SlideShare a Scribd company logo
38 Jurnal Kebijakan Publik, Volume 3, Nomor 1, Maret 2012, hlm. 1-55
Pergeseran Paradigma Sentralisasi ke Desentralisasi
DalamMewujudkan Good Governance
IRWAN WARIS
Program Studi Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Tadulako,
Kampus Bumi Bahari Tadulako, Tondo, Palu, Sulawesi Tengah, Telp/Fax (0451) 422966
Abstract: Changing paradigms sentralized become decentralized, it is not easy. The problem is the conception
of centralization has been understood by the people during the Dutch colonial era, the end of the Sukarno
government (Guided Democracy), and in the reign of Suharto (New Order). It is therefore not too surprising
that the management of decentralization in the form of regional autonomy by using the concept of good
governance does not take place as expected. The application of this conception in the visible region was still
loaded with centralistic conception. The question is, should we give up? Should not give up, because something
new is to be learned while implemented. The thing to keep in mind is, in the learning phase should not be too
long and costly, especially at the expense of the people.
.
Keywords: Sentralized, decentralized, and good governance.
Sejak tumbangnya Rezim Soeharto (Orde
Baru), 21 Mei 1998, Indonesia memasuki fase
baru dalam system politik dan pemerintahan,
yakniterjadinyapergeseranparadigmadarisen-
tralisasi ke sistem desentralisasi. Kalangan
ReformisyangberhasilmenumbangkanRezim
OrdeBaru,salahsatucita-citanyaadalahmeng-
ganti system sentralisasi dengan sistem desen-
tralisasi sebagai bagian dari demokratisasi dan
menjalankannya menurut konsep good gover-
nance.
Jikadirujukkebelakangsebelumtumbang-
nyarezimOrdeBaru,dalamkurunwaktuyang
cukuplama,Indonesia menjadikan paradigma
pembangunansebagailandasannilaiyangmen-
jadiacaundariseluruhkebijakanpemerintahan.
Untuk memudahkan pelaksanaan paradigma
yangberorientasipembangunanini,pemerintah
Orde Baru menerapkan system pemerintahan
yangsentralistik,paternalistik,dansangat birok-
ratik (birocratic polity).Waktu itu GBHN dan
Repelita sebagai instrument utama dari penye-
lenggaraanpemerintahanOrdeBarusaratdengan
konsep dan rencana pembangunan yang mem-
perlihatkan pola sentralistik itu. Untuk melak-
sanakannya,pemerintahtampilsebagaipemeran
utamadaripembangunannasionalitu.Tujuannya
jelas:akselerasipembangunan.Pilihaninidiambil
karena di bawah pemerintahan sebelumnya,
ekonominasionalIndonesia memangterpuruk,
dengan tingkat pengangguran dan kemiskinan
yang sangat tinggi. Di lain sisi investasi asing
dapatdikatakanhampirnihil.
Sebenarnya, tidak ada yang salah dengan
paradigmapembangunanyangdilaksanakanoleh
Orde Baru itu. Hanya saja setelah dijalankan
sekian lama ternyata menimbulkan implikasi,
yakni terselenggaranya system pemerintahan
yang sentralistik. Sistem ini harus diterapkan,
karena menurutpemerintahpembangunanhanya
dapatterlaksanajikaterciptastabilitaspolitikdan
keamanan,katalaindaripembungkamanpartisi-
pasi politik rakyat. Dalam perkembangannya
pelaksanaan pembangunan menjadi terpusat,
partisipasirakyatdinafikan,rakyathanyamenjadi
objek pembangunan, dan pemerintah daerah
menjadi pelengkap saja dari sistem pemerin-
tahan nasional tanpa perlu berbuat apa-apa,
terutamadalamhalperencanaan.Dalamkonteks
ini terjadi perencanaan dan pengendalian ter-
pusat. Hal itu juga mengharuskan adanya pe-
nyeragamansistemorganisasipemerintahdaerah
danmanajemenproyekyangdikembangkandi
daerah.
127
39
Sebagai akibatnya, kata M. Ryaas Rayid
(2002), penerapan pendekatan terpusat itu
menghasilkan suatu keadaan semakin kuatnya
ketergantungandaerahkepadapemerintahpusat.
Hal inilah kemudian menjadi salah satu peng-
hambat dari sekian banyak penghambat dalam
pelaksanaanpemerintahandaerahdalambentuk
otonomi daerah di era desentralisasi yang ter-
laksanadewasaini.Selainitu,dibidangpolitik,
rakyatberadapadaposisisebagaiobjekpolitik.
Partisipasi rakyat dibungkam, sehingga demo-
krasi hanya menjadi retorika penguasa tanpa
pernahmewujuddilapangan.
Di era reformasi ini, tepatnya sejak tahun
2001, paradigma sentralisasi berubah menjadi
desentralisasidengandiberlakukannyaUndang-
undangNo.22Tahun1999tentangPemerintahan
DaerahdanUndang-undangNo.25Tahun1999
tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan
Daerah. Kedua undang-undang itu, daerah
(provinsi dan kabupaten/kota) memperoleh
kewenangan dalam bentuk otonomi daerah
sebagai konsekwensi dari desentralisasi untuk
mengatur dan mengelola wilayahnya sendiri
bersama-samadenganrakyatdenganmelibatkan
kearifan lokal. Menurut kedua undang-undang
inipemerintahpusathanyamemilikilimakewe-
nangan, yakni di bidang pertahanan dan ke-
amanan; hukum; agama; fiskal; dan hubungan
luar negeri.Akan tetapi setelah kedua undang-
undang ini diberlakukan selama kurun waktu
2001-2004 dirasakan banyak hal yang kurang
sesuaidankurangbermanfaatbaikdalamkonteks
perkembangan pemerintahan daerah maupun
pusat. Karena itu pada tahun 2004 dilakukan
revisi terhadap kedua undang-undangtersebut
untukkemudianlahirlahUndang-undangNo.32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan
Undang-undang No. 33 Tahun 2004 tentang
PerimbanganKeuanganPusatdanDaerah.
Topik mengenai pergeseran paradigma
sentalisasikedesentralisasidalammewujudkan
tata kelola pemerintahan yang baik (good
governance) penting dikaji disebabkan desen-
tralisasi dan good governance, adalah bagian
dari demokratisasi yang sedang dijalankan de-
wasa ini.Artinya dalam kehidupan demokrasi,
sistem pemerintahan yang diterapkanharuslah
sistem desentralisasi yang dalam pelaksanaan-
nya haruslah merujuk pada konsep good
governance.Jikamerujukpadasaattumbangnya
Orde Baru tahun 1998, maka itu berarti para-
digmabaruinitelahterselenggaraselamakurang
lebih11tahun.Artinyasecarateoretikmestinya
telah banyak hal yang dihasilkan, khususnya
dalamhalpengelolaanpemerintahandidaerah.
Akantetapisepertiaparealitasnya?Pertanyaan
iniperludijawabmelaluipengkajian.Tulisanse-
derhana dan sepintas ini berpretensi menjawab
pertanyaantersebut.
Pemerintahanyangsentralistikdilaksanakan
oleh regim Orde Baru – Soeharto kurang lebih
32 tahun lamanya. Bahkan jika dihitung sejak
JamanDemokrasiTerpimpinyangdilaksanakan
oleh Soekarno sejak tahun 1959-1968 (Demo-
krasiTerpimpin)yangjugamenerapkansystem
pemerintahan sentralistik, maka sebetulnya
rakyat negeri ini berada pada kondisi peme-
rintahan sentralistik kurang lebih 39 sampai
dengan 40 tahun. Kurun waktu 40 tahun itu
bukanlah waktu singkat. Kurun waktu lama
tersebut sesungguhnya telah membentuk satu
generasi.Generasiyangdimaksudadalahgene-
rasi yang terbiasa dengan pemikiran mengenai
pengelolaanpemerintahandanpolitikyangsen-
tralistikdanpaternalistik.Generasiiniditengarai
tidak terbiasa berprakarsa; tidak terbiasa me-
ngambilresikountukkepentinganrakyat;tidak
terbiasamengelolapembangunantanpainstruksi;
terbiasa mengelola pemerintahan dengan cara-
cara KKN; dan seterusnya. Ironisnya, generasi
ini sebagian besar masih mengisi kursi-kursi
pemerintahandalamartiluasdidaerah(eksekutif,
legislatif,danyudikatif).Halinikemudianme-
nimbulkan permasalahan dalam penerapan
paradigmbarupemerintahanyaknidesentralisasi
termasuk tata kelola pemerintahan yang baik
(good governance) yang merupakan dua hal
yangsalingberhubungandansalingmelengkapi
dalamkontekspelaksanaandemokrasi,khusus-
nya di daerah. Sebab generasi lama atau elite
lama ini secara sadar atau tidak tetap berupaya
melanggengkancara-caralamayangsentralistik.
Sebagai akibatnya masih kelihatan beberapa
Pergeseran Paradigma Sentralisasi ke Desentralisasi
Dalam Mewujudkan Good Governance (Irwan Waris)
40 Jurnal Kebijakan Publik, Volume 3, Nomor 1, Maret 2012, hlm. 1-55
prakteksentralistikitusebagaimanadikemuka-
kanberikutini:
1. Munculnya “raja-rajakecil”yangmemerintah
didaerah,baikditingkatprovinsimaupundi
kab/kota
2. Rendahnya tingkat kepatuhan pemerintah
kab/kotaterhadappemerintahprovinsi
3. Rendahnyatingkatkoordinasidalampelak-
sanaanpembangunanditingkatkab/kotadan
dalamhubungannyadenganprovinsi
4. PengelolaanSDAolehkab/kotadanprovinsi
yangcenderungkebablasan
5. Tatakelolapemerintahan(goodgovernance)
masihsebatasretorikapolitik
6. Rendahnya kemampuan menggali potensi
daerah
7. Kecenderungan mengabaikan profesiona-
lismedalampelaksanaanpemerintahan.
Sebetulnya daftar masalah ini masih dapat
diperpanjang, akan tetapi untuk konteks pem-
bahasan ini cukup hal yang disebutkan di atas
sajayangdibahasuntukmemperlihatkanbetapa
karut-marutnyapelaksanaandesentralisasi(oto-
nomidaerah), apalagijikadikaitkandengantata
kelola pemerintahan yang baik (good gover-
nance).
METODE
Penelitian ini tergolong ke dalam analisis
deskriptifyangmenjelaskantentangpergeseran
paradigma sentralisasi ke desentralisasi dalam
mewujudkan good governance. Pembahasan
diarahkan kepada pergeseran paradigma ter-
sebut dapat mewujudkan good governance.
Sementaraituinformanpenelitianadalahinforman
yangpahamakanpemerintahandieraotonomi
daerah dan informasi lainnya yang dapat men-
dukungpenjelasan.
HASIL
Sentralisasi dan Desentralisasi
Sistempolitikyangsentralistik,bertentangan
dengan demokrasi. Sistem ini menempatkan
penguasasebagaipihakyangpalingutama.Semua
halyangdikerjakanharusseizinpenguasa.Sistem
politik didesain sedemikian rupa sehingga par-
tisipasi rakyat di bidang politik seolah-olah
berlangsung,padahalsesungguhnyayangterjadi
adalah pemasungan hak-hak politik rakyat.
Partai politik biasanya dibiarkan hidup, akan
tetapi harus tunduk pada kemauan penguasa.
Partaipolitikdibuatsebagaibagiandarisystem
politik bukan untuk menegakkan demokrasi,
akantetapisebagaialatlegitimasibagipenguasa
untukmensakralkankekuasaannya.
DalamkonteksiniMiriamBudiardjo(1981),
mengemukakan:setelahusainyaPerangDunia
II banyak sekali Negara yang tadinya dijajah,
kemudian berhasil memperoleh kemerdekaan-
nya. Pada umumnya Negara-negara baru itu,
biasadisebutNegaraberkembang,menjadikan
demokrasisebagailandasansystempolitiknya.
Akan tetapi demokrasi itu tidak dilaksanakan
sepenuhnya.Prinsip-prinsipautoritarianmasih
tetapdipegangmeneruskankebiasaanpenjajah-
nya.Alasanlainnya,rakyatnegara-negarabaru
itu belum sepenuhnya memahami demokrasi,
sehingga dalam pelaksanaannya rakyat harus
dibimbingdandiarahkan.Dalamkonteksmem-
bimbingdanmengarahkanitu,penguasabiasanya
otoriter.
Untuk konteks Indonesia selama kurang
lebih 32 tahun kekuasaan Soeharto, dan sebe-
lumnyaselamamasaakhirkekuasaanSoekarno,
sistem politik di desain untuk terlaksananya
systemsentralisasi.Selamakurunwaktuitupula
terjadi perubahan secara gradual pada rakyat
Indonesia. Sungguhpun rakyat berada dalam
genggaman kekuasaan yang sentralistik, tetapi
harus diakui terjadi perubahan secara gradual
pada kehidupan rakyat sebagai akibat pemba-
ngunan.Perubahandimaksudantaralainadalah
mulaimembaiknya:tingkatpendidikan,tingkat
ekonomi, keterbukaan terhadap informasi,
mobilitaspendudukbahkanhinggamancanegara
yangmenghasilkanpengalaman,danseterusnya.
Halinikemudianmenghasilkankelasmenengah
yangsudahbisamenilaikeadaandanmerubah-
nya menjadi tuntutan agar perlunya perubahan
paradigmadaripembangunancentrisyangsen-
tralistikmenjadiparadigmdesentralistikyangadil
bagi rakyat dan menghasilkan pola hubungan
Pergeseran Paradigma Sentralisasi ke Desentralisasi
Dalam Mewujudkan Good Governance (Irwan Waris)
41
antara pusat dan daerah yang lebih adil dan
partisipastif.Tuntutaninisebetulnyaadalahbagian
dari tuntutan akan demokratisasi atau perlunya
pelaksanaandemokrasiyangsesungguhnya.Hal
inilahyangmenjadituntutanolehkaumreformis
dan berusaha diterapkan saat mereka berhasil
menumbangkanRegimSoeharto.
Desentralisasimerupakankonsekuensidari
demokratisasi.Desentralisasiadalahazaspenye-
lenggaraanpemerintahanyangdipertentangkan
dengansentralisasi.Desentralisasimenghasilkan
pemerintahanlokal,sebabdisanaterjadi“…a
superior government assigns responsibility,
authority, or function to ‘lower’government
unit that is assumed to have some degree of
authority.Adanyapembagiankewenanganserta
tersedianya ruang gerak yang memadai untuk
memaknaikewenanganyangdiberikankepada
unitpemerintahanyanglebihrendah(pemerintah
local), merupakan perbedaan terpenting antara
konsepdesentralisasidansentralisasi.
UU. No. 32Tahun 2004Tentang Pemerin-
tahan Daerah mendefenisikan desentralisasi
sebagai penyerahan wewenang pemerintahan
oleh Pemerintah kepada daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan
dalamsistemNegaraKesatuanRepublikIndonesia.
Penyerahan kewenangan kepada daetah
otonom berupa otonomi daerah ini oleh peme-
rintah (pemerintah pusat) dimaksudkan dalam
rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah
sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar
NegaraRepublikIndonesiaTahun1945,peme-
rintahan daerah, yang mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan menurut asas
otonomidantugaspembantuan,diarahkanuntuk
mempercepat terwujudnya kesejahteraan mas-
yarakat melalui peningkatan, pelayanan, pem-
berdayaan, dan peran serta masyarakat, serta
peningkatan daya saing daerah dengan mem-
perhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, ke-
adilan, keistimewaan dan kekhususan suatu
daerahdalamsistemNegaraKesatuanRepublik
Indonesia;
Selanjutnyadidalammenimbangdidalam
undang-undang ini disebutkan bahwa efisiensi
dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan
daerah perlu ditingkatkan dengan lebih mem-
perhatikanaspek-aspekhubunganantarsusunan
pemerintahan dan antar pemerintahan. daerah,
potensi dan keanekaragaman daerah, peluang
dan tantangan persaingan global dengan mem-
berikankewenanganyangseluas-luasnyakepada
daerah disertai dengan pemberian hak dan
kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah
alamkesatuansistempenyelenggaraanpemerin-
tahan Negara.
Tata Kelola Pemerintahan yang Baik (Good
Governance)
Istilah good governance pertama kali
dipopulerkanolehlembagadanainternasional,
sekitar tahun 90-an. Di masa pemerintahan
Soeharto, lembaga dana internasional sangat
rajin memberikan bantuan kepada Indonesia.
Atas nama pembangunan di segala bidang,
Soeharto ketika itu memang sangat gemar
mencariutangandiluarnegeri.MenurutSumarto
(2004) lembagadanainternasionalsepertiWorld
Bank, UNDP, IMF dan lain-lain dalam rangka
menjamin dan menjaga kelangsungan dana
bantuan yang diberikan kepada negara-negara
sasaran bantuan. Menurut badan Internasional
itu,bantuaninternasionaluntukpembangunan di
negara-negara dunia ketiga, terutama negara
berkembang, sulit berhasil tanpa adanya good
governance. Karena itu, good governance
kemudian menjadi isu sentral dalam hubungan
lembaga-lembaga multilateral tersebut dengan
negara-negara sasaran.
Istilah governance seringkali dikacaukan
dengan istilah government. Government dapat
diterjemahkan secara bebas, pemerintah. Jika
demikianhalnyamakaistilahpemerintahdapat
dipahamisebagailembagabesertaaparaturnya
yangmempunyaitanggungjawabuntukmengurus
negara dan menjalankan kehendak rakyat.
Kecenderungannya lebih tertuju kepada lem-
baga eksekutif/kpresidenan (executive heavy).
Dalam pada itu istilah governance penger-
tiannya lebih kompleks. Dikatakan lebih kom-
pleks,sebabmenyangkutbeberapapersyaratan
yang terkandung di dalam terminologinya. Hal
ini dikarenakan dalam good governance
Pergeseran Paradigma Sentralisasi ke Desentralisasi
Dalam Mewujudkan Good Governance (Irwan Waris)
42 Jurnal Kebijakan Publik, Volume 3, Nomor 1, Maret 2012, hlm. 1-55
diwajibkan keterlibatan tiga pilar (komponen),
yaitu pemerintah, dunia usaha swasta, dan
masyarakat. Hubungan ketiganya harus dalam
posisi seimbangdansalingkontrol(checksand
balances),untukmenghindaripenguasaanatau
ekploitasi oleh satu komponen terhadap kom-
ponen lainnya. Bila salah satu komponen lebih
tinggi daripada yang lain, yang terjadi adalah
dominasikekuasaanatauduakomponenlainnya.
DalamkonteksiniSumartomengemukakan:
Governance diartikan sebagai mekanisme, praktek
dan tata cara pemerintah dan warga mengatur
sumberdaya serta memecahkan masalah-masalah
public. Dalam konsep governance, pemerintah
hanya menjadi salah satu actor dan tidak selalu
menjadi actor paling menentukan. Implikasinya,
peran pemerintah … menjadi badan pendorong
terciptanya lingkungan yang mampu memfasilitasi
pihak lain di komunitas dan sektor swasta untuk
ikut aktif melakukan upaya tersebut.
Berdasarkan argumentasi di atas dapat di-
kemukakan defenisi good governance, yaitu:
pencapaian kondisi pemerintahan yang ter-
selenggarasecaraseimbang dengankerjasama
individu dan lembaga, serta antara pemerintah,
duniausahaswasta,danpihakmasyarakat.Hal
iniberartimasing-masingpilarharussalingtahu
apa yang dilakukan oleh pilar lainnya.Adanya
ruangdialogdapatmembantuprosessalingme-
mahamiperbedaan-perbedaandiantaramereka.
Melaluiprosestersebutdiharapkanakantumbuh
consensusdansinergidalammasyarakat.
Good governance yang diusung oleh tiga
pilar, didalamnya terdapat berbagai prinsip.
Pendapatbanyakpihakitumisalnyadikemuka-
kanolehWorldBank,UNDP,JICA,danbanyak
pihaklainnya.Dariberbagaipandanganmengenai
prinsipyangharusdijalankansehubungandengan
pengelolaan good governance ini, Bappenas
(2007)palingtidakmenetapkan14unsur,yakni:
Wawasan ke depan (Visionary); Keterbukaan
dan Transparansi (Openness and Transpa-
rency); Partisipasi masyarakat (Participation);
Tanggung gugat (Accountability); Supremasi
hukum(Ruleoflaw);Demokrasi(Democracy);
Professionalisme dan Kompetensi (Profesio-
nalism and Competency); DayaTanggap (Res-
ponsiveness).Penjelasanmasing-masingunsure
dikemukakansebagaiberikut:
· Wawasan ke depan (Visionary)
Semuakegiatanpemerintahanberupapela-
yanan publik dan pembangunan di berbagai
bidangseharusnyadidasarkanatasvisidanmisi
yangjelasdisertaistrategipelaksanaanyangtepat
sasaran.Lembaga-lembagapemerintahanpusat
dandaerahprlumemilikirencanastrategissesuai
denganbidangtugasmasing-masingsebagaipe-
gangan dan arah pemerintahan di masa men-
datang.
· Keterbukaandantransparansi(Opennessand
Transparency)
Unsurinimerujukpadaketersediaaninfor-
masidankejelasanbagimasyarakatumumuntuk
mengetahui proses penyusunan, pelaksanaan,
serta hasil yang telah dicapai melalui sebuah
kebijakan publik. Semua urusan tata kepeme-
rintahanberupakebijakan-kebijakanpublik,baik
yangberkenaandenganpelayananpublikmau-
pun pembangunan di daerah harus diketahui
publik. Isi keputusan dan alasan pengambilan
kebijakanpublikharusdapatdiaksesolehpublik.
Demikian pula informasi tentang kegiatan pe-
laksanaan kebijakan tersebut beserta hasil-
hasilnya harus terbuka dan dapat diakses oleh
publik. Dalam hal ini, aparatur pemerintahan
harus bersedia secara terbuka dan jujur mem-
berikaninformasiyangdibutuhkanpublik
· Partisipasi masyarakat (Participation)
Partisipasi masyarakat merujuk pada ke-
terlibatanaktifmasyarakatdalampengambilan
keputusanyangberhubungandenganpenyeleng-
garaan pemerintahan. Partisipasi masyarakat
mutlakdiperlukanagarpenyelenggarapemerin-
tahan dapat lebih mengenal warganya berikut
carapikirdankebiasaanhidupnya,masalahyang
dihadapinya,caraataujalankeluaryangdisaran-
kannya, apa yang dapat disumbangkan dalam
pemecahan masalah yang dihadapi, dan seba-
gainya. Dengan demikian kepentingan masya-
rakat dapat disalurkan di dalam penyusunan
kebijakan sehingga dapat mengakomodasi se-
banyak mungkin aspirasi dan kepentingan
Pergeseran Paradigma Sentralisasi ke Desentralisasi
Dalam Mewujudkan Good Governance (Irwan Waris)
43
masyarakat, serta mendapat dukungan mas-
yarakatluas.Kehadirandankeikutsertaanwarga
masyarakatdalamforumpertemuanpublik,serta
keaktifan mereka dalam menyumbangkan pi-
kiran dan saran menunjukkan bahwa urusan
pemerintahan juga menjadi urusan mereka dan
bukan semata urusan birokrat.
· Tanggung gugat (Accountability)
Adalah suatu ukuran atau standar yang
menunjukkanseberapabesartingkatkesesuaian
penyelenggaraanpenyusunankebijakanpublik
dengan peraturan hukum dan perundang-
undanganyangberlakuuntukorganisasipublik
yang bersangkutan. Pada dasarnya, setiap pe-
ngambilan kebijakan publik akan memiliki
dampak tertentu pada sekelompok orang atau
seluruh masyarakat, baik dampak yang me-
nguntungkanataumemrugikan,maupunlangsung
ataupun tidak langsung. Oleh karena itu,
penyusunankebijakanpublikharusdapatmem-
pertanggungjawabkan setiap kebijakan yang
diambilmnyakepadapublik.
· Supremasi hukum (Rule of law)
Wujud nyata prinsip ini mencakup upaya
pemberdayaanlembaga-lembagapenegakhukum,
penuntasan kasus KKN dan pelang-garan
HAM, peningkatan kesadaran HAM, pening-
katan kesadaran hukum, serta pengembangan
budaya hukum. Tidak diterapkannya prinsip
supremasi hukum akan menimbulkan ketidak-
pastiandalampenyelenggaraanpemerintahan.
· Demokrasi (Democracy)
Perumusan kebijakan publik dan pemba-
ngunan di pusat dan daerah dilakukan melalui
mekanismedemokrasi.Dalamdemokrasi,rakyat
dapat secara aktif menyuarakan keputusan-
keputusan yang diambil, baik oleh lembaga
eksekutifmaupunlegislative,dankeputusanke
dua lembaga tersebut harus didasarkan pada
konsensus. Kebijakan publik yang diambil se-
baiknyabenar-benarmerupakanhasilkeputusan
bersama.Apabila prinsip demokrasi tidak di-
terapkandalampenyelenggaraanpemerintahan,
rakyatakanmempunyairasamemilikiyangren-
dah atas berbagai kebijakan publik yang di-
hasilkan.
· ProfessionalismedanKompetensi(Profesio-
nalism and Competency)
Dalam pengelolaan pelayanan publik dan
pembangunandibutuhkanaparaturpemerintahan
yang memiliki kualifikasi dan kemampuan
tertentu.Olehkarenanyadibutuhkanupayauntuk
menempatkanaparatsecaratepat,denganmem-
perhatikankecocokanantaratuntutanpekerjaan
kualifikasi atau kemampuan.Tingkat kemam-
puandanprofesionalismeaparaturpemerintahan
yangadaperluselaludinilaikembali.Berdasarkan
penilaian itu dimiliki data dan informasi untuk
membenahikompetensiaparatursehinggaselalu
sesuai dengan kepentingan organisasi dan ke-
majuanzaman.
· Daya Tanggap (Responsiveness)
Pemerintahdiharapkanselalucepattanggap
denganmengambilsegalaprakarsauntukmenye-
lesaikanmasalah-masalahyangdihadapirakyat.
Aparat juga harus mampu mengakomodasi as-
pirasirakyatsekaligusmenindaklanjutinya dalam
bentukperaturan/kebijakan,kegiatan,program
atau proyek.
· Efisiensi dan Efektivitas (Efficiency and
Effectiveness)
Agar dapat meningkatkan kinerjanya, tata
kepemerintahanmembutuhkandukunganstruk-
turyangtepat.Olehkarenaitu,pemerintahbaik
pusatmaupundaerahdariwaktukewaktuharus
selalu menilai dukungan struktur yang ada,
melakukanperubahanstrukturalsesuaidengan
tuntutan perubahan seperti menyusun kembali
struktur kelembagaan secara keseluruhan serta
menyusun jabatan dan fungsi yang lebih tepat.
Denganbegitucapaiankerjapemerintahandapat
dilakuikansecaraoptimal,efisiendanefektif.
· Desentralisasi (Decentralization)
Wujudnyatadaripirnsipdesentralisasidalam
Pergeseran Paradigma Sentralisasi ke Desentralisasi
Dalam Mewujudkan Good Governance (Irwan Waris)
44 Jurnal Kebijakan Publik, Volume 3, Nomor 1, Maret 2012, hlm. 1-55
tatakelolapemerintahanyangbaikadalahpen-
delegasianurusanpemerintahandisertaisumber
daya pendukung kepada lembaga dan aparat
yangadadibawahnyauntukmengambilkeputu-
sandanmenyelesaikanmasalahyangdihadapi.
Penerapan prinsip desentralisasi akan dapat
mengurangibebandanpenggunaansumberdaya
pada lembaga dan aparat di tingkat yang lebih
atas,sertadapatmendayagunakansumberdaya
lembagadanaparatpadatataranyanglebihbawah
sekaligus dapat mempercepat proses pengam-
bilankeputusan.
· Kemitraan dengan Dunia Usaha Swasta dan
Masyarakat (Private Sector and Civil
Society Partnership)
Masyarakat dan sektor usaha swasta harus
diberdayakanmelaluipembentukankerjasama
ataukemitraandenganpemerintah.
· Komitmen pada Pengurangan Kesenjangan
(Commitment to Reduce Inequality)
Kesenjangan dapat memicu konflik dalam
masyarakat yang pada akhirnya dapat menye-
babkan disintegrasi bangsa. Upaya yang di-
lakukan untuk untuk mengurangi berbagai ke-
senjangan tersebut merupakan wujud nyata
prinsip komitmen pada pengurangan kesen-
jangan.Tanpa itu, maka berbagai ketimpangan
akantetapterjadi.Sebabitukomitmenterhadap
pengurangankesenjanganharusdilakukan.
· Komitmen pada Perlindungan Lingkungan
Hidup (Commitment to Environmental
Protection)
Kewajiban penyusunan analisis mengenai
dampaklingkungansecarakonsisten,penegakan
hukum lingkungan secara konsekwen, peng-
aktifan lembaga-lembaga pengendali dampak
lingkunganhidupsertapengelolaansumberdaya
alam secara lestari merupakan contoh untuk
mewujudkanprinsipkomitmenpadalingkungan.
· KomitmenpadaPasaryangFair(Commitment
to Fair Market)
Upayapengaitankegiatanekonomimasya-
rakat dengan pasar, baik di dalam daerah
maupunantardaerahmerupakancontohwujud
nyata penerapan prinsip komitmen pada pasar
yang fair. Pengembangan perekonomian mas-
yarakat tanpa di dukung oleh kebijakan publik
yangtidakmencerminkankomitmenpadapasar
akan menyebabkan rendahnya daya saing per-
ekonomian.
PEMBAHASAN
Pergeseran dari paradigma sentralisasi ke
desentralisasiyangdikeloladenganpenggunakan
prinsip good governance, adalah tuntutan
reformasi dalam bentuk proses demokratisasi.
Dengan demikian, desentralisasi dan good
governance adalah bagian dari proses demo-
kratisasi menuju penyelenggaraan demokrasi
yang sesungguhnya. Dalam konteks ini daerah
harus diberdayakan dan diharapkan mau dan
mampu mengimplementasikannya, terutama
dalam pengelolaan pemerintahan, yang men-
cakup segala segi kehidupan masyarakat, khu-
susnyadibidangpemerintahanitusendiri,pem-
bangunan, dan kemasyarakatan. Hal itu di-
maksudkansebagaiupayauntukmempercepat
terwujudnyakesejahteraanmasyarakatyangadil
danmerata,dimanasemuapihakmenjadibagian
daripengelolaannya.Pihak-pihakyangdimak-
sud,adalahpemerintah,sektorusahaswasta,dan
masyarakat.
Berubahnyaparadigmasentralisasimenjadi
desentralisasi yang diharapkan dilaksanakan
dengan menggunakan prinsi-prinsip good
governance, juga merupakan tuntutan per-
kembanganzaman.Globalisasiyangsaratdengan
persaingan mensyaratkan setiap Negara dapat
menjadikansetiapunsur,khususnyapemerintah,
sektor usaha swasta, dan masyarakat terutama
yangadadidaerahdapatterlibatdanmelibatkan
dirisebagaipelakudalamglobalisasiitu.Daerah
yangmampubersaingadalahdaerahyangselalu
menggagas perubahan sekaligus melaksana-
kannyadenganmelibatkanseluruhstakeholders
daerahsedemikianrupa,sehinggatimbulsinergi
yangmampumenempatkandaerahitumemiliki
keunggulan. Sehingga daerah tersebut mampu
Pergeseran Paradigma Sentralisasi ke Desentralisasi
Dalam Mewujudkan Good Governance (Irwan Waris)
45
memasukiarenapersainganbaikdalamkonteks
nasional,regional,danglobal,sedemikianrupa,
di mana daerah dapat memetik keuntungan
sebagaiakibatkeunggulanyangdimilikinya.
Akan tetapi setelah sekian lama desen-
tralisasi dianut dan good governance dikon-
sepsikan dan disosialisasikan kepada daerah
dengan dasar UU No. 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahandaerahkemudiandirubahdengan
UU 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, hasilnya tampak sekali, belum terlalu
menggembirakan. Faktor-faktor yang mempe-
ngaruhikeberhasilandankeadaabelumberhasil,
implikasi dari keadaan itu, dan dampaknya,
dikemukakanpadauraianberikut.
Pengaruh Lingkungan (Eksternal dan
Internal)
Faktamenunjukkan,konsepsidesentralisasi
yang dikelola di daerah dengan menggunakan
prinsip-prinsipgood governancekeberhasilan-
nya sangat ditentukan oleh faktor lingkungan,
terdiriatasfaktoreksternaldaninternal.
a. Faktor Eksternal
Sungguhpundesentralisasi,adalahpemberian
kewenangan dari pemerintah pusat kepada
pemerintahdaerahuntukmengelolapemerinta-
hannyasendirisesuaikearifanlokalyangberlaku,
akan tetapi monitoring dan supervise dari
pemerintahpusatmasihdiperlukan.Supervisiini
bukan saja dalam bentuk penyediaan regulasi,
akantetapijugaperlumonitoringdansupervise
secara langsung kepada daerah. Hal itu di-
maksudkan bukan untuk mencampuri urusan
daerah akan tetapi untuk memberikan pembe-
lajaran bagaimana mestinya otonomi daerah
yang dikelola dengan cara good governance
dilaksanakan. Sehingga pengelolaan pemerin-
tahan dengan cara itu benar-benar bermanfaat
baik oleh rakyat maupun oleh daerah yang ada
disekitarnya dan pemerintah provinsi dimana
daerah itu berada.
Persaingan daerah di tingkat nasional,
regional, dan global sesungguhnya menuntut
adanya struktur organisasi pemerintah daerah
yangsesuaidenganvisidanmisiyangdiusungnya
yangtelahdisesuaikandenganranahpersaingan
yang secara sadar diikuti oleh setiap daerah.
Karena itu berbagai daerah sekarang, melalui
berbagairegulasi,terakhirdenganberdasarpada
PP. No. 41 Thn. 2008 Tentang Restrukturisasi
Perangkat Daerah berupaya untuk membuat
struktur pemerintah daerah sesuai harapan di
atas. Dengan demikian upaya ini menegaskan,
bahwa factor eksternal memang menyebabkan
daerahberupayaberbenahdiri,satudiantaranya
adalah berupaya membuat strutkru organisasi
yang sesuai dengan konteks pencapaian tujuan
dan persaingan antar daerah.
b. Faktor Internal
Dalam pada itu faktor internal yang mem-
pengaruhikeberlangsunganpelaksanaandesen-
tralisasidanpenerapangoodgovernance,dapat
dikemukakan, antara lain, pertama: belum
utuhnya pengakuan terhadap pluralism mas-
yarakat, yang dapat dilihat dari keikhlasan
pemerintahdaerahdalammelibatkanmasyarakat
dan sector usaha swasta dalam pemerintahan
local dalam pengertian luas; kedua: Birokrasi
masihbekerjadengankulturyangdibangunse-
menjakmasahindiaBelanda,sehinggadinamika
social masih diwarnai (setidaknya mengacu)
kepada agenda pemerintah dan bukan agenda
masyarakat yang ditranformasikan menjadi
agenda pemerintah; ketiga: belum hadirnya
paradigmpembangunanbarusebagai“tandingan”
atas paradigm lama (masa pemerintahan Soe-
harto) yang bertumpu pada segitiga: kaum pe-
modal – keamanan – dan birokrasi; dan
keempat: berlarut-larutnya fase disorientasi
sosial sebagai akibat dari langkanya jiwa ke-
negarawanan dari para pemimpin politik yang
ada,sehinggamenyulitkankitauntukmenemukan
prinsip-prinsipminimalkehidupanberdemokrasi
yangbisaditerimaolehunsur-unsurmasyarakat.
Implikasi
Sebagai implikasi dari faktor-faktor ber-
pengaruhdiatas,pelaksanaandesentralisasiyang
diharapkan dikelola dengan menggunakan
prinsip-prinsipgoodgovernance,menghasilkan
hal-halsebagaiberikut:
Pergeseran Paradigma Sentralisasi ke Desentralisasi
Dalam Mewujudkan Good Governance (Irwan Waris)
46 Jurnal Kebijakan Publik, Volume 3, Nomor 1, Maret 2012, hlm. 1-55
1. Munculnya raja-rajakecildidaerah,baikdi
tingkatprovinsimaupundikab/kota
2. Rendahnya tingkat kepatuhan pemerintah
kab/kota terhadap pemerintah provinsi,
bahkandenganpemerintahpusat
3. Rendahnya tingkat koordinasi dalam
pelaksanaan pembangunan di tingkat kab/
kotadandalamhubungannyadenganprovinsi
4. PengelolaanSDAolehkab/kotadanprovinsi
cenderungkabablasan
5. Tatakelolapemerintahan(goodgovernance)
masihsebatasretorikapolitik
6. Rendahnya kemampuan menggali potensi
daerah
7. Kecenderungan mengabaikan profesio-
nalismedalampelaksanaanpemerintahan
Implikasiyangmengemukadiatas,hendak-
nya diakhiri. Sebab hal itu sesungguhnya telah
menjauhkan daerah dari tujuan diberikannya
desentralisasidenganprinsipgoodgovernance.
Implikasi seperti itu jelas sangat buruk bagi
upayaperwujudankesejahteraanrakyat.Bahkan
dapat dikatakan kesejahteraan rakyat dan
demokratisasiuntumencapaipengelolaanpeme-
rintahanyangdemokratisakansemakinjauh.
Dampak
Dampak yang terasa dewasa ini di daerah
sebagai akibatnya melencengnya atau tidak
siapnya daerah mengelola otonomi daerah de-
ngan menggunakan konsep good governance,
adalahpembangunanpengelolaanpemerintahan
dalam pengertian luas, yakni mencakup:
pemerintahan, pembangunan, dan kemasya-
rakatan, menjadi terganggu. Itu berarti peme-
rintahdenganketidakmampuannyaitusemakin
menjauhkandirinyadarirakyat,termasukdengan
para pelaku usaha swasta.
Good governance setiap hari dikuman-
dangkan, terutama jika para pejabat berpidato.
Bahkan baik para pelaku uasaha swasta dan
rakyatsendiri,jugapandaimengemukakangood
governance.Akan tetapi jikagood governance
dipandang sebagai pengelolaan pemerintahan
yangbaikdenganmelibatkanpemerintah,sector
usaha swasta, dan masyarakat, maka semua itu
tidakadadilapangan.Ke-3pihakmasing-masing
sibuk dengan dirinya sendiri. Pemerintah tetap
merasasebagaipihakyangpalingutamadalam
pelaksanaan pemerintahan (Pemerintahan,
pembangunan, dan kemasyarakatan).Artinya
pihak pelaku usaha swasta, dan rakyat tidak
pernahdilibatkan.Sebagaiakibatnyaterjadilah
pembangunansesuaikeinginanpemerintahse-
mata. Masyarakat dan pelaku usaha swasta
sebagai pihak yang tidak dilibatkan tentu saja,
mungkin, merasa tidak memiliki hasil-hasil
pembangunanitu.Sebagaiakibatnyaprotes,be-
rupa demonstrasi dan berbagai bentuk protes
marak terjadi di daerah.
Alternatif Solusi
Konsepdesentralisasiyangdiselenggarakan
pada daerah otonom dengan menggunakan
prinsip good governance bukanlah hal yang
menjadi bagian dari budaya rakyat Indonesia.
BudayarakyatIndonesiayangterdiriataswilayah
daerah-daerah itu, pada umumnya bersifat
paternalistik dengan kata lain bentuk budaya
politiknya campuran parochial-subject dan
dibeberapawilayahkhususnyadiperkotaanada
campuranpartisipan.Dalamkonteksinikarena
budaya paternalistik yang menonjol, maka
tidaklah berlebihan jika dikemukakan budaya
politik rakyat umumnya adalah campuran
parochial-subject tetapi yang menonjol adalah
parochial.
Dengan demikian desentralisasi dan good
governance, sebagai bagian dari demokrasi
adalahsesuatuyangbarubagimereka.Paraelite
yang mengisi pemerintahan, termasuk para
pelaku usaha swasta, adalah orang-orang yang
berasal dari masyarakat biasa, yang kemudian
karena pendidikan dan privelage berhasil
menapakijalanhidupyanglebihtinggilalumenjadi
birokrat,elitepolitik,daneliteekonomi.Dengan
demikian sebagai pihak yang berasal dari
masyarakattentusajaiamembawabudayamas-
yarakatdimanadiaberasal.Sehubungandengan
argumentasiini,makasebagaialternativesolusi
dapatdikemukakanhal-halsebagaiberikut:
1. Pemerintahpusatmestinyamampumember
teladanmengenaipelaksanaandesenralisasi
dan good governance, sehingga ada best
Pergeseran Paradigma Sentralisasi ke Desentralisasi
Dalam Mewujudkan Good Governance (Irwan Waris)
47
practice yang dapat diikuti oleh daerah me-
ngenaibagaimanamengeloladaerahdengan
menggunakankonsepdesentralisasidangood
gevernance
2. Masihdiperlukanbimbingan,monitoring,dan
supervise dari pemerintah pusat mengenai
pelaksanaan konsepsi pemerintahan desen-
tralisasiyangdikeloladenganmenggunakan
konsep good governance. Hal ini disebab-
kan karena faktor sejarah dan faktor budaya
yang menempatkan para pelaku pemerin-
tahan, rakyat dan sektor usaha swasta seba-
gaipihakyangbelumsepenuhnyamemahami
konsepsibatuini.
3. Perlu punishment dan reward bagi daerah
yang telah berhasil mengelola daerahnya
denganmenggunakankonsepsidesentralisasi
dan good governance.
4. Elite-elite tua yang ada di daerah harus
memberikan kesempatan kepada generasi
mudauntukjugamendudukipuncak-puncak
kekuasaan dan jabatan-jabatan penting di
daerah.Elitetuadaerahtidakbolehmeman-
dang kekuasaan sebagai suatu yang abadi,
akan tetapi sesuatu yang harus secara suka-
rela diberikan kepada pihak yang memang
memilikikompetensimelaluipersainganatau
kompetisiyangsehat.
5. Konsep good governance harus dipandang
sebagai gerakan, dalam artian konsepsi ini
mestidisosialisasikankepadamasyarakatdan
sektor usaha swasta secara sistematik dan
terencanadisertaidenganupayanyatadalam
mewujudkannya.
6. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah
pemerintah, khususnya para elite tua yang
beradadidalamnyaharussungguh-sungguh
ingin melibatkan rakyat dan pelaku sector
usaha swasta dalam pengelolaan pemerin-
tahandalampengertianseluas-luasnya.
SIMPULAN
Sebagai penutup dapat dikemukakan, me-
ngubah paradigma sentralisai menjadi desen-
tralisasi,bukanlahhalyanggampang.Masalahnya
konsepsisentralisasitelahdipahamiolehrakyat
selama zaman penjajahan Belanda, masa akhir
pemerintahanSoekarno(DemokrasiTerpimpin),
dan seluruh masa kekuasaan Soeharto (Orde
Baru).Karenaitutidaklahterlalumengherankan
jika pengelolaan desentralisasi dalam bentuk
otonomi daerah dengan menggunakan konsep
good governance tidak berlangsung sebagai-
manayangdiharapkan.Penerapankonsepsiini
di daerah tampak sekali masih sarat dengan
konsepsisentralistik.Pertanyaannya,haruskah
kita menyerah? Tidak boleh menyerah, sebab
sesuatuyangbarumemangharusdipelajarisem-
bari dilaksanakan. Hal yang perlu dicamkan
adalah, dalam fase pembelajaran itu jangan
sampaiterlalulamadanberbiayamahal,apalagi
sampaimengorbankanrakyat.
DAFTAR PUSTAKA
Bappenas, Penerapan Tata Pemerintahan
yang Baik, Jakarta: Bappenas, 2007.
Karl D. Jacson, dalam Irwan Waris, Elite Di
Sulawesi Selatan: Peran Elite Lokal dalam
Partisipasi Politik Masyarakat, Tesis S-2,
JurusanIlmuPolitikProgramPascasarjana
UGM, 1994.
M. Ryaas Rayid, Otonomi Daerah: Latar
BelakangdanMasaDepannya,JurnalIlmu
Politik No. 18. Tahun. 2002.
Miriam Budiardjo, Partisipasi Politik di
Negara Sedang Berkembang, Jakarta:
rajawali Press, 1981.
Shabbir Cheema and Dennis Rondinelli,
Decentralization abd Development,
BeverlyHills,CA:SagePublications,1983.
Sumarto, Inovasi, Partisipasi dan Good
Governance, Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 2004.
Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang
PemerintahanDaerah.
Pergeseran Paradigma Sentralisasi ke Desentralisasi
Dalam Mewujudkan Good Governance (Irwan Waris)

More Related Content

Similar to desentralisasi dan lain penjelasann serta

Revolusi Kepemimpinan Gerakan PMII
Revolusi Kepemimpinan Gerakan PMIIRevolusi Kepemimpinan Gerakan PMII
Revolusi Kepemimpinan Gerakan PMII
PMII
 
KTI sejarah.pdf
KTI sejarah.pdfKTI sejarah.pdf
KTI sejarah.pdf
rikhaziadatunnimah
 
Makalah jadi
Makalah jadiMakalah jadi
Makalah jadi
Mea Meong
 
Pkn bab 4 proses sistem politik indonesia
Pkn bab 4 proses sistem politik indonesiaPkn bab 4 proses sistem politik indonesia
Pkn bab 4 proses sistem politik indonesiaNhofa Eriana
 
Pkn bab 4 proses sistem politik indonesia
Pkn bab 4 proses sistem politik indonesiaPkn bab 4 proses sistem politik indonesia
Pkn bab 4 proses sistem politik indonesiaNhofa Eriana
 
Resume birokrasi indonesia
Resume birokrasi indonesiaResume birokrasi indonesia
Resume birokrasi indonesia
Yasirecin Yasir
 
SOSIOLOGI_POLITIK[1] RISNO.docx
SOSIOLOGI_POLITIK[1]   RISNO.docxSOSIOLOGI_POLITIK[1]   RISNO.docx
SOSIOLOGI_POLITIK[1] RISNO.docx
IGNASIUSTAMOAMA
 
SOSIOLOGI_POLITIK[1] RISNO.docx
SOSIOLOGI_POLITIK[1]   RISNO.docxSOSIOLOGI_POLITIK[1]   RISNO.docx
SOSIOLOGI_POLITIK[1] RISNO.docx
IGNASIUSTAMOAMA
 
Governance-Manajemen
Governance-ManajemenGovernance-Manajemen
Governance-Manajemen
Elisa Lumintang
 
Budaya politik lokal di era otonomi daerah
Budaya politik lokal di era otonomi daerahBudaya politik lokal di era otonomi daerah
Budaya politik lokal di era otonomi daerahFathor Rahman
 
pendidikan agama1.pptx
pendidikan agama1.pptxpendidikan agama1.pptx
pendidikan agama1.pptx
FitriNandita1
 
Makalah orba
Makalah orbaMakalah orba
Makalah orba
Kang Salim
 
Sistem politik di indonesia
Sistem politik di indonesiaSistem politik di indonesia
Sistem politik di indonesia
Muhammad Sunardi
 
Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...
Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...
Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...Operator Warnet Vast Raha
 
Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...
Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...
Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...Operator Warnet Vast Raha
 
Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...
Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...
Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...murianda
 
Tugas pkn otonomi daerah nidya
Tugas pkn otonomi daerah nidyaTugas pkn otonomi daerah nidya
Tugas pkn otonomi daerah nidya
Charisma Dewa
 

Similar to desentralisasi dan lain penjelasann serta (20)

Revolusi Kepemimpinan Gerakan PMII
Revolusi Kepemimpinan Gerakan PMIIRevolusi Kepemimpinan Gerakan PMII
Revolusi Kepemimpinan Gerakan PMII
 
KTI sejarah.pdf
KTI sejarah.pdfKTI sejarah.pdf
KTI sejarah.pdf
 
Makalah jadi
Makalah jadiMakalah jadi
Makalah jadi
 
Pkn bab 4 proses sistem politik indonesia
Pkn bab 4 proses sistem politik indonesiaPkn bab 4 proses sistem politik indonesia
Pkn bab 4 proses sistem politik indonesia
 
Pkn bab 4 proses sistem politik indonesia
Pkn bab 4 proses sistem politik indonesiaPkn bab 4 proses sistem politik indonesia
Pkn bab 4 proses sistem politik indonesia
 
aaaa
aaaaaaaa
aaaa
 
Resume birokrasi indonesia
Resume birokrasi indonesiaResume birokrasi indonesia
Resume birokrasi indonesia
 
SOSIOLOGI_POLITIK[1] RISNO.docx
SOSIOLOGI_POLITIK[1]   RISNO.docxSOSIOLOGI_POLITIK[1]   RISNO.docx
SOSIOLOGI_POLITIK[1] RISNO.docx
 
SOSIOLOGI_POLITIK[1] RISNO.docx
SOSIOLOGI_POLITIK[1]   RISNO.docxSOSIOLOGI_POLITIK[1]   RISNO.docx
SOSIOLOGI_POLITIK[1] RISNO.docx
 
Governance-Manajemen
Governance-ManajemenGovernance-Manajemen
Governance-Manajemen
 
Budaya politik lokal di era otonomi daerah
Budaya politik lokal di era otonomi daerahBudaya politik lokal di era otonomi daerah
Budaya politik lokal di era otonomi daerah
 
pendidikan agama1.pptx
pendidikan agama1.pptxpendidikan agama1.pptx
pendidikan agama1.pptx
 
Manpem
ManpemManpem
Manpem
 
Makalah orba
Makalah orbaMakalah orba
Makalah orba
 
Sistem politik di indonesia
Sistem politik di indonesiaSistem politik di indonesia
Sistem politik di indonesia
 
Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...
Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...
Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...
 
Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...
Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...
Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...
 
Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...
Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...
Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...
 
Tugas pkn otonomi daerah nidya
Tugas pkn otonomi daerah nidyaTugas pkn otonomi daerah nidya
Tugas pkn otonomi daerah nidya
 
Makalah revormasi birokrasi
Makalah revormasi birokrasiMakalah revormasi birokrasi
Makalah revormasi birokrasi
 

Recently uploaded

ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
mohfedri24
 
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptxDiseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
LucyKristinaS
 
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakatPPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
jodikurniawan341
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
UmyHasna1
 
Refleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptx
Refleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptxRefleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptx
Refleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptx
SholahuddinAslam
 
CGP.10.Pendampingan Individual 2 - VISI DAN PRAKARSA PERUBAHAN.pdf_20240528_1...
CGP.10.Pendampingan Individual 2 - VISI DAN PRAKARSA PERUBAHAN.pdf_20240528_1...CGP.10.Pendampingan Individual 2 - VISI DAN PRAKARSA PERUBAHAN.pdf_20240528_1...
CGP.10.Pendampingan Individual 2 - VISI DAN PRAKARSA PERUBAHAN.pdf_20240528_1...
VenyHandayani2
 
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
Indah106914
 
Tabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdf
Tabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdfTabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdf
Tabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdf
ppgpriyosetiawan43
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
MirnasariMutmainna1
 
Penjelasan tentang Tahapan Sinkro PMM.pptx
Penjelasan tentang Tahapan Sinkro PMM.pptxPenjelasan tentang Tahapan Sinkro PMM.pptx
Penjelasan tentang Tahapan Sinkro PMM.pptx
GuneriHollyIrda
 
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
penjelasan tentang tugas dan wewenang pkd
penjelasan tentang tugas dan wewenang pkdpenjelasan tentang tugas dan wewenang pkd
penjelasan tentang tugas dan wewenang pkd
jaya35ml2
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
ferrydmn1999
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
DataSupriatna
 
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdfPENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
smp4prg
 
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SDKisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
denunugraha
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
SurosoSuroso19
 
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
MuhammadBagusAprilia1
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
rohman85
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
safitriana935
 

Recently uploaded (20)

ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
 
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptxDiseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
 
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakatPPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
 
Refleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptx
Refleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptxRefleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptx
Refleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptx
 
CGP.10.Pendampingan Individual 2 - VISI DAN PRAKARSA PERUBAHAN.pdf_20240528_1...
CGP.10.Pendampingan Individual 2 - VISI DAN PRAKARSA PERUBAHAN.pdf_20240528_1...CGP.10.Pendampingan Individual 2 - VISI DAN PRAKARSA PERUBAHAN.pdf_20240528_1...
CGP.10.Pendampingan Individual 2 - VISI DAN PRAKARSA PERUBAHAN.pdf_20240528_1...
 
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
 
Tabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdf
Tabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdfTabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdf
Tabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdf
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
 
Penjelasan tentang Tahapan Sinkro PMM.pptx
Penjelasan tentang Tahapan Sinkro PMM.pptxPenjelasan tentang Tahapan Sinkro PMM.pptx
Penjelasan tentang Tahapan Sinkro PMM.pptx
 
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
 
penjelasan tentang tugas dan wewenang pkd
penjelasan tentang tugas dan wewenang pkdpenjelasan tentang tugas dan wewenang pkd
penjelasan tentang tugas dan wewenang pkd
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
 
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdfPENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
 
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SDKisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
 
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
 

desentralisasi dan lain penjelasann serta

  • 1. 38 Jurnal Kebijakan Publik, Volume 3, Nomor 1, Maret 2012, hlm. 1-55 Pergeseran Paradigma Sentralisasi ke Desentralisasi DalamMewujudkan Good Governance IRWAN WARIS Program Studi Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Tadulako, Kampus Bumi Bahari Tadulako, Tondo, Palu, Sulawesi Tengah, Telp/Fax (0451) 422966 Abstract: Changing paradigms sentralized become decentralized, it is not easy. The problem is the conception of centralization has been understood by the people during the Dutch colonial era, the end of the Sukarno government (Guided Democracy), and in the reign of Suharto (New Order). It is therefore not too surprising that the management of decentralization in the form of regional autonomy by using the concept of good governance does not take place as expected. The application of this conception in the visible region was still loaded with centralistic conception. The question is, should we give up? Should not give up, because something new is to be learned while implemented. The thing to keep in mind is, in the learning phase should not be too long and costly, especially at the expense of the people. . Keywords: Sentralized, decentralized, and good governance. Sejak tumbangnya Rezim Soeharto (Orde Baru), 21 Mei 1998, Indonesia memasuki fase baru dalam system politik dan pemerintahan, yakniterjadinyapergeseranparadigmadarisen- tralisasi ke sistem desentralisasi. Kalangan ReformisyangberhasilmenumbangkanRezim OrdeBaru,salahsatucita-citanyaadalahmeng- ganti system sentralisasi dengan sistem desen- tralisasi sebagai bagian dari demokratisasi dan menjalankannya menurut konsep good gover- nance. Jikadirujukkebelakangsebelumtumbang- nyarezimOrdeBaru,dalamkurunwaktuyang cukuplama,Indonesia menjadikan paradigma pembangunansebagailandasannilaiyangmen- jadiacaundariseluruhkebijakanpemerintahan. Untuk memudahkan pelaksanaan paradigma yangberorientasipembangunanini,pemerintah Orde Baru menerapkan system pemerintahan yangsentralistik,paternalistik,dansangat birok- ratik (birocratic polity).Waktu itu GBHN dan Repelita sebagai instrument utama dari penye- lenggaraanpemerintahanOrdeBarusaratdengan konsep dan rencana pembangunan yang mem- perlihatkan pola sentralistik itu. Untuk melak- sanakannya,pemerintahtampilsebagaipemeran utamadaripembangunannasionalitu.Tujuannya jelas:akselerasipembangunan.Pilihaninidiambil karena di bawah pemerintahan sebelumnya, ekonominasionalIndonesia memangterpuruk, dengan tingkat pengangguran dan kemiskinan yang sangat tinggi. Di lain sisi investasi asing dapatdikatakanhampirnihil. Sebenarnya, tidak ada yang salah dengan paradigmapembangunanyangdilaksanakanoleh Orde Baru itu. Hanya saja setelah dijalankan sekian lama ternyata menimbulkan implikasi, yakni terselenggaranya system pemerintahan yang sentralistik. Sistem ini harus diterapkan, karena menurutpemerintahpembangunanhanya dapatterlaksanajikaterciptastabilitaspolitikdan keamanan,katalaindaripembungkamanpartisi- pasi politik rakyat. Dalam perkembangannya pelaksanaan pembangunan menjadi terpusat, partisipasirakyatdinafikan,rakyathanyamenjadi objek pembangunan, dan pemerintah daerah menjadi pelengkap saja dari sistem pemerin- tahan nasional tanpa perlu berbuat apa-apa, terutamadalamhalperencanaan.Dalamkonteks ini terjadi perencanaan dan pengendalian ter- pusat. Hal itu juga mengharuskan adanya pe- nyeragamansistemorganisasipemerintahdaerah danmanajemenproyekyangdikembangkandi daerah. 127
  • 2. 39 Sebagai akibatnya, kata M. Ryaas Rayid (2002), penerapan pendekatan terpusat itu menghasilkan suatu keadaan semakin kuatnya ketergantungandaerahkepadapemerintahpusat. Hal inilah kemudian menjadi salah satu peng- hambat dari sekian banyak penghambat dalam pelaksanaanpemerintahandaerahdalambentuk otonomi daerah di era desentralisasi yang ter- laksanadewasaini.Selainitu,dibidangpolitik, rakyatberadapadaposisisebagaiobjekpolitik. Partisipasi rakyat dibungkam, sehingga demo- krasi hanya menjadi retorika penguasa tanpa pernahmewujuddilapangan. Di era reformasi ini, tepatnya sejak tahun 2001, paradigma sentralisasi berubah menjadi desentralisasidengandiberlakukannyaUndang- undangNo.22Tahun1999tentangPemerintahan DaerahdanUndang-undangNo.25Tahun1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah. Kedua undang-undang itu, daerah (provinsi dan kabupaten/kota) memperoleh kewenangan dalam bentuk otonomi daerah sebagai konsekwensi dari desentralisasi untuk mengatur dan mengelola wilayahnya sendiri bersama-samadenganrakyatdenganmelibatkan kearifan lokal. Menurut kedua undang-undang inipemerintahpusathanyamemilikilimakewe- nangan, yakni di bidang pertahanan dan ke- amanan; hukum; agama; fiskal; dan hubungan luar negeri.Akan tetapi setelah kedua undang- undang ini diberlakukan selama kurun waktu 2001-2004 dirasakan banyak hal yang kurang sesuaidankurangbermanfaatbaikdalamkonteks perkembangan pemerintahan daerah maupun pusat. Karena itu pada tahun 2004 dilakukan revisi terhadap kedua undang-undangtersebut untukkemudianlahirlahUndang-undangNo.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang No. 33 Tahun 2004 tentang PerimbanganKeuanganPusatdanDaerah. Topik mengenai pergeseran paradigma sentalisasikedesentralisasidalammewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) penting dikaji disebabkan desen- tralisasi dan good governance, adalah bagian dari demokratisasi yang sedang dijalankan de- wasa ini.Artinya dalam kehidupan demokrasi, sistem pemerintahan yang diterapkanharuslah sistem desentralisasi yang dalam pelaksanaan- nya haruslah merujuk pada konsep good governance.Jikamerujukpadasaattumbangnya Orde Baru tahun 1998, maka itu berarti para- digmabaruinitelahterselenggaraselamakurang lebih11tahun.Artinyasecarateoretikmestinya telah banyak hal yang dihasilkan, khususnya dalamhalpengelolaanpemerintahandidaerah. Akantetapisepertiaparealitasnya?Pertanyaan iniperludijawabmelaluipengkajian.Tulisanse- derhana dan sepintas ini berpretensi menjawab pertanyaantersebut. Pemerintahanyangsentralistikdilaksanakan oleh regim Orde Baru – Soeharto kurang lebih 32 tahun lamanya. Bahkan jika dihitung sejak JamanDemokrasiTerpimpinyangdilaksanakan oleh Soekarno sejak tahun 1959-1968 (Demo- krasiTerpimpin)yangjugamenerapkansystem pemerintahan sentralistik, maka sebetulnya rakyat negeri ini berada pada kondisi peme- rintahan sentralistik kurang lebih 39 sampai dengan 40 tahun. Kurun waktu 40 tahun itu bukanlah waktu singkat. Kurun waktu lama tersebut sesungguhnya telah membentuk satu generasi.Generasiyangdimaksudadalahgene- rasi yang terbiasa dengan pemikiran mengenai pengelolaanpemerintahandanpolitikyangsen- tralistikdanpaternalistik.Generasiiniditengarai tidak terbiasa berprakarsa; tidak terbiasa me- ngambilresikountukkepentinganrakyat;tidak terbiasamengelolapembangunantanpainstruksi; terbiasa mengelola pemerintahan dengan cara- cara KKN; dan seterusnya. Ironisnya, generasi ini sebagian besar masih mengisi kursi-kursi pemerintahandalamartiluasdidaerah(eksekutif, legislatif,danyudikatif).Halinikemudianme- nimbulkan permasalahan dalam penerapan paradigmbarupemerintahanyaknidesentralisasi termasuk tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) yang merupakan dua hal yangsalingberhubungandansalingmelengkapi dalamkontekspelaksanaandemokrasi,khusus- nya di daerah. Sebab generasi lama atau elite lama ini secara sadar atau tidak tetap berupaya melanggengkancara-caralamayangsentralistik. Sebagai akibatnya masih kelihatan beberapa Pergeseran Paradigma Sentralisasi ke Desentralisasi Dalam Mewujudkan Good Governance (Irwan Waris)
  • 3. 40 Jurnal Kebijakan Publik, Volume 3, Nomor 1, Maret 2012, hlm. 1-55 prakteksentralistikitusebagaimanadikemuka- kanberikutini: 1. Munculnya “raja-rajakecil”yangmemerintah didaerah,baikditingkatprovinsimaupundi kab/kota 2. Rendahnya tingkat kepatuhan pemerintah kab/kotaterhadappemerintahprovinsi 3. Rendahnyatingkatkoordinasidalampelak- sanaanpembangunanditingkatkab/kotadan dalamhubungannyadenganprovinsi 4. PengelolaanSDAolehkab/kotadanprovinsi yangcenderungkebablasan 5. Tatakelolapemerintahan(goodgovernance) masihsebatasretorikapolitik 6. Rendahnya kemampuan menggali potensi daerah 7. Kecenderungan mengabaikan profesiona- lismedalampelaksanaanpemerintahan. Sebetulnya daftar masalah ini masih dapat diperpanjang, akan tetapi untuk konteks pem- bahasan ini cukup hal yang disebutkan di atas sajayangdibahasuntukmemperlihatkanbetapa karut-marutnyapelaksanaandesentralisasi(oto- nomidaerah), apalagijikadikaitkandengantata kelola pemerintahan yang baik (good gover- nance). METODE Penelitian ini tergolong ke dalam analisis deskriptifyangmenjelaskantentangpergeseran paradigma sentralisasi ke desentralisasi dalam mewujudkan good governance. Pembahasan diarahkan kepada pergeseran paradigma ter- sebut dapat mewujudkan good governance. Sementaraituinformanpenelitianadalahinforman yangpahamakanpemerintahandieraotonomi daerah dan informasi lainnya yang dapat men- dukungpenjelasan. HASIL Sentralisasi dan Desentralisasi Sistempolitikyangsentralistik,bertentangan dengan demokrasi. Sistem ini menempatkan penguasasebagaipihakyangpalingutama.Semua halyangdikerjakanharusseizinpenguasa.Sistem politik didesain sedemikian rupa sehingga par- tisipasi rakyat di bidang politik seolah-olah berlangsung,padahalsesungguhnyayangterjadi adalah pemasungan hak-hak politik rakyat. Partai politik biasanya dibiarkan hidup, akan tetapi harus tunduk pada kemauan penguasa. Partaipolitikdibuatsebagaibagiandarisystem politik bukan untuk menegakkan demokrasi, akantetapisebagaialatlegitimasibagipenguasa untukmensakralkankekuasaannya. DalamkonteksiniMiriamBudiardjo(1981), mengemukakan:setelahusainyaPerangDunia II banyak sekali Negara yang tadinya dijajah, kemudian berhasil memperoleh kemerdekaan- nya. Pada umumnya Negara-negara baru itu, biasadisebutNegaraberkembang,menjadikan demokrasisebagailandasansystempolitiknya. Akan tetapi demokrasi itu tidak dilaksanakan sepenuhnya.Prinsip-prinsipautoritarianmasih tetapdipegangmeneruskankebiasaanpenjajah- nya.Alasanlainnya,rakyatnegara-negarabaru itu belum sepenuhnya memahami demokrasi, sehingga dalam pelaksanaannya rakyat harus dibimbingdandiarahkan.Dalamkonteksmem- bimbingdanmengarahkanitu,penguasabiasanya otoriter. Untuk konteks Indonesia selama kurang lebih 32 tahun kekuasaan Soeharto, dan sebe- lumnyaselamamasaakhirkekuasaanSoekarno, sistem politik di desain untuk terlaksananya systemsentralisasi.Selamakurunwaktuitupula terjadi perubahan secara gradual pada rakyat Indonesia. Sungguhpun rakyat berada dalam genggaman kekuasaan yang sentralistik, tetapi harus diakui terjadi perubahan secara gradual pada kehidupan rakyat sebagai akibat pemba- ngunan.Perubahandimaksudantaralainadalah mulaimembaiknya:tingkatpendidikan,tingkat ekonomi, keterbukaan terhadap informasi, mobilitaspendudukbahkanhinggamancanegara yangmenghasilkanpengalaman,danseterusnya. Halinikemudianmenghasilkankelasmenengah yangsudahbisamenilaikeadaandanmerubah- nya menjadi tuntutan agar perlunya perubahan paradigmadaripembangunancentrisyangsen- tralistikmenjadiparadigmdesentralistikyangadil bagi rakyat dan menghasilkan pola hubungan Pergeseran Paradigma Sentralisasi ke Desentralisasi Dalam Mewujudkan Good Governance (Irwan Waris)
  • 4. 41 antara pusat dan daerah yang lebih adil dan partisipastif.Tuntutaninisebetulnyaadalahbagian dari tuntutan akan demokratisasi atau perlunya pelaksanaandemokrasiyangsesungguhnya.Hal inilahyangmenjadituntutanolehkaumreformis dan berusaha diterapkan saat mereka berhasil menumbangkanRegimSoeharto. Desentralisasimerupakankonsekuensidari demokratisasi.Desentralisasiadalahazaspenye- lenggaraanpemerintahanyangdipertentangkan dengansentralisasi.Desentralisasimenghasilkan pemerintahanlokal,sebabdisanaterjadi“…a superior government assigns responsibility, authority, or function to ‘lower’government unit that is assumed to have some degree of authority.Adanyapembagiankewenanganserta tersedianya ruang gerak yang memadai untuk memaknaikewenanganyangdiberikankepada unitpemerintahanyanglebihrendah(pemerintah local), merupakan perbedaan terpenting antara konsepdesentralisasidansentralisasi. UU. No. 32Tahun 2004Tentang Pemerin- tahan Daerah mendefenisikan desentralisasi sebagai penyerahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalamsistemNegaraKesatuanRepublikIndonesia. Penyerahan kewenangan kepada daetah otonom berupa otonomi daerah ini oleh peme- rintah (pemerintah pusat) dimaksudkan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar NegaraRepublikIndonesiaTahun1945,peme- rintahan daerah, yang mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomidantugaspembantuan,diarahkanuntuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan mas- yarakat melalui peningkatan, pelayanan, pem- berdayaan, dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan mem- perhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, ke- adilan, keistimewaan dan kekhususan suatu daerahdalamsistemNegaraKesatuanRepublik Indonesia; Selanjutnyadidalammenimbangdidalam undang-undang ini disebutkan bahwa efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah perlu ditingkatkan dengan lebih mem- perhatikanaspek-aspekhubunganantarsusunan pemerintahan dan antar pemerintahan. daerah, potensi dan keanekaragaman daerah, peluang dan tantangan persaingan global dengan mem- berikankewenanganyangseluas-luasnyakepada daerah disertai dengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah alamkesatuansistempenyelenggaraanpemerin- tahan Negara. Tata Kelola Pemerintahan yang Baik (Good Governance) Istilah good governance pertama kali dipopulerkanolehlembagadanainternasional, sekitar tahun 90-an. Di masa pemerintahan Soeharto, lembaga dana internasional sangat rajin memberikan bantuan kepada Indonesia. Atas nama pembangunan di segala bidang, Soeharto ketika itu memang sangat gemar mencariutangandiluarnegeri.MenurutSumarto (2004) lembagadanainternasionalsepertiWorld Bank, UNDP, IMF dan lain-lain dalam rangka menjamin dan menjaga kelangsungan dana bantuan yang diberikan kepada negara-negara sasaran bantuan. Menurut badan Internasional itu,bantuaninternasionaluntukpembangunan di negara-negara dunia ketiga, terutama negara berkembang, sulit berhasil tanpa adanya good governance. Karena itu, good governance kemudian menjadi isu sentral dalam hubungan lembaga-lembaga multilateral tersebut dengan negara-negara sasaran. Istilah governance seringkali dikacaukan dengan istilah government. Government dapat diterjemahkan secara bebas, pemerintah. Jika demikianhalnyamakaistilahpemerintahdapat dipahamisebagailembagabesertaaparaturnya yangmempunyaitanggungjawabuntukmengurus negara dan menjalankan kehendak rakyat. Kecenderungannya lebih tertuju kepada lem- baga eksekutif/kpresidenan (executive heavy). Dalam pada itu istilah governance penger- tiannya lebih kompleks. Dikatakan lebih kom- pleks,sebabmenyangkutbeberapapersyaratan yang terkandung di dalam terminologinya. Hal ini dikarenakan dalam good governance Pergeseran Paradigma Sentralisasi ke Desentralisasi Dalam Mewujudkan Good Governance (Irwan Waris)
  • 5. 42 Jurnal Kebijakan Publik, Volume 3, Nomor 1, Maret 2012, hlm. 1-55 diwajibkan keterlibatan tiga pilar (komponen), yaitu pemerintah, dunia usaha swasta, dan masyarakat. Hubungan ketiganya harus dalam posisi seimbangdansalingkontrol(checksand balances),untukmenghindaripenguasaanatau ekploitasi oleh satu komponen terhadap kom- ponen lainnya. Bila salah satu komponen lebih tinggi daripada yang lain, yang terjadi adalah dominasikekuasaanatauduakomponenlainnya. DalamkonteksiniSumartomengemukakan: Governance diartikan sebagai mekanisme, praktek dan tata cara pemerintah dan warga mengatur sumberdaya serta memecahkan masalah-masalah public. Dalam konsep governance, pemerintah hanya menjadi salah satu actor dan tidak selalu menjadi actor paling menentukan. Implikasinya, peran pemerintah … menjadi badan pendorong terciptanya lingkungan yang mampu memfasilitasi pihak lain di komunitas dan sektor swasta untuk ikut aktif melakukan upaya tersebut. Berdasarkan argumentasi di atas dapat di- kemukakan defenisi good governance, yaitu: pencapaian kondisi pemerintahan yang ter- selenggarasecaraseimbang dengankerjasama individu dan lembaga, serta antara pemerintah, duniausahaswasta,danpihakmasyarakat.Hal iniberartimasing-masingpilarharussalingtahu apa yang dilakukan oleh pilar lainnya.Adanya ruangdialogdapatmembantuprosessalingme- mahamiperbedaan-perbedaandiantaramereka. Melaluiprosestersebutdiharapkanakantumbuh consensusdansinergidalammasyarakat. Good governance yang diusung oleh tiga pilar, didalamnya terdapat berbagai prinsip. Pendapatbanyakpihakitumisalnyadikemuka- kanolehWorldBank,UNDP,JICA,danbanyak pihaklainnya.Dariberbagaipandanganmengenai prinsipyangharusdijalankansehubungandengan pengelolaan good governance ini, Bappenas (2007)palingtidakmenetapkan14unsur,yakni: Wawasan ke depan (Visionary); Keterbukaan dan Transparansi (Openness and Transpa- rency); Partisipasi masyarakat (Participation); Tanggung gugat (Accountability); Supremasi hukum(Ruleoflaw);Demokrasi(Democracy); Professionalisme dan Kompetensi (Profesio- nalism and Competency); DayaTanggap (Res- ponsiveness).Penjelasanmasing-masingunsure dikemukakansebagaiberikut: · Wawasan ke depan (Visionary) Semuakegiatanpemerintahanberupapela- yanan publik dan pembangunan di berbagai bidangseharusnyadidasarkanatasvisidanmisi yangjelasdisertaistrategipelaksanaanyangtepat sasaran.Lembaga-lembagapemerintahanpusat dandaerahprlumemilikirencanastrategissesuai denganbidangtugasmasing-masingsebagaipe- gangan dan arah pemerintahan di masa men- datang. · Keterbukaandantransparansi(Opennessand Transparency) Unsurinimerujukpadaketersediaaninfor- masidankejelasanbagimasyarakatumumuntuk mengetahui proses penyusunan, pelaksanaan, serta hasil yang telah dicapai melalui sebuah kebijakan publik. Semua urusan tata kepeme- rintahanberupakebijakan-kebijakanpublik,baik yangberkenaandenganpelayananpublikmau- pun pembangunan di daerah harus diketahui publik. Isi keputusan dan alasan pengambilan kebijakanpublikharusdapatdiaksesolehpublik. Demikian pula informasi tentang kegiatan pe- laksanaan kebijakan tersebut beserta hasil- hasilnya harus terbuka dan dapat diakses oleh publik. Dalam hal ini, aparatur pemerintahan harus bersedia secara terbuka dan jujur mem- berikaninformasiyangdibutuhkanpublik · Partisipasi masyarakat (Participation) Partisipasi masyarakat merujuk pada ke- terlibatanaktifmasyarakatdalampengambilan keputusanyangberhubungandenganpenyeleng- garaan pemerintahan. Partisipasi masyarakat mutlakdiperlukanagarpenyelenggarapemerin- tahan dapat lebih mengenal warganya berikut carapikirdankebiasaanhidupnya,masalahyang dihadapinya,caraataujalankeluaryangdisaran- kannya, apa yang dapat disumbangkan dalam pemecahan masalah yang dihadapi, dan seba- gainya. Dengan demikian kepentingan masya- rakat dapat disalurkan di dalam penyusunan kebijakan sehingga dapat mengakomodasi se- banyak mungkin aspirasi dan kepentingan Pergeseran Paradigma Sentralisasi ke Desentralisasi Dalam Mewujudkan Good Governance (Irwan Waris)
  • 6. 43 masyarakat, serta mendapat dukungan mas- yarakatluas.Kehadirandankeikutsertaanwarga masyarakatdalamforumpertemuanpublik,serta keaktifan mereka dalam menyumbangkan pi- kiran dan saran menunjukkan bahwa urusan pemerintahan juga menjadi urusan mereka dan bukan semata urusan birokrat. · Tanggung gugat (Accountability) Adalah suatu ukuran atau standar yang menunjukkanseberapabesartingkatkesesuaian penyelenggaraanpenyusunankebijakanpublik dengan peraturan hukum dan perundang- undanganyangberlakuuntukorganisasipublik yang bersangkutan. Pada dasarnya, setiap pe- ngambilan kebijakan publik akan memiliki dampak tertentu pada sekelompok orang atau seluruh masyarakat, baik dampak yang me- nguntungkanataumemrugikan,maupunlangsung ataupun tidak langsung. Oleh karena itu, penyusunankebijakanpublikharusdapatmem- pertanggungjawabkan setiap kebijakan yang diambilmnyakepadapublik. · Supremasi hukum (Rule of law) Wujud nyata prinsip ini mencakup upaya pemberdayaanlembaga-lembagapenegakhukum, penuntasan kasus KKN dan pelang-garan HAM, peningkatan kesadaran HAM, pening- katan kesadaran hukum, serta pengembangan budaya hukum. Tidak diterapkannya prinsip supremasi hukum akan menimbulkan ketidak- pastiandalampenyelenggaraanpemerintahan. · Demokrasi (Democracy) Perumusan kebijakan publik dan pemba- ngunan di pusat dan daerah dilakukan melalui mekanismedemokrasi.Dalamdemokrasi,rakyat dapat secara aktif menyuarakan keputusan- keputusan yang diambil, baik oleh lembaga eksekutifmaupunlegislative,dankeputusanke dua lembaga tersebut harus didasarkan pada konsensus. Kebijakan publik yang diambil se- baiknyabenar-benarmerupakanhasilkeputusan bersama.Apabila prinsip demokrasi tidak di- terapkandalampenyelenggaraanpemerintahan, rakyatakanmempunyairasamemilikiyangren- dah atas berbagai kebijakan publik yang di- hasilkan. · ProfessionalismedanKompetensi(Profesio- nalism and Competency) Dalam pengelolaan pelayanan publik dan pembangunandibutuhkanaparaturpemerintahan yang memiliki kualifikasi dan kemampuan tertentu.Olehkarenanyadibutuhkanupayauntuk menempatkanaparatsecaratepat,denganmem- perhatikankecocokanantaratuntutanpekerjaan kualifikasi atau kemampuan.Tingkat kemam- puandanprofesionalismeaparaturpemerintahan yangadaperluselaludinilaikembali.Berdasarkan penilaian itu dimiliki data dan informasi untuk membenahikompetensiaparatursehinggaselalu sesuai dengan kepentingan organisasi dan ke- majuanzaman. · Daya Tanggap (Responsiveness) Pemerintahdiharapkanselalucepattanggap denganmengambilsegalaprakarsauntukmenye- lesaikanmasalah-masalahyangdihadapirakyat. Aparat juga harus mampu mengakomodasi as- pirasirakyatsekaligusmenindaklanjutinya dalam bentukperaturan/kebijakan,kegiatan,program atau proyek. · Efisiensi dan Efektivitas (Efficiency and Effectiveness) Agar dapat meningkatkan kinerjanya, tata kepemerintahanmembutuhkandukunganstruk- turyangtepat.Olehkarenaitu,pemerintahbaik pusatmaupundaerahdariwaktukewaktuharus selalu menilai dukungan struktur yang ada, melakukanperubahanstrukturalsesuaidengan tuntutan perubahan seperti menyusun kembali struktur kelembagaan secara keseluruhan serta menyusun jabatan dan fungsi yang lebih tepat. Denganbegitucapaiankerjapemerintahandapat dilakuikansecaraoptimal,efisiendanefektif. · Desentralisasi (Decentralization) Wujudnyatadaripirnsipdesentralisasidalam Pergeseran Paradigma Sentralisasi ke Desentralisasi Dalam Mewujudkan Good Governance (Irwan Waris)
  • 7. 44 Jurnal Kebijakan Publik, Volume 3, Nomor 1, Maret 2012, hlm. 1-55 tatakelolapemerintahanyangbaikadalahpen- delegasianurusanpemerintahandisertaisumber daya pendukung kepada lembaga dan aparat yangadadibawahnyauntukmengambilkeputu- sandanmenyelesaikanmasalahyangdihadapi. Penerapan prinsip desentralisasi akan dapat mengurangibebandanpenggunaansumberdaya pada lembaga dan aparat di tingkat yang lebih atas,sertadapatmendayagunakansumberdaya lembagadanaparatpadatataranyanglebihbawah sekaligus dapat mempercepat proses pengam- bilankeputusan. · Kemitraan dengan Dunia Usaha Swasta dan Masyarakat (Private Sector and Civil Society Partnership) Masyarakat dan sektor usaha swasta harus diberdayakanmelaluipembentukankerjasama ataukemitraandenganpemerintah. · Komitmen pada Pengurangan Kesenjangan (Commitment to Reduce Inequality) Kesenjangan dapat memicu konflik dalam masyarakat yang pada akhirnya dapat menye- babkan disintegrasi bangsa. Upaya yang di- lakukan untuk untuk mengurangi berbagai ke- senjangan tersebut merupakan wujud nyata prinsip komitmen pada pengurangan kesen- jangan.Tanpa itu, maka berbagai ketimpangan akantetapterjadi.Sebabitukomitmenterhadap pengurangankesenjanganharusdilakukan. · Komitmen pada Perlindungan Lingkungan Hidup (Commitment to Environmental Protection) Kewajiban penyusunan analisis mengenai dampaklingkungansecarakonsisten,penegakan hukum lingkungan secara konsekwen, peng- aktifan lembaga-lembaga pengendali dampak lingkunganhidupsertapengelolaansumberdaya alam secara lestari merupakan contoh untuk mewujudkanprinsipkomitmenpadalingkungan. · KomitmenpadaPasaryangFair(Commitment to Fair Market) Upayapengaitankegiatanekonomimasya- rakat dengan pasar, baik di dalam daerah maupunantardaerahmerupakancontohwujud nyata penerapan prinsip komitmen pada pasar yang fair. Pengembangan perekonomian mas- yarakat tanpa di dukung oleh kebijakan publik yangtidakmencerminkankomitmenpadapasar akan menyebabkan rendahnya daya saing per- ekonomian. PEMBAHASAN Pergeseran dari paradigma sentralisasi ke desentralisasiyangdikeloladenganpenggunakan prinsip good governance, adalah tuntutan reformasi dalam bentuk proses demokratisasi. Dengan demikian, desentralisasi dan good governance adalah bagian dari proses demo- kratisasi menuju penyelenggaraan demokrasi yang sesungguhnya. Dalam konteks ini daerah harus diberdayakan dan diharapkan mau dan mampu mengimplementasikannya, terutama dalam pengelolaan pemerintahan, yang men- cakup segala segi kehidupan masyarakat, khu- susnyadibidangpemerintahanitusendiri,pem- bangunan, dan kemasyarakatan. Hal itu di- maksudkansebagaiupayauntukmempercepat terwujudnyakesejahteraanmasyarakatyangadil danmerata,dimanasemuapihakmenjadibagian daripengelolaannya.Pihak-pihakyangdimak- sud,adalahpemerintah,sektorusahaswasta,dan masyarakat. Berubahnyaparadigmasentralisasimenjadi desentralisasi yang diharapkan dilaksanakan dengan menggunakan prinsi-prinsip good governance, juga merupakan tuntutan per- kembanganzaman.Globalisasiyangsaratdengan persaingan mensyaratkan setiap Negara dapat menjadikansetiapunsur,khususnyapemerintah, sektor usaha swasta, dan masyarakat terutama yangadadidaerahdapatterlibatdanmelibatkan dirisebagaipelakudalamglobalisasiitu.Daerah yangmampubersaingadalahdaerahyangselalu menggagas perubahan sekaligus melaksana- kannyadenganmelibatkanseluruhstakeholders daerahsedemikianrupa,sehinggatimbulsinergi yangmampumenempatkandaerahitumemiliki keunggulan. Sehingga daerah tersebut mampu Pergeseran Paradigma Sentralisasi ke Desentralisasi Dalam Mewujudkan Good Governance (Irwan Waris)
  • 8. 45 memasukiarenapersainganbaikdalamkonteks nasional,regional,danglobal,sedemikianrupa, di mana daerah dapat memetik keuntungan sebagaiakibatkeunggulanyangdimilikinya. Akan tetapi setelah sekian lama desen- tralisasi dianut dan good governance dikon- sepsikan dan disosialisasikan kepada daerah dengan dasar UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahandaerahkemudiandirubahdengan UU 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, hasilnya tampak sekali, belum terlalu menggembirakan. Faktor-faktor yang mempe- ngaruhikeberhasilandankeadaabelumberhasil, implikasi dari keadaan itu, dan dampaknya, dikemukakanpadauraianberikut. Pengaruh Lingkungan (Eksternal dan Internal) Faktamenunjukkan,konsepsidesentralisasi yang dikelola di daerah dengan menggunakan prinsip-prinsipgood governancekeberhasilan- nya sangat ditentukan oleh faktor lingkungan, terdiriatasfaktoreksternaldaninternal. a. Faktor Eksternal Sungguhpundesentralisasi,adalahpemberian kewenangan dari pemerintah pusat kepada pemerintahdaerahuntukmengelolapemerinta- hannyasendirisesuaikearifanlokalyangberlaku, akan tetapi monitoring dan supervise dari pemerintahpusatmasihdiperlukan.Supervisiini bukan saja dalam bentuk penyediaan regulasi, akantetapijugaperlumonitoringdansupervise secara langsung kepada daerah. Hal itu di- maksudkan bukan untuk mencampuri urusan daerah akan tetapi untuk memberikan pembe- lajaran bagaimana mestinya otonomi daerah yang dikelola dengan cara good governance dilaksanakan. Sehingga pengelolaan pemerin- tahan dengan cara itu benar-benar bermanfaat baik oleh rakyat maupun oleh daerah yang ada disekitarnya dan pemerintah provinsi dimana daerah itu berada. Persaingan daerah di tingkat nasional, regional, dan global sesungguhnya menuntut adanya struktur organisasi pemerintah daerah yangsesuaidenganvisidanmisiyangdiusungnya yangtelahdisesuaikandenganranahpersaingan yang secara sadar diikuti oleh setiap daerah. Karena itu berbagai daerah sekarang, melalui berbagairegulasi,terakhirdenganberdasarpada PP. No. 41 Thn. 2008 Tentang Restrukturisasi Perangkat Daerah berupaya untuk membuat struktur pemerintah daerah sesuai harapan di atas. Dengan demikian upaya ini menegaskan, bahwa factor eksternal memang menyebabkan daerahberupayaberbenahdiri,satudiantaranya adalah berupaya membuat strutkru organisasi yang sesuai dengan konteks pencapaian tujuan dan persaingan antar daerah. b. Faktor Internal Dalam pada itu faktor internal yang mem- pengaruhikeberlangsunganpelaksanaandesen- tralisasidanpenerapangoodgovernance,dapat dikemukakan, antara lain, pertama: belum utuhnya pengakuan terhadap pluralism mas- yarakat, yang dapat dilihat dari keikhlasan pemerintahdaerahdalammelibatkanmasyarakat dan sector usaha swasta dalam pemerintahan local dalam pengertian luas; kedua: Birokrasi masihbekerjadengankulturyangdibangunse- menjakmasahindiaBelanda,sehinggadinamika social masih diwarnai (setidaknya mengacu) kepada agenda pemerintah dan bukan agenda masyarakat yang ditranformasikan menjadi agenda pemerintah; ketiga: belum hadirnya paradigmpembangunanbarusebagai“tandingan” atas paradigm lama (masa pemerintahan Soe- harto) yang bertumpu pada segitiga: kaum pe- modal – keamanan – dan birokrasi; dan keempat: berlarut-larutnya fase disorientasi sosial sebagai akibat dari langkanya jiwa ke- negarawanan dari para pemimpin politik yang ada,sehinggamenyulitkankitauntukmenemukan prinsip-prinsipminimalkehidupanberdemokrasi yangbisaditerimaolehunsur-unsurmasyarakat. Implikasi Sebagai implikasi dari faktor-faktor ber- pengaruhdiatas,pelaksanaandesentralisasiyang diharapkan dikelola dengan menggunakan prinsip-prinsipgoodgovernance,menghasilkan hal-halsebagaiberikut: Pergeseran Paradigma Sentralisasi ke Desentralisasi Dalam Mewujudkan Good Governance (Irwan Waris)
  • 9. 46 Jurnal Kebijakan Publik, Volume 3, Nomor 1, Maret 2012, hlm. 1-55 1. Munculnya raja-rajakecildidaerah,baikdi tingkatprovinsimaupundikab/kota 2. Rendahnya tingkat kepatuhan pemerintah kab/kota terhadap pemerintah provinsi, bahkandenganpemerintahpusat 3. Rendahnya tingkat koordinasi dalam pelaksanaan pembangunan di tingkat kab/ kotadandalamhubungannyadenganprovinsi 4. PengelolaanSDAolehkab/kotadanprovinsi cenderungkabablasan 5. Tatakelolapemerintahan(goodgovernance) masihsebatasretorikapolitik 6. Rendahnya kemampuan menggali potensi daerah 7. Kecenderungan mengabaikan profesio- nalismedalampelaksanaanpemerintahan Implikasiyangmengemukadiatas,hendak- nya diakhiri. Sebab hal itu sesungguhnya telah menjauhkan daerah dari tujuan diberikannya desentralisasidenganprinsipgoodgovernance. Implikasi seperti itu jelas sangat buruk bagi upayaperwujudankesejahteraanrakyat.Bahkan dapat dikatakan kesejahteraan rakyat dan demokratisasiuntumencapaipengelolaanpeme- rintahanyangdemokratisakansemakinjauh. Dampak Dampak yang terasa dewasa ini di daerah sebagai akibatnya melencengnya atau tidak siapnya daerah mengelola otonomi daerah de- ngan menggunakan konsep good governance, adalahpembangunanpengelolaanpemerintahan dalam pengertian luas, yakni mencakup: pemerintahan, pembangunan, dan kemasya- rakatan, menjadi terganggu. Itu berarti peme- rintahdenganketidakmampuannyaitusemakin menjauhkandirinyadarirakyat,termasukdengan para pelaku usaha swasta. Good governance setiap hari dikuman- dangkan, terutama jika para pejabat berpidato. Bahkan baik para pelaku uasaha swasta dan rakyatsendiri,jugapandaimengemukakangood governance.Akan tetapi jikagood governance dipandang sebagai pengelolaan pemerintahan yangbaikdenganmelibatkanpemerintah,sector usaha swasta, dan masyarakat, maka semua itu tidakadadilapangan.Ke-3pihakmasing-masing sibuk dengan dirinya sendiri. Pemerintah tetap merasasebagaipihakyangpalingutamadalam pelaksanaan pemerintahan (Pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan).Artinya pihak pelaku usaha swasta, dan rakyat tidak pernahdilibatkan.Sebagaiakibatnyaterjadilah pembangunansesuaikeinginanpemerintahse- mata. Masyarakat dan pelaku usaha swasta sebagai pihak yang tidak dilibatkan tentu saja, mungkin, merasa tidak memiliki hasil-hasil pembangunanitu.Sebagaiakibatnyaprotes,be- rupa demonstrasi dan berbagai bentuk protes marak terjadi di daerah. Alternatif Solusi Konsepdesentralisasiyangdiselenggarakan pada daerah otonom dengan menggunakan prinsip good governance bukanlah hal yang menjadi bagian dari budaya rakyat Indonesia. BudayarakyatIndonesiayangterdiriataswilayah daerah-daerah itu, pada umumnya bersifat paternalistik dengan kata lain bentuk budaya politiknya campuran parochial-subject dan dibeberapawilayahkhususnyadiperkotaanada campuranpartisipan.Dalamkonteksinikarena budaya paternalistik yang menonjol, maka tidaklah berlebihan jika dikemukakan budaya politik rakyat umumnya adalah campuran parochial-subject tetapi yang menonjol adalah parochial. Dengan demikian desentralisasi dan good governance, sebagai bagian dari demokrasi adalahsesuatuyangbarubagimereka.Paraelite yang mengisi pemerintahan, termasuk para pelaku usaha swasta, adalah orang-orang yang berasal dari masyarakat biasa, yang kemudian karena pendidikan dan privelage berhasil menapakijalanhidupyanglebihtinggilalumenjadi birokrat,elitepolitik,daneliteekonomi.Dengan demikian sebagai pihak yang berasal dari masyarakattentusajaiamembawabudayamas- yarakatdimanadiaberasal.Sehubungandengan argumentasiini,makasebagaialternativesolusi dapatdikemukakanhal-halsebagaiberikut: 1. Pemerintahpusatmestinyamampumember teladanmengenaipelaksanaandesenralisasi dan good governance, sehingga ada best Pergeseran Paradigma Sentralisasi ke Desentralisasi Dalam Mewujudkan Good Governance (Irwan Waris)
  • 10. 47 practice yang dapat diikuti oleh daerah me- ngenaibagaimanamengeloladaerahdengan menggunakankonsepdesentralisasidangood gevernance 2. Masihdiperlukanbimbingan,monitoring,dan supervise dari pemerintah pusat mengenai pelaksanaan konsepsi pemerintahan desen- tralisasiyangdikeloladenganmenggunakan konsep good governance. Hal ini disebab- kan karena faktor sejarah dan faktor budaya yang menempatkan para pelaku pemerin- tahan, rakyat dan sektor usaha swasta seba- gaipihakyangbelumsepenuhnyamemahami konsepsibatuini. 3. Perlu punishment dan reward bagi daerah yang telah berhasil mengelola daerahnya denganmenggunakankonsepsidesentralisasi dan good governance. 4. Elite-elite tua yang ada di daerah harus memberikan kesempatan kepada generasi mudauntukjugamendudukipuncak-puncak kekuasaan dan jabatan-jabatan penting di daerah.Elitetuadaerahtidakbolehmeman- dang kekuasaan sebagai suatu yang abadi, akan tetapi sesuatu yang harus secara suka- rela diberikan kepada pihak yang memang memilikikompetensimelaluipersainganatau kompetisiyangsehat. 5. Konsep good governance harus dipandang sebagai gerakan, dalam artian konsepsi ini mestidisosialisasikankepadamasyarakatdan sektor usaha swasta secara sistematik dan terencanadisertaidenganupayanyatadalam mewujudkannya. 6. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah pemerintah, khususnya para elite tua yang beradadidalamnyaharussungguh-sungguh ingin melibatkan rakyat dan pelaku sector usaha swasta dalam pengelolaan pemerin- tahandalampengertianseluas-luasnya. SIMPULAN Sebagai penutup dapat dikemukakan, me- ngubah paradigma sentralisai menjadi desen- tralisasi,bukanlahhalyanggampang.Masalahnya konsepsisentralisasitelahdipahamiolehrakyat selama zaman penjajahan Belanda, masa akhir pemerintahanSoekarno(DemokrasiTerpimpin), dan seluruh masa kekuasaan Soeharto (Orde Baru).Karenaitutidaklahterlalumengherankan jika pengelolaan desentralisasi dalam bentuk otonomi daerah dengan menggunakan konsep good governance tidak berlangsung sebagai- manayangdiharapkan.Penerapankonsepsiini di daerah tampak sekali masih sarat dengan konsepsisentralistik.Pertanyaannya,haruskah kita menyerah? Tidak boleh menyerah, sebab sesuatuyangbarumemangharusdipelajarisem- bari dilaksanakan. Hal yang perlu dicamkan adalah, dalam fase pembelajaran itu jangan sampaiterlalulamadanberbiayamahal,apalagi sampaimengorbankanrakyat. DAFTAR PUSTAKA Bappenas, Penerapan Tata Pemerintahan yang Baik, Jakarta: Bappenas, 2007. Karl D. Jacson, dalam Irwan Waris, Elite Di Sulawesi Selatan: Peran Elite Lokal dalam Partisipasi Politik Masyarakat, Tesis S-2, JurusanIlmuPolitikProgramPascasarjana UGM, 1994. M. Ryaas Rayid, Otonomi Daerah: Latar BelakangdanMasaDepannya,JurnalIlmu Politik No. 18. Tahun. 2002. Miriam Budiardjo, Partisipasi Politik di Negara Sedang Berkembang, Jakarta: rajawali Press, 1981. Shabbir Cheema and Dennis Rondinelli, Decentralization abd Development, BeverlyHills,CA:SagePublications,1983. Sumarto, Inovasi, Partisipasi dan Good Governance, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2004. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang PemerintahanDaerah. Pergeseran Paradigma Sentralisasi ke Desentralisasi Dalam Mewujudkan Good Governance (Irwan Waris)