kecil. Oleh karenanya setiap benda
   memiliki frekuensi alamiahnya masing-masing, yaitu suatu set frekuensi yang
   timbul ketika suatu benda bergetar.

           Bila ada sebuah benda bergetar dan terhubung dengan benda lain yang
   memiliki frekuensi alamiah yang sama, maka hal itu akan memaksa benda
kedua ikut bergetar. Seperti saat kita menggetarkan sebuah garpu tala, maka
garpu tala lain di dekatnya akan ikut bergetar. Hal inilah yang kita kenal
dengan resonansi. Peristiwa resonansi ini umumnya terjadi pada beberapa
komponen alat musik, diantaranya senar dan pipa organa.

       1. Senar
          Pada seutas senar yang kedua ujungnya terikat, seperti yang ada
          pada alat musik gitar, biola dan kecapi, ketika dipetik maka pada
          senar akan terbentuk gelombang transversal yang berinterferensi
          sehingga menghasilkan gelombang stasioner. Gelombang stasioner
          itu merambat di udara secara longitudinal sebagai gelombang
          bunyi hingga sampai di telinga kita.
          Gelombang transversal ini membentuk pola-pola berulang pada
          setiap tahapan harmoniknya, yang digambarkan dibawah :
                                    fo =     , λo = 2l



                                    f1 =    , λ1 = l


          pola tersebut selalu berulang hingga ditemukan perbandingan
          antara frekuensi nada dasar : nada atas pertama : nada atas
          kedua : ... adalah 1 : 2 : 3 : 4 : ...
          persamaan untuk mencari frekuensi pada senar adalah
                           (   )
              fn =     =

       2. Pipa Organa (terbuka dan tertutup).
          Pipa organa merupakan alat yang menggunakan kolom udara
          sebagai sumber bunyi. Beberapa alat yang memiliki prinsip seperti
          pipa organa ini diantaranya seruling, saxophone, dll.
Ada dua jenis pipa organa, yaitu pipa organa terbuka dan pipa
organa tertutup.
Pada pipa organa terbuka, ujung pipa organa selalu terbentuk perut.
Gambar pola-pola gelombang transversal pada pipa organa terbuka
diantaranya :
                               λo = 2l, fo =




                                λ1 = l, f1 =




Seperti pada senar, pola ini pun berulang dengan perbandingan
frekuensi nada dasar : frekuensi nada atas pertama : frekuensi nada
atas kedua :.... adalah 1 : 2 : 3 : ...

Persamaan untuk mengetahui frekuensi nada tertentu dari pipa
organa terbuka adalah :

                (   )
   fn =     =

Pada pipa organa tertutup, ujung pipa yang tertutup selalu terjadi
simpul. Gambar pola-pola gelombang transversal pada pipa organa
tertutup diantaranya :
                               λo = 4l, fo =




                               λ1 = ¾ l, f1 =
Pola perbandingan frekuensi pada pipa organa tertutup adalah fo :
              f1 : f2 : ... adalah 1 : 3 : 5 : ...

              Persamaan untuk mengetahui frekuensi nada tertentu pada pipa ini
              adalah :

                              (    )
                 fn =     =



              Peristiwa resonansi terakhir adalah peristiwa resonansi di kolom
              udara. Pada kolom udara ini, di beberapa tempat terjadi resonansi
              yang dibuktikan dengan bunyi yang nyaring. Formulasi untuk
              menghitung letak resonansi tersebut adalah :

                        l1+ c = ¼ λ

                        l2 + c = 3/4λ

                   l2 – l1 = ½ λ = ½



E. Interferensi dan Pelayangan bunyi.
          Pernahkah anda berteriak di gua/tebing yang tinggi? Jika pernah, anda
   pasti pernah mengalami hal ini. Saat kita berteriak, seolah-olah ada yang
   menjawab teriakan kita. Jika jawaban itu datang setelah teriakan kita selesai,
   itulah yang kita kenal sebagai gema. Sedangkan bila bunyi jawaban datang
   menyusul teriakan kita, itulah yang kita kenal sebagai gaung.
          Dua peristiwa di atas adalah contoh fenomena interferensi yang terjadi
   pada bunyi. Pada saat interferensi konstruktif, amplitudo gelombang bunyi
   maksimum. Sedangkan pada saat interferensi destruktif, amplitudo gelombang
   bunyi minimum. Peristiwa interferensi ini terjadi secara periodik, sehingga
   dihasilkan bunyi keras-lemah secara bergantian.
Selain itu, gejala lain yang terjadi pada bunyi diantaranya adalah
   pelayangan bunyi. Pelayangan dapat terjadi apabila ada dua atau lebih sumber
   bunyi yang nilai frekuensinya sangat dekat. Perbedaan frekuensi yang kecil
   inilah yang kita kenal dengan layangan.


F. Efek Doppler
          Ketika kita berdiri di pinggir jalan dan mengamati kendaraan-
   kendaraan yang lewat, kita dapat mendengar perbedaan bunyi dari kendaraan
   saat mendekat dan menjauh dari kita. Saat kendaraan itu mendekat, kita
   mendengar bunyi yang lebih keras daripada ketika kendaraan tersebut berada
   jauh/menjauhi kita. Fenomena inilah yang disebut dengan efek Doppler.
          Efek Doppler adalah suatu fenomena perbedaan frekuensi yang
   terdengar oleh pengamat dari sebuah sumber bunyi akibat adanya kecepatan
   relatif antara pengamat dengan sumber. Karena itulah kita dapat mendengar
   bunyi kendaraan yang lebih nyaring ketika kendaraan itu bergerak mendekati
   kita. Besarnya perubahan frekuensi yang terdengar tergantung pada gerak
   relatifnya, dengan formulasi sebagai berikut :

        fp =

          Tanda positif atau negatif ditentukan berdasarkan ketentuan sebagai
   berikut :
         Vp positif apabila pengamat bergerak mendekati sumber, dan negatif
          apabila pengamat bergerak menjauhi sumber.
         Vs positif apabila sumber bergerak menjauhi pengamat, dan negatif
          apabila sumber bergerak mendekati pengamat.


G. Gelombang cahaya
Gelombang yang termasuk kelompok gelombang elektromagnetik
   adalah gelombang cahaya. Mengapa disebut elektromagnetik? Karena
   gelombang ini dihasilkan oleh interferensi antara medan listrik dan medan
   magnet yang lajunya berubah terhadap waktu.
          Menurut Maxwell, medan magnet yang berubah terhadap waktu dapat
   menimbulkan medan listrik yang tegak lurus terhadapnya. Lama kelamaan
   kedua medan memiliki laju yang sama. Ketika kedua medan ini merambat
   dengan laju yang sama dan terus dipercepat, maka terbentuklah gelombang
   elektromagnetik.
          Menurut percobaan Maxwell terhadap gelombang ini, ternyata cahaya
   termasuk ke dalamnya. Laju cahaya telah ditemukan sebagai sebuah konstanta
   yang nilainya selalu sama di semua tempat (karena gelombang ini
   perambatannya tidak dipengaruhi medium). Laju ini telah kita kenal sebagai c.
   Yang besarnya adalah 3x108 m/s.
          Karena bentuknya yang merupakan gelombang transversal, maka
   gelombang cahaya ini dapat mengalami fenomena yang dialami gelombang
   transversal, yaitu interferensi, difraksi, polarisasi, juga pemantulan dan
   pembiasan.


H. Pemantulan dan Pembiasan cahaya.
          Saat kita bercermin, kita dapat melihat tubuh kita dalam cermin. Hal
   ini terjadi karena adanya pemantulan cahaya yang mengenai tubuh kita dan
   melewati cermin. Hal ini telah kita pelajari ketika SMP melalui sebuah
   fenomena fisis yang disebut pemantulan dan pembiasan cahaya, yang
   memenuhi hukum Snellius.
          Hukum Snellius tentang pemantulan cahaya : “Sinar datang, garis
   normal, dan sinar pantul berada dalam satu bidang datar.” Sinar datang
   adalah sinar yang datang dari sumber cahaya. Garis normal adalah garis tegak
   lurus bidang pemantulan. Sedangkan sinar pantul adalah sinar yang keluar
dari bidang sebagai pantulan sinar datang. Gambar dari sebuah pemantulan
   cahaya contohnya sebagai berikut.

                                              ϴi adalah sudut datang, dan ϴr
                          ϴr
                ϴi                            adalah    sudut    pantul.   Dimana
                               Sinar pantul   besarnya ϴi =ϴr.
 Sinar datang


           Seperti halnya dalam pemantulan, peristiwa pembiasan pun dijelaskan
   Snellius dalam hukumnya yang berbunyi. “Seberkas cahaya yang dilewatkan
   pada 2 medium berbeda akan mengalami pembelokan/perubahan arah sesuai
   indeks biasnya”. Gambar yang menunjukkan peristiwa pembiasan contohnya
   sebagai berikut.
                                          ϴi adalah sudut datang. Dan ϴr adalah
                                          sudut bias. Besarnya berbeda tergantung
                ϴi                        indeks bias kedua medium. Apabila
   n1                                     medium kedua indeks biasnya lebih besar
                                          dari indeks bias medium pertama (lebih
   n2                                     renggang), maka ϴr > ϴi. Sedangkan
                                          apabila indeks bias medium kedua lebih
                     ϴr                   kecil dari indeks bias medium pertama
                                          (lebih rapat), maka ϴr < ϴi.



I. Interferensi gelombang cahaya
           Interferensi merupakan fenomena yang pasti dialami semua jenis
   gelombang. Untuk mencapai keadaan interferensi ini diperlukan dua buah
   gelombang cahaya yang koheren (memiliki beda fase tetap). Interferensi
   maksimum pada gelombang cahaya menghasilkan daerah terang, sedangkan
   interferensi minimum pada gelombang cahaya menghasilkan daerah gelap.
           Interferensi ini dapat dihasilkan ketika seberkas cahaya dilewatkan
   pada celah sempit. Ketika cahaya tersebut melewati celah sempit, cahaya
   terdifraksi (terbaur) dan menyebar di belakang celah, apabila baurannya
ditangkap oleh layar maka akan didapatkan pola gelap-terang yang bergantian,
   dengan pola pusatnya adalah pola terang pusat (po).
           Ketika terjadi interferensi pada satu celah sempit ini, kita dapat pula
   menghitung letak pola gelap yang terbentuk dengan formulasi :
                              Dengan k adalah pola gelap ke- .0,1,2,3...
      d sin ϴ = kλ


           Sedangkan pola terang dapat kita hitung dengan formulasi :

       d sin ϴ = (k + ½ ) λ        Dengan k adalah pola terang ke- .0,1,2,3,...

           Setelah kita mempelajari pola interferensi pada satu celah sempit, kita
   juga dapat mengembangkannya hingga pola interferensi pada dua celah
   sempit. Sama halnya dengan interferensi pada satu celah sempit, interferensi
   maksimum pada dua celah sempit pun menghasilkan pita terang, sedangkan
   interferensi minimum menghasilkan pita gelap. Dan pita pusat sebagai hasil
   interferensi paling maksimum adalah pita terang pusat. (po).

           Formulasi yang digunakan dalam menghitung pita terang dan pita
   gelap pada peristiwa interferensi ini terbalik dengan yang ada di interferensi
   satu celah sempit. Pita terang dihitung dengan formulasi :

     d sin ϴ = k λ             Dengan k adalah pita terang ke-.0,1,2,3,...

           Sedangkan untuk pita gelap, formulasinya adalah :

     d sin ϴ = (k + ½ ) λ         Dengan k adalah pita gelap ke- .0,1,2,3,...




J. Difraksi pada kisi.
           Interferensi pada celah sempit yang telah dibahas sebenarnya adalah
   fenomena difraksi cahaya. Tapi difraksi bukan hanya terjadi pada satu atau
dua celah sempit, tapi dapat juga terjadi pada kisi, yaitu celah-celah sejajar
   dengan lebar yang sama dan berjarak teratur.
          Pertama kali percobaan ini dilakukan oleh Joseph Fraunhover, dengan
   kisi dari kawat-kawat berdiameter 0,04 mm – 0,6 mm dengan jarak antara
   0,0528 mm – 0,6866 mm.
          Ketika seberkas cahaya dilewatkan pada kisi, setiap celah kisi menjadi
   sumber cahaya yang baru. Cahaya-cahaya tersebut mengalami difraksi dan
   mengalami interferensi pada jarak tertentu pada kisi.
          Dari setiap celah, terdapat berkas-berkas cahaya yang berbeda, hasil
   interferensinya membentuk pita-pita terang saat formulasi dibawah terpenuhi :
                            Dengan k adalah pita terang ke- .0,1,2,3,...
       d sin ϴ = k λ

          atau
                            Dengan Y = jarak pita terang ke-k dari pita terang
         d =kλ
                            pusat, dan L = jarak celah dengan layar.


K. Polarisasi gelombang cahaya.
          Dulu kita pernah melakukan percobaan mengenai efek tyndall yang
   terjadi ketika seberkas cahaya dilewatkan pada suatu larutan koloid, misalnya
   larutan susu. Saat kita menyorotkan lampu pada gelas berisi larutan susu,
   maka cahaya tersebut tidak akan terlewatkan seluruhnya hingga tertangkap di
   layar, namun akan diserap sebagian oleh larutan koloid tersebut. Gejala inilah
   yang disebut polarisasi, yang juga membuktikan bahwa cahaya adalah
   gelombang transversal.
          Polarisasi adalah peristiwa terserapnya sebagian intensitas suatu
   berkas cahaya oleh suatu bahan. Cahaya terpolarisasi dapat dibentuk melaui
   proses polarisasi yang terjadi secara linier, eliptik, dan lingkaran. Namun yang
   sering dibahas dalam pelajaran di SMA adalah cahaya terpolarisasi linier
karena absorpsi selektif, pemantulan, pembiasan rangkap, hamburan, dan
pemutaran bidang polarisasi.
       Contoh peristiwa polarisasi akibat absorpsi selektif, digambarkan
sebagai berikut.

   Cahaya tak                                     Cahaya
  terpolarisasi                                terpolarisasi




                   polarizer


       Jika cahaya yang telah terpolarisasi diatas jika dilewatkan lagi ke
polarizer kedua (analyzer), maka cahaya yang keluar selanjutnya akan
mengalami perubahan intensitas, tergantung dari sudut orientasi antara
polarizer pertama dengan polarizer kedua.

       Cahaya yang keluar dari polarizer kedua akan memiliki amplitudo
yang baru (misal Am), dan Intensitasnya Im, maka intensitas cahaya yang
diteruskan berubah terhadap ϴ menurut persamaan :

   I = Im cos2 ϴ

       Intensitas maksimum akan didapat ketika ϴ = 0o, atau ϴ = 180o

       Peristiwa selanjutnya yang dapat menyebabkan polarisasi adalah
pemantulan dan pembiasan. Ketika sebuah cahaya tak terpolarisasi jatuh pada
permukaan gelas, maka untuk sudut datang tertentu (ϴp), seluruh cahaya yang
dipantulkan adalah cahaya terpolarisasi. Sudut ϴp ini adalah sudut
pemolarisasi yang harganya berbeda untuk setiap bahan.
ϴp


                                      udara
                                        gelas
                         ϴr




             Berdasarkan      hasil   eksperimen,     diperoleh   bahwa   sinar   yang
     dipantulkan oleh permukaan benda tegak lurus dengan sinar yang dibiaskan
     oleh bahan.

         ϴp + ϴr = 90o


             Dengan n1.sin ϴp = n2. Sin ϴr.

                                n1.sin ϴp = n2. Sin (90- ϴp)

                              n1. Sin ϴp = n2. Cos ϴp

                                      tan ϴp =

karena    sama dengan n (indeks bias relatif medium 2 terhadap medium 1), maka

                                      tan ϴp = n



             Selain itu polarisasi dapat juga terjadi akibat pembiasan ganda.
     Peristiwa polarisasi ini terjadi apabila seberkas cahaya jatuh pada permukaan
     kalsit, mika, gula, kristal, es, prisma nikel, dll.

             Polarisasi akibat hamburan terjadi salahsatunya pada fenomena warna
     langit. Warna langit biru cerah terjadi karena cahaya matahari dihamburkan
oleh gas-gas dalam atmosfer, dan cahaya yang paling banyak menghambur
dan mengalami polarisasi adalah warna biru.

       Pada polarisasi yang disebabkan oleh pemutaran bidang polarisasi, hal
ini disebabkan karena cahaya terpolarisasi dilewatkan pada zat optik aktif,
yaitu zat yang dapat memutar bidang polarisasi. Contohnya yang terjadi pada
larutan gula dibawah, cahaya terpolarisasi yang keluar dari larutan gula
menjadi lebih gelap.

More Related Content

What's hot

Getaran dan gelombang ( syifa salsa, nazwa , lestari , rheza , fauny )
Getaran dan gelombang ( syifa salsa, nazwa , lestari , rheza , fauny )Getaran dan gelombang ( syifa salsa, nazwa , lestari , rheza , fauny )
Getaran dan gelombang ( syifa salsa, nazwa , lestari , rheza , fauny )aswangga daniswara
 
Aplikasi gelombang dalam sains dan teknologi 2
Aplikasi gelombang dalam sains dan teknologi 2Aplikasi gelombang dalam sains dan teknologi 2
Aplikasi gelombang dalam sains dan teknologi 2Shaifull Niell
 
02 bab1
02 bab102 bab1
02 bab11habib
 
Power Point Materi Gelombang Bunyi
Power Point Materi Gelombang Bunyi Power Point Materi Gelombang Bunyi
Power Point Materi Gelombang Bunyi 240297
 
Materi fisika smp kelas viii.ipptx
Materi fisika smp kelas viii.ipptxMateri fisika smp kelas viii.ipptx
Materi fisika smp kelas viii.ipptxNurul Yani
 

What's hot (12)

Elektrofisika i
Elektrofisika  iElektrofisika  i
Elektrofisika i
 
Getaran dan gelombang ( syifa salsa, nazwa , lestari , rheza , fauny )
Getaran dan gelombang ( syifa salsa, nazwa , lestari , rheza , fauny )Getaran dan gelombang ( syifa salsa, nazwa , lestari , rheza , fauny )
Getaran dan gelombang ( syifa salsa, nazwa , lestari , rheza , fauny )
 
Aplikasi gelombang dalam sains dan teknologi 2
Aplikasi gelombang dalam sains dan teknologi 2Aplikasi gelombang dalam sains dan teknologi 2
Aplikasi gelombang dalam sains dan teknologi 2
 
Gelombang
GelombangGelombang
Gelombang
 
Bunyi
BunyiBunyi
Bunyi
 
02 bab1
02 bab102 bab1
02 bab1
 
Power Point Materi Gelombang Bunyi
Power Point Materi Gelombang Bunyi Power Point Materi Gelombang Bunyi
Power Point Materi Gelombang Bunyi
 
Materi fisika smp kelas viii.ipptx
Materi fisika smp kelas viii.ipptxMateri fisika smp kelas viii.ipptx
Materi fisika smp kelas viii.ipptx
 
Landasan teor1 resonansi
Landasan teor1 resonansiLandasan teor1 resonansi
Landasan teor1 resonansi
 
Getaran gelombang
Getaran gelombangGetaran gelombang
Getaran gelombang
 
Getaran, gelombang
Getaran, gelombangGetaran, gelombang
Getaran, gelombang
 
Fisika
FisikaFisika
Fisika
 

Similar to Gelombang Bunyi dan Cahaya

Similar to Gelombang Bunyi dan Cahaya (20)

Landasan teor1 resonansi
Landasan teor1 resonansiLandasan teor1 resonansi
Landasan teor1 resonansi
 
Landasan teor1 resonansi
Landasan teor1 resonansiLandasan teor1 resonansi
Landasan teor1 resonansi
 
Bunyi
BunyiBunyi
Bunyi
 
02 bab1
02 bab102 bab1
02 bab1
 
02 bab1
02 bab102 bab1
02 bab1
 
02 bab1
02 bab102 bab1
02 bab1
 
Gelombang cahaya dan gelombang bunyi fisek 3
Gelombang cahaya dan gelombang bunyi fisek 3Gelombang cahaya dan gelombang bunyi fisek 3
Gelombang cahaya dan gelombang bunyi fisek 3
 
Tugas bioakustik marsya-s1 kep 2013
Tugas bioakustik marsya-s1 kep 2013Tugas bioakustik marsya-s1 kep 2013
Tugas bioakustik marsya-s1 kep 2013
 
Resonansibunyi 140618082517-phpapp02
Resonansibunyi 140618082517-phpapp02Resonansibunyi 140618082517-phpapp02
Resonansibunyi 140618082517-phpapp02
 
Resonansibunyi 140618082517-phpapp02
Resonansibunyi 140618082517-phpapp02Resonansibunyi 140618082517-phpapp02
Resonansibunyi 140618082517-phpapp02
 
Resonansibunyi 140618082517-phpapp02
Resonansibunyi 140618082517-phpapp02Resonansibunyi 140618082517-phpapp02
Resonansibunyi 140618082517-phpapp02
 
Resonansi Bunyi
Resonansi BunyiResonansi Bunyi
Resonansi Bunyi
 
Bunyi
BunyiBunyi
Bunyi
 
Makalh bunyi
Makalh bunyiMakalh bunyi
Makalh bunyi
 
Nurafwi Gelombang Bunyi
Nurafwi Gelombang BunyiNurafwi Gelombang Bunyi
Nurafwi Gelombang Bunyi
 
Bioakustik non reg tgl 21 01-2012
Bioakustik non reg tgl 21 01-2012Bioakustik non reg tgl 21 01-2012
Bioakustik non reg tgl 21 01-2012
 
Gelombang bunyi
Gelombang bunyiGelombang bunyi
Gelombang bunyi
 
materi getaran untuk smp kelas delapan .pptx
materi getaran untuk smp kelas delapan .pptxmateri getaran untuk smp kelas delapan .pptx
materi getaran untuk smp kelas delapan .pptx
 
Gambaran Kasar Gelombang dan sifatnya.pptx
Gambaran Kasar Gelombang dan sifatnya.pptxGambaran Kasar Gelombang dan sifatnya.pptx
Gambaran Kasar Gelombang dan sifatnya.pptx
 
Getaran dan gelombang (Bunyi)
Getaran dan gelombang (Bunyi)Getaran dan gelombang (Bunyi)
Getaran dan gelombang (Bunyi)
 

Gelombang Bunyi dan Cahaya

  • 1. Uraian Materi A. Gelombang mekanik dan elektromagnetik. Saat kita kecil, kita mungkin sering memandang ke arah bintang- bintang ketika malam hari. Kita pun sering menunjuk-nunjuk bintang yang terlihat paling terang. Lalu kita belajar bahwa bintang memancarkan cahaya. Tapi saat kita kecil dulu kita tidak pernah berfikir bagaimana cahaya bintang itu bisa sampai ke mata kita, padahal bintang berada di ruang angkasa yang hampa udara. Lalu bagaimana cahaya dari bintang-bintang itu bisa merambat hingga mengenai mata kita, dan dikesani oleh retina sebagai rangsangan cahaya? Jawabannya baru kita temukan saat ini, setelah kita mengetahui bahwa cahaya merupakan gelombang elektromagnetik yang tidak memerlukan medium untuk merambat. Fenomena gelombang jenis lain pun telah kita temukan sejak lahir. Ketika pertama kali terlahir ke bumi, biasanya orangtua kita langsung mengazani telinga kanan kita. Saat itu kita belum bisa berfikir, bagaimana suara ayah kita bisa tertangkap oleh gendang telinga dan dikesani sebagai rangsangan bunyi. Lalu kita mengenal bahwa daerah di sekeliling kita dipenuhi udara yang terdiri dari molekul-molekul yang dapat bergerak. Akhirnya kita mengetahui bahwa bunyi merupakan gelombang mekanik yang merambat karena adanya medium. Dari fenomena-fenomena fisis yang nyata terjadi di sekitar kita itu, maka dilihat dari kebutuhannya terhadap medium untuk merambat, gelombang dibedakan atas dua kelompok, yaitu gelombang mekanik dan gelombang elektromagnetik. Gelombang mekanik yaitu gelombang yang dalam perambatannya memerlukan medium, sedangkan gelombang elektromagnetik dalam perambatannya tidak memerlukan medium.
  • 2. Yang termasuk ke dalam kelompok gelombang mekanik diantaranya gelombang tali, gelombang permukaan air, dan gelombang bunyi. Yang termasuk ke dalam kelompok gelombang elektromagnetik diantaranya gelombang cahaya. B. Sifat dan ciri gelombang bunyi dan cahaya Fenomena fisis yang menyangkut gelombang sangat mudah dijumpai, bahkan kita bisa merencanakan untuk membuktikannya. Seperti saat kita kecil dulu menyukai permainan ular-ularan dengan tali. Jika tali itu digoyangkan ke atas dan ke bawah atau ke kanan dan ke kiri secara terus-menerus, kita dapat mengamati bahwa dari tali terbentuk suatu pola bukit dan lembah yang kontinyu. Itulah kemudian yang kita kenal sebagai gelombang transversal, karena arah rambatannya tegak lurus dengan arah getarnya. Lalu bagaimana jika arah rambatnya sejajar dengan arah getarnya? Hal ini bisa kita jumpai pada pegas. Saat kita menarik suatu pegas lalu melepasnya kembali, maka akan kita dapati bahwa pegas membentuk pola rapat-renggang yang kontinyu. Inilah kemudian yang kita kenal sebagai gelombang longitudinal. Kembali lagi kita menyadari bahwa ilmu fisika merupakan refleksi dari kehidupan nyata yang kemudian diimplementasikan dalam sebuah konsep ilmu pengetahuan. Pada dasarnya, pengelompokkan bunyi ke dalam gelombang mekanik, dan cahaya ke dalam gelombang elektromagnetik didasarkan pada sifat-sifat khas yang dimiliki oleh kelompok-kelompok gelombang tersebut. Bunyi memiliki sifat yang dimiliki gelombang mekanik, sedangkan cahaya memiliki sifat gelombang elektromagnetik. Gelombang bunyi yang termasuk gelombang mekanik, memiliki beberapa sifat/ciri gelombang mekanik, seperti : 1. Memerlukan medium untuk merambat (air, udara, zat padat).
  • 3. Bunyi selalu kita temukan dimana pun, asalkan di tempat itu terdapat udara, air atau benda padat. Tapi saat kita mengamati sumber bunyi yang bergetar di ruang angkasa yang hampa udara, maka kita tidak akan mendengar bunyi seperti yang kita dengar di bumi. 2. Merupakan gelombang longitudinal. Gelombang mekanik ada yang berbentuk longitudinal, contohnya bunyi. Namun ada juga yang berbentuk transversal, contohnya gelombang pada tali. 3. Dihasilkan oleh gangguan berupa getaran alat musik, ataupun benda bergetar lainnya. Setiap benda bergetar pasti menghasilkan bunyi. Namun tidak semuanya dapat terdengar oleh telinga kita, tergantung frekuensi, energi gelombang dan jarak sumber bunyi tersebut dari kita. 4. Tidak dapat mengalami difraksi, polarisasi, pembiasan, dan gejala lainnya yang hanya dialami gelombang transversal. Sedangkan, gelombang cahaya yang termasuk gelombang elektromagnetik, memiliki ciri/sifat gelombang elektromagnetik, seperti : 1. Tidak memerlukan medium untuk merambat (dapat merambat, baik di tempat berpartikel/medium, maupun tempat tidak berpartikel/ruang hampa). Cahaya tetap dapat terlihat meskipun di luar angkasa, seperti yang kita amati dari bintang. 2. Merupakan gelombang transversal. Semua gelombang elektromagnetik merupakan gelombang transversal. 3. Dihasilkan oleh perubahan medan listrik dan medan magnet yang memiliki laju yang sama.
  • 4. 4. Dapat mengalami semua gejala yang ada pada gelombang transversal : interferensi, difraksi, polarisasi, pemantulan, dan pembiasan. Dari sifat dan ciri-ciri diatas, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa gelombang elektromagnetik merambat lebih cepat daripada gelombang mekanik, karena tidak memerlukan medium dalam perambatannya. Hal itu dapat kita amati juga pada fenomena petir. Cahaya kilat selalu kita lihat lebih dulu daripada suara gunturnya, meskipun keduanya datang bersamaan. C. Gelombang bunyi. Bunyi tidak selalu dapat didengar oleh telinga manusia. Bunyi suara kelelawar saat berkomunikasi misalnya, hal itu tidak mampu ditangkap oleh telinga manusia karena frekuensinya yang sangat besar. Bunyi senar gitar yang dipetik di Jakarta tidak dapat ditangkap oleh orang yang ada di Bandung, karena jaraknya terlalu jauh sekalipun frekuensinya sesuai dengan frekuensi dengar telinga manusia. Selain itu, bunyi kedipan mata manusia pun tidak mampu kita dengar karena energinya yang terlalu kecil. Oleh karenanya, ada beberapa syarat agar bunyi dapat didengar oleh telinga manusia, yaitu :  Memiliki frekuensi alamiah yang sesuai ambang batas pendengaran manusia  Berada pada jarak yang dapat didengar.  Memiliki energi yang cukup untuk sampai ke gendang telinga manusia. Sekarang, kita hanya akan membatasi pembahasan kita pada bunyi yang mampu didengar telinga manusia. Pada gelombang bunyi yang merupakan gelombang longitudinal, bunyi merambat dalam arah sejajar
  • 5. dengan getaran mediumnya. Umumnya gejala gelombang bunyi lebih sering kita amati dalam medium udara, karena lebih mudah diamati. Seperti yang kita bahas diatas mengenai sifat/ciri gelombang bunyi, ternyata bunyi dihasilkan oleh gangguan pada benda bergetar, terutama alat- alat musik, seperti gitar, suling, dll. Lalu bagaimana dengan suara manusia? Apakah itu termasuk gelombang bunyi? Ternyata suara manusia pun termasuk gelombang bunyi, yang timbul akibat getaran pada pita suara manusia, dan merambat melalui medium udara sehinggan suara itu dapat sampai ke telinga kita. Bunyi termasuk gelombang longitudinal karena daerah di sekitar rambatan bunyi itu mengalami rapatan dan renggangan. Contohnya adalah fenomena bergetarnya garpu tala. Gerakan gigi garpu tala masuk dan keluar menimbulkan perbedaan tekanan udara disekitarnya. Daerah-daerah bertekanan rendah di sekitar sumber bunyi itulah yang kita kenal dengan renggangan, dan daerah bertekanan tinggi-lah yang kita kenal dengan rapatan. Gelombang bunyi dapat kita kenali melalui gejala-gejala yang ditimbulkannya, diantaranya resonansi, pelayangan, dan efek Doppler. Kita akan membahasnya satu per satu. D. Resonansi Semua benda ketika bergetar/digetarkan pasti akan menimbulkan bunyi, walaupun terkadang bunyi itu tidak terdengar jelas pada benda-benda yang bergetar dengan intensitas yang kecil. Oleh karenanya setiap benda memiliki frekuensi alamiahnya masing-masing, yaitu suatu set frekuensi yang timbul ketika suatu benda bergetar. Bila ada sebuah benda bergetar dan terhubung dengan benda lain yang memiliki frekuensi alamiah yang sama, maka hal itu akan memaksa benda
  • 6. kedua ikut bergetar. Seperti saat kita menggetarkan sebuah garpu tala, maka garpu tala lain di dekatnya akan ikut bergetar. Hal inilah yang kita kenal dengan resonansi. Peristiwa resonansi ini umumnya terjadi pada beberapa komponen alat musik, diantaranya senar dan pipa organa. 1. Senar Pada seutas senar yang kedua ujungnya terikat, seperti yang ada pada alat musik gitar, biola dan kecapi, ketika dipetik maka pada senar akan terbentuk gelombang transversal yang berinterferensi sehingga menghasilkan gelombang stasioner. Gelombang stasioner itu merambat di udara secara longitudinal sebagai gelombang bunyi hingga sampai di telinga kita. Gelombang transversal ini membentuk pola-pola berulang pada setiap tahapan harmoniknya, yang digambarkan dibawah : fo = , λo = 2l f1 = , λ1 = l pola tersebut selalu berulang hingga ditemukan perbandingan antara frekuensi nada dasar : nada atas pertama : nada atas kedua : ... adalah 1 : 2 : 3 : 4 : ... persamaan untuk mencari frekuensi pada senar adalah ( ) fn = = 2. Pipa Organa (terbuka dan tertutup). Pipa organa merupakan alat yang menggunakan kolom udara sebagai sumber bunyi. Beberapa alat yang memiliki prinsip seperti pipa organa ini diantaranya seruling, saxophone, dll.
  • 7. Ada dua jenis pipa organa, yaitu pipa organa terbuka dan pipa organa tertutup. Pada pipa organa terbuka, ujung pipa organa selalu terbentuk perut. Gambar pola-pola gelombang transversal pada pipa organa terbuka diantaranya : λo = 2l, fo = λ1 = l, f1 = Seperti pada senar, pola ini pun berulang dengan perbandingan frekuensi nada dasar : frekuensi nada atas pertama : frekuensi nada atas kedua :.... adalah 1 : 2 : 3 : ... Persamaan untuk mengetahui frekuensi nada tertentu dari pipa organa terbuka adalah : ( ) fn = = Pada pipa organa tertutup, ujung pipa yang tertutup selalu terjadi simpul. Gambar pola-pola gelombang transversal pada pipa organa tertutup diantaranya : λo = 4l, fo = λ1 = ¾ l, f1 =
  • 8. Pola perbandingan frekuensi pada pipa organa tertutup adalah fo : f1 : f2 : ... adalah 1 : 3 : 5 : ... Persamaan untuk mengetahui frekuensi nada tertentu pada pipa ini adalah : ( ) fn = = Peristiwa resonansi terakhir adalah peristiwa resonansi di kolom udara. Pada kolom udara ini, di beberapa tempat terjadi resonansi yang dibuktikan dengan bunyi yang nyaring. Formulasi untuk menghitung letak resonansi tersebut adalah : l1+ c = ¼ λ l2 + c = 3/4λ l2 – l1 = ½ λ = ½ E. Interferensi dan Pelayangan bunyi. Pernahkah anda berteriak di gua/tebing yang tinggi? Jika pernah, anda pasti pernah mengalami hal ini. Saat kita berteriak, seolah-olah ada yang menjawab teriakan kita. Jika jawaban itu datang setelah teriakan kita selesai, itulah yang kita kenal sebagai gema. Sedangkan bila bunyi jawaban datang menyusul teriakan kita, itulah yang kita kenal sebagai gaung. Dua peristiwa di atas adalah contoh fenomena interferensi yang terjadi pada bunyi. Pada saat interferensi konstruktif, amplitudo gelombang bunyi maksimum. Sedangkan pada saat interferensi destruktif, amplitudo gelombang bunyi minimum. Peristiwa interferensi ini terjadi secara periodik, sehingga dihasilkan bunyi keras-lemah secara bergantian.
  • 9. Selain itu, gejala lain yang terjadi pada bunyi diantaranya adalah pelayangan bunyi. Pelayangan dapat terjadi apabila ada dua atau lebih sumber bunyi yang nilai frekuensinya sangat dekat. Perbedaan frekuensi yang kecil inilah yang kita kenal dengan layangan. F. Efek Doppler Ketika kita berdiri di pinggir jalan dan mengamati kendaraan- kendaraan yang lewat, kita dapat mendengar perbedaan bunyi dari kendaraan saat mendekat dan menjauh dari kita. Saat kendaraan itu mendekat, kita mendengar bunyi yang lebih keras daripada ketika kendaraan tersebut berada jauh/menjauhi kita. Fenomena inilah yang disebut dengan efek Doppler. Efek Doppler adalah suatu fenomena perbedaan frekuensi yang terdengar oleh pengamat dari sebuah sumber bunyi akibat adanya kecepatan relatif antara pengamat dengan sumber. Karena itulah kita dapat mendengar bunyi kendaraan yang lebih nyaring ketika kendaraan itu bergerak mendekati kita. Besarnya perubahan frekuensi yang terdengar tergantung pada gerak relatifnya, dengan formulasi sebagai berikut : fp = Tanda positif atau negatif ditentukan berdasarkan ketentuan sebagai berikut :  Vp positif apabila pengamat bergerak mendekati sumber, dan negatif apabila pengamat bergerak menjauhi sumber.  Vs positif apabila sumber bergerak menjauhi pengamat, dan negatif apabila sumber bergerak mendekati pengamat. G. Gelombang cahaya
  • 10. Gelombang yang termasuk kelompok gelombang elektromagnetik adalah gelombang cahaya. Mengapa disebut elektromagnetik? Karena gelombang ini dihasilkan oleh interferensi antara medan listrik dan medan magnet yang lajunya berubah terhadap waktu. Menurut Maxwell, medan magnet yang berubah terhadap waktu dapat menimbulkan medan listrik yang tegak lurus terhadapnya. Lama kelamaan kedua medan memiliki laju yang sama. Ketika kedua medan ini merambat dengan laju yang sama dan terus dipercepat, maka terbentuklah gelombang elektromagnetik. Menurut percobaan Maxwell terhadap gelombang ini, ternyata cahaya termasuk ke dalamnya. Laju cahaya telah ditemukan sebagai sebuah konstanta yang nilainya selalu sama di semua tempat (karena gelombang ini perambatannya tidak dipengaruhi medium). Laju ini telah kita kenal sebagai c. Yang besarnya adalah 3x108 m/s. Karena bentuknya yang merupakan gelombang transversal, maka gelombang cahaya ini dapat mengalami fenomena yang dialami gelombang transversal, yaitu interferensi, difraksi, polarisasi, juga pemantulan dan pembiasan. H. Pemantulan dan Pembiasan cahaya. Saat kita bercermin, kita dapat melihat tubuh kita dalam cermin. Hal ini terjadi karena adanya pemantulan cahaya yang mengenai tubuh kita dan melewati cermin. Hal ini telah kita pelajari ketika SMP melalui sebuah fenomena fisis yang disebut pemantulan dan pembiasan cahaya, yang memenuhi hukum Snellius. Hukum Snellius tentang pemantulan cahaya : “Sinar datang, garis normal, dan sinar pantul berada dalam satu bidang datar.” Sinar datang adalah sinar yang datang dari sumber cahaya. Garis normal adalah garis tegak lurus bidang pemantulan. Sedangkan sinar pantul adalah sinar yang keluar
  • 11. dari bidang sebagai pantulan sinar datang. Gambar dari sebuah pemantulan cahaya contohnya sebagai berikut. ϴi adalah sudut datang, dan ϴr ϴr ϴi adalah sudut pantul. Dimana Sinar pantul besarnya ϴi =ϴr. Sinar datang Seperti halnya dalam pemantulan, peristiwa pembiasan pun dijelaskan Snellius dalam hukumnya yang berbunyi. “Seberkas cahaya yang dilewatkan pada 2 medium berbeda akan mengalami pembelokan/perubahan arah sesuai indeks biasnya”. Gambar yang menunjukkan peristiwa pembiasan contohnya sebagai berikut. ϴi adalah sudut datang. Dan ϴr adalah sudut bias. Besarnya berbeda tergantung ϴi indeks bias kedua medium. Apabila n1 medium kedua indeks biasnya lebih besar dari indeks bias medium pertama (lebih n2 renggang), maka ϴr > ϴi. Sedangkan apabila indeks bias medium kedua lebih ϴr kecil dari indeks bias medium pertama (lebih rapat), maka ϴr < ϴi. I. Interferensi gelombang cahaya Interferensi merupakan fenomena yang pasti dialami semua jenis gelombang. Untuk mencapai keadaan interferensi ini diperlukan dua buah gelombang cahaya yang koheren (memiliki beda fase tetap). Interferensi maksimum pada gelombang cahaya menghasilkan daerah terang, sedangkan interferensi minimum pada gelombang cahaya menghasilkan daerah gelap. Interferensi ini dapat dihasilkan ketika seberkas cahaya dilewatkan pada celah sempit. Ketika cahaya tersebut melewati celah sempit, cahaya terdifraksi (terbaur) dan menyebar di belakang celah, apabila baurannya
  • 12. ditangkap oleh layar maka akan didapatkan pola gelap-terang yang bergantian, dengan pola pusatnya adalah pola terang pusat (po). Ketika terjadi interferensi pada satu celah sempit ini, kita dapat pula menghitung letak pola gelap yang terbentuk dengan formulasi : Dengan k adalah pola gelap ke- .0,1,2,3... d sin ϴ = kλ Sedangkan pola terang dapat kita hitung dengan formulasi : d sin ϴ = (k + ½ ) λ Dengan k adalah pola terang ke- .0,1,2,3,... Setelah kita mempelajari pola interferensi pada satu celah sempit, kita juga dapat mengembangkannya hingga pola interferensi pada dua celah sempit. Sama halnya dengan interferensi pada satu celah sempit, interferensi maksimum pada dua celah sempit pun menghasilkan pita terang, sedangkan interferensi minimum menghasilkan pita gelap. Dan pita pusat sebagai hasil interferensi paling maksimum adalah pita terang pusat. (po). Formulasi yang digunakan dalam menghitung pita terang dan pita gelap pada peristiwa interferensi ini terbalik dengan yang ada di interferensi satu celah sempit. Pita terang dihitung dengan formulasi : d sin ϴ = k λ Dengan k adalah pita terang ke-.0,1,2,3,... Sedangkan untuk pita gelap, formulasinya adalah : d sin ϴ = (k + ½ ) λ Dengan k adalah pita gelap ke- .0,1,2,3,... J. Difraksi pada kisi. Interferensi pada celah sempit yang telah dibahas sebenarnya adalah fenomena difraksi cahaya. Tapi difraksi bukan hanya terjadi pada satu atau
  • 13. dua celah sempit, tapi dapat juga terjadi pada kisi, yaitu celah-celah sejajar dengan lebar yang sama dan berjarak teratur. Pertama kali percobaan ini dilakukan oleh Joseph Fraunhover, dengan kisi dari kawat-kawat berdiameter 0,04 mm – 0,6 mm dengan jarak antara 0,0528 mm – 0,6866 mm. Ketika seberkas cahaya dilewatkan pada kisi, setiap celah kisi menjadi sumber cahaya yang baru. Cahaya-cahaya tersebut mengalami difraksi dan mengalami interferensi pada jarak tertentu pada kisi. Dari setiap celah, terdapat berkas-berkas cahaya yang berbeda, hasil interferensinya membentuk pita-pita terang saat formulasi dibawah terpenuhi : Dengan k adalah pita terang ke- .0,1,2,3,... d sin ϴ = k λ atau Dengan Y = jarak pita terang ke-k dari pita terang d =kλ pusat, dan L = jarak celah dengan layar. K. Polarisasi gelombang cahaya. Dulu kita pernah melakukan percobaan mengenai efek tyndall yang terjadi ketika seberkas cahaya dilewatkan pada suatu larutan koloid, misalnya larutan susu. Saat kita menyorotkan lampu pada gelas berisi larutan susu, maka cahaya tersebut tidak akan terlewatkan seluruhnya hingga tertangkap di layar, namun akan diserap sebagian oleh larutan koloid tersebut. Gejala inilah yang disebut polarisasi, yang juga membuktikan bahwa cahaya adalah gelombang transversal. Polarisasi adalah peristiwa terserapnya sebagian intensitas suatu berkas cahaya oleh suatu bahan. Cahaya terpolarisasi dapat dibentuk melaui proses polarisasi yang terjadi secara linier, eliptik, dan lingkaran. Namun yang sering dibahas dalam pelajaran di SMA adalah cahaya terpolarisasi linier
  • 14. karena absorpsi selektif, pemantulan, pembiasan rangkap, hamburan, dan pemutaran bidang polarisasi. Contoh peristiwa polarisasi akibat absorpsi selektif, digambarkan sebagai berikut. Cahaya tak Cahaya terpolarisasi terpolarisasi polarizer Jika cahaya yang telah terpolarisasi diatas jika dilewatkan lagi ke polarizer kedua (analyzer), maka cahaya yang keluar selanjutnya akan mengalami perubahan intensitas, tergantung dari sudut orientasi antara polarizer pertama dengan polarizer kedua. Cahaya yang keluar dari polarizer kedua akan memiliki amplitudo yang baru (misal Am), dan Intensitasnya Im, maka intensitas cahaya yang diteruskan berubah terhadap ϴ menurut persamaan : I = Im cos2 ϴ Intensitas maksimum akan didapat ketika ϴ = 0o, atau ϴ = 180o Peristiwa selanjutnya yang dapat menyebabkan polarisasi adalah pemantulan dan pembiasan. Ketika sebuah cahaya tak terpolarisasi jatuh pada permukaan gelas, maka untuk sudut datang tertentu (ϴp), seluruh cahaya yang dipantulkan adalah cahaya terpolarisasi. Sudut ϴp ini adalah sudut pemolarisasi yang harganya berbeda untuk setiap bahan.
  • 15. ϴp udara gelas ϴr Berdasarkan hasil eksperimen, diperoleh bahwa sinar yang dipantulkan oleh permukaan benda tegak lurus dengan sinar yang dibiaskan oleh bahan. ϴp + ϴr = 90o Dengan n1.sin ϴp = n2. Sin ϴr. n1.sin ϴp = n2. Sin (90- ϴp) n1. Sin ϴp = n2. Cos ϴp tan ϴp = karena sama dengan n (indeks bias relatif medium 2 terhadap medium 1), maka tan ϴp = n Selain itu polarisasi dapat juga terjadi akibat pembiasan ganda. Peristiwa polarisasi ini terjadi apabila seberkas cahaya jatuh pada permukaan kalsit, mika, gula, kristal, es, prisma nikel, dll. Polarisasi akibat hamburan terjadi salahsatunya pada fenomena warna langit. Warna langit biru cerah terjadi karena cahaya matahari dihamburkan
  • 16. oleh gas-gas dalam atmosfer, dan cahaya yang paling banyak menghambur dan mengalami polarisasi adalah warna biru. Pada polarisasi yang disebabkan oleh pemutaran bidang polarisasi, hal ini disebabkan karena cahaya terpolarisasi dilewatkan pada zat optik aktif, yaitu zat yang dapat memutar bidang polarisasi. Contohnya yang terjadi pada larutan gula dibawah, cahaya terpolarisasi yang keluar dari larutan gula menjadi lebih gelap.