SlideShare a Scribd company logo
Bab 1.Pendahuluan
1.1 Besaran dan Pengukuran
Fisika adalah ilmu yang mempelajari benda-benda serta fenomena dan keadaan yang terkait dengan
benda-benda tersebut. Untuk menggambarkan suatu fenomena yang terjadi atau dialami suatu benda,
maka dideļ¬nisikan berbagai besaran-besaran ļ¬sika. Besaran-besaran ļ¬sika ini misalnya panjang,
jarak, massa,waktu, gaya, kecepatan,temperatur, intensitas cahaya,dan sebagainya. Terkadang nama
dari besaran-besaran ļ¬sika tadi memiliki kesamaan dengan istilah yang dipakai dalam keseharian,
tetapi perlu diperhatikan bahwa besaran-besaran ļ¬sika tersebut tidak selalu memiliki pengertian yang
sama dengan istilah-istilah keseharian. Seperti misalnya istilah gaya, usaha, dan momentum, yang
memiliki makna yang berbeda dalam keseharian atau dalam bahasa-bahasa sastra. Misalnya, ā€œAnak
itu bergaya di depan kacaā€,ā€œIa berusaha keras menyelesaikan soal ujiannyaā€, ā€œMomentum perubahan
politik sangat tergantung pada kondisi ekonomi negaraā€.
Besara-besaran ļ¬sika dideļ¬nisikan secara khas,sebagaisuatu istilah ļ¬sika yang memiliki makna
tertentu. Terkadang besaran ļ¬sika tersebut hanya dapat dimengerti dengan menggunakan bahasa
matematik, terkadang dapat diuraikan dengan bahasa sederhana,tetapi selalu terkait dengan
pengukuran (baik langsung maupun tidak langsung). Semua besaran ļ¬sika harus dapat diukur, atau
dikuatiļ¬kasikan dalam angka-angka. Sesuatu yang tidak dapat dinyatakan dalam angka-angka
bukanlah besaran ļ¬sika, dan tidak akan dapat diukur.
Mengukur adalah membandingakan antara dua hal, biasanya salah satunya adalah suatu standar yang
menjadi alat ukur. Ketika kita mengukur jarak antara dua titik, kita membandingkan jarak dua titik
tersebut dengan jarak suatu standar panjang, misalnya panjang tongkat meteran. Ketika kita mengukur
berat suatu benda, kita membandingkan berat benda tadi dengan berat benda standar. Jadi dalam
mengukur kita membutuhkan standar sebagaipembanding besar sesuatu yang akan diukur. Standar
tadi kemudian biasanya dinyatakan memiliki nilai satu dan dijadian sebagaiacuan satuan tertentu.
Walau kita dapat sekehendak kita menentukan standar ukur, tetapi tidak ada artinya bila tidak sama di
seluruh dunia, karena itu perlu diadakan suatu standar internasional. Selain itu standar tersebut
haruslah praktis dan mudah diproduksi ulang di manapun di dunia ini. sistem standar internasional ini
sudah ada, dan sekarang dikenal dengan Sistem Internasional (SI). Terkait dengan SI, terdapat satuan
SI. Antara besaran ļ¬sika yang satu dengan besaran ļ¬sika yang lain, mungkin terdapat
hubungan. Hubungan-hubungan antara besaran ļ¬sika ini dapat dinyatakan sebagai persamaan-
persamaan ļ¬sika, ketika besaran-besaran tadidilambangkan dalam simbol-simbol ļ¬sika, untuk
meringkas penampilan persamaannya. Karena besaran-besaran ļ¬sika tersebut mungkin saling terkait,
maka tentu ada sejumlah besaran yang mendasari semua besaran ļ¬sika yang ada, yaitu semua
besaran-besaran ļ¬sika dapat dinyatakan dalam sejumlah tertentu besaran-besaran ļ¬sika,yang disebut
sebagai besaran-besaran dasar.
Terdapat tujuh buah besaran dasar ļ¬sika (dengan satuannya masing-masing) :
1. panjang (meter)
2. massa (kilogram)
3. waktu (sekon)
4. arus listrik (ampere)
5. temperatur (kelvin)
6. jumlah zat (mole)
7. intensitas cahaya (candela)
Satuan SI untuk panjang adalah meter dan satu meter dideļ¬nisikan sebagai 1650763,73 kali panjang
gelombang cahaya transisi 2p10 ā€“ 5d5 isotop Kr86. Satuan SI untuk waktu adalah sekon dan satu
sekon dideļ¬nisikan sebagai 9.192 631.770 kali periode transisi tertentu aton Cs133. Satuan SI untuk
massa adalah kilogram, dan satu kilogram dideļ¬nisika sebagaimassa sebuah silinder platinum iridium
yang disimpan di Lembaga Berat dan Ukuran Internasional di Prancis. Tetapi selain itu juga terdapat
standar massa non SI, yaitu standar massa atom yang diambil berdasarkan massa satu atom C12 yang
tepat dideļ¬nisikan bermassa 12 dalam satuan massa atom terpadu (amu- atomic mass unit, disingkat
u). Besaran-besaran ļ¬sika secara umum dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis, besaran skalar,
besaran vektor dan besaran tensor. Untuk besaran tensor, tidak akan dipelajari dalam pelajaran ļ¬sika
dasar. Besaran scalar adalah besaran yang memiliki nilai saja, sedangkan besaran vektor adalah
besaran yang selain memiliki nilai juga memiliki arah. Karena konsep tentang vektor banyak
digunakan dalam ļ¬sika, maka akan dijelaskan lebih lanjut secara singkat mengenai besaran vektor
ini.
1.2 Vektor
Sebagai contoh yang mudah untuk dipahami dari sebuah vektor adalah vektor posisi. Untuk
menentukan posisi sebuah titik relatif terhadap titik yang lain, kita harus memiliki sistem
koordinat. Dalam ruang berdimensi tiga, dibutuhkan sistem koordinat, x, y, z untuk mendiskripsikan
posisi suatu titik relatif terhadap suatu titik asal(O). Vektor posisi suatu titik P, relatif terhadap titik
asaldigambarkan di bawah ini.
1.2.1 Penjumlahan Vektor
Dari konsep vektor posisi juga dikembangkan konsep penjumlahan vektor. Vektor posisi titik A
adalah~A, sedangkan posisi titik B ditinjau dari titik A adalah B. Vektor posisi titik B adalah
vector ~C, dan ~C dapat dinyatakan sebagaijumlahan vektor ~A dan vektor ~B,~A + ~ B = ~ C.
Negatif dari suatu vektor ~ A dituliskan sebagai āˆ’ ~ A dan dideļ¬nisikan sebagai sebuah vektor
dengan besar yang sama dengan besar vector ~ A tetapi dengan arah yang berlawanan, sehingga ~ A +
(āˆ’1) ~A = 0. Darisini konsep pengurangan vektor muncul, jadi ~ A āˆ’ ~ B = ~ A + (āˆ’1) ~ B. Aljabar
vektor bersifat komutatif dan asosiatif. Jadi
~A + ~ B = ~ B + ~ A, dan ~ A + (~B + ~C) = (~A + ~ B) + ~C
Dalam ruang berdimensi tiga terdapat paling banyak tiga vektor yang dapat saling tegak
lurus. Vektor-vektor yang saling tegak lurus ini dapat dijadikan vektor-
vektor basis. Dalam sistem koordinat kartesan, sebagaivektor-vektor basis biasanya diambil
vektor-vektor yang mengarah ke arah sumbu x, y, dan z positif, dan diberi simbol Ė†x, Ė†y, dan
Ė†z. Vektor-vektor basis ini juga dipilih bernilai satu. Sehingga sebarang vector ~ A dalam ruang
dimensi tiga dapat dinyatakan sebagai jumlahan vektor-vektor basis dengan koeļ¬sien-koeļ¬sien Ax,
Ay, Az yang disebut sebagai komponen vektor dalam arah basis x, y dan z.~A = Ax Ė†x + Ay Ė†y + Az
Ė†z
Dari trigonometri dapat diketahui bahwa bila sudut antara vector ~A
dengan sumbu x, y, dan z adalah Īøx, Īøy, dan Īøz, maka Ax = A cos Īøx, Ay = A cos Īøy, dan
Az = A cos Īøz, dengan A adalah besar ~A. Dariteorema Phytagoras,diperoleh bahwa A = pA2x +
A2y + A2z.
1.2.2 Perkalian
Dua buah vektor dapat ā€˜diperkalikanā€™. Konsep perkalian antar vektor sangat bermanfaat dalam
perumusan berbagai persamaan-persamaan ļ¬sika. Konsep perkalian dalam vektor sangat berbeda
dengan sekedar memperkalian dua buah bilangan (skalar), dan memiliki deļ¬nisi tersendiri. Dua buah
vector dapat diperkalikan menghasilkan sebuah skalar ataupun sebuah vektor baru. Perkalian yang
menghasilkan skalar disebut sebagai perkalian skalar atau perkalian titik (dot product), dan
dideļ¬nisikan sebagai ~A Ā· ~B = AB cos Īø dengan Īø adalah sudut antara vector ~A dan ~B. Besar
vector ~C = ~A + ~B dapat dinyatakan dalam perumusan berikut ini
C = q( ~A + ~B) Ā· ( ~A + ~B) = āˆšA2 + B2 + 2AB cos Īø Bila ~A dan ~B dinyatakan dalam komponen-
komponennya,
~A = Ax Ė†x + Ay Ė†y +Az Ė†z dan ~B = Bx Ė†x + By Ė†y + Bz Ė†z, maka
~A Ā· ~B = AxBx + AyBy + AzBz
karena Ė†x Ā· Ė†y = Ė†x Ā· Ė†z = Ė†y Ā· Ė†z = cos 900 = 0 (saling tegak lurus), dan Ė†x Ā· Ė†x = Ė†y Ā· Ė†y = Ė†z Ā· Ė†z = cos
00 = 1. Dengan mengalikan sebarang vector ~A dengan sebuah vektor basis, akan didapatkan
proyeksi ~A ke arah vektor basis tadi, jadi misalnya ~a Ā· Ė†x = Ax. Perkalian dua buah vektor yang
menghasilkan sebuah vektor, disebut sebagai perkalian silang (cross product), untuk dua buah vector
~ A dan ~B, dituliskan
~A Ɨ ~B = ~C. Vektor ~C di sini adalah suatu vektor yang arahnya tegak lurus terhadap bidang di
mana ~A dan ~B berada,dan ditentukan oleh arah putar tangan kanan yang diputar dari ~A ke ~B.
Besar vector ~C dideļ¬nisikan sebagai
C = | ~A Ɨ ~B| = AB sin Īø
Besar vector ~ C ini dapat diinterpretasikan sebagai luasan jajaran genjang yang dua sisinya dibatasi
oleh ~ A dan ~B Sesuai dengan deļ¬nisinya, maka ~A Ɨ ~B = āˆ’ ~B Ɨ ~A. Untuk vektor-vektor basis,
diperoleh Ė†x Ɨ Ė†y = Ė†z, Ė†y Ɨ Ė†z = Ė†x,Ė†z Ɨ Ė†x = Ė†y, dan Ė†x Ɨ Ė†x = Ė†y Ɨ Ė†y = Ė†z Ɨ Ė†z = 0.
Bab 2
Kinematika Gerak Lurus
2.1 Posisi, Kecepatan dan Percepatan
Dalam bab ini kita akan meninjau gerak titik partikel secara geometris, yaitu meninjau gerak partikel
tanpa meninjau penyebab geraknya. Cabang ilmu mekanika yang meninjau gerak partikel tanpa
meninjau penyebab geraknya
disebut sebagai kinematika. Walaupun kita hanya meninjau gerak titik partikel, tetapi dapat
dimanfaatkan juga untuk mempelajari gerak benda maupun sistem yang bukan titik. Karena selama
pengaruh penyebab gerak partikel hanya pengaruh eksternal, maka gerak keseluruhan benda dapat di-
wakili oleh gerak titik pusat massanya. Pembuktian terhadap pernyataan ini akan diberikan
belakangan. Kondisi gerak suatu titik partikel dideskripsikan oleh perubahan posisi partikel sebagai
fungsi waktu, ~r(t). Dalam mekanika klasik waktu dianggap tidak bergantung pada sistem kerangka
koordinat yang dipilih, waktu hanya sebagai sesuatu yang mengalir bebas dari besaran-besaran ļ¬sis
lainnya. Bila fungsi ~r(t) sudah diketahui untuk sebarang waktu t, maka keadaan gerak partikel tadi
secara praktis sudah diketahui. Tetapi terkadang informasi tentang gerak partikel tidak diketahui
dalam bentuk posisi tetapi dalam besaran-besaran lain yang akan kita deļ¬nisikan.
Dalam selang waktu Ī”t, posisi partikel akan berpindah dari ~r(t) menjadi ~r(t + Ī”t). Vektor perubahan
posisinya adalah Ī”~r = ~r(t + Ī”t) āˆ’ ~r(t)
Kecepatan sebuah aprtikel adalah laju perubahan posisi partikel terhadap waktu. Kecepatan rerata
partikel tadi dalam selang waktu Ī”t dideļ¬nisikan sebagai:
~ĀÆv = Ī”~r Ī”t
Sedangkan kecepatan sesaat pada saat t dideļ¬nisikan sebagai
~v ā‰” limĪ”tā†’0 Ī”~r Ī”t ā‰” d~rdt
Besar dari vektor kecepatan sering juga disebut sebagaikelajuan. Kelajuan dari sebuah partikel dapat
tidak berubah walaupun kecepatannya berubah, yaitu bila vektor kecepatan berubah arahnya tanpa
berubah besarnya. Bila kecepatan sebuah partikel pada saat t adalah ~v(t) maka setelah selang waktu
Ī”t kecepatannya adalah ~v(t + Ī”t). Perubahan kecepatannya selama selang Ī”t diberikan oleh Ī”v =
~v(t + Ī”t) āˆ’ ~v(t) Percepatan sebuah partikel adalah laju perubahan keceatan partikel terhadap
waktu. Percepatan rerata partikeltadi dideļ¬nisikan sebagai ~ĀÆa ā‰” Ī”v/Ī”t sedangkan percepatan
sesaatnya pada saat t dideļ¬nisikan sebagai
~a ā‰” lim Ī”tā†’0 Ī”~v/Ī”t ā‰” d~v/dt. Karena kecepatan dapat dituliskan sebagai derivatif posisi terhadap
waktu, maka percepatan adalah derivatif kedua posisi terhadap waktu, yaitu ~a ā‰”d2~r/dt2
.
2.2 Gerak dengan kecepatan konstan
Bila kecepatan partikel konstan ~v, maka percepatannya nol. Untuk kasus ini posisi partikel pada
waktu t dapat diketahui melalui integrasi persamaan berikut ini
d~r = ~vdt yang bila diintegralkan dari saat awalt0 dengan posisi ~r(0) ke saat akhir t dengan posisi
~r(t) Z ~r(t) ~r(0) d~r = ~v Z t 0 dt ~r(t) āˆ’ ~r(0) = ~v(t āˆ’ 0)
atau ~r(t) = ~r(0) + ~v t
Graļ¬k hubungan posisi dan waktu membentuk garis lurus dengan nilai gradien graļ¬k (kemiringan
graļ¬k) sama dengan nilai kecepatan yang konstan
2.3 Gerak dengan percepatan konstan
Bila percepatan partikel konstan ~a, kecepatan partikel dapat ditentukan dari integrasi persamaan
berikut ini d~v = ~adt yang bila diintegralkan dari saat awalt0 dengan kecepatan ~v(0) ke saat akhir t
dengan kecepatan ~v(t) Z ~v(t) ~v(0) d~v = ~a Z t 0 dt ~v(t) āˆ’ ~v(0) = ~a(t āˆ’ 0) atau ~v(t) = ~v(0) +
~a t dari persamaan ini, dengan memakai deļ¬nisi kecepatan sebagaiderivatif posisi terhadap waktu,
diperoleh persamaan berikut ini d~r = ~v(0)dt + ~a(t āˆ’ 0)dt yang bila diintegralkan dari saat awal
t0 dengan posisi ~r(0) ke saat akhir t dengan posisi ~r(t), diperoleh Z ~r(t) ~r(0) d~r = Z t 0 ~v(0)dt +
~a(t āˆ’ 0)dt dan diperoleh ~r(t) = ~r(0) + ~v(0) t + 12 ~a t2
Graļ¬k posisi sebagai fungsi dari waktu berbentuk graļ¬k kuadratis (parabolik), dengan gradien graļ¬k
sama dengan besar kecepatan partikel pada saat tertentu. Sedangkan graļ¬k kecepatan sebagaifungsi
waktu berbentuk garis lurus dengan gradien graļ¬knya sama dengan besar percepatan partikel. Dengan
meninjau gerak satu dimensi, dapat juga dituliskan
a = dv/dt = dv dr/dr dt = v dv/dr atau dapat dituliskan
v dv = a dr yang bila diintegralkan dari posisi dan kecepatan awalr(0) dan v(0) ke posisi dan
kecepatan akhir r(t) dan v(t) maka diperoleh Z v(t) v(0) v dv = a Z r(t) r(0) dr. Hasilnya :
v(t)2 = v(0)2 + 2a (r(t) āˆ’ r(0))
Sebagai contoh gerak dengan percepatan konstan adalah gerak partikel jatuh bebas di dekat
permukaan bumi. Dapat ditunjukkan bahwa untuk ketinggian yang tidak terlalu jauh dari permukaan
bumi, percepatan gravitasi g yang dialami sebuah benda yang jatuh bebas, bernilai konstan. Dalam
kasus
benda jatuh bebas,bila arah positif dipilih ke arah atas,maka percepatan benda a = āˆ’g (ke bawah).
2.4 Kombinasi gerak
Besaran-besaran gerak yang berupa besaran vektor dapat diuraikan menjadi komponen-komponennya
dalam setiap arah vektor-vektor basisnya. Sehingga gerak dalam dua dimensi dapat diuraikan menjadi
kombinasi dua gerak satu dimensi dalam dua arah yang saling tegak lurus (misalnya dalam arah x
dan y). Demikian juga gerak dalam tiga dimensi dapat diuraikan menjadi kombinasi tiga gerak
satu dimensi dalam tiga arah yang saling tegak lurus (dalam arah x, y, dan z). Semua persamaan-
persamaan kinematika gerak lurus dalam bab sebelumnya, dapat digunakan untuk mendeskripsikan
gerak dalam masing-masing arah. Sebagai contoh akan diberikan gerak partikel dalam dua dimensi
(bidang) yang mengalami percepatan konstan dalam arah vertikal dan tidak mengalami percepatan
dalam arah horizontal. Aplikasi dari gerak ini adalah gerak peluru, yang lintasannya berupa lintasan
parabolik. Misalkan di titik asal koordinat (0, 0) sebuah partikel bergerak dengan kecepatan awal
~v0 yang membentuk sudut Īø terhadap sumbu x. Partikel ini mengalami percepatan gravitasi
sebesar āˆ’g (ke arah sumbu y negatif). Kecepatan awalpartikel dapat diuraikan menjadi komponen x
dan y, yaitu v0x = v0 cos Īø dan v0y = v0 sin Īø. Gerak partikel sekarang dapat dianalisa sebagai
gerak dengan kecepatan konstan pada arah x dan gerak dengan percepatan konstan pada arah y.
Sesuai pembahasan pada bagian sebelum ini, posisi partikel pada arah x dan y

More Related Content

What's hot

MAKALAH_RELATIVITAS_KHUSUS_KD_3_7_Disusu.docx
MAKALAH_RELATIVITAS_KHUSUS_KD_3_7_Disusu.docxMAKALAH_RELATIVITAS_KHUSUS_KD_3_7_Disusu.docx
MAKALAH_RELATIVITAS_KHUSUS_KD_3_7_Disusu.docx
Roida1
Ā 
Makalah osilator harmonik
Makalah osilator harmonikMakalah osilator harmonik
Makalah osilator harmonik
bestricabebest
Ā 
Mekanika lagrangean
Mekanika lagrangeanMekanika lagrangean
Mekanika lagrangean
Barep Prakoso
Ā 
Bab 1. pengukuran
Bab 1. pengukuranBab 1. pengukuran
Bab 1. pengukuran
Hikmah Setia Wati
Ā 
Ringkasan materi fisika_dasar
Ringkasan materi fisika_dasarRingkasan materi fisika_dasar
Ringkasan materi fisika_dasar
Muhammad Irwan
Ā 

What's hot (6)

MAKALAH_RELATIVITAS_KHUSUS_KD_3_7_Disusu.docx
MAKALAH_RELATIVITAS_KHUSUS_KD_3_7_Disusu.docxMAKALAH_RELATIVITAS_KHUSUS_KD_3_7_Disusu.docx
MAKALAH_RELATIVITAS_KHUSUS_KD_3_7_Disusu.docx
Ā 
Makalah osilator harmonik
Makalah osilator harmonikMakalah osilator harmonik
Makalah osilator harmonik
Ā 
Mekanika lagrangean
Mekanika lagrangeanMekanika lagrangean
Mekanika lagrangean
Ā 
Bab 1. pengukuran
Bab 1. pengukuranBab 1. pengukuran
Bab 1. pengukuran
Ā 
Mbl kun
Mbl kunMbl kun
Mbl kun
Ā 
Ringkasan materi fisika_dasar
Ringkasan materi fisika_dasarRingkasan materi fisika_dasar
Ringkasan materi fisika_dasar
Ā 

Similar to Fisika

Fisika dasar
Fisika dasarFisika dasar
Fisika dasar
Niar29
Ā 
Fisika dasar
Fisika dasarFisika dasar
Fisika dasar
Rahma0207
Ā 
Fisika
FisikaFisika
Fisika
Rahma0207
Ā 
Fisika dasar
Fisika dasarFisika dasar
Fisika dasar
ormaya19
Ā 
Fisika
FisikaFisika
Fisika
Rahmaa06
Ā 
1. besaran, satuan dan vektor
1. besaran, satuan dan vektor1. besaran, satuan dan vektor
1. besaran, satuan dan vektor
Farhan Bahri
Ā 
DOC-20230605-WA0017..pptx
DOC-20230605-WA0017..pptxDOC-20230605-WA0017..pptx
DOC-20230605-WA0017..pptx
MuhammadArifFadhilla
Ā 
Vektor Diruang 2 dan 3 (vector 2D & 3D)
Vektor Diruang 2 dan 3 (vector 2D & 3D)Vektor Diruang 2 dan 3 (vector 2D & 3D)
Vektor Diruang 2 dan 3 (vector 2D & 3D)
Mkls Rivership
Ā 
Diktat fisika-dasar
Diktat fisika-dasarDiktat fisika-dasar
Diktat fisika-dasar
Mario Yuven
Ā 
topik1analisisvektor-140911004300-phpapp02.pdf
topik1analisisvektor-140911004300-phpapp02.pdftopik1analisisvektor-140911004300-phpapp02.pdf
topik1analisisvektor-140911004300-phpapp02.pdf
GaungPradana2
Ā 
Bab0
Bab0Bab0
Bab 2 Vektor
Bab 2 VektorBab 2 Vektor
Bab 2 VektorMustahal SSi
Ā 
Vektor di ruang 2 dan 3
Vektor di ruang 2 dan 3Vektor di ruang 2 dan 3
Vektor di ruang 2 dan 3Khotibul Umam
Ā 
Ringkasan materi fisika_dasar
Ringkasan materi fisika_dasarRingkasan materi fisika_dasar
Ringkasan materi fisika_dasar
Muhammad Irwan
Ā 
Ringkasan materi fisika sma besaran dan
Ringkasan materi fisika sma besaran danRingkasan materi fisika sma besaran dan
Ringkasan materi fisika sma besaran danAndi Amman'k
Ā 
MAKALAH_RELATIVITAS_KHUSUS_KD_3_7_Disusu.docx
MAKALAH_RELATIVITAS_KHUSUS_KD_3_7_Disusu.docxMAKALAH_RELATIVITAS_KHUSUS_KD_3_7_Disusu.docx
MAKALAH_RELATIVITAS_KHUSUS_KD_3_7_Disusu.docx
Roida1
Ā 
VEKTOR
VEKTORVEKTOR
VEKTOR
JimmyRoring
Ā 
Vektor (jimmy, teknik kimia, itn malang)
Vektor (jimmy, teknik kimia, itn malang)Vektor (jimmy, teknik kimia, itn malang)
Vektor (jimmy, teknik kimia, itn malang)
jimmy roring
Ā 

Similar to Fisika (20)

Fisika dasar
Fisika dasarFisika dasar
Fisika dasar
Ā 
Fisika dasar
Fisika dasarFisika dasar
Fisika dasar
Ā 
Fisika
FisikaFisika
Fisika
Ā 
Fisika dasar
Fisika dasarFisika dasar
Fisika dasar
Ā 
Fisika
FisikaFisika
Fisika
Ā 
1. besaran, satuan dan vektor
1. besaran, satuan dan vektor1. besaran, satuan dan vektor
1. besaran, satuan dan vektor
Ā 
DOC-20230605-WA0017..pptx
DOC-20230605-WA0017..pptxDOC-20230605-WA0017..pptx
DOC-20230605-WA0017..pptx
Ā 
Vektor Diruang 2 dan 3 (vector 2D & 3D)
Vektor Diruang 2 dan 3 (vector 2D & 3D)Vektor Diruang 2 dan 3 (vector 2D & 3D)
Vektor Diruang 2 dan 3 (vector 2D & 3D)
Ā 
Diktat fisika-dasar
Diktat fisika-dasarDiktat fisika-dasar
Diktat fisika-dasar
Ā 
Fisika Dasar
Fisika Dasar Fisika Dasar
Fisika Dasar
Ā 
topik1analisisvektor-140911004300-phpapp02.pdf
topik1analisisvektor-140911004300-phpapp02.pdftopik1analisisvektor-140911004300-phpapp02.pdf
topik1analisisvektor-140911004300-phpapp02.pdf
Ā 
Bab0
Bab0Bab0
Bab0
Ā 
Bab 2 Vektor
Bab 2 VektorBab 2 Vektor
Bab 2 Vektor
Ā 
Vektor di ruang 2 dan 3
Vektor di ruang 2 dan 3Vektor di ruang 2 dan 3
Vektor di ruang 2 dan 3
Ā 
Ringkasan materi fisika_dasar
Ringkasan materi fisika_dasarRingkasan materi fisika_dasar
Ringkasan materi fisika_dasar
Ā 
Ringkasan materi fisika sma besaran dan
Ringkasan materi fisika sma besaran danRingkasan materi fisika sma besaran dan
Ringkasan materi fisika sma besaran dan
Ā 
MAKALAH_RELATIVITAS_KHUSUS_KD_3_7_Disusu.docx
MAKALAH_RELATIVITAS_KHUSUS_KD_3_7_Disusu.docxMAKALAH_RELATIVITAS_KHUSUS_KD_3_7_Disusu.docx
MAKALAH_RELATIVITAS_KHUSUS_KD_3_7_Disusu.docx
Ā 
VEKTOR
VEKTORVEKTOR
VEKTOR
Ā 
Vektor (jimmy, teknik kimia, itn malang)
Vektor (jimmy, teknik kimia, itn malang)Vektor (jimmy, teknik kimia, itn malang)
Vektor (jimmy, teknik kimia, itn malang)
Ā 
Fisika
FisikaFisika
Fisika
Ā 

More from rahmatriadi25

Iman dan taqwa
Iman dan taqwaIman dan taqwa
Iman dan taqwa
rahmatriadi25
Ā 
Wawasan sosial budaya dasar
Wawasan sosial budaya dasarWawasan sosial budaya dasar
Wawasan sosial budaya dasar
rahmatriadi25
Ā 
Pendidikan kewarganegaraan
Pendidikan kewarganegaraanPendidikan kewarganegaraan
Pendidikan kewarganegaraan
rahmatriadi25
Ā 
Fisika
FisikaFisika
Fisika
rahmatriadi25
Ā 
Matematika
MatematikaMatematika
Matematika
rahmatriadi25
Ā 
Bahasa indonesia
Bahasa indonesiaBahasa indonesia
Bahasa indonesia
rahmatriadi25
Ā 
Kelompok 1
Kelompok 1Kelompok 1
Kelompok 1
rahmatriadi25
Ā 
Komunikasi data kuliah online ke 5
Komunikasi data  kuliah online ke 5Komunikasi data  kuliah online ke 5
Komunikasi data kuliah online ke 5
rahmatriadi25
Ā 
Doc1
Doc1Doc1
Pendidikan pancasila
Pendidikan pancasilaPendidikan pancasila
Pendidikan pancasila
rahmatriadi25
Ā 

More from rahmatriadi25 (10)

Iman dan taqwa
Iman dan taqwaIman dan taqwa
Iman dan taqwa
Ā 
Wawasan sosial budaya dasar
Wawasan sosial budaya dasarWawasan sosial budaya dasar
Wawasan sosial budaya dasar
Ā 
Pendidikan kewarganegaraan
Pendidikan kewarganegaraanPendidikan kewarganegaraan
Pendidikan kewarganegaraan
Ā 
Fisika
FisikaFisika
Fisika
Ā 
Matematika
MatematikaMatematika
Matematika
Ā 
Bahasa indonesia
Bahasa indonesiaBahasa indonesia
Bahasa indonesia
Ā 
Kelompok 1
Kelompok 1Kelompok 1
Kelompok 1
Ā 
Komunikasi data kuliah online ke 5
Komunikasi data  kuliah online ke 5Komunikasi data  kuliah online ke 5
Komunikasi data kuliah online ke 5
Ā 
Doc1
Doc1Doc1
Doc1
Ā 
Pendidikan pancasila
Pendidikan pancasilaPendidikan pancasila
Pendidikan pancasila
Ā 

Recently uploaded

LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
widyakusuma99
Ā 
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
DEVI390643
Ā 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
rohman85
Ā 
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdfppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
setiatinambunan
Ā 
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakatPPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
jodikurniawan341
Ā 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
asyi1
Ā 
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
mattaja008
Ā 
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdfRANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
junarpudin36
Ā 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
agusmulyadi08
Ā 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
safitriana935
Ā 
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptxDiseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
LucyKristinaS
Ā 
2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx
2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx
2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx
arianferdana
Ā 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
UditGheozi2
Ā 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
kinayaptr30
Ā 
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Galang Adi Kuncoro
Ā 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
lindaagina84
Ā 
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
Indah106914
Ā 
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
Ā 
AKSI NYATA TAHAP PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK JENJANG SD USIA 6-12 TAHUN.pptx
AKSI NYATA TAHAP PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK JENJANG SD USIA 6-12 TAHUN.pptxAKSI NYATA TAHAP PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK JENJANG SD USIA 6-12 TAHUN.pptx
AKSI NYATA TAHAP PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK JENJANG SD USIA 6-12 TAHUN.pptx
adelsimanjuntak
Ā 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
DataSupriatna
Ā 

Recently uploaded (20)

LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
Ā 
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Ā 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Ā 
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdfppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
Ā 
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakatPPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
Ā 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
Ā 
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Ā 
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdfRANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
Ā 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
Ā 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
Ā 
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptxDiseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Ā 
2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx
2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx
2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx
Ā 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
Ā 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
Ā 
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Ā 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
Ā 
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
Ā 
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Ā 
AKSI NYATA TAHAP PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK JENJANG SD USIA 6-12 TAHUN.pptx
AKSI NYATA TAHAP PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK JENJANG SD USIA 6-12 TAHUN.pptxAKSI NYATA TAHAP PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK JENJANG SD USIA 6-12 TAHUN.pptx
AKSI NYATA TAHAP PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK JENJANG SD USIA 6-12 TAHUN.pptx
Ā 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
Ā 

Fisika

  • 1. Bab 1.Pendahuluan 1.1 Besaran dan Pengukuran Fisika adalah ilmu yang mempelajari benda-benda serta fenomena dan keadaan yang terkait dengan benda-benda tersebut. Untuk menggambarkan suatu fenomena yang terjadi atau dialami suatu benda, maka dideļ¬nisikan berbagai besaran-besaran ļ¬sika. Besaran-besaran ļ¬sika ini misalnya panjang, jarak, massa,waktu, gaya, kecepatan,temperatur, intensitas cahaya,dan sebagainya. Terkadang nama dari besaran-besaran ļ¬sika tadi memiliki kesamaan dengan istilah yang dipakai dalam keseharian, tetapi perlu diperhatikan bahwa besaran-besaran ļ¬sika tersebut tidak selalu memiliki pengertian yang sama dengan istilah-istilah keseharian. Seperti misalnya istilah gaya, usaha, dan momentum, yang memiliki makna yang berbeda dalam keseharian atau dalam bahasa-bahasa sastra. Misalnya, ā€œAnak itu bergaya di depan kacaā€,ā€œIa berusaha keras menyelesaikan soal ujiannyaā€, ā€œMomentum perubahan politik sangat tergantung pada kondisi ekonomi negaraā€. Besara-besaran ļ¬sika dideļ¬nisikan secara khas,sebagaisuatu istilah ļ¬sika yang memiliki makna tertentu. Terkadang besaran ļ¬sika tersebut hanya dapat dimengerti dengan menggunakan bahasa matematik, terkadang dapat diuraikan dengan bahasa sederhana,tetapi selalu terkait dengan pengukuran (baik langsung maupun tidak langsung). Semua besaran ļ¬sika harus dapat diukur, atau dikuatiļ¬kasikan dalam angka-angka. Sesuatu yang tidak dapat dinyatakan dalam angka-angka bukanlah besaran ļ¬sika, dan tidak akan dapat diukur. Mengukur adalah membandingakan antara dua hal, biasanya salah satunya adalah suatu standar yang menjadi alat ukur. Ketika kita mengukur jarak antara dua titik, kita membandingkan jarak dua titik tersebut dengan jarak suatu standar panjang, misalnya panjang tongkat meteran. Ketika kita mengukur berat suatu benda, kita membandingkan berat benda tadi dengan berat benda standar. Jadi dalam mengukur kita membutuhkan standar sebagaipembanding besar sesuatu yang akan diukur. Standar tadi kemudian biasanya dinyatakan memiliki nilai satu dan dijadian sebagaiacuan satuan tertentu. Walau kita dapat sekehendak kita menentukan standar ukur, tetapi tidak ada artinya bila tidak sama di seluruh dunia, karena itu perlu diadakan suatu standar internasional. Selain itu standar tersebut haruslah praktis dan mudah diproduksi ulang di manapun di dunia ini. sistem standar internasional ini sudah ada, dan sekarang dikenal dengan Sistem Internasional (SI). Terkait dengan SI, terdapat satuan SI. Antara besaran ļ¬sika yang satu dengan besaran ļ¬sika yang lain, mungkin terdapat hubungan. Hubungan-hubungan antara besaran ļ¬sika ini dapat dinyatakan sebagai persamaan- persamaan ļ¬sika, ketika besaran-besaran tadidilambangkan dalam simbol-simbol ļ¬sika, untuk meringkas penampilan persamaannya. Karena besaran-besaran ļ¬sika tersebut mungkin saling terkait, maka tentu ada sejumlah besaran yang mendasari semua besaran ļ¬sika yang ada, yaitu semua besaran-besaran ļ¬sika dapat dinyatakan dalam sejumlah tertentu besaran-besaran ļ¬sika,yang disebut sebagai besaran-besaran dasar. Terdapat tujuh buah besaran dasar ļ¬sika (dengan satuannya masing-masing) : 1. panjang (meter) 2. massa (kilogram) 3. waktu (sekon) 4. arus listrik (ampere)
  • 2. 5. temperatur (kelvin) 6. jumlah zat (mole) 7. intensitas cahaya (candela) Satuan SI untuk panjang adalah meter dan satu meter dideļ¬nisikan sebagai 1650763,73 kali panjang gelombang cahaya transisi 2p10 ā€“ 5d5 isotop Kr86. Satuan SI untuk waktu adalah sekon dan satu sekon dideļ¬nisikan sebagai 9.192 631.770 kali periode transisi tertentu aton Cs133. Satuan SI untuk massa adalah kilogram, dan satu kilogram dideļ¬nisika sebagaimassa sebuah silinder platinum iridium yang disimpan di Lembaga Berat dan Ukuran Internasional di Prancis. Tetapi selain itu juga terdapat standar massa non SI, yaitu standar massa atom yang diambil berdasarkan massa satu atom C12 yang tepat dideļ¬nisikan bermassa 12 dalam satuan massa atom terpadu (amu- atomic mass unit, disingkat u). Besaran-besaran ļ¬sika secara umum dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis, besaran skalar, besaran vektor dan besaran tensor. Untuk besaran tensor, tidak akan dipelajari dalam pelajaran ļ¬sika dasar. Besaran scalar adalah besaran yang memiliki nilai saja, sedangkan besaran vektor adalah besaran yang selain memiliki nilai juga memiliki arah. Karena konsep tentang vektor banyak digunakan dalam ļ¬sika, maka akan dijelaskan lebih lanjut secara singkat mengenai besaran vektor ini. 1.2 Vektor Sebagai contoh yang mudah untuk dipahami dari sebuah vektor adalah vektor posisi. Untuk menentukan posisi sebuah titik relatif terhadap titik yang lain, kita harus memiliki sistem koordinat. Dalam ruang berdimensi tiga, dibutuhkan sistem koordinat, x, y, z untuk mendiskripsikan posisi suatu titik relatif terhadap suatu titik asal(O). Vektor posisi suatu titik P, relatif terhadap titik asaldigambarkan di bawah ini. 1.2.1 Penjumlahan Vektor Dari konsep vektor posisi juga dikembangkan konsep penjumlahan vektor. Vektor posisi titik A adalah~A, sedangkan posisi titik B ditinjau dari titik A adalah B. Vektor posisi titik B adalah vector ~C, dan ~C dapat dinyatakan sebagaijumlahan vektor ~A dan vektor ~B,~A + ~ B = ~ C. Negatif dari suatu vektor ~ A dituliskan sebagai āˆ’ ~ A dan dideļ¬nisikan sebagai sebuah vektor dengan besar yang sama dengan besar vector ~ A tetapi dengan arah yang berlawanan, sehingga ~ A + (āˆ’1) ~A = 0. Darisini konsep pengurangan vektor muncul, jadi ~ A āˆ’ ~ B = ~ A + (āˆ’1) ~ B. Aljabar vektor bersifat komutatif dan asosiatif. Jadi ~A + ~ B = ~ B + ~ A, dan ~ A + (~B + ~C) = (~A + ~ B) + ~C Dalam ruang berdimensi tiga terdapat paling banyak tiga vektor yang dapat saling tegak lurus. Vektor-vektor yang saling tegak lurus ini dapat dijadikan vektor- vektor basis. Dalam sistem koordinat kartesan, sebagaivektor-vektor basis biasanya diambil vektor-vektor yang mengarah ke arah sumbu x, y, dan z positif, dan diberi simbol Ė†x, Ė†y, dan Ė†z. Vektor-vektor basis ini juga dipilih bernilai satu. Sehingga sebarang vector ~ A dalam ruang dimensi tiga dapat dinyatakan sebagai jumlahan vektor-vektor basis dengan koeļ¬sien-koeļ¬sien Ax, Ay, Az yang disebut sebagai komponen vektor dalam arah basis x, y dan z.~A = Ax Ė†x + Ay Ė†y + Az Ė†z
  • 3. Dari trigonometri dapat diketahui bahwa bila sudut antara vector ~A dengan sumbu x, y, dan z adalah Īøx, Īøy, dan Īøz, maka Ax = A cos Īøx, Ay = A cos Īøy, dan Az = A cos Īøz, dengan A adalah besar ~A. Dariteorema Phytagoras,diperoleh bahwa A = pA2x + A2y + A2z. 1.2.2 Perkalian Dua buah vektor dapat ā€˜diperkalikanā€™. Konsep perkalian antar vektor sangat bermanfaat dalam perumusan berbagai persamaan-persamaan ļ¬sika. Konsep perkalian dalam vektor sangat berbeda dengan sekedar memperkalian dua buah bilangan (skalar), dan memiliki deļ¬nisi tersendiri. Dua buah vector dapat diperkalikan menghasilkan sebuah skalar ataupun sebuah vektor baru. Perkalian yang menghasilkan skalar disebut sebagai perkalian skalar atau perkalian titik (dot product), dan dideļ¬nisikan sebagai ~A Ā· ~B = AB cos Īø dengan Īø adalah sudut antara vector ~A dan ~B. Besar vector ~C = ~A + ~B dapat dinyatakan dalam perumusan berikut ini C = q( ~A + ~B) Ā· ( ~A + ~B) = āˆšA2 + B2 + 2AB cos Īø Bila ~A dan ~B dinyatakan dalam komponen- komponennya, ~A = Ax Ė†x + Ay Ė†y +Az Ė†z dan ~B = Bx Ė†x + By Ė†y + Bz Ė†z, maka ~A Ā· ~B = AxBx + AyBy + AzBz karena Ė†x Ā· Ė†y = Ė†x Ā· Ė†z = Ė†y Ā· Ė†z = cos 900 = 0 (saling tegak lurus), dan Ė†x Ā· Ė†x = Ė†y Ā· Ė†y = Ė†z Ā· Ė†z = cos 00 = 1. Dengan mengalikan sebarang vector ~A dengan sebuah vektor basis, akan didapatkan proyeksi ~A ke arah vektor basis tadi, jadi misalnya ~a Ā· Ė†x = Ax. Perkalian dua buah vektor yang menghasilkan sebuah vektor, disebut sebagai perkalian silang (cross product), untuk dua buah vector ~ A dan ~B, dituliskan ~A Ɨ ~B = ~C. Vektor ~C di sini adalah suatu vektor yang arahnya tegak lurus terhadap bidang di mana ~A dan ~B berada,dan ditentukan oleh arah putar tangan kanan yang diputar dari ~A ke ~B. Besar vector ~C dideļ¬nisikan sebagai C = | ~A Ɨ ~B| = AB sin Īø Besar vector ~ C ini dapat diinterpretasikan sebagai luasan jajaran genjang yang dua sisinya dibatasi oleh ~ A dan ~B Sesuai dengan deļ¬nisinya, maka ~A Ɨ ~B = āˆ’ ~B Ɨ ~A. Untuk vektor-vektor basis, diperoleh Ė†x Ɨ Ė†y = Ė†z, Ė†y Ɨ Ė†z = Ė†x,Ė†z Ɨ Ė†x = Ė†y, dan Ė†x Ɨ Ė†x = Ė†y Ɨ Ė†y = Ė†z Ɨ Ė†z = 0. Bab 2 Kinematika Gerak Lurus 2.1 Posisi, Kecepatan dan Percepatan Dalam bab ini kita akan meninjau gerak titik partikel secara geometris, yaitu meninjau gerak partikel tanpa meninjau penyebab geraknya. Cabang ilmu mekanika yang meninjau gerak partikel tanpa meninjau penyebab geraknya disebut sebagai kinematika. Walaupun kita hanya meninjau gerak titik partikel, tetapi dapat dimanfaatkan juga untuk mempelajari gerak benda maupun sistem yang bukan titik. Karena selama pengaruh penyebab gerak partikel hanya pengaruh eksternal, maka gerak keseluruhan benda dapat di-
  • 4. wakili oleh gerak titik pusat massanya. Pembuktian terhadap pernyataan ini akan diberikan belakangan. Kondisi gerak suatu titik partikel dideskripsikan oleh perubahan posisi partikel sebagai fungsi waktu, ~r(t). Dalam mekanika klasik waktu dianggap tidak bergantung pada sistem kerangka koordinat yang dipilih, waktu hanya sebagai sesuatu yang mengalir bebas dari besaran-besaran ļ¬sis lainnya. Bila fungsi ~r(t) sudah diketahui untuk sebarang waktu t, maka keadaan gerak partikel tadi secara praktis sudah diketahui. Tetapi terkadang informasi tentang gerak partikel tidak diketahui dalam bentuk posisi tetapi dalam besaran-besaran lain yang akan kita deļ¬nisikan. Dalam selang waktu Ī”t, posisi partikel akan berpindah dari ~r(t) menjadi ~r(t + Ī”t). Vektor perubahan posisinya adalah Ī”~r = ~r(t + Ī”t) āˆ’ ~r(t) Kecepatan sebuah aprtikel adalah laju perubahan posisi partikel terhadap waktu. Kecepatan rerata partikel tadi dalam selang waktu Ī”t dideļ¬nisikan sebagai: ~ĀÆv = Ī”~r Ī”t Sedangkan kecepatan sesaat pada saat t dideļ¬nisikan sebagai ~v ā‰” limĪ”tā†’0 Ī”~r Ī”t ā‰” d~rdt Besar dari vektor kecepatan sering juga disebut sebagaikelajuan. Kelajuan dari sebuah partikel dapat tidak berubah walaupun kecepatannya berubah, yaitu bila vektor kecepatan berubah arahnya tanpa berubah besarnya. Bila kecepatan sebuah partikel pada saat t adalah ~v(t) maka setelah selang waktu Ī”t kecepatannya adalah ~v(t + Ī”t). Perubahan kecepatannya selama selang Ī”t diberikan oleh Ī”v = ~v(t + Ī”t) āˆ’ ~v(t) Percepatan sebuah partikel adalah laju perubahan keceatan partikel terhadap waktu. Percepatan rerata partikeltadi dideļ¬nisikan sebagai ~ĀÆa ā‰” Ī”v/Ī”t sedangkan percepatan sesaatnya pada saat t dideļ¬nisikan sebagai ~a ā‰” lim Ī”tā†’0 Ī”~v/Ī”t ā‰” d~v/dt. Karena kecepatan dapat dituliskan sebagai derivatif posisi terhadap waktu, maka percepatan adalah derivatif kedua posisi terhadap waktu, yaitu ~a ā‰”d2~r/dt2 . 2.2 Gerak dengan kecepatan konstan Bila kecepatan partikel konstan ~v, maka percepatannya nol. Untuk kasus ini posisi partikel pada waktu t dapat diketahui melalui integrasi persamaan berikut ini d~r = ~vdt yang bila diintegralkan dari saat awalt0 dengan posisi ~r(0) ke saat akhir t dengan posisi ~r(t) Z ~r(t) ~r(0) d~r = ~v Z t 0 dt ~r(t) āˆ’ ~r(0) = ~v(t āˆ’ 0) atau ~r(t) = ~r(0) + ~v t Graļ¬k hubungan posisi dan waktu membentuk garis lurus dengan nilai gradien graļ¬k (kemiringan graļ¬k) sama dengan nilai kecepatan yang konstan 2.3 Gerak dengan percepatan konstan Bila percepatan partikel konstan ~a, kecepatan partikel dapat ditentukan dari integrasi persamaan berikut ini d~v = ~adt yang bila diintegralkan dari saat awalt0 dengan kecepatan ~v(0) ke saat akhir t dengan kecepatan ~v(t) Z ~v(t) ~v(0) d~v = ~a Z t 0 dt ~v(t) āˆ’ ~v(0) = ~a(t āˆ’ 0) atau ~v(t) = ~v(0) + ~a t dari persamaan ini, dengan memakai deļ¬nisi kecepatan sebagaiderivatif posisi terhadap waktu,
  • 5. diperoleh persamaan berikut ini d~r = ~v(0)dt + ~a(t āˆ’ 0)dt yang bila diintegralkan dari saat awal t0 dengan posisi ~r(0) ke saat akhir t dengan posisi ~r(t), diperoleh Z ~r(t) ~r(0) d~r = Z t 0 ~v(0)dt + ~a(t āˆ’ 0)dt dan diperoleh ~r(t) = ~r(0) + ~v(0) t + 12 ~a t2 Graļ¬k posisi sebagai fungsi dari waktu berbentuk graļ¬k kuadratis (parabolik), dengan gradien graļ¬k sama dengan besar kecepatan partikel pada saat tertentu. Sedangkan graļ¬k kecepatan sebagaifungsi waktu berbentuk garis lurus dengan gradien graļ¬knya sama dengan besar percepatan partikel. Dengan meninjau gerak satu dimensi, dapat juga dituliskan a = dv/dt = dv dr/dr dt = v dv/dr atau dapat dituliskan v dv = a dr yang bila diintegralkan dari posisi dan kecepatan awalr(0) dan v(0) ke posisi dan kecepatan akhir r(t) dan v(t) maka diperoleh Z v(t) v(0) v dv = a Z r(t) r(0) dr. Hasilnya : v(t)2 = v(0)2 + 2a (r(t) āˆ’ r(0)) Sebagai contoh gerak dengan percepatan konstan adalah gerak partikel jatuh bebas di dekat permukaan bumi. Dapat ditunjukkan bahwa untuk ketinggian yang tidak terlalu jauh dari permukaan bumi, percepatan gravitasi g yang dialami sebuah benda yang jatuh bebas, bernilai konstan. Dalam kasus benda jatuh bebas,bila arah positif dipilih ke arah atas,maka percepatan benda a = āˆ’g (ke bawah). 2.4 Kombinasi gerak Besaran-besaran gerak yang berupa besaran vektor dapat diuraikan menjadi komponen-komponennya dalam setiap arah vektor-vektor basisnya. Sehingga gerak dalam dua dimensi dapat diuraikan menjadi kombinasi dua gerak satu dimensi dalam dua arah yang saling tegak lurus (misalnya dalam arah x dan y). Demikian juga gerak dalam tiga dimensi dapat diuraikan menjadi kombinasi tiga gerak satu dimensi dalam tiga arah yang saling tegak lurus (dalam arah x, y, dan z). Semua persamaan- persamaan kinematika gerak lurus dalam bab sebelumnya, dapat digunakan untuk mendeskripsikan gerak dalam masing-masing arah. Sebagai contoh akan diberikan gerak partikel dalam dua dimensi (bidang) yang mengalami percepatan konstan dalam arah vertikal dan tidak mengalami percepatan dalam arah horizontal. Aplikasi dari gerak ini adalah gerak peluru, yang lintasannya berupa lintasan parabolik. Misalkan di titik asal koordinat (0, 0) sebuah partikel bergerak dengan kecepatan awal ~v0 yang membentuk sudut Īø terhadap sumbu x. Partikel ini mengalami percepatan gravitasi sebesar āˆ’g (ke arah sumbu y negatif). Kecepatan awalpartikel dapat diuraikan menjadi komponen x dan y, yaitu v0x = v0 cos Īø dan v0y = v0 sin Īø. Gerak partikel sekarang dapat dianalisa sebagai gerak dengan kecepatan konstan pada arah x dan gerak dengan percepatan konstan pada arah y. Sesuai pembahasan pada bagian sebelum ini, posisi partikel pada arah x dan y