SlideShare a Scribd company logo
DISPROPORSI KEPALA PANGGUL

       Disproporsi    kepala   panggul   adalah   keadaan     yang     menggambarkan
ketidaksesuaian antara kepala janin dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat keluar
melalui vagina. Disproporsi sefalopelvik disebabkan oleh panggul sempit, janin yang
besar ataupun kombinasi keduanya.

Ukuran Panggul :

   -   PintuAtasPanggul

       Pintuataspangguldibentukolehpromontorium      corpus    vertebra      sacrum    1,
       lineainnominata,
       sertapinggiratassimfisis.Konjugatadiagonalisadalahjarakdaripinggirbawahsimf
       isiskepromontorium,                                                 Secaraklinis,
       konjugatadiagonalisdapatdiukurdenganmemasukkanjaritelunjukdanjaritengah
       yang     dirapatkanmenyusurnaikkeseluruhpermukaan          anterior      sacrum,
       promontoriumterabasebagaipenonjolantulang.
       Denganjaritetapmenempelpadapromontorium,               tangandi           vagina
       diangkatsampaimenyentuharcus                                               pubis
       danditandaidenganjaritelunjuktangankiri.Jarakantaraujungjaripadapromontoriu
       msampaititik                                                                yang
       ditandaiolehjaritelunjukmerupakanpanjangkonjugatadiagonalis.

       Konjugataverayaitujarakdaripinggiratassimfisiskepromontorium                yang
       dihitungdenganmengurangikonjugatadiagonalis                   1,5              cm,
       panjangnyalebihkurang 11 cm. Konjugataobstetrikamerupakankonjugata yang
       paling
       pentingyaitujarakantarabagiantengahdalamsimfisisdenganpromontorium,
       Selisihantarakonjugataveradengankonjugataobstetrikasedikitsekali.




                     Gambar 1. Diameter pada Pintu Atas Panggul
-   Panggul Tengah (Pelvic Cavity)
       Ruangpanggulinimemilikiukuran                          yang                     paling
       luas.Pengukuranklinispanggultengahtidakdapatdiperolehsecaralangsung.Terda
       patpenyempitansetinggispinaisciadika,
       sehinggabermaknapentingpadadistosiasetelahkepala
       engagement.Jarakantarakeduaspinaini                                              yang
       biasadisebutdistansiainterspinarummerupakanjarakpanggulterkecilyaitusebesar
       10,5 cm. Diameter anteroposteriorsetinggispinaisciadicaberukuran 11,5 cm.
       Diameter sagital posterior, jarakantara sacrum dengangaris diameter
       interspinarumberukuran 4,5 cm.


   -   PintuBawahPanggul
       Pintubawahpanggulbukanlahsuatubidangdatarnamunterdiridariduasegitigaden
       gandasar       yang       samayaitugaris        yang        menghubungkan        tuber
       isciadikumkiridankanan.                    Pintubawahpanggul                     yang
       dapatdiperolehmelaluipengukuranklinisadalahjarakantarakeduatuberositasiscii
       ataudistansiatuberum       (10,5    cm),      jarakdariujung    sacrum      ketengah-
       tengahdistensiatuberumatau         diameter     sagitalis    posterior   (7,5    cm),
       danjarakantarapinggirbawahsimpisiskeujung sacrum (11,5 cm).


Istilah cephalopelvic disproportion mulai digunakan pada abad 20 untuk
menggambarkan adanya hambatan persalinan akibat ketidakseimbangan ukuran
kepala bayi dengan pelvis ibu.


Penyebab dari cephalopelvic disproportion:
   1. Janin yang besar
   2. Kelainan posisi dan presentasi
   3. Panggul sempit


I.Janin yang Besar
       Janin yang besar ialah janin yang beratnya lebih dari 4000 gram. Menurut
kepustakaan lain, anak yang besar dapat menimbulkan kesulitan dalam persalinan jika
beratnya lebih dari 4500 gram.
   Penyebab anak besar yaitu:
       Diabetes mellitus
       Herediter
       Multiparitas
Kesukaran yang ditimbulkan dalam persalinan karena besarnya kepala atau
besarnya bahu. Karena regangan dinding rahim oleh anak yang sangat besar, dapat
timbul inersia uteri dan kemungkinan perdarahan postpartum akibat atonia uteri juga
lebih besar.
   Jika panggul normal biasanya diusahakan persalinan pervaginam karena
penentuan besarnya anak dengan palpasi Leopold sangat sulit. Pemeriksaan USG
dapat membantu diagnosis bila anak letak kepala dan kepala belum masuk pintu atas
panggul.


II.Kelainan Posisi dan Presentasi


       Yang termasuk kelainan posisi dan presentasi yaitu :
a.Presentasi muka
   Presentasi muka adalah presentasi kepala dengan defleksi maksimal hingga
oksiput mengenai punggung dan muka terarah ke bawah (kaudal terhadap ibu).
Presentasi muka dapat disebabkan:
       Panggul sempit
       Bayi besar
       Multiparitas
       Lilitan tali pusat di leher
       Anencephal
   Presentasi muka kadang-kadang dapat dicurigai dalam kehamilan jika dari
pemeriksaan luar ditemukan:
           o Tonjolan kepala sepihak dengan punggung
           o Ditemukan sudut fabre
           o BJJ sepihak dengan bagian kecil.
Sedangkan dalam persalinan yaitu dengan pemeriksaan dalam, pada pembukaan yang
cukup besar, akan teraba pinggir orbita, hidung, tulang pipi, mulut, dan dagu.
Gambar 2.1 Presentasi Muka


    Pengelolaan pada presentasi muka:
Kala I: observasi sampai pembukaan lengkap
Kala II: Bila dagu di depan, persalinan pervaginam atau ekstraksi forceps. Tetapi, bila
        dagu tetap di belakang, dilakukan seksio sesarea.


b. Presentasi Dahi


       Presentasi dahi adalah presentasi kepala dengan defleksi yang sedang.
Etiologinya hampir sama dengan presentasi muka. Biasanya merupakan keadaan
sementara dan sering berubah menjadi presentasi muka atau belakang kepala.
       Presentasi dahi jarang dapat diketahui dalam kehamilan. Namun dapat
dicurigai keadaan tersebut bila dengan pemeriksaan luar ditemukan:
           o Tonjolan kepala teraba sepihak dengan punggung anak.
           o BJJ sepihak dengan bagian kecil.
Biasanya presentasi dahi baru didiagnosis saat persalinan yaitu dengan pemeriksaan
dalam. Pada pembukaan yang cukup besar, akan teraba sutura frontalis, ubun-ubun
besar, pinggir orbita, dan pangkal hidung.
       Pada presentasi dahi yang bersifat sementara, anak dapat lahir spontan sebagai
presentasi belakang kepala atau muka. Jika presentasi dahi menetap, janin tidak
mungkin lahir pervaginam sehingga persalinan diakhiri dengan seksio sesarea, kecuali
bila janin sangat kecil (TBBJ < 1800 gram).
Gambar 2.2 Presentasi Dahi


c. Letak Lintang


       Pada letak lintang, sumbu panjang anak tegak lurus atau hampir tegak lurus
pada sumbu panjang ibu. Pada letak lintang, bahu menjadi bagian terendah, yang
disebut presentasi bahu, atau presentasi akromion. Jika pungung terdapat di depan
disebut dorsoanterior, jika di belakang disebut dorsoposterior.
       Penyebab letak lintang ialah:
   -   Dinding perut yang kendur, seperti pada multiparitas
   -   Kesempitan panggul
   -   Plasenta previa
   -   Prematuritas
   -   Kelainan bentuk rahim
   -   Mioma uteri
   -   Kehamilan ganda




                                Gambar 2.3 Letak Lintang
Pada inspeksi, tampak bahwa perut melebar ke samping dan pada kehamilan
cukup bulan, fundus uteri lebih rendah dari biasanya, hanya beberapa jari di atas
pusat.
   Pada palpasi, fundus uteri maupun bagian bawah rahim kosong, sedangkan
bagian-bagian besar teraba di samping kiri atau kanan fossa illiaca.
   Jika tahanan terbesar ada di sebelah depan, punggung ada di sebelah depan.
Sebaliknya, jika teraba tonjolan-tonjolan, ini disebabkan oleh bagian-bagian kecil
sehingga punggung terdapat di sebelah belakang.
   Dalam persalinan, pada pemeriksaan dalam dapat diraba sisi toraks sebagai
susunan tulang-tulang yang sejajar dan jika pembukaan sudah besar akan teraba
scapula, dan pada pihak yang bertentangan dengan scapula akan teraba klavikula.
   Ada kalanya, anak yang pada permulaan persalianan dalam letak lintang, berputar
sendiri menjadi letak memanjang. Kejadian ini disebut versio spontanea, yang hanya
mungkin jika ketuban masih utuh.
   Pengelolaan letak lintang diawali saat kehamilan, yaitu dengan melakukan versi
luar pada usia kehamilan 37 minggu atau lebih. Bila versi luar berhasil, persalinan
dilakukan pervaginam.
   Bila versi luar tidak berhasil, pada janin hidup dilakukan partus pervaginam bila
usia kehamilan < 28 minggu, dan seksio sesarea bila usia kehamilan > 28 minggu.
Sedangkan pada janin mati:
   -     TBBJ < 1700 gr : persalinan spontan dengan cara konduplikasio korpore dan
         evolusi spontan. Bisa dibantu dengan traksi beban.
   -     TBBJ > 1700 gr : dilakukan embriotomi bila syarat terpenuhi dan harus
         dilakukan eksplorasi jalan lahir.
   -     TBBJ > 2500 gr dan bagian terendah janin masih tinggi dilakukan seksio
         sesarea.
   -     Letak lintang kasip dilakukan embriotomi.


d. Kelainan Posisi (Positio Occipito Posterior Persistent)


         Keadaan Positio Occipito Posterior Persistent atau presentasi ubun-ubun kecil
di belakang adalah suatu keadaan yang disebabkan kegagalan rotasi interna.
         Etiologinya yaitu kelainan panggul, kesempitan panggul tengah, KPD, fleksi
kepala kurang serta inersia uteri.
         Adakalanya oksiput berputar ke belakang dan anak lahir dengan muka di
bawah simfisis. Ini terutama terjadi bila fleksi kepala kurang. Untuk menghindari
rupture perinei totalis, episiotomi harus dibuat lebih lebar karena dalam hal ini
perineum diregang oleh sirkumferensia oksipito frontalis. Hanya sebagian kecil (4%)
dari posisi oksipito posterior yang memerlukan pertolongan pembedahan.
       Penyulit yang timbul dalam persalinan yaitu kala II yang lebih panjang.
Umumnya dapat lahir spontan, namun bila ada indikasi dapat dipilih antara vakum
atau forceps.


III.Panggul Sempit


       Batasan panggul sempit menurut Pedoman diagnosis dan Terapi Obstetri dan
   Ginekologi RSHS yaitu setiap kelainan pada diameter panggul yang mengurangi
   kapasitas panggul, sehingga dapat menimbulkan distosia pada persalinan.


   Pengaruh panggul sempit pada kehamilan :
   1. Retroflexi uteri gravidi incarcerate
   2. Kepala tidak dapat turun pada bulan terakhir
   3. Fundus menonjol ke depan hingga perut menggantung
   4. Abdomen pendulum pada primi gravid
   5. Biasanya anak lebih kecil dari ukuran bayi rata-rata




                Gambar 3.1 Abdomen Pendulum dengan Kehamilan.




Pengaruh pada persalinan :
   1. Persalinan lebih lama dari biasanya, karena gangguan pembukaan ataupun
       banyaknya waktu yang diperlukan untuk moulage kepala anak. Kelainan
       pembukaan dapat terjadi karena ketuban belum pecah sebelum waktunya
       karena bagian depan kurang menutup pintu atas panggul, selanjutnya setelah
ketuban pecah kepala tidak dapat menekan pada serviks karena tertahan pada
         pintu atas panggul.
   2. Sering terjadi kelainan presentasi atau posisi
   3. Ruptur uteri, jika his menjadi telalu kuat dalam usaha mengatasi rintangan
         yang ditimbulkan panggul sempit.
   4. Sebaliknya, jika otot rahim menjadi lelah karena rintangan oleh pangul sempit,
         dapat terjadi infeksi intrapartum.
   5. Fistel vesikovaginal dan rektovaginal, akibat tekanan lama pada jaringan yang
         dapat menimbulkan iskemi yang menyebabkan nekrosis.
   6. Ruptur simfisis (simfisiolisis), pasien merakan nyeri di daerah simfisis dan
         tidak dapat mengangkat tungkainya.
   7. Paresis kaki ibu akibat tekanan dari kepala pada urat-urat saraf di dalam
         rongga panggul. Yang paling sering terjadi adalah kelumpuhan nervus
         peroneus.


   Pengaruh pada anak :
             1. Kematian perinatal meningkatpadapartus yang lama.
             2. Prolapsus foeniculi
             3. Perdarahan otak karena moulage yang kuat, terutamajika diameter
                biparietalberkuranglebihdari 0,5 cm.


Pola Persalinan Kriteria Diagnostik Penanganan yang dianjurkan Penanganan
Khusus




Panggul dengan ukuran normal tidak akan mengalami kesukaran kelahiran
pervaginam pada janin dengan berat badan yang normal. Ukuran panggul dapat
menjadi lebih kecil karena pengaruh gizi, lingkungan atau hal lain sehingga
menimbulkan kesulitan pada persalinan pervaginam. Panggul sempit yang penting
pada obstetric bukan sempit secara anatomis namun panggul sempit secara fungsional
artinya perbandingan antara kepala dan panggul. Selain panggul sempit dengan
ukuran yang kurang dari normal, juga terdapat panggul sempit lainnya.




Panggul ini digolongkan menjadi empat, yaitu:
   1. Kelainankarenagangguanpertumbuhan intrauterine: panggulNaegele, panggul
       Robert, split pelvis, panggulasimilasi.
   2. Kelainankarenakelainantulangdan/ sendi: rakitis, osteomalasia, neoplasma,
       fraktur, atrofi, nekrosis, penyakitpadasendisakroiliakadansendisakrokoksigea.
   3. Kelainanpanggulkarenakelainantulangbelakang:            kifosis,         skoliosis,
       spondilolistesis.
   4. Kelainanpanggulkarenakelainanpada          kaki:    koksitis,       luksasiokoksa,
       atrofiataukelumpuhansatu kaki.


   Setiap penyempitan pada diameter panggul yang mengurangi kapasitas panggul
dapat menyebabkan distosia saat persalinan. penyempitan dapat terjadi pada pintu atas
panggul, pintu tengah panggul, pintu bawah panggul, atau panggul yang menyempit
seluruhnya


Klasifikasi panggul sempit :
             a. Kesempitan pintu atas panggul
             b. Kesempitan bidang tengah
             c. Kesempitan pintu bawah panggul


Kriteria diagnosis :
   a. Kesempitan pintu atas pangul
       Panggul sempit relatif         : Jika konjugata vera > 8,5-10 cm
       Panggul sempit absolut         : Jika konjugata vera < 8,5 cm
   b. Kesempitan panggul tengah
       Bidang tengah panggul terbentang antara pinggir bawah simfisis dan spina os
       ischii dan memotong sacrum kira-kira pada pertemuan ruas sacral ke-4 dan ke-
       5.
       Ukuran yang terpenting dari bidang ini ialah:
       1. Diameter transversa (diameter antara kedua spina) – 10,5 cm.
       2. Diameter anteroposterior dari pinggir bawah simfisis ke pertemuan ruas
             sakral ke-4 dan ke-5 – 11,5 cm.
3. Diameter sagitalis posterior dari pertengahan garis antara kedua spina ke
           pertemuan sacral ke-4 dan ke-5 – 5 cm.
           Dikatakan bahwa bidang tengah panggul itu sempit jika :
           1. Jumlah diameter transversa dan diameter sagitalis posterior 13,5 cm
               atau kurang (10,5 cm + 5 cm = 15,5 cm).
           2. Diameter antara spina kurang dari 9 cm .
               Ukuran-ukuran bidang tengah panggul tidak dapat diperoleh secara
               klinis harus diukur secara rontgenologis, tetapi jika dapat juga
               menduga adanya kesempitan bidang tengah panggul jika:
               1. Spina ischiadica sangat menonjol.
               2. Dinding samping panggul konvergen.
               3. Diameter antara tuber ischii 8,5 cm atau kurang.
   c. Kesempitan pintu bawah panggul
       Bila jarak antara tuber os ischii 8 cm atau kurang.




                                Gambar 3.2 Bidang Panggul


Persangkaan panggul sempit – Seseorang harus ingat akan kemungkinan panggul
sempit jika:
   a. Pada primipara, kepala anak belum turun setelah minggu ke 36.
   b. Pada primipara ada perut menggantung.
   c. Pada multipara, persalinan yang dulu-dulu sulit.
   d. Ada kelainan letak pada hamil tua.
   e. Terdapat kelainan bentuk badan ibu (cebol, skoliosis, pincang, dll.)
   f. Tanda Osborn positif


Teknik perasat Osborn:
   1. Pasien terlentang, tungkai sedikit fleksi.
   2. Kepala janin dipegang oleh tangan kiri pemeriksa.
3. Dua jari lainnya di atas simfisus, permukaan jari berada pada permukaan
       anterior dari simfisis.
   4. Tentukan derajat tumpang tindih ketika kepala janin ditekan ke bawah dan ke
       belakang.




Interpretasi perasat Osborn:
   -   Kepala dapat ditekan ke dalam panggul, tidak terdapat tumpang tindih dari
       tulang parietal, berarti CPD (-).
   -   Kepala dapat ditekan sedikit, terdapat sedikit tumpang tindih dari tulang
       parietal, sekitar 0,5 cm, berarti CPD sedang. Pemeriksaan dilanjutkan dengan
       perasat Muller.
   -   Kepala tidak dapat dimasukkan ke dalam tulang panggul, tulang parietal
       menggantung di atas simfisis dengan dibatasi jari, berarti CPD positif.


Teknik perasat Muller:
   1. Pasien terlentang, tungkai sedikit fleksi.
   2. Satu tangan memegang kepala dari luar di atas simfisis.
   3. Dua jari dari tangan yang lain masuk ke dalam vagina, sampai pintu atas
       panggul.
   4. Tangan luar mendorong kepala anak ke arah simfisis.


Interpretasi perasat Muller:
   -   Kepala anak teraba oleh kedua jari, berarti CPD (-).
   -   Kepala anak tidak teraba oleh kedua jari, berarti CPD (+).


Prognosis persalinan dengan panggul sempit tergantung pada berbagai factor,
diantaranya:
   1. Bentuk Panggul
   2. Ukuran panggulm jadi derajat kesempitan.
   3. Kemungkinan pergerakan dalam sendi-sendi panggul.
   4. Besarnya kepala dan kesanggupan moulage kepala.
   5. Presentasi dan posisi kepala.
   6. His.
Diantara faktor-faktor tersebut, yang dapat diukur secara pasti dan sebelum
persalinan berlangsung hanya ukuran-ukuran panggul. Oleh karena itu, ukuran
tersebut sering menjadi dasar untuk memperkirakan jalannya persalinan.
    Pada panggul sempit absolute, yaitu CV < 8,5 cm, dilakukan seksio sesarea.
Berdasarkan literatur, tidak ada anak yang cukup bulan yang dapat lahir pervaginam
dengan selamat jika CV < 8,5 cm.




    Pada kesempitan pintu atas panggul, banyak faktor yang mempengaruhi hasil
persalinan pada panggul dengan CV antara 8,5-10 cm (panggul sempit relatif),antara
lain:
    -   Riwayat persalinan yang lampau
    -   Besarnya presentasi dan posisi anak
    -   Pecehnya ketuban sebelum waktunya memperburuk prognosis
    -   His
    -   Lancarnya pembukaan
    -   Adanya infeksi intrapartum
    -   Bentuk panggul dan derajat kesempitannya.


Karena banyaknya faktor tersebut, pada panggul sempit relative dilakukan partus
percobaan.
PANGGUL SEMPIT


               1. Pemeriksaan ginekologis
               2. Pemeriksaan penunjang
                   - Ultrasonografi
                   - Radiologis
                    (hasil mengecewakan)




Kesempitan pintu                           Kesempitan             Kesempitan pintu
atas panggul                               panggul tengah   bawah panggul




Relatif                     Absolut
(konjugata vera             (Konjugata vera < 8,5 cm)
 8,5-10 cm)




Partus percobaan                  Seksio sesarea
                                  Primer




Berhasil       Gagal


           Seksio sesarea


Persalinan berikut dengan seksio sesarea primer
Pada pasien ini, ditemukan persangkaan panggul sempit, karena terdapat kelainan
bentuk badan ibu yang dapat dilihat dari tinggi badan ibu, 140 cm. Selain itu, pada
pasien ini, kepala janin belum turun walaupun usia kehamilan sudah lebih dari 36
minggu.
   Diagnosis panggul sempit absolut diperoleh dari pemeriksaan panggul ibu, yaitu
konjugata vera 7 cm.
   Pengelolaan pada pasien ini yaitu rencana seksio sesarea karena panggul sempit
absolute pada usia kehamilan aterm tidak dapat lahir pervaginam.
Penanganan pada disproporsi kepala panggul yaitu :
   1. Partuspercobaan
       Partus percobaan adalah percobaan untuk melakukan persalinan per vaginam
       pada wanita-wanita dengan pangul relatif sempit. Partus percobaan hanya
       dilakukan pada letak belakang kepala.
       Partus percobaan dimulai pada permulaan persalinan dan berakhir setelah kita
       mendapat keyakinan bahwa persalinan tidak dapat berlangsung per vaginam
       atau setelah anak lahir per vaginam.Partus percobaan dikatakan berhasil jika
       anak lahir per vaginam secara spontan atau dibantu dengan ekstraksi (forceps
       atau vakum) dan anak serta ibu dalam keadaan baik


       Kita hentikan partus percobaan jika:

          o Pembukaan tidak atau kurang sekali kemajuannya.
          o Keadaaan ibu atau anak menjadi kurang baik.
          o Adanya lingkaran retraksi yang patologis.
          o Setelah pembukaan lengkap dan ketuban pecah walaupun his cukup
              baik dan dilakukan pimpinan persalinan dengan baik, bagian kepala
              dengan diameter terbesar dalam 1 jam tetap tidak mau melewati pintu
              atas panggul.
          o Forseps atau vakum gagal.


       Dalam keadaan –keadaan tersebut, dilakukan seksio sesarea, Jika seksio
       sesarea dilakukan pada saat pembukaan sudah lengkap dan atas indikasi
       sebab-sebab yang menetap(patus percobaan lengkap dan gagal), pada
       persalinan berikutnya tidak ada gunanya untuk melakukan persalinan
       percobaan lagi.


   2. Seksiosesarea
Seksiosesareaelektifdilakukanpadakesempitanpanggulberatdengankeha
       milanaterm,                  ataudisproporsisephalopelvik               yang
       nyata.Seksiojugadapatdilakukanpadakesempitanpanggulringanapabilaadakom
       plikasisepertiprimigravidatuadankelainanletakjaninyang takdapatdiperbaiki.
              Seksiosesareasekunder         (sesudahpersalinanselamabeberapawaktu)
       dilakukankarenaperalinanperobaandianggapgagalatauadaindikasiuntukmenyel
       esaikanpersalinanselekasmungkinsedangkansyaratpersalinan                     per
       vaginambelumdipenuhi
              Bila seksio sesarea dilakukan pada saat pembukaan belum lengkap atas
       indikasi ibu atau anak yang kurang baik (partus percobaan belum
       lengkap/gagal), persalinan percobaan yang dipersingkat dapat dicoba lagi pada
       persalinan berikutnya. Dalam hal ini, pimpinan persalinan berikutnya
       mengikuti protocol yang berlaku bagi persalinan pada bekas seksio sesarea.
              Pada kesempitan bidang tengah panggul, dapat timbul gangguan
       putaran paksi jika diameter antara kedua spina <9 cm sehingga kadang-kadang
       diperlukan seksio sesarea.
              Jika persalinan terhenti karena kesempitan bidang tengah panggul,
       baiknya dipergunakan ekstraktor vakum karena ekstraksi dengan forceps
       memperkecil ruangan jalan lahir. Upaya ini dapat digolongkan ekstraksi
       vakum percobaan, yang berarti tidak bolah dipaksakan.
              Pintu bawah panggul dikatakan sempit jika jarak antara tuber os ischii
       < 8 cm. Jika jarak ini berkurang, dengan sendirinya arkus pubis meruncing.
       Oleh karena itu, biasanya arkus pubis dapat dipergunakan untuk menentukan
       kesempitan pintu bawah panggul.
              Menurut Thoms, distosia dapat terjadi jika jumlah ukuran antar kedua
       tuber ischii dan diameter sagitalis posterior <15 cm (normal 11 cm + 7,5 cm =
       18,5 cm).
              Jika pintu bawah panggul sempit, biasanya bidang tengah panggul juga
       sempit. Kesempitan pintu bawah panggul jarang memaksa kita melakukan
       seksio sesarea, yang biasanya dapat diselesaikan dengan forceps dan dengan
       episiotomy yang cukup luas



KETUBAN PECAH DINI

Definisi
       Ketuban pecah dini (KPD) masih merupakan suatu teka-teki di bidang
obstetrik, hal ini dapat dilihat dari etiologi yang belum jelas, kesulitan dalam
mendiagnosis, berhubungan dengan resiko pada ibu dan janin dan juga karena
panatalaksanaannya yang bermacam-macam dan masih merupakan kontroversi. KPD
dapat diartikan sebagai pecahnya ketuban pada saat fase laten sebelum adanya his.
Pada persalinan yang normal, ketuban pecah pada fase aktif. Pada KPD kantung
ketuban pecah sebelum fase aktif (Hariadi, 2004).
         KPD terjadi pada 10 % kehamilan, dimana sebagian besar terjadi pada usia
kehamilan lebih dari 37 minggu dan juga terjadi spontan tanpa sebeb yang jelas
(Hariadi, 2004).


Etiologi Dan Patogenesis
         KPD diduga terjadi karena adanya pengurangan kekuatan selaput ketuban,
peningkatan tekanan intrauterine maupun keduanya. Sebagian besar penelitian
menyebutkan bahwa KPD terjadi karena berkurangnya kekuatan selaput ketuban.
Selaput ketuban dapat kehilangan elastisitasnya karena bakteri maupun his. Pada
beberapa penelitian diketahui bahwa bakteri penyebab infeksi adalah bakteri yang
merupakan flora normal vagina maupun servix. Mekanisme infeksi ini belum
diketahui pasti. Namun diduga hal ini terjadi karena aktivitas uteri yang tidak
diketahui yang menyebabkan perubahan servix yang dapat memfasilitasi terjadinya
penyebaran infeksi. Faktor lainnya yang membantu penyebaran infeksi adalah
inkompetent servix, vaginal toucher (VT) yang berulang-ulang dan koitus (Hariadi,
2004).
         Moegni, 1999, mengemukakan bahwa banyak teori yang menyebabkan KPD,
mulai dari defek kromosom, kelainan kolagen sampai infeksi. Namun sebagian besar
kasus disebabkan oleh infeksi. Kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion,
fibroblast, jaringan retikuler korion dan trofoblas. Sintesis maupun degradasi jaringan
kolagen    dikontrol   oleh   sistem   aktifitas   dan   inhibisi   interleukin-1   (IL-1)
danprostaglandin. Jika ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas IL-1
dan prostaglandin, menghasilkan kolagenase jaringan sehingga terjadi depolimerisasi
kolagen pada selaput korion/amnion yang menyebabkan selaput ketuban tipis, lemah
dan mudah pecah spontan.
         Faktor predisposisi KPD menurut Moegni, 1999 :
   a. Kehamilan multiple
   b. Riwayat persalinan preterm sebelumnya
   c. Koitus, namun hal ini tidak merupakan predisposisi kecuali bila hygiene buruk
   d. Perdarahan pervaginam
   e. Bakteriuria
   f. pH vagina diatas 4,5
   g. Servix yang tipis/kurang dari 39 mm
   h. Flora vagina abnormal
i. Fibronectin > 50 ng/ml
   j. Kadar CRH (Corticotropin Releasing Hormone) maternal tinggi


Diagnosis
       Diagnosis KPD dapat ditegakkan dengan beberapa cara (Cunningham danMac
Donal, 1998) :
   a. Air ketuban yang keluar dari vagina
       Diagnosis KPD dapat ditegakkan dengan mudah ketika ada cairan ketuban
       yang keluar dari vagina. Jika air ketuban tidak ada, tekanan ringan pada uterus
       dan gerakan janin dapat mengakibatkan keluarnya air ketuban.
   b. Nitrazine test
       pH vagina normal adalah 4,5 – 5,5 sedangkan air ketuban mempunyai pH 7,0
       – 7,5, sehingga kertas nitrasin akan cepat berubah warna menjadi biru bila
       terkena air ketuban. Namun cairan antiseptik, urin, darah dan infeksi vagina
       dapat meningkatkan pH vagina dan hal ini menyebabkan hasil nitrazine test
       positif palsu.
   c. Fern test
       Test ini positif bila didapatkan gambaran pakis yang didapatkan pada air
       ketuban pada pemeriksaan secara mikroskopis.
   d. Evaporation test
   e. Intraamniotic fluorescein
   f. Amnioscopy
   g. Diamine oxidase test
   h. Fetal fibronectin
   i. Alfa-fetoprotein test


Komplikasi
       KPD dapat menyebabkan beberapa komplikasi baik pada ibu maupun pada
janin, diantaranya :
   a. Infeksi
       Infeksi korioamniotik sering terjadi pada pasien dengan KPD. Diagnosis
       korioamnionitis dapat dilihat dari gejala klinisnya antara lain demam (37,80C),
       dan sedikitnya dua gejala berikut yaitu takikardi baik pada ibu maupun pada
       janin, uterus yang melembek, air ketuban yang berbau busuk, maupun
       leukositosis.
   b. Hyaline membrane disease
       Beberapa penelitian menyebutkan bahwa hyaline memnrane disease sebagian
       besar disebabkan oleh ketuban pecah dini (KPD). Terdapat hubungan antara
umur kehamilan denganhyaline membrane disease dan chorioamnionitis yang
         terjadi pada pasien dengan KPD. Pada usia kehamilan kurang dari 32 minggu,
         angka risiko hyaline mebran disease lebih banyak dibandingkan risiko infeksi.
   c. Hipoplasi pulmoner
         Hal ini terjadi bila ketuban pecah sebelum usia kehamilan 26 minggu dan fase
         laten terjadi lebih dari 5 minggu yang diketahui dari adanya distress respirasi
         yang berat yang terjadi segera setelah lahir dan membutuhkan bantuan
         ventilator.
   d. Abruptio placenta
         Hal ini tergantung dari progresifitas penurunan fungsi plasenta yang
         mengakibatkan pelepasan plasenta. Gejala klinik yang terjadi adalah
         perdarahan pervaginam.
   e. Fetal distress
         Hal ini dapat diketahui dari adanya deselerasi yang menggambarkan kompresi
         tali   pusat   yang   disebabkan   oleh   oligohidramnion.   Sehingga    untuk
         mengatasinya maka dilakukan sectio cesaria, yang mengakibatkan tingginya
         angka section cesaria pada pasien dengan KPD.
   f. Cacat pada janin
   g. Kelainan kongenital
Terapi
         Manajemen pada pasien dengan ketuban pecah dini tergantung dari keadaan
pasien (Cunningham danMac Donal, 1998; Hariadi, 2004; Fernando,1993)
   a. Pasien yang sedang dalam persalinan
         Tidak ada usaha yang dapat dilakukan untuk menghentikan proses persalinan
         dan memperlama kehamilan jika sudah ada his yang teratur dan pada
         pemeriksaan dalam didapatkan pendataran servix 100 % dan dilatasi servix
         lebih dari 4 cm. Penggunaan tokolitik tidak efektif dan akan mengakibatkan
         oedem pulmo.
   b. Pasien dengan paru-paru janin yang matur
         Maturitas paru janin dapat diketahui dari rasio lesitin-spingomielin,
         phosphatidylglycerol dan rasio albumin-surfaktan. Maturitas paru janin
         diperlukan untuk amniosintesis pada evaluasi awal pasien dengan ketuban
         pecah dini.
   c. Pasien dengan cacat janin
         Terapi konservatif dengan risiko infeksi pada ibu tidak perlu dilakukan bila
         janin mempunyai kalainan yang membahayakan. Namun pada janin dengan
         kelainan yang tidak membahayakan harus diperlakukan sebagai janin normal,
         namun input yang tepat merupakan terapi yang sangat penting.
d. Pasien dengan fetal distress
   Kompresi tali pusat dan prolps tali pusat merupakan komplikasi tersering
   ketuban pecah dini, terutama padapresentasi bokong yang tidak maju
   (engaged), letak lintang dan oligohidramnion berat. Jika DJJ menunjukkan
   pola deselerasi sedang atau berat maka pasien harus cepat diterminasi. Jika
   janin dalam presentasi belakang kepala, maka dapat dilakukan amnioinfusion,
   induksi dan dapat dilakukan persalinan pervaginam. Namun bila janin tidak
   dalam presentasi kepala maka terapi yang dapat dilakukan adalh section
   cesaria.
e. Pasien dengan infeksi
   Pasien dengan chorioamnionitis harus dilakukan induksi bila tidak ada
   kontraindikasi untuk dilakukan persalinan pervaginam dan bila belum dalam
   persalinan. Bila ada kontraindikasi untuk persalinan pervaginam, maka
   dilakukan section cesaria setelah pemberian antibiotic yang dimaksudkan
   untuk menurunkan komplikasi pada ibu dan janin. Beberapa penelitian
   menyebutkan section cesaria sebaiknya dilakukan bila persalinan pervaginam
   tidak dapat terjadi setelah 12 jam diagnosis chorioamnionitis ditegakkan.


   Menurut Mansjoer, 2002 terapi ketuban pecah dini adalah :
a. Ketubaan pecah dini pada kehamilan aterm atau preterm dengan atau tanpa
   komplikasi harus dirujuk ke rumah sakit
b. Bila janin hidup dan terdapat prolaps tali pusat, pasien dirujuk dengan posisi
   panggul lebih tinggi dari badannya. Kalau perlu kepala janin didorong ke atas
   dengan 2 jari agar tali pusat tidak tertekan kepala janin
c. Bila ada demam atau dikhawatirkan terjadi infeksi atau ketuban pecah lebih
   dari 6 jam, berikan antibiotik
d. Pada kehamilan kurang dari 32 minggu dilakukan tindakan konservatif yaitu
   tirah baring dan berikan sedative, antibiotic selama 5 hari, glukokortikosteroid
   dan tokolisis, namun bila terjadi infeksi maka akhiri kehamilan
e. Pada kehamilan 33-35 minggu, lakukan terapi konservatif selama 24 jam lalu
   induksi persalinan. Bila terjadi infeksi maka akhiri kehamilan
f. Pada kehamilan lebih dari 36 minggu, bila ada his, pimpin persalinan dan
   lakukan akselerasi bila ada inersia uteri. Bila tidak ada his, lakukan induksi
   persalinan bila ketuban pecah kurang dari 6 jam dan bishop score kuran dari 5
   atau ketuban pecah lebih dari 6 jam dan bishop score lebih dari 5, section
   cesaria bila ketuban pecah kurang dari 5 jam dan bishop score kurang dari 5.


   Terapi ketuban pecah dini adalah :
a. Terapi konservatif
       -   rawat di Rumah sakit
       -   antibiotika jika ketuban pecah lebih dari 6 jam
       -   pada umur kehamilan kurang dari 32 minggu, dirawat selama air
           ketuban masih keluar atau sampai air ketuban tidak keluar lagi
       -   Bila umur kehamilan sudah 32-34 minggu masih keluar, maka pada
           usia kehamilan 35 minggu dipertimbangkan untuk terminasi kehamilan
       -   Nilai tanda-tanda infeksi
       -   Pada umur kahamilan 32-34 minggu berikan steroid selama 7 hari
           untuk memacu kematangan paru janin dan bila memungkinkan
           perikasa kadar lesitin dan spingomyelin tiap minggu
b. Terapi Aktif
       -   kehamilan lebih dari 36 minggu, bila 6 jam belum terjadi persalinan
           maka induksi dengan oksitosin, bila gagal lakukan section cesaria
       -   pada keadaan DKP, letak lintang terminasi kehamilan dengan section
           cesaria
       -   bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi dan
           terminasi persalinan
           a. Bila bishop score kurang dari 5, akhiri persalinan dengan section
              cesaria
           b. Bila bishop score lebih dari 5, induksi persalinan dan partus
              pervaginam
           c. Bila ada infeksi berat maka lakukan section cesaria



 Hariadi R. 2004. Ilmu Kedokteran Fetomaternal. Edisi Perdana Himpunan
       Kedokteran Fetomaternal Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia,
       Surabaya, : 364-382, 392-393, 426-443.

 Cunningham FG Mac Donal P.C. 1998. William Obsetric, Edisi 18, Appletion &
       Lange, 1998 : 881-903

 Fernando Arias.1993.Practicial Guide to Hight Risk Pregnancy and Delivery,
       2 nd Edition, St. Louis Missiori, USA: 213-223

More Related Content

What's hot

Ketuban pecah dini ppt
Ketuban pecah dini pptKetuban pecah dini ppt
Ketuban pecah dini ppt
Taufik Tias
 
Kardiotokografi
KardiotokografiKardiotokografi
Kardiotokografi
Dokter Tekno
 
Distosia Bahu final
Distosia Bahu finalDistosia Bahu final
Distosia Bahu final
harry christama
 
Mekanisme Persalinan Normal
Mekanisme Persalinan NormalMekanisme Persalinan Normal
Mekanisme Persalinan Normal
Hendrik Sutopo
 
7d persalinan sungsang
7d persalinan sungsang7d persalinan sungsang
7d persalinan sungsangJoni Iswanto
 
Hepatitis B dalam kehamilan
Hepatitis B dalam kehamilan   Hepatitis B dalam kehamilan
Hepatitis B dalam kehamilan
Muhammad Ilham Aldika Akbar
 
Fimosis
FimosisFimosis
Fimosis
Meri Fitri
 
HISTEROTOMI, SALPINGEKTOMI, HISTERORAPI, SEKSIO SESAREA
HISTEROTOMI, SALPINGEKTOMI, HISTERORAPI, SEKSIO SESAREAHISTEROTOMI, SALPINGEKTOMI, HISTERORAPI, SEKSIO SESAREA
HISTEROTOMI, SALPINGEKTOMI, HISTERORAPI, SEKSIO SESAREAAyu Insafi Mulyantari
 
Preeklampsia
PreeklampsiaPreeklampsia
Preeklampsia
iinintansari99
 
Letak lintang
Letak lintangLetak lintang
Letak lintang
luthfiasah
 
Kuliah penyegaran parturition, 7 cardinal movements, pelvimetri
Kuliah penyegaran parturition, 7 cardinal movements, pelvimetriKuliah penyegaran parturition, 7 cardinal movements, pelvimetri
Kuliah penyegaran parturition, 7 cardinal movements, pelvimetri
hidayatulnessa
 
Jalan lahir normal &amp; kala 3 &amp; 4
Jalan lahir normal &amp; kala  3 &amp; 4Jalan lahir normal &amp; kala  3 &amp; 4
Jalan lahir normal &amp; kala 3 &amp; 4
fikri asyura
 
Abortus
AbortusAbortus
Abortus
Dokter Tekno
 
Rupture uteri
Rupture uteriRupture uteri
Rupture uteri
Rahayu Pratiwi
 
1. ppt kasus peb+ impending eklamsia
1. ppt kasus peb+ impending eklamsia 1. ppt kasus peb+ impending eklamsia
1. ppt kasus peb+ impending eklamsia
Kohita Perdana
 
Kehamilan ektopik terganggu
Kehamilan ektopik tergangguKehamilan ektopik terganggu
Kehamilan ektopik terganggu
Syarifah Merisa Dewi
 
Komplikasi kehamilan
Komplikasi kehamilanKomplikasi kehamilan
Komplikasi kehamilan
Hetty Astri
 
4. endometritis & metritis
4. endometritis & metritis4. endometritis & metritis
4. endometritis & metritisPradasary
 

What's hot (20)

Ketuban pecah dini ppt
Ketuban pecah dini pptKetuban pecah dini ppt
Ketuban pecah dini ppt
 
Kardiotokografi
KardiotokografiKardiotokografi
Kardiotokografi
 
Distosia Bahu final
Distosia Bahu finalDistosia Bahu final
Distosia Bahu final
 
Ikterus Neonatorum
Ikterus NeonatorumIkterus Neonatorum
Ikterus Neonatorum
 
Mekanisme Persalinan Normal
Mekanisme Persalinan NormalMekanisme Persalinan Normal
Mekanisme Persalinan Normal
 
7d persalinan sungsang
7d persalinan sungsang7d persalinan sungsang
7d persalinan sungsang
 
Hepatitis B dalam kehamilan
Hepatitis B dalam kehamilan   Hepatitis B dalam kehamilan
Hepatitis B dalam kehamilan
 
Fimosis
FimosisFimosis
Fimosis
 
HISTEROTOMI, SALPINGEKTOMI, HISTERORAPI, SEKSIO SESAREA
HISTEROTOMI, SALPINGEKTOMI, HISTERORAPI, SEKSIO SESAREAHISTEROTOMI, SALPINGEKTOMI, HISTERORAPI, SEKSIO SESAREA
HISTEROTOMI, SALPINGEKTOMI, HISTERORAPI, SEKSIO SESAREA
 
Preeklampsia
PreeklampsiaPreeklampsia
Preeklampsia
 
Letak lintang
Letak lintangLetak lintang
Letak lintang
 
Kuliah penyegaran parturition, 7 cardinal movements, pelvimetri
Kuliah penyegaran parturition, 7 cardinal movements, pelvimetriKuliah penyegaran parturition, 7 cardinal movements, pelvimetri
Kuliah penyegaran parturition, 7 cardinal movements, pelvimetri
 
Jalan lahir normal &amp; kala 3 &amp; 4
Jalan lahir normal &amp; kala  3 &amp; 4Jalan lahir normal &amp; kala  3 &amp; 4
Jalan lahir normal &amp; kala 3 &amp; 4
 
Distosia bahu
Distosia bahuDistosia bahu
Distosia bahu
 
Abortus
AbortusAbortus
Abortus
 
Rupture uteri
Rupture uteriRupture uteri
Rupture uteri
 
1. ppt kasus peb+ impending eklamsia
1. ppt kasus peb+ impending eklamsia 1. ppt kasus peb+ impending eklamsia
1. ppt kasus peb+ impending eklamsia
 
Kehamilan ektopik terganggu
Kehamilan ektopik tergangguKehamilan ektopik terganggu
Kehamilan ektopik terganggu
 
Komplikasi kehamilan
Komplikasi kehamilanKomplikasi kehamilan
Komplikasi kehamilan
 
4. endometritis & metritis
4. endometritis & metritis4. endometritis & metritis
4. endometritis & metritis
 

Similar to DISPROPORSI KEPALA PANGGUL

118354188 lp-letak-sungsang
118354188 lp-letak-sungsang118354188 lp-letak-sungsang
118354188 lp-letak-sungsangAman Fx
 
LAPORAN PENDAHULUAN SC (SECTIO CAESARIA)
LAPORAN PENDAHULUAN SC (SECTIO CAESARIA)LAPORAN PENDAHULUAN SC (SECTIO CAESARIA)
LAPORAN PENDAHULUAN SC (SECTIO CAESARIA)
Menanti Senja
 
Distosia & Kelainan Letak Malposisi.ppt
Distosia & Kelainan Letak Malposisi.pptDistosia & Kelainan Letak Malposisi.ppt
Distosia & Kelainan Letak Malposisi.ppt
RahmaYk2
 
patologi persalinan.ppt
patologi persalinan.pptpatologi persalinan.ppt
patologi persalinan.ppt
BambangTrionoCahyadi
 
Faktor predisposisi.ppt
Faktor predisposisi.pptFaktor predisposisi.ppt
Faktor predisposisi.ppt
tumbuhsehat
 
DISTOSIA PERSALINAN.pptx
DISTOSIA PERSALINAN.pptxDISTOSIA PERSALINAN.pptx
DISTOSIA PERSALINAN.pptx
ssusere9b521
 
Laporan pendahuluan sc
Laporan pendahuluan scLaporan pendahuluan sc
Laporan pendahuluan sc
nurulrachma0
 
persalinan sungsang
persalinan sungsangpersalinan sungsang
persalinan sungsangMariaBjr
 
Posisi uterus
Posisi uterusPosisi uterus
Posisi uterusfannybli
 
Distosia janin poltekkes surakarta
Distosia janin poltekkes surakartaDistosia janin poltekkes surakarta
Distosia janin poltekkes surakartaYunita Dipra
 
Lp sc
Lp scLp sc
letak Sungsang
letak Sungsangletak Sungsang
letak Sungsang
Syukri Interisti
 
Presentasi dahi
Presentasi dahiPresentasi dahi
Presentasi dahipie-pien
 

Similar to DISPROPORSI KEPALA PANGGUL (20)

Askep distosia
Askep distosiaAskep distosia
Askep distosia
 
Askep distosia AKPER PEMDA MUNA
Askep distosia AKPER PEMDA MUNA Askep distosia AKPER PEMDA MUNA
Askep distosia AKPER PEMDA MUNA
 
118354188 lp-letak-sungsang
118354188 lp-letak-sungsang118354188 lp-letak-sungsang
118354188 lp-letak-sungsang
 
LAPORAN PENDAHULUAN SC (SECTIO CAESARIA)
LAPORAN PENDAHULUAN SC (SECTIO CAESARIA)LAPORAN PENDAHULUAN SC (SECTIO CAESARIA)
LAPORAN PENDAHULUAN SC (SECTIO CAESARIA)
 
Distosia & Kelainan Letak Malposisi.ppt
Distosia & Kelainan Letak Malposisi.pptDistosia & Kelainan Letak Malposisi.ppt
Distosia & Kelainan Letak Malposisi.ppt
 
patologi persalinan.ppt
patologi persalinan.pptpatologi persalinan.ppt
patologi persalinan.ppt
 
Faktor predisposisi.ppt
Faktor predisposisi.pptFaktor predisposisi.ppt
Faktor predisposisi.ppt
 
Oce
OceOce
Oce
 
Darmina 1 AKBID PARAMATA RAHA
Darmina 1 AKBID PARAMATA RAHA Darmina 1 AKBID PARAMATA RAHA
Darmina 1 AKBID PARAMATA RAHA
 
Bahu macet power point
Bahu macet power pointBahu macet power point
Bahu macet power point
 
DISTOSIA PERSALINAN.pptx
DISTOSIA PERSALINAN.pptxDISTOSIA PERSALINAN.pptx
DISTOSIA PERSALINAN.pptx
 
Laporan pendahuluan sc
Laporan pendahuluan scLaporan pendahuluan sc
Laporan pendahuluan sc
 
persalinan sungsang
persalinan sungsangpersalinan sungsang
persalinan sungsang
 
Posisi uterus
Posisi uterusPosisi uterus
Posisi uterus
 
Distosia janin poltekkes surakarta
Distosia janin poltekkes surakartaDistosia janin poltekkes surakarta
Distosia janin poltekkes surakarta
 
Lp sc
Lp scLp sc
Lp sc
 
Malpresentasi dan malposisi
Malpresentasi dan malposisiMalpresentasi dan malposisi
Malpresentasi dan malposisi
 
letak Sungsang
letak Sungsangletak Sungsang
letak Sungsang
 
Sumsang
SumsangSumsang
Sumsang
 
Presentasi dahi
Presentasi dahiPresentasi dahi
Presentasi dahi
 

DISPROPORSI KEPALA PANGGUL

  • 1. DISPROPORSI KEPALA PANGGUL Disproporsi kepala panggul adalah keadaan yang menggambarkan ketidaksesuaian antara kepala janin dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat keluar melalui vagina. Disproporsi sefalopelvik disebabkan oleh panggul sempit, janin yang besar ataupun kombinasi keduanya. Ukuran Panggul : - PintuAtasPanggul Pintuataspangguldibentukolehpromontorium corpus vertebra sacrum 1, lineainnominata, sertapinggiratassimfisis.Konjugatadiagonalisadalahjarakdaripinggirbawahsimf isiskepromontorium, Secaraklinis, konjugatadiagonalisdapatdiukurdenganmemasukkanjaritelunjukdanjaritengah yang dirapatkanmenyusurnaikkeseluruhpermukaan anterior sacrum, promontoriumterabasebagaipenonjolantulang. Denganjaritetapmenempelpadapromontorium, tangandi vagina diangkatsampaimenyentuharcus pubis danditandaidenganjaritelunjuktangankiri.Jarakantaraujungjaripadapromontoriu msampaititik yang ditandaiolehjaritelunjukmerupakanpanjangkonjugatadiagonalis. Konjugataverayaitujarakdaripinggiratassimfisiskepromontorium yang dihitungdenganmengurangikonjugatadiagonalis 1,5 cm, panjangnyalebihkurang 11 cm. Konjugataobstetrikamerupakankonjugata yang paling pentingyaitujarakantarabagiantengahdalamsimfisisdenganpromontorium, Selisihantarakonjugataveradengankonjugataobstetrikasedikitsekali. Gambar 1. Diameter pada Pintu Atas Panggul
  • 2. - Panggul Tengah (Pelvic Cavity) Ruangpanggulinimemilikiukuran yang paling luas.Pengukuranklinispanggultengahtidakdapatdiperolehsecaralangsung.Terda patpenyempitansetinggispinaisciadika, sehinggabermaknapentingpadadistosiasetelahkepala engagement.Jarakantarakeduaspinaini yang biasadisebutdistansiainterspinarummerupakanjarakpanggulterkecilyaitusebesar 10,5 cm. Diameter anteroposteriorsetinggispinaisciadicaberukuran 11,5 cm. Diameter sagital posterior, jarakantara sacrum dengangaris diameter interspinarumberukuran 4,5 cm. - PintuBawahPanggul Pintubawahpanggulbukanlahsuatubidangdatarnamunterdiridariduasegitigaden gandasar yang samayaitugaris yang menghubungkan tuber isciadikumkiridankanan. Pintubawahpanggul yang dapatdiperolehmelaluipengukuranklinisadalahjarakantarakeduatuberositasiscii ataudistansiatuberum (10,5 cm), jarakdariujung sacrum ketengah- tengahdistensiatuberumatau diameter sagitalis posterior (7,5 cm), danjarakantarapinggirbawahsimpisiskeujung sacrum (11,5 cm). Istilah cephalopelvic disproportion mulai digunakan pada abad 20 untuk menggambarkan adanya hambatan persalinan akibat ketidakseimbangan ukuran kepala bayi dengan pelvis ibu. Penyebab dari cephalopelvic disproportion: 1. Janin yang besar 2. Kelainan posisi dan presentasi 3. Panggul sempit I.Janin yang Besar Janin yang besar ialah janin yang beratnya lebih dari 4000 gram. Menurut kepustakaan lain, anak yang besar dapat menimbulkan kesulitan dalam persalinan jika beratnya lebih dari 4500 gram. Penyebab anak besar yaitu: Diabetes mellitus Herediter Multiparitas
  • 3. Kesukaran yang ditimbulkan dalam persalinan karena besarnya kepala atau besarnya bahu. Karena regangan dinding rahim oleh anak yang sangat besar, dapat timbul inersia uteri dan kemungkinan perdarahan postpartum akibat atonia uteri juga lebih besar. Jika panggul normal biasanya diusahakan persalinan pervaginam karena penentuan besarnya anak dengan palpasi Leopold sangat sulit. Pemeriksaan USG dapat membantu diagnosis bila anak letak kepala dan kepala belum masuk pintu atas panggul. II.Kelainan Posisi dan Presentasi Yang termasuk kelainan posisi dan presentasi yaitu : a.Presentasi muka Presentasi muka adalah presentasi kepala dengan defleksi maksimal hingga oksiput mengenai punggung dan muka terarah ke bawah (kaudal terhadap ibu). Presentasi muka dapat disebabkan: Panggul sempit Bayi besar Multiparitas Lilitan tali pusat di leher Anencephal Presentasi muka kadang-kadang dapat dicurigai dalam kehamilan jika dari pemeriksaan luar ditemukan: o Tonjolan kepala sepihak dengan punggung o Ditemukan sudut fabre o BJJ sepihak dengan bagian kecil. Sedangkan dalam persalinan yaitu dengan pemeriksaan dalam, pada pembukaan yang cukup besar, akan teraba pinggir orbita, hidung, tulang pipi, mulut, dan dagu.
  • 4. Gambar 2.1 Presentasi Muka Pengelolaan pada presentasi muka: Kala I: observasi sampai pembukaan lengkap Kala II: Bila dagu di depan, persalinan pervaginam atau ekstraksi forceps. Tetapi, bila dagu tetap di belakang, dilakukan seksio sesarea. b. Presentasi Dahi Presentasi dahi adalah presentasi kepala dengan defleksi yang sedang. Etiologinya hampir sama dengan presentasi muka. Biasanya merupakan keadaan sementara dan sering berubah menjadi presentasi muka atau belakang kepala. Presentasi dahi jarang dapat diketahui dalam kehamilan. Namun dapat dicurigai keadaan tersebut bila dengan pemeriksaan luar ditemukan: o Tonjolan kepala teraba sepihak dengan punggung anak. o BJJ sepihak dengan bagian kecil. Biasanya presentasi dahi baru didiagnosis saat persalinan yaitu dengan pemeriksaan dalam. Pada pembukaan yang cukup besar, akan teraba sutura frontalis, ubun-ubun besar, pinggir orbita, dan pangkal hidung. Pada presentasi dahi yang bersifat sementara, anak dapat lahir spontan sebagai presentasi belakang kepala atau muka. Jika presentasi dahi menetap, janin tidak mungkin lahir pervaginam sehingga persalinan diakhiri dengan seksio sesarea, kecuali bila janin sangat kecil (TBBJ < 1800 gram).
  • 5. Gambar 2.2 Presentasi Dahi c. Letak Lintang Pada letak lintang, sumbu panjang anak tegak lurus atau hampir tegak lurus pada sumbu panjang ibu. Pada letak lintang, bahu menjadi bagian terendah, yang disebut presentasi bahu, atau presentasi akromion. Jika pungung terdapat di depan disebut dorsoanterior, jika di belakang disebut dorsoposterior. Penyebab letak lintang ialah: - Dinding perut yang kendur, seperti pada multiparitas - Kesempitan panggul - Plasenta previa - Prematuritas - Kelainan bentuk rahim - Mioma uteri - Kehamilan ganda Gambar 2.3 Letak Lintang
  • 6. Pada inspeksi, tampak bahwa perut melebar ke samping dan pada kehamilan cukup bulan, fundus uteri lebih rendah dari biasanya, hanya beberapa jari di atas pusat. Pada palpasi, fundus uteri maupun bagian bawah rahim kosong, sedangkan bagian-bagian besar teraba di samping kiri atau kanan fossa illiaca. Jika tahanan terbesar ada di sebelah depan, punggung ada di sebelah depan. Sebaliknya, jika teraba tonjolan-tonjolan, ini disebabkan oleh bagian-bagian kecil sehingga punggung terdapat di sebelah belakang. Dalam persalinan, pada pemeriksaan dalam dapat diraba sisi toraks sebagai susunan tulang-tulang yang sejajar dan jika pembukaan sudah besar akan teraba scapula, dan pada pihak yang bertentangan dengan scapula akan teraba klavikula. Ada kalanya, anak yang pada permulaan persalianan dalam letak lintang, berputar sendiri menjadi letak memanjang. Kejadian ini disebut versio spontanea, yang hanya mungkin jika ketuban masih utuh. Pengelolaan letak lintang diawali saat kehamilan, yaitu dengan melakukan versi luar pada usia kehamilan 37 minggu atau lebih. Bila versi luar berhasil, persalinan dilakukan pervaginam. Bila versi luar tidak berhasil, pada janin hidup dilakukan partus pervaginam bila usia kehamilan < 28 minggu, dan seksio sesarea bila usia kehamilan > 28 minggu. Sedangkan pada janin mati: - TBBJ < 1700 gr : persalinan spontan dengan cara konduplikasio korpore dan evolusi spontan. Bisa dibantu dengan traksi beban. - TBBJ > 1700 gr : dilakukan embriotomi bila syarat terpenuhi dan harus dilakukan eksplorasi jalan lahir. - TBBJ > 2500 gr dan bagian terendah janin masih tinggi dilakukan seksio sesarea. - Letak lintang kasip dilakukan embriotomi. d. Kelainan Posisi (Positio Occipito Posterior Persistent) Keadaan Positio Occipito Posterior Persistent atau presentasi ubun-ubun kecil di belakang adalah suatu keadaan yang disebabkan kegagalan rotasi interna. Etiologinya yaitu kelainan panggul, kesempitan panggul tengah, KPD, fleksi kepala kurang serta inersia uteri. Adakalanya oksiput berputar ke belakang dan anak lahir dengan muka di bawah simfisis. Ini terutama terjadi bila fleksi kepala kurang. Untuk menghindari rupture perinei totalis, episiotomi harus dibuat lebih lebar karena dalam hal ini
  • 7. perineum diregang oleh sirkumferensia oksipito frontalis. Hanya sebagian kecil (4%) dari posisi oksipito posterior yang memerlukan pertolongan pembedahan. Penyulit yang timbul dalam persalinan yaitu kala II yang lebih panjang. Umumnya dapat lahir spontan, namun bila ada indikasi dapat dipilih antara vakum atau forceps. III.Panggul Sempit Batasan panggul sempit menurut Pedoman diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi RSHS yaitu setiap kelainan pada diameter panggul yang mengurangi kapasitas panggul, sehingga dapat menimbulkan distosia pada persalinan. Pengaruh panggul sempit pada kehamilan : 1. Retroflexi uteri gravidi incarcerate 2. Kepala tidak dapat turun pada bulan terakhir 3. Fundus menonjol ke depan hingga perut menggantung 4. Abdomen pendulum pada primi gravid 5. Biasanya anak lebih kecil dari ukuran bayi rata-rata Gambar 3.1 Abdomen Pendulum dengan Kehamilan. Pengaruh pada persalinan : 1. Persalinan lebih lama dari biasanya, karena gangguan pembukaan ataupun banyaknya waktu yang diperlukan untuk moulage kepala anak. Kelainan pembukaan dapat terjadi karena ketuban belum pecah sebelum waktunya karena bagian depan kurang menutup pintu atas panggul, selanjutnya setelah
  • 8. ketuban pecah kepala tidak dapat menekan pada serviks karena tertahan pada pintu atas panggul. 2. Sering terjadi kelainan presentasi atau posisi 3. Ruptur uteri, jika his menjadi telalu kuat dalam usaha mengatasi rintangan yang ditimbulkan panggul sempit. 4. Sebaliknya, jika otot rahim menjadi lelah karena rintangan oleh pangul sempit, dapat terjadi infeksi intrapartum. 5. Fistel vesikovaginal dan rektovaginal, akibat tekanan lama pada jaringan yang dapat menimbulkan iskemi yang menyebabkan nekrosis. 6. Ruptur simfisis (simfisiolisis), pasien merakan nyeri di daerah simfisis dan tidak dapat mengangkat tungkainya. 7. Paresis kaki ibu akibat tekanan dari kepala pada urat-urat saraf di dalam rongga panggul. Yang paling sering terjadi adalah kelumpuhan nervus peroneus. Pengaruh pada anak : 1. Kematian perinatal meningkatpadapartus yang lama. 2. Prolapsus foeniculi 3. Perdarahan otak karena moulage yang kuat, terutamajika diameter biparietalberkuranglebihdari 0,5 cm. Pola Persalinan Kriteria Diagnostik Penanganan yang dianjurkan Penanganan Khusus Panggul dengan ukuran normal tidak akan mengalami kesukaran kelahiran pervaginam pada janin dengan berat badan yang normal. Ukuran panggul dapat menjadi lebih kecil karena pengaruh gizi, lingkungan atau hal lain sehingga
  • 9. menimbulkan kesulitan pada persalinan pervaginam. Panggul sempit yang penting pada obstetric bukan sempit secara anatomis namun panggul sempit secara fungsional artinya perbandingan antara kepala dan panggul. Selain panggul sempit dengan ukuran yang kurang dari normal, juga terdapat panggul sempit lainnya. Panggul ini digolongkan menjadi empat, yaitu: 1. Kelainankarenagangguanpertumbuhan intrauterine: panggulNaegele, panggul Robert, split pelvis, panggulasimilasi. 2. Kelainankarenakelainantulangdan/ sendi: rakitis, osteomalasia, neoplasma, fraktur, atrofi, nekrosis, penyakitpadasendisakroiliakadansendisakrokoksigea. 3. Kelainanpanggulkarenakelainantulangbelakang: kifosis, skoliosis, spondilolistesis. 4. Kelainanpanggulkarenakelainanpada kaki: koksitis, luksasiokoksa, atrofiataukelumpuhansatu kaki. Setiap penyempitan pada diameter panggul yang mengurangi kapasitas panggul dapat menyebabkan distosia saat persalinan. penyempitan dapat terjadi pada pintu atas panggul, pintu tengah panggul, pintu bawah panggul, atau panggul yang menyempit seluruhnya Klasifikasi panggul sempit : a. Kesempitan pintu atas panggul b. Kesempitan bidang tengah c. Kesempitan pintu bawah panggul Kriteria diagnosis : a. Kesempitan pintu atas pangul Panggul sempit relatif : Jika konjugata vera > 8,5-10 cm Panggul sempit absolut : Jika konjugata vera < 8,5 cm b. Kesempitan panggul tengah Bidang tengah panggul terbentang antara pinggir bawah simfisis dan spina os ischii dan memotong sacrum kira-kira pada pertemuan ruas sacral ke-4 dan ke- 5. Ukuran yang terpenting dari bidang ini ialah: 1. Diameter transversa (diameter antara kedua spina) – 10,5 cm. 2. Diameter anteroposterior dari pinggir bawah simfisis ke pertemuan ruas sakral ke-4 dan ke-5 – 11,5 cm.
  • 10. 3. Diameter sagitalis posterior dari pertengahan garis antara kedua spina ke pertemuan sacral ke-4 dan ke-5 – 5 cm. Dikatakan bahwa bidang tengah panggul itu sempit jika : 1. Jumlah diameter transversa dan diameter sagitalis posterior 13,5 cm atau kurang (10,5 cm + 5 cm = 15,5 cm). 2. Diameter antara spina kurang dari 9 cm . Ukuran-ukuran bidang tengah panggul tidak dapat diperoleh secara klinis harus diukur secara rontgenologis, tetapi jika dapat juga menduga adanya kesempitan bidang tengah panggul jika: 1. Spina ischiadica sangat menonjol. 2. Dinding samping panggul konvergen. 3. Diameter antara tuber ischii 8,5 cm atau kurang. c. Kesempitan pintu bawah panggul Bila jarak antara tuber os ischii 8 cm atau kurang. Gambar 3.2 Bidang Panggul Persangkaan panggul sempit – Seseorang harus ingat akan kemungkinan panggul sempit jika: a. Pada primipara, kepala anak belum turun setelah minggu ke 36. b. Pada primipara ada perut menggantung. c. Pada multipara, persalinan yang dulu-dulu sulit. d. Ada kelainan letak pada hamil tua. e. Terdapat kelainan bentuk badan ibu (cebol, skoliosis, pincang, dll.) f. Tanda Osborn positif Teknik perasat Osborn: 1. Pasien terlentang, tungkai sedikit fleksi. 2. Kepala janin dipegang oleh tangan kiri pemeriksa.
  • 11. 3. Dua jari lainnya di atas simfisus, permukaan jari berada pada permukaan anterior dari simfisis. 4. Tentukan derajat tumpang tindih ketika kepala janin ditekan ke bawah dan ke belakang. Interpretasi perasat Osborn: - Kepala dapat ditekan ke dalam panggul, tidak terdapat tumpang tindih dari tulang parietal, berarti CPD (-). - Kepala dapat ditekan sedikit, terdapat sedikit tumpang tindih dari tulang parietal, sekitar 0,5 cm, berarti CPD sedang. Pemeriksaan dilanjutkan dengan perasat Muller. - Kepala tidak dapat dimasukkan ke dalam tulang panggul, tulang parietal menggantung di atas simfisis dengan dibatasi jari, berarti CPD positif. Teknik perasat Muller: 1. Pasien terlentang, tungkai sedikit fleksi. 2. Satu tangan memegang kepala dari luar di atas simfisis. 3. Dua jari dari tangan yang lain masuk ke dalam vagina, sampai pintu atas panggul. 4. Tangan luar mendorong kepala anak ke arah simfisis. Interpretasi perasat Muller: - Kepala anak teraba oleh kedua jari, berarti CPD (-). - Kepala anak tidak teraba oleh kedua jari, berarti CPD (+). Prognosis persalinan dengan panggul sempit tergantung pada berbagai factor, diantaranya: 1. Bentuk Panggul 2. Ukuran panggulm jadi derajat kesempitan. 3. Kemungkinan pergerakan dalam sendi-sendi panggul. 4. Besarnya kepala dan kesanggupan moulage kepala. 5. Presentasi dan posisi kepala. 6. His.
  • 12. Diantara faktor-faktor tersebut, yang dapat diukur secara pasti dan sebelum persalinan berlangsung hanya ukuran-ukuran panggul. Oleh karena itu, ukuran tersebut sering menjadi dasar untuk memperkirakan jalannya persalinan. Pada panggul sempit absolute, yaitu CV < 8,5 cm, dilakukan seksio sesarea. Berdasarkan literatur, tidak ada anak yang cukup bulan yang dapat lahir pervaginam dengan selamat jika CV < 8,5 cm. Pada kesempitan pintu atas panggul, banyak faktor yang mempengaruhi hasil persalinan pada panggul dengan CV antara 8,5-10 cm (panggul sempit relatif),antara lain: - Riwayat persalinan yang lampau - Besarnya presentasi dan posisi anak - Pecehnya ketuban sebelum waktunya memperburuk prognosis - His - Lancarnya pembukaan - Adanya infeksi intrapartum - Bentuk panggul dan derajat kesempitannya. Karena banyaknya faktor tersebut, pada panggul sempit relative dilakukan partus percobaan.
  • 13. PANGGUL SEMPIT 1. Pemeriksaan ginekologis 2. Pemeriksaan penunjang - Ultrasonografi - Radiologis (hasil mengecewakan) Kesempitan pintu Kesempitan Kesempitan pintu atas panggul panggul tengah bawah panggul Relatif Absolut (konjugata vera (Konjugata vera < 8,5 cm) 8,5-10 cm) Partus percobaan Seksio sesarea Primer Berhasil Gagal Seksio sesarea Persalinan berikut dengan seksio sesarea primer
  • 14. Pada pasien ini, ditemukan persangkaan panggul sempit, karena terdapat kelainan bentuk badan ibu yang dapat dilihat dari tinggi badan ibu, 140 cm. Selain itu, pada pasien ini, kepala janin belum turun walaupun usia kehamilan sudah lebih dari 36 minggu. Diagnosis panggul sempit absolut diperoleh dari pemeriksaan panggul ibu, yaitu konjugata vera 7 cm. Pengelolaan pada pasien ini yaitu rencana seksio sesarea karena panggul sempit absolute pada usia kehamilan aterm tidak dapat lahir pervaginam. Penanganan pada disproporsi kepala panggul yaitu : 1. Partuspercobaan Partus percobaan adalah percobaan untuk melakukan persalinan per vaginam pada wanita-wanita dengan pangul relatif sempit. Partus percobaan hanya dilakukan pada letak belakang kepala. Partus percobaan dimulai pada permulaan persalinan dan berakhir setelah kita mendapat keyakinan bahwa persalinan tidak dapat berlangsung per vaginam atau setelah anak lahir per vaginam.Partus percobaan dikatakan berhasil jika anak lahir per vaginam secara spontan atau dibantu dengan ekstraksi (forceps atau vakum) dan anak serta ibu dalam keadaan baik Kita hentikan partus percobaan jika: o Pembukaan tidak atau kurang sekali kemajuannya. o Keadaaan ibu atau anak menjadi kurang baik. o Adanya lingkaran retraksi yang patologis. o Setelah pembukaan lengkap dan ketuban pecah walaupun his cukup baik dan dilakukan pimpinan persalinan dengan baik, bagian kepala dengan diameter terbesar dalam 1 jam tetap tidak mau melewati pintu atas panggul. o Forseps atau vakum gagal. Dalam keadaan –keadaan tersebut, dilakukan seksio sesarea, Jika seksio sesarea dilakukan pada saat pembukaan sudah lengkap dan atas indikasi sebab-sebab yang menetap(patus percobaan lengkap dan gagal), pada persalinan berikutnya tidak ada gunanya untuk melakukan persalinan percobaan lagi. 2. Seksiosesarea
  • 15. Seksiosesareaelektifdilakukanpadakesempitanpanggulberatdengankeha milanaterm, ataudisproporsisephalopelvik yang nyata.Seksiojugadapatdilakukanpadakesempitanpanggulringanapabilaadakom plikasisepertiprimigravidatuadankelainanletakjaninyang takdapatdiperbaiki. Seksiosesareasekunder (sesudahpersalinanselamabeberapawaktu) dilakukankarenaperalinanperobaandianggapgagalatauadaindikasiuntukmenyel esaikanpersalinanselekasmungkinsedangkansyaratpersalinan per vaginambelumdipenuhi Bila seksio sesarea dilakukan pada saat pembukaan belum lengkap atas indikasi ibu atau anak yang kurang baik (partus percobaan belum lengkap/gagal), persalinan percobaan yang dipersingkat dapat dicoba lagi pada persalinan berikutnya. Dalam hal ini, pimpinan persalinan berikutnya mengikuti protocol yang berlaku bagi persalinan pada bekas seksio sesarea. Pada kesempitan bidang tengah panggul, dapat timbul gangguan putaran paksi jika diameter antara kedua spina <9 cm sehingga kadang-kadang diperlukan seksio sesarea. Jika persalinan terhenti karena kesempitan bidang tengah panggul, baiknya dipergunakan ekstraktor vakum karena ekstraksi dengan forceps memperkecil ruangan jalan lahir. Upaya ini dapat digolongkan ekstraksi vakum percobaan, yang berarti tidak bolah dipaksakan. Pintu bawah panggul dikatakan sempit jika jarak antara tuber os ischii < 8 cm. Jika jarak ini berkurang, dengan sendirinya arkus pubis meruncing. Oleh karena itu, biasanya arkus pubis dapat dipergunakan untuk menentukan kesempitan pintu bawah panggul. Menurut Thoms, distosia dapat terjadi jika jumlah ukuran antar kedua tuber ischii dan diameter sagitalis posterior <15 cm (normal 11 cm + 7,5 cm = 18,5 cm). Jika pintu bawah panggul sempit, biasanya bidang tengah panggul juga sempit. Kesempitan pintu bawah panggul jarang memaksa kita melakukan seksio sesarea, yang biasanya dapat diselesaikan dengan forceps dan dengan episiotomy yang cukup luas KETUBAN PECAH DINI Definisi Ketuban pecah dini (KPD) masih merupakan suatu teka-teki di bidang obstetrik, hal ini dapat dilihat dari etiologi yang belum jelas, kesulitan dalam mendiagnosis, berhubungan dengan resiko pada ibu dan janin dan juga karena
  • 16. panatalaksanaannya yang bermacam-macam dan masih merupakan kontroversi. KPD dapat diartikan sebagai pecahnya ketuban pada saat fase laten sebelum adanya his. Pada persalinan yang normal, ketuban pecah pada fase aktif. Pada KPD kantung ketuban pecah sebelum fase aktif (Hariadi, 2004). KPD terjadi pada 10 % kehamilan, dimana sebagian besar terjadi pada usia kehamilan lebih dari 37 minggu dan juga terjadi spontan tanpa sebeb yang jelas (Hariadi, 2004). Etiologi Dan Patogenesis KPD diduga terjadi karena adanya pengurangan kekuatan selaput ketuban, peningkatan tekanan intrauterine maupun keduanya. Sebagian besar penelitian menyebutkan bahwa KPD terjadi karena berkurangnya kekuatan selaput ketuban. Selaput ketuban dapat kehilangan elastisitasnya karena bakteri maupun his. Pada beberapa penelitian diketahui bahwa bakteri penyebab infeksi adalah bakteri yang merupakan flora normal vagina maupun servix. Mekanisme infeksi ini belum diketahui pasti. Namun diduga hal ini terjadi karena aktivitas uteri yang tidak diketahui yang menyebabkan perubahan servix yang dapat memfasilitasi terjadinya penyebaran infeksi. Faktor lainnya yang membantu penyebaran infeksi adalah inkompetent servix, vaginal toucher (VT) yang berulang-ulang dan koitus (Hariadi, 2004). Moegni, 1999, mengemukakan bahwa banyak teori yang menyebabkan KPD, mulai dari defek kromosom, kelainan kolagen sampai infeksi. Namun sebagian besar kasus disebabkan oleh infeksi. Kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblast, jaringan retikuler korion dan trofoblas. Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh sistem aktifitas dan inhibisi interleukin-1 (IL-1) danprostaglandin. Jika ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas IL-1 dan prostaglandin, menghasilkan kolagenase jaringan sehingga terjadi depolimerisasi kolagen pada selaput korion/amnion yang menyebabkan selaput ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan. Faktor predisposisi KPD menurut Moegni, 1999 : a. Kehamilan multiple b. Riwayat persalinan preterm sebelumnya c. Koitus, namun hal ini tidak merupakan predisposisi kecuali bila hygiene buruk d. Perdarahan pervaginam e. Bakteriuria f. pH vagina diatas 4,5 g. Servix yang tipis/kurang dari 39 mm h. Flora vagina abnormal
  • 17. i. Fibronectin > 50 ng/ml j. Kadar CRH (Corticotropin Releasing Hormone) maternal tinggi Diagnosis Diagnosis KPD dapat ditegakkan dengan beberapa cara (Cunningham danMac Donal, 1998) : a. Air ketuban yang keluar dari vagina Diagnosis KPD dapat ditegakkan dengan mudah ketika ada cairan ketuban yang keluar dari vagina. Jika air ketuban tidak ada, tekanan ringan pada uterus dan gerakan janin dapat mengakibatkan keluarnya air ketuban. b. Nitrazine test pH vagina normal adalah 4,5 – 5,5 sedangkan air ketuban mempunyai pH 7,0 – 7,5, sehingga kertas nitrasin akan cepat berubah warna menjadi biru bila terkena air ketuban. Namun cairan antiseptik, urin, darah dan infeksi vagina dapat meningkatkan pH vagina dan hal ini menyebabkan hasil nitrazine test positif palsu. c. Fern test Test ini positif bila didapatkan gambaran pakis yang didapatkan pada air ketuban pada pemeriksaan secara mikroskopis. d. Evaporation test e. Intraamniotic fluorescein f. Amnioscopy g. Diamine oxidase test h. Fetal fibronectin i. Alfa-fetoprotein test Komplikasi KPD dapat menyebabkan beberapa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin, diantaranya : a. Infeksi Infeksi korioamniotik sering terjadi pada pasien dengan KPD. Diagnosis korioamnionitis dapat dilihat dari gejala klinisnya antara lain demam (37,80C), dan sedikitnya dua gejala berikut yaitu takikardi baik pada ibu maupun pada janin, uterus yang melembek, air ketuban yang berbau busuk, maupun leukositosis. b. Hyaline membrane disease Beberapa penelitian menyebutkan bahwa hyaline memnrane disease sebagian besar disebabkan oleh ketuban pecah dini (KPD). Terdapat hubungan antara
  • 18. umur kehamilan denganhyaline membrane disease dan chorioamnionitis yang terjadi pada pasien dengan KPD. Pada usia kehamilan kurang dari 32 minggu, angka risiko hyaline mebran disease lebih banyak dibandingkan risiko infeksi. c. Hipoplasi pulmoner Hal ini terjadi bila ketuban pecah sebelum usia kehamilan 26 minggu dan fase laten terjadi lebih dari 5 minggu yang diketahui dari adanya distress respirasi yang berat yang terjadi segera setelah lahir dan membutuhkan bantuan ventilator. d. Abruptio placenta Hal ini tergantung dari progresifitas penurunan fungsi plasenta yang mengakibatkan pelepasan plasenta. Gejala klinik yang terjadi adalah perdarahan pervaginam. e. Fetal distress Hal ini dapat diketahui dari adanya deselerasi yang menggambarkan kompresi tali pusat yang disebabkan oleh oligohidramnion. Sehingga untuk mengatasinya maka dilakukan sectio cesaria, yang mengakibatkan tingginya angka section cesaria pada pasien dengan KPD. f. Cacat pada janin g. Kelainan kongenital Terapi Manajemen pada pasien dengan ketuban pecah dini tergantung dari keadaan pasien (Cunningham danMac Donal, 1998; Hariadi, 2004; Fernando,1993) a. Pasien yang sedang dalam persalinan Tidak ada usaha yang dapat dilakukan untuk menghentikan proses persalinan dan memperlama kehamilan jika sudah ada his yang teratur dan pada pemeriksaan dalam didapatkan pendataran servix 100 % dan dilatasi servix lebih dari 4 cm. Penggunaan tokolitik tidak efektif dan akan mengakibatkan oedem pulmo. b. Pasien dengan paru-paru janin yang matur Maturitas paru janin dapat diketahui dari rasio lesitin-spingomielin, phosphatidylglycerol dan rasio albumin-surfaktan. Maturitas paru janin diperlukan untuk amniosintesis pada evaluasi awal pasien dengan ketuban pecah dini. c. Pasien dengan cacat janin Terapi konservatif dengan risiko infeksi pada ibu tidak perlu dilakukan bila janin mempunyai kalainan yang membahayakan. Namun pada janin dengan kelainan yang tidak membahayakan harus diperlakukan sebagai janin normal, namun input yang tepat merupakan terapi yang sangat penting.
  • 19. d. Pasien dengan fetal distress Kompresi tali pusat dan prolps tali pusat merupakan komplikasi tersering ketuban pecah dini, terutama padapresentasi bokong yang tidak maju (engaged), letak lintang dan oligohidramnion berat. Jika DJJ menunjukkan pola deselerasi sedang atau berat maka pasien harus cepat diterminasi. Jika janin dalam presentasi belakang kepala, maka dapat dilakukan amnioinfusion, induksi dan dapat dilakukan persalinan pervaginam. Namun bila janin tidak dalam presentasi kepala maka terapi yang dapat dilakukan adalh section cesaria. e. Pasien dengan infeksi Pasien dengan chorioamnionitis harus dilakukan induksi bila tidak ada kontraindikasi untuk dilakukan persalinan pervaginam dan bila belum dalam persalinan. Bila ada kontraindikasi untuk persalinan pervaginam, maka dilakukan section cesaria setelah pemberian antibiotic yang dimaksudkan untuk menurunkan komplikasi pada ibu dan janin. Beberapa penelitian menyebutkan section cesaria sebaiknya dilakukan bila persalinan pervaginam tidak dapat terjadi setelah 12 jam diagnosis chorioamnionitis ditegakkan. Menurut Mansjoer, 2002 terapi ketuban pecah dini adalah : a. Ketubaan pecah dini pada kehamilan aterm atau preterm dengan atau tanpa komplikasi harus dirujuk ke rumah sakit b. Bila janin hidup dan terdapat prolaps tali pusat, pasien dirujuk dengan posisi panggul lebih tinggi dari badannya. Kalau perlu kepala janin didorong ke atas dengan 2 jari agar tali pusat tidak tertekan kepala janin c. Bila ada demam atau dikhawatirkan terjadi infeksi atau ketuban pecah lebih dari 6 jam, berikan antibiotik d. Pada kehamilan kurang dari 32 minggu dilakukan tindakan konservatif yaitu tirah baring dan berikan sedative, antibiotic selama 5 hari, glukokortikosteroid dan tokolisis, namun bila terjadi infeksi maka akhiri kehamilan e. Pada kehamilan 33-35 minggu, lakukan terapi konservatif selama 24 jam lalu induksi persalinan. Bila terjadi infeksi maka akhiri kehamilan f. Pada kehamilan lebih dari 36 minggu, bila ada his, pimpin persalinan dan lakukan akselerasi bila ada inersia uteri. Bila tidak ada his, lakukan induksi persalinan bila ketuban pecah kurang dari 6 jam dan bishop score kuran dari 5 atau ketuban pecah lebih dari 6 jam dan bishop score lebih dari 5, section cesaria bila ketuban pecah kurang dari 5 jam dan bishop score kurang dari 5. Terapi ketuban pecah dini adalah :
  • 20. a. Terapi konservatif - rawat di Rumah sakit - antibiotika jika ketuban pecah lebih dari 6 jam - pada umur kehamilan kurang dari 32 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar atau sampai air ketuban tidak keluar lagi - Bila umur kehamilan sudah 32-34 minggu masih keluar, maka pada usia kehamilan 35 minggu dipertimbangkan untuk terminasi kehamilan - Nilai tanda-tanda infeksi - Pada umur kahamilan 32-34 minggu berikan steroid selama 7 hari untuk memacu kematangan paru janin dan bila memungkinkan perikasa kadar lesitin dan spingomyelin tiap minggu b. Terapi Aktif - kehamilan lebih dari 36 minggu, bila 6 jam belum terjadi persalinan maka induksi dengan oksitosin, bila gagal lakukan section cesaria - pada keadaan DKP, letak lintang terminasi kehamilan dengan section cesaria - bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi dan terminasi persalinan a. Bila bishop score kurang dari 5, akhiri persalinan dengan section cesaria b. Bila bishop score lebih dari 5, induksi persalinan dan partus pervaginam c. Bila ada infeksi berat maka lakukan section cesaria Hariadi R. 2004. Ilmu Kedokteran Fetomaternal. Edisi Perdana Himpunan Kedokteran Fetomaternal Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia, Surabaya, : 364-382, 392-393, 426-443. Cunningham FG Mac Donal P.C. 1998. William Obsetric, Edisi 18, Appletion & Lange, 1998 : 881-903 Fernando Arias.1993.Practicial Guide to Hight Risk Pregnancy and Delivery, 2 nd Edition, St. Louis Missiori, USA: 213-223