3. 1. Pemahaman Devosi Kerahiman Ilahi 1.1.
Apa Itu Devosi Kerahiman Ilahi ?
• “Kerahiman Ilahi” mempunyai makna karena “Allah
adalah kasih” (1 Yoh 4:8). Kerahiman terbentuk dari
kelimpahan hidup ilahi, dari kasih Allah yang tercurah
atas seluruh ciptaan-Nya.
• Devosi Kerahiman Ilahi adalah suatu kebaktian yang
memberikan keyakinan kepada umat manusia bahwa
Allah itu maha rahim dan maha pengampun, untuk
percaya penuh kepada Allah dan belajar menerima belas
kasih-Nya dengan ucapan syukur.
• Devosi ini menjadi sekolah rohani bagi rasul Kerahiman
Ilahi maupun para devosan agar mampu melakukan karya
belas kasih kepada sesama dalam pengabdian total
kepada Allah yang berbelas kasih.
4. 2. Allah Adalah Kerahiman
• Kemurahan hati cinta Allah merupakan
tema sentral Kitab Suci. Dalam
Perjanjian Lama, Allah telah
menyatakan kepada Musa bahwa Ia
adalah ”Allah penyayang dan
pengasih, panjang sabar, dan
berlimpah kasih dan setia” (Kel 34:6).
• Bagaimana Tuhan mengajar mereka
dalam kelimpahan kasih, dan setia
kepada mereka serta peduli terhadap
penderitaan mereka.
5. •
• Dalam Perjanjian Baru telah berkembang menjadi pesan
cinta dan belas kasih Allah. Penginjil, Yohanes
mengatakan bahwa Allah “Begitu mengasihi dunia,
sehingga Ia mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal ,
supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak
binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yoh 3:16)
Belas kasih Allah secara khusus dinyatakan ketika Putera
Allah menyerahkan hidup-Nya bagi kita di salib, “ketika
kita masih berdosa” (Rom 5:8).
6. • Kemudian Dia bangkit mulia untuk menyertai kita selalu
dan memberikan harapan akan kehidupan kekal.
• Kita nyatakan dengan kepercayaan yang begitu besar:
“Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang
karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita
kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang
mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan, untuk
menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang
tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang
tersimpan di surga bagi kamu” (1 Ptr 1:3-4).
7. • “Kerahiman Ilahi” mempunyai makna karena
“Allah adalah kasih” (1 Yoh 4:8). Kerahiman
terbentuk dari kelimpahan hidup ilahi, dari kasih
Allah yang tercurah atas seluruh ciptaan-Nya.
• Kita menemukan gema pesan penting yang sama
bagaikan sebuah refrain di seluruh Buku Catatan
Harian St. Faustina.
• “Aku adalah Kasih dan Kerahiman itu sendiri”
(BCH 1074).
8. • “Hati-Ku penuh dengan belaskasih bagi
jiwa-jiwa, teristimewa bagi para pendosa
yang malang … Darah dan Air yang
mengalir dari Hati-Ku sebagai sumber
kerahiman bagi mereka” (BCH 367).
• “Janganlah suatu jiwapun takut mendekati
diri-Ku, meskipun dosanya merah bagaikan
kirmizi” (BCH 699).
9. • “Kerahiman-Ku jauh lebih besar dari dosa-dosamu dan
dosa-dosa seluruh dunia. Siapa yang dapat mengukur
besarnya kebaikan-Ku? Bagimu Aku telah turun dari surga
ke bumi; bagimu Aku mengijinkan diri-Ku dipaku di salib;
bagimu Aku membiarkan Hati Kudus-Ku ditikam sebilah
tombak, agar terbuka lebarlah sumber kerahiman bagi
kamu.
• Datanglah dengan penuh percaya menimba segala rahmat
dari sumber ini” (BCH 1485).
10. 1.3. Pesan Utama Kerahiman Ilahi
• Pesan utama Kerahiman Ilahi, mengingatkan kita
bahwa Allah mengasihi kita semua, tak peduli
betapapun beratnya dosa kita. Tuhan ingin kita
tahu bahwa belas kasih-Nya jauh lebih besar
daripada segala dosa kita; Tuhan mengundang
kita untuk datang kepada-Nya dengan penuh
kepercayaan, menerima belas kasih-Nya dan
membiarkannya mengalir melalui kita kepada
sesama. Dengan demikian segenap umat
manusia akan ikut ambil bagian dalam sukacita-
Nya.
• Pesan ini dapat dengan mudah kita ingat melalui
ABC Kerahiman Ilahi:
11. 1.3.1. Ask For His Mercy 2 Mohon
Belas Kasih Allah
• Tuhan menghendaki kita datang kepada-Nya
dalam doa secara terus-menerus, menyesali
dosa-dosa kita dan mohon agar belas kasih-Nya
dicurahkan atas kita dan atas dunia.
• Melalui sengsara dan wafat Yesus, suatu
samudera belas kasih yang tak terhingga tersedia
bagi kita semua. Tuhan, yang memberikan
kebebasan kepada manusia, Ia tidak mau
memaksakan kehendak apapun pada kita, juga
belas kasih-Nya. Ia menanti kita berbalik dari
dosa-dosa kita dan mohon pada-Nya
• “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu….
Karena setiap orang yang meminta, menerima”
(Mat 7:7-8).
12. • Kitab suci dipenuhi dengan banyak contoh
bagaimana mengandalkan Allah dan memohon
kerahiman-Nya: - iman Abraham dan Musa yang
membela dan “tawar-menawar” dengan Allah -
orang yang mendesak sahabatnya, bangun pada
tengah malam untuk meminjam beberapa roti
kepadanya - janda yang bertekun itu, dibela
haknya oleh hakim yang lalim itu - perempuan
Samaria berargumentasi dengan Yesus mengenai
haknya hingga beroleh belas kasih-Nya -
kesaksian Maria yang memohon belas kasih pada
acara pernikahan di Kana, mendorong Yesus
melakukan mukjijat pertama di hadapan umum,
dan pengakuan bahwa saat-Nya sungguh telah
tiba.
13. • Paus Yohanes Paulus II menggemakan pesan Injil ini dengan urgensi-
urgensi baru saat ini
• “… teristimewa pada saat genting seperti sekarang ini – dapatkah
Gereja melupakan doa, suatu seruan mohon belas kasih Allah ….
Gereja mengemban tugas dan kewajiban untuk datang kepada Allah
yang berbelas kasih `dengan suara lantang” (Dives in Misericordia,
15).
• Kepada St Faustina, Yesus sekali lagi menyatakan pesan yang sama.
Yesus memberinya tiga cara baru untuk mohon belas kasih-Nya
dengan mengandalkan jasa-jasa sengsara-Nya, yaitu: - Doa Koronka,
- Novena dan - Doa Jam Kerahiman (jam 3 siang). Yesus
mengajarkan bagaimana mengubah hidup sehari-hari menjadi suatu
doa yang tak kunjung henti mohon belas kasih Allah. Melalui rasul
kerahiman-Nya, Yesus memanggil kita semua untuk mohon belas
kasih-Nya.
14. • “Jiwa-jiwa yang mohon belas kasih-Ku menyenangkan
hati-Ku. Kepada jiwa-jiwa ini aku menganugerahkan
rahmat, bahkan lebih banyak dari yang mereka minta. Aku
tak dapat menghukum bahkan seorang pendosa besar
sekalipun, jika ia mohon belas kasih-Ku” (BCH 1146).
• “Mohonlah belas kasih bagi seluruh dunia” (BCH 570).
• “Tak satu jiwa pun yang mohon belas kasih-Ku akan
dikecewakan” (BCH 1541).”
15. 1.3.2. Be Merciful 2Berbelas Kasih
Kepada Sesama
• Tuhan menghendaki kita menerima belas kasih-
Nya dan membiarkannya mengalir melalui kita
kepada sesama. Tuhan menghendaki kita
memperluas kasih serta pengampunan kepada
sesama seperti yang Ia lakukan kepada kita.
• Belas kasih adalah perwujudan kasih yang
berusaha meringankan penderitaan sesama.
Belas kasih adalah kasih yang hidup, yang
dicurahkan atas sesama guna menyembuhkan,
melegakan, menghibur, mengampuni, menghapus
rasa sakit. Itulah kasih yang Tuhan tawarkan
kepada kita dan itulah kasih yang Ia kehendaki
kita tawarkan kepada sesama.
16. •
• “Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu
supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah
mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling
mengasihi.” (Yoh 13:34)
• “Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapa-Mu
adalah murah hati” (Luk 6:36).
Berulang kali Kitab Suci mengingatkan kita bahwa,
”Ukuran yang kita pakai untuk sesama akan diukurkan
pada kita” (Luk 6:38), bagi DIA serius “ampunilah kami
akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni
orang yang bersalah kepada kami” (Mat 6:12-14).
“Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka
akan beroleh kemurahan” (Mat 5: 7). “Sebab penghakiman
yang tak berbelas kasih akan berlaku atas orang yang tak
berbelas kasih.
• Tetapi belaskasih akan menang atas penghakiman” (Yak
2: 13). “Perumpamaan tentang: Orang Samaria yang
murah hati” (Luk10: 25-37). “Orang kaya dan Lazarus”
17. • Betapa Tuhan juga menekankan hal yang serupa
kepada St Faustina!
• “Aku menghendaki perbuatan-perbuatan belas
kasih yang muncul karena kasih kepada-Ku.
Hendaklah kalian menunjukkan belas kasih
kepada sesama di setiap waktu dan di setiap
tempat. Janganlah kalian berkecil hati atau
berusaha mencari-cari alasan untuk tidak
melakukannya…. Bahkan iman yang terkuat
sekalipun tak akan ada gunanya tanpa disertai
perbuatan” (BCH 742).
• “Apabila jiwa tak melakukan perbuatan belas
kasih dengan cara apapun, ia tak akan
mendapatkan belas kasih-Ku pada hari
penghakiman” (BCH, 1317).
18. 1.3.3. Completely Trust 2 Percaya Penuh
Kepada-nya
• Rahmat belas kasih Allah tergantung pada besarnya
kepercayaan kita. Semakin besar kepercayaan kita
kepada-Nya, semakin berlimpah rahmat yang kita terima.
• Mengandalkan Yesus merupakan intisari pesan
kerahiman. Apabila kita pergi ke sumber mata air umum,
kita dapat menimba sepuas-puasnya asal saja kita
memiliki timba sebagai wadah air. Dengan timba kecil, kita
hanya mengambil sedikit air, jika besar kita dapat
mengambil banyak. Dan siapapun dengan sebuah timba
dapat menimba air dari sumber itu. Air itu tersedia bagi
kita, dan tidak seorangpun yang dilarang. Kita semua
membutuhkan sebuah timba.
• Demikian juga dengan belas kasih Allah. Berulang kali
dalam penampakan kepada St. Faustina, Juruselamat Ilahi
kita menegaskan bahwa sumber mata air itu adalah Hati-
Nya, air adalah belas kasih-Nya, dan timba adalah
kepercayaan kita.
19. •
•
• “Aku telah membuka Hati-Ku sebagai sumber belas kasih
yang hidup. Biarlah segenap jiwa menimba hidup darinya.
Biarlah mereka mendekati samudera belas kasih ini
dengan penuh kepercayaan” (BCH 1520).
• “Di salib, sumber belas kasih-Ku dibuka lebar dengan
tombak bagi segenap jiwa - tak suatu jiwa pun Aku
kecualikan” (BCH 1182).
• “Aku menawarkan kepada manusia suatu timba agar
mereka terus-menerus datang menimba rahmat-rahmat
dari sumber belas kasih itu. Timba itu adalah lukisan
dengan tulisan, “Yesus, Engkau Andalanku” (BCH 327).
“Rahmat belas kasih-Ku diperoleh dengan sarana satu
timba saja, yaitu - percaya. Semakin besar suatu jiwa
percaya, semakin banyak ia menerima” (BCH 1578)
• Tuhan mengingatkan bahwa kita dapat mengandalkan
Kasih-Nya …. Bahwa hanya Dia yang pantas kita percaya:
“Aku tak pernah menolak hati yang remuk redam” (BCH
1485).
20. •
• Percaya mendorong kita berbalik kembali kepada
Allah, melakukan perubahan nyata seluruh hidup,
bertobat dan mengampuni sesama. Percaya menjadi
suatu iman yang hidup.
• Percaya penuh berarti:
membiarkan Tuhan adalah Tuhan daripada mencoba
menjadikan diri sendiri sebagai Tuhan
• (setuju bahwa Tuhan boleh menggubah rancangan
hidup kita, daripada memaksakan rancangan kita
sendiri;
menepati janji luhur yang kita ucapkan dalam Doa
Bapa Kami, “Jadilah kehendak-Mu” (bukan
kehendakku) “di atas bumi seperti di dalam surga”;
• bahkan di saat-saat menderita, kita berseru seperti
Yesus di Taman Getsemani, “Bukanlah kehendak-Ku,
melainkan kehendak-Mulah yang terjadi” (Luk 22:42).
21. • Allah adalah Kerahiman itu sendiri, maka kita
dipanggil untuk mempraktekkan ABC Kerahiman,
dengan kepercayaan penuh kepada Yesus.
Tuhan memenuhi kita dengan rahmat-Nya agar
kita dapat berbelas kasih seperti Bapa Surgawi
penuh belas kasih.
• “Aku adalah Kasih dan Kerahiman itu sendiri.
Apabila jiwa datang kepada-Ku dengan penuh
kepercayaan, Aku akan memenuhinya dengan
kelimpahan rahmat hingga jiwa itu sendiri tak
mampu menampungnya, melainkan juga
menyalurkannya kepada jiwa-jiwa lain” (BCH
1074).
22. 2. Penghayatan Kerahiman Ilahi
• Kita tahu Kerahiman Ilahi merupakan jantung
Kitab Suci, tetapi bagaimana belas kasih itu dapat
kita alami dalam kehidupan kita sendiri?
• “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan
berbeban berat, Aku akan memberikan kelegaan
kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan
belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan
rendah hati dan jiwamu akan mendapat
ketenangan (Mat 11: 28-29)
• Yesus berkata kepada St. Faustina:
• “Katakan kepada umat manusia yang menderita
karena dosa untuk semakin mendekat kepada
Hati-Ku yang penuh belas kasih, dan Aku akan
memenuhi hatinya dengan ketenangan (BCH,
1074).
23. • Maka hanya dengan mendekat kepada Yesus ,
Sang Inkarnasi Kerahiman Ilahi, dan yang
berharap penuh kepada-Nya, kita dapat
sepenuhnya mengalami kasih Allah dan damai
sejahtera-Nya.
• Tempat yang paling baik mengalami kasih
kerahiman Yesus adalah di dalam Gereja-Nya,
oleh St. Paulus disebut, “TUBUH KRISTUS” (1Kor
12:27)
• Seluruh “PROGRAM KERAHIMAN” ada di dalam
Tubuh Kristus yaitu Gereja. Gereja memaklumkan
belas kasih Allah dan menyalurkan Sakramen
Belas kasih. Sebagai Tubuh Kristus, Gereja
memohonkan belas kasih Allah bagi seluruh
dunia. Juga Maria, Bunda yang berbelas kasih
dan Bunda Gereja, menjalankan tugas khusus
24. 2.1. Gereja: Agen Belas Kasih
•
• Paus Yohanes Paulus II mengatakan dalam ensikliknya
Dives in Misericordia (Kaya dalam kerahiman) bahwa
seluruh kehidupan dan misi Gereja berpusat pada Yesus,
Sang Kerahiman Ilahi, yang memberi kuasa kepada
Gereja untuk menyatakan, mengamalkan, memohonkan
belas kasih Allah.
“Program Penyelamatan Kristus atau Program belas kasih
Allah, menjadi program umat-Nya, yaitu program Gereja”
(Dives in Misericordia, 8).
• “Gereja menyatakan kebenaran belas kasih Allah dalam
wafat dan kebangkitan Kristus, dan mengungkapkannya
dalam berbagai cara. Selanjutnya Gereja berusaha
mengamalkan belas kasih dari umat untuk umat. Gereja
melihat hal itu sangat penting dan tidak bisa ditawar-tawar
lagi agar sanggup menghadapi keadaan apapun dalam
suka dan kecemasan bersama di dalam dunia yang lebih
mengasihi, hari ini dan esok” (Dives in Misericordia,15).
25. • “Akhirnya, Gereja – menyatakan Belas kasih dan
tetap selalu beriman penuh – juga mempunyai
hak dan kewajiban memohon belas kasih Allah,
dalam menghadapi perwujudan setan baik secara
fisik maupun moral, sebelum segala ancaman
meredupkan semua horizon kehidupan manusiawi
hari ini (Dives in Misericordia 12)
• Secara khusus Bapa Suci menegaskan: “ Gereja
hidup secara otentik bila mengakui dan
menyatakan belas kasih – atribut Sang Pencipta
dan Penebus yang sangat mengagumkan – dan
bila Gereja membawa umat mendekat ke sumber
belas kasih Sang Penyelamat, maka Gereja
adalah wakil dan agen belas kasih (khususnya
melalui Sakramen Ekaristi dan Rekonsiliasi).
Dives in Misericordia, 13.
26. 2.2. Ekaristi: Kehadiran Kerahiman Ilahi
• Dalam kebesaran kasih-Nya kepada kita, Tuhan Yesus
menganugerahkan mukjizat belas kasih yang luar biasa
yaitu Sakramen Ekaristi Kudus.
• Allah tidak hanya menjadi manusia, dalam inkarnasi Yesus
memberikan hidup-Nya bagi kita di salib dan bangkit
mulia. Inkarnasi juga mengharapkan Yesus tetap tinggal
bersama kita dalam waktu ekaristi. Dengan mukjizat
terbesar dari kasih Allah ini, Yesus hadir secara nyata
bersama kita dalam rupa roti dan anggur.
• Paus Paulus VI menulis dalam bukunya: “The Credo of the
People of God” (1968) ”Eksistensi kemuliaan Allah di
surga yang unik dan tak terbagi itu dihadirkan kembali
pada banyak tempat di bumi ini melalui perayaan ekaristi.
Kemuliaan Allah yang dihadirkan oleh Sakramen
Mahakudus di dalam tabernakel, menjadi jantung
kehidupan Gereja kita masing-masing. Tugas kita yang
terindah adalah menghormati dan menyembah Hosti
Kudus yang bisa dilihat mata, Inkarnasi dari Sabda yang
27. •
• Ekaristi adalah pusat devosi kepada Kerahiman Ilahi.
Unsur-unsur devosi itu ada yang bersumber pada
Ekaristi – Lukisan Yesus Kerahiman Ilahi - doa
koronka dan - Pesta Kerahiman Ilahi. Lukisan Yesus
Kerahiman dengan sinar berwarna merah dan
berwarna pucat, menggambarkan Yesus yang
Ekaristis, yang Hati-Nya telah ditikam dan
memancarkan darah dan air sebagai sumber belas
kasih bagi kita. Lukisan Kerahiman Ilahi merupakan
gambaran akan anugerah kurban belas kasih Tuhan
yang dihadirkan dalam setiap perayaan Misa.
Beberapa kali, St Faustina menulis penglihatannya:
“sinar berwarna merah dan yang berwarna pucat
memancar, bukan dari lukisan, melainkan dari Hosti
Kudus; dan suatu ketika, sementara imam
mengunjukkan Sakramen Mahakudus, ia melihat
kedua sinar yang berasal dari lukisan menembusi
Hosti Kudus dan dari Hosti memancar ke segenap
28. •
• Konsep Ekaristi sebagai sumber rahmat dan belas
kasih ini bukan hanya didapati dalam Buku Catatan
Harian, melainkan juga dalam ajaran Gereja. Gereja
dengan jelas mengajarkan bahwa sakramen-sakramen
yang lain diarahkan kepada Ekaristi dan menimba
kekuatan darinya.
Dalam Konstitusi Liturgi Kudus, dijelaskan, “Jadi dari
liturgi, terutama dari Ekaristi, bagaikan dari sumber,
mengalirlah rahmat kepada kita.”(SC 10) Dan dalam
suatu catatan dalam Katekismus Konsili Trente, para
imam didorong untuk “membandingkan Ekaristi
dengan sumber mata air dan sakramen-sakramen
lainnya dengan anak-anak sungai. Ekaristi Kudus
sesungguhnya pantas disebut sumber segala rahmat,
sebab di dalamnya terkandung pemberian surgawi
dan rahmat itu sendiri. Tuhan Yesus Kristus, Sang
Pencipta segala sakramen, menjadi sumber kebajikan
dan kesempurnaan dari sakramen-sakramen lainnya.”
29. • “O, betapa suatu misteri yang menakjubkan terjadi
dalam Misa Kudus! ... Suatu hari kelak kita akan tahu
apa yang Tuhan perbuat bagi kita dalam setiap Misa,
dan karunia-karunia apa yang Ia sediakan bagi kita di
dalamnya. Hanya kasih ilahi-Nya yang dapat
memperkenankan suatu karunia yang sedemikian
terjamin bagi kita… sumber hidup ini memancar
dengan indah dan kuat” (BCH, 914).
• “Segala yang baik dalam diriku berasal dari Komuni
Kudus” (BCH, 1392).
• “Di sinilah terletak segala rahasia kekudusanku”
(BCH, 1489).
• “Satu hal saja yang menopangku, yaitu Komuni
Kudus. Dari Komuni Kudus aku menimba segala
kekuatanku; di dalamnya ada segala penghiburanku
…. Yesus yang tersamar dalam Hosti Kudus adalah
segalanya bagiku …. Aku tidak akan tahu bagaimana
memuliakan Allah jika aku tidak memiliki Ekaristi
30. 2.3. rekonsiliasi : pengadilan belas kasih
• Guna membantu kita mempersiapkan diri
dalam menyambut Tubuh dan Darah, Jiwa dan
ke-Allah-an Juruselamat kita yang Maharahim
dalam Ekaristi, Tuhan meninggalkan bagi kita
suatu “mukjizat belas kasih” yang lain, yaitu
Sakramen Rekonsiliasi. Di sini, juga, Yesus
menghadirkan diri bagi kita - tak peduli
betapapun beratnya dosa kita - sebagai
Juruselamat yang Maharahim, sumber belas
kasih yang membasuh, menghibur,
mengampuni dan memulihkan hidup .
• “Apabila engkau datang dalam Sakramen
Tobat, kepada sumber belas kasih ini, Darah
dan Air yang memancar dari HatiKu
senantiasa tercurah merasuki jiwamu” (BCH
1602).
31. • “Dalam Pengadilan Belas Kasih (Sakramen
Rekonsiliasi) … mukjizat-mukjizat terbesar
terjadi berulang kali dan tak kunjung henti”
(BCH, 1448).
• “Di sini, jiwa yang bersengsara bertemu
dengan Allah yang berbelas kasih” (BCH,
1602). “Datanglah dengan iman di hadapan
wakil-Ku” (BCH, 1448).
• “Aku Sendiri yang menantikan engkau di sana.
Aku hanya tersamar dalam diri imam … Aku
Sendiri yang bertindak dalam jiwamu” (BCH
1602).
• “Akuilah segala dosamu di hadapan-Ku.
Pribadi imam, bagi-Ku, hanyalah sekedar
selubung. Janganlah pernah menilai imam
macam apa yang sedang Aku pergunakan
32. • “Walau suatu jiwa rusak bagaikan mayat yang sedang
membusuk, hingga dari sudut pandang manusia tidak
akan ada lagi harapan pemulihan dan segalanya sia-
sia belaka, namun tidak demikian bagi Allah. Mukjizat
Belas Kasih memulihkan jiwa itu sepenuhnya . Oh,
sungguh menyedihkan jiwa-jiwa yang tidak
mempergunakan kesempatan mukjizat belas kasih
Allah! Kamu mungkin akan berteriak dalam kesia-
siaan, namun sudah terlambat (BCH, 1448).”
• Mengingat pentingnya kedua sakramen belas kasih
ini, Tuhan menetapkan keduanya sebagai prasyarat
untuk mendapatkan janji-Nya yaitu indulgensi,
pengampunan penuh atas dosa dan siksa dosa, bagi
mereka yang merayakan Pesta Kerahiman Ilahi. Paus
Yohanes Paulus II, telah berulang kali menekankan
pentingnya pesan kerahiman itu, mendesak kita
bahwa “Gereja yang menyambut kedatangan Tuhan
yang baru … harus menjadi Gereja Ekaristi dan Tobat”
33. • “Sesungguhnya, segera sesudah sengsara dan wafat-
Nya, tepat pada hari Kebangkitan-Nya, dalam peristiwa
kunjungan pertama kepada para Rasul yang
berkumpul di Senakel, [di mana dilaksanakan
penetapan Ekaristi] Yesus Kristus mengucapkan kata-
kata ini: `Terimalah Roh Kudus. Jikalau kamu
mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan
jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada,
dosanya tetap ada' (Yoh 20:22-23). Pentingnya kata-
kata dan peristiwa ini sebegitu rupa hingga hendaknya
dianggap sejajar dengan pentingnya Ekaristi itu
sendiri” (Penitential Catechesis).
• Di dalam Buku Catatan Hariannya, St. Faustina
menunjukkan bahwa Sakramen Rekonsiliasi bukan
hanya memberikan bagi kita pengampunan Allah,
tetapi juga menyembuhkan jiwa yang terluka oleh
dosa:
• “Mengenai Pengakuan Suci, ada dua macam manfaat
34. • Yesus Kristus, dokter jiwa dan tubuh kita, yang telah
mengampuni dosa orang lumpuh dan telah memberi
kembali kesehatan kepadanya (bdk. Mrk 2:1-12),
menghendaki bahwa Gereja-Nya melanjutkan karya
penyembuhan dan penyelamatan-Nya dalam kekuatan
Roh Kudus. Karya ini juga dibutuhkan anggota-
anggota Gereja sendiri. Ada dua Sakramen
penyembuhan: Sakramen Pengakuan dan Pengurapan
Orang Sakit. (Katekismus Gereja Katolik, 1421)
• "Seluruh hasil Pengakuan ialah bahwa ia memberi
kembali kepada kita rahmat Allah dan menyatukan kita
dengan Dia dalam persahabatan yang erat". Dengan
demikian tujuan dan hasil Sakramen ini adalah
perdamaian dengan Allah. Bagi mereka yang
menerima Sakramen Pengakuan dengan penuh sesal
dan khidmat, dapat menyusullah "perdamaian dan
kegembiraan hati nurani, dihubungkan dengan
hiburan roh yang kuat". Sakramen perdamaian dengan
35. 2.4. doa: mohon kerahiman ilahi
• Sakramen-sakramen yang disertai dengan, doa
bersama dan doa pribadi sekaligus penting jika kita
mengalami belas kasih Allah. Doa yang benar
merupakan dialog antara jiwa yang penuh
kepercayaan dengan belas kasih Allah. Apakah kita
sedang mengakui dosa-dosa kita di dalam doa,
melambungkan pujian atau mengucap syukur kepada
Tuhan. Doa yg mengalir dari kepercayaan kita dalam
cinta belaskasih Allah itu memberi kita peluang untuk
lebih menerima kasih-Nya.
• Doa permohonan juga harus mengalir dari
kepercayaan penuh akan belas kasih Allah. Karena
“Allah adalah cinta dan belas kasih itu sendiri” (BCH,
1074). Ia selalu mencurahkan cinta - belas kasih-Nya
ke dalam hati kita jika kita tekun memohon akan
menerima-Nya. Yesus mengatakan: “Lihat, Aku berdiri
di muka pintu dan mengetuk” (Why 3:20). Melalui doa
permohonan kita yang sederhana, kita membuka pintu
36. •
•
• “ Yesus memberiku pengertian bagaimana suatu jiwa
diharapkan berdoa penuh iman meskipun ada siksaan,
kekeringan, dan godaan. Realisasi rencana Allah yang
besar sesungguhnya tergantung pada doa itu.
Seringkali kita frustasi terhadap kehendak Allah yang
terjadi melalui atau di dalam kita” (BCH, 872).
“Dengan doa novena, Aku akan menganugerahkan
sebanyak mungkin rahmat bagi jiwa-jiwa” (BCH 796)
• “Mintalah rahmat bagi mereka, supaya merekapun
memuliakan kerahiman-Ku” (BCH 1160)
• “Anak-Ku, doronglah agar semua jiwa mendoakan
koronka yang Kuajarkan padamu, sehingga Aku dapat
memberi apa yang mereka minta dari-Ku. Bila para
pendosa mendoakannya, Aku akan melimpahi jiwa
mereka dengan damai dan saat ajalnya akan bahagia”
(BCH 1541).
“Sebentar lagi kamu akan mendatangi seseorang yang
menghadapi ajalnya. Teruslah berdoa koronka.
37.
38. • Secara khusus Yesus memikirkan orang-orang
berdosa, maka berulang kali Ia minta doa untuk
mereka:
• “Hilangnya setiap jiwa membuat Aku sedih luar biasa.
Engkau selalu menghibur Aku jika engkau mendoakan
orang-orang berdosa. Doa yang paling menyenangkan
Aku ialah doa untuk keselamatan jiwa-jiwa orang
berdosa. Ketahuilah putri-Ku, bahwa doa ini selalu
dikabulkan” (BCH 1397).
• Selain orang-orang berdosa, Yesus minta doa bagi
para imam dan kaum religius di biara, yaitu mereka
yang menuntun umat Allah dijalan menuju
keselamatan. Mereka sangat rapuh dan membutuhkan
dukungan doa.
• “Kupercayakan ke dalam lindunganmu dua mutiara
yang sangat bernilaibagi hati-Ku, yaitu jiwa-jiwa para
imam dan jiwa-jiwa para religius di biara. Berdoalah
secara khusus bagi mereka. Kekuatan mereka ada
39. • Yesus minta melalui St. Faustina untuk selalu
membawa jiwa-jiwa yang ada dalam api penyucian
kepada Kerahiman Ilahi, karena mereka hanya
bergantung dari belaskasih kita untuk memohonkan
belas kasih pengampunan Allah atas segala dosa
maupun hukuman dosa yang masih harus
ditanggungnya
• “Hari ini bawalah kepada-Ku jiwa-jiwa yang berada
dalam kurungan api penyucian, dan benamkanlah
mereka dalam samudera kerahiman-Ku. Biarlah aliran-
aliran Darah-Ku menyejukkan mereka yang
kepanasan. Semua jiwa itu sangat Kukasihi. Mereka
sedang menebus keadilan-Ku. Engkau mampu
memberi kelegaan kepada mereka. Ambillah dari
perbendaharaan Gereja segala indulgensi dan
persembahkanlah itu bagi mereka. Oh, seandainya
engkau mengetahui sengsara mereka, tentu tanpa
henti-hentinya, demi mereka itu, akan kau
40. 2.5. santa perawan maria : bunda belas
kasih
•
• “Salam Ratu Tersuci, Bunda Belas Kasih….” Selama
berabad-abad umat beriman menyapa Bunda Maria
dengan gelar ini, dan sekarang, pada abad modern,
Paus Yohanes Paulus II menghadirkan kembali di
hadapan kita pentingnya peran unik Bunda Maria
dalam rencana belas kasih Allah yang kekal.
Dalam ensikliknya, Dives In Misericordia, Bapa Suci
menyisihkan satu bagian yang sepenuhnya
dipersembahkan kepada Santa Perawan Maria “Bunda
Belas Kasih”. Dialah, menurut Bapa Suci, yang
memiliki pemahaman paling mendalam akan belas
kasih Allah, dialah yang, layak dan pantas menerima
belas kasih Allah. Dia dipanggil dengan suatu cara
yang istimewa untuk ikut ambil bagian dalam misi
Putranya dalam menyatakan kasih-Nya, Bunda Maria
tak kunjung henti mewartakan belas kasih-Nya “dari
generasi ke generasi”.
41. • Bagi St Faustina, Bunda Maria adalah sumber
belas kasih Allah yang tak habis-habisnya,
sebagai bunda, pelindung, guru, dan
perantara. Dari Santa Perawan, ia menerima
karunia kemurnian yang istimewa, kekuatan
dalam penderitaan, dan pengajaran-
pengajaran yang tak terhitung banyaknya
mengenai kehidupan rohani.
• “Bunda Maria adalah instrukturku, yang
senantiasa mengajariku bagaimana hidup bagi
Allah” (BCH 620).
• “Semakin aku meneladani Bunda Allah,
semakin lebih mendalam aku mengenal Allah”
(BCH 843).
• “Sebelum menerima Komuni Kudus, dengan
sungguh aku mohon Bunda Allah untuk
42. • “Bunda Maria mengajarkan kepadaku
bagaimana mengasihi Tuhan dari lubuk hati
yang terdalam dan bagaimana melaksanakan
kehendak-Nya yang kudus dalam segala hal. O
Maria, Engkaulah sukacita, sebab melalui
Engkau, Allah turun ke dalam dunia (dan) ke
dalam hatiku” (BCH, 40).
• “O Maria, Bundaku, … aku mempercayakan
segalanya dalam tangan Bunda” (BCH 79).
• “Aku bukan saja Ratu Surga, melainkan juga
Bunda Belas Kasih dan Bunda-mu” (BCH 330).
• “Aku Bunda bagi kalian semua, syukur kepada
kerahiman Allah yang tak terselami” (BCH
449).
43. 3. mewartakan kerahiman ilahi
• Paus Yohanes Paulus II mengatakan, “Gereja
harus mengingat bahwa salah satu tugas
utamanya - di setiap tahap sejarah manusia
dan teristimewa di abad modern sekarang ini -
mewartakan dan menghantar hidup ke dalam
misteri kerahiman yang sangat nyata di dalam
diri Yesus Kristus” (Dives In Misericordia, 14).
• Pentingnya mewartakan Kerahiman Ilahi ini
merupakan tema yang terus-menerus muncul
secara teratur dalam Buku Catatan Harian St
Faustina:
• Wartakanlah ke seluruh dunia kerahiman-Ku
yang tak terselami (BCH, 1142).
• Wartakanlah sifat Allah yang utama yaitu
kerahiman. Segala karya tangan-Ku
dimahkotai dengan belas kasih (BCH, 301)
44. •
• Jiwa-jiwa yang mewartakan hormat kepada kerahiman
Ilahi akan Aku lindungi sepanjang hidup bagaikan seorang
ibunda yang lembut hati menjaga bayinya, dan di saat
ajalnya, Aku bukan lagi menjadi hakim, melainkan
Juruselamat yang maha rahim (BCH 1075).
• Lakukanlah apapun dengan segenap kekuatanmu untuk
menyebarkan Devosi Kerahiman Ilahi. Aku akan
menyempurnakan kekuranganmu. Katakanlah kepada
segenap umat manusia yang sakit untuk datang merapat
pada Hati-Ku yang berbelas kasih, Aku akan
memenuhinya dengan damai sejahtera (BCH, 1074).
Katakanlah kepada para imam-Ku bahwa para pendosa
yang keras hati akan bertobat karena mendengarkan
perkataan mereka saat para imam-Ku itu berbicara
mengenai kerahiman-Ku yang tak terselami, belas kasihan
Hati-Ku tersedia bagi mereka. Kepada para imam yang
mewartakan serta mengagungkan kerahiman-Ku, Aku
akan menganugerahkan kuasa yang menakjubkan; Aku
45. 3.1. sarana pewartaan
• Yesus memberikan sarana-sarana yang menjadi unsur-
unsur devosi kerahiman Ilahi, yaitu: Lukisan Yesus
Kerahiman ilahi, Pesta kerahiman Ilahi, Novena
Kerahiman Ilahi dan Doa Koronka, Jam Kerahiman (Saat
Yesus Wafat)
• Paus Yohanes Paulus II dalam ensiklik “Dives in
Misericordia” menulis bahwa Gereja mengakui kerahiman
Allah, memaklumkannya, mengamalkan belas kasihnya
dan memohon kerahiman Allah. Itulah tugas dan
kewajiban Gereja mewujudkan nasehat Injil.
• Pembaruan hidup rohani, pengalaman akan belas kasih
Allah bagi orang-orang yang melibatkan diri dalam
kerasulan devosi Kerahiman Ilahi dapat mengubah hidup
seperti Yesus. Hidup dalam penyerahan total kepada
Allah, melaksanakan kehendak-Nya, hingga berani
memberikan kesaksian hidup kristiani yang selalu
bersandar pada kekuatan cinta Allah dan bersikap penuh
belas kasih pada sesama. Seperti yang diungkapkan
46. 3.2. mengamalkan perbuatan belaskasih
• Mengamalkan belas kasih bukan suatu pilihan dari praktek
Devosi Kerahiman Ilahi ini, melainkan suatu keharusan!
Kita perlu menunjukkan belas kasih kepada sesama dalam
perbuatan.
• “Engkau seharusnya menjadi orang pertama yang
sepenuhnya mengandalkan kerahiman- perbuatan belas
kasih yang harus mengalir dari kasih kepada-Ku. Belas
kasih harus kau tunjukkan kapan saja dan di mana saja
kepada sesama. Engkau tak boleh menjauhi tugas ini atau
mencari alasan untuk tidak melakukannya. Aku
memberikan tiga cara mengamalkan perbuatan belas
kasih kepada sesama: Pertama - PERBUATAN, kedua –
PERKATAAN, ketiga - DOA. Dalam tiga tingkatan belas
kasih ini, terkandung kepenuhan belas kasih (BCH 742).”
47. karya-karya belas kasih jasmani:
• Kita semua dipanggil untuk mengamalkan
ketiga tingkatan belas kasih ini, dengan cara
yang berbeda. Tuhan memahami pribadi dan
situasi kita masing-masing yang unik. Dengan
berbagai macam cara kita dapat menyatakan
belas kasih-Nya dalam hidup kita sehari-hari.
• KARYA-KARYA BELAS KASIH JASMANI:
• Memberi makan kepada yang lapar
• Memberi minum kepada yang haus
• Memberi tumpangan kepada tunawisma
• Mengenakan pakaian kepada yang telanjang
• Mengunjungi orang miskin
• Mengunjungi orang tahanan
• Menguburkan orang mati
48. karya-karya belas kasih rohani:
– MENGAJAR
– MEMBERI NASEHAT
– MENGHIBUR
– MEMBESARKAN HATI
– MENGAMPUNI
– MENANGGUNG DENGAN SABAR HATI
– MENDOAKAN MEREKA YANG HIDUP DAN
MATI
49. 3.3. menjadi rasul kerahiman
• Di Krakow, Paus Yohanes Paulus II berkata: “Hendaknya
amanat ini menyebar dari tempat ini ke seluruh tanah air
tercinta dan seluruh dunia. Janji Tuhan melalui St.
Faustina kiranya digenapi, dari sini akan muncul nyala api
kecil yang akan mempersiapkan dunia akan kedatangan-
Ku yang terakhir (BCH 1732)”.
• Nyala api kecil itu perlu dikobarkan. Amanat kerahiman
perlu diteruskan kepada dunia. Dalam Kerahiman Ilahi itu
dunia menemukan kedamaian dan manusia menemukan
kebahagiaan. Tugas ini saya percayakan kepadamu,
saudara-saudari terkasih, kepada Gereja di Krakow dan di
Polandia, dan juga kepada semua pencinta devosi
kerahiman Ilahi yang akan datang ke sini dari Polandia
dan dari seluruh dunia, Jadilah saksi kerahiman.
50. • Sebagai umat katolik kita para devosan hendaknya membangun
persekutuan dalam suatu paguyuban mulai di lingkungan, wilayah,
paroki, dan keuskupan. Paguyuban-paguyuban ini bisa menjadi
jaringan karya dan doa yang dapat saling meneguhkan dan
membantu satu sama lain. Inilah semangat Gereja Perdana yang
ingin kita bangun bersama mulai basis lingkungan, sampai ketingkat
paroki dan keuskupan kita masing-masing. Lalu kita tingkatkan
membangun jaringan persaudaraan antar paroki, antar keuskupan,
antar Negara maupun dengan kelompok-kelompok lain.
• Di dalam paguyuban kita bisa berdoa bersama, belajar dan refleksi
bersama lewat seminar, rekoleksi, konvensi maupun kegiatan dan
karya kerahiman lainnya. Perlu diingat kita diberi banyak karunia
untuk membangun kemajuan bersama. Hal ini harus kita syukuri!
Namun kita juga diberi banyak kelemahan dan kekurangan agar kita
boleh belajar dari orang lain, dan mau belajar dari Tuhan Yesus
sendiri menjadi orang yang bijak, dan rendah hati. Tidak memaksa
kehendak sendiri tetapi membiarkan rencana dan penyelenggaraan
ilahi boleh terjadi.
51. • Semakin bertambah banyak anggota maupun
berbagai aktivitas kegiatan yang ada , maka
semakin banyak konflik yang terjadi karena
perbedaan kepentingan didalam anggota-
anggota yang ada. Para pengurus paguyuban
jangan merasa kecewa, takut atau gelisah,
semakin banyak kesulitan yang timbul akan
semakin banyak pula rahmat dan belas kasih
yang akan dicurahkan bagi kita. Kita bisa belajar
dari pengalaman para rasul, dalam doa mereka
tidak minta dilepaskan dari kesulitan tetapi minta
diberi keberanian sebagai pewarta, mujizat
terjadi dan mereka penuh dengan Roh Kudus
(bdk. Kis
4:23-31). Di dalam doa dan iman kepercayaan
kita karunia belas kasih Allah itu semakin
berkembang dalam hati dan menyatu dalam jiwa.