UU Perubahan Iklim di Indonesia diperlukan untuk memberikan komitmen jangka panjang dalam menangani persoalan perubahan iklim yang memiliki dimensi jangka panjang. UU tersebut perlu mengatur target jangka panjang, implementasi aksi mitigasi dan adaptasi, serta mekanisme tata kelola dan pelaporan untuk mendorong transformasi menuju ekonomi hijau.
Perubahan Iklim: Peluang dan TantanganyaFarhan Helmy
Kuliah tentang perubahan tantangan dan peluang khususnya peran inovasi dalam mentransformasikan ekonomi ke arah pembangunan rendah emisi karbon (low emission development scenarios). Kuliah disampaikan di Center for Sustainability, Universitas Surya, www.surya.ac.id
Question and answer tentang keadilan iklim yayasan satu duniaSatuDunia Foundation
Dokumen tersebut merupakan pertanyaan dan jawaban tentang keadilan iklim yang disusun oleh Yayasan Satudunia. Dokumen tersebut menjelaskan definisi perubahan iklim, sejarah perundingan perubahan iklim internasional, lembaga terkait seperti IPCC, serta penjelasan mengenai Konferensi Para Pihak atau COP dalam kerangka kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Perubahan Iklim.
RUU Adaptasi dan Mitigasi Perubahan IklimFarhan Helmy
Paparan tentang pentingnya RUU Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim yang disampaikan oleh Bapak Abdul Kadir Jailani, Direktorat Perjanjian Ekososbud, Kementerian Luar Negeri pada pertemuan konsultasi yang difasilitasi oleh Kementerian Hukum dan HAM, 26 Juni 2013.
Ambisi Persetujuan Paris 2.0/1.5 C: mungkinkah dicapai?Farhan Helmy
Dokumen tersebut membahas tiga hal penting yaitu: (1) memahami krisis iklim secara sistemik dan kompleks, (2) tata kelola perubahan iklim yang melibatkan berbagai aktor dan proses, (3) tantangan mencapai target Paris Agreement 1.5-2°C dengan catatan reflektif mengenai komitmen, kebijakan publik, dan keadilan.
Seminar Nasional: Green Economic Goes to Clean IndonesiaDadang Solihin
Lomba Karya Tulis Ilmiah untuk SMA/MA sederajat se-Priangan Timur Jurusan Ekonomi Pembangunan FE Universitas Siliwangi di Gedung Mandala Unsil-Tasikmalaya, 31 Maret 2014
Status NAMAs dan Tantangan Kedepan: Beberapa Catatan PengamatanFarhan Helmy
Presentasi ini menggambarkan mengenai status NAMAs (National Appropriate Mitigation Actions) baik darievolusi konsep, respon pemerintah Indonesia serta masa depan implementasninya. Paparan ini disampaikan pada Workshop Peningkatan Kapasitas Pengenalan NAMAs, 3-4 Juli 2012 yang difasilitasi oleh Bappenas dan GIZ.
Perubahan Iklim: Peluang dan TantanganyaFarhan Helmy
Kuliah tentang perubahan tantangan dan peluang khususnya peran inovasi dalam mentransformasikan ekonomi ke arah pembangunan rendah emisi karbon (low emission development scenarios). Kuliah disampaikan di Center for Sustainability, Universitas Surya, www.surya.ac.id
Question and answer tentang keadilan iklim yayasan satu duniaSatuDunia Foundation
Dokumen tersebut merupakan pertanyaan dan jawaban tentang keadilan iklim yang disusun oleh Yayasan Satudunia. Dokumen tersebut menjelaskan definisi perubahan iklim, sejarah perundingan perubahan iklim internasional, lembaga terkait seperti IPCC, serta penjelasan mengenai Konferensi Para Pihak atau COP dalam kerangka kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Perubahan Iklim.
RUU Adaptasi dan Mitigasi Perubahan IklimFarhan Helmy
Paparan tentang pentingnya RUU Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim yang disampaikan oleh Bapak Abdul Kadir Jailani, Direktorat Perjanjian Ekososbud, Kementerian Luar Negeri pada pertemuan konsultasi yang difasilitasi oleh Kementerian Hukum dan HAM, 26 Juni 2013.
Ambisi Persetujuan Paris 2.0/1.5 C: mungkinkah dicapai?Farhan Helmy
Dokumen tersebut membahas tiga hal penting yaitu: (1) memahami krisis iklim secara sistemik dan kompleks, (2) tata kelola perubahan iklim yang melibatkan berbagai aktor dan proses, (3) tantangan mencapai target Paris Agreement 1.5-2°C dengan catatan reflektif mengenai komitmen, kebijakan publik, dan keadilan.
Seminar Nasional: Green Economic Goes to Clean IndonesiaDadang Solihin
Lomba Karya Tulis Ilmiah untuk SMA/MA sederajat se-Priangan Timur Jurusan Ekonomi Pembangunan FE Universitas Siliwangi di Gedung Mandala Unsil-Tasikmalaya, 31 Maret 2014
Status NAMAs dan Tantangan Kedepan: Beberapa Catatan PengamatanFarhan Helmy
Presentasi ini menggambarkan mengenai status NAMAs (National Appropriate Mitigation Actions) baik darievolusi konsep, respon pemerintah Indonesia serta masa depan implementasninya. Paparan ini disampaikan pada Workshop Peningkatan Kapasitas Pengenalan NAMAs, 3-4 Juli 2012 yang difasilitasi oleh Bappenas dan GIZ.
Status NAMAs dan NAMAs Registry: Beberapa CatatanFarhan Helmy
Presentasi mengenai Status NAMAs(Nationally Appropriate Mitigation Actions) dan Registry Indonesia. Disampaikan pada Diskusi Registry untuk Mitigasi Mitigasi Perubahan Iklim di Indonesia: Kasus Spesifik REDD+ dan NAMAs, Jakarta, 26 Juli 2013.
Memahami Krisis Iklim dan Potensi Solusinya berdarkan En-ROADS Simulation Farhan Helmy
My Presentation on climate change complexity and potential solutions using En-ROADS simulation developed by Climate Interactive, MIT and Ventana System. (in Bahasa Indonesia)
Green growth and sustainability become very hot issues in the upcoming "Paris Agreement implementation" era.
Every stakeholders, particularly the industry sector, need to integrate the sustainability and green growth concepts in their way of implementation. Not only for the emission reduction, but these concepts will guarantee that their works will give positive impacts to the surrounding environment.
Sesi -1: Memahami Krisis iklim secara Sistem (Understanding Climate Crisis: A...Farhan Helmy
Paparan 1 dari 4 paparan yang disampaikan pada Lokakarya Kebikkan Perubahan Iklim menggunakan En-ROADS. Paparan ini membahas kompleksitas iklim sebagai suatu sistem yang dinamikanya digerakan baik secara fisik (physical system) maupun kegiatan manusia (antropogenik) yang kemudian melembaga dalam perilaku.
Translation:
"Presentation 1 of 4 presentations delivered at the Workshop on Wisdom of Climate Change using En-ROADS. This presentation discusses the complexity of climate as a system whose dynamics is moved both physically (physical system) and human activities (anthropogenic) which then institutionalizes in behavior."
Dokumen tersebut membahas perjalanan kebijakan internasional terkait perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, mulai dari Konferensi Stockholm (1972), KTT Bumi di Rio (1992), KTT Pembangunan Berkelanjutan di Johannesburg (2002), Rio+20 (2012), hingga Perjanjian Paris (2015). Dokumen tersebut juga menjelaskan program dan kebijakan perlindungan lingkungan hidup di Indonesia seperti Adipura, Adiwiyata, AMDAL, serta
Green Recovery, Teknologi dan UUCK: Beberapa CatatanFarhan Helmy
Dokumen tersebut membahas tentang pentingnya pemulihan ekonomi yang ramah lingkungan (green recovery) melalui investasi besar-besaran dalam teknologi rendah karbon, ekonomi sirkular, dan restorasi lingkungan sesuai dengan target ilmiah untuk menjaga peningkatan suhu bumi di bawah 1,5 derajat Celsius. Dokumen tersebut juga membahas pentingnya pengakuan hak masyarakat adat dan penyelesaian sengketa agraria dalam ker
Skema Karbon Nusantara (SKN) adalah mekanisme sertifikasi dan registrasi hasil kegiatan penurunan emisi gas rumah kaca secara sukarela di Indonesia. SKN akan menerbitkan Unit Karbon Nusantara (UKN) untuk mengakui penurunan emisi satu ton CO2. UKN dapat diperdagangkan dan digunakan sebagai carbon offset. Tujuan SKN adalah mendorong berlanjutnya upaya mitigasi perubahan iklim khususnya skala
this article confirm the commitment of our government to support the renewable energy. In order to the success smoothness of its implementation, alignment and compromising objectives among the various stakeholders should be well considered and managed.
Dokumen tersebut membahas tentang ekonomi hijau dan upaya untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan, antara lain dengan menerapkan prinsip-prinsip berkelanjutan dalam bisnis dan mengurangi emisi karbon.
Etika Publik untuk Integritas Pejabat Publik dan PolitisiFarhan Helmy
Paparan kuliah Romo Haryatmoko di Lecture on Public Ethics and Policy, 8 Pebruari 2021, yang difasilitasi oleh phi-LAB fpr social innovation and movement.
SINOPSIS:
Bagaimana kita menempatkan etika didalam mengelola kehidupan bernergara? Barangkali inilah pertanyaan yang ingin digali dalam berbagai praktek penyelengaraan negara.
Etika publik merupakan standar kepatutan dan justifikasi moral yang tidak hanya diwujudkan terbatas pada penyusunan kebijakan publik dan menjalankannya oleh birokrasi, tetapi lebih dalam lagi menjaga keberpihakan terhadap nilai dan kepentingan publik secara inklusif dan berkeadilan.
Berbagai praktek penyimpangan etika publik bukanlah khas dari suatu negara, terjadi di berbagai negara. Kecanggihan dan modusnya bahkan menempel kepada suatu desain tata kelola yang lebih berpihak pada kelompok kepentingan tertentu.
Narasumber:
Romo Haryatmoko*
Universitas Sanata Dharma Yogjakarta, Penelititi etika publik dan Penulis Buku, "Etika Publik untuk Integritas Pejabat Publik dan Politisi" (Kanisius, 2011)
Green investment magazine vol 01 01/2013Farhan Helmy
The document discusses sustainable landscape management in Indonesia through several projects and initiatives:
1) A REDD+ project in Sulawesi aims to reduce deforestation and emissions through sustainable forest management and incentives for communities. It faces challenges in monitoring land use changes.
2) A sustainable forest management project in Berbak, Jambi engages stakeholders to preserve forests through zoning, infrastructure, and alternative livelihoods, but implementing plans requires coordination between agencies.
3) An expedition in West Java encountered issues like mining damage, pollution, deforestation, and waste, highlighting needs for environmental awareness and restoration. Stakeholders discussed ways to improve sustainable landscape management.
More Related Content
Similar to Farhan helmy seberapa penting uu perubahan iklim revised26062013
Status NAMAs dan NAMAs Registry: Beberapa CatatanFarhan Helmy
Presentasi mengenai Status NAMAs(Nationally Appropriate Mitigation Actions) dan Registry Indonesia. Disampaikan pada Diskusi Registry untuk Mitigasi Mitigasi Perubahan Iklim di Indonesia: Kasus Spesifik REDD+ dan NAMAs, Jakarta, 26 Juli 2013.
Memahami Krisis Iklim dan Potensi Solusinya berdarkan En-ROADS Simulation Farhan Helmy
My Presentation on climate change complexity and potential solutions using En-ROADS simulation developed by Climate Interactive, MIT and Ventana System. (in Bahasa Indonesia)
Green growth and sustainability become very hot issues in the upcoming "Paris Agreement implementation" era.
Every stakeholders, particularly the industry sector, need to integrate the sustainability and green growth concepts in their way of implementation. Not only for the emission reduction, but these concepts will guarantee that their works will give positive impacts to the surrounding environment.
Sesi -1: Memahami Krisis iklim secara Sistem (Understanding Climate Crisis: A...Farhan Helmy
Paparan 1 dari 4 paparan yang disampaikan pada Lokakarya Kebikkan Perubahan Iklim menggunakan En-ROADS. Paparan ini membahas kompleksitas iklim sebagai suatu sistem yang dinamikanya digerakan baik secara fisik (physical system) maupun kegiatan manusia (antropogenik) yang kemudian melembaga dalam perilaku.
Translation:
"Presentation 1 of 4 presentations delivered at the Workshop on Wisdom of Climate Change using En-ROADS. This presentation discusses the complexity of climate as a system whose dynamics is moved both physically (physical system) and human activities (anthropogenic) which then institutionalizes in behavior."
Dokumen tersebut membahas perjalanan kebijakan internasional terkait perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, mulai dari Konferensi Stockholm (1972), KTT Bumi di Rio (1992), KTT Pembangunan Berkelanjutan di Johannesburg (2002), Rio+20 (2012), hingga Perjanjian Paris (2015). Dokumen tersebut juga menjelaskan program dan kebijakan perlindungan lingkungan hidup di Indonesia seperti Adipura, Adiwiyata, AMDAL, serta
Green Recovery, Teknologi dan UUCK: Beberapa CatatanFarhan Helmy
Dokumen tersebut membahas tentang pentingnya pemulihan ekonomi yang ramah lingkungan (green recovery) melalui investasi besar-besaran dalam teknologi rendah karbon, ekonomi sirkular, dan restorasi lingkungan sesuai dengan target ilmiah untuk menjaga peningkatan suhu bumi di bawah 1,5 derajat Celsius. Dokumen tersebut juga membahas pentingnya pengakuan hak masyarakat adat dan penyelesaian sengketa agraria dalam ker
Skema Karbon Nusantara (SKN) adalah mekanisme sertifikasi dan registrasi hasil kegiatan penurunan emisi gas rumah kaca secara sukarela di Indonesia. SKN akan menerbitkan Unit Karbon Nusantara (UKN) untuk mengakui penurunan emisi satu ton CO2. UKN dapat diperdagangkan dan digunakan sebagai carbon offset. Tujuan SKN adalah mendorong berlanjutnya upaya mitigasi perubahan iklim khususnya skala
this article confirm the commitment of our government to support the renewable energy. In order to the success smoothness of its implementation, alignment and compromising objectives among the various stakeholders should be well considered and managed.
Dokumen tersebut membahas tentang ekonomi hijau dan upaya untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan, antara lain dengan menerapkan prinsip-prinsip berkelanjutan dalam bisnis dan mengurangi emisi karbon.
Etika Publik untuk Integritas Pejabat Publik dan PolitisiFarhan Helmy
Paparan kuliah Romo Haryatmoko di Lecture on Public Ethics and Policy, 8 Pebruari 2021, yang difasilitasi oleh phi-LAB fpr social innovation and movement.
SINOPSIS:
Bagaimana kita menempatkan etika didalam mengelola kehidupan bernergara? Barangkali inilah pertanyaan yang ingin digali dalam berbagai praktek penyelengaraan negara.
Etika publik merupakan standar kepatutan dan justifikasi moral yang tidak hanya diwujudkan terbatas pada penyusunan kebijakan publik dan menjalankannya oleh birokrasi, tetapi lebih dalam lagi menjaga keberpihakan terhadap nilai dan kepentingan publik secara inklusif dan berkeadilan.
Berbagai praktek penyimpangan etika publik bukanlah khas dari suatu negara, terjadi di berbagai negara. Kecanggihan dan modusnya bahkan menempel kepada suatu desain tata kelola yang lebih berpihak pada kelompok kepentingan tertentu.
Narasumber:
Romo Haryatmoko*
Universitas Sanata Dharma Yogjakarta, Penelititi etika publik dan Penulis Buku, "Etika Publik untuk Integritas Pejabat Publik dan Politisi" (Kanisius, 2011)
Green investment magazine vol 01 01/2013Farhan Helmy
The document discusses sustainable landscape management in Indonesia through several projects and initiatives:
1) A REDD+ project in Sulawesi aims to reduce deforestation and emissions through sustainable forest management and incentives for communities. It faces challenges in monitoring land use changes.
2) A sustainable forest management project in Berbak, Jambi engages stakeholders to preserve forests through zoning, infrastructure, and alternative livelihoods, but implementing plans requires coordination between agencies.
3) An expedition in West Java encountered issues like mining damage, pollution, deforestation, and waste, highlighting needs for environmental awareness and restoration. Stakeholders discussed ways to improve sustainable landscape management.
Green investment magazine vol 02 06/2013Farhan Helmy
This document discusses the lack of focus on climate change and environmental issues in Indonesian politics. It notes that no political party has outlined a clear vision to address climate change, and that environmental protection is not yet a major part of any party's agenda. Experts argue that environmental issues should be "politicized" to have a greater influence on policy and lawmaking. The article also evaluates ways to measure political parties' commitments to the environment and climate change mitigation.
Sesi 4 - Simulasi En-ROADS: Tata Guna Lahan dan Kehutanan (En-ROADS Simulatio...Farhan Helmy
Paparan 4 dari 4 paparan Simulasi En-ROADS: Tataguna Lahan dan Kehutanan yang disampaikan pada Lokakarya Kebijakan Perubahan Iklim menggunakan En-ROADS. Paparan in akan membahas simulasi kebijakan, dinamika dan dampaknya
pada sektor kehutanan dan lahan.
Translation:
Presentation 4 of 4 presentation, En-ROADS Simulation: Land Use and Forestry presented at the Climate Change Policy Workshop using En-ROADS. This presentation will discuss policy simulations, their dynamics and impacts in the forestry and land sector.
Sesi 3 - Simulasi En-ROADS: Energi dan Carbon Pricing (En-ROADS Simulation: E...Farhan Helmy
- Krisis iklim merupakan masalah sistemik yang melibatkan interaksi antara alam dan aktivitas manusia melalui institusi sosial
- Simulasi En-ROADS menunjukkan hubungan dinamis antara 18 parameter kebijakan yang mempengaruhi perubahan iklim dengan mengungkapkan ketergantungan dan dampak serta perilaku non-linear
- Uji coba kebijakan menunjukkan dinamika utama, potensi manfaat bersama, pertimbangan kesetaraan,
Sesi-2 Pengantar En-ROADS (Introduction to En-ROADS)Farhan Helmy
Paparan 2 dari 4 paparan yang disampaikan pada Lokakarya Kebijakan Perubahan Iklim menggunakan En-ROADS. Paparan ini akan memberikan gambaran umum tentang En-ROADS baik struktur, asumsi dan basis sains yang mendasari permodelan. Berbagai menu dasar akan diperkenalkan untuk mengoperasikannya.
Translation: Presentation 2 of 4 presentations presented at the Climate Change Policy Workshop using En-ROADS. This presentation will provide an overview of En-ROADS both the structure, assumptions and scientific basis that underlies the modeling.
EOfactory is a platform that aims to democratize access to Earth observation data and geospatial intelligence through machine learning and business intelligence tools. It provides interactive tools to build AI models using training data and feedback systems. Users can work privately or collaboratively on projects and share models, data, and results through a global marketplace. EOfactory also runs educational programs to empower individuals and train the next generation of geospatial analytics leaders.
Change Detection in Kalimantan using EOfactory PlatformFarhan Helmy
The document outlines steps for detecting changes in forests using remote sensing imagery and machine learning. It discusses selecting and downloading images, creating mosaics for visual inspection, classifying land use and land cover with machine learning, analyzing changes detected, and concluding that the EOfactory platform allows for end-to-end monitoring of changes through image processing, classification, and sharing of workspaces.
Crowd based Geospatial Technology: State of the Art of Civic EngagementFarhan Helmy
My introductory presentation on the use of geospatial technology analytics for civic engagement in managing natural resource management and environment.
Civic Engagement via En-ROADS Simulation/Game and EOfactory PlatformFarhan Helmy
My thoughts and the ongoing activities in using En-ROADS simulation and EOfactory platform as a tools ciivic engagement, particularly on natural resources, environment and climate change,
Promoting Sustainability Agenda at Micro Level: Translating Ideas into RealityFarhan Helmy
The advancement of science and technology and subsequent industrial processes such as Industry 4.0 should be perceived as an opportunity to transform society from unsustainable living to more sustainable future. One of the challenging issues is how to engage non-state actors, particularly community at grassroot level. The presentation will share some concerns of the issues based on the lesson learnt in promoting sustaibility agenda in some initiatives in Indonesia.
Green Investment, Innovation and Productivity Vol. 2/2014Farhan Helmy
The document discusses Indonesia's climate change agenda and leadership under the newly elected President Joko Widodo. It outlines Indonesia's commitments and progress made under previous President Susilo Bambang Yudhoyono, including adopting a National Action Plan to reduce greenhouse gas emissions by 26-41% by 2020. The new president Joko Widodo has also expressed commitment to climate change issues in his agenda, with plans to preserve forests and rehabilitate degraded land, important for carbon storage and addressing climate change impacts. As the impacts of climate change affect Indonesia seriously, stakeholders hope the new leadership will continue prioritizing climate change mitigation and sustainable development.
The document discusses the root problems causing flooding and water scarcity in Jakarta, Indonesia. Jakarta has experienced land use changes without conservation efforts, relying solely on horizontal drainage methods. This has led to increased surface runoff and reduced infiltration. In the past during the time of Prabu Siliwangi, land use prioritized forests and villages, allowing high infiltration of 73-95% and low surface runoff of 5-27%. However, modern land use has reduced infiltration to just 5-27% and increased surface runoff. The document proposes solutions like developing green spaces, blue spaces, artificial recharge wells, and upstream dams and ponds to shift from horizontal to vertical drainage and
Green Investment Magazine Volume 1/2013Farhan Helmy
The document discusses sustainable landscape management in Indonesia. It summarizes presentations from a focus group discussion on the topic. One speaker discussed a project in Jambi that engaged stakeholders in sustainable forest management through activities like patrolling against illegal logging. Another discussed applying REDD+ programs in Sulawesi to reduce deforestation from agricultural activities. A third discussed an expedition that encountered various environmental issues across West Java, like deforestation, pollution, and waste. The group discussed the need for better sustainable landscape management in Indonesia and ideas to address challenges.
Ghg assessment from forest fires - indonesia case studyFarhan Helmy
This document provides a preliminary assessment of greenhouse gas emissions from forest fires in Indonesia, with a focus on peatland fires. It finds that forest and land fires in Indonesia are primarily human-caused and occur mostly during the dry season, emitting significant greenhouse gases. Specifically, the 2013 fires in Sumatra burned over 100,000 hectares and emitted an estimated 183 million tons of CO2 in Sumatra and 54.9 million tons in Kalimantan. The document calls for improved methods to map burned areas, characterize carbon stocks and combustion factors, in order to more accurately calculate emissions from peatland fires and support Indonesia's climate change mitigation efforts.
Cases of NAMAs and Registry: IndonesiaFarhan Helmy
Indonesia is developing a unified registry system to track its climate mitigation actions and targets across sectors and levels of governance. The registry would build on existing programs and initiatives, including the National Action Plan (RAN-GRK) and REDD+. It is proposed to have a committee for approval, a secretariat for administration, and experts to analyze submissions. Challenges include the diverse actors and actions, and various existing MRV systems. Indonesia has submitted its first NAMAs in 2010 and one on sustainable urban transport in 2012. Other proposals in development include green aviation initiatives. The timeline outlines capacity building and developing the registry system from 2013-2014.
National Context and Arrangement for Implementation of NAMAs: IndonesiaFarhan Helmy
1) Indonesia has established a framework for implementing NAMAs through its National Action Plan, which includes 70 programs across sectors to achieve emission reduction targets.
2) NAMAs can be integrated into national planning through sectoral programs, REDD+ initiatives, and proposals submitted to the UNFCCC registry. Monitoring and evaluation systems are being developed to track progress.
3) Key challenges remain around establishing robust MRV systems and attracting climate financing and private sector investment to support mitigation actions. Stakeholder engagement is ongoing to address implementation challenges.
National Context and Arrangement for Implementation of NAMAs: IndonesiaFarhan Helmy
The document summarizes Indonesia's national context and arrangements for implementing Nationally Appropriate Mitigation Actions (NAMAs). It discusses four routes for NAMA implementation: 1) integrating mitigation actions into national planning, 2) establishing REDD+ institutions, 3) submitting NAMAs through the UNFCCC registry, and 4) exploring other potentials like the CDM. It also covers MRV systems, climate financing, stakeholder engagement, and challenges such as translating global agreements into national policies. Two options are presented for future legislation: continuing existing mechanisms or establishing a Climate Change Act to provide long-term policy signals and investment certainty.
GHG Emission from Forest and Land Fires CalculationFarhan Helmy
This presentation is a brief description of DNPI's(National Council on Climate Change-Indonesia) Workplan for GHG emission calculation from forest and land fires> This exercise aims at (1) updating information related to the forest and land fires which are now occurring in Sumatera and Borneo, and to determine the steps that need to be taken related to the forest and land fires (2). stock taking and exchange of views for developing rapid and in-dept assessment (3). developing an open-source based platform for GHG Assessment from forest fires and (4).establishing experts group on GHG Calculation from forest fires to support on-going national initiatives.
GHG Emission from Forest and Land Fires Calculation
Farhan helmy seberapa penting uu perubahan iklim revised26062013
1. Seberapa Penting UU Perubahan Iklim?
Beberapa Catatan untuk Dialog
Farhan Helmy
Sekretaris Kelompok Kerja Mitigasi, DNPI
1Seberapa Pentingkah UU Perubahan Iklim
2. Outline
• Dimensi Persoalan
• Sains Perubahan Iklim, Dampak dan Potensi
• Evolusi Kelembagaan: Nasional dan Internasional
• Dua Jawaban: Apa yang perlu diatur dalam legislasi
perubahan iklim?
• Annex: Pengalaman beberapa negara.
Seberapa Pentingkah UU Perubahan Iklim 2
4. Dimensi Persoalan
• Dimensi jangka panjang (dampak, adaptasi, mitigasi) yang memerlukan
penyelesaian komprehensif dan sistemik dengan konsistensi tahapan yang koheren
yang didukung oleh kelembagaan yang kokoh (teknologi, kapasitas kelembagaan
dan sumber daya pendanaan).
• Transformasi ekonomi menuju green economy yang didasarkan kepada
pertimbangan jejak karbon yang rendah dengan nilai tambah ekonomi yang tinggi.
• Engagement para pihak kunci termasuk publik diberbagai tingkat tata kelola baik
nasional maupun sub-nasional.
Seberapa Pentingkah UU Perubahan
Iklim
4
• Target kebijakan dan implementasinya didasarkan kepada proses yang transparan
dan berbasis sains.
• Kebijakan green economy yang terintegrasi dan terinternalisasi dalam setiap sektor
pembangunan.
• Proses pencapaian aksi yang terukur, terlaporkan dan terverifikasi (MRV) untuk
menaksir pencapaian target yang ditetapkan.
5. Seberapa Pentingkah Pengaturan Jangka Panjang?
• Adanya ketidakpastian proses dan keputusan politik masa kini dan masa depan
akan mempengaruhi komitmen, misal: proses politik nasional, propinsi dan
kabupaten berdurasi maksimum 10 tahun.
• Cara yang memungkinkan untuk integrasi dan koherensi yang lebih baik yang
memberikan suatu signal pada komitmen jangka panjang yang mampu
memobilisasi sumber daya ke arah transformasi menuju green economy.
• Dinamika proses kelembagaan multilateral mengarah kepada penetapan target
jangka panjang serta kewajiban dalam satu rezim perubahan iklim yang mengikat
yang didasarkan kepada prinsip CBDR (Common But Differentiated Responsibility)
dan RC (Respective Capabilities).
Seberapa Pentingkah UU Perubahan Iklim 5
7. Sains Perubahan Iklim, Dampak dan Potensi
• CO2, CH4, N2O, HFCs, PFCs, SF6, merupakan gas rumah
kaca yang bersumber dari kegiatan manusia
(anthropogenic) melalui berbagai kegiatan (energi,
transportasi, pertanian, dan berbagai macam industri
dan manufaktur maupun konsumsi rumah tangga).
• Konsentrasi gas rumah kaca di atmosfir terus
meningkat: 275 ~ 285 ppm pada pra-industri menjadi
400 ppm per tahun di 2012 (IPCC 4th Assessment
Report, 2006)
• Profil emisi global dan moda produksi masa lalu
Laporan UNEP tentang “Emissions Gap Tahun 2012
menyebutkan bahwa emisi GRK tahun 2020 bisa mencapai
8 - 13 milyard tons di di atas angka yang dapat ditoleransi
dapat menjaga kenaikan temperatur > 2 degrees Celsius.
• Skenario pembangunan rendah emisi karbon (low
emission development scenarios/LEDs) dan
transisinya
• Berbagai pilihan jalan telah diidentifikasi: (1) Stern
review 2009, (2) UNEP Emission Gap Report 2011-2013.
Seberapa Pentingkah UU Perubahan Iklim 7
Sumber: UNEP Emssion Gap Report 2012
8. Tantangan
• Menterjemahkan kesepakatan global ke tingkat
nasional/sub-nasional dan sebaliknya: nasional
(2012-2014), international (2012-2015)
• Knowledge management “lesson learnt” secara
sistematik
• “Proof of Concept” di berbagai sektor potensial
• Pengembangan policy measures strategik dan
pembangunan kapasitas untuk merespon dinamika
institusi yang terjadi saat ini
• Stakeholder engagement i.e public-private scheme?
8Seberapa Pentingkah UU Perubahan Iklim
10. Beyond Business as Usual
• Proses politik dan kelembagaan sedang berlangsung dalam merumuskan
aksi, tatakelola dan mekanisme yang terintegrasi, koheren dalam
kerangka pembangunan berkelanjutan dengan mempertimbangkan
dinamika yang terjadi baik global, nasional dan sub-nasional:
– AKSI: low carbon development skenario yang efektif dan efisien RAN-GRK,
Perpres 61/2011; RAD-GRK
– TATAKELOLA: sistem pemantauan dan evaluasi melalui MRV system yang
kokoh, melibatkan pemangku kepentingan secara inklusif Sistem Inventaris
GHG Nasional(SIGN), Perpres 71/2011
– MEKANISME: mekanisme climate financing and investment yang yang efektif
dan efisien yang didukung oleh kelembagaan yang kokoh) yang dimobilisasi
melalui mekanisme nasional, global/multilateral, bilateral.
• Adanya kebutuhan untuk merespon dinamika kelembagaan yang sedang
terjadi berdasarkan kepada ilmu pengetahuan yang kokoh, yang akan
menuju kepada investasi dan inisiatif Green (Green Investment and
Initiatives).
• Dengan mengambil ketiga bidang strategis dari ilmu pengetahuan,
kebijakan dan investasi sebagai pertimbangan, pemerintah/DNPI
bertujuan untuk melihat kepada:
– Ilmu Pengetahuan untuk membangun skenario masa yang tepat dalam
memahami dinamika perubahan iklim
– Kebijakan untuk memfasilitasi dialog yang inklusif berdasarkan sains
– Investasi untuk mendorong green investment
Seberapa Pentingkah UU Perubahan Iklim 10
RAN : Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi GRK
RAD: Rencana Aksi Daerah
NAMAs: National Appropiate Mitigation Actions
Natcom: National Comminications
BUR: Bieneal Update Report
ICA: International Consultation and Analysis
11. Kronologis Pengembangan Kelembagaan dan Kebijakan
• Perpres 46/2008, Pendirian DNPI
• DNPI (2010), Abatement Cost Curve and Low Carbon Growth Strategy (LCGS).
Mengidentifikasi lebih dari 150 potensi aksi mitigasi dan rangking serta uji coba dalam
melakukan strategi low carbon growth di 3 propinsi (Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah
dan Jambi).
• MoE(2010), 2nd National communications(Natcom) dan GHG Inventory.
Proyeksi emisi sampai dengan 2020 sebesar 2.95 Gt CO2 dibawah BAU dari sektor energi,
perkebunan dan kehutanan, limbah industri dan lahan gambut.
• Bappenas (2011), Rencana Aksi Penurunan Emisi (RAN/RAD GRK).
Terdiri dari 70 program yang terdistribusi dalam banyak sektor (land based, energi dan
lain-lain), dikategorikan secara umum kedalam kegiatan inti dan pendukung.
• MoE (2011), Sistem Inventarisasi GRK Nasional (SIGN).
Mengkombinasikan pendekatan top-down dan bottom-up dalam pengembangan sistem
inventarisasi GHG and using to
• Munculnya Mekanisme Kelembagaan Baru:
– REDD+
– Joint Credit Mechanism (Indonesia-Japan)
11Seberapa Pentingkah UU Perubahan Iklim
12. Rencana Aksi Nasianal. Emisi GRK Indonesia diperkirakan akan meningkat dari 1.72 to 2.95
GtCO2e (2000-2020). Rencana Aksi Penurunan GRK (RAN-GRK) mencakup lebih dari 70 kegiatan
yang didistribusikan ke berbagai sektor.
Sektor
Rencana Aksi
(Giga ton CO2e) K/L
26% 15%
(total 41%)
Kehutanan dan Gambut
Limbah
Pertanian
Industri
Energi dan Transportasi
0.672
0.048
0.008
0.001
0.038
0,367
0.030
0.003
0.004
0.018
Kementerian Kehutanan, KLH,
Kementerian PU, Kementerian
Pertanian, KLH
Kementrian PU, KLH
Kementerian Pertanian, KLH
Kementerian Perindustrian
Kementerian Perhubungan,
ESDM, Kementerian PU
0.767 0.422
12Seberapa Pentingkah UU Perubahan Iklim
13. Tantangan 26/41. Respon terhadap tantangan perubahan iklim harus diselesaikan dengan suatu
spektrum yang luas melalui framing dialog yang komprehensif. Konsensus dan engagement para
pihak dan dan MRV sebagai instrumen tatakelola.
NAMAs – National Appropriate Mitigation Actions
Framing Dialog
• Menetapkan baseline Business as Usual (BAU)
sebagai basis aksi mitigasi nasional: domestik
(26%), dukungan internasional (41%) and credited
NAMAs
• Memilih aksi mitigasi yang efektif dan efisien (least
abatement cost) melalui proses yang terintegrasi
dan inklusif pada tingkat nasional maupun sub-
nasional.
• Membangun skema pendanaan yang efektif dan
efisien : publik, public-private, market/non-market
• “Proof of Concept” dalam kerangka pembangunan
rendah emisi karbon (low emission
development(LCE)/sustainable development)
Konsensus dan Engagement dalam kebijakan dan
berbagi isu teknis
• Kementrian/Lembaga, industri, LSM, dll.
Tata Kelola (governance)
• MRV sebagai alat untuk mengukur komitmen dan
kinerja
• MRV sebagai alat fasilitasi koordinasi dan
perencanaan
Seberapa Pentingkah UU
Perubahan IklimStatus dan Tantangan Kebijakan dan Program Perubahan Iklim
15. Peta Kemampuan di berbagai K/L
Source: Satgas REDD+(2010)
15Seberapa Pentingkah UU Perubahan Iklim
16. DUA JAWABAN: APA YANG PERLU DIATUR DALAM LEGISLASI
PERUBAHAN IKLIM.
Seberapa Pentingkah UU Perubahan Iklim 16
17. Dua Jalan Kelembagaan
Non UU melalui mekanisme dan
instrumen yang ada:
• Instrumen dan mekanisme yang ada
bisa menjadi modalitas tetapi tidak
cukup dan dapat menjawab
ketidakpastian terhadap komitmen
jangka panjang .
Legislasi UU Perubahan Iklim:
• Memberikan signal jangka panjang
mengenai arah kebijakan,
komitmen maupun engagement
baik sektor publik maupun privat.
• Kepastian investasi dalam
mendorong green economy.
• Ketahanan nasional jangka panjang.
• Menciptakan peluang baru yang
memiliki nilai tambah yang tinggi
dan peluang lapangan pekerjaan
yang luas (green jobs, green
industry, green consumerism, dll).
Seberapa Pentingkah UU Perubahan Iklim 17
18. Apa yang Perlu Diatur: Perspektif Ekonomi-Politik
• Secara ekonomi-politik dinamika kebijakan publik
perubahan iklim dapat digambarkan sebagai interaksi
dinamik perilaku aktor yang dipengaruhi oleh informasi
(information), gagasan(ideas) dan kepentingan(interest)
dalam suatu bingkai kelembagaan (institutions) (4I) yang
beroperasi secara dinamik di tingkat nasional/sub-nasional
maupun internasional.
• Perubahan transformasional dari Bussiness as Usual (BAU)
merupakan suatu dinamika institusi yang melibatkan
restrukturisasi insentif (incentives), diskursus(discourse) dan
relasi kekuasaan (power relations)
• Kebijakan publik dan tatakelola lingkungan pada dasarnya
adalah proses politik yang perlu menghasilkan komitmen
jangka panjang.
Sumber:Brouckhaus, M. and Angelsen, Arild(2012), Seeing
REDD+ through 4Is: A Political Economy Framework, CIFOR.
Seberapa Pentingkah UU Perubahan Iklim 18
• Sebagai fondasi yang bisa dijadikan kerangka pengaturan
penetapan target jangka panjang dan implementasinya secara
sistemik jangka pendek (adaptasi mitigasi) dan perangkat
pelaksananya termasuk transisi menuju green economy
• Tata kelola untuk pelembagaan mekanisme yang terukur
terlaporkan dan terverifikasi (MRV)
• Engagament para pihak kunci termasuk publik untuk
memobilisasi potensi sumber daya dalam dan luar negeri
19. Beberapa Inspirasi
• Accelerating change, abundance and singularity yang tidak lepas
dari proses politik (Jaron Lanier, Who Own the Future, 2013)
• Dinamika peradaban yang memerlukan aksi kolektif karena
peradaban dipengaruhi dan didorong oleh interaksi virtual dan
fisik (Erich Smidt and Jared Cohen, The New Digital Age:
Reshaping the Future of People, Nations and Bussiness, 2013)
• Reduksi hirarki dan kontrol yang secara sistemik memberi
previlege pada sekelompok kepentingan sampai pada tingkat
minimum (Deric Shannon, et.al, The Accumulation Freedom:
Writings on Anarchists Economics, 2012)
• 6 Pengerak Perubahan global: interkoneksi ekonomi global baru,
ICT, kesetimbangan politik baru, pertumbuhan tidak
berkelanjutan yang cepat, perkembangan teknologi (biologi,
biokimia, genetik dan sains material), relasi baru peradaban
dengan sistem ekologis (Al Gore, The Future, 2013).
• Reduksi fragility atau memperkuat anti-fragility (Nasim Nicholas
Tayeb, Anti Fragile, 2012)
• Memahami dinamika dan simtom krisis ekonomi:(1). Nouriel
Roubini, Crises Economics: A Crash Course in the Future of
Finance, 2011 (2). Carmen M. Reinhart and Kenneth S. Rogoff,
This Time is Different: Eight Centuries of Financial Folly, 2009)
Seberapa Pentingkah UU Perubahan Iklim 19
21. Annex: Pengalaman beberapa negara
Negara Undang - undang Deskripsi Lembaga yang mengatur
Inggris The Climate Change Act 2008
(c 27)
Act of the Parliament of the United Kingdom. The
Act makes it the duty of the Secretary of State to
ensure that the net UK carbon account for all six
Kyoto greenhouse gases for the year 2050 is at
least 80% lower than the 1990 baseline, toward
avoiding dangerous climate change. The Act aims
to enable the United Kingdom to become a low-
carbon economy and gives ministers powers to
introduce the measures necessary to achieve a
range of greenhouse gas reduction targets.
An independent Committee on
Climate Change has been
created under the Act to provide
advice to UK Government on
these targets and related
policies. In the act Secretary of
State refers to the Secretary of
State for Energy and Climate
Change.
New Zealand Climate Change Response Act
2002
Legal framework for New Zealand to ratify the
Kyoto Protocol and to meet obligations under the
UNFCCC. It sets out powers for the Minister of
Finance to manage New Zealand’s holdings of
Assigned amount units and to trade Kyoto-
compliant emission units (carbon credits) on the
international market. It establishes a registry to
record holdings and transfers of emission units. It
establishes a national inventory agency to record
and report greenhouse gas emissions.
Minister of Finance, and Chief
Executive
Phillipines Republic act no. 9729 :
“climate change act of 2009”.
Act mainstreaming climate change into
government policy formulations, establishing the
framework strategy and program on climate
change, creating for this purpose the climate
change commission, and for other purposes
Enacted by the Senate and
House of Representatives of the
Philippines in Congress and the
Creation of the Climate Change
Commission
Seberapa Pentingkah UU Perubahan Iklim 21